Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

OSTEOMYELITIS

A. Konsep Dasar Penyakit (Kondisi Patologis)


1. Definisi penyakit
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan
daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat
menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan
kehilangan ekstremitas. (Brunner, suddarth, 2001).
Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berkut :
1. Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan
oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus influensae (Depkes RI,
1995).
2. Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
3. Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh
staphylococcus (Henderson, 1997).
Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa osteomyelitis adalah infeksi pada tulang yang
disebabkan oleh staphylococcus aureus yang disebarkan melalui pembuluh darah.

2. Etiologi
 Paling sering adalah Staphylococcus Aureus
 Streptococcus Hemlitik
 Eschericia Coli
 Pseudomonas Aeruginosa
 Haemophillus influenza
 Salmonella
 Neisseria Gonorrhae
Faktor resiko penyebab Osteomielitis
1. Nutrisi buruk
2. Lansia
3. Kegemukan
4. Diabetes Melitus
5. Arthritis Reumatoid
6. Penggunaan terapi kortikosteroid jangka panjang
7. Pernah menjalani pembedahan sendi
8. Menjalani operasi ortopedi lama
9. Mengalami infeksi luka yang mengeluarkan pus

3. Patofisiologi
Mikroorganisme memasuki metafisis tulang,Metafisis ulang merupakan
bagian tersendiri,hangat,mengandung banyak nutrisi dimana mikroorganisme
dapat tumbuh sendiri dan berkembang biak.Mikroorganisme ini bersifat pathogen
yang dapat memproduksi pus pada area yang tetap dan terbatas yang dapat
menghalangi aliran darah dan dapat menimbulkan nekrotik pada area tersebut.
Masa purulent terus diproduksi sehingga bertambah besar pada daerah terbatas
yang melewati korteks tulang dan memasuki jaringan contiguous tulang. Nyeri
dapat muncul karena menekan dinding tulang yang terinfeksi,eksudat keluar ke
permukaan kulit melalui sinus. Lalu tulang yang terinfeksi mencoba menjaga
lokalisasi infeksi dengan cara membentuk tulang baru “involucrum”. Infeksi dapat
menyebar ke sumsum tulang sepanjang fascia tulang dank e kulit melalui sinus.
Pada keadaan yang buruk terjaid fraktur tulang,pasien ragu untuk
bergerak,nyeri/kesakitan serta dapat terjadi edema dan peningkatan suhu tubuh
pada area infeksi
4. Tanda dan gejala
Jika infeksi dibawa oleh darah, biasaya awitannya mendadak, sering terjadi
dengan manifestasi klinis septicemia (menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat
dan malaise uum). Gejala sistemik pada awalnya dapat menutupi gejala lokalsecara
lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang, akan
mengenai periostreum dan jaringan lunak, dengan bagian yang terifeksi menjadi
nyeri, bengkak, dan sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan neri konstan
berdenyut yang semakin memerat dengan gerakan da berhubungan dga tekana pus
yang terkumpul.
Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau
kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala seperti septikemia. Daerah infeksi
membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.
Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dnga pus yang selalumengalir keluar
deri sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan,
pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat terjadi pada jaringan parut akibat
kurangnya aliran darah (Smeltzer, 2001).

5. Pemeriksaan diagnostic
1. Sinar-X menunjukkan pembengkakan jaringan lunak
2. MRI dapat membantu diagnosis definitive awal.
3. Kultur darah dan abses diperlukan untuk menentukan jenis antibiotic yang sesuai.
(Suratun, 2008)

6. Penatalaksanaan medis
 Dilakukan operasi :
-aspirasi abses
-mengganti sequestrum dengan bone graft
-fixasi eksternal
 Terapi Oksigen
 Obat-obatan: Antibiotik
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
A. Anamnesa
a. Identitas : nama, jenis kelamin, usia, agama, bahasa yang digunakan, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, tanggal masuk
rumah sakit, dan diagnosa medis.
b. Keluhan utama : pada umumnya keluhan utama pada kasus osteomielitis
adalah nyeri hebat. Kaji nyeri dengan menggunakan metode PQRST
c. Riwayat penyakit sekarang : kaji adanya riwayat trauma fraktur terbuka
(kerusakan pembuluh darah, edema, hematoma, dan hubungannya fraktur
dengan dunia luar sehingga pada fraktur terbuka umumnya terjadi infeksi),
riwayat operasi tulang dengan pemasangan fiksasi internal, dan fiksasi
eksternal (invasi bakteri disebabkan oleh bakteri lingkungan bedah) dan pada
osteomielitis kronis penting ditanyakan apakah pernah mengalami
osteomielitis akut yang tidak diberi perawatan yang adekuat sehingga
memungkinkan terjadinya supurasi tulang.
d. Riwayat penyakit dahulu : ada riwayat infeksi tulang, biasanya pada daerah
vertebra, thorakal, dan lumbal yang terjadi akibat thorakosentesis atau
prosedur urologis. Dapat ditemukan adanya riwayat diabetes melitus,
malnutrisi, adiksi obat-obatan, atau pengobatan dengan imunosupresif.
e. Riwayat psikospiritual : perawat mengkaji respon emosi klien terhadap
penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam keluarga serta masyarakat,
respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga
maupun masyarakat. Pada kasus osteomielitis akan timbul ketakutan terjadi
kecacatan dan klien harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk
membantu penyembuhan tulang. Selain itu, pengkajian juga meliputi
kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang dapat
mengganggu metabolisme kalsium, penggunaan alkohol yang dapat
mengganggu keseimbangan dan apakah klien melakukan olahraga. Klien akan
kehilangan peran akibat dirawat dirumah sakit. Dampak yang timbul pada
klien dengan osteomielitis yaitu timbul ketakutan akan kecacatan akibat
prognosis penyakitnya, rasa cemas, rasa tidak mampu melakukan aktivitas
secara optimal dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra
tubuh).
B. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
1) Tingkat kesadaran : apatis, sopor, koma, gelisah, kompos mentis yang
bergantung pada keadaan klien.
2) Kesakitan atau keadaan : akut, kronis, ringan, sedang dn pada kasus
osteomielitis biasanya akut.
3) Tanda-tanda vital : tidak normal terutama pada osteomielitis dengan
komplikasi septikemia.
b. Sistem pernafasan : pada inspeksi tidak mengalami kelainan bernafas, pada
palpasi thoraks ditemukan taktil premitu kanan dan kiri seimbang, pada
auskulatasi tidak didapatkan suara nafas tambahan.
c. Sistem kardiovaskuler : pada inspeksi tidak tampak iktus cordis. Palpasi
menunjukkan nadi meningkat, iktus tidak teraba. Pada asuskultasi didapatkan
s1 dan s2 tidak ada murmur.
d. Sistem persyarafan :
1) Kepala : tidak ada gangguan (normosefalik simetris, tidak ada penonjolan,
tidak ada sakit kepala).
2) Leher : tidak ada gangguan (simetris, tidak ada penonjolan, refleks menelan
ada).
3) Wajah : terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi atau bentuk.
4) Mata : tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (pada klien patah
tulang tertutup karena tidak ada perdarahan). Pada pasien dengan malnutrisi
biasanya terdapat konjungtiva anemis.
5) Telinga : tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi
atau nyeri tekan.
6) Hidung : tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping hidung.
7) Mulut dan faring : tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada perdarahan gusi,
mukosa mulut tidak pucat.
8) Status mental : observasi penampilan dan tingkah laku pasien, biasanya tidak
mengalami perubahan.
9) Pemeriksaan saraf kranial : tidak ada perubahan dalam pemeriksaan saraf
kranial.
10) Pemeriksaan refleks : biasanya tidak terdapat refleks patologis.
e. Sistem perkemihan : pengkajian keadaan urine meliputi warna, jumlah,
karakteristik, dan berat jenis. Biasanya klien osteomielitis tidak mengalami
kelainan pada sistem ini.
f. Sistem pencernaan : inspeksi abdomen bentuk datar, simetris, tidak ada
hernia. Pada palpasi turgor baik, hepar tidak teraba. Pada perkusi suara
timpani, ada pantulan gelombang cairan. Pada auskultasi peristaltik usus
normal (20 kali/menit). Inguinal-genitalia-anus. Tidak ada hernia, tidak ada
pembesaran limfe, tidak ada kesulitandefekasi. Pada nutrisi dan metabolisme
klien dengan osteomielitis harus mengonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan
sehari-hari seperti kalsium, zat besi, protein, vitamin C, dan lainnya untuk
membantu proses penyembuhan infeksi tulang. Masalah nyeri pada
osteomilitis menyebabkan klien kadang mual atau muntah sehingga
pemenuhan nutrisi berkurang. Pola eliminasi : tidak ada gangguan pola
eliminasi, tetapi tetap perlu dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau
feces.
g. Sistem muskuloskeletal : adanya osteomielitis kronis dengan proses supurasi
ditulang dan osteomilitis yang menginfeksi sendi sendi akan mengganggu
fungsi motorik klien. kerusakan integritas jaringan pada kulit karena adanya
luka disertai dengan pengeluaran pus atau cairan bening berbau khusus. Pada
osteomielitis hematogen akut akan ditemukan gangguan pergerakkan sendi
karena pembengkakan sendi dan gangguan bertambah bila terjadi spasme
lokal. Gangguan pergerakkan sendi juga dapat disebabkan oleh efusi sendi
atau infeksi sendi (artritis septik). Secara umum klien menunjukkan adanya
luka khas yang disertai dengan pengeluaran pus atau cairan bening yang
berasal dari tulang yang mengalami infeksi dan proses supurasi. Pergerakan
yang dilihat adalah gerakan aktif dan pasif. Apakah adanya gangguan atau
keterbatasan gerak send pada osteomielitis akut.

C. Pemeriksaan diagnostic
1. Sinar-X menunjukkan pembengkakan jaringan lunak
2. MRI dapat membantu diagnosis definitive awal.
3. Kultur darah dan abses diperlukan untuk menentukan jenis antibiotic yang
sesuai

2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri berhubungan dengan proses supurasi di tulang dan pembengkakan sendi
2. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi, dan
keterbatasan beban berat badan
3. Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan proses supurasi ditulang,
luka fraktur terbuka, sekunder akibat infeksi inflamasi tulang.
4. Difisit pengetahuan tentang pengobatan berhubungan dengan keterbatasan
informasi.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes,dkk.(1999).Buku Ajar Asuhan Keperawatan.Jakarta: EGC

Mutaqqin,Arif.(2007).Buku Ajar Auhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem


Persyarafan.Jakarta:Salemba Medika

Suratun.(2008).Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal:seri asuhan keperawatan.Jakarta:EGC

Wilkinson,M.Judith.(2011).Buku Saku Diagnosa Keperawatan NANDA edisi 9.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai