Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PERANG DIPONEGORO
Dibuat untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Pelajaran IPS

Disusun oleh:

KELOMPOK 1

1. WILDA NURAWALIA
2. OKCA DANIAR RENTINA
3. UZMA AMALIA
4. DEA SALSASABILLA
5. INE PUJI P.

KELAS: VIII.B

SMP NEGERI 1 CIPANAS


Jl. Raya Rangkasbitung – Bogor Km. 36, Lebak - Banten
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala


rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak
lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya
dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami,


Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena
itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Cipanas, April 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................. i

DAFTAR ISI .......................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................... 1
C. Tujuan Penulisan Makalah .......................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Sosok Pangeran Diponegoro ...................................... 3


B. Penyebab Meletusnya Perang Diponegoro .................... 3
C. Jalanya Perang Diponegoro ........................................ 5
D. Akhir Perang Diponegoro ........................................... 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................. 8
B. Saran ...................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perang diponegoro disebut juga perang Jawa. Sebab-sebab yang


menimbulkan perang Diponegoro itu adalah peristiwa-peristiwa yang
terjadi di kalangan keraton Yogyakarta maupun di daerah wilayahnya
sebagai akibat ikut campurnya kekuasaan asing dalam tata
pemerintahan kerajaan. Sedang pemimpin peperangan tersebut
adalah putera Sultan Hamengku Buwono III Raja Yogyakarta bernama
Pangeran Diponegoro. Adapun daerah-daerah yang bergejolak dapat
dikatakan hamper meliputi semua daerah kerajaan. Mataram yaitu
kerajaan besar di Jawa pada abad XVII-XVIII.

Karena itu tidak mengherankan apabila perang Diponegoro ini


juga disebut perang Jawa. Dan salah satu sebab pecahnya perang
Diponegoro sejak tahun 1825 hingga tahun 1830 itupun tidak lain
karena Kompeni atau kekuasaan Belanda pada waktu itu ikut campur
dalam pemerintahan kerajaan Yogyakarta. Hal itu dirasa oleh
Pangeran Diponegoro sangat bertentangan dengan adat pemerintahan
keraton.

B. Rumusan Masalah
1. Siapakah Pangeran Diponegoro?
2. Apa saja yang menyebabkan meletusnya perang Diponegoro?
3. Bagaimana jalannya perang Diponegoro?
4. Bagaimana akhir perang Diponegoro?

1
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Mengetahui siapa pangeran Diponegoro.
2. Mengetahui sebab-sebab meletusnya perang Diponegoro.
3. Mengetahui jalannya perang Diponegoro.
4. Mengetahui akhir perang Diponegoro.

2
BAB II

PEMBAHASAN

Perang Diponegoro adalah perang yang berlangsung antara


tahun 1825-1830 di dareah jawa tengah dan sebagian jawa timur.
Dalam perang terjadi antara Belanda penduduk pribumi yang dipimpin
oleh Pangeran Diponegoro.

A. Sosok Pangeran Diponegoro

Pangeran Diponegoro (1785-1855) adalah putra Sultan


Hamengkubuwono III dari selir Raden Ayu Mengkarawati-putri Bupati
Pacitan. Semenjak kecil, diasuh oleh neneknya, Ratu Ageng di
Tegalrejo. Sebuah tempat tinggal yang terpencil yang letaknya
beberapa kilometer dari istana Yogyakarta.Disana dia memasuki
lingkungan-lingkungan pesantren dan tidak mau menghadap istana
yang tidak disukainya karena banyak persengkongkolan, kemerosotan
akhlak, pelanggaran susila, dan pengaruh barat yang bersifat
merusak. (Ricklefs,1999:177-).

Sekitar tahun 1805 pangeran diponegoro mengalami sebuah


kejadian spiritual ,dia bermimpi bahwa dia adalah calon raja yang
mempunyai tugas bahwa dia harus memasuki zaman kehancuran yang
harus mensucikanya. Setelah 20 tahun menantikan wkatu yang
baik,sementara situasi di jawa bertambah buruk . Pada tahun 1820
mulai terjadi pemberontakan-pemberontakan kecil
(Ricklefs,1999:177).

B. Penyebab Meletusnya Perang Diponegoro

Melihat situasi Jawa yang penuh dengan penderitaan, dengan


rakyat dibebani dengan kewajiban membayar pajak. Serta harus

3
memenuhi kebutuhan orang Belanda dan para bangsawan yang
menjadi kaki tangan belanda. Hal tersebut membuat Pangeran
Diponegoro menjadi tidak tahan melihat situasi tersebut. Selain itu,
Belanda pada masa itu ikut campur dalam urusan pemerintah istana,
seperti penobatan Sultan Yogyakarta. Setelah Sultan
Hamengkubuwono IV wafat, Belanda mengangkat putra mahkota,
yaitu Jarot sebagai Sultan Yogyakarta, Padahal usianya pada saat itu
baru tiga tahun. Sultan hanya dijadikan sebagi simbol pemerintahan
saja. Selanjutnya dalam pemerintahan istana Yogyakarta diatur oleh
Residen Smissert.

Pada bulan Mei 1825, sebuah jalan dibangun didekat Tegalrejo


pihak belanda yang membuat jalan dari Yogyakarta ke Magelang
melalui Tegalrejo tanpa persetujuan dari pangeran diponegoro.
Pangeran diponegoro dan masyarakat merasa tersinggung dan marah
karena Tegal rejo adalah tempat makam dari leluhur Pangeran
Diponegoro (Junaidi ,2007:85). Selain itu pembutan jalan tersebut
pembangunan tersebut akan menggusur banyak lahan. Hal inilah yang
menjadi titik tolak terjadinya perang Diponegoro . Untuk
menyelesaikan masalah tanah itu, sebenarnya Residen Belanda,
A.H.Smisaert mengundang Pangeran Diponegoro untuk menemuinya.
Namun undangan itu ditolak mentah-mentah olehnya.

Pemerintah Hindia Belanda kemudian melakukan pematokan di


daerah yang dibuat jalan. Pematokan sepihak tersebut membuat
Pangeran Diponegoro geram, lalu memerintahkan orang-orangnya
untuk mencabuti patok-patok itu. Melihat kelakuan Pangeran
Diponegoro, Belanda mempunyai alasan untuk menangkap
Diponegoro dan melakukan tindakan. Tentara meriam pun
didatangkan ke kediaman Diponegoro di Tegalrejo. Pada tanggal 20
Juli 1825 perang Tegalrejo dikepung oleh serdadu Belanda.

Akibat serangan meriam, Pangeran Diponegoro besrta


keluarganya terpaksa mengungsi karena ia belum mempersiapkan

4
perang. Mereka pergi menyelamatkan diri menuju ke barat hingga ke
Desa Dekso di Kabupaten Kulonprogo, lalu meneruskan kearah selatan
sampai ke Goa Selarong. Goa yang terletak di Dusun Kentolan Lor,
Guwosari Pajangan Bantul ini, kemudian dijadikan sebagai basis
pasukan.

C. Jalanya Perang Diponegoro

Dalam persembunyianya Pangeran Diponegoro menghimpun


kekuatan. Ia mendapat banyak dukungan dari beberapa bangsawan
Yogyakarta dan Jawa Tengah yang kecewa dengan Sultan maupun
Belanda . Lima belas dari dua puluh sembilan pangeran bergabung
dengan Diponegoro, demikian pula empat puluh satu dari delapan
puluh bupati. Salah satu bangsawan pengikut Diponegoro adalah
Sentot Prawirodirjo seorang panglima muda yang tangguh di medan
tempur. Komunitas agama bergabung dengan Diponegoro , yang
diantarana adalah Kiai Mojo yang menjadi pimpinan spiritual
pemberontakan tersebut. Rakyat pedesaan juga bertempur di pihak
Diponegoro dan memebantu pasukan-pasukannya apabila mereka
tidak sanggup bertempur lagi.

Awalnya pertempuran dilakukan terbuka dengan pengerahan


pasukan-pasukan infantri, kavaleri, dan artileri oleh Belanda. Pihak
Diponegoropun menanggapi dan berlangsunglah pertempuran sengit
di kedua belah pihak. Medan pertempuran terjadi di puluhan kota dan
di desa di seluruh Jawa. Jalur-jalur logistik juga dibangun dari satu
wilayah ke wilayah lain untuk menyokong keperluan perang. Belanda
menyiapkan puluhan kilang mesiu yang dibangun di hutan-hutan dan
dasar jurang. Mesiu dan peluru terus diproduksi saat peperangan
berlangsung. Selain itu Belanda juga mengarahkan mata-mata utuk
mencari informasi guna menyusunn setrategi perang.
Selanjutnya Diponegoro beserta pengikutnya mengunakan strategi

5
gerilya, yakni dengan cara berpencar, berpindah tempat lalu
menyerang selagi musuh lengah. Setrategi ini sangat merepotkan
tentara Belanda. Belum lagi Pangeran Diponegoro mendapat
dukungan rakyat. Awlanya sendiri peperangan banyak terjadi di
daerah barat kraton Yogyakarta seperti Kulonprogo, Bagelen, dan
Lowano (Perbatasan Purworejo-Magelang). Perlawanan lalu berlanjut
kedaerah lain: Gunung kidul, Madiun, Magetan, Kediri, dan sekitar
Semarang.

Serangan-serangan besar dari pendukung Diponegoro biasanya


dilakukan pada bulan-bulan penghujan karena hujan tropis yang deras
membuat gerakan pasukan Belanda terhambat. Selain itu, penyakit
malaria dan disentri turut melemahkan moral dan fisik pasukan
,Belanda kewalahan menhadapi perlawanan Diponegoro. Diponegoro
sempat mengalami kekalahan besar pada bulan Oktober 1826 ketika
dipikul mundur di Surakarta . Meskipun demikan , pada akhir tahun
1826 pasukan-pasukan pemerintah Belanda nampak tidak dapat maju
lagi, dan Diponegoro masih menguasai berbagai wilayah pedalaman
Jawa tengah.

Berbagai langkah –langkah sudah di coba pihak Belanda


diantaranya, ada bulan Agustus 1826 pihak Belanda memulangkan
sultan Hamengkubuwono II yang sudah berusia lanjut dari tempat
pengasingan Ambon dan mendudukanya lagi diatas tahta Yogyakarta
(1826-1828). Tetapi langkah ini sama sekali gagal mendorong rakyat
Jawa supaya tidak lagi mendukung pemberontakan.
(Ricklefs,1999:179)

D. Akhir Perang Diponegoro

Pada tahun 1827 pemerintah Hindia Belanda menerapkan


setrategi jitu untuk mematahkan perlawanan gerilya ini. Menghadapi
perlawanan tersebut,Belanda menerapkan strategi Benteng Stelsel

6
(sistem Benteng) atas perintah Jendral De Kock, dengan siasat ini,
Tentara Belanda mendirikan benteng di setiap daerah-daerah yang
dikuasainya dan diantara benteng-benteng itu dibuat jalan raya.
Akibatnya, pasukan Diponegoro mengalami kesulitan karena
hubungan antar pasukan dan rakyat menjadi sulit. Rakyat dihasut dan
di adu domba dengan politik Devide et empera. Kekeutan pasukan
Diponegoro pun semakin lemah karena banyak pemimpin yang gugur,
tertangkap, atau menyerah.

Pembelotan dan jumlah tawanan dari pihak pemberontak


semakin meningkat. Pada bulan April 1829 Kiai Mojo berhasil
ditangkap. Pada bulan september 1829 paman Diponegoro, Pangeran
Mangubumi dan panglima utamanya Sentot, keduanya menyerah.
Selanjutnya Sentot dimanfaatkan oleh Belanda untuk menjalankan
tugas untuk melawan Kaum Padri di sumatera, sedangkan
Mangkubumi diangkat sebagai salah satu dari pangeran-pangeran
yang paling senior dari Yogyakarta. Akhirnya, pada bulan Maret 1830
Diponegoro bersedia untuk berunding di Magelang. Namun setibanya
disana dia di tangkap. Pihak Belanda mengasingkanya ke Manado dan
kemudian ke Makasar, Dimana dia wafat pada tahun 1855.
Pemberontakan akhirnya berakhir, di pihak Belanda perang ini telah
menelan setidaknya 8000 serdadu Belanda dan di pihak pribumi
sekitar 2.000.000 jiwa tewas sehingga penduduk Yogyakarta habis
hampir separuhnya.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perang diponegoro adalah perang yang berlangsung antara


tahun 1825-1830 di dareah jawa tengah dan sebagian jawa timur.
Dalam perang terjadi antara Belanda penduduk pribumi yang dipimpin
oleh Pangeran Diponegoro. Perang ini disebabkan pihak Belanda
membangun jalan dari Yogyakarta ke Magelang yang melewati makam
lelehur pangeran Diponegoro. Dalam peperangan yang berlangsung
selama lima tahun ini dimenangkan oleh pihak belanda. Setelah
kekalahan tersebut pangeran Diponegoro di tangkap dan di asingkan
ke Manado dan dipindahkan ke Makassar sampai beliau wafat tanggal
8 januari 1855. Perang ini juga mengakibatkan banyak korban tewas
dari pihak Belanda maupun pribumi.

B. Saran

Semoga dengan dibuatnya makalah ini, kita bisa mengetahui


bagaimana susahnya pejuang Indonesia zaman dahulu merebut NKRI,
dari bertaruh harta maupun nyawa. Janganlah melupakan jasa
pahlawan yang telah gugur dalam membela Indonesia dan semoga
kita bisa mengambil nilai-nilai luhur dari mereka

8
DAFTAR PUSTAKA

Al Ansori, Junaedi.2007. Sejarah Nasional Indonesia Masa Prasejarah


Sampai Proklamasi kemerdekaan, Jakarta: PT Mapan.

Ricklefs,M.C.1999. Sejarah Indonesia Modern,Yogyakarta : Gajah


Mada University Press.

Kartodirdjo,A .Sartono. 1973.Sejarah Perlawanan-perlawana


Terhadap Kolonialisme,Yogyakarta:Gramedia

https://www.academia.edu/37379085/MAKALAH_PERANG_DIPONEG
ORO_KATA_PENGANTAR

Anda mungkin juga menyukai