Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perkantoran

2.1.1 Pengertian Perkantoran


Perkantoran diambil dari kata “kantor” yang berasal dari kata bahasa
Belanda “kantoor” dan sering dipadankan dengan perkataan “Office” yang berasal
dari bahasa Inggris. Prajudi (1976:60). lebih diartikan, perkantoran sebagai
kumpulan tempat atau ruangan dan proses kegiatan penanganan data/informasi
yang saling terhubung dan terikat satu sama lain dalam suatu kawasan. Dalam
hubungan ini yang dimaksud dengan penanganan adalah pengumpulan, pencatatan,
pengolahan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyimpanan data/informasi.

2.2 Kualitas Visual dan Kualitas Fungsional

2.2.1 Kualitas Visual


Karakter visual yang menarik adalah karakter formal yang dinamis dapat
dicapai melalui pandangan yang menyeluruh berupa suatu amatan berseri atau
menerus (serial vision) yang memiliki unit visual yang dominasinya memiliki
keragaman dalam suatu kesinambungan yang terpadu dan berpola membentuk satu
kesatuan yang unik Cullen (1961).
Tampilan fisik secara visual dapat merupakan suatu bangunan yang
memperlihatkan sisi muka bangunan tersebut. Tampilan visual dapat juga
merupakan bentuk sebuah bangunan atau lingkungan yang mampu menghadirkan
elemen-elemen yang terkomposisi dengan pola tertentu untuk menghasilkan
ekspresi tersendiri. Tampilan visual yang dimaksud adalah tampilan seluruh
permukaan bangunan dan elemen-elemen lingkungan yang mampu dinikmati
dengan indera penglihatan (Bentley, 1985).
Karakter visual dibentuk oleh tatanan atau interaksi dan komposisi berbagai
elemen-elemen (Smardon, 1986): seperti Bentuk (form), Garis (line), Warna atau
Tekstur, Skala & proporsi, ukuran nyata yang berhubungan antara komponen-
komponen lansekap dan lingkungannya atau hubungan proporsi antara bangunan
atau karya arsitektur satu dengan lainnya yang menciptakan suasana teratur
diantara unsur-unsur visual.
2.2.2 Kualitas Fungsional
Secara Fungsional meliputi:
a. Informatif dan kemudahan orientasi
i. Penciptaan suatu sistem kualitas lingkungan yang informatif sehingga
memudahkan pengguna kawasan dalam berorientasi dan bersirkulasi;
ii. Perancangan tata visual yang menuntun dan memudahkan arah orientasi
bagi pemakainya.

b. Kejelasan identitas
Penciptaan sistem dan kualitas lingkungan yang memudahkan
pengguna mengenal karakter khas lingkungannya.

c. Integrasi pengembangan skala mikro terhadap makro


i. Pengembangan kualitas lingkungan dengan mengintegrasikan sistem
makro dan mikro yang dapat dirasakan langsung secara mikro oleh
penggunanya;
ii. Penetapan konsep kegiatan yang dapat mengangkat dan mewadahi
kegiatan berkarakter lokal atau pun kegiatan eksisting ke dalam skenario
pendukung kegiatan baru yang akan diusulkan, namun tetap terintegrasi
dengan kegiatan formal berskala wilayah/nasional.

d. Keterpaduan/integrasi desain untuk efisiensi


i. Keseimbangan, kaitan, dan keterpaduan, antara semua jenis elemen
fungsional, estetis, dan sosial, sebagai pembentuk wajah jalan, baik di
dalam kawasan maupun lahan di luar Kawasan.
ii. Penempatan berbagai kegiatan pendukung pada ruang publik sebagai
bagian dari elemen pembentuk wajah jalan atau wajah Kawasan.
iii. Perancangan elemen pembentuk wajah jalan yang efektif agar
memudahkan pemakai untuk berorientasi dan bersirkulasi tanpa
penggunaan papan penanda yang berlebihan.

e. Konsistensi
i. Perancangan yang konsisten dan komprehensif antar penanda dalam satu
Kawasan.
ii. Perancangan yang mempertimbangkan struktur ruang lingkungannya,
terutama mengenai arus sirkulasi/pergerakan pemakai untuk
meminimalisasi kebutuhan papan penanda yang berlebihan.

f. Mewadahi fungsi dan aktivitas formal maupun informal yang beragam


i. Pengendalian berbagai pendukung kegiatan yang terpadu dan saling
melengkapi antara kegiatan sektor formal dan kegiatan sektor informal
pada berbagai ruang public.
ii. Penciptaan ruang yang mengadaptasi dan mengadopsi berbagai aktivitas
interaksi sosial yang direncanakan dengan tetap mengacu pada ketentuan
rencana tata ruang wilayah.
iii. Penetapan kualitas ruang melalui penyediaan lingkungan yang aman,
nyaman, sehat dan menarik, serta berwawasan ekologis.
g. Skala dan proporsi pembentukan ruang yang berorientasi pada pejalan kaki
Penciptaan keseimbangan lingkungan fisik yang lebih berorientasi pada
pejalan kaki daripada kendaraan, sehingga tercipta lingkungan yang ramah bagi
pejalan kaki seraya menghidupkan ruang kota melalui berbagai aktivitas pada
area pejalan kaki.

h. Perencanaan tepat bagi pemakai yang tepat


Perencanaan penanda informasi/orientasi visual yang jelas dan tepat
peletakannya, dan diperuntukkan bagi jenis pengguna yang tepat juga, yaitu
antara pejalan kaki, pengendara sepeda dan pengendara kendaraan bermotor.
2.2.3 Elemen Perancangan Kota
Setiap perancangan kota harus memperhatikan elemen-elemen perancangan
yang ada sehingga nantinya kota tersebut akan mempunyai karakteristik yang jelas.
Menurut Hamid Shirvani dalam bukunya “Urban Design Process”, terdapat delapan macam
elemen yang membentuk sebuah kota (terutama pusat kota), yakni Tata Guna Lahan (Land
Use), Bentuk dan Kelompok Bangunan (Building and Mass Building), Parkir dan Sirkulasi
(Parking and Circulation), Ruang Terbuka (Open Space), Tanda-tanda (Signages), Jalur
Pejalan Kaki (Pedestrian Ways), Pendukung Kegaiatan (Activity Support), dan Preservasi
(Preservation).
a. Tata Guna Lahan (Land Use)
Tata guna lahan merupakan rancangan dua dimensi berupa berupa denah
peruntukan lahan sebuah kota. Kebijaksanaan tata guna lahan juga membentuk
hubungan antara sirkulasi/parkir dan kepadatan aktivitas/penggunaan
individual. Terdapat perbedaan kapasitas (besaran) dan pengaturan dalam
penataan ruang kota, termasuk di dalamnya adalah aspek pencapaian, parkir,
sistem transportasi yang ada, dan kebutuhan untuk penggunaan lahan secara
individual. Pada prinsipnya, pengertian land use (tata guna lahan) adalah
pengaturan penggunaan lahan untuk menentukan pilihan yang terbaik dalam
mengalokasikan fungsi tertentu, sehingga dapat memberikan gambaran
keseluruhan bagaimana daerah-daerah pada suatu kawasan tersebut seharusnya
berfungsi.

b. Bentuk dan Massa Bangunan (Building Form and Massing)


Bentuk dan massa bangunan ditentukan oleh tinggi dan besarnya bangunan,
KDB, KLB, sempadan, skala, material, warna, dan sebagainya. Prinsip-prinsip dan
teknik Urban Design yang berkaitan dengan bentuk dan massa bangunan
meliputi:
 Scale, berkaitan dengan sudut pandang manusia, sirkulasi, dan
dimensi bangunan sekitar.
 Urban Space, sirkulasi ruang yang disebabkan bentuk kota, batas, dan
tipe-tipe ruang.
 Urban Mass, meliputi bangunan, permukaan tanah dan obyek dalam
ruang yang dapat tersusun untuk membentuk urban space dan pola
aktifitas dalam skala besar dan kecil.
c. Parkir dan Sirkulasi (Parking and Circulation)
Sirkulasi adalah elemen perancangan kota yang secara langsung dapat
membentuk dan mengkontrol pola kegiatan kota, sebagaimana halnya dengan
keberadaan sistem transportasi dari jalan publik, pedestrian way, dan tempat-
tempat transit yang saling berhubungan akan membentuk pergerakan (suatu
kegiatan).
Sirkulasi kota meliputi prasarana jalan yang tersedia, bentuk struktur kota,
fasilitas pelayanan umum, dan jumlah kendaraan bermotor yang semakin
meningkat. Semakin meningkatnya transportasi maka area parkir sangat
dibutuhkan terutama di pusat-pusat kegiatan kota (CBD).
Tempat parkir mempunyai pengaruh langsung pada suatu lingkungan yaitu pada
kegiatan komersial di daerah perkotaan dan mempunyai pengaruh visual pada
beberapa daerah perkotaan. Penyediaan ruang parkir yang paling sedikit
memberi efek visual yang merupakan suatu usaha yang sukses dalam
perancangan kota.
d. Ruang Terbuka (Open Space)
Berbicara tentang ruang terbuka (open space) selalu menyangkut lansekap.
Elemen lansekap terdiri dari elemen keras (hardscape seperti : jalan, trotoar,
patung, bebatuan dan sebagainya) serta elemen lunak (softscape) berupa
tanaman dan air. Ruang terbuka biasa berupa lapangan, jalan, sempadan sungai,
green belt, taman dan sebagainya.

Dalam perencanan open space akan senantiasa terkait dengan perabot


taman/jalan (street furniture). Street furniture ini bisa berupa lampu, tempat
sampah, papan nama, bangku taman dan sebagainya.
e. Tanda-tanda (Signages)
Tanda-tanda (Rambu) digunakan untuk petunjuk jalan, arah ke suatu kawasan
tertentu pada jalan tol atau di jalan kawasan kota. Tanda yang didesain dengan
baik menyumbangkan karakter pada fasade bangunan dan menghidupkan street
space dan memberikan informasi bisnis.
Penandaan yang dimaksud adalah petunjuk arah jalan, rambu lalu lintas, media
iklan, dan berbagai bentuk penandaan lain. Keberadaan penandaan akan sangat
mempengaruhi visualisasi kota, baik secara makro maupun mikro, jika
jumlahnya cukup banyak dan memiliki karakter yang berbeda. Sebagai contoh,
jika banyak terdapat penandaan dan tidak diatur perletakannya, maka akan
dapat menutupi fasad bangunan di belakangnya. Dengan begitu, visual bangunan
tersebut akan terganggu. Namun, jika dilakukan penataan dengan baik, ada
kemungkinan penandaan tersebut dapat menambah keindahan visual bangunan
di belakangnya.
f. Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian Ways)
Elemen pejalan kaki harus dibantu dengan interaksinya pada elemen-elemen
dasar desain tata kota dan harus berkaitan dengan lingkungan kota dan pola-
pola aktivitas sertas sesuai dengan rencana perubahan atau pembangunan fisik
kota di masa mendatang.
Perubahan-perubahan rasio penggunaan jalan raya yang dapat mengimbangi
dan meningkatkan arus pejalan kaki dapat dilakukan dengan memperhatikan
aspek-aspek sebagai berikut :
- Pendukung aktivitas di sepanjang jalan, adanya sarana komersial.
- Street furniture
g. Pendukung Kegaiatan (Activity Support)
Pendukung kegiatan adalah semua fungsi bangunan dan kegiatan-kegiatan yang
mendukung ruang public suatu kawasan kota. Bentuk activity support antara
lain taman kota, taman rekreasi, pusat perbelanjaan, taman budaya,
perpustakaan, pusat perkantoran, kawasan PKL dan pedestrian, dan sebagainya.
Aktivitas pendukung adalah semua fungsi bangunan dan kegiatan-kegiatan yang
mendukung ruang publik suatu kawasan kota. Bentuk, lokasi dan karakter suatu
kawasan yang memiliki ciri khusus akan berpengaruh terhadap fungsi,
penggunaan lahan dan kegiatan pendukungnya. Aktivitas pendukung tidak hanya
menyediakan jalan pedestrian atau plasa tetapi juga mempertimbangkan fungsi
utama dan penggunaan elemen-elemen kota yang dapat menggerakkan aktivitas.
h. Preservasi (Preservation)
Preservasi dalam perancangan kota adalah perlindungan terhadap lingkungan
tempat tinggal (permukiman) dan urban places (alun-alun, plasa, area
perbelanjaan) yang ada dan mempunyai ciri khas, seperti halnya perlindungan
terhadap bangunan bersejarah. Manfaat dari adanya preservasi antara lain:
- Peningkatan nilai lahan.
- Peningkatan nilai lingkungan.
- Menghindarkan dari pengalihan bentuk dan fungsi karena aspek komersial.
- Menjaga identitas kawasan perkotaan.
- Peningkatan pendapatan dari pajak dan retribusi.

https://arsadvent.wordpress.com/2011/07/28/hamid-shirvani/ (diakses 17 April 2018


jam 22:55)

Anda mungkin juga menyukai