Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SISTEM KOMUNIKASI BERGERAK

“LONG TERM EVOLUTION(LTE) or 4G”

Anggivierio Malta
1010953018

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dari waktu ke waktu, kebutuhan manusia akan teknologi khususnya dalam informasi dan
telekomunikasi semakin tinggi. Dan sudah tentunya manusia memiliki hasrat untuk memiliki
kehidupan yang semakin baik ke depannya. Hal tersebut diiringi dengan banyaknya sarjana-sarjana
teknik dan scientist dengan basis informasi dan telekomukasi untuk menghasilkan suatu karya
akan kebutuhan manusia pada zaman sekarang ini.

Sekitar tahun 1974 merupakan awal perancangan protokol TCP untuk menghubngkan multi
jaringan. Hal itu pun terwujud saat NFS membangun NFSNET sebagai tulang punggung,
menghubungkan 6 pusat superkomputer dengan kecepatan 56 kbps pada tahun 1986. Ini
merupaakan cikal bakal atau induk dari internet yang ada sekarang. Sejak saat ini, sebagian
manusia dapat bertukar informasi dengan media elektronik dan meskipun terdapat jarak antara
pemakainya. Hal ini sudah terbukti bahwa kita bisa mengirim informasi tanpa menggunakan
kertas dan peerlengkapannya serta membutuhkan waktu yang cukup lama. Namun, manusia
memiliki keinginan untuk mengembangkan temuan tersebut dan menciptakan memperbaiki
sesuatu yang kurang. Jika pada tahun 1984 kecepatan aksesnya hanya 56 kbps yang berarti
terdapat 56 kb (kilo bit) data yang tersampaikan per satu detik/sekon. Akhirnya pada tahun 1988
NFSNET dapat menghubungkan komputer dengan kecepatan 1,5 Mbps sehingga data dan
informasi yang disampaikan 30 kali lebih cepat dari sebelumnya. Namun, pada tahun 1990
ARPANET berakhir. Akan tetapi, organisasi riset nuklir Eropa (CERN) muncul dan merilis World
Wide Web (WWW) yang secara kasarannya dibuat unntuk menghubungkan semua komputer yang
ada di dunia.

Jika pada tahun 1990an masih beberapa orang atau instansi yang menggunakan internet, namun
sejak awal tahun 2000an internet bisa digunakan oleh masyarakat karena sudah relatif murah. Pada
saat itu orang-orang menggunakan kabel dan telepon untuk menghubungkan ke internet. Namun,
ADSL hanya bisa digunakan dengan menggunakan PC tidak dengan handphone (HP), sehingga
terciptalah yang bernama GSM (Group Social Mobile) yang merupakan jaringan 2G atau second
generation.GSM dapat mendukung komunikasi data dengan kecepatan 14,4 kbps (hanya cukup
untuk melayani SMS atau short message service, mendownload gambar, atau ringtone MIDI saja).
Karena ketidak puasan manusia terciptalah generasi-generasi selanjutnya yaitu 2.5G, 2.75G, 3G
sampai yang baru-baru ini diperkenalkan adalah jaringan 4G.

LTE adalah sebuah nama yang diberikan kepada suatu proyek dalam The Third Generation
Partnership Project (3GPP) untuk mengembangkan standar komunikasi bergerak Universal
Mobile Telecommunication System (UMTS) dalam mengatasi kebutuhan mendatang.
Tujuannya meliputi peningkatan efisiensi, peningkatan servis, marking use of new spectrum
opportunities, dan integrasi yang lebih baik dengan standar terbuka lainnya.

Karena melihat begitu pesatnya perkembangan teknologi telekomunikasi termasuk LTE,


maka sebagai mahasiswa telekomunikasi sangat penting mempelajari dan memahami LTE itu
sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Teknologi Zero Generation (0G) – Long Term Evolution (LTE) 4G

Zero Generation

Teknologi 0G adalah teknologi komunikasi yang mengawali terbentuknya generasi


telekomunikasi yang berikutnya. Sebenarnya teknologi ini pada awal ditemukan belum diberi
nama dengan teknologi 0G (Zero Generation). Awal mulanya teknologi ini diberi nama dengan
telepon radio bergerak (mobile telephone radio).

Teknologi ini menggunakan jaringan berbasis gelombang radio (radiotelephone) khusus


yang artinya terpisah dan tertutup dari jaringan lain yang sejenis serta dengan jangkauan jaringan
yang terbatas. Meskipun begitu, jaringan ini mampu terhubung dengan jaringan telepon sekarang
ini. Sistem telepon bergerak (mobile telephone) tersebut pada umumnya terpasang dalam mobil
atau truk, juga ada pula yang berbentuk seperti tas kantor. Bisanya, komponen pemancar dan
penerima atau transceiver (transmitter-receiver) terpasang dalam bagasi kendaraan dan
dihubungkan dengan “kepala” (dial, display, dan handset) yang berada dekat tempat duduk
pengemudi.

First Generation

Teknologi 1G adalah teknologi nirkabel generasi pertama berupa telepon seluler


(cellphone, ada pula yang menyebutnya mobile phone). Teknologi ini adalah standar untuk telepon
seluler analog yang diperkenalkan sekitar 1980-an. Alat komunikasi pada generasi teknologi ini
awalnya digunakan untuk kepentingan militer, namun dalam perkembangannya masyarakat umum
yang menggunakan teknologi komunikasi ini.

Teknik komunikasi yang digunakan pada generasi ini adalah Frequency Division Multiple
Access (FDMA). Teknik ini memungkinkan pembagian alokasi frekuensi pada suatu sel untuk
digunakan setiap pelanggan yang ada di sel tersebut, maksudnya untuk setiap pelanggan saat
sedang melakukan pembicaraan akan memiliki frekuensi sendiri yang berbeda dengan frekuensi
pelanggan lain dalam sel yang sama. Prinsip ini sama dengan cara kerja setiap stasiun radio yang
menyiarkan menggunakan frekuensi yang berbeda antara satu stasiun dengan stasiun yang
lainnya).

Second Generation

Teknologi 2G adalah teknologi komunikasi generasi kedua yang muncul karena tuntutan
pasar dan kebutuhan akan kualitas yang semakin baik. Generasi 2G sudah menggunakan teknologi
digital, serta mekanisme Time Division Multiple Access (TDMA) dan Code Division Multiple
Access (CDMA) dalam teknik komunikasinya.

Teknologi standar 2G yang berbasis TDMA salah satunya adalah GSM (Global System for
Mobile Communications). GSM adalah teknologi 2G berbasis TDMA yang dikembangkan oleh
study group yang bernama Groupe Special Mobile (GSM) untuk mempelajari dan
mengembangkan sistem telekomunikasi publik di Eropa. Pada tahun 1989, tugas ini diserahkan
kepada European Telecommunication Standards Institute (ETSI) dan GSM fase I diluncurkan pada
pertengahan 1991.

Alasan munculnya GSM karena kebutuhan bersama terhadap satu sistem jaringan baru
yang dapat menjadi standar jaringan yang berlaku dan dapat diterapkan di seluruh kawasan Eropa.
Dalam sistem baru juga harus terdapat kemampuan yang dapat mengantisipasi mobilitas pengguna
serta kemampuan melayani lebih banyak pengguna untuk menampung penambahan jumlah
pengguna baru.

Jaringan GSM merupakan jaringan yang paling banyak digunakan di dunia, pada tahun
1993, sudah ada 36 jaringan GSM di 22 negara, dan akhir tahun 1993 berkembang menjadi 48
negara dengan 70 operator dan pelanggan berjumlah 1 milyar. Kini GSM di gunakan di 212 negara
dengan jumlah pelanggan mencapai 2 milyar di seluruh dunia.
GSM juga mendukung komunikasi data berkecepatan 14,4 Kbps (hanya cukup untuk melayani
SMS, download gambar, atau ringtone MIDI saja). Sedangkan teknologi standar 2G yang berbasis
CDMA adalah teknologi 2G berbasis CDMA yang beroperasi pada dua kelas gelombang Band
Class 0 (800 MHz) dan Band Class 1 (1900 MHz). Diperkenalkan oleh Qualcomm pada
pertengahan 1990-an dan di dukung oleh AT&T, Motorola, Lucent, ALPS, GSIC, Prime Co,
Samsung, Sony, US West, Sprint, Bell Atlantic, dan Time Warner.
Generasi 2,75G dikenal dengan generasi EDGE. EDGE diperkenalkan oleh AT&T di Amerika
Serikat pada tahun 2003. Secara teknis sebetulnya EDGE telah memenuhi standar 3G yang
ditetapkan oleh ITU. Teknologi ini dapat mengirimkan data lebih cepat dari 2.5G.

Third Generation

Teknologi 3G terbagi menjadi GSM dan CDMA. Teknologi 3G sering disebut dengan
mobile broadband karena keunggulannya sebagai modem untuk internet yang dapat dibawa ke
mana saja. Perkembangan teknologi 3G secara komersial dimulai pada Oktober, 2001, ketika
NTTDoCoMo dari Jepang dengan teknologi W-CDMA menjual produknya untuk pertama kali
secara terbatas. Kemudian disusul oleh SK Telecom, Korea Selatan pada tahun 2002 dengan
teknologi 1xEV-DO, diikuti oleh KTF dari Korea Selatan dengan teknologi EV-DO. Keberhasilan
layanan 3 G di kedua negara ini disebabkan oleh faktor dukungan pemerintah. Pemerintah Jepang
tidak mengenakan biaya di muka (upfront fee) atas penggunaan lisensi spektrum 3G atas operator-
operator di Jepang (ada tiga operator: NTT Docomo, KDDI dan Vodafone). Sedangkan pemerintah
Korea Selatan, walau pun mengenakan biaya di muka, memberikan insentif dan bantuan dalam
pengembangan nirkabel pita lebar (Korea Selatan adalah negara yang menggunakan Cisco Gigabit
Switch Router terbanyak di dunia) sebagai bagian dalam strategi pengembangan infrastruktur.

Di Eropa, dipelopori oleh British Telecom dan Telenor dengan teknologi W-CDMA pada
Desember 2001. Di Amerika Serika jaringan 3G dipelopori oleh Monet Mobile Networks dengan
teknologi CDMA20001xEV-DO, diikuti oleh Verizon Wireless pada tahun 2003. Di Australia
jaringan 3G komersial pertama kali diperkenalkan oleh Hutchinson Telecommunication dengan
nama Three pada bulan maret 2003. Pada bulan Desember 2007 jaringan 3G telah dioperasikan di
40 negara dan 154 jaringan HSDPA telah beroperasi di 71 negara, dan 200 juta pelanggan telah
terhubung melalui jaringan 3G.

Perkembangan teknologi 3G mengharuskan pengaturan spektrum secara global, melalui


penyediaan pita (band) yang lebih luas. Adanya teknologi 3G sebagai hasil pengembangan
teknologi generasi kedua, yaitu hasil perkembangan evolusioner, yang masih menggunakan
perangkat jaringan 2G yang diperluas dan hasil perkembangan revolusioner yang memerlukan
jaringan dan alokasi frekuensi yang sama sekali baru. Secara evolusioner, IMT-2000 telah
menerapkan dua macam evolusi ke 3G, yakni dari 2G CDMA standard IS-95 (cdmaOne) ke IMT-
SC (cdma2000) dan dari 2G TDMA standars (GSM/IS-136) ke IMT-SC (EDGE). Secara
revolusioner, IMT-2000 membangun alokasi spektrum yang baru terkait tuntutan saluran yang
makin luas.

Generasi 3,5G merupakan pengembangan dari 3G yang memungkinkan pengiriman data


lebih cepat. Perbandingan antara 3G dan 3,5G terlihat jelas pada kecepatan transmisinya. Pada 3G,
kecepatan transmisi maksimal 384kbps, sementara pada 3,5G kecepatan transmisi maksimal
mencapai 3,6Mbps. Generasi 3G dan 3,5G mendukung layanan video call yang memungkinkan
penelpon dan penerima saling bertatap muka.

Fourth Generation

Belakangan ini industri nirkabel mulai mengembangkan teknologi 4G, meskipun


sebenarnya teknologi 4G ini seperti Long Term Evolution (LTE) hanya merupakan evolusi dari
teknologi 3GPP dan Ultra Mobile Broadband (UMB) berasal dari 3GPP2, sehingga sulit untuk
membedakan dengan jelas teknologi 3G dan 4 G. Salah satu teknolgoi 4G yaitu WiMax mobile
standard telah diterima oleh ITU untuk ditambahkan pada IMT-2000, sehingga teknologi baru ini
masih digolongkan ke dalam keluarga 3G. International Telecommunication Union (ITU) sedang
mempelajari kemampuan mobile broadband yang disebut IMT-advanced yang disebut teknologi
generasi keempat (4G). Diharapkan ITU segera melaksanakan penggunaan IMT-2000 (3G) dan
IMT-Advanced (4G), konsekuensinya ITU harus menambah pita baik dibawah 1 GHz maupun
diatas 2GHz.
2.2. Teknologi Long Term Evolution (LTE) atau 4G

Teknologi 4G (juga dikenal sebagai Beyond 3G) adalah istilah dalam teknologi komunikasi
yang digunakan untuk menjelaskan evolusi berikutnya dalam dunia komunikasi nirkabel. Menurut
kelompok kerja 4G (4G working groups), infrastruktur dan terminal yang digunakan 4G akan
mempunyai hampir semua standar yang telah diterapkan dari 2G sampai 3G. Sistem 4G juga akan
bertindak sebagai platform terbuka di mana inovasi yang baru dapat berkembang. Teknologi 4G
akan mampu untuk menyediakan Internet Protocol (IP) yang komperhensif di mana suara, data dan
streamed multimedia dapat diberikan kepada para pengguna “kapan saja, di mana saja”, dan pada
kecepatan transmisi data yang lebih tinggi dibanding generasi yang sebelumnya.

Banyak perusahaan sudah mendefinisikan sendiri arti mengenai 4G untuk menyatakan


bahwa mereka telah memiliki 4G, seperti percobaan peluncuran WiMAX, bahkan ada pula
perusahaan lain yang mengatakan sudah membuat sistem prototipe yang disebut 4G. Walaupun
mungkin beberapa teknologi yang didemonstrasikan sekarang ini dapat menjadi bagian dari 4G,
sampai standar 4G telah didefinisikan, mustahil untuk perusahaan apapun sekarang ini dalam
menyediakan kepastian solusi nirkabel yang bisa disebut jaringan seluler 4G yang tepat sesuai
dengan standar internasional untuk 4G. Hal-hal seperti itulah yang mengacaukan statemen tentang
“keberadaan” layanan 4G sehingga cenderung membingungkan investor dan analis industri
nirkabel.

Long Term Evolution (LTE) adalah teknologi komunikasi seluler Generasi ke-4 atau 4G
yang masih dalam tahap pengembangan oleh 3GPP dengan kemampuan pengiriman data mencapai
kecepatan 100 Mbit/s secara teoritis untuk downlink dan 50 Mbit/s untuk uplink. 3GPP atau Third
Generation Partnership Project merupakan suatu badan yang dibentuk pada tahun 1998 oleh
berbagai badan telekomunikasi dunia diantaranya ETSI, CCSA China, TTC Jepang ATIS USA dan
TTA Korea Selatan. 3GPP melakukan pengembangan standarisasi untuk teknologi radio, core
network dan arsitektur layanan. Standarisasi 3Gpp dikenal dengan istilah 3Gpp release. LTE
merupakan pengembangan 3Gpp release 8 yang mulai berlaku Maret 2009 dan dipersiapkan untuk
bermigrasi ke generasi ke-4, dirancang untuk meningkatkan kapasitas dan kecepatan jaringan
telepon mobile. Dimana generasi sebelumnya dikenal sebagai 3G. Banyak standar sebagai syarat
untuk upgrade 3G UMTS ke teknologi komunikasi mobile 4G antara lain:

 Puncak download angka 326,4 Mbit / s untuk 4x4 antena, dan 172,8 Mbit / s untuk antena
2x2 (menggunakan 20 MHz dari spektrum).
 Puncak upload angka 86,4 Mbit / s untuk setiap 20 MHz dari spektrum menggunakan satu
antena.
 Lima terminal yang berbeda kelas telah ditetapkan dari kelas sentris suara sampai akhir
tinggi terminal yang mendukung kecepatan data puncak. Semua terminal akan dapat
memproses 20 MHz bandwidth.
 Pada sedikitnya 200 pengguna aktif dalam setiap 5 MHz sel. (Khususnya, 200 data aktif
klien)
 Sub-5 ms latency untuk paket IP kecil
 Meningkatkan fleksibilitas spektrum, dengan spektrum didukung irisan sekecil 1,5 MHz
dan sebesar 20 MHz (W-CDMA membutuhkan 5 MHz iris, menyebabkan beberapa
masalah dengan roll-beluk teknologi di negara-negara di mana 5 MHz adalah jumlah
alokasi umum spektrum, dan sering telah digunakan dengan warisan standar seperti 2G
GSM dan cdmaOne.) Membatasi ukuran untuk 5 MHz juga membatasi jumlah bandwidth
per handset
 Dalam 900 MHz pita frekuensi yang akan digunakan di daerah pedesaan, mendukung
ukuran sel yang optimal dari 5 km, 30 km ukuran dengan kinerja yang masuk akal, dan
sampai 100 km sel ukuran yang didukung dengan kinerja yang dapat diterima. Di kota dan
daerah perkotaan, frekuensi yang lebih tinggi (seperti 2,6 GHz di Uni Eropa) digunakan
untuk mendukung kecepatan tinggi mobile broadband. Dalam kasus ini, mungkin ukuran
sel 1 km atau bahkan kurang.
 Mendukung mobilitas yang baik. Data mobile kinerja tinggi adalah mungkin pada
kecepatan hingga 120 km / jam, dan pelayanan dasar adalah mungkin pada kecepatan
hingga 350 km / jam
 Bisa berjalan dengan standar sebelumnya (pengguna dapat secara transparan memulai
panggilan atau transfer data dalam suatu daerah menggunakan standar LTE, dan, harus
cakupan tidak tersedia, melanjutkan operasi tanpa ada tindakan dari mereka menggunakan
GSM / GPRS atau W-CDMA berbasis UMTS atau bahkan jaringan 3GPP2 seperti
cdmaOne atau CDMA2000)
 Dukungan untuk MBSFN (Single Frekuensi Broadcast Multicast Network). Fitur ini dapat
memberikan layanan seperti Mobile TV menggunakan LTE infrastruktur, dan merupakan
pesaing untuk DVB-H berbasis siaran TV.

Adapun tujuan pengembangan teknologi pada 3GPP adalah sebagai berikut:


1. Kebutuhan akan pengembangan jaringan 3G dalam waktu yang akan datang.

2. Kebutuhan pelanggan akan kecepatan data yang tinggi dan quality of service (QOS).

3. Pengembangan teknologi packet switching.

4. Mengurangi biaya operasional karena arsitektur jaringan yang sederhana.

Bandwidth LTE adalah dari 1,4 MHz hingga 20 MHz. Operator jaringan dapat memilih
bandwidth yang berbeda dan memberikan layanan yang berbeda berdasarkan spektrum. Itu juga
merupakan tujuan desain dari LTE yaitu untuk meningkatkan efisiensi spektrum pada jaringan,
yang memungkinkan operator untuk menyediakan lebih banyak paket data pada suatu bandwidth.

Beberapa kelebihannya lainnya dari LTE 4G ialah ;


a. Mendukung bandwidth yang bervariasi, yaitu 1.4, 3, 5, 10, 15 and 20 MHz.

b. Dukungan untuk semua gelombang frekuensi yang saat ini digunakan oleh sistem IMT dan
ITU-R, Kompatibel dengan teknologi 3GPP sebelumnya dan teknologi lainnya.

c. Di daerah kota dan perkotaan, frekuensi band yang lebih tinggi (seperti 2.6 GHz di Uni
Eropa) digunakan untuk mendukung kecepatan tinggi mobile broadband..

d. Dukungan untuk MBSFN (Multicast Broadcast Single Frequency Network). Fitur ini dapat
memberikan layanan seperti Mobile TV menggunakan infrastruktur LTE, dan merupakan
pesaing untuk layanan DVB-H berbasis siaran TV.

Selain itu menurut Marcharla:2015 fitur utama dari layanan 4G seperti pada table di bawah ini ;
Table Fitur Utama 4G-(Marcharla:2015)
Range Frekuensi 800Mhz dan 1800Mhz
Bandwith 1.4Mhz,3Mhz,5Mhz,10Mhz,15Mhz,20Mhz
Skema Modulasi Uplink: QPSK, 16QAM, 64QAM
Downlink: QPSK, 16QAM, 64QAM(optional)
Skema Akses Uplink:SC-FDMA (Single Carrier Frequency Division Multiple Access)
Bersamaan Downlink: OFDMA (Orthogonal Frequency Division Multiple Access)

Teknologi Antena MIMO (Multiple Input Multiple Output)


Kecepatan tertinggi Uplink: 75Mbps (20MHz)
Downlink: 150Mbps ( 2x2 MIMO), 300Mbps ( 4x4 MIMO)

2.3. Arsitektur Long Term Evolution (LTE)

Jaringan LTE dibagi menjadi dua jaringan dasar, yaitu E-UTRAN (Evolved Universal
Terrestrial Radio Access Network) dan EPC (Evolved Packet Core). Berikut merupakan gambar E-
UTRAN dan perbandingannya dengan UTRAN yang ada pada UMTS:

Gambar 5.1 Perbandingan E-UTRAN dengan UTRAN


Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa E-UTRAN sangat fleksibel. Satu eNodeB dapat
berhubungan dengan MME/UPE yang manapun, tidak seperti NodeB yang hanya dapat
berhubungan dengan satu RNC. Sedangkan arsitektur lengkap LTE ada pada gambar di bawah ini:

1. eNodeB
Jaringan akses pada LTE terdiri dari satu elemen, yaitu eNodeB. eNodeB (eNB) merupakan
interface dengan UE (User Equipment. eNodeB berfungsi untuk Radio Resurce Management
(RRM) dan sebagai transceiver.
Sebagai RRM, fungsi eNodeB adalah untuk mengontrol dan mengawasi pengiriman sinyal yang
dibawa oleh sinyal radio, berperan dalam autentikasi atau mengontrol kelayakan data
yang akan melewati eNodeB, dan untuk mengatur scheduling.

2. Mobility Management Entity (MME)


MME dapat dianalogikan sebagai MSC pada jaringan GSM. MME adalah node-kontrol
utama pada jaringan akses LTE. Ia bertanggung jawab untuk prosedur paging untuk idle mode UE
termasuk retransmisi. MME juga bertanggung jawab dalam proses aktivasi/deaktivasi dan
autentikasi user (dengan bantuan HSS). MME juga berfungsi untuk mengatur handover, yaitu
memilih MME lain untuk handover dengan MME lain, atau memilih SGSN untuk handover
dengan jaringan akses 2G/3G.
3. Serving Gateway (SGW)
SGW terdiri dari dua bagian, yaitu 3GPP Anchor dan SAE Anchor. 3GPP Anchor berfungsi
sebagai gateway paket data yang berasal dari jaringan 3GPP, sedangkan SAE Anchor berfungsi
sebagai gateway jaringan non-3GPP. SGW merutekan dan memforward paket data user, sambil
juga berfungsi sebagai mobility anchor saat handover antar eNodeB dan untuk menghubungkan
LTE dengan jaringan lain yang sudah ada.

4. Home Subscriber Server (HSS)


HSS adalah database utama yang ada pada jaringan LTE. HSS adalah sebuah super HLR
yang mengkombinasikan fungsi HLR sebagai database dan AuC sebagai autentikasi.

2.4. Konfigurasi Antena Pada Long Term Evolution (LTE)


Pada LTE terdapat beberapa konfigurasi antena yang digunakan untuk mengoptimasikan
kinerja pada arah downlink dalam kondisi linkradio yang bervariasi. Konfigurasi ini
mengkombinasikan jumlah antenna, baik dibagian pengirim maupun di penerima sesuai dengan
tujuan sistem jaringan yang diinginkan, seperti untuk memperbaiki kinerja penerimaan sinyal pada
kondisi link radio yang buruk.

a. Single Input Multiple Output (SIMO)


Pada konfigurasi ini hanya digunakan satu buah antena pada ENodeB dan user
equipment(UE) harus memiliki minimal dua antena penerima seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 7. Konfigurasi ini disebut single input multiple output (SIMO) atau receive diversity.
Konfigurasi ini d iimplementasikan menggunakan teknik maximum ratio combining (MRC) pada
aliran data yang diterima untuk memperbaiki SNR pada kondisi propagasi yang buruk, sehingga
sinyal yang akan diproses selanjutnya adalah sinyal dengan kualitas SNR terbaik.
Gambar 7 Konfigurasi SIMO
b. Multiple Input Single Ouput (MISO)
Pada mode ini jumlah antena yang digunakan pada sisi penerima lebih dari satu seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 8. Konfigurasi Antena ini digunakan untuk skema transmit
diversity dan tipe beam formingyang berbeda. Tujuan utama beam forming adalah untuk
memperbaiki SNR dan tentunya memperbaiki kapasitas sistem dan daerah layanan.

Gambar 8. Konfigurasi MISO

c. Multiple Input Multiple Output (MIMO)


Teknik ini menggunakan antena lebih dari satu, baik di penerima maupun di pengirim.
Teknik ini dapat digunakan untuk meningkatkan bit ratedan perbaikan BER. Transmisi dengan
teknik MIMO mendukung konfigurasi dua atau empat antena pengirim dan dua atau empat antena
penerima. Konfigurasi MIMO yang mungkin pada arah downlink adalah MIMO 2x2, MIMO2x4,
MIMO 4x2, dan MIMO 4x4. Akan tetapi UE dengan 4 antena penerima yang dibutuhkan untuk
konfigurasi MIMO 4x4 hingga saat ini masih belum diimplementasikan
Gambar 9. Konfigurasi MIMO : (a) Spatial Multiplexing. (b) Transmit diversity
Pada umumnya teknik MIMO terdiri atas teknik spatial multiplexing dan transmit diversity
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9. Teknik spatial multiplexing mengirimkan data yang
berbeda pada masing-masing antena pemancar seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9(a),
sedangkan teknik transmit diversity mengirimkan data yang sama pada masing-masing antena
pemancar seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9(b). Masing-masing teknik ini memiliki
keuntungan tersendiri tergantung dari skenario yang ada. Misalnya, pada beban jaringan yang
tinggi atau pada tepi sel, teknik spatial multiplexing keuntungan yang terbatas karena pada kondisi
ini kondisi SNR cukup buruk. Sebaliknya teknik transmit diversity seharusnya digunakan untuk
memperbaiki SNR dengan beamforming. Selanjutnya pada skenario dimana kondisi SNR tinggi,
misalnya pada sel yang kecil, maka spatial multiplexing lebih baik digunakan untuk memberikan
bit rate yang tinggi.

2.5. Pemanfaatan dan Dampak dari Long Term Evolution (LTE)


2.5.1. Pemanfaatan LTE
4G sangat bermafaat dalam dunia telekomunikasi, manfaatnya antara lain:

 Sarana berkomunikasi realtime dengan cara baru (Video Call berkualitas


tinggi)
 Frekuensi minim gangguan membuat komunikasi berlangsung lancar
 Sarana pendukung Cloud Computing

2.5.2. Dampak negative dari LTE


4G merupakan teknologi terbaru yang memungkinkan pertukaran data dengan
kecepatan tinggi, sehingga memiliki dampak negatif terhadap penggunanya antara
lain :
 Teknologi lama tidak digunakan(simcard 4G membutuhkan perangkat 4G)
 Terjadi Information Overload karena mudahnya mencari informasi.
 Karena masih baru, cakupan jaringannya belum luas, membuat pemanfaatan
teknologi tidak maksimal.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
 Long Term Evolution (LTE) merupakan teknologi yang dikembangkan di bawah asosiasi
3GPP (3rd Generation Partnership Project) sebagai kandidat teknologi generasi keempat
(4G).
 Arsitektur dari LTE terdiri dari eNodeB, Mobility Management Entity (MME) Serving
Gateway (SGW) , Home Subscriber Server (HSS).
 Pada LTE terdapat beberapa konfigurasi antena yang digunakan untuk mengoptimasikan
kinerja pada arah downlink dalam kondisi linkradio yang bervariasi diantaranya SIMO,
MISO, dan MIMO.
 LTE memiliki banyak kelebihan dibandingkan generasi sebelumnya diantaranya memiliki
akses data yang sangat cepat.
 Selain itu LTE juga memiliki dampak negative terhadap penggunanya antara lain teknologi
lama tidak digunakan(simcard 4G membutuhkan perangkat 4G), Terjadi Information
Overload karena mudahnya mencari informasi, dan Karena masih baru, cakupan
jaringannya belum luas, membuat pemanfaatan teknologi tidak maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

http://nyomanchandra.blogspot.co.id/2016/11/makalah-jaringan-4g-lte.html diakses pada


tanggal 5 Januari 2017 pukul 19.00 WIB
http://riyandayani.blogspot.co.id/2015/06/makalah-jaringan-4g.html diakses pada tanggal 5
Januari 2017 pukul 19.10 WIB

http://balitbang.kominfo.go.id/balitbang/sdppi/files/2013/02/Kesiapan-Operator-Seluler-
dalam-Mengimplementasikan-teknologi-LTE.pdf diakses pada tanggal 5 Januari 2017
pukul 19.20 WIB

http://id.scribd.com/doc/91037474/Teknologi-LTE diakses pada tanggal 5 Januari 2017


pukul 20.10 WIB

http://id.scribd.com/doc/73327803/63636260-Makalah-LTE diakses pada tanggal 5 Januari


2017 pukul 20.20 WIB

http://id.scribd.com/doc/100369336/LTE-Dan-Tantangan-Implementasinya-Yudhi-
Triprasetyo-0906495715 diakses pada tanggal 5 Januari 2017 pukul 20.30 WIB

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK

PERUBAHAN NILAI

Nama : Anggivierio Malta Semester : Ganjil

No.Bp : 1010953018 Tahun : 2016/2017

NO KODE MATA KULIAH NILAI


LAMA BARU
1 TE4171 Sistem Komunikasi Bergerak C C+
Alasan Perubahan Nilai :

Mengetahui : Padang, 6 Januari 2017

Ketua Jurusan Teknik Elektro Dosen Yang Bersangkutan

Dr.Eng Ariadi Hazmi Fitrilina, M.T


NIP. 19750314 199903 1 003 NIP. 19810825 200604 2 001

Anda mungkin juga menyukai