Anda di halaman 1dari 9

TEORI MADELEINE LEININGER

(Teori Keperawatan Berbasis Diversitas & Universal Budaya)

Madeleine Leininger lahir di Sutton, Nebraska. Pada tahun 1948, dia menerima diploma
keperawatan dari St Anthony School of Nursing di Denver, Colorado. Pada tahun 1950, ia
memperoleh gelar BS dari St Scholastica (Benedictine College) di anak Atchi-, Kansas, dan pada
tahun 1954 meraih MS di kejiwaan dan mental nursing dari Universitas Katolik Amerika di
Washington, DC Pada tahun 1965, dia dianugerahi gelar Ph.D. dalam antropologi budaya dan
sosial dari Universitas Washington, Seattle.
Awal karirnya sebagai perawat, Leininger mengakui pentingnya konsep “peduli” dalam
keperawatan. Pernyataan yang sering di apresiasi dari tients untuk perawatan yang diterima
diminta Leininger untuk fokus pada “perawatan” sebagai komponen netral-abad keperawatan.
Selama tahun 1950, saat bekerja di rumah bimbingan anak, Leininger mengalami apa yang dia
sebut sebagai kejutan budaya ketika dia menyadari bahwa pola-pola perilaku berulang pada
anak-anak tampaknya memiliki dasar budaya. Leininger mengidentifikasi kurangnya
pengetahuan budaya dan peduli sebagai missing link ke pemahaman keperawatan dari banyak
variasi diperlukan dalam perawatan pasien untuk mendukung kepatuhan, penyembuhan, dan
kesehatan. Wawasan ini adalah awal (pada 1950-an) dari konstruk baru dan nomenon fenomenal,
yang berkaitan dengan perawatan yang disebut transkultural keperawatan.
Keperawatan transkultural merupakan suatu arah utama dalam keperawatan yang
berfokus pada study komparatif dan analisis tentang budaya dan sub budaya yang berbeda di
dunia yang menghargai perilaku caring, layanan keperawatan, niai-nilai, keyakinan tentang sehat
sakit, serta pola-pola tingkah laku yang bertujuan mengembangkan body of knowladge yang
ilmiah dan humanistik guna memberi tempat praktik keperawatan pada budaya tertentu dan
budaya universal. Teori keperawatan transkultural ini menekankan pentingnya peran
keperawatan dalam memahami budaya klien.
Teory keperawatan transkultural matahari terbit, sehingga disebut juga sebagai sunrise
model. Matahari terbit (sunrise model ) ini melambangkan esensi keperawatan dalam
transkultural yang menjelaskan bahwa sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada klien
(individu, keluarga, kelompok, komunitas, lembaga), perawat terlebih dahulu harus mempunyai
pengetahuan mengenai pandangan dunia (worldview) tentang dimensi dan budaya serta struktur
sosial yang, bersyarat dalam lingkungan yang sempit.
Peran perawatan pada transcultural nursing teory ini adalah menjebatani antara sistem
perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan prosfesional melalui
asuhan keperawatan. Eksistensi peran perawat tersebut digambarkan oleh leininger.oleh karena
itu perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana tindakan keperawatan yang akan
diberikan kepada masyarakat. Jika di sesuaikan dengan proses keperawatan, hal tersebut
merupakan tahap perencanaan tindakan keperawatan.
Tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien harus tetap memperhatikan tiga
perinsip asuhan keperawatan, yaitu :
1. culture care preservation/maintenance, yaitu prinsip membantu, memfasilitasi, atau
memperhatikan fenomena budaya guna membantu individu menentukan tingkan
kesehatan dan gaya hidup yang di inginkan.
2. Culture care accommodation/negatiation, yaitu prisip membantu, memfasilitasi, atau
memperhatikan fenomena budaya,yang merefleksikan cara-cara untuk beradaptasi, atau
bernegosiasi atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup individu atau
klien.
3. culture care repatterning/restructuring,yaitu :prinsip merekonstruksiatau mengubah
desain untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien kearah
lebih baik.
Konsep utama dan definisi teori Leininger:
1) “Care” mengacu kepeada suatu fenomena abstrak dan konkrit yang berhubungan dengan
pemberian bantuan, dukungan, atau memungkinkan pemberian pengalaman maupun perilaku
kepada orang lain sesuai dengan kebutuhannya dan bertujuan untuk memperbaiki kondisi
maupun cara hidup manusia.
2) ”Caring”, mengacu kepada suatu tindakan dan aktivitas yang ditujukan secara langsung dalam
pemberian bantuan, dukungan, atau memungkinkan individu lain dan kelompok didalam
memenuhi kebutuhannya untuk memperbaiki kondisi kehidupan manusia atau dalam
menghadapi kematian.
3) “Culture” Kebudayaan merupakan suatu pembelajaran, pembagian dan transmisis nilai,
keyakinan, norma-norma, dan gaya hidup dalam suatu kelompok tertentu yang memberikan
arahan kepada cara berfikir mereka, pengambilan keputusan, dan tindakkan dalam pola hidup.
4) “Culture Care” (Perawatan kultural) mengacu kepada pembelajaran subjektif dan objektif
dan transmisi nilai, keyakinan, pola hidup yang membantu, mendukung, memfasilitasi atau
memungkinkan ndividu lain maupun kelompok untuk mempertahankan kesjahteraan mereka,
kesehatan, serta untuk memperbaiki kondisi kehidupan manusia atau untuk memampukan
manusia dalam menghadapi penyakit, rintangan dan juga kematian.
5) “Cultural Care Diversity” (keragaman perawatan kultural) mengacu kepada variabel-variabel,
perbedaan-perbedaan, pola, nilai, gaya hidup, ataupun simbol perawatan di dalam maupun
diantara suatu perkumpulan yang dihubungkan terhadap pemberian bantuan, dukungan atau
memampukan manusia dalam melakukan suatu perawatan.
6) “Cultural care universality” (Kesatuan perawatan kultural) mengacu kepada suatu pengertian
umum yang memiliki kesamaan ataupun pemahaman yang paling dominan, pola-pola, nilai -
nilai, gaya hidup atau symbol - simbol yang dimanifestasikan diantara banyak kebudayaan serta
mereflesikan pemberian bantuan, dukungan, fasilitas atau memperoleh suatu cara yang
memungkinkan untuk menolong orang lain (Terminlogy universality) tidak digunakan pada
suatu cara yang absolut atau suatu temuan statistik yang signifikan.
7) Keperawatan mengacu kepada suatu pembelajaran humanistik dan profesi keilmuan serta
disiplin yang difokuskan pada aktivitas dan fenomena perawatan manusia yang bertujuan untuk
membantu, memberikan dukungan, menfasilitasi, atau memampukan individu maupun kelompok
untuk memperoleh kesehatan mereka dalam suatu cara yang menguntungkan yang berdasarkan
pada kebudayaan atau untuk menolong orang-orang agar mampu menghadapi rintangan dan
kematian.
8) “World View” (Pandangan dunia) mengacu kepada cara pandang manusia dalam memelihara
dunia atau alam semesta untuk menampilkan suatu gambaran atau nilai yang ditegakkan tentang
hidup mereka atau lingkungan di sekitarnya.
9) “Culture and Social Struktere Demensions” (Dimensi struktur sosial dan budaya) mengacu
pada suatu pola dinamis dan gambaran hubungan struktural serta faktor-faktor organisasi dari
suatu bentuk kebudayaan yang meliputi keagamaan, kebudayaan, politik, ekonomi, pendidikan,
teknologi, nilai budaya dan faktor-faktor etnohistory serta bagaimana faktor-faktor ini
dihubungkan dan berfungsi untuk mempengaruhi perilaku manusia dalam lingkungan yang
berbeda.
10) Lingkungan mengacu pada totalitas dari suatu keadaan, situasi, atau pengalaman-
pengalaman yang memberikan arti bagi perilaku manusia, interpretasi, dan interaksi sosial dalam
lingkungan fisik, ekologi, sosial politik, dan atau susunan kebudayaan.
11) “Enviromental Contect, Languange & Etnohistory” mengacu kepada keseluruhan fakta-fakta
pada waktu yang lampau, kejadian-kejadian, dan pengalaman individu, kelompok, kebudayaan
serta suatu institusi yang difokuskan kepada manusia/masyarakat yang menggambarkan,
menjelaskan dan menginterpretasikan cara hidup manusia dalam suatu bentuk kebudayaan
tertentu dalam jangka waktu yang panjang maupun pendek.
12) “Generic Care System” Sistem perawatan pada masyarakat tradisional mengacu kepada
pembelajaran kultural dan transmisi dalam masyarakat tradisional (awam) dengan menggunakan
pengetahuan dan keterampilan tradisonal yang diwariskan untuk memberikan bantuan, dukungan
atau memfasilitasi tindakan untuk individu lain, kelompok maupun suatu institusi dengan
kebutuhan yang lebih jelas untuk memperbaiki cara hidup manusia atau kondisi kesehatan
ataupun untuk menghadapi rintangan dan situasi kematian.
13) “Profesional Sistem” perawatan profesional mengacu kepada pemikiran formal,
pembelajaran, transmisi perawatan profesional, kesehatan, penyakit, kesejahteraan dan
dihubungkan dalam pengetahuan dan keterampilan praktek yang berlaku dalam institusi
profesional biasanya personil multi disiplin untuk melayani konsumen.
14) Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan secara kultural memiliki
nilai dan praktek serta merefleksikan kemampuan individu maupun kelompok untuk
menampilkan kegiatan budaya mereka sehari-hari, keuntungan dan pola hidup
15) “Culture Care Preservation/maintenance” Mempertahankan perawatan kultural mengacu
kepada semua bantuan, dukungan, fasilitas atau pengambilan keputusan dan tindakan profesional
yang memungkinkan yang dapat menolong orang lain dalam suatu kebudayaan tertentu dan
mempertahankan nilai perawatan sehingga mereka dapat memperthanakan kesejahteraannya,
pulih dari penyakit atau menghadapi rintangan mapun kematian.
16) “Culture Care Acomodation/negotiation” tehnik negosiasi atau akomodasi perawatan
kultural mengacu pada semua bantuan, dukungan, fasilitas, atau pembuatan keputusan dan
tindakan kreatifitas profesional yang memungkinkan yang menolong masyarakat sesuai dengan
adaptasi kebudayaan mereka atau untuk bernegosiasi dengan fihak lain untuk mencapai hasil
kesehatan yang menguntungkan dan memuaskan melalui petugas perawatan yang professional
17) Culture Care Repattering/restructuring Restrukturisasi perawatan transkultural mengacu
pada seluruh bantuan, dukungan, fasilitas atau keputusan dan tindakan profesional yang dapat
menolong klien untuk mengubah atau memodifikasi cara hidup mereka agar lebih baik dan
memperoleh pola perawatan yang lebih menguntungkan dengan menghargai keyakinan dan nilai
yang dimiliki klien sesuai dengan budayanya.
18) Culturally Congruent Care for Health, Well-being or Dying Perawatan kultural yang
konggruen mengacu kepada kemampuan kognitif untuk membantu, mendukung, menfasilitasi
atau membuat suatu keputusan dan tindakan yang dapat memperbaiki kondisi individu, atau
kelompok dengan nilai budaya, keyakinan dan cara hidup yang berbeda, yang bertujuan untuk
memperoleh kesejahteraan dan kesehatan.
Analisis Fenomena Keperawatan
Gambaran Kasus :
Ny. D, berusia 29 tahun masuk ke unit keperawatan onkologi dengan keluhan nyeri
pelvic dan pengeluaran cairan pervagina. Hasil pemeriksaaan Pap Smear didapatkan menderita
Ca Cerviks stadium II dan telah mengalami Histerektomy radikal dengan bilateral salpingo-
oophorectomy.
Riwayat kesehatan masa lalu : jarang melakukan pemeriksaan fisik secara teratur. Ny D
mengatakan bahwa tidak pernah melakukan pemeriksaan payudara sendiri. Tinggi badan 5 kaki
4 inci dan BB 89 pound. Biasanya dia memiliki BB 110 pound. Dia seorang perokok dan
menghabiskan kurang lebih 2 pak sehari dan berlangsung selama 16 tahun. Dia sudah memiliki 2
orang anak. Kehamilan pertama ketika dia berusia 16 tahun dan kehamilan yang kedua saat
berusia 18 tahun. Sejak saat itu dia menggunakan kontrasepsi oral secara teratur. Dia menikah
dan tinggal dengan suaminya bersama 2 orang anaknya dirumah ibunya, dengan sanitasi
lingkungan yang kurang baik. Suaminya seorang pengangguran. Dia menggambarkan suaminya
seorang yang emosional dan kasar.
Ny D telah mengikuti pembedahan dengan baik kecuali satu hal dia belum mampu
mengosongkan kandung kemihnya. Dia masih merasakan nyeri dan mual post operasi. Hal itu
mengharuskan dia untuk menggunakan kateter intermitten di rumah. Obat yang digunakan
adalah antibiotic, analgetik untuk nyeri dan antiemetic untuk mualnya. Sebagai tambahan, dia
akan mendapatkan terapi radiasi sebagai pengobatan rawat jalan.
Ny D sangat sedih. Dia menunjukkan perhatian yang sangat besar terhadap masa
depannya dan kedua anaknya. Dia percaya bahwa penyakit ini adalah sebuah hukuman akibat
masa lalunya.
Penerapan Asuhan Keperawatan Berdasarkan teori Leininger.
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan terhadap respon adaptif dan maladaptif untuk memenuhi kebutuhan
dasar yang tepat sesuai dengan latar belakang budayanya. Pengkajian dirancang berdasarkan 7
komponen yang ada pada “ Leininger’s Sunrise models” dalam teori keperawatan transkultural
Leininger yaitu :
1. Faktor teknologi (technological factors)
Berkaitan dengan pemanfaatan teknologi kesehatan maka perawat perlu mengkaji berupa
: persepsi pasien tentang penggunaaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan
kesehatan saat ini, alasan mencari bantuan kesehatan.
2. Faktor Agama dan Falsafah Hidup (religious and Philosophical factors)
Faktor agama yang perlu dikaji perawat seperti : agama yang dianut, kebiasaan agama
yang berdampak positif terhadap kesehatan, berikhtiar untuk sembuh tanpa mengenal putus asa,
mempunyai konsep diri yang utuh, status pernikahan, persepsi dan cara pandang pasien terhadap
kesehatan atau penyebab penyakit.
3. Faktor sosial dan keterikatan kekeluargaan ( Kinship & Social factors)
Pada faktor sosial dan kekeluargaan yang perlu dikaji oleh perawat : nama lengkap dan
nama panggilan di dalam keluarga, umur atau tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, status,
tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam anggota keluarga, hubungan pasien dengan kepala
keluarga, kebiasaan yang dilakukan rutin oleh keluarga misalnya arisan keluarga, kegiatan yang
dilakukan bersama masyarakat misalnya : ikut kelompok olah raga atau pengajian.
4. Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup (Cultural values & Lifeways)
Hal-hal yang perlu dikaji berkaitan dengan nilai-nilai budaya dan gaya hidup adalah :
posisi dan jabatan misalnya ketua adat atau direktur, bahasa yang digunakan, bahasa non verbal
yang ditunjukkan pasien, kebiasaan membersihkan diri, kebiasaan makan, makan pantang
berkaitan dengan kondisi sakit, sarana hiburan yang biasa dimanfaatkan dan persepsi sakit
berkaitan dengan aktivitas sehari-hari, misalnya sakit apabila sudah tergeletak dan tidak dapat
pergi ke sekolah atau ke kantor.
5. Faktor kebijakan dan peraturan Rumah Sakit (Political and Legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi
kegiatan individu dan kelompok dalam asuhan keperawatan transkultural (Andrew & Boyle,
1995), seperti jam berkunjung, pasien harus memakai baju seragam, jumlah keluarga yang boleh
menunggu, hak dan kewajiban pasien, cara pembayaran untuk pasien yang dirawat.
6. Faktor ekonomi (economical factors)
Faktor ekonomi yang perlu dikaji oleh perawat antara lain seperti pekerjaan pasien, sumber biaya
pengobatan , kebiasaan menabung dan jumlah tabungan dalam sebulan
7. Faktor pendidikan (educational factors)
Perawat perlu mengkaji latar belakang pendidikan pasien meliputi tingkat pendidikan pasien dan
keluarga, serta jenis pendidikannnya.
B. Diagnosa Keperawatan
Perawat merumuskan masalah yang dihadapi Pasien dan keluarganya adalah :
 Perlunya perlindungan, kebutuhan akan kehadiran orang lain dan rasa ingin berbagi sebagai
nilai yang penting untuk Pasien dan keluarganya.
 Perkembangan dari pola ini adalah kesehatan dan kesejahteraan yang bergantung pada
ketiga aspek tersebut.
 Hal lain yang ditemukan adalah suatu pola yang dapat membangun kehidupan social dan
aspek penting lainnya yaitu masalah kerohanian, kekeluargaan dan ekonomi yang sangat
besar mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan
C. Perencanaan dan Implementasi
Perencanaan dan implementasi keperawatan transkultural menawarkan tiga strategi sebagai
pedoman Leininger (1984) ; Andrew & Boyle, 1995 yaitu :
 Perlindungan/mempertahankan budaya (Cultural care preservation/maintenance) bila budaya
pasien tidak bertentangan dengan kesehatan,
 Mengakomodasi/menegosiasi budaya (Cultural care accommodation atau negotiations)
apabila budaya pasien kurang mendukung kesehatan
 Mengubah dan mengganti budaya pasien dan keluarganya (Cultural care repartening /
recontruction).
Adapun implementasi yang dilakukan terkait masalah yang telah ditemukan :
1. The goal of culture care preservation or maintenance :
 Agama dapat digunakan sebagai mekanisme yang memperkuat dalam merawat pasien.
Dipandang penting untuk konsultasi dengan toko agama seperti ustad di mesjid.
 Membantu pasien untuk menghilangkan persepsi negatif yang mengatakan bahwa dosa di
masa lalu mempengaruhi keadaan sakitnya dan mendapatkan pertolongan dari hasil
berkonsultasi kepada " dukun" yang memindahkan beberapa kutukan kepadanya.
 Pengobatan yang baik adalah adanya kepedulian dari keluarga pasien dan teman-temannya
yang juga berperan untuk kesembuhan pasien.
2. Culture Care accommodation or Negotiation:
 Perawat merencanakan kordinasi dengan tata kota untuk memperbaiki lingkungan yang tidak
sehat dan selokan yang meluap di halaman tetangga pasien.
 Perawat lain (yang merawat Pasien) akan mengidentifikasi dan menetapkan obat-obatan
untuk menentukan apakah sesuai dengan metode yang digunakan pada pasien.
3. Culture care Repatterning or restructuring:
 Kepedulian akan aspek social budaya perlu untuk dipertimbangkan, seorang ahli diet akan
dikirim untuk menyusun menu pasien dan mengatasi anemia yang dialami.
 Perawat juga akan membantu pasien dalam menghentikan kebiasaan merokok, penyuluhan
tentang pengaruh rokok terhadap, dan anjurkan para perokok untuk merokok di luar ruangan.
D. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap :
 keberhasilan pasien mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan
 Negosiasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatannya
 Restrukturisasi budaya yang bertentangan dengan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Madeleine Leininger Culture Care: Diversity And Universality Theory. Diambil pada 23 Januari
2018 dari http://nursing.jbpub.com/sitzman/ch15pdf.pdf
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/afifah/material/transkulturalnursing.pdf

Anda mungkin juga menyukai