Anda di halaman 1dari 23

`

DAFTAR ISI

BAB I ..................................................................................................................................... 2
1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................................. 2
1.2 TUJUAN .................................................................................................................. 2
BAB II .................................................................................................................................... 3
2.1 RANGKAIAN SERI................................................................................................ 3
2.2 RANGKAIAN PARAREL ...................................................................................... 6
2.3 RANGKAIAN KOMBINASI ( Seri – Paralel ) ...................................................... 9
2.4 PERBEDAAN RANGKIAN SERI DAN PARAREL........................................... 10
BAB III ................................................................................................................................ 11
3.1 ALAT DAN BAHAN ............................................................................................ 11
3.2 LANGKAH KERJA .............................................................................................. 12
BAB IV ................................................................................................................................ 16
4.1 DATA PENGUKURAN ........................................................................................ 16
4.1.1 Rangkaian Seri................................................................................................ 16
4.1.2 Rangkaian Paralel ........................................................................................... 16
4.1.3 Rangkaian Kombinasi .................................................................................... 17
4.2 ANALISIS DATA ................................................................................................. 17
4.2.2 Rangkaian Pararel ........................................................................................... 19
4.2.3 Rangkaian Kombinasi .................................................................................... 20
BAB V .................................................................................................................................. 22
5.1 KESIMPULAN ...................................................................................................... 22
5.2 SARAN .................................................................................................................. 23

1
`

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Listrik merupakan suatu kebutuhan yang sangat diperlukan oleh masyarakat dalam
kehidupan sehari hari. Dalam listrik sendiri terdapat beberapa hal yang mempengaruhi listrik
itu sendiri, yaitu seperti tahanan, arus, tegangan dan lain lain. Dalam kehidupan sehari hari
pun kita juga sering didengarkan dengan yang namanya hambatan, arus dan tegangan, namun
kita sering tidak pernah mengerti apakah yang sebenarnya dimaksud dengan hambatan, arus
dan tegangan.

Hambatan listrik merupakan suatu hambatan pada rangkaian yang nantinya dapat
menghambat arus listrik yang mengalir. Semakin besar hambatan yang mengalir pada suatu
rangkaian dan pada suatu variable V (tegangan yang tetap), maka arus yang mengalir pada
rangkaian pun juga makin kecil.

Pada kehidupan sehari-hari saat memansang instalasi listrik sederhana kita harus
mengetahui apakah rangkaian yang akan dibuat dalam bentuk rangkaian pararel atau seri.
Pada tahanan seri dan pararel memiliki ciri khas tersendiri pada sebuah rangkaian. Selain itu,
ada pula rangkaian kombinasi memiliki ciri khas dari rangkian seri-pararel. Selain itu juga
harus mengetahui beban yang akan dipakai agar arus yang terpakai tidak berlebih atau akan
mengakibatkan arus pendek, dan tegangan yang akan dipakai.

1.2 TUJUAN
Setelah selesai menyelesaikan percobaan pada praktikum ini, mahasiswa diharapkan:
1. Menghitung tahanan total pada hubungan seri, paralel, dan kombinasi
2. Menerangkan hubungan antara tegangan masing–masing tahanan dengan
tegangan total serta arus yang melaluinya.
3. Menerangkan kegunaan tiga macam hubungan tersebut dan mempergunakannya
dalam praktik.

2
`

BAB II
DASAR TEORI

Dalam rangkaian listrik, biasanya tidak hanya terdapat sebuah tahanan saja pada rangkaian
tersebut, tetapi dihubungkan dengan tahanan lain, yang dapat dirangkai dengan beberapa
cara, antara lain :

a) Tahanan dihubungkan secara seri (rangkaian seri).


b) Tahanan dihubungkan secara parallel (rangkaian pararel)
c) Tahanan dihubungkan kombinasi ( rangkaian seri-paralel )

2.1 RANGKAIAN SERI

Rangkaian seri terdiri dari dua atau lebih beban listrik yang dihubungkan ke catu daya
lewat satu rangkaian. Rangkaian seri dapat berisi banyak beban listrik dalam satu rangkaian.
Contoh yang baik dari beberapa beban rangkaian dihubung seri adalah lampu pohon Natal. (
kurang lebih 20 lampu dalam rangkaian seri ). Dua buah elemen berada dalam susunan seri
jika mereka hanya memiliki sebuah titik utama yang tidak terhubung menuju elemen
pembawa arus pada suatu jaringan.
Karena semua elemen disusun seri, maka jaringan tersebut disebut rangkaian seri. Dalam
rangkaian seri, arus yang lewat sama besar pada masing-masing elemen yang tersusun seri.

A. Sifat-sifat Rangkaian Seri


 Arus yang mengalir pada masing beban adalah sama.
 Tegangan sumber akan dibagi dengan jumlah tahanan seri jika besar tahanan
sama. Jumlah penurunan tegangan dalam rangkaian seri dari masing-masing
tahanan seri adalah sama dengan tegangan total sumber tegangan.
 Banyak beban listrik yang dihubungkan dalam rangkaian seri, tahanan total
rangkaian menyebabkan naiknya penurunan arus yang mengalir dalam
rangkaian. Arus yang mengalir tergantung pada jumlah besar tahanan beban
dalam rangkaian.

3
`

 Jika salah satu beban atau bagian dari rangkaian tidak terhubung atau putus, aliran
arus terhenti.

B. Prinsip dalam rangkaian seri


 Hambatan total merupakan hasil penjumlahan tiap-tiap hambatan serinya (R total
= R1 + R2 + ... Rn ).
 Kuat arus dalam tiap-tiap hambatannya tetap dan besar kuat arus setiap hambatan
sama dengan kuat arus totalnya (I total = I1 = I2 =…. I n).
 Beda potensial/tegangan tiap-tiap hambatannya berbeda-beda dan hasil
penjumlahan tegangan tiap-tiap hambatannya sama dengan tegangan totalnya. (V
total = V1 + V2 +.. Vn).
 Jika Rangkaian disebut hubungan seri, karena tahanan – tahanannya dihubungkan
secara seri,seperti pada gambar 1.1

Gambar 1.1 Rangkaian Seri

4
`

Sehingga ketika dirumuskan dengan hukum kirchoff sebagai berikut :

E = V1 + V2 + V3 + ….. + Vn

E = IR1 + IR2 + IR3 + ….. + IRn

E = I ( R1 + R2 + R3 + ….. + Rn )

E = I . Rt

Dari rumus diatas membuktikan bahwa hambatan total suatu rangkaian seri
didapatkan dari penjumlahan seluruh hambatan pada rangkaian tersebut

C. Pembagi Tegangan

Gambar 1.2 Rangkaian Seri dengan Voltmeter

Hubungan seri dapat digunakan sebagai “pembagi tegangan”. “pembagi tegangan” dapat
digunakan bila tegangan yang akan digunakan lebih kecil dari sumber. Biasanya “pembagi
tegangan” terdiri dari dua resistor.

Tegangan Output dari pembagi Tegangan :

V = I . R2

𝑬
= 𝑹𝟏+𝑹𝟐 R2

5
`

D. Contoh Paling Sederhana Penerapan Rangkaian Listrik Seri Dalam Kehidupan


Sehari – hari (Dirumah) :
 Lampu hias pohon Natal model lama (yang baru pakai rangkaian elektronik &
lampu LED) merupakan rangkaian seri beberapa lampu (12V di-seri 20 pcs)
sehingga dapat menerima tegangan sesuai dengan jala-jala (220V).
 Lampu TL (tube Lamp) atau orang bilang lampu neon, model lama yang masih
memakai ballast, di dalam box nya memakai rangkaian seri antara jala-jala
dengan ballastnya.
 Di dalam setrika listrik ada rangkaian seri dengan bimetal (temperatur kontrol),
demikian juga kulkas.
 Sakelar/switch merupakan penerapan rangkaian seri dengan beban.

2.2 RANGKAIAN PARAREL

Rangkaian Paralel merupakan salah satu yang memiliki lebih dari satu bagian garis
edar untuk mengalirkan arus. Dalam kendaraan bermotor, sebagian besar beban listrik
dihubungkan secara parallel. Masing-masing rangkaian dapat dihubung-putuskan tanpa
mempengaruhi rangkaian yang lain.

A. Sifat-sifat Rangkaian Paralel


 Tegangan pada masing-masing beban listrik sama dengan tegangan sumber.
 Masing-masing cabang dalam rangkaian parallel adalah rangkaian individu. Arus
masing-masing cabang adalah tergantung besar tahanan cabang.
 Sebagaian besar tahanan dirangkai dalam rangkaian parallel, tahanan total
rangkaian mengecil, oleh karena itu arus total lebih besar. (Tahanan total dari
rangkaian parallel adalah lebih kecil dari tahanan yang terkecil dalam rangkaian.)

6
`

 Jika terjadi salah satu cabang tahanan parallel terputus, arus akan terputus hanya
pada rangkaian tahanan tersebut. Rangkaian cabang yang lain tetap bekerja tanpa
terganggu oleh rangkaian cabang yang terputus tersebut.
B. Prinsip dalam rangkaian paralel
 Seper hambatan paralel merupakan hasil penjumlahan seper tiap-tiap hambatan
paralelnya. (V total = V1 = V2 = V3 = .. Vn)
 Kuat arus dalam percabangannya berbeda-beda dan perbandingan kuat arus tiap-
tiap percabangan berbanding terbalik dengan perbandingan hambatan tiap-tiap
percabangannya serta hasil penjumlahan kuat arus tiap-tiap percabangannya sama
dengan kuat arus totalnya. (I total = I1 + I2 +.. In)
 Beda potensial/tegangan tiap-tiap percabangannya tetap dan besar tegangan setiap
percabangan sama dengan tegangan totalnya. (1/R total = 1/R1 + 1/R2 + … 1/R
n)
 Rangkaian paralel, yang mana semua tahanan dihubungkan secara paralel, dan
pada rangkaian ini masing – masing tahanan terhubung dengan sumber tegangan
seperti pada gambar 1.3

Gambar 1.3 Rangkaian Pararel

7
`

Berdasarkan hokum kirchoff, maka besar arus :

I = I1 + I2 + I3 + ….. + In

Persamaan ini disubsitusikan ke hukum ohm.

𝐄 𝐄 𝐄 𝐄 𝐄
= + + + …+
𝐑𝐭 𝐑𝟏 𝐑𝟐 𝐑𝟑 𝐑𝐧

Dan :

𝟏 𝟏 𝟏 𝟏 𝟏
= + + + …+
𝐑𝐭 𝐑𝟏 𝐑𝟐 𝐑𝟑 𝐑𝐧

Untuk dua tahanan yang dihubungkan paralel dapat digunakan rumus :

𝐑𝟏. 𝐑𝟐
𝐑𝐭 =
𝐑𝟏 + 𝐑𝟐

Hubungan tahanan paralel juga disebut “current divider” ( pembagi arus ) dan
dituliskan ( untuk 2 tahanan ) :

I1 . R1 = I2 . R2

𝑰𝟏 𝑹𝟐
=
𝑰𝟐 𝑹𝟏

Karena untuk dua tahanan paralel adalah :

I = I1 + I2

𝑹𝟐
Maka : I1 = 𝑹𝟏+𝑹𝟐

𝑹𝟏
Atau : I2 = 𝑹𝟏+𝑹𝟐

8
`

C. Contoh paling sederhana penerapan rangkaian listrik paralel dalam kehidupan


sehari-hari:
 Distribusi Listrik PLN kerumah-rumah adalah paralel.
 Stop contact merupakan rangkaian paralel dengan jala-jala.

2.3 RANGKAIAN KOMBINASI ( Seri – Paralel )

Rangkaian Kombinasi adalah gabungan dari rangkaian seri dan rangkaian paralel.
Rangkaian campuran biasanya juga terdapat pada rangkaian listrik. Untuk dapat mencari
besarnya hambatan yang terdapat pada rangkaian campuran, terlebih dahulu kita harus
mencari besaran hambatan pada tiap-tiap model rangkaian (seri dan paralel), setelah kita
menemukan besaran hambatan pada kedua rangkaian tersebut kemudian kita mencari
hambatan dari gabungan rangkaian akhir yang telah kita dapat.

Berikut adalah rumus – rumus dari rangkaian kombinasi :

Gambar 1.4 rangkaian kombinasi

Berdasarkan rumus – rumus seri dan paralel, maka :

𝑅3 .𝑅2
𝑅𝑡 = 𝑅1 𝑅2+𝑅3

9
`

2.4 PERBEDAAN RANGKIAN SERI DAN PARAREL


a) Rangkaian seri besar arus listriknya sama besar, tapi besar tegangannya berbeda-
beda tergantung besar hambatan pada rangkaian tersebut.
b) Rangkaian paralel, besar tegangan adalah sama untuk masing hambatan yg
terpasang, tapi arusnya berbeda tergantung besar hambatan yg terpasang.
c) Rangkaian seri, total hambatan tinggal dijumlah aja semua, kalo rangkaian
paralel, jumlah hambatan adalah 1/Rt = (1/R1)+(1/R2)+ ...
d) Jumlah total hambatan pada rangkaian seri, lebih besar dari rangkaian parallel.
e) total daya yg diserap rangkaian seri biasanya ebih besar dibanding rangkaian
parallel.

10
`

BAB III
METODOLOGI

3.1 ALAT DAN BAHAN


1. 4 buah Multimeter dan 1 buah Voltmeter

2. 1 power supply

3. Resistor:

11
`

4. Proto Board

5. Kabel penghubung

3.2 LANGKAH KERJA

Langkah kerja untuk praktikum tahanan hubungan seri paralel sangat penting untuk
diketahui karena agar tidak terjadi kecelakaan saat pelaksanaan praktikum. Langkah kerja
sebagai berikut :

1. Rangkailah rangkaian seperti gambar 1.5


2. Atur tegangan dari 0 s/d 10V, Catat arus dan tegangan, Hitung tahanan total dalam
praktikum

12
`

V1 V2 V3

R1 R2 R3
A1 A2 A3
150Ω 47Ω 470Ω

0-10V

Gambar 1.5 rangkaian power supply ke resistor hubungan seri

3. Ukur tahanan total dengan menggunakan Ohm meter dengan cara melepaskan
sumber.

R1 R2 R3
150Ω 47Ω 470Ω

Ohm meter

Gambar 1.6 rangkaian resistor hubungan seri dengan ohmeter

4. Rangkai seperti gambar 1.7


5. Atur tegangan dari 0 s/d 10V, Catat arus dan tegangan, Hitung tahanan total dalam
praktikum

13
`

I1 R1
A1
47Ω

I2 R2
A2
150Ω

I3 R3
A3
470Ω

0-10V

gambar 1.7 rangkaian power supply ke resistor hubungan paralel

6. Ukur tahanan total dengan menggunakan Ohm meter dengan cara melepaskan
sumber
I1 R1
47Ω

I2 R2
150Ω

I3 R3
470Ω

Ohm meter

Gambar 1.8 rangkaian resistor hubungan paralrel dengan ohmeter

7. Rangkai seperti gambar 1.9


8. Atur tegangan dari 0 s/d 10V, Catat arus dan tegangan, Hitung tahanan total dalam
praktikum

14
`

I2
R2
I1 A2 47Ω
R1
A1
150Ω
I3
R3
A3 470Ω

I
A

1-10V

Gambar 1.9 rangkaian power supply ke resistor hubungan kombinasi seri-


paralel
9. Ukur tahanan total dengan menggunakan Ohm meter dengan cara melepaskan
sumber

R2
47Ω
R1
150Ω
R3
470Ω

Ohm meter

Gambar 1.10 rangkaian resistor hubungan kombinasi seri-paralel dengan ohmeter

15
`

BAB IV
HASIL PENGUKURAN

4.1 DATA PENGUKURAN


4.1.1 Rangkaian Seri

R=150 ohm R=47 ohm R=470 ohm Rt


Vs It Vt
I1 V1 I2 V2 I3 V3 Praktik Teori
0,10 0,613 666,67
2V 3 mA 0,4 V 3 mA 3 mA 3 mA 2V
V V Ω
0,12 689,66
4V 5,8 mA 0,4 V 5,8 mA 5,8 mA 1,32 V 5,8 mA 4V
V Ω
0,55 0,13 666,67
6V 9 mA 9 mA 9 mA 1,94 V 9 mA 6V 667 Ω
V V Ω
0,75 0,23 11,5 695,65
8V 11,5 mA 11,5 mA 2,59 V 11,5 mA 8V
V V mA Ω
14,25 0,95 14,25 0,27 0,95 14,25 700,75
10 V 3V 10 V
mA V mA V mA mA Ω

4.1.2 Rangkaian Paralel

R=150 ohm R=47 ohm R=470 ohm Rt


Vs It Vt
I1 V1 I2 V2 I3 V3 Praktik Teori
0,035 1,85 0,005
2V 0,01 A 1,85 V 1,85 V 0,05 A 1,85 V
A mV A
0,023 0,065 0,007 0,015
4V 3,5 V 3,5 V 3,5 V 3,5 V 30 Ω 33,25 Ω
A A A A
0,033 0,012
6V 5,3 V 0,1 A 5,3 V 5,3 V 0,16 A 5,3 V
A A

16
`

0,045 0,132 0,015


8V 7,1 V 7,1 V 7,1 V 0,21 A 7,1 V
A A A
0,055 0,165 0,245
10 V 9V 9V 0,02 A 9V 9V
A A A

4.1.3 Rangkaian Kombinasi

R=150 ohm R=47 ohm R=470 ohm Rt


Vs It Vt
I1 V1 I2 V2 I3 V3 Praktik Teori
0,95
2V 10 mA 0,14 V 8,8 mA 0,3 V 1,3 volt 10 mA 2V
mA
22,5 1,69
4V 16 mA 2,6 V 0,7 V 0,7 volt 20 mA 3,9 V 191,38
mA mA 192,727 Ω

6V 25 mA 4,2 V 30 mA 1,35 V 3 mA 1,35 V 30 mA 5,9 V
8V 35 mA 5,7 V 40 mA 1,65 V 4,1 mA 1,65 V 40 mA 8V
10 V 45 mA 7,05 V 50 mA 2,8 V 5 mA 2,08 V 50 mA 9,8 V

4.2 ANALISIS DATA


4.2.1 Rangkaian Seri
 Perhitungan Resistansi secara teori
Rt = R1 + R2 + R3
= 150 + 47 + 470
= 667 Ω

 Perhitungan Resistansi saat praktek menggunakan multimeter digital


R2V = 666,67 Ω
R4V = 689,66 Ω
R6V = 666,67 Ω
R8V = 695,65 Ω

17
`

R10V = 700,75 Ω
𝐕
 Perhitungan Resistansi dengan rumus R = 𝐈

It = (I150Ω + I47Ω + I470Ω) /3 Vt = V150Ω + V47Ω + V470Ω 𝐕𝐭


2V 2V Rt 2v = 𝐈𝐭
𝟏,𝟏𝟏𝟑
= (30+30+30) /3 = 0,4V+0,1V+0,613V =
𝟑
= 3 mA = 1,113 V = 123,66 Ω
It 4V = (I150Ω + I47Ω + I470Ω) /3 Vt 4V = V150Ω + V47Ω + V470Ω 𝐕𝐭
Rt 4v =
𝐈𝐭

= (5,8+5,8+5,8) /3 = 0,4V + 0,125 𝟏,𝟖𝟓


= 𝟓,𝟖
= 5,8 mA V+1,32V
= 318,97 Ω
It 6V = (I150Ω + I47Ω + I470Ω) /3 = 1,85 V 𝐕𝐭
Rt 6v =
Vt 6V = V150Ω + V47Ω + V470Ω 𝐈𝐭
= (9+ 9 + 9) /3 𝟐,𝟔𝟒
=
𝟗
= 9 mA = 0,55V+0,15 V+1,94
= 293,33 Ω
It 8V = (I150Ω + I47Ω + I470Ω) /3 V
𝐕𝐭
Rt 8v =
= 2,64 V 𝐈𝐭
= (11,5+11,5+11,5) /3 𝟑,𝟓𝟕
Vt 8 V = V150Ω + V47Ω + V470Ω = 𝟏𝟏,𝟓
= 11,5 mA
It 10V = (I150Ω + I47Ω + I470Ω) /3 = 0,75V+0,23V = 310,44 Ω
+2,59V 𝐕𝐭
= (14,25+14,25+14,25) /3 Rt 10v = 𝐈𝐭
= 3,57 V
= 14,25 mA 𝟒,𝟐𝟐
Vt 10V = V150Ω + V47Ω + V470Ω = 𝟏𝟒,𝟐𝟓

= 296,14 Ω
= 0,95V+0,27V +3V
= 4,22 V

18
`

4.2.2 Rangkaian Pararel


 Perhitungan Resistansi secara teori
1 1 1 1
= + + Rt = 33,25 Ω
𝑅𝑡 47 150 470

 Perhitungan Resistansi saat praktek


menggunakan multimeter digital
R = 30 Ω

𝐕
 Perhitungan Resistansi dengan rumus R = 𝐈

It = (I150Ω + I47Ω + I470Ω) 𝐕𝟏𝟓𝟎𝛀 + 𝐕𝟒𝟕𝛀 + 𝐕𝟒𝟕𝟎𝛀 𝐕𝐭


2V Vt 2V = Rt 2v =
𝟑 𝐈𝐭
𝟏,𝟖𝟓
=(0,01+0,035+0,005) 𝟏,𝟖𝟓+𝟏,𝟖𝟓 + 𝟏,𝟖𝟓 = 𝟎,𝟎𝟓 = 37 Ω
= = 1,85 V
= 0,05 A 𝟑

It 4V = (I150Ω + I47Ω + I470Ω) 𝐕𝟏𝟓𝟎𝛀 + 𝐕𝟒𝟕𝛀 + 𝐕𝟒𝟕𝟎𝛀 𝐕𝐭


Vt 4V = Rt 4v =
𝟑 𝐈𝐭

= (0,023+0,065+0,007) 𝟑,𝟓
𝟑,𝟓+𝟑,𝟓 + 𝟑,𝟓
= 𝟎,𝟎𝟗𝟓 = 36,84 Ω
= 0,095 A = 𝟑
= 3,5 V

It 6V = (I150Ω + I47Ω + I470Ω) 𝐕𝐭


𝐕𝟏𝟓𝟎𝛀 + 𝐕𝟒𝟕𝛀 + 𝐕𝟒𝟕𝟎𝛀
Vt 6V = Rt 6v = 𝐈𝐭
𝟑
= (0,033 +0,1 +0,0012) 𝟓,𝟑
𝟓,𝟑+𝟓,𝟑 + 𝟓,𝟑
= 𝟎,𝟏𝟑𝟒 = 39,55 Ω
= 0,134 A = 𝟑
= 5,3 V
It 8V = (I150Ω + I47Ω + I470Ω)
𝐕𝟏𝟓𝟎𝛀 + 𝐕𝟒𝟕𝛀 + 𝐕𝟒𝟕𝟎𝛀 𝐕𝐭
Vt 8V = Rt 8v = 𝐈𝐭
𝟑
=(0,045+0,132+0,015) 𝟕,𝟏
𝟕,𝟏+𝟕,𝟏 + 𝟕,𝟏
= = 36, 98Ω
= 0,192 A 𝟎,𝟏𝟗𝟐
= 𝟑
= 7,1 V
It 10V = (I150Ω + I47Ω + I470Ω)
𝐕𝟏𝟓𝟎𝛀 + 𝐕𝟒𝟕𝛀 + 𝐕𝟒𝟕𝟎𝛀 𝐕𝐭
Vt 10V = Rt 10v = 𝐈𝐭
= (0,055+0,165+0,02) 𝟑
𝟗
= 0,24 A 𝟗+𝟗 + 𝟗
= 𝟎,𝟐𝟒 = 37,5 Ω
= 𝟑
=9V

19
`

4.2.3 Rangkaian Kombinasi


 Perhitungan Resistansi secara teori
1 1 1
= +
𝑅𝑝 𝑅2 𝑅3
𝑅2. 𝑅3
𝑅𝑝 =
𝑅2 + 𝑅3
47.470 Rt = Rs + Rp
𝑅𝑝 =
47 + 470
= 150 + 42,73
22090
𝑅𝑝 = = 192,727 Ω
517
Rp = 42.7273 Ω
 Perhitungan Resistansi saat praktek menggunakan multimeter digital
R = 191,38 Ω
𝐕
 Perhitungan Resistansi dengan rumus R =
𝐈

𝐈𝟏 + 𝐈𝟐 + 𝐈𝟑 𝐕𝟐 + 𝐕𝟑 𝐕𝐭
It 2V = Vt 2V = 𝑽𝟏 + Rt 2v = 𝐈𝐭
𝟐 𝟐
𝟏,𝟕
𝟏𝟎+𝟖,𝟖 + 𝟎,𝟗𝟓 𝟏,𝟑+𝟏,𝟑 = 𝟎,𝟎𝟎𝟗𝟖𝟖 = 172,06 Ω
= = 9,88 =0,14+ = 1,7 V
𝟐 𝟐

mA 𝐕𝟐 + 𝐕𝟑 𝐕𝐭
Vt 4V = 𝑽𝟏 + Rt 4v =
𝟐 𝐈𝐭
𝐈𝟏 + 𝐈𝟐 + 𝐈𝟑
It 4V = 𝟒,𝟐𝟑
𝟐 𝟎,𝟕+𝟎,𝟕 = 𝟎,𝟎𝟐𝟏𝟏 = 156,4 Ω
=2,6+ = 3,3 V
𝟐
𝟏𝟔+𝟐𝟐,𝟓 + 𝟏,𝟔𝟗
= = 20,1
𝟐 𝐕𝟐 + 𝐕𝟑
Vt 6V = 𝑽𝟏 + 𝐕𝐭
mA 𝟐 Rt 6v = 𝐈𝐭
𝟓,𝟓𝟓
𝐈𝟏 + 𝐈𝟐 + 𝐈𝟑 𝟏,𝟑𝟓+𝟏,𝟑𝟓 = 𝟎,𝟎𝟐𝟗 = 191,38 Ω
It 6V = =4,2+ = 5,55
𝟐 𝟐

V
𝐕𝐭
Rt 8v = 𝐈𝐭

20
`

𝟐𝟓+𝟑𝟎 + 𝟑 𝐕𝟐 + 𝐕𝟑 𝟕,𝟑𝟓
= 𝟐
= 29 mA Vt 8V = 𝑽𝟏 + 𝟐
= 𝟎,𝟎𝟑𝟗𝟓𝟓 = 185,84 Ω

𝐈𝟏 + 𝐈𝟐 + 𝐈𝟑 𝟏,𝟔𝟓+𝟏,𝟔𝟓
It 8V = =5,7+ = 7,35 𝐕𝐭
𝟐 𝟐
Rt 10v = 𝐈𝐭
V
𝟑𝟓+𝟒𝟎 + 𝟒,𝟏 𝟗,𝟓
= 𝟐
= 39,55 = 𝟎,𝟎𝟓𝟎 = 190 Ω
𝐕𝟐 + 𝐕𝟑
mA Vt 10V = 𝑽𝟏 + 𝟐

𝐈𝟏 + 𝐈𝟐 + 𝐈𝟑 𝟐,𝟑+𝟐,𝟑
It 10V = =7,2+ = 9,5 V
𝟐 𝟐

𝟒𝟓+𝟓𝟎 + 𝟓
= = 50 mA
𝟐

21
`

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
1) Hambatan total (Rt) pada rangkaian seri adalah hambatan terbesar dari
rangkaian – rangakaian lainnya. Hal ini telah dibuktikan dari percobaan
praktek, pengukuran melalui ohmmeter dan perhitungan oleh dasar teori
2) Hambatan total (Rt) pada rangkaian paralel adalah hambatan terkecil dari
rangkaian-rangkaian lainnya. Dibuktikan juga dari percobaan praktek,
pengukuran melalui ohmmeter dan perhitungan oleh dasar teori.
3) Hambatan total berpengaruh atas teridentifikasinya arus total dan tegangan
total.
4) Hukum Kircoff pada rangkaian seri, paralel, dan kombinasi terbukti benar,
walaupun tegangan yang melewati rangkaian itu berbeda – beda.
5) Pada rangkaian seri, untuk tahanan yang dirangkai seri mempunyai kuat arus
yang relative sama besar. Hal tersebut disebabkan tidak ada titik
percabangan sehingga jumlah kuat arus yang mengalir pada setiap tahanan
adalah sama besar, namun tegangan yang melewati setiap tahanan berbeda –
beda. Semakin besar harga tahanan semakin besar pula tegangannya.
6) Pada rangkaian Paralel, tegangan yang melewati tahanan tersebut relative
sama namun arus yang mengalir berbeda-beda, bergantung pada besarnya
tahanan yang dilewati.
7) Pada rangkaian kombinasi (paralel-seri), tahanan yang dirangkai seri
memiliki harga I yang sama. Dan Tahanan yang dirangkai paralel memiliki
harga arus yang sama dengan arus total. Begitu pula dengan tegangan yang
melewati setiap tahanan.
8) Pada rangkaian pararel seri dan kombinasi sesuai dengan sifat-difat dari
rangkaian seri pararel maupun kombinasi.

22
`

5.2 SARAN
 Penyambungan kabel konektor harus tepat agar tidak terjadi kesalahan yang dapat
menyebabkan arus yang mengalir dapat berjalan dengan benar.
 Pemilihan kabel yang baik sangat penting, agar nantinya pada saat praktikum
berlangsung anda tidak akan menemui hambatan apapun dan semuanya berjalan
dengan lancar dan benar.
 Dalam membaca resistor dengan alat, sebaiknya memperhatikan kesesuaian
antara jarum yang terdapat pada alat pengukuran (AVOmeter) dengan angka nol
(pengkalibrasian)
 Pemilihan kesesuaian tegangan dan arus juga sangat penting karena agar tidak
menyebabkan alat ukur yang anda gunakan pada saat praktikum putus atau rusak.
 Perhatikan penggunaan power supply, selalu berhati – hati pada saat anda ingin
mengoperasikannya. Apabila kesesuaian nilai tegangan dan arus pada alat ukur
tidak cukup, sebelum merubahnya, pastikan power supply dalam keadaan mati
atau di turunkan nilai nya secara perlahan – lahan.
 Pahami dulu rangkaian yang terdapat dalam job sheet sebelum memulai praktik.
 Teliti dan berhati-hati dalam merangkai rangkain dan membaca hasil alat ukur.
 Lakukan sesuai dengan langkah kerja yang ada di dalam job sheet.

23

Anda mungkin juga menyukai