Anda di halaman 1dari 20

PORTOFOLIO

HIPERTENSI

Disusun oleh :
dr. Gadis Sativa

Pendamping :
dr. Alexander Bramukhair

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


RUMAH SAKIT ISLAM KENDAL
2015
Kasus 1
Topik : Hipertensi stage II
Tanggal (Kasus) : 20 Juli 2015 Persenter : dr. Gadis Sativa
Tanggal Presentasi : 27 Juli 2015 Pendamping : dr. Alexander Bramukhair
Tempat Presentasi : Aula RSI Kendal
Obyektif Presentasi :
- Keilmuan
- Diagnostik dan Manajemen
- Dewasa
- Deskripsi: Perempuan, 53 tahun, hipertensi
- Tujuan: mendiagnosis dan memberikan penganganan yang tepat pada pasien
hipertensi

Bahan Bahasan : Tinjauan Pustaka


Cara Membahas : Presentasi dan Diskusi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tekanan darah merupakan faktor yang amat penting pada sistem sirkulasi.
Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostatsis di dalam
tubuh. Tekanan darah selalu diperlukan untuk daya dorong mengalirnya darah di dalam arteri,
arteriola, kapiler dan sistem vena, sehingga terbentuklah suatu aliran darah yang menetap,
Jika sirkulasi darah menjadi tidak memadai lagi, maka terjadilah gangguan pada sistem
transportasi oksigen, karbondioksida, dan hasil-hasil metabolisme lainnya. Terdapat dua
macam kelainan tekanan darah darah, antara lain yang dikenal sebagai hipertensi atau
tekanan darah tinggi dan hipotensi atau tekanan darah rendah.
Hipertensi telah menjadi penyakit yang menjadi perhatian di banyak Negara di dunia,
karena hipertensi seringkali menjadi penyakit tidak menular nomor satu di banyak negara.
Tekanan darah tinggi, atau yang sering disebut dengan hipertensi, merupakan salah satu
faktor risiko penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi dan kematian yang cukup tinggi
terutama di negara-negara maju dan di daerah perkotaan di negara berkembang, sepertinya
halnya di Indonesia. Hipertensi disebabkan oleh adanya tekanan darah yang tinggi melebihi
normalnya. Hipertensi dikenal juga sebagai silent killer atau pembunuh terselubung yang
tidak menimbulkan gejala atau asimptomatik seperti penyakit lain. Pada umumnya, sebagian
penderita tidak mengetahui bahwa dirinya menderita tekanan darah tinggi. Oleh sebab itu
sering ditemukan secara kebetulan pada waktu penderita datang ke dokter untuk memeriksa
penyakit lain. Kenaikan tekanan darah tidak atau jarang menimbulkan gejala-gejala yang
spesifik. Pengaruh patologik hipertensi sering tidak menunjukkan tanda-tanda selama
beberapa tahun setelah terjadi hipertensi.

Hipertensi merupakan salah satu kasus kardiovaskular yang banyak dijumpai. Lima
puluh juta penduduk AS memiliki hipertensi. Dari jumlah tersebut 68% menyadari diagnosis
penyakit mereka, 53% menerima pengobatan, dan 27% dipanatau pada nilai ambang batas
140/90 mmHg. Jumlah individu yang mengalami hipertensi meningkat sejalan dengan
meningkatnya usia dan hal ini lebih banyak dijumpai pada orang kulit hitam dibandingkan
orang kulit putih. Laju mortalitas untuk stroke dan penyakit jantung koroner yang merupakan
komplikasi utama hipertensi, telah menurun sampai 60 % dalam 3 dekade terakhir, akan
tetapi sekarang laju tersebut menetap.
Menurut Boedhi-Darmojo (2001) di Indonesia angka prevalensi hipertensi berkisar
antara 0,65-28,6%, Biasanya kasus terbanyak ada pada daerah perkotaan. Angka tertinggi
tercatat di daerah Sukabumi, diikuti daerah Silungkang, Sumatera barat (19,4%) serta yang
terendah didaerah lembah Bariem, Irian Jaya.
Hasil penelitian Zamhir (2004) menunjukkan prevalensi hipertensi di Pulau Jawa
41,9%, dengan kisaran di masing-masing provinsi 36,6%-47,7%. Prevalensi di perkotaan
39,9% (37,0%-45,8%) dan di perdesaan 44,1% (36,2%-51,7%). Semarang sebagai ibukota
provinsi Jawa tengah memiliki angka prevalensi sebesar 8,2% dari berbagai profesi. Menurut
hasil kegiatan Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2007, menyebutkan bahwa Penyakit
tidak menular saat ini sangat mempengaruhi kesehatan populasi penduduk khususnya Kota
Semarang, mengingat gaya hidup tidak sehat sudah banyak dipraktekkan diperkotaan seperti
kota semarang. Hal ini ditunjukkan dari banyaknya kasus hipertensi di kota Semarang
sebesar 8,4% pada tahun 2007, data lain menunjukkan bahwa kasus hipertensi dari tahun
2003 sampai 2007 terjadi kenaikan sebesar 4 kali. Disamping itu, hipertensi esensial
menempati kedudukan pertama selama lima tahun berturut-turut dari tahun 2003 sampai 2007
sebagai penyakit tidak menular yang banyak dilaporkan di kota Semarang. Data pendukung
lain menunjukkan angka kematian karena penyakit tidak menular dari tahun 2007 meningkat
tajam dibanding tahun 2003, untuk Hipertensi pada tahun 2007 terjadi kenaikan 3 kali
dibanding tahun 2003, dan merupakan urutan ketiga dari angka kematian di kota Semarang
tahun 2003-2007.
Pada tulisan ini akan disajikan kasus seorang perempuan dengan hipertensi stage II
yang mendapatkan perawatan rawat inap di RSI Kendal.

B. Tujuan
Pada laporan kasus ini disajikan kasus ”Seorang Perempuan 53 tahun dengan
hipertensi stage II” Penyajian kasus ini bertujuan untuk mempelajari lebih dalam tentang cara
mendiagnosis dan mengelola penderita dengan penyakit tersebut diatas.

C. Manfaat
Penulisan portofolio ini diharapkan dapat membantu para dokter untuk dalam
menegakkan diagnosis dan melakukan pengelolaan kasus hipertensi.
BAB 2
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS

Nama : Ny. K
Umur : 53 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kedungasri, Ringinarum
No. RM : 00169081
Tanggal Periksa: 20 Juli 2015

B. SUBYEKTIF – ANAMNESIS
Autoanamnesis dengan pasien tanggal 20 Juli 2015 pk 14.15 WIB di Bangsal Abubakar

Keluhan Utama: kesemutan


Riwayat Penyakit Sekarang
Kurang lebih 1 bulan SMRS pasien mengeluh sering kesemutan (+) pada telapak
tangan dan ujung-ujung jari. Kesemutan kadang disertai dengan rasa baal. Pasien juga
mengeluh mengalami nyeri punggung dan pegal pada otot otot. Lalu pasien berobat ke
RSI Kendal dan disarankan mondok.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Sakit Jantung : disangkal
Riwayat Hipertensi : (+) berobat teratur, terakhir 2 bulan yang lalu
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Stroke : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga:
Riwayat Sakit Jantung : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Stroke : disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi:
Pasien seorang seorang ibu rumah tangga. Memiliki seorang suami dan 2 orang anak
yang sudah mandiri. Biaya pengobatan dengan biaya sendiri.
Kesan: sosial ekonomi cukup

C. OBJEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : tampak lemah, komposmentis


Vital Sign : Tensi : 190/110 Respiratory Rate : 20x/menit
Nadi : 98x/menit Suhu : 37 C
Kepala : bentuk mesocephal
Mata : konjungtiva palpebra anemis (-/-), mata cekung (-/-),sklera ikterik (-/-)
Telinga : discharge -/-
Hidung : discharge -/-
Mulut : bibir kering (-),bibir sianosis (-)
Leher : Peningkatan JVP (-), pembesaran nnll -/-,trachea di tengah
Thorak : retraksi (-)
Cor : I : iktus cordis tidak tampak
P : iktus cordis teraba di SIC 5 2cm dari linea medioclavicularis sinistra
P : Batas jantung kanan SIC 5 linea sternalis dextra
Batas jantung kiri SIC 5 linea medioclavicularis sin dan SIC 5 linea
parasternalis sinistra
Batas jantung atas SIC 2 Linea parasternalis sinistra
Pinggang jantung SIC 3 Linea Parasternalis sinistra
A : bunyi jantung I-II reguler, bising (-), gallop (-)

Pulmo : I : simetris saat statis dan dinamis


P : stem fremitus kanan = kiri
P : sonor seluruh lapangan paru
A : Suara Dasar Vesikuler (+/+), Suara tambahan (-/-)

Abdomen: I : Datar
A : bising usus (+) normal
Pe : timpani (+), nyeri ketuk (-)
Pa : Nyeri tekan (-)

Extremitas : superior inferior


Oedema : -/- -/-
Sianosis : -/- -/-
Akral dingin : -/- -/-
Kekuatan otot : 5/5 5/5

2. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Tanggal 20 Juli 2015 pkl 16.00


Hb : 13,3 gr/dL
Hematokrit : 39%
Trombosit : 167.000/mm3
Lekosit : 9.600/mm3
Eritrosit : 4,69 juta/mm3
GDS : 150 mg/dL
Ureum : 25 mg/dl
Creatinin : 0,6 mg/dl
SGOT : 35 gr/dl
SGPT : 35 gr/dl
Asam urat : 2,5
Cholesterol : 194 mg/dl
Trigliserid : 411 mg/dl

3. PEMERIKSAAN EKG:
Normo Sinus Rhytym

D. ASSESSMENT
Hipertensi stage II + parestesia + dislipidemia

Seorang perempuan 53 tahun datang dengan keluhan kesemutan. Kurang lebih 1


bulan SMRS pasien sering mengeluh kesemutan (+) pada telapak tangan dan ujung-
ujung jari. Kesemutan kadang disertai dengan rasa baal. Pasien juga mengeluh merasa
nyeri punggung dan pegal-pegal pada otot..
Dari riwayat penyakit dahulu didapatkan bahwa pasien belum pernah mengalami
sakit seperti ini sebelumnya dan tidak pernah menderita peyakit jantung,kencing manis
atau stroke. Pasien memiliki riwayat hipertensi sebelumnya dan rutin berobat namun 2
bulan ini obat habis dan belum kontrol. Dari riwayat penyakit keluarga tidak didapatkan
riwayat adanya anggota keluarga yang menderita penyakit jantug, kencing manis, darah
tinggi dan stroke.
Pada pemeriksaan fisik tanggal 20 Juli 2015 didapatkan keadaan umum pasien
tampak lemah dan terpasang infus RL ditambah Neurosanbe 20 tetes per menit , dengan
tanda vital: tekanan darah 190/110 mmHg, nadi 98 kali/menit reguler, frekuensi
pernafasan 20x/ menit dan suhu 370C (axiller). Pada pemeriksaan fisik didapatkan bising
usus (+) normal pada auskultasi, timpani dan tidak ada nyeri ketok di seluruh lapangan
abdomen pada perkusi, nyeri tekan (-) pada seluruh lapangan abdomen. Pada
pemeriksaan ekstremitas tidak didapatkan oedem, sianosism akral dingin dan kelemahan
otot pada keempat ekstremitas. Dari pemeriksaan hematologi tanggal 20 Juli 2015
didapatkan kadar trigliserid lebih dari batas normal yaitu 411mg/dl. Pada pemeriksaan
ekg didapatkan hasil normo sinus rhytym.
Berdasarkan, anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien
didiagnosis dengan hipertensi stage II, parstesia dan hiperlipidemia

E. PLAN

Pengobatan : - Infus RL + Neurosanbe 20 tpm


- po captopril 2 x 25 mg
- po amlodipin 1 x 10 mg
konsul dan visit Sp.PD advice:
- po lapibal 2 x 500mcg
- po velcox 1 x 15 mg
- po gemfibrozil 2x 600 mg
- po vitamin B complex 2 x 1 tab

Edukasi : memberitahukan kepada pasien dan keluarganya mengenai penyakit yang


diderita pasien, pengobatan dan perlunya melakukan pengaturan gaya hidup meliputi
pola makan. olah raga dan lain – lain untuk mengendalikan penyakit. Dan menyarankan
untuk rutin melakukan kontrol ke dokter dan minum obat teratur
Konsultasi : dijelaskan secara rasional perlunya konsultasi dengan spesialis Penyakit
Dalam untuk pemeriksaan lebih lanjut dan pengobatan yang lebih intensif
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA

HIPERTENSI

Definisi hipertensi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang
mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat
istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah yang selalu tinggi
adalah salah satu faktor resiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung dan aneurisma
arterial, dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis.
Hipertensi merupakan istilah yang dipakai untuk menggambarkan suatu kondisi
peningkatan tekanan darah dari normal. Kriteria hipertensi mengacu pada sistem klasifikasi
yang ada saat ini yaitu JNC 7. Klasifikasi hipertensi penting adanya untuk penentuan
diagnosis dan kebijakan praktisi dalam penanganan tekanan darah tinggi yang optimal
mengingat komplikasi yang ditimbulkan.

Klasifikasi hipertensi
Menurut JNC 7, tekanan darah dibagi dalam 4 klasifikasi yakni normal, pre-
hipertensi, ,hipertensi stage 1, dan hipertensi stage 2 (Tabel 1). Klasifikasi ini berdasarkan
pada nilai rata-rata dari dua atau lebih pengukuran tekanan darah yang baik, yang
pemeriksaannya dilakukan pada posisi duduk dalam setiap kunjungan berobat.
Tabel.1 Klasifikasi dan Penanganan Tekanan Darah Tinggi pada Orang Dewasa
Klasifikasi Tekanan Tekanan Modifikasi Obat Awal
Tekanan Darah Darah Gaya Hidup Tanpa indikasi Dengan
Darah Sistolik Diastolik Indikasi
(mmhg) (mmhg)
Normal <120 < 80 Anjuran Tidak perlu Gunakan obat
Pre Hipertensi 120 – 139 80 – 89 Ya menggunakan obat yang spesifik
anti hipertensi dengan indikasi
(risiko)
Hipertensi 140 – 159 90 – 99 Ya Untuk semua kasus Gunakan obat
Stage I gunakan diuretik yang spesifik
jenis thiazide dengan dengan indikasi
pertimbangan ACEi, (risiko).
ARB, BB, CCB, Kemudian
atau kombinasikan tambahkan
Hipertensi ≥ 160 ≥ 100 Ya Gunakan kombinasi dengan obat
Stage II 2 obat ( biasanya anti hipertensi
diuretik jenis (diuretik,
thiazide) dan ACEi, ARB,
ACEi/ARB/BB/CCB BB, CCB)
seperti yang
dibutuhkan

Pasien dengan pre-hipertensi memiliki resiko dua kali lipat untuk berkembang
menjadi hipertensi. Dimana berdasarkan dari tabel tersebut, diakui perlu adanya peningkatan
edukasi pada tenaga kesehatan dan masyarakat mengenai modifikasi gaya hidup dalam
rangka menurunkan dan mencegah perkembangan tekanan darah ke arah hipertensi.
Modifikasi gayahidup merupakan salah satu strategi dalam pencapaian tekanan darah target,
mengingat hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang disebabkan oleh
perilaku gaya hidup yang salah.

Faktor resiko hipertensi


Faktor risiko terjadinya hipertensi yaitu, sebagai berikut :
 Usia
Risiko terjadinya hipertensi meningkat sesuai dengan peningkatan usia. Pada
usia pertengahan, laki – laki lebih berisiko untuk mengalami hipertensi sedangkan
wanita lebih berisiko untuk mengalami hipertensi setelah menopause.
 Ras
Hipertensi lebih sering terjadi pada ras hitam, seringkali terjadi pada usia
muda jika dibandingkan dengan ras kulit putih. Komplikasi serius, seperti stroke dan
serangan jantung, lebih sering terjadi pada ras kulit hitam.
 Riwayat keluarga
 Overweight atau obesitas
Individu dengan overweight dan obesitas memiliki risiko untuk mengalami
hipertensi. Semakin tinggi berat badan seseorang, semakin besar pasokan darah yang
diperlukan untuk mencukupi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan. Seiring dengan
peningkatan volume yang melalui pembuluh darah, maka tekanan pada dinding
kapiler pun meningkat.
 Kurang aktif bergerak.
Individu yang kurang aktif secara fisik memiliki kecenderungan memiliki
denyut jantung lebih tinggi. Semakin tinggi detak jantung, semakin berat jantung
harus bekerja di setiap kontraksi dan semakin kuat tekanan pada arteri. Selain itu,
kurang aktivitas fisik meningkatkan risiko kegemukan.
 Merokok
Merokok tidak hanya akan meningkatkan tekanan darah sementara tetapi zat
kimia yang terkandung di dalamnya akan merusak permukaan dinding arteri, hal ini
akan menyebabkan arteri akan menyempit, dan tekanan darah akan meningkat.
 Diet tinggi garam ( sodium)
Diet tinggi garam dapat menyebabkan retensi cairan tubuh yang akan
meningkatkan tekanan darah.
 Alkohol
Mengkonsumsi banyak alkohol dapat menyebabkan tubuh melepaskan hormon
yang dapat meningkatkan tekanan darah dan detak jantung.
 Stres
 Penyakit kronik
Individu yang menderita kolesterol, diabetes, penyakit ginjal kronik dan sleep
apneu berisiko untuk mengalami hipertensi

PATOFISIOLOGI HIPERTENSI
Patogenesis hipertensi esensial multifaktorial dan sangat kompleks. Berbagai faktor
mempengaruhi tekanan darah dalam tubuh dalam rangka mempertahankan perfusi jaringan,
termasuk di dalamnya mediator humoral, reaktivitas vaskular, volume darah yang
bersirkulasi, diameter pembuluh darah, viskositas darah, cardiac output, elastisitas pembuluh
darah dan stimulasi neural.
Proses terjadinya hipertensi esensial dimulai dari suatu proses peningkatan tekanan
darah yang asimptomatik yang berkembang menjadi hipertensi persisten dimana terjadi
kerusakan pada aorta dan arteri – arteri kecil, jantung, ginjal, retina dan sistem saraf pusat.
Progresivitas dimulai dari suatu kondisi prehipertensi pada individu sekitar usia 10 – 30 tahun
yang berkembang menjadi awal hipertensi di usia 20 – 40 tahun, menjadi hipertensi yang
nyata pada usia 30 – 40 tahun dan mulai muncul komplikasi pada usia 40 – 60 tahun.
PENATALAKSANAAN HIPERTENSI

Modifikasi gaya hidup

Target tekanan darah tidak terpenuhi


(<140/90 mmHg) atau (<130/80 mmHg
pada pasien DM, penyakit ginjal kronik,
≥ 3 faktor risiko atau adanya
penyakit)))penyerta tertentu)

Obat antihipertensi inisial

Dengan indikasi khusus Tanpa indikasi khusus

Obat-obatan untuk indikasi Hipertensi tingkat I Hipertensi tingkat II


khusus tersebut ditambah obat (sistolik 140-159 mmHg (sistolik 160 mmHg
antihipertensi (diuretik ACEi, atautekanan
Target diastolik 90-99
darah tidak atau diastolik >100
BB, CCB) mmHg)
terpenuhi mmHg)
Diuretik golongan Tiazide. Kombinasi dua obat.
Dapat dipertimbangkan Biasanya diuretik
pemberian ACEi, BB, CCB dengan ACEi atau
atau kombinasi) BB atau CCB

Optimalkan dosis obat atau berikan


tambahan obat antihipertensi lain.
Pertimbangkan untuk konsultasi
dengan dokter spesialis.

1. Modifikasi Gaya Hidup


Modifikasi gaya hidup yang sehat oleh semua pasien hipertensi merupakan suatu cara
pencegahan tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak terabaikan dalam
penanganan pasien tersebut. Modifikasi gaya hidup memperlihatkan dapat menurunkan
tekanan darah yang meliputi penurunan berat badan pada pasien dengan overweight
atauobesitas. Berdasarkan pada DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension),
perencanaan diet yang dilakukan berupa makanan yang tinggi kalium dan kalsium, rendah
natrium, olahraga, dan mengurangi konsumsi alkohol. Modifikasi gaya hidup dapat
menurunkan tekanan darah, mempertinggi khasiat obat anti hipertensi, dan menurunkan
resiko penyakit kardiovaskuler. Sebagai contohnya adalah konsumsi 1600 mg natrium
memiliki efek yang sama dengan pengobatan tunggal. Kombinasi dua atau lebih modifikasi
gaya hidup dapat memberikan hasil yang lebih baik. Berikut adalah uraian modifikasi gaya
hidup dalam rangka penanganan hipertensi (Tabel 2).
Tabel 2. Modifikasi Gaya Hidup
Modifikasi Rekomendasi Perkiraan
Penurunan
Tekanan Darah
Sistolik (Skala)
Menurunkan Berat Memelihara Berat Badan Normal ( Indeks 5 – 20 mmhg/ 10 kg
Badan Massa Tubuh 18.5 – 24.9 kg/m2) penurunan berat
badan
Melakukan pola diet Mengkonsumsi makanan yang kaya 8 – 14 mmhg
berdasarkan DASH dengan buah – buahan, sayuran, produk
makanan yang rendah lemak, dengan kadar
lemak total dan saturasi yang rendah
Diet rendah natrium Menurunkan intake Garam sebesar 2 – 8 2 – 8 mmhg
mmhg tidak lebih dari 100 mmol per hari
(2.4 gram Na atau 6 gram garam)

Olahraga Melakukan kegiatan aerobik fisik secara 4 – 9 mmhg


teratur, seperti jalan cepat ( paling tidak 30
menit per hari, setiap hari dalam seminggu)
Membatasi Penggunaan Membatasi konsumsi alkohol tidak lebih 2 – 4 mmhg
alkohol dari 2 gelas ( 1 oz atau 30 ml ethanol ;
misalnya 24 oz bir, 10 oz anggur atau 3 oz
80 whiski) per hari pada sebagian besar
laki – laki dan tidak lebih dari 1 gelas per
hari pada wanita dan laki – laki yang lebih
kurus

2. Terapi Farmakologi
Terdapat beberapa data hasil percobaan klinik yang membuktikan bahwa semua kelas
obat antihipertensi, seperti angiotensin converting enzim inhibitor (ACEI), angiotensin
reseptor bloker (ARB), beta-bloker (BB), kalsium chanel bloker (CCB), dan diuretik
jenistiazide, dapat menurunkan komplikasi hipertensi yang berupa kerusakan organ target.
Diuretik jenis tiazide telah menjadi dasar pengobatan antihipertensi pada hampir semua hasil
percobaan. Percobaan-percobaan tersebut sesuai dengan percobaan yang telah dipublikasikan
baru-baru ini oleh ALLHAT (Anti hipertensive and Lipid Lowering Treatment to Prevent
Heart Attack Trial), yang juga memperlihatkan bahwa diuretik tidak dapat dibandingkan
dengan kelas antihipertensi lainnya dalam pencegahan komplikasi kardiovaskuler. Selain itu,
diuretik meningkatkan khasiat penggunaan regimen obat antihipertensi kombinasi, yang
dapat digunakan dalam mencapai tekanan darah target, dan lebih bermanfaat jika
dibandingkan dengan agen obat antihipertensi lainnya. Obat diuretik jenis tiazide harus
digunakan sebagai pengobatan awal pada semua pasiendengan hipertensi, baik penggunaan
secara tunggal maupun secara kombinasi dengan satukelas antihipertensi lainnya (ACEI,
ARB, BB, CCB) yang memperlihatkan manfaat penggunaannya pada hasil percobaan random
terkontrol.
Jika salah satu obat tidak dapat ditoleransi atau kontraindikasi, sedangkan kelas
lainnya memperlihatkan khasiat dapat menurunkan resiko kardiovaskuler, obat yang
ditoleransi tersebut harus diganti dengan jenis obat dari kelas berkhasiat tersebut. Sebagian
besar pasien yang mengidap hipertensi akan membutuhkan dua atau lebih obat antihipertensi
untuk mendapatkan sasaran tekanan darah yang seharusnya. Penambahan obat kedua dari
kelas yang berbeda harus dilakukan ketika penggunaan obat tunggal dengan dosis adekuat
gagal mencapai tekanan darah target. Ketika tekanan darah lebih dari 20/10mmHg di atas
tekanan darah target, harus dipertimbangkan pemberian terapi dengan duakelas obat,
keduanya bisa dengan resep yang berbeda atau dalam dosis kombinasi yang telahdisatukan
(tabel 3). Pemberian obat dengan lebih dari satu kelas obat dapat meningkatkan kemungkinan
pencapaian tekanan darah target pada beberapa waktu yang tepat, namun harustetap
memperhatikan resiko hipotensi ortostatik utamanya pada pasien dengan diabetes,disfungsi
autonom, dan pada beberapa orang yang berumur lebih tua. Penggunaan obat-obat generik
harus dipertimbangkan untuk mengurangi biaya pengobatan.

Tabel 3. Daftar obat Anti hipertensi


Kelas Obat (nama generik) Dosis Frekuensi
Penggunaan penggunaan
(mg./ hari) per hari
Diuretik Thiazide - Klortihiazide 125 – 500 1-2
- Chlortalidone 12,5 – 25 1
Hidrochlorthiazide 12,5 - 50 1
- Polythiazide 2–4 1
- Indapamide 1,25 – 2,5 1
- Metalazone 0,5 – 0,1 1
Loop diuretic - Bumetanide 0,5 – 1 2
- Furosemide 20 – 80 2
- Tosemid 2,5 – 10 1
Diuretik hemat - Amiloride 5 – 10 1–2
kalium - Triamterene 50 – 100 1–2
Aldosteron - Eplerenone 50 – 100 1
Reseptor blocker - Spironolakton 25 – 50 1

Beta blocker - Atenolol 25 – 100 1


- Betaxolol 5 – 20 1
- Bisoprolol 2,5 – 10 1
- Metaprolol 50 – 100 1–2
- Metoprolol 50 – 100 1
- Nadolod 40 – 120 1
- Propanolol 40 – 160 2
- Propanolol long 60 – 180 1
acting 20 – 40 2
- Timolol
Beta blocker - Acebutolol 200 – 800 2
aktivitas - Penbutolol 10 – 40 1
simpatomimetik - Pindolol 10 – 40 2
Kombinasi Alfa - Carvedilol 12,5 – 50 2
dan Beta Blocker - Labetalol 200 – 800 2
ACEi - Benazepril 10 – 40 1
- Captopril 25 – 100 2
- Enalapril 5 – 40 1–2
- Fosinopril 10 – 40 1
- Lisinopril 10 – 40 1
- Moexipril 7,5 – 30 1
- Perindopril 4–8 1
- Quinapril 10 – 80 1
- Ramipril 2,5 – 20 1
- Trandolapril 1–4 1
Angiotensinogen - Candesartan 8 – 32 1
II Antagonis - Eprosartan 400 -800 1–2
- Irbesartan 150 – 300 1
- Losartan 25 – 100 1–2
- Olmesartan 20 – 40 1
- Telmisartan 20 – 80 1
- Valsartan 80 – 320 1–2
CCB – Non - Diltiazem extended 180 – 240 1
Dihidropiridin release
- Verapamil 80 – 320 2
immediate release
- Verapamil long 120 – 480 1–2
acting 120 – 360 1
- Verapamil
CCB – - Amlodipine 2,5 – 10 1
Dihidropiridin - Felodipine 2,5 – 20 1
- Isradipine 2,5 – 10 2
- Nicardipine 60 – 120 2
- Nifedipine long
acting 30 – 60 1
- Nisoldipine 10 – 40 1
Alpha 1 Bloker - Doxazosin 1 – 16 1
- Prazosin 2 – 20 2–3
- Terazosin 1 – 20 1–2
Alpha 2 Agonis - Clonidine 0,1 – 0,8 2
sentral dan obat - Clonidine patch 0,1 – 0,3 1 Minggu
lainnya yang - Methyldopa 250 – 1000 2
bekerja sentral - Reserpin 0,1– 0,25 1
- Guanfacine 0,5 – 2 1
Vasodilator - Hydralazine 25 – 100 2
langsung - Minoxidil 2,5 – 80 1–2

Saat obat antihipertensi telah diberikan, pasien diharuskan kembali untuk follow up
paling tidak dalam interval sebulan sekali sampai tekanan darah target tercapai. Kunjungan
yang lebih sering dibutuhkan untuk pasien dengan kategori hipertensi stage 2 atau jika
disertaidengan komplikasi penyakit penyerta. Pemeriksaan kadar serum kalium dan kreatinin
harus dilakukan paling tidak sebanyak 1-2 kali pertahun. Setelah tekanan darah mencapai
target dan stabil, follow up dan kunjungan harus dilakukan dalam interval 3-6 bulan sekali.
Penyakit penyerta seperti gagal jantung, dan diabetes dapat mempengaruhi frekuensi jumlah
kunjungan. Faktor resiko penyakit kardiovaskuler lainnya harus diobati untuk mendapatkan
nilai tekanan darah target, dan penghindaran penggunaan tembakau harus dilakukan.
Penggunaan aspirin dosis rendah dilakukan hanya ketika tekanan darah terkontrol, oleh
karena resiko stroke hemoragik yang meningkat pada pasien dengan hipertensi
tidak terkontrol.
BAB 4
PEMBAHASAN

Seorang perempuan 53 tahun datang dengan keluhan kesemutan. Kurang lebih 1


bulan SMRS pasien sering mengeluh kesemutan (+) pada telapak tangan dan ujung-
ujung jari. Kesemutan kadang disertai dengan rasa baal. Pasien juga mengeluh merasa
nyeri punggung dan pegal-pegal pada otot..
Dari riwayat penyakit dahulu didapatkan bahwa pasien belum pernah mengalami
sakit seperti ini sebelumnya dan tidak pernah menderita peyakit jantung,kencing manis
atau stroke. Pasien memiliki riwayat hipertensi sebelumnya dan rutin berobat, namun 2
bulan ini obat habis dan belum kontrol. Dari riwayat penyakit keluarga tidak didapatkan
riwayat adanya anggota keluarga yang menderita penyakit jantung, kencing manis, darah
tinggi dan stroke.
Pada pemeriksaan fisik tanggal 20 Juli 2015 didapatkan keadaan umum pasien
tampak lemah dan terpasang infus RL ditambah Neurosanbe 20 tetes per menit , dengan
tanda vital: tekanan darah 190/110 mmHg, nadi 98 kali/menit reguler, frekuensi
pernafasan 20x/ menit dan suhu 370C (axiller). Pada pemeriksaan fisik didapatkan bising
usus (+) normal pada auskultasi, timpani dan tidak ada nyeri ketok, nyeri tekan (-). Pada
pemeriksaan ekstremitas tidak didapatkan oedem, sianosism akral dingin dan kelemahan
otot pada keempat ekstremitas. Dari pemeriksaan hematologi tanggal 20 Juli 2015
didapatkan kadar trigliserid lebih dari batas normal yaitu 411mg/dl. Pada pemeriksaan
ekg didapatkan normo sinus rhytym.
Berdasarkan, anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien
didiagnosis dengan hipertensi stage II, parestesia dan hiperlipidemia
Pengelolaan pada pasien ini adalah dengan pemberian infus RL dengan neurosanbe
20 tetes per menit untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang serta menambah
vitamin. Pemberian antihipertensi untuk hipertensi stage II diberikan dengan kombinasi 2
obat, biasanya diberikan diuretik tiazid dengan kombinasi ACEi, BB atau CCB. Namun
pada kasus ini diberikan ACEi dengan kombinasi CCB yaitu captopril 2 x 25 mg dan
amlodipin 1 x 10 mg. Pemberian obat per oral lapibal 2 x 500 mcg yang berisi
mecobalamin adalah untuk mengatasi dugaan kemunginan adanya neuropati perifer yang
dapat memberikan gejala awal seperti kesemutan dan rasa baal. Untuk mengatasi nyeri
punggung dan sendi otot diberikan obat velcox 1 x 15 mg yang berisi meloxicam.
Pemberion obat oral gemfibrozil 2 x 600 mg adalah untuk mengatasi kadar trigliserid
pasien yang meningkat melebihi kadar normal. Diberikan tambahan obat vitamin B
complex untuk membantu pemenuhan vitamin yang baik bagi keluhan otot dan
kesemutan pasien.
Edukasi diberikan kepada pasien dan keluarganya mengenai penyakit yang diderita
pasien, pengobatan dan perlunya melakukan pengaturan gaya hidup meliputi pola makan,
olah raga dan lain – lain untuk mengendalikan penyakitnya. Dan menyarankan untuk
rutin melakukan kontrol ke dokter dan minum obat teratur. Selain itu dijelaskan secara
rasional perlunya konsultasi dengan spesialis Penyakit Dalam untuk pemeriksaan lebih
lanjut dan pengobatan yang lebih intensif
DAFTAR PUSTAKA

Ibnu M. Dasar-dasar fisiologi kardiovaskuler. Jakarta : EGC, 1996


Boedhi-Darmojo. Mengamati perjalanan epidemiologi hipertensi di Indonesia. Medika. 2001
Susalit E, Kapojos JE & Lubis HR. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam II. Jakarta : Balai
penerbit FKUI.2001.
Sub Dinas Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit. Hasil Kegiatan tahun 2007 dan
Rencana Kerja Tahun 2008. Semarang : Dinas Kesehatan
WHO. World Health Organization-International Society of Hypertension Guidelines far the
Management of Hypertension. Journal of Hypertension.1999.
Medscape. Azotemia [serial online]. 2010 [cited Juli 24, 2015]. Medscape
Reference.Available from: http://emedicine.medscape.com/article/238545-clinical
Chobanian AV, et al. The seventh report of the Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. 2004
Indonesian Society of Hypertension. Konsensus Penanggulangan Krisis hipertensi. 2008.
Mayo Clinic. Hypertension. 2011 [ cited : Juli, 2015]. Available from :
http://www.mayoclinic.com/health/high-blood pressure/ds00100/dsection=risk-factors

Anda mungkin juga menyukai