Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO 2 BLOK STRUKTUR TUBUH MANUSIA

Kelompok Tutorial 11

Pembimbing : drg. Hafiedz Maulana, M.Biomed

Oleh :

Ketua : Refina Dikta Eryananda (181610101116)


Sekretaris Papan : Karenina Cahyanissa (181610101118)
Sekretaris Meja : Risma Nur Baiti (181610101117)
Anggota : Syifa Af Ida Haffiz (181610101111)
Kartika Apriliani (181610101112)
Regia Pramesti Aulia S. (181610101113)
Ulfa Umaimah (181610101114)
Rana Salsabila Satiwi (181610101115)
Muchamad Ziyad Afif (181610101119)
Salsabila Izdihar (181610101120)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada kehadirat Allah SWT. atas segala nikmat, rahmat dan
karunia-Nya. sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan ini. Laporan ini
disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan memahami struktur sel. Dalam
penyelesaian laporan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. drg. Hafiedz Maulana, M.Biomed selaku dosen dan fasilitator yang telah
membimbing kami hingga selesainya laporan ini

2. Seluruh anggota kelompok 11 yang telah berperan aktif dalam penyelesaian


laporan ini.

Dalam penulisan laporan ini, penulis sadar bahwa masih terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran agar penulis
dapat memperbaiki dan tidak terulang di waktu kedepan. Akhir kata penulis
mengucapkan terimakasih.

Jember, 8 Oktober 2018

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ 2

DAFTAR ISI ............................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 4

I. 1 Latar Belakang ................................................................................................ 4

I.2 Skenario ........................................................................................................... 4

I.3 Rumusan Masalah ............................................................................................ 5

I.4 Mapping Permasalahan .................................................................................... 7

I.5 Learning Objectives ......................................................................................... 7

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 8

II.1 Struktur sel darah............................................................................................ 8

II.2 Struktur sel jaringan epitel ............................................................................11

II.3 Struktur sel jaringan ikat ...............................................................................16

II.4 Struktur sel tulang .........................................................................................18

II.5 Struktur sel otot .............................................................................................21

II.6 Struktur sel saraf ............................................................................................22

II.7 Struktur sel kelenjar.......................................................................................27

BAB III KESIMPULAN ...........................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................37

3
BAB 1

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Makhluk hidup adalah makhluk yang bernafas, tumbuh, dan berkembang dimana
tubuhnya tersusun dari berbagai macam organel, salah satunya adalah sel. Semua
fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel. Sel merupakan unit terkecil
dari makhluk hidup. Sel-sel pada tubuh manusia dapat dibagi menjadi sel darah, sel
jaringan epitel, sel jaringan ikat, sel tulang, sel otot, sel saraf dan sel kelenjar. Setiap
jenis sel yang berbeda dan melakukan fungsi yang berbeda. Kemudian sel yang
memiliki bentuk dan fungsi yang sama membentuk suatu kumpulan yang dinamakan
jaringan.

I.2 Skenario II. Struktur Sel

Sel merupakan unit kehidupan terkecil. Tubuh manusia tersusun dari berbagai
macam sel yang memiliki ukuran, bentuk dan struktur yang berbeda. Sel-sel yang
menyusun tubuh manusia antara lain bisa dikelompokkan menjadi, sel-sel darah, sel-
sel jaringan epitel, sel-sel jaringan ikat, sel-sel tulang, sel-sel otot, sel-sel saraf dan
sel-sel kelenjar. Struktur sel dipelajari melalui mikroskop cahaya dan mikroskop
electron. Pada tutorial ini dipelajari cirri-ciri struktur sel antara lain bentuk dan bagian
sel, ukuran sel, pengecatan, dan pembesaran (menggunakan mikroskop cahaya).

Step 1 ( Identifikasi Kata Sulit )

1. Jaringan epitel :
- Jaringan epitel adalah jaringan yang melapisi hampir seluruh organ tubuh
manusia yang fungsinya sebagai proteksi
- Lapisan kulit manusia dari protein skleroprotein biasanya terdapat di kuku
dan rambut
2. Mikroskop electron:
- Alat yang digunakan untuk melihat benda yang tidak dapat dilihat dengan
mata telnjang dan berukuran elektron
- Menggunakan listrik sehingga kejelasan objek lebih detail, biasanya
digunakan pembesaran 40 atau 400 atau yang lainnya

4
- Mikroskop yang bisa melakukan pembesaran hingga 100.000X dengan
menggunakan elektrostatik dan elektromagnetik sebagai pencahayaannya
3. Pengecatan:
– pemberian warna pada suatu bahan yang bersifat transparan atau tidak dapat
dilihat secara mikroskopis
- Biasanya digunakan metilen blue pada suatu objek agar terlihat lebih jelas
strukturnya apabila dilihat menggunakan mikroskop
- Eosin sebagai indikator asam basa bisa digunakan untuk pewarna merah
4. Mikroskop cahaya:
- Merupakan salah satu bentuk mikroskop yang digunakan secara manual
menggunakan cahaya matahari menggunakan kaca untuk memantulkan
sinar ke objek dan juga ada yang menggunakan lampu
- Perbesarannya tidak sehebat mikroskop elektron
5. Jaringan ikat:
- Jaringan penyambung dan penyokong yang berfungsi untuk pemeliharaan
organ tubuh
6. Sel kelenjar :
- Sel yang tersusun menjadi organ tubuh yang mensintesa suatu zat untuk
dikeluarkan kembali

I.3. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara pengecatan dalam sel?


- Pengecatan jaringan epitel rongga pipi menggunakan metilen blue untuk
memperjelas pengamatan:
a. Sel epitel rongga pipi diambil dengan cara dikerok
b. Diletakkan di objek glass
c. Di fiksasi diatas api spiritus untuk mematikan bakteri
d. Diberi metilen blue untuk memperjelas pengamatan sel
- Pengecatan sel jaringan ikat
a. Menaruh sel jaringan ikat pada deck glass
b. Dipanaskan dalam suhu 65 derajat C dalam waktu 30 menit
c. Dicelupkan ke larutan xylene untuk menghilangkan parafin dari deck
glass
d. Dicelupkan ke larutan alkohol
e. Dibersihkan di sekitar jaringan ikat
f. Diberi larutan hematoxylene untuk pemberian warna orange
kecoklatan

5
2. Pembesaran apa saja yang bisa digunakan dalam menggunakan
mikroskop cahaya?
- Bisa mencapai 100X hingga 1000X dengan menggunakan lampu atau
cahaya matahari sebagai sumber pencahayaannya
3. Apa kelebihan dan kekuran menggunakan mikroskop cahaya?
- Kelebihan:
a. Mudah dibawa kemana-mana karena tidak menggunakan listrik
- Kekurangan:
a. Dalam mengamati suatu objek pembesarannya masih kurang
dibanding mikroskop elektron
b. Tidak jelas saat diamati karena kekurangan cahaya
c. Tidak praktis karena harus mengatur cahayanya

4. Bagaimana hubungan dari sel darah, sel jarigan epitel, jaringan ikat, sel
tulang, sel otot dan sel kelenjar?
- Saling berhubungan karena akan membentuk jaringan dari jaringan
mereka saling berkoordinasi untuk membentuk tubuh kemudian terbentuk
sistem dari gabungan beberapa organ
5. Mengapa manusia tersusun dari berbagai macam sel?
- Masing-masing sel memiliki fungsi masing-masing untuk bekerja sama
- Sel adalah pengatur segala aktifitas manusia misalnya pada cara berpikir,
sistem pernapasa, sistem pencernaan dll. Jadi apabila tidak ada sel maka
tidak ada aktifitas manusia
- Sel merupakan unit struktural terkecil yang memiliki tugas dan fungsi
masing-masing. Didalam sel juga terdapat DNA dan RNA untuk genetika
manusia.

6
I.4 Mapping Permasalahan

I.5 Learning Objectives

1. Mahasiswa mampu mengetahui struktur Sel

2. Mahasiswa mampu megetahui bentuk Sel

3.Mahasiswa mampu mengetahui ukuran Sel

4. Mahasiswa mampu mengetahui pengecatan sel

5. Mahasiswa mampu mengetahui pembesaran sel

7
BAB II

PEMBAHASAN

II.1Struktur sel darah

Unsur berbentuk (sel) meliputi :

1. Eritrosit (sel darah merah)


Tampak merah dan sifatnya itu padat. Produk utama sel darah merah
adalah hemoglobin. Sel ini tidak memiliki inti karena dipenuhi oleh protein
hemoglobin pembawa O2, bersifat fleksibel , yakni suatu ciri yang
memungkinkannya beradaptasi dengan ketidakaturan bentuk kapiler yang
kecil .
Sel darah merah normal berbentuk cakram bikonkaf dengan diameter
rata-rata kira-kira 7,8 mikron dan dengan ketebalan 2,5 mikron pada bagian
yang paling tebal serta 1 mikron atau kurang dibagian tengahnya . Volume
rata-rata sel darah merah adalah 90-95 mikron kubik .
Bentuk sel darah merah dapat berubah-ubah (fleksibel) ketika melewati
kapiler. Sesungguhnya sel darah merah merupakan suatu’kantong’ yang dapat
diubah menjadi berbagai bentuk . selanjutnya karena sel yang normal
mempunyai kelebihan membran sel untuk menampung banyak zat
didalamnya maka perubahan bentuk tadi tidak akan merenggangkan membran
secara hebat dan sebagai akibatnya , sel tidak akan mengalami reptur seperti
yang terjadi pada sel lainnya.
Konsentrasi sel daram merah dalam darah
 Pada laki2 normal sehat per milimeter kubik adalah 5.200.000
 Pada wanita normal sehat per milimeter kubik sehat 4.700.000
Bagian Struktur

8
Sel darah merah mati (apoptosis) dalam periode +120 hari

2. Leukosit (sel darah putih)


Leukosit adalah unit sistem pertahanan tubuh yang mobil. Sel ini
tampak putih atau kelabu , disebut “buffy coat”. Salah satu fungsinya itu
untuk pertahanan utama tubuh terhadap infeksi. Sel darah putih beredar ke
seluruh tubuh melalui sistem pembuluh darah, ketika sel-sel ini berada dalam
darah, bentuknya menjadi bulat dan tidak aktif.
Granul (gumpalan partikel yg lebih kecil).Sesuai jenis dan bentuknya
leukosit dibagi jadi 2: granulosit(sel terminal yang tidak membelah lagi
dengan jangka hidup beberapa hari dan mati akibat apoptosis) dan agranulosit
(berbentuk bundar)
Leukosit mempunyai sekitar 7000 / mikroliter darah (normal)
a. Neutrofil (sel terminal)
60% jumlah 5000 dari yang beredar. (pada sediaan apus darah)
diameternya 12-15 mikron dengan inti 2-5 lobus yang dihubungkan
dengan benang kromatin halus
b. Eosinofil (sel terminal)
2-4 % jumlahnya 150 (pada sediaan apus darah) hampir sama dengan
neutrofil , ciri utama mengenalnya adanya granul spesifik berukuran besar
dan lonjong (sekitar 200 per sel)
c. Basofil (sel terminal)
0,5 % jumlahnya 30 sukar ditemukan pada sel darah normal karena kurang
dari 1 %. Bergaris tengah 12-15 mikron. Intinya tidak teratur dan sering

9
menghalangi granul-granul spesifik diatasnya. Agranulosit(tidak memiliki
granul spesifik tetapi sel ini mengandung lisosom yang mengikat zat
warna. bentuknya bulat atau berlekuk)
d. Monosit (bukan sel terminal)
5 % jumlahnya 350 berdiameter 12-20 mikron. Intinya lonjong, berbentuk
ginjal atau tapal kuda terletak di eksentris, kroatinnya tidak terlihat seperti
limfosit , karena inti selnya terpulas lebih terang
e. Limfosit Bdan T
28% jumlahnya 2400. Berbentuk sferis(berbentuk seperti bola) garis
tengah 6-8 mikron (limfosit kecil) mendominasi dalam dasar memiliki inti
sferis dan kadang kadang berlekuk. Kromatinnya padat dan tampak
gumpalan kasar sehingga inti terlihat gelap . sedangkan anak inti limfosit
tidak terlihat, namun dapat diperhatikan dengan mikroskop elektron , 18
mikron (limfosit sedang dan besar)

10
3. Platelet (trombosit)
Produk utama dan fungsi : faktor pembekuan darah
Serupa dengan leukosit yang dijumpai atau berasal pada sum sum tulang
yaitu megakaritosit. Trombosit yang hanya merupakan fragmen-fragmen sel,
dalam keadaan normal jumlahnya 300.000/mikroliter darah
Adalah fragmen sel mirip cakram dan tak berinti garis tengah 2-4 mikron .
jangka hidup + 10 hari .Sering tampak berkelompok. Setiap trombosi
memiliki daerah perifer yang transparan berwarna biru muda

II.2 Struktur sel jaringan epitel


Jaringan epitel atau epithelium terdiri atas lembaran sel yang menututpi
permukaan luar tubuh melapisi rongga dalam, membentuk berbagai organ dan
kelenjar, serta melapisi duktusnya. Sel epitel berkontak satu sama lain, baik
dalam satu lapisan maupun banyak lapisan. Namun, struktur pitel pelapis ini
berbeda dari organ ke organ, tergantung lokasi dan fungsinya. Misalnya, epitel
yang menutupi permukaan luar tubuh dan berfungsi sebagai lapisan pelindung
berbeda dari epitel yang melapisi organ dalam.
a) Struktur jaringan epitel
a. Pada umumnya, salah satu permukaan epitelium bersifat bebas dan
menghadap ke cairan atau udara.
b. Epitelium tidak memiliki suplai darah. Nutrisinya berasal dari difusi
pemuluh-pembuluh darah di bawah jaringan ikat, tempatnya terikat
dengan membrane dasar (lamina basalis) yang tidak hidup.
c. Sel-sel epitel tersusun rapat dengan sedikit materi interseluler.
d. Sel-sel epitel bereproduksi dengan cepat untuk mengganti sel yang rusak
atau hilang.
b) Klasifikasi Membran Epitel
Membrane epitel diklasifikasikan menurut jumlah dari lapisan sel di
antara lamina basalis dan permukaan bebas dan juga menurut morfologi dari
sel epitel tersebut. Jika membran tersusun oleh selapis sel, ia diebut epitel
selapis; jika tersusun oleh lebih dari selapis sel, ia disebut epitel berlapis.

11
Morfologi sel dapat berbentuk gepeng (pipih), kuboid, atau silindris saat
diamati pada potongan yang perpendicular terhadap membrane basal.

12
1. Epitel Berlapis

1.1.Epitel Gepeng Berlapis Tidak Berkeratin


Epitel gepeng berlapis (tidak berkeratin) merupakan lapisan tebal;
karena tersusun oleh beberapa lapis sel, hanya lapisan terdalam berkontak
dengan lamina basalis. Sel pada bagian basal (paling dalam) berbentuk
kuboid; sel terletak pada bagian tengah epitel berbentuk polimorfik; dan sel
yang menyusun permukaan bebas epitel berbentuk pipih (gepeng) maka
dinamakan epitel berlapis. Oleh karena sel pada permukaan rnempunyai
inti, maka epitel ini disebut tidak berkeratin. Sel ini umumnya basah dan
ditemukan pada permukaan mulut, faring oral, esofagus, pita suara sejati,
dan vagina.
1.2.Epitel Gepeng Berlapis Berkeratin
Epitel gepeng berlapis berkeratin serupa dengan epitel gepeng berlapis
tidak berkeratin, kecuali lapisan superfisial epitel yang tersusun oleh sel
mati yang inti serta sitoplasmanya telah tergantikan oleh keratin. Epitel ini
menyusun bagian epidermis kulit, lapisan kuat yang menahan gesekan dan
kedap air.
1.3.Epitel Kuboid Berlapis
Epitel kuboid berlapis, yang mengandung hanya dua lapis sel kuboid,
melapisi duktus kelenjar keringat.
1.4.Epitel Silindris Berlapis
Epitel silindris berlapis tersusun oleh lapisan sel berbentuk polihedral
sampai kuboid di bawah yang berkontak dengan lamina basalis dan selapis
sel silindris superfisial. Epitel ini ditemukan hanya pada beberapa ternpat

13
pada tubuh-yakni konjungtiva mata, duktus ekskretori besar tertentu, dan
daerah uretra laki-laki.

2. Epitel Selapis

2.1.Epitel Gepeng Selapis


Epitel gepeng selapis tersusun oleh selapis sel poligonal rendah, tipis,
dan padat. Bila dilihat dari permukaan, lembaran epitel tampak seperti
lantai ubin dengan inti menonjol di bagian tengah pada tiap sel. Bila
diamati pada potongan, hanya sebagian sel yang memperlihatkan inti,
karena seringkali tidak terpotong. Epitel gepeng selapis melapisi alveoli
paru, menyusun ansa Henle dan lapisan parietal kapsul Bowman pada
ginjal, dan membentuk lapisan endotel pada pembuluh darah dan limfa
serta mesotel rongga pleura dan peritoneum.
2.2.Epitel Kuboid Selapis
Selapis sel berbentuk poligon menyusun epitel kuboid selapis). Saat
dilihat pada potongan tegak-lurus, sel tampak seperti persegi dengan inti
bulat dan terletak di tengah. Epitel kuboid selapis membentuk duktus
kelenjar pada tubuh, lapisan ovarium, dan menyusun beberapa tubulus
ginjal.
2.3.Epitel Silindris Selapis
Sel epitel silindris selapis tampak seperti epitel kuboid selapis pada
sudut pandang permukaan; bila diamati pada potongan membujur, sel
tampak persegi dan tinggi dengan nukleus bulat telur yang umumnya
terletak pada ketinggian yang sama yakni pada bagian basal sel. Epitel
silindris selapis ditemukan pada permukaan sebagian besar saluran cerna,
kandung empedu, dan duktus besar pada kelenjar. Epitel silindris selapis
dapat memperlihatkan ujung bergurat, atau mikrovili (prosesus sitoplasma
yang ramping menyerupai jari), menonjol dari permukaan apikal se

14
3. Epitel Transisional

Epitel transisional dinamakan seperti itu karena dulunya diduga sebagai


transisi antara epitel silindris berlapis dan gepeng berlapis. Epitel ini sekarang
dikenal sebagai tipe khusus yang terletak hanya pada system perkemihan, tempat
epitel ini melapisi traktus urinarius dari kaliks ginjal hingga uretra.
Epitel transisional tersusun oleh berlapis-lapis sel; yang terletak pada
bagian basal dapat berupa sel silindris rendah atau kuboid. Sel polihedral
menyusun beberapa lapisan di atas sel basal. Sel yang paling superfisial kandung
kemih kosong merupakan sel besar, terkadang binukleus , dan berbentuk kubah
yangmenonjol ke lumen. Sel berbentuk kubah menjadi pipih dan keseluruhan
epitel menjadi lebih tipis saat kandung kemih teregang.

4. Epitel Silindris Bertingkat

Seperti namanya, epitel silindris bertingkat tampak berlapis tetapi


sebenarnya tersusun oleh selapis sel. Semua sel dari epitel silindris bertingkat
berkontak dengan lamina basalis, tetapi hanya beberapa sel mencapai permukaan
epitel. Sel yang tidak mencapai permukaan umumnya berdasar lebar dan menjadi
ramping pada ujung apikalnya. Sel yang lebih tinggi mencapai permukaan dan

15
memiliki dasar yang ramping dan berkontak dengan lamina basalis dan
permukaan apikalnya melebar. karena sel dari epitel ini mempunyai ketinggian
yang berbeda, nukleusnya terletak pada ketinggian berbeda, memberikan
gambaran epitel berlapis meskipun tersusun atas selapis sel. Epitel silindris
bertingkat ditemukan pada uretra laki-laki, epididimis, dan duktus ekskretorius
besar pada kelenjar.
Tipe yang paling banyak dari epitel silindris bertingkat ialah bersilia,
mempunyai silia pada permukaan apikal sel yang mencapai permukaan epitel.
Epitel silindris bertingkat bersilia ditemukan melapisi sebagian besar trakea dan
bronkus primer, tuba auditori, bagian dari rongga timpani, rongga nasal, dan
kantung lakrimal.

II.3 Struktur sel jaringan ikat


A. Jaringan Penyambung/Ikat Embrional
a) Jaringan ikat mesenkim/embrional
Jaringan ikat mesenkim/embrional hanya terdapat pada embrio dan
terdiri atas sel mesenkim pada substansi dasar amorf serupa gel yang
mengandung serat retikulin yang tersebar. Sel mesenkim memiliki inti
berbentuk oval dengan susunan kromatin halus dan anak inti
mencolok. Sitoplasma terpulas pucat dan memiliki beberapa tonjolan
kecil ke beberapa arah. Mitosis seringkali terlihat pada sel mesenkim
karena sebagian besar sel pada jaringan penyambung dihasilkan dari
sel-sel ini. Diyakini bahwa sebagian besar meskipun tidak seluruh
sel mesenkim pada embrio akan ditemukan tersebar, dan secara
bertahap akan berkurang bahkan menghilang pada saat dewasa,
kecuali pada pulpa gigi. Namun pada dewasa, perisit yang pluripoten
yang ditemukan di sepanjang kapiler, dapat berdiferensiasi menjadi sel-
sel jaringan penyambung lainnya.
b) Jaringan ikat gelatinosa
Jaringan ikat gelatinosa adalah jaringan penyambung longgar yang
amorf terdiri atas matriks serupa gel yang terutama terdiri atas asam
hialuronat dan mengandung sedikit serat kolagen tipe I dan tipe III
serta fibroblas. Jaringan ini dikenal juga sebagai Wharton's jelly,
didapatkan pada korda umbilikalis dan jaringan penyambung subdermis
pada embrio.
B. Jaringan Penyambung/Ikat Sejati

16
Empat macam jaringan ikat sejati yang telah dikenal (jaringan ikat
longgar, jaringan ikat padat, jaringan ikat retikular, dan jaringan lemak),
memiliki perbedaan dalam histologi, lokasi, dan fungsi masing-masing.
a) Jaringan Penyambungan/Ikat Longgar (Areolar)
Jaringan penyambungan longgar (areolar) terdiri atas serat-serat yang
tersusun longgar dan sel-sel yang tersebar di dalam substansi dasar
serupa gel. Jaringan ikat longgar, dikenal juga sebagai jaringan ikat
areolar, mengisi ruang di bawah kulit, berada di bawah lapisan
mesotel yang melapisi rongga tubuh, tunika adventisia pembuluh
darah, dan di sekeliling parenkim kelenjar. Jaringan ikat longgar
pada lapisan mukosa (seperti pada saluran cerna) disebut juga
lamina propria. Karakteristik jaringan ikat longgar adalah substansi
dasar yang berlimpah dan cairan jaringan (cairan ekstraseluler)
yang di dalamnya terdapat sel-sel tetap pada jaringan
penyambung, yaitu fibroblas, sel lemak, makrofag, sel mast, dan
juga beberapa jenis sel yang tidak berdiferensiasi. Selain itu, juga
tersebar di seluruh substansi dasar, terdapat serat kolagen yang
terpilin longgar, serat retikulin, dan serat elastin. Ditemukan juga
serabut saraf berukuran kecil serta pembuluh darah yang akan
menyuplai oksigen dan nutrisi ke -sel. Karena jaringan ini terdapat
tepat di bawah epitel yang tipis pada saluran cerna dan saluran
pernapasan, tempat awal tubuh mengatasi serangan antigen, bakteri,
dan benda asing penyusup lainnya, maka jaringan ikat longgar
mengandung banyak sel kembara yang bertanggung jawab dalam
proses inflamasi, reaksi alergi, dan respons imun. Sel-sel tersebut,
yang asalnya bersirkulasi di dalam darah, akan dilepaskan dari
pembuluh darah sebagai respons terhadap rangsang inflamasi. Zat-
zat farmakologik yang dilepaskan oleh sel mast akan
meningkatkan permeabilitas pembuluh darah kecil, menyebabkan
cairan plasma yang berlebih akan memasuki ruang jaringan
penyambung longgar, dan menjadikannya sembab.
b) Jaringan Penyambung/Ikat Padat
Jaringan ikat padat mengandung lebih banyak serat dan sedikit sel
dibandingkan dengan jaringan ikat longgar. Jaringan ikat padat
mengandung sebagian besar komponen yang sama dengan jaringan
ikat longgar, kecuali bahwa ia memiliki lebih banyak serat dan
lebih sedikit sel. Jika berkas kolagen tersusun acak, maka jaringan

17
ini disebut jaringan ikat padat ireguler. Sedangkan jika berkas
kolagen tersusun secara paralel atau dalam susunan yang teratur
maka disebut jaringan ikat padat reguler, yang terbagi dalam tipe
kolagen dan elastis
c) Jaringan ikat padat ireguler
Jaringan ikat padat ireguler mengandung serat kolagen kasar yang
terjalin kuat sehingga dapat menahan tekanan dari segala arah.
Berkas kolagen tersusun sangat rapat sehingga ruang untuk substansi
dasar dan sel sangat terbatas. Jalinan halus serat elastin seringkali
didapatkan tersebar di sekitar berkas kolagen. Fibroblas, sel yang
paling berlimpah pada jaringan ini, ditemukan di antara berkas
kolagen. Jaringan ikat padat ireguler menyusun antara lain dermis
kulit, selubung saraf, serta simpai limpa, testis, ovarium, ginjal, dan
limfonodus.
II.4 Struktur sel tulang
Tulang dewasa yang sedang berkembang mengandung empat jenis sel
berbeda, yaitu sel osteogenik (osteoprogenitor), osteoblas, osteosit, dan
osteoklas.
Sel-sel osteogenik ialah sel-sel induk pluripoten yang belum
berdiferensiasi, berasal dari jaringan ikat mesenkim. Sel ini biasanya ditemukan
pada permukaan tulang di lapisan dalam periosteum, pada endosteum, dan dalam
saluran vaskular dari tulang kompakta. Sel ini paling aktif selama periode
pertumbuhan tulang. Selama pertumbuhan tulang, sel ini akan membelah diri
dan menghasilkan sel osteoblas yang kemudian akan membentuk tulang.
Sebaliknya pada permukaan dalam dari jaringan tulang, sel-sel osteogenik
menghasilkan osteoklas untuk mengikis tulang membentuk rongga rongga
(spons).
Terdapat dua jenis sel osteoprogenitor :
 Preosteoblas yang memiliki sedikit retikulum endoplasma dan akan
menghasilkan osteoblas
 Preosteoklas yang mengandung lebih banyak mitokondria dan ribosom
bebas, dan menghasilkan osteoklas.
Osteoblas membuat, menyekresikan, dan mengendapkan unsur organik
matriks tulang baru yang disebut osteoid. Sel berderet-deret pada sisi
pertumbuhan tulang, dengan sitoplasma basofil dan inti besar. Osteoblas
mengandung enzim fosfatase alkali yang menandakan bahwa sel-sel ini tidak
hanya berhubungan dengan pembuatan matriks, namun juga mineralisasinya.

18
Osteosit atau sel tulang ialah osteoblas yang terpendam dalam matriks
tulang. Terdapat sampai 20.000 hingga 30.000 osteosit per mm3 tulang. Sel
berukuran kecil, inti besar, dan terletak di celah matriks. Osteosit merupakan
matriks tulang yang belum mengapur, baru dibentuk, dan tidak mengandung
mineral, namun tidak lama setelah deposisi, osteoid segara mengalami
mineralisasi dan menjadi tulang. Mikroskop elektron memperlihatkan bahwa
osteosit dan cabangnya tidak melekat lang sung pada matriks sekitarnya, tetapi
terpisah dari dinding lakuna dan kanalikuli oleh daerah amorf tipis. Daerah ini
berfungsi sebagai medium pertukaran metabolit.

Osteoklas ialah sel multinuklear besar yang terdapat di sepanjang


permukaan tulang tempat terjadinya resorpsi, remodeling, dan perbaikan tulang.
Osteoklas ini sering terdapat di dalam sebuah lekuk dangkal pada tulang yang
teresorpsi atauterkikis secara enzimatik yang disebut lakuna Howship. Osteoklas
yang mula-mula berada di dalam tulang berasal dari prekursor mirip monosit.
Sel-sel ini terlibat mengeluarkan kolagenase dan enzim proteolitik lain yang
menyebabkan matriks tulang melepaskan bagian substansi dasar yang mengapur.

19
Sesudah proses resorpsi rampung, osteoklas menghilang, mungkin berdegenerasi
atau berubah lagi menjadi sel asalnya.

Osteoblas dan osteoklas berperan dalam remodeling tulang. Proses


remodeling merupakan dua tahapan aktivitas seluler yang terjadi secara siklik,
yakni resorpsi tulang lama oleh osteoklas dan formasi tulang baru oleh osteoblas.
Pertama-tama, osteoklas akan menyelenggarakan resorpsi melalui proses
asidifikasi dan digesti proteolitik. Segera setelah osteoklas meninggalkan daerah
resorpsi, osteoblas menginvasi area tersebut dan memulai proses formasi dengan
cara menyekresi osteoid (matriks kolagen dan protein lain) yang kemudian
mengalami mineralisasi. Dalam siklus ini, aktivitas yang konstan dalam
diferensiasi osteoblas dan osteoklas dari sel-sel progenitornya merupakan tahap
esensial dalam menjaga keseimbangan antara resorpsi tulang lama dan formasi
tulang baru. Normalnya, kecepatan resorpsi dan formasi tulang berlangsung
dalam kecepatan yang sama sehingga massa tulang tetap konstan.

20
Gambar diatas adalah skema proses remodeling tulang. Dalam siklus ini,
aktivitas yang konstan dalam diferensiasi osteoblas dan osteoklas dari sel-sel
progenitornya merupakan tahap esensial dalam menjaga keseimbangan antara
resorpsi tulang lama dan formasi tulang baru.Normalnya, kecepatan resorpsi dan
formasi tulang berlangsung dalam kecepatan yang sama sehingga massa tulang
tetap konstan.

II.5 Struktur sel otot


Sel otot adalah sel yang menyusun sebuah jaringan otot dalam tubuh manusia
dan hewan . Sel otot diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu sel otot lurik, sel
otot polos dan sel otot jantung. Tiga jenis sel otot dapat dibedakan berdasarkan
karakteristik morfologis dan fungsional, yang strukturnya masing-masing
disesuaikan dengan peran fisiologisnya.
A. Struktur Sel Otot
Struktur sel otot rangka mengandung berkas-berkas sel berinti banyak
yang sangat panjang, dengan gurat-gurat melintang. Kontraksinya cepat,
kuat, dan dibawah kendali kemauan (volunter). Struktur sel otot jantung
juga bergurat melintang dan terdiri atas sel-sel memanjang, sering
bercabang, terikat satu dengan yang lainnya pada struktur yang disebut
diskus interkalaris yang khas untuk otot jantung. Kontraksinya involunter,
kuat, dan ritmis. Sedangkan struktur sel otot polos adalah terdiri atas
kumpulan sel fusiform tanpa gurat, yang memiliki kontraksi lambat dan
involunter.

21
B. Bentuk dan Ukuran Sel Otot
Untuk bentuk dan ukuran sel otot memiliki diameter yang berbeda-
beda. Variasi diameter serabut otot bergantung pada factor-fakor seperti otot
spsifik, umur, jenis kelamin, status gizi, dan kebugaran fisik individunya.
Latihan fisik memperbesar muskulatur rangka dengan merangsang
pembentukan myofibril baru dan bertambahnya diametermasing-masing
serabut otot. Proses ini, ditandai oleh peningkatan volume sel, disebut
hipertrofi (Yun, hyper, di atas + trophe, makanan). Pertumbuhan jaringan
oleh peningkatn jumlah sel disebut hyperplasia (hyper + Yun, plasis,
membentuk), yang mudah terjadi pada otot polos, yang sel-selnya belum
hilang kemampuannya untuk membelah melalui mitosis. Bentuk sel otot
rangka adalah silindris, ukuran diameternya adalah 10-100 μm, dan
panjangnya beberapa cm. Bentuk sel otot jantung adalah silindris, ukuran
diameternya adalah 10-20 μm, dan panjangnya 50-100 μm. Bentuk sel otot
polos adalah fusiform, ukuran diameternya adalah 0,2-10 μm, dan panjang
nya 50-200 μm.
C. Pengecatan Sel Otot
Dalam pengecatan sel otot biasanya menggunakan hematxilin dan
Eosin. Hematoxilin dan Eosin adalah zat warna yang sering digunakan
untuk mewarnai sel ataupun jaringan agar lebih mudah diamati dengan
mikroskop. Apabila digunakan secara bersamaan, hematoxilin akan memberi
warna nukleus karena berisi DNA dan RNA, selain itu RNA dalam ribosom
juga akan ikut terwarnai. Sedangkan Eosin akan memberi warna membran
sel, sel-sel otot, dan serat-serat protein lain. Jadi penggunaan Hematoxilin
dan Eosin secara bersamaan akan sangat membantu dalam membedakan
bagian-bagian sel tersebut. Untuk pembesaran sel otot biasanya bisa
dilakukan dengan menggunakan mikroskop elektron maupun mikroskop
cahaya.

II.6 Struktur sel saraf


Sistem saraf manusia adalah suatu jalinan jaringan saraf yang kompleks,
sangat khusus, dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf
mengkoordinasi, menafsirkan, dan mengontrol interaksi antara individu dengan
lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur
kebanyakan aktivitas system-system tubuh lainnya. Karena pengaturan saraf
tersebut maka terjalin komunikasi antara berbagai system tubuh hingga
menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis. Dalam system inilah

22
berasal segala fenomena kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi, dan
gerakan. Jadi kemampuan untuk dapat memahami, belajar, memberi respon
terhadap suatu rangsangan merupakan hasil kerja integrase dari system saraf
yang puncaknya dalam bentuk dan kepribadian tingkah laku (Prince, dkk,
1995).
Jaringan saraf merupakan salah satu jaringan dasar pembentuk tubuh
manusia yang mengatur seluruh aspek yang berkaitan dengan fungsi-fungsi
tubuh yang diperlukan untuk melakukan kegiatan sehari-hari (Jusuf, dkk,
2009).
Jaringan saraf tersebar diseluruh tubuh sebagai suatu jaringan komunikasi
terpadu. Secara anatomis, gambaran umum susunan saraf terdiri atas dua bagian
utama:
 Susunan saraf pusat yang terdiri atas otak dan medula spinal
 Susunan saraf tepi yang terdiri atas saraf kranial, saraf spinal, dan saraf
perifer yang menghantarkan rangsangan ke dari saraf pusat ( saraf
sensoris dan motoris, berturut-turut) dan ganglia, yaitu kelompok kecil
saraf di luar saraf pusat (Mescher,2017).

Satuan fungsional dalam sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi
adalah neuron. Neuron merupakan unit anatomis dan fungsional sistem saraf.
Setiap neuron memiliki tiga bagian utama yaitu badan sel, dendrit, dan akson
(Mescher, 2017).
Badan sel pada neuron mempunyai satu atau beberapa tonjolan.
Dendrit adalah tonjolan yang menghantarkan informasi menuju badan sel.
Tonjolan tunggal dan panjang yang menghantarkan informasi keluar dari
badan sel disebut akson (Price, 1995).

23
Badan sel (juga disebut perikarion atau soma) mengandung inti dan
kebanyakan organel sel dan berfungsi sebagai pusat sintetik atau trofikuntuk
keseluruhan neuron. Dendrit berupa banyak cabang memanjang yang terjulur
dari perikarion dan dikhususkan untuk menerima rangsangan dari neuron lain
pada tempat khas yang disebut sinaps. Akson yang merupakan satu cabang
panjang yang berakhir pada sinaps, khusus untuk membangkitkan dan
menghantarkan impuls saraf ke saraf lain (sel saraf, otot, dan sel kelenjar).
Akson dapat juga menerima informasi dari neuron lain, informasi yang
terutama memodifikasi transmisi potensial aksi ke neuron itu (Mescher,
2017).
Berdasarkan jumlah julurannya, dikenal 3 jenis neuron (Jusuf, dkk, 2009):

1. Neuron unipolar
Yaitu neuron yang hanya mempunyai satu juluran. Contohnya neuron
unipolar pada masa embrio
2. Neuron bipolar
Yaitu sel saraf berbentuk kumparan dengan 2 juluran yang masing-
masing keluar dari ujung perikarion (badan sel saraf). Contohnya
ganglion vestibular dan koklear di telinga, neuron olfaktoris di regio
olfaktoria hidung.
3. Neuron multipolar
Yaitu neuron berbentuk poligonal yang mempunyai banyak prosesus.
Bentuk neuron ini merupakan bentuk yang paling banyak dijumpai
ditubuh kita. Contohnya neuron motorik di kornu anterior medulla
spinalis, batang otak, korteks serebri/otak besar (sel piramid) dan korteks
serebelli/otak kecil (mempunyai bentuk yang sangat khas bagaikan
tanduk menjangan yang bercabang-cabang).

24
Ciri paling khas dari suatu neuron (Jusuf, dkk, 2009) adalah juluran atau
prosesus sitoplasmanya yang terdiri atas dendrit dan akson. Dendrit dan akson
terdapat pada hampir semua neuron.
1. Dendrit
Umumnya satu neuron mengandung beberapa dendrit, contohnya
neuron motorik pada kornu anterior medula spinalis. Kebanyakan dendrit
terlihat bercabang dan cabang-cabangnya menjadi lebih kecil diameternya
daripada cabang utama. Ciri-ciri histologis dendrit adalah:
a. Pangkalnya lebih tebal dan semakin kedistal semakin tipis.
b. Tiap dendrit dapat bercabang menjadi cabang primer, sekunder tertier dan
seterusnya.
c. Permukaannya diliputi oleh tonjolan kecil atau duri (spine/gemullae) yang
berfungsi sebagai tempat kontak sinaps.
d. atang utama dendrit mengandung badan Nissl, ribosom bebas,
mitokondria, mikrotubulus dan mikrofilamen, tetapi kandungan badan
Nissl dan ribosom bebas makin berkurang oleh percabangannya sampai
organel tersebut tidak ada pada ranting yang sangat kecil. Dendrit
tidak mempunyai kompleks Golgi.
Fungsi dendrit adalah menerima rangsang saraf dari ujung akson
neuron lainnya melalui sinaps akso-dendritik. Dendrit mempunyai peranan
yang sangat penting bagi kemampuan neuron untuk mengintegrasikan
informasi yang datang dalam jumlah banyak. Rangsang saraf yang datang
dapat merangsang atau menghambat kegiatan listrik pada membran dendrit,
yaitu menaikkan atau menurunkan ambang rangsang neuron.
2. Akson
Setiap sel saraf mempunyai satu juluran panjang dengan pangkal yang
menjorok masuk ke dalam perikarion yang dikenal sebagai akson Hillock.
Ciri histologis akson adalah:
a. Mempunyai pangkal akson pada perikarion yang disebut akson
Hillock.
b. Umumnya lebih tipis (halus) dan jauh lebih panjang daripada dendrit
pada neuron yang sama.
c. Aksoplasma tidak mengandung struktur apapun yang berperan dalam
sintesa protein seperti badan Nissl (rough endoplasmic reticulum),
ribosom dan kompleks Golgi.
d. Aksoplasma mengandung neurofilament, mikrotubulus dan
mitokondria.

25
e. Sebagian besar akson bermielin dan karenanya tampak putih mengkilat
dalam keadaan segar. Selubung mielin bukan merupakan bagian dari
neuron, tetapi merupakan bagian dari selubung neuron. Selubung
mielin hanya ada pada akson dan tidak pernah pada dendrit. Tetapi ada
pula akson yang tidak bermielin. Bila dengan mikroskop cahaya
terlihat serat saraf bermielin maka sudah tentu itu adalah akson. Bila
serat sarafnya tidak bermielin maka serat tersebut mungkin akson dan
mungkin pula dendrit.
f. Ujung akhir akson bercabang-cabang seperti ranting yang disebut
telodendria yang berkontak dengan perikarion, dendrit, atau akson dari
satu neuron atau lebih pada sinaps.
g. Pada ujungnya ranting aksonal memperlihatkan pembengkakan kecil
disebut “boutons terminaux”.
Fungsi akson adalah meneruskan atau menyalurkan rangsang saraf
ke neuron lainnya, serat otot atau sel kelenjar.

Selain neuron, terdapat neuroglia dan sel schwann yang berfungsi


sebagai sel pendukung neuron. Neuroglia mengandung berbagai macam sel
yang secara keseluruhan menyokong, melindungi, dan sumber nutrisi sel saraf
pada otak dan medulla spinalis, sedangkan sel schwann merupakan pelindung
dan penyokong neuron-neuron di luar sistem saraf pusat. Neuroglia menyusun
40% volume otak dan medulla spinalis. Neuroglia jumlahnya lebih banyaj dari
sel-sel neuron dengan perbandingan sekitar sepuluh banding satu. Ada empat
sel neuroglia yang berhasil diidentifikasi yaitu: oligodendroglia yang berfungsi
menghasilkam myelin dalam susunan saraf pusat, ependima berperan dalam
produksi cerebro spinal fluid, astroglia berfungsi sebagai penyedia nutrisi bagi
neuron, dan microglia berperan penting dalam melawan infeksi di seluruh
sistem saraf pusat (Marieb, 1988).

26
II.7 Struktur sel kelenjar
Kelenjar berasal dari sel epitel yang rneninggalkan permukaan saat
berkembang dan menembus jaringan ikat di bawahnya, memproduksi lamina
basalis disekitarnya. Unit sekretmi, beserta duktusnya, merupakan parenkim
kelenjar, sedangkan stroma kelenjar merupakan elemen jaringan ikat
yangmemasuki dan menyokong parenkim.
Epitel kelenjar memproduksi produknya secara intraselular dengan
menyintesis makromolekul yang umumnya dibungkus dan disimpan dalam
vesikel yang disebut granula sekretori. Produk sekretori dapat berupa hormon
polipeptida (seperti: dari kelenjar pituitari); substansi seperti lilin (seperti: dari
kelenjar serumen saluran telinga); musinogen (seperti: dari sel goblet); atau
susu, kombinasi protein, lipid, dan karbohidrat (seperti: kelenjar mamma).
Kelenjar lainnya (seperti kelenjar keringat) menyekresikan sedikit selain
eksudat yang diterima dari aliran darah. Selain itu, duktus bergurat (striated
ducts) (seperti: pada kelenjar saliva besar) bekerja sebagai pompa ion yang
memodifikasi substansi yang diproduksi oleh unit sekretorinya.
Kelenjar diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar berdasarkan
metode distribusi produk sekretorinya:
 Kelenjar eksokrin menyekresikan produknya melalui duktus ke
permukaan eksternal atau internal dari epitel yang merupakan tempat
asal kelenjar tersebut.
 Kelenjar endokrin adalah kelenjar yang tidak mempunyai duktus,
kehilangan hubungan dengan epitel asalnya sehingga menyekresikan
produknya ke dalam pembuluh darah atau limf untuk distribusi.
Banyak jenis sel yang menyekresikan molekul pengisyarat atau
pensinyal yang disebut sitokin, yang berfungsi untuk komunikasi antarsel.
Sitokin dilepaskan oleh sel pensinyal dan bekerja pada sel target, yang memiliki
reseptor untuk molekul pensinyal spesifik. Bergantung pada jarak sitokin untuk
mencapai sel target, efeknya dapat berupa salah satu dari berikut:
 Autokrin: Sel pensinyal juga merupakan targetnya; sehingga sel
menstimulasi dirinya sendiri.
 Parakrin: Sel target terletak di sekitar sel pensinyal; sehingga sitokin tidak
perlu memasuki sistem pembuluh darah untuk mencapai targetnya.
 Endokrin: Sel target dan sel pensinyal berjauhan satu sama lain; sehingga,
sitokin hams ditranspor dengan pembuluh darah atau limfa.

27
Kelenjar yang menyekresikan produknya melalui jalur sekretori
konstitutif berlangsung kontinu, melepaskan produk sekretolinya tanpa
disimpan dan tanpa memerlukan pemicu dari molekul pensinyal. Kelenjar yang
mempunyai jalur sekretori yang diatur, mengkonsentrasikan dan menyimpan
produk sekretorinya hingga molekul pensinyal yang tepat untuk
penglepasannya diterima.
1. Kelenjar Eksokrin
Kelenjar eksokrin menyekresikan produknya melalui duktus ke
permukaan epitel asal kelenjar tersebut. Kelenjar eksokrin dikelompokkan
menurut produk sekresinya, cara sekresinya, dan jumlah selnya
(uniselular atau multiselular). Sebagian besar kelenjar eksokrin pada
sistem pencernaan, pernapasan, dan urogenital menyekresikan substansi
berupa mukosa, serosa, atau campuran (keduanya). Kelenjar mukosa
menyekresikan musinogen, protein terglikosilasi besar yang saat hidrasi,
membengkak menjadi lubrikan protektif kental serupa gel, yang dikenal
sebagai musin, unsur besar dari mukus. Contoh dari kelenjar mukosa
yakni sel goblet dan kelenjar saliva kecil pada lidah dan palatum.
Kelenjar serosa (Garnbar 5-17), seperti pankreas, menyekresikan cairan
encer kaya akan enzim. Kelenjar campur mengandung asinus (unit
sekretori) yang memproduksi sekresi mukosa dan serosa; selain itu,
sebagian asinus mukosa memiliki demiluna atau bulan sabit serosa,
sekelompok sel yang menyekresikan cairan serosa. Kelenjar sublingualis
dan submandibularis merupakan contoh kelenjar ini (Gambar 5-18).
Sel kelenjar eksokrin mempunyai tiga mekanisme berbeda dalam
mengeluarkan produk sekretorinya: (1) holokrin, (2) merokrin, dan (3)
apokrin (Gambar 5-19). Penglepasan produk sekretori kelenjar merokrin
(seperti kelenjar parotis) terjadi dengan cara eksositosis akibatnya,
membran sel maupun sitoplasma tidak ikut disekresikan. Meskipun
banyak peneliti mempertanyakan cara sekresi apokrin, dulu dipercaya
bahwa kelenjar apokrin (seperti kelenjar mamma laktans) sebagian kecil
dari apikal sitoplasma ikut terlepas bersamaan dengan produk
sekretoriknya. Pada kelenjar holokrin (seperti kelenjar sebasea), saat
selnya dewasa, sel kemudian mati, dan menjadi produksi sekretorinya.

28
Gambar : Perbesaran Holokrin

29
Gambar Perbesaran Merokrin

Gambar Perbesaran Mukosa

Berdasarkan sifat sekretnya, kelenjar eksokrin dapat dibedakan menjadi:


a. Kelenjar sitogen, yaitu kelenjar yang menghasilkan sel-sel sebagai sekretnya
(misalnya testis dan ovarium).
b. Kelenjar non sitogen yaitu kelenjar yang hasilnya tidak mengandung sel-sel.
Kelenjar non sitogen dapat dibagi lagi menjadi tiga bagian yaitu :
 Kelenjar mukosa: Sekret kelenjar mukosa bersifat kental. Bentuk sel
kelenjarnya pyramidal dengan bagian puncaknya berisi tetes-tetes bahan
musinogen atau premusin sebagai pembentuk lendir.
Contoh : Kelenjar Sublingual

30
 Kelenjar serosa : Sekret kelenjar serosa bersifat encer, jernih yang
berbentuk sebagai albumin. Terkadang sekret tersebut mengandung enzim
seperti pada kelenjar pancreas dan parotis. Sel kelenjar serosa berbentuk
pyramidal dengan inti berbentuk bulat yang terletak agak ditengah. Pada
bagian basal sel terdapat glanular endoplaspic reticulum sehingga pada
pengamatan dengan menggunakan mikroskop cahaya tampak gambaran
yang bergaris-garis. Contoh : Kelenjar Parotid
 Kelenjar campuran : Merupakan kelenjar campuran dari sel-sel kelenjar
mukosa dan serosa. Kadangkadang sel serosa terdesak oleh sel mukosa
sehingga membentuk gambaran bulan sabit yang dinamakan demiluna
gianuzzi. Contoh dari kelenjar ini adalah glandula submandibularis dan
glandula submaxillaris

Gambar : Perbesaran Kelenjar Parotid Gambar:Perbesaran Kelenjar Sublingual

Berdasarkan jumlah selnya, kelenjar eksokrin dibedakan menjadi kelenjar


uniselular dan kelenjar multiselular.
a. Kelenjar Eksokrin Uniselular
Kelenjar eksokrin uniselular merupakan bentuk paling sederhana
dari kelenjar eksokrin. Kelenjar eksokrin uniselular, yang merupakan sel
sekretori tersendiri pada epitel, ialah bentuk paling sederhana dari kelenjar
eksokrin. Contohnya ialah sel goblet, yang tersebar sendiri-sendiri pada
lapisan epitel saluran cerna dan sebagian saluran napas. Sekresi mukus
yang dikeluarkan melindungi lapisan luar saluran ini.
Sel goblet memperoleh namanya dari bentuknya, yakni dari piala
(goblet). Daerah basalnya yang tipis terletak dibagian atas lamina basalis,
sedangkan bagian apikalnya yang membesar, teka menghadap lumen

31
saluran cerna atau napas. Teka diisi oleh droplet sekretori yang terikat pada
membran, yang menggeser sitoplasma ke perifer sel dan inti ke basal sel.
Proses penglepasan musinogen diatur dan distimulasi oleh iritasi kimiawi
dan persarafan para simpatis, menyebabkan eksositosis seluruh kandungan
sekretor dari sel, sehingga melubrikasi dan melindungi lembaran epitel.

32
b. Kelenjar Eksokrin Mutiselular
Kelenjar eksokrin multiselular merupakan kelompokan unit
sekretori. Kelenjar eksokrin multiselular terdiri atas kelompokan sel
sekretori dalam berbagai jenis susunan. Sel sekretori ini tidak bekerja
sendiri dan independen akan tetapi berfungsi sebagai organ sekretori.
Kelenjar multiselular dapat mempunyai struktur sederhana, dicontohkan
oleh epitel kelenjar uterus dan mukosa lambung, atau struktur kompleks,
tersusun atas berbagai jenis unit sekretori dan tersusun dalam bentuk
gabungan percabangan. Menurut penyusunan strukturnya,
kelenjarmultiselular disubklasifikasikan menurut penyususunankomponen
sekretori dan duktusnya juga menurutbentuk unit sekretorinya. Kelenjar
multiselular diklasifikasikan sebagaisederhana atau simpleks jika
duktusnya tidak bercabang dan kompleks jika duktusnya bercabang.
Kelenjar ini kemudian dikategorikan lebihlanut menurut morfologi unit
sekretorinya yakni tubular, asinar (juga disebut alveolar, menyerupai
anggur), atau tubuloalveolar.
Kelenjar multiselular yang lebih dikelilingi oleh kapsul jaringan
ikat kolagen, yang memasukkan septa (juluran jaringan ikat) ke dalam
kelenjar, membaginya menjadi kompartemen yang lebih kecil yang dikenal
sebagai lobus dan lobulus. Unsur pembuluh darah, saraf, dan duktus
menggunakan septa jaringan ikat untuk masuk dan keluar dari kelenjar.
Selain itu, unsur jaringan ikat menyediakan sokongan struktur untuk
kelenjar.
Asinus pada banyak kelenjar eksokrin multiselular seperti kelenjar
keringat dan kelenjar saliva besarmemiliki sel mioepitel yang berbagi

33
lamina basalis dengan sel asinar. Meskipun sel mioepitel berasal dari epitel,
sel ini memiliki karalteristik seperti sel otot polos, khususnya kontraktilitas.
Sel ini mempunyai inti yang kecil dan sitoplasma fibrilar tipis yang
menonjol dari badan sel, membungkus asinus dan sebagian duktus kecil.
Kontraksinya membantu dalam menyekresikan produk dari asinus dan dari
sebagian duktus kecil.

2. Kelenjar Endokrin
Kelenjar endokrin tidak mempunyai duktus, sehingga produk sekretorinya
dikeluarkan langsung ke dalam aliran darah atausistem limfatik. Kelenjar
endokrin mengeluarkan sekresinya (hormon) ke dalam pembuluh darah atau
limfatik untuk didistribusikan ke organ target. Kelenjar suprarenal (adrenal),
pituitari, tiroid, paratiroid, pineal, ovarium, plasenta, dan testis.
Pulau-pulau Langerhans dan sel intersisial Leydig beberapa dari yang
lain karena struktur ini terdiri atas kelompokan sel dalam stroma jaringan ikat
dari organ lain (yakni pankreas dan testis). Hormon yang disekresikan oleh
kelenjar endokrin termasuk peptida, protein, modifikasi asam amino, steroid,
dan glikoprotein
Sel sekretori dari kelenjar endokrin dapat tersusun seperti tali atau
folikel. Pada jenis temali (cord), susunan paling umum, sel membentuk

34
anastomosis temali di sekeliling kapiler atau sinusoid darah. Hormon yang
disekresikan disimpan intraselular dan dikeluarkan saat kedatangan molekul
pensinyal atau implus saraf yang tepat. Contoh dari jenis ini ialah kelenjar
suprarenal, lobulus anterior kelenjar pituituri, dan kelenjar paratiroid.
Pada jenis folikel, sel sekretori (sel folikular) membentuk folikel yang
mengelilingi rongga yang menerima dan menyimpan hormon yang
disekresikan. Saat sinyal diterima, hormon yang disimpan diresorpsi oleh sel
folikel dan dikeluarkan ke dalam jaringan ikat untuk memasuki kapiler darah.
Contohnya ialah kelenjar tiroid.
Sebagian kelenjar pada tubuh merupakan jenis campuran; contohnya,
parenkin mengandung unitsekresi eksokrin. Pada kelenjar ganda ini (seperti:
pankreas, ovarium, dan testis), bagian eksokrinnya menyereksikan produknya
kedalam duktus, sedangkan bagian endokrinnya menyekresikan produknya ke
dalam aliran darah.

35
BAB 3

KESIMPULAN

- Sel merupakan unit kehidupan terkecil. Tubuh manusia tersusun dari


berbagai macam sel yang memiliki ukuran, bentuk dan struktur yang
berbeda.
- Sel-sel pada tubuh manusia dapat dibagi menjadi sel darah, sel jaringan
epitel, sel jaringan ikat, sel tulang, sel otot, sel saraf dan sel kelenjar.
- Sel darah adalah semua sel dalam segala bentuk yang secara normal
ditemukan dalam darah.
- Sel jaringan epitel adalah sel penyusun jaringan berbentuk membrane atau
kelenjar.
- Sel jaringan ikat adalah sel yang banyak ditemukan pada jaringan ikat
longgar.
- Sel tulang adalah sel-sel induk pluripoten yang belum berdiferensiasi,
berasal dari jaringan ikat mesenkim.
- Sel Sel otot adalah Sel otot adalah sel yang menyusun sebuah jaringan
otot dalam tubuh manusia dan hewan . Sel otot diklasifikasikan menjadi
tiga jenis yaitu sel otot lurik, sel otot polos dan sel otot jantung.
- Sel saraf adalah sel yang menyusun satuan kerja utama dari system saraf
yang berfungsi menghantarkan implus listrik ke otak.
- Sel kelenjar adalah sel yang menyusun jaringan kelenjar tubuh yang
mensintesa suatu zat untuk dikeluarkan.

36
DAFTAR PUSTAKA

 Gartner, Leslie P. and James L. Hiatt. Color text book of histology third
edition. Philadelphia. Elseivier Saunder. 2007
 Sihombing, Iknes dkk, (2000), Peran Estrogen pada Remodeling Tulang,
Jurnal Biomedik, S18-28
 Mescher, Anthony L.2017. Histologi Dasar Junqueira. Jakarta: EGC
 Junqueira, Luiz Carlos., Jose Carneiro, ahli bahasa: Jan Tambayong, 2007,
Basic Histology : texy & atlas - 10 ed; Jakarta: EGC
 Hall, John E., 2014, Fisiologi Kedokteran edisi 12 bab 2, Singapore: Saunders
Elsevier
 Marieb, Elaine N, PhD. 1988. Essentials of Human Anatomy & Fisiology.
California: Cumming Publishing.
 Price, A. Silvia, dkk. 1995. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC.
 Jusuf, Ahmad Aulia, dkk. 2009. Aspek Histologis dalam Neurosains. Jakarta: FKUI.

37

Anda mungkin juga menyukai