Jurnal Penelitian PDF
Jurnal Penelitian PDF
Jurnal Penelitian PDF
1. Judul makalah yang disajikan dalam seminar hasil penelitian prodi keteknikan pertanian.
2. Mahasiswa jurusan teknologi pertanian unhas.
3. Dosen jurusan teknologi pertanian unhas.
1
Rangkaian sistem timer berdasarkan pada
prinsip loop tertutup sehingga kerja alat ini secara
III. METODOLOGI PENELITIAN otomatis dan kontinyu. Mekanisme kerja dari
sistem kontrol ini adalah setelah mengatur setting
3.1 Waktu dan Tempat timer pada sistem pewaktu 1 dan 2 saklar di on-
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli kan, pada keadaan itu sistem menjalankan pompa
dan Agustus 2012, di Laboratorium Elektronika untuk menyiram selama waktu yang ditentukan
dan Instrumentasi Teknik, Program Studi setelah timer 1 selesai maka timer 2 mematikan
Keteknikan pertanian, Fakultas Pertanian, pompa sampai penyiraman berikutnya. Sedangkan
Universitas Hasanuddin. dan di kabupaten untuk timer 3 akan mengatur atau me-reset sistem
Bantaeng. pewaktu untuk penyiraman berikutnya.
3.2 Alat dan Bahan 3.4 Prosedur Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu: Penelitian ini dilakanakan dengan prosedur
pompa air, stopwatch, kran air, gelas ukur, emiter, sebagai berikut :
pipa PVC 3/4 inchi, sambungan pipa L, meteran, 1. Pembuatan rangkaian kontrol
selang infus, kamera digital 10 MP,, software 1. Menentukan komponen sistem kontrol
EWB, timbangan, oven, pot , dan gergaji, 2. Menggambar rangkaian kontrol yang akan dibuat
multimeter analog / digital, kabel tunggal, steker, 3. Menyiapkan alat yang akan digunakan dalam
relay, konektor, saklar, elektroda tembaga dan pembuatan kontrol
timer. 4. Merakit rangkaian kontrol berdasarkan gambar
Penelitian ini menggunakan bahan-bahan yaitu: rangkaian yang telah dibuat.
air, tanah dan tanaman strawberri (Fragaria vesca 5. Menghitung daya listrik dari keluaran kontrol
L) timer dengan rumus:
P = V x l..................................(1)
3.3 Deskripsi Sistem Kontrol Dimana:
P = Keterangan:
Daya listrik dengan satuan
Watt (W)
V = Tegangan listrik dengan
satuan Volt (V)
I = Arus listrik dengan satuan
Ampere (A)
2. Pengujian rangkaian kontrol
1. Timer
1. Menyiapkan rangkaian kontrol 2. Saklar 3. Kontaktor
yang telah dibuat
2. Menyambungkan kontrol tersebut pada arus
PLN
3. Menginput nilai waktu yang akan digunakan
pada timer rangkaian kontrol yang telah dibuat
4. Menguji fungsi kontrol yang dibuat dengan
cara menghubungkan pada pompa air yang
Gambar 1. Skema Sistem Pewaktu pada Irigas Tetes akan digunakan.
Sistem kontrol berbasis timer untuk irigasi 3. Pengujian Emiter
tetes ini berdasarkan dari prinsip kerja loop terbuka Tahap Persiapan
dimana sistem kontrol yang keluarannya tidak 1. Menyiapkan alat dan bahan
berpengaruh pada aksi pengontrolan. Jadi pada 2. Menginstalasi sistem dengan merakit
sistem kontrol lup terbuka, keluaran tidak diukur pipa dengan membuat rangkaian yang
sehingga tidak terjadi umpan balik untuk terdiri dari pipa sepanjang 3,8 meter
dibandingkan dengan masukan. nilai keluaran dari dengan jumlah penetes sebanyak 5 buah.
irigasi tetes yang digunakan tidak diukur dan dan 3.Menempatkan gelas ukur dibawah Emiter
tidak pula terjadi umpan balik ke kontrol. 4.Mengoperasikan rangkaian irigasi tetes.
Sistem kontrol ini terdiri dari beberapa 5.Menghitung volume air yang tertampung
komponen yaitu: timer, relay, saklar, kontaktor, dalam gelas ukur.
konektor, dan steker yang dirangkai menjadi satu Pengujian emiter :
sistem. Komponen-komponen tersebut mempunyai 1. Menguji hubungan antara Debit (Q) dan Waktu
masing-masing fungsi yaitu sistem pewaktu (timer) (t) selama 2 menit, 4 menit, 6 menit, 8 menit
mengendalikan pompa secara ON/OFF dengan dan 10 menit.
mengatur waktu. Timer yang digunakan dalam 2. Menguji hubungan antara tekanan (P) dan debit
sistem kendali ini yaitu timer analog dengan 8 pin emiter (Q) dengan menggunakan tekanan pada
yang mempunyai interval setting kontrol waktu pompa air.
antara 0,05 second sampai 100 jam. Dimana pada 4. Pengujian Rangkaian irigasi tetes
sistem kintrol ini terdiri dari 3 timer dan memiliki Tahap Persiapan:
fungsi masing-masing. Untuk timer 1 mengatur 1. Menyiapkan alat dan bahan
waktu menyiram (on pompa), timer 2 mengatur 2. Menginstalasi sistem rangkaian irigasi, dengan
waktu tidak menyiram (off pompa), dan timer 3 menggunakan pompa air yang digunakan
mengatur waktu agar timer 1 dan 2 melakukan 3. Menempatkan gelas ukur dibawah emiter
kerja masing-masing. Relay merupakan saklar 4. Menghitung koefisiensi variasi dengan
otomatis yang bekerja setelah mendapatkan menggunakan persamaan sebagai berikut:
informasi dari timer.
2
𝑆𝐷 Ud = evapotranspirasi tanaman (mm/hari)
𝑉= .......................................................... (2)
𝑄𝑎
Pd = penutupan lahan
Dimana : 3. Perhitungan kedalaman irigasi maksimum (dx)
SD = Standar Deviasi (liter/jam) dengan persamaan:
V = Koefisiensi variasi
MAD Pw
Qa = Laju debit rata-rata (liter/jam)
5. Pengukuran Penutupan Lahan (Ground Cover)
dx Wa.Z
100 100 ..........(8)
Pengambilan data canopy pada tanaman
strawberry dilakukan dengan cara mengambil gambar Dimana:
tanaman strawberry dari atas tanaman, kemudian dx = kedalaman irigasi maksimum (mm)
menghitung luas naungan tanaman strawberry
dengan cara mengukur diameter, jari-jari naungan MAD= manajemen defisit (%)
tanaman dan kemudian menghitung luas naungannya. Pw = persentase areal terbasahi (%)
6. Mengukur kadar air tanah Wa = kapasitas tangkap tanah (mm/m)
1. Menyiram tanah sampai keadaan jenuh.
2. Memasukkan elektroda tembaga untuk mengukur Z = kedalaman perakaran
tahanan tanah. 4. Keseragaman irigasi Netto (dn) dengan persamaan:
3. Mencatat nilai tahanan hasil pengukuran setiap dn=Td.f..........................(9)
jam. Dimana:
4. Mengambil sampel tanah kemudian mengukur dn= Keseragaman irigasi Netto
kadar air tanah dengan menggunakan metode Td= transpirasi rata-rata periode puncak
oven. (mm/hari)
5. Membuat tabel kadar air tanah dengan tahanan f = Asumsi = 1 hari
tanah 5. kedalaman irigasi bruto (d)
6. Membuat grafik perbandingan antara kadar air dn..Tr
dengan tahanan. d
7. Pengolahan data EU / 100 .....................(10)
1. Menghitung debit air yang dikeluarkan
Dimana:
oleh emiter.
2. Menghitung debit rata-rata emiter. d= Kedalaman irigasi bruto (m)
3. Menghitung koefisiensi keseragaman dn= keseragaman irigasi netto (mm)
tetesan dengan persamaan :
𝜎𝑞 Tr= tekstur tanah
𝐸𝑑 = 100 (1 )...................................(3)
𝑞 𝑟𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎
EU= keseragaman emisi (%)
Dimana :
Ed = Efisiensi distribusi (%) 6. kebutuhan air pertanaman (G)
σq = Deviasi rata-rata laju emiter (l/jam) G=dxSPxSr.................................(11)
q rata-rata = Jumlah debit rata-rata (l/jam) Dimana:
G = Kebutuhan air pertanaman
8. Pengaplikasian Irigasi tetes pada tanaman (liter/hari)
1. Menghitung waktu pengoperasian irigasi d = kedalaman irigasi bruto (m)
tetes dengan menggunakan rumus: Sp = jarak antar tanaman (cm)
𝑣 𝑣
𝑄= 𝑡 = . ............4) Sr = jarak alur tanaman (cm)
𝑡 𝑄
Dimana : 7. menghitung waktu operasi dengan persamaan:
Q = debit (l/jam) G
Ta .........................(12)
V = volume (l)
t = waktu (jam) N p qa
9. Perhitungan kebutuhan air tanaman Dimana:
1. Menghitung persentase areal terbasahi (PW) Ta = waktu operasi (jam/hari)
persamaan : G = kebutuhan air pertanaman
𝑁𝑝 .𝑆𝑒.𝑊 (liter/hari)
𝑃𝑤 = 𝑥 100.............(5)
𝑆𝑝 .𝑆𝑟 Np = jumlah emiter
Dimana :
Pw = Persentase areal terbasahi (%) qa = jumlah debit rata-rata (liter/jam)
Np = jumlah emiter pertanaman 10. Prosedur pengujian sistem kontrol dengan irigasi
Se*= jarak penetes sepanjang lateral (m) tetes
W = Diameter pembasahan (m) 1. Menentukan waktu penyiraman dan tidak
Sp Sr = jarak tanam (m x m) (m2) menyiram untuk mengatur titik pengontrolan pada
2. Transpirasi rata-rata periode puncak (Td) sistem kontrol.
dengan menggunakan persamaan: 2. Mengatur titik pengontrolan pada timer, yaitu
Etc=Eto*Kc.................................... (6) timer 1 mengatur waktu penyiraman, timer 2
Dimana : mengatur waktu tidak menyiram/off pada saat
Etc/Ud = evapotranspirasi tanaman (mm/hari) mencapai kapasitas lapang.
Eto = evapotranspirasi acuan (mm/hari)
Kc = koefisien tanaman 3. Mencatat waktu yang dibutuhkan oleh sistem
Td=Ud(0,1(Pd)0,5).........................(7) untuk waktu menyiram dan waktu tidak menyiram.
Dimana: 4. Mengukur kadar air tanah secara tidak langsung.
Td = transpirasi rata-rata (mm/hari)
3
1
Keterangan : IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Bak air/Sumber air 8 4 4.1 Rancangan Alat Kontrol
2. Dudukan Bak air
3. Kontrol Timer 6
4. Pompa Air
5. Pot/Tanaman
6. Pipa
7. Selang Penetes
8.Dudukan pipa
7 5 3
2
Gambar 3. Model Jaringan Sistem Irigasi.
4
4.2 Karakteristik Tanah dengan 5 emiter. Pipa yang digunakan pada
Hasil uji karakteristik tanah diperoleh sebagai jaringan irigasi tetes ini adalah pipa PVC. Jaringan
berikut: pipa dari sistem irigasi tetes memiliki sambungan-
Tabel 1. Distribusi ukuran partikel dan tekstur tanah sambungan pipa L dan kran (katup).
No Sifat Tanah Hasil Pengujian Rancangan jaringan irigasi tetes ini telah sesuai
dengan pendapat yang di kemukakan oleh Michael
1
Klas Tekstur Lempung berliat (1978), yang menyatakan bahwa komponen-
Persentase Ukuran Partikel komponen penting dari suatu sistem irigasi tetes
terdiri dari pipa utama, pipa sub utama, pipa lateral
Liat (%) 35 dan emiter. Dari pipa utama mengalir ke pipa sub
Debu (%) 42 utama dan dari pipa sub utama ke pipa lateral.
Emiter dipasang ke pipa lateral yang berfungsi
Pasir (%) 23 untuk mendistribusikan air ke lahan.
2 Bulk Density (g/cm3) 1,06 Peralatan utama yang mendukung jaringan
irigasi tetes adalah bak penampungan dan katup.
3 Partikel Density (g/cm3) 1,97 Bak penampung digunakan untuk menampung air
yang dipakai sebagai air irigasi berasal dari ember
4 Porositas (%) 22,85 yang berkapasitas 30 liter. Sedangkan kran yang
Kadar Air Titik Layu digunakan berfungsi untuk membuka dan menutup
5 Permanen (%) 0,4 aliran air menuju pipa pembagi, kran yang
Kadar Air Kapsitas digunakan dipasang pada pipa utama
6 Lapang (%) 9,7
1
7 Permeabilitas (cm/jam) 0,9
Sumber: Laboratorium Fisika Tanah, Jurusan Ilmu 4 2 Keterangan :
Tanah, 2012. 1. Bak air/Sumber air
8 6
2. Dudukan Bak air
Hasil uji karakteristik yang menunjukkan 7
persentase liat sebesar 35%, debu 42 %, dan pasir 3. Kontrol Timer
23 % hal ini menunjukkan bahwa tekstur tanah 4. Pompa Air
yang dimilikinya termasuk tanah liat berdebu, 5. Pot/Tanaman
sehingga persentase debu yang dikandungnya besar 6. Pipa
yang memudahkan tanah untuk menahan air dan 7. Selang Penetes
unsur hara. 5 3 8.Dudukan pipa
Hardjowigeno (1987), menyatakan bahwa nilai
bulk density dan particle density merupakan Gambar 5. Rangkaian sistem irigasi
petunjuk kepadatan tanah atau porositas, makin 4. 4. Pengujian Sistem Kontrol Terhadap Emiter
padat suatu tanah maka makin tinggi nilai bulk Dalam penerapan irigasi tetes pemilihan
densitynya, yang berarti makin sulit meneruskan air penetes/ emiter didasarkan atas beberapa faktor,
atau ditembus akar. Berdasarkan pengujian salah satunya adalah debit aplikasi dari emiter.
diperoleh nilai bulk density sebesar 1,06 gr/cm3, Oleh karena itu dilakukan pengujian emiter.
particle density 1,97 gr/cm3, dan porositas 22,85%. Pada pengujian yang di lakukan yaitu dengan
Hal ini dapat juga berpengaruh terhadap lapisan air menggunakan emiter sebanyak 5 buah dengan
pada permukaan agregat sedikit demi sedikit
berkurang dan lama kelamaan akan mengering atau merangkaikan secara lateral dalam satu pipa ukuran
tinggal sedikit sekali, semakin kering lapisan air ¾ inchi, dengan menguji pada waktu yang berbeda-
pada agregat semakin sulit dihisap tanaman. beda. dalam pengujian emiter menghasilkan debit
Kadar air tanah untuk titik layu permanen rata-rata 0,93l/jam.
berdasarkan pengujian laboratorium didapatkan
0,4% dan kadar air kapasitas lapang didapatkan 4. 5. Uji jaringan irigasi
9,7%. Hal ini sesuai dengan pendapat yang Berdasarkan model jaringan irigasi yang telah
dikemukakan oleh Hardjowigeno (1992), yang dibuat maka diperoleh data volume air yang dapat
mengatakan bahwa Kapasitas Lapang adalah dilihat pada grafik di Gambar 6, dimana jaringan
keadaan tanah yang cukup lembab yang irigasi tersebut memiliki tingkat distribusi
menunjukkan jumlah air terbanyak yang dapat pemerataan air selama pengujian ini dilakukan
ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi. dengan selang waktu selama 2 menit, 4 menit, 6
Air yang dapat ditahan oleh tanah tersebut terus menit, 8 menit, dan 10 menit. Hal ini dilakukan
menerus diserap oleh akar-akar tanaman atau untuk mengetahui perbandingan jumlah volume air
menguap sehingga tanah makin lama semakin setiap potnya. Dari hasil pengukuran diperoleh
kering. Pada suatu saat akar tanaman tidak mampu volume tertinggi terdapat pada pot 1 dan volume
lagi menyerap air tersebut sehingga tanaman air terendah terdapat pada pot 5 (Gambar 6). Hal
menjadi layu (titik layu permanen). ini dipengaruhi oleh suplay air pada pot 1 lebih
cepat dari pada pot 5. Juga dipengaruhi oleh
4. 3. Sistem irigasi tetes adanya kotoran yang terdapat pada air yang
Rancangan sistem irigasi tetes terdiri dari pipa, menyebabkan terjadinya penyumbatan pada selang
selang, dan emiter. Diameter pipa yang digunakan penetes yang digunakan sehingga suplai air yang
adalah 3/4 inch dengan panjang 5 m. Jumlah pipa masuk ke selang terhambat.
yang digunakan adalah 1 buah. yang dihubungkan
5
mencapai batas kapasitas lapang diperlukan
80 waktu 1,58 jam/hari dengan laju aliran emiter
2
Volume emiter (ml)
sebesar 2,63 l/jam. Hal ini menjadi dasar
60 4 pengaturan titik kontrol untuk timer 1.
40 Penentuan waktu penyiraman selama tiga
6 hari didasarkan pada pengujian pada tanah yang
20 8 digunakan dengan cara melakukan penyiraman
pada tanah sampai mencapai titik kapasitas
0 10 lapang kemudian melakukan pengamatan atau
pengukuran pada tanah hingga mencapai titik
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 layu permanen. Hal ini disebabkan karena air
dikeringkan dari tanah dibawah dorongan
Emiter
gravitasi yang tetap. Dimana tanah pasir
mengering secara cepat, sementara air tanah
Gambar 6. Grafik Volume Air lempung mengering secara lambat. Hal ini sesuai
Gambar 6 juga menunjukkan bahwa dengan pendapat yang dikemukakan oleh
perbedaan variasi volume air setiap waktu yang Pairunan, (1997), yang mengatakan bahwa
digunakan cukup kecil. Hal ini membuktikan Jumlah air yang diperoleh tanah sebagian
bahwa distribusi air kesemua pot cukup baik bergantung pada kemampuan tanah yang
sehingga menunjang penerapan sistem kontrol menyerap air cepat dan meneruskan air yang
waktu pada irigasi tetes yang dibuat. diterima dipermukaan tanah. Akan tetapi jumlah
Dalam penelitian ini area yang digunakan ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor luar
tidak begitu luas. Jarak tanam yang digunakan seperti jumlah curah hujan tahunan dan sebaran
dibatasi dan disesuaikan dengan jarak tanam tahunan dan sebaran hujan.
untuk tanaman strawberry dalam jumlah yang Hasil pengukuran kadar air tanah dari tanah
kecil. Pada penelitian ini jarak tanam yang lempung berliat diperlihatkan pada Gambar 7.
digunakan adalah 0,50 m dan hanya digunakan kadar air tanah mencapai kapasitas lapang pada
satu pipa lateral yang dihubungkan dengan 5 hari 1, yaitu 44 %. Hal ini sesuai dengan titik
selang keluaran. Dengan demikian tekanan air lengas tanah untuk jenis tanah bertekstur
pada pipa cukup besar oleh karena itu pada lempung berliat. Pada hari ke-2 kadar air tanah
selang pengeluaran diberi emiter tekanan rendah menurun mencapai 30,4%, dan pada hari ke-3
untuk menghasilkan tetesan air sesuai dengan menurun menjadi 23,8%. Atau telah mencapai
irigasi yang dibuat. Hal ini sesuai dengan titik layu permanen. Dimana untuk tanah
pendapat yang dikemukakan oleh Ndrou, (2010), lempung berliat titik layu permanennya adalah
yang mengatakan bahwa sistem irigasi tetes sekitar 24%, dengan demikian maka pada hari
adalah sebuah sistem yang menggunakan tabung ke-3 sudah perlu diberikan air sampai kapasitas
dan drippers untuk mengantarkan air pada lapang agar tanaman tidak layu. Oleh karena itu
tekanan rendah langsung ke akar tanaman. Hal berdasarkan pengukuran dan pengamatan
ini untuk mencegah tanaman tergenang air, tersebut maka ditentukan titik pengontrolan
pasokan air irigasi tetes akan mengalir setetes untuk timer 2 yaitu 3 hari atau 72 jam interval
demi setetes dengan kecepatan sangat pelan dan penyiraman berikutnya.
mempertahankan tanah udara yang diperlukan
oleh akar tanaman untuk pertumbuhan yang
sehat.
50
Pompa yang digunakan pada penelitian ini
harus memiliki kemampuan minimum yang 40
Kadar air (%)
6
mengatakan bahwa bahwa dua variable infiltrasi 4. 8. Uji Penerapan Sistem Kontrol Dan Irigasi Tetes
(laju dan volume) dipengaruhi oleh dua faktor pengujian sistem kontrol pada irigasi tetes
utama yaitu faktor sumber air yang akan masuk dilakukan dengan menggunakan sampel tanah
kedalam tanah: intensitas hujan dan irigasi, serta bertekstur lempung dengan kadar air tanah
faktor tanah yang meliputi kondisi permukaan berkisar antara 40% (kapasitas lapang) dan 24%
tanah seperti vegetasi, kemiringan, dan sifat-sifat (titik layu permanen). Sistem kontrol ini
tanah seperti tekstur dan struktur tanah kepadatan dihubungkan dengan jaringan irigasi tetes. Pada
tanah dan kedalaman air tanah. saat pengujian sistem dilakukan pengukuran
tahanan listrik tanah secara langsung untuk
4. 7. Hasil Penerapan Sistem Kontrol Waktu melihat perubahan tahanan listrik tanah
Penerapan sistem kontrol waktu pada kemudian dilakukan analisis regresi sederhana.
irigasi tetes dilakukan selama tiga kali simulasi Hasil analisis regresi hubungan antara tahanan
dengan mengamati waktu pada stopwatch setelah tanah dan kadar air tanah diperoleh persamaan y
sistem beroperasi untuk melihat ketepatan waktu = -0,621x + 48,98. Hasil regresi yang diperoleh
sistem berdasarkan titik pengontrolan pada linear dengan nilai R2 sebesar 0,795. Hal ini
kontrol yang digunakan. Hasil pengujian sistem menunjukkan bahwa nilai variabel y dapat
dapat dilihat pada Tabel 2. diprediksi oleh variabel x dengan presentase
Tabel 2. Respon Waktu Sistem Kontrol 79,5%. Sistem yang digunakan diharapkan
mampu menyediakan kadar air yang stabil
Waktu Tahanan (KΩ) Kadar Air (%) sepanjang waktu bagi tanaman. Oleh karena itu
No ON OFF ON OFF ON OFF dilakukan pengukuran tahanan tanah setiap jam
yang disetarakan dengan kadar air tanah.
1 9:00:00 10:58:00 42,5 15 23,8 44 Hasilnya dapat dilihat pada gambar berikut.
2 10:58:00 12:16:00 42,4 16,5 23,6 44,5 50
Sumber: Data Primer, 2012.
kadar air(%)
40
Berdasarkan hasil pengujian yang 30
ditunjukkan pada Tabel 2 di atas bahwa sistem 20
kontrol waktu bekerja berdasarkan pada titik 10
pengontrolan. Waktu untuk menjalankan pompa On On
sama dengan titik pengontrolan. Pada simulasi
0
pertama yaitu pada saat sistem pewaktu On pada 0 20 40 60
pukul 09:00 pada saat itu juga pompa On untuk
melakukan suplay air pada irigasi tetes yang Waktu
digunakan untuk melakukan penyiraman pada On
tanaman strawberry yang digunakan selama
waktu 1,58 jam kemudian pada saat 1,58 jam Gambar 8. Respon Sistem Kontrol Waktu
telah tercapai maka pompa akan Off pada pukul Terhadap Kadar Air Tanah
10:58:00. Adanya kelebihan waktu Off selama 1 Berdasarkan Gambar 8 diatas menunjukkan
detik karena waktu untuk berpindak ke timer 2 bahwa pada saat sistem 0n selama setting time pada
membutuhkan waktu 1 detik untuk memberikan timer 1 kadar air tanah berada pada kisaran 23,8%.
signal ke timer 1. Pada saat sistem On kadar air Sistem Off pada saat waktu pada timer 1 tercapai
tanah mencapai 23,8% dengan tahanan 42,5 KΩ dan kadar air tanah yang diperoleh adalah 44,5%.
dan pada saat Off kadar air tanah mencapai 44% Kadar air tanah mengalami penurunan secara
dengan tahanan 15 KΩ. perlahan-lahan selama setting time pada timer 2
Berdasarkan titik pengontrolan pada timer ( 72 jam) atau pada hari ke 3 karena terjadi proses
1 yaitu 72 jam, maka pompa akan On untuk tahap evaporasi oleh tanah dan sistem akan On kembali
yang kedua pada pukul 10:58:00 pada 3 hari pada saat kadar air tanah mencapai titik layu
kemudian. Pada saat simulasi dilapangan, sistem permanen.
bekerja sesuai dengan pengontrolan tersebut Kadar air terendah yang dicapai pada sistem ini
yaitu pompa On pada pukul 10:58:00 dengan adalah 23,6% dan kadar air tertinggi adalah 44,5%.
kadar air mencapai 23,6% dengan tahanan 42,4 Kelebihan kadar air yang melebihi 44% disebabkan
KΩ dan pada saat Off pada pukul 12:16:00 masih adanya tekanan yang tersimpan dalam pipa
dengan kadar air mencapai 44,5% dengan sehingga masih mengeluarkan air saat pompa
tahanan 16,5 KΩ. dimatikan. Namun kelebihan kadar air yang
Berdasarkan hasil pengujian sistem kontrol diperoleh hanya berkisar 1-5% kadar air tanah,
waktu pada jaringan irigasi tetes yang digunakan, dengan hasil ini dapat dikatakan pengontrolan
maka dapat dilihat bahwa sistem berjalan dengan berjalan cukup bagus.
baik dan bekerja sesuai dengan titik pengontrolan Berdasarkan gambar 8 diatas memperlihatkan
yang ditetapkan. Kadar air yang diperoleh sesuai bahwa sistem dapat berjalan secara konsisten,
dengan kadar air pada saat kapasitas lapang dan dimana sistem akan On pada setting time atau
titik layu permanen yang mendekati batas kadar waktu atur timer 1 dan 2 terpenuhi dan sistem ini
air untuk jenis tanah lempung. Oleh karena itu mampu menyediakan kadar air tanah yang relatif
dapat dikatakan bahwa sistem mampu memenuhi stabil atau sesuai dengan kebutuhan air tanaman.
kebutuhan air pada tanah atau tanaman. Kadar air yang dicapai sesuai dengan kadar air
tanah yang tersedia pada tekstur tanah lempung
yaitu berkisar 24% - 40%.
7
V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan sistem kontrol waktu loop terbuka pada
irigasi menghasilkan akurasi waktu yang tinggi dan
memberikan respon sesuai dengan input pada
kontrol.
2. Sistem kontrol waktu yang diterapkan pada irigasi
tetes dapat memberikan air sesuai dengan kebutuhan
air tanaman strawberry.
3. respon waktu sistem kontrol sesuai dengan waktu
yang diberikan yaitu sistem kontrol akan on selama
1,58 jam dan off selama 72 jam.
4. kebutuhan air pada tanaman strawberry sebanyak
1,5 liter/ hari dan waktu operasi untuk mencapai
kebutuhan tersebut diperlukan waktu selama 1,58
jam/hari
5. Kontrol memiliki kelebihan waktu selama 1 detik
yang disebabkan oleh perpindahan fungsi dari timer
1 ke timer 2 pada saat off.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010b.http://eprints.undip.ac.id/4886/1/Sensor
dan transduser.pdf. diakses pada tanggal 20
desember 2011 pukul 15.13 WITA.