Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Setiap wanita dalam usia subur setiap bulannya akan mendapat


menstruasi (haid). Sering haid yang datang disertai dengan rasa nyeri pada
daerah perut atau pinggang. Rasa nyeri saat haid atau yang disebut dalam
istilah medisnya dengan dismenore, banyak dialami para wanita (Info
sehat, 2008)

Nyeri saat haid (dismenore) ada dua bentuk yaitu dismenore primer
dan sekunder. Dismenore primer biasa timbul pada hari pertama atau
kedua dari menstruasi. Nyerinya bersifat kolik atau kram dan dirasakan
pada abdomen bawah. Beberapa faktor yang dikaitkan dengan dismenore
primer yaitu prostaglandin uterine yang tinggi, dan faktor
emosi/psikologis.belum diketahui dengan jelas bagaimana prostaglandin
bisa menyebabkan dismenore tetapi diketahui bahwa wanita dengan
dismenore mempunyai prostaglandin yang 4 kali lebih tinggi daripada
wanita tanpa dismenore. (Siswandi, 2007)

Dismenore sekunder yaitu nyeri haid yang berhubungan dengan


kelainan anatomis yang jelas, kelainan anatomis ini kemungkinan adalah
haid disertai infeksi, endometriosis, mioma uteri, polip endometrial, polip
serviks, pemakai IUD atau AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim). Untuk
menegakkan penyebab dismenore perlu konsultasi dengan dokter ahli
kandungan sehingga dapat memberi pengobatan yang tepat (Manuaba,
2009)

1
2

Menurut Journal Occupational and Enviromental, Di Amerika


Serikat, diperkirakan hampir 90% wanita mengalami dismenore, dan 10-
15% diantaranya mengalami dismenore berat yang menyebabkan wanita
tidak mampu melakukan kegiatan apapun. Di Indonesia angka kejadian
dismenore terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36% dismenore
sekunder. Biasanya gejala dismenore primer terjadi pada wanita usia
produktif 3-5 tahun setelah mengalami haid pertama dan wanita yang
belum pernah hamil (Info sehat, 2008)

Dismenore dapat dikurangi secara farmakologis dan non


farmakologis. Secara farmakologis dapat dikurangi dengan obat golongan
NSAIDs (Non Steroid Anti-Infamatory Drugs) diantaranya ada ibu profen,
diclofenac, acetaminophen tetapi obat – obat tersebut menyebabkan
ketergantungan dan memiliki kontraindikasi yaitu hipersensitivitas, ulcus
peptic (tukak lambung), perdarahan atau perforasi gastrointestinal,
insufisiensi ginjal dan resiko tinggi perdarahan. Sedangkan secara non
farmakologis antara lain dengan pengaturan posisi, teknik relaksasi,
manajemen sentuhan, manajemen lingkungan, distraksi, imajinasi,
kompres pemberian minuman herbal, dan pemakaian essential oil.
Essential oil dapat membantu mengobati kram menstruasi.
3

B. Rumusan Masalah

Ruang lingkup permasaahan yang diteliti adalah mencari tahu


pengaruh pemberian aromaterapi terhadap penurunan dismenore pada
siswa kelas 8 SMPN 14 Tasikmalaya. Penelitian ini akan dilakukan pada
bulan Juli 2019.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan data diatas maka tujuan penelitian ini adalah :


- Tujuan Umum :
1. Mengetahui pengaruh pemberian aromaterapi terhadap dismenorea
primer
- Tujuan Khusus :
2. Mengetahui usia responden yang menderita dismenore
3. Mengetahui skala nyeri dismenore responden sebelum dan setelah
pemberian aromaterapi..

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain :


1. Manfaat teoritis

Penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti selanjutnya


yang ingin meneliti hal serupa maupun yang berkaitan dengan
aromaterapi.
4

2. Manfaat Praktis
1) Dapat memberikan informasi dan solusi bagi remaja dalam
mengurangi dismenore primer dengan menggunakan rempah-
rempah tanpa bahan pengawet
2) Memberikan informasi kepada masyarakat tentang kandungan
tanaman obat dan cara mengolahnya agar dapat menjadi
penghilang nyeri
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Menstruasi

Menstruasi adalah suatu siklus perdarahan uterus sebagai respon


terhadap interaksi kompleks dari hipothalamus, hipofisis dan
ovarium.Menstruasi adalah perdarahan periodik dan sekitar 30 – 40 ml
darah keluar saat menstruasi. Siklus menstruasi bervariasi dari 21 – 35
hari dengan lama menstruasi 3 – 7 hari (4).
Sebelum terjadi menstruasi terdapat fase – fase lainnya. Fase – fase
tersebut antara lain :
a. Fase proliferasi
Segera setelah menstruasi, endometrium dalam keadaan tipis
dan stadium istirahat.Stadium ini berlangsung kira – kira 5 hari.
Kadar estrogen yang meningkat akan merangsang stroma
endometrium untuk mulai tumbuh dan menebal, kelenjar – kelenjar
menjadi hipertrofi dan berproliferasi, dan pembuluh darah menjadi
banyak sekali. Lamanya proliferasi sangat berbeda – beda pada
setiap orang, dan berakhir pada saat terjadinya ovulasi (3).

5
6

b. Fase sekresi
Setelah ovulasi, dibawah pengaruh progesteron yang
meningkat dan terus diproduksinya estrogen dari korpus luteum,
endometrium menebal dan menjadi seperti beludru.Kelenjar menjadi
lebih besar dan berkelok – kelok dan epitel kelenjar menjadi berlipat
– lipat.Terjadi infiltrasi leukosit yang banyak, dan pembuluh darah
menjadi berbentuk spiral dan melebar. Lamanya fase sekresi sama
pada setiap perempuan yaitu 14 ± 2 hari (3).
c. Fase menstruasi

Korpus luteum berfungsi sampai kira – kira hari ke – 23 atau


24 pada siklus 28 hari, dan kemudian mulai beregresi. Akibatnya
terjadi penurunan progesterone dan estrogen yang tajam sehingga
menghilangkan perangsangan pada endometrium. Perubahan
iskemik terjadi pada arteriola dan diikuti dengan menstruasi (3).

B. Dismenore

1. Definisi

Dismenore didefinisikan sebagai menstruasi yang


menyakitkan. Kata tersebut berasal dari kata Yunani dys yang berarti
sulit / menyakitkan / abnormal, meno berarti bulan dan rrhea berarti
mengalir (7).

2. Patofisiologi

Patofisiologi dismenore sampai saat ini masih belum jelas


(10). Terjadinya dismenore primer diyakini berhubungan dengan
banyak faktor (4). Bukti terbaru menunjukkan bahwa dismenore
berhubungan dengan tingkat peningkatan prostaglandin yang
menyebabkan kontraksi uterus dan iskemia (5).
7

Pada dasarnya dismenore primer berhubungan dengan


prostaglandin endometrial, fosfolipid membrane sel dan leukotrien.
Setelah ovulasi, asam lemak akan meningkat dalam fosfolipid
membrane sel .Lalu asam arakidonat dan asam lemak omega - 7
lainnya dilepaskan dan memulai aliran mekanisme prostaglandin
dan leukotriene dalam rahim. Hal inilah yang kemudian akan
memediasi respon inflamasi, kram menstruasi dan molimina
menstruasi lainnya (7).

Prostaglandin ( PG ) F2 - alpha adalah hasil metabolism


dari asam arakidonat yang merupakan siklooksigenase (COX) yang
menyebabkan hypertonus myometrium dan vasokonstriksi
sehingga menimbulkan iskemia dan nyeri. Individu yang
mengalami dismenore primer menghasilkan lebih banyak
prostaglandin dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami
dismenore. Selain PGF2 – alpha, PGE2 juga berperan dalam
menyebabkan dan meningkatkan dismenore primer (7).

Leukotriene juga turut berperan dalam menyebabkan


dismenore dengan meningkatkan sensitivitas serabut saraf nyeri
uterus.Peningkatan leukotriene ditemukan pada remaja putri dan
wanita dewasa yang mengalami dismenore.Leukotrien dan
prostaglandin merupakan vasokonstriktor kuat dan mediator
inflamasi. Namun peranan yang lebih spesifik dari kedua zat
tersebut masih perlu penelitian lebih lanjut (7).

Selain hormon, leukotrien, dan prostaglandin, dismenorea


primer juga bisa diakibatkan oleh adanya tekanan atau faktor
kejiwaan. Stres atau tekanan jiwa dapat meningkatkan kadar
vasopresin dan katekolamin yang menyebabkan vasokonstriksi
kemudian iskemia pada sel (7).
8

Dismenore sekunder disebabkan oleh keadaan patologis


seperti fibrosis uterus, endometriosis , adenomiosis , dan penyakit
tulang panggul (pelvis) lainnya (7).

3. Klasifikasi

Berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab yang dapat


diamati, dismenore dapat dibagi menjadi, dismenore primer dan
dismenore sekunder (11).

a. Dismenore Primer

Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa


di adanya kelainan pada alat- alat genital yang nyata.
Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah menarche
biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus- siklus
haid pada bulan- bulan pertama setelah menarche umumnya
berjenis anovulator yang tidak disertai dengan rasa nyeri (11).

Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau


bersama- sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk
beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus dapat
berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri adalah kejang
berjangkit- jangkit, biasanya terbatas pada perut bagian bawah,
tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha (11).

b. Dismenore Sekunder

Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang disertai


kelainan anatomis genitalis.Menurut Hacker (2001) tanda –
tanda klinik dari dismenore sekunder adalah endometriosis,
radang pelvis, fibroid, adenomiosis, kista ovarium dan kongesti
pelvis. Umumnya, dismenore sekunder tidak terbatas pada
haid, kurang berhubungan dengan hari pertama haid, terjadi
9

pada perempuan yang lebih tua (30-40 th) dan dapat disertai
dengan gejala yang lain (dispareunia, kemandulan dan
perdarahan yang abnormal) (11).

4. Derajat Dismenore

Dismenorea dapat dibagi menjadi 4 tingkatan menurut


keparahannya, yaitu (12) :

1) Derajat 0 : tanpa rasa nyeri dan aktivitas sehari-hari tidak


terpengaruh.
2) Derajat 1 : nyeri ringan dan memerlukan obat rasa nyeri seperti
parasetamol, antalgin, ponstan, namun aktivitas sehari-hari
jarang terpengaruh.
3) Derajat 2 : nyeri sedang dan tertolong dengan obat penghilang
nyeri tetapi mengganggu aktivitas sehari-hari.
4) Derajat 3 : nyeri sangat berat dan tidak berkurang walaupun
telah memakan obat dan tidak mampu bekerja. Kasus ini
harus diatasi segera dengan berobat ke dokter.

Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat


individual.Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik
dan mental.Nyeri dapat diukur dengan beberapa metode. Salah
satunya dengan Numeric Rating Scale (NRS) (9).

Numeric Rating Scale (NRS) digunakan untuk menggantikan


penilaian dengan deskripsi kata.Responden menilai nyeri dengan
menggunakan skala 0-10. NRS merupakan skala nyeri yang paling
sering dan lebih banyak digunakan di klinik, khususnya pada kondisi
akut, NRS digunakan untuk mengukur intensitas nyeri sebelum dan
sesudah intervensi teraupetik (9).
10

Gambar 2.1 Skala Penilaian Nyeri NRS

5. Etiologi dan faktor resiko

a. Dismenore Primer

Dismenore primer terjadi pada usia yang lebih muda,


timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur, nyeri sering
terasa sebagai kejang uterus dan spesifik, nyeri timbul
mendahului haid dan meningkat pada hari pertama atau kedua
haid.

Menurut Manuaba (2001) terdapat beberapa faktor yang


dapat mempengaruhi dismenore primer antara lain (11):

1) Faktor Kejiwaan

Dismenore primer banyak dialami oleh remaja


yang sedang mengalami tahap pertumbuhan dan
perkembangan baik fisik maupun psikis. Ketidaksiapan
remaja putri dalam menghadapi perkembangan dan
pertumbuhan pada dirinya tersebut, mengakibatkan gangguan
psikis yang akhirnya menyebabkan gangguan fisiknya,
misalnya gangguan haid seperti dismenore (11).

2) Faktor Konstitusi

Faktor konstitusi berhubungan dengan faktor


kejiwaan sebagai penyebab timbulnya dismenore primer yang
11

dapat menurunkan ketahanan seseorang terhadap nyeri.


Faktor ini antara lain:

a) Anemia

Sebagian besar penyebab anemia adalah


kekurangan zat besi. Kekurangan zat besi ini dapat
menimbulkan gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak (11).

b) Penyakit Menahun

Penyakit menahun yang diderita seorang


perempuan akan menyebabkan tubuh kehilangan
terhadap suatu penyakit atau terhadap rasa nyeri.
Penyakit yang termasuk penyakit menahun dalam hal ini
adalah asma dan migraine (11).

3) Faktor Endokrin

Kejang pada dismenore primer disebabkan oleh


kontraksi yang berlebihan.Hal ini disebabkan karena
endometrium dalam fase sekresi memproduksi
prostaglandin F2 α yang menyebabkan kontraksi otot-otot
polos. Jika jumlah prostaglandin F2 α berlebih akan
dilepaskan dalam peredaran darah, maka selain dismenore,
dijumpai pula efek umum, seperti diare, nausea, dan
muntah (11).
12

4) Faktor Alergi

Teori ini dikemukakan setelah adanya asosiasi


antara dismenore primer dengan urtikaria, migren atau
asma bronkial. Smith menduga bahwa sebab alergi ialah
toksin haid (11).

Faktor resiko terjadinya dismenore primer adalah (11):


a) Menarche pada usia lebih awal
Menarche pada usia lebih awal menyebabkan
alat-alat reproduksi belum berfungsi secara optimal dan
belum siap mengalami perubahan perubahan sehingga
timbul nyeri ketika menstruasi.
b) Belum pernah hamil dan melahirkan
Perempuan yang hamil biasanya terjadi alergi
yang berhubungan dengan saraf yang menyebabkan
adrenalin mengalami penurunan, serta menyebabkan
leher rahim melebar sehingga sensasi nyeri haid
berkurang bahkan hilang.
c) Lama menstruasi lebih dari normal (7 hari)
Lama menstruasi lebih dari normal (7 hari),
menstruasi menimbulkan adanya kontraksi uterus,
terjadi lebih lama mengakibatkan uterus lebih sering
berkontraksi, dan semakin banyak prostaglandin yang
dikeluarkan. Produksi prostaglandin yang berlebihan
menimbulkan rasa nyeri, sedangkan kontraksi uterus
yang turus menerus menyebabkan suplai darah ke
uterus terhenti dan terjadi dismenore.
13

d) Umur
Perempuan semakin tua, lebih sering
mengalami menstruasi maka leher rahim bertambah
lebar, sehingga pada usia tua kejadian dismenore jarang
ditemukan.

b. Dismenore Sekunder

Dismenore sekunder terjadi pada usia yang lebih tua,


cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur, nyeri sering
terasa terus menerus dan tumpul, nyeri dimulai dari haid dan
meningkat bersamaan dengan keluarnya darah.
Penyebab tersering dismenore sekunder adalah
endometriosis dan infeksi kronik genitalia. Dismenore sekunder
terjadi hanya sekitar 25% (10).

Penyebab dari dismenore sekunder adalah:


endometriosis, fibroid, adenomiosis, peradangan tuba falopii,
perlengketan abnormal antara organ di dalam perut, dan
pemakaian IUD, faktor psikologis yaitu stress (10).

6. Gejala

Gejala-gejala nyeri haid diantaranya: rasa sakit yang datang


secara tidak teratur, tajam dan kram di bagian bawah perut yang
biasanya menyebar ke bagian belakang, ke kaki, pangkal paha dan
vulva (bagian luar alat kelamin wanita). Biasanya nyeri mulai
timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi, mencapai
puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan
menghilang (10).
14

Gejala-gejala tersebut meliputi tingkah laku seperti


kegelisahan, depresi, iritabilitas/sensitif, lekas marah, gangguan
tidur, kelelahan, lemah, mengidam makanan dan kadang-kadang
perubahan suasana hati yang sangat cepat. Selain itu juga keluhan
fisik seperti payudara terasa sakit atau membengkak, perut
kembung atau sakit, sakit kepala, sakit sendi, sakit punggung,
mual, muntah, diare atau sembelit, dan masalah kulit seperti
jerawat (10).

a. Dismenore Primer

Timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri


dengan berjalannya waktu, dengan lebih stabilnya hormon
tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah atau
melahirkan. Nyeri haid ini adalah normal, namun dapat
berlebihan apabila dipengaruhi oleh faktor fisik dan psikis
seperti stress, shock, penyempitan pembuluh darah,
penyakit yang menahun, kurang darah, kondisi tubuh yang
menurun, atau pengaruh hormon prostaglandine. Gejala ini
tidak membahayakan kesehatan (10).

b. Dismenore Sekunder

Dismenore sekunder biasanya baru muncul


kemudian, yaitu jika ada suatu penyakit. Penyebabnya
adalah kelainan atau penyakit seperti infeksi rahim, kista
atau polip, tumor sekitar kandungan, atau bisa karena
kelainan kedudukan rahim yang menetap (10).
15

7. Penatalaksanaan

a. Dismenore primer :
1) Farmakologis
a) OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid)
Upaya farmakologis yang dapat dilakukan
untuk menurunkan dismenore adalah dengan
memberikan obat analgesik sebagai penghilang
rasa sakit. Obat-obatan ini dapat menurunkan nyeri
dan menghambat produksi prostaglandin dari
jaringan-jaringan yang mengalami trauma dan
inflamasi yang dapat menghambat reseptor nyeri
agar tidak sensitive terhadap stimulus menyakitkan
sebelumnya, contoh obat anti inflamasi nonsteroid
adalah aspirin dan ibuprofen (11).
b) Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal ialah menekan
ovulasi, bersifat sementara untuk membuktikan
bahwa gangguan benar-benar dismenore primer.

c) Dilatasi kanalis servikalis

Dilatasi kanalis servikalis dapat memberikan


keringanan karena dapat memudahkan pengeluaran
darah dengan haid dan prostaglandin didalamnya.
Neurektomi prasakral (pemotongan urat saraf
sensorik antara uterus dan susunan saraf pusat)
ditambah dengan neurektomi ovarial (pemotongan
urat saraf sensorik pada diligamentum
infundibulum) merupakan tindakan terakhir, apabila
usaha-usaha lainnya gagal.
16

2) Non Farmakologis
a) Stimulasi dan Masase kutaneus
Masase adalah stimulus kutaneus tubuh
secara umum, sering dipusatkan pada punggung dan
bahu. Masase dapat membuat pasien lebih nyaman
karena masase membuat relaksasi otot (11).
b) Terapi es dan panas
Terapi es dapat menurunkan prostaglandin
yang memperkuat sensitifitas reseptor nyeri dan
subkutan lain pada tempat cedera dengan
menghambat proses inflamasi. Terapi panas
mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah
ke suatu area dan kemungkinan dapat turut
menurungkan nyeri dengan memprcepat
penyembuhan (11).
c) Transecutaneus Elektrikal Nerve Stimulaton (
TENS)
TENS bekerja dengan memblokir
rangsangan nyeri saraf eferen sehingga dismenore
dapat berkurang (7).
d) Distraksi
Distraksi adalah pengalihan perhatian dari
hal yang menyebabkan nyeri, contoh: menyanyi,
brdoa, menceritakan gambar atau foto denaga
kertas, mendengar musik dan bermain satu
permainan (11).
e) Relaksasi
Relaksasi merupakan teknik pengendoran
atau pelepasan ketegangan.Teknik relaksasi yang
sederhana terdiri atas nafas abdomen dengan
frekuensi lambat dan berirama.
17

b. Dismenore Sekunder
Pengobatan pada dismenorea sekunder yang paling
utama adalah pengobatan berdasarkan penyebabnya.
Namun, diperlukan juga obat-obatan sebagai terapi
simtomatik, misalnya analgetika (12).

C. Aromaterapi

Aromaterapi adalah istilah modern yang dipakai untuk proses


penyembuhan kuno yang menggunakan sari tumbuhan aromatik murni.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan tubuh,
pikiran dan jiwa (Primadiati,2002)

Pengertian lain Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan


essential oil atau sari minyak murni untuk membantu memperbaiki atau
menjaga kesehtaan, membangkitkan semangat, menyegarkan serta
membangkitkan jiwa raga. Essential oil yang digunakan disini merupakan
cairan hasil sulingan dari berbagai jenis bunga, akar, pohon, biji, getah,
daun dan rempah-rempah yang memiliki khasiat untuk mengobati
(Synder,et.al, 2012).

Sari tumbuhan aromatik yang dipakai diperoleh melalui berbagai


macam cara pengolahan dan dikenal dengan nama “minyak esensial”.
Aromaterapik lavender (Lavender Augustfolia) merupakan salah satu
minyak terapi yang populer dipakai sebagai antiseptik dan penyembuhan
luka. Mempunyai efek relaksasi pada ketidaknyamanan atau nyeri. Minyak
lavender digunakan untuk mengatasi masalah pencernan, gangguan
menstruasi dan nyeri pada bagian tubuh.
Penggunaan aromaterapi dapat digunakan melalui berbagai cara,
yaitu melalui inhalasi, massage, kompres maupun berendam. Kombinasi
massage menggunakan aromaterapi bertujuan untuk mendapatkan hasil
18

yang lebih baik daripada hanya menggunakan salah satu terapi. Pijat
aromaterapi merupakan cara yang populer untuk menggunakan minyak
essensial karena ia bekerja dalam beberapa cara pada waktu yang sama.
Kulit menyerap minyak essensial karena bekerja dalam beberapa cara pada
waktu yang sama. Kulit menyerap minyak essensial dan aromaterapi juga
masuk melalui pernafasan, ditambah dengan terapi fisik dari massage itu
sendiri.
Massage merupakan salah satu metode nonfarmakologi yang
dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri persalinan. Impuls rasa sakit yang
dibawah oleh saraf yang berdiameter kecil menyebabkan gate control
dispinal cord membuka dan impuls diteruskan ke konteks serebral
sehingga akan menimbulkan rasa sakit. Tetapi impuls rasa sakit ini dapat
di blok yaitu dengan memberikan rangsangan pada saraf yang berdiameter
besar yang menyebabkan gate control akan tertutup dan rangsangan sakit
tidak dapat diteruskan ke konteks serebral. Pada prinsipnya rangsangan
berupa usapan pada saraf yang berdiameter besar yang banyak pada kulit
harus dilakukan awal rasa sakit atau sebelum impuls rasa sakit yang
dibawa oleh saraf yang berdiameter kecil mencapai korteks serebral.
Pemanfaatan metode smassage menggunakan aromaterpi, daya
penyembuhan yang terkandung oleh minyak essensial bisa menembus
melalui kulit dan dibawa ke dalam tubuh, mempengaruhi jaringan internal
dan organ-organ tubuh. Karena minyak essensial sangat berbahaya bila
diaplikasikan langsung ke kulit dalam bentuk minyak murni. Minyak
essensial baru bisa digunakan setelah dilarutkan dengan minyak dasar,
seperti, minyak zaitun, minyak kedelai atau minyak kelapa (Synder,et.al,
2012). Sebelum menggunakan aromaterapi perlu diperhatikan adanya
kontraindikasi maupun adanya riwayat alergi yang dimiliki. Minyak
lavender terkenal sebagai minyak massage yang dapat memberikan
relaksasi (Synder,et.al, 2012). Aromaterapi yang digunakan dengan teknik
massage, merupakan cara yang sangat digemari untuk menghilangkan rasa
19

lelah pada tubuh, memperbaiki sirklasi darah dan merangsang tubuh untuk
mengeluarkan racun serta meningkatkan kesehatan pikiran.
Teknik massage effeurage merupakan teknik memijat dengan
tenang berirama, bertekanan lembut kearah distal/bawah. Teknik massage
effeurage bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi darah, memberi tekanan,
dan menghangatkan otot abdomen dan meningkatkan relaksasi fisik dan
mental. Effeurage merupakan teknik massage yang aman, mudah, tidak
perlu banyak alat, tidak perlu biaya, dan tidak ada efek samping. Effeurage
dilakukan dengan posisi berbaring atau setengah duduk, lalu letakkan
kedua telapak tangan pada perut dan secara bersamaan digerakkan
melingkar kearah pusat ke simpisis atau dapat juga menggunakan satu
telapak tangan dengan gerakan melingkar atau satu arah. Dalam
penggunaannya dibutuhkan 2 tetes essential oil ditambah 1 ml minyak
tambahan.
20

DAFTAR PUSTAKA

1. Rogol AD, Roemmich JN, Clark PA. Adolescent Health. Growth of


Puberty [Internet]. 2002;31:192–200. Available from:
http://peds.stanford.edu/Rotations/adolescent_medicine/documents/jahgrow
thatpuberty.pdf

2. Batubara JRL. Sari Pediatri. Adolesc Dev (Perkembangan Remaja)


[Internet]. 2010;12(1):21–9. Available from:
http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/12-1-5.pdf

3. Price S. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit. 6th ed.


Hriawati, editor. Jakarta: EGC; 2012.

4. Alam S, Hamiki, Sembiring T, Deliana M, Lubis SM. Paediatrica


Indonesiana. Sch Perform pubertal Adolesc with dysmenorrhea [Internet].
2011;51(4):213–6. Available from:
http://paediatricaindonesiana.org/pdffile/51-4-6.pdf

5. Abbaspour Z, Rostami M, Najjar S. J Res Health Sci. Eff Exerc Prim


Dysmenorrhea [Internet]. 2004;4(2):26 – 31. Available from:
http://jrhs.umsha.ac.ir/index.php/JRHS/article/view/482/pdf_16

6. Purwanti S. Jurnal Kebidanan. Anal Perbedaan Ter Dismenore dengan


Metod Effleurage, Kneading dan Yoga dalam mengatasi Dismenore
[Internet]. 2013;V:10–5. Available from:
http://journal.akbideub.ac.id/index.php/jkeb/article/view/106/105

7. Hillard PJA. Pediatrics in Review [Internet]. Chicago; 2006. Available


from:
https://pedclerk.uchicago.edu/sites/pedclerk.uchicago.edu/files/uploads/Dys
menorrhea.PIR_.2006.pdf

Anda mungkin juga menyukai