Lp-Ca Mammae
Lp-Ca Mammae
A. Pengertian
Neoplasma atau tumor adalah pertumbuhan sel-sel baru yang tidak terkontrol
dan berlebihn akibat faktor pengendali pertumbuhan sel normal yang tidak
responsif. Tumor dapat dibedakan menjadi tumor jinak dan tumor ganas atau
kanker (Helvia, 2013).
Neoplasma dapat bersifat ganas dan jinak. Neoplasma ganas atau kanker tumbuh
secara tidak terkendali, menginfiltrasi ke jaringan sekitar sekaligus merusaknya,
dan dapat menyebar ke bagian tubuh lain yang dapat disebut sebagai metastasis.
Sedangkan neoplasma jinak memiliki batas tegas dan tidak infiltratif, tidak
merusak, serta tidak bermetastasis, tetapi dapat bersifat ekspansif, yaitu dapat terus
membesar sehingga menekan jaringan sekitarnya (De Jong & Sjamsuhidajat, 2010).
B. Etilogi
Etiologi neoplasma belum diketahui secara pasti, tetapi bersifat multifaktorial.
Terdapat faktor endogen yaitu epigenetik dan heredofamilial, hormonal, status
imun, nullipara, aging, stress berat. Faktor endogen seperti heredofamilial
berkaitan erat dengan mutasi gen breast cancer 1 (BRCA 1) pada kromosom
17q21.3 dan BRCA 2 pada kromosom 13q12–13 serta mutasi germ-line dalam TP–
53. Gen ini berperan sebagai DNA repair dan gen supresor tetapi inaktif atau
terdapat defek. Sedangkan faktor eksogen seperti faktor konsumtif berupa defisiensi
protein, vitamin A, antioksidan, dan diet tinggi lemak. Selain itu terapi sulih
hormon, trauma, perokok, dan obesitas memiliki faktor resiko mengalami
fibroadenoma (Greenberg et al., 2008; Soetrisno, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa faktor risiko yang mempengaruhi
timbulnya tumor ini antara lain riwayat perkawinan yang dihubungkan dengan
status perkawinan dan usia perkawinan, paritas dan riwayat menyusui anak.
Berdasarkan penelitian Bidgoli et al (2011) menyatakan bahwa pasien yang tidak
menikah meningkatkan risiko kejadian FAM (OR=6.64, CI 95% 2.56–16.31)
artinya penderita FAM kemungkinan 6,64 kali adalah wanita yang tidak menikah.
·
Selain itu, hasil penelitian tersebut juga menyatakan bahwa menikah <21 tahun
meningkatkan risiko kejadian FAM (OR=2.84, CI 95% 1.23–6.53) artinya
penderita FAM kemungkinan 6,64 kali adalah wanita yang tidak menikah. Selain
itu, hasil penelitian tersebut juga menyatakan bahwa menikah <21 tahun
meningkatkan risiko kejadian FAM (OR=2.84, CI 95% 1.23–6.53)
C. Patofisiologi
Fibroadenoma berasal dari proliferasi kedua unsur lobulus, yaitu asinus atau
duktus terminalis dan jaringan fibroblastik. Terdapat dua jenis FAM, yaitu FAM
intrakanalikuler atau stroma yang tumbuh mendesak kanalikulus pada sistem
duktulus intralobulus dan FAM perikanalikuler atau stroma yang tumbuh
proliferatif mengitari sistem kanalikulus sistem duktulus intralobulus (Nasar et al.,
2010).
Sifat lesi jinak ini berupa benjolan yang mobile atau dapat digerakkan, lobulasi
tidak nyeri tekan, kenyal seperti karet berukuran satu sampai dengan empat
sentimeter, dan banyak ditemukan pada kuadran lateral kanan atas payudara kiri
pada penderita yang right handed. Benjolan ini dapat bertambah besar satu
sentimeter dibawah pengaruh estrogen haid normal, kehamilan, laktasi, atau
penggunaan kontrasepsi oral. Secara makroskopik, benjolan ini berbeda
morfologinya dari lesi ganas, yaitu tepi tajam dan permukaannya putih keabuan
sampai merah muda serta homogen. Sedangkan secara mikroskopik, terdapat
susunan lobulus perikanalikular yang mengandung stroma padat dan epitel
proliferatif (Soetrisno, 2010; Sabiston, 2011)
D. Tanda dan gejala
Pasien biasanya datang dengan benjolan/massa di payudara, rasa sakit, keluar
cairan dari puting susu, kulit sekung (lesung), retraksi atau deviasi putting susu,
nyeri tekan atau rabas khususnya berdarah, dari putting. Kulit Peau d’ orange, kulit
tebal dengan pori-pori yang menonjol sama dengan kulit jeruk, dan atau ulserasi
pada payudara keduanya merupakan tanda lanjut dari penyakit.
Tanda dan gejala metastasis yang luas meliputi pembesaran kelenjar getah
bening, nyeri pada daerah bahu, pinggang, punggung bagian bawah, atau pelvis,
·
batuk menetap, anoreksi atau berat badan yang turun, gangguan pencernaan,
pusing, penglihatan yang kabur dan sakit kepala.
Tumor payudara dapat terjadi dibagian mana saja dalam payudara tetapi
mayoritas terjadi pada kuadran atas terluar dimana sebagian besar jaringan
payudara terdapat. Tumor payudara umumnya terjadi pda payudara sebelah kiri.
Umumnya lesi tidak terasa nyeri, terfiksasi dan keras dengan batas yang tidak
teratur. Keluhan nyeri yang menyebar pada payudara dan nyeri tekan yang terjadi
pada saat menstruasi biasanya berhubungan dengan penyakit payudara jinak.
Metastasis ke kulit dapat dimanifestasikan adanya Tumor payudara pada tahap
lanjut.(brunner and suddarth, 2013)
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Fine Needle Aspiration Biopsi (FNAB)
Prosedur pemeriksaan ini dengan cara menyuntikkan jarum berukuran 22–25
gauge melewati kulit atau secara percutaneous untuk mengambil contoh cairan
dari kista payudara atau mengambil sekelompok sel dari massa yang solid pada
payudara. Setelah dilakukan FNAB, material sel yang diambil dari payudara
akan diperiksa di bawah mikroskop yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan
pengecatan sampel (Mulandari, 2003; Fadjari, 2012).
Sebelum dilakukan pengambilan jaringan, terlebih dulu dilakukan
pembersihan pada kulit payudara yang akan diperiksa. Apabila benjolan dapat
diraba maka jarum halus tersebut di masukan ke daerah benjolan seperti pada
gambar 6.
·
Apabila benjolan tidak dapat diraba, prosedur FNAB akan dilakukan dengan
panduan dari sistem pencitraan yang lain seperti mammografi atau USG. Setelah
jarum di masukkan kedalam bagian payudara yang tidak normal, maka diakukan
aspirasi melalui jarum tersebut.pada FNAB serikali tidak dilakukan pembiusan
lokal karena prosedur anastesi lebih memberikan rasa sakit dibandingkan
pemeriksaan FNAB itu sendiri. Selain itu, lidocain yang digunakan sebagai
bahan anastesibsa menmbulkan artefak yang dapat terlihat pada pemeriksaan
mikroskopik. (soetrisno, 2010)
2. Mamografi: memperlihatkan struktur internal payudara, dapat mendeteksi kanker
yang tak teraba atau tomur yang terjadi pada tahap awal.
3. Galaktografi: mamogram dengan kontras dilakukan dengan menginjeksikan zat
kontras kedalam aliran duktus.
4. Ultrasound: dapat membantu dalam membedakan antara massa padat dan kista
dan pada wanita yang jaringan payudaranya keras;hasil komplement dari
mamografi.
5. Xeroradiografi: menyatakan peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.
·
H. Penatalaksanaan Medis
Ada 2 macam yaitu kuratif (pembedahan) dan poliatif (non pembedahan).
Penanganan kuratif dengan pembedahan yang dilakukan secara mastektomi parsial,
mastektomi total, mastektomi radikal, tergantung dari luas, besar dan penyebaran
knker. Penanganan non pembedahan dengan penyinaran, kemoterapi dan terapi
hormonal.
1. Terapi kuratif :
a. Untuk kanker mamma stadium 0,I,II dan III
·
4) Mastitis karsionamtosa
c. Terapi bantuan ; roboransia
d. Terapi komplikasi , bila ada :
1) patah, reposisi-fiksasi-imobilisasi dan radioterapi pada tempat
patah
2) Odema lengan :
a) Deuretik,
b) Pneumatic sleeve,
c) Operasi tranposisi omentum atau kondoleon,
3) Efusion pleura,
a) Aspirasi cairan atau drainase bullae,
b) Bleomisin 30 mg dan teramisin 1000 mg, intra pleura
c) Hiperkalsemia : 1) deuretika dan rehidrasi, 2) kortikosteroid, 3)
mitramisin ¼-1/2 mg/kg BB IV
4) Nyeri, terapi nyeri sesuai WHO
5) Borok,perawatan borok
e. Terapi sekunder, bila ada
I. Prognosis
Adapun prognosis pasien kanker payudara berdasarkan stadiumnya tersaji pada tabel 1.
Tujuan akhir dari suatu program ini bukan saja memperbaiki ketahanan hidup , tetapi
juga perbaikan penyembuhan sebab kanker yang diobatik pada stasium dini dengan
sendirinya menaikkan angka survival biarpun penyembuhannya belum tentu tercapai.
·
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
i. Mammografi/USG Mamma
ii. X-foto thoraks
iii. Kalau perlu: Galktografi, Tulang-tulang, USG abdomen, Bone scan, CT
scan
b) Pemeriksaan laboratorium
c) rutin, darah lengkap, urine
d) duyla darah puasa dan 2 jpp
e) enxym alkali sposphate, LDH
f) CEA, MCA, AFP
g) Hormon reseptor ER, PR
h) Aktivitas estrogen/vaginal smear
i) Pemeriksaan sitologis
j) FNA dari tumor
k) Cairan kista dan pleura effusion
l) Secret putting susu
2) Pemeriksaan sitologis/patologis
a) Durante oprasi Vries coupe
b) Pasca operasi dari specimen operasi
2. Dignosa Keperawatan
Pra Operasi
Post Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, trauma jaringan, interupsi
saraf, diseksi otot.
·
b. Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan
sekunder terhadap pemberian sitostatika.
c. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan
hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi,
radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea),
emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan
klien mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera,
berat badan turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan
lemak subkutan, konstipasi, abdominal cramping.
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh
sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasive
pembedahan
e. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pembedahan, efek
radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, gangguan
neuromuscular, nyeri.
3. Perencanaan
Pra Operasi
adanya duplikasi.
Post Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, trauma jaringan, interupsi saraf,
diseksi otot.
Tujuan :
1) Tampak rileks
2) Mampu tidur atau istirahat dengan tepat
3) Mengekspresikan penurunan nyeri
INTERVENSI Rasional
b. Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan sekunder
terhadap pemberian sitostatika.
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan perawatan, konsep diri dan persepsi klien menjadi stabil
Kriteria hasil :
1) Klien mampu untuk mengeskpresikan perasaan tentang kondisinya
2) Klien mampu membagi perasaan dengan perawat, keluarga dan orang dekat.
3) Klien mengkomunikasikan perasaan tentang perubahan dirinya secara konstruktif.
4) Klien mampu berpartisipasi dalam perawatan diri.
INTERVENSI RASIONAL
a. Kontak dengan klien sering dan a. Perasaan empatik dan perhatian untuk
perlakukan klien dengan hangat dan siap membantu klien dalam mengatasi
sikap positif. permasalahan yang ada.
b. Berikan dorongan pada klien untuk b. Perasaan yang diungkapakan pada orang
·
Tujuan :
1) Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan tidak ada tanda
malnutrisi
2) Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat
3) Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan penyakitnya
INTERVENSI RASIONAL
a. Monitor intake makanan setiap hari, a. Memberikan informasi tentang status gizi
apakah klien makan sesuai dengan klien.
kebutuhannya. b. Memberikan informasi tentang
b. Timbang dan ukur berat badan, penambahan dan penurunan berat badan
ukuran triceps serta amati klien.
penurunan berat badan. c. Menunjukkan keadaan gizi klien sangat
c. Kaji pucat, penyembuhan luka yang buruk.
lambat dan pembesaran kelenjar d. Kalori merupakan sumber energi.
parotis. e. Mencegah mual muntah, distensi
d. Anjurkan klien untuk berlebihan, dispepsia yang menyebabkan
mengkonsumsi makanan tinggi penurunan nafsu makan serta mengurangi
kalori dengan intake cairan yang stimulus berbahaya yang dapat
adekuat. Anjurkan pula makanan meningkatkan ansietas.
kecil untuk klien. f. Agar klien merasa seperti berada dirumah
e. Kontrol faktor lingkungan seperti sendiri.
bau busuk atau bising. Hindarkan g. Untuk menimbulkan perasaan ingin
makanan yang terlalu manis, makan/membangkitkan selera makan.
berlemak dan pedas. h. Agar dapat diatasi secara bersama-sama
f. Ciptakan suasana makan yang (dengan ahli gizi, perawat dan klien).
menyenangkan misalnya makan i. Untuk mengetahui/menegakkan
bersama teman atau keluarga. terjadinya gangguan nutrisi sebagi akibat
g. Anjurkan tehnik relaksasi, perjalanan penyakit, pengobatan dan
visualisasi, latihan moderate perawatan terhadap klien.
sebelum makan. j. Membantu menghilangkan gejala
h. Anjurkan komunikasi terbuka penyakit, efek samping dan
tentang problem anoreksia yang meningkatkan status kesehatan klien.
dialami klien. k. Mempermudah intake makanan dan
·
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder
dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasive pembedahan.
Tujuan :
Hasil yang diharapkan : Pertahankan lingkungan akseptik yang aman, mengidentifikasi
faktor-faktor resiko individu dan intervensi untuk mengurangi
potensial infeksi.
INTERVENSI
a. Kaji balutan / luka untuk karakteristik drain
b. Awasi vital sign
c. Perhatikan prinsip septik, antiseptik setiap tindakan.
d. Ganti balutan / rawat luka tiap hari
e. Kaji dolor, color, rubor (tanda-tanda infeksi)
f. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
g. Kolaborasi, pemberian antibiotik
h. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pembedahan, efek radiasi
dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.
·
Tujuan :
1) Klien dapat mengidentifikasi intervensi yang berhubungan dengan kondisi
spesifik
2) Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan penyembuhan
INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji integritas kulit untuk melihat a. Memberikan informasi untuk
adanya efek samping therapi perencanaan asuhan dan
kanker, amati penyembuhan luka. mengembangkan identifikasi awal
b. Anjurkan klien untuk tidak terhadap perubahan integritas kulit.
menggaruk bagian yang gatal. b. Menghindari perlukaan yang dapat
c. Ubah posisi klien secara teratur. menimbulkan infeksi.
d. Berikan advise pada klien untuk c. Menghindari penekanan yang terus
menghindari pemakaian cream menerus pada suatu daerah tertentu.
kulit, minyak, bedak tanpa d. Mencegah trauma berlanjut pada kulit
rekomendasi dokter. dan produk yang kontra indikatif
INTERVENSI RASIONAL
a. Rencanakan periode istirahat yang a. mengurangi aktivitas yang tidak
cukup diperlukan, dan energi terkumpul dapat
b. Berikan latihan aktivitas secara digunakan untuk aktivitas seperlunya
bertahap. secar optimal.
c. Bantu pasien dalam memenuhi b. tahapan-tahapan yang diberikan
kebutuhan sesuai kebutuhan. membantu proses aktivitas secara
perlahan dengan menghemat tenaga
·
d. Setelah latihan dan aktivitas kaji namun tujuan yang tepat, mobilisasi
respons pasien. dini.
c. mengurangi pemakaian energi sampai
kekuatan pasien pulih kembali.
d. menjaga kemungkinan adanya respons
abnormal dari tubuh sebagai akibat dari
latihan.
·
DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto, T., Ma'rifah, A, R., & Susanti, P, I . (2015). Pengaruh Terapi Dzikir
Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Ca Mammae Di Rsud
Prof Dr Margono Soekarjo Purwekerto. Jurnal Keperawatan maternitas.
Vol 3. 90-96. Diakses pada tanggal 2 November 2015
https://ppnijateng.org.
Doenges, M, E., Moorhouse, M, F. & Geissler, A, C. (2013). Rencana Asuhan
Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Astarani, K., & Fitriana, R. F. (2015). Terapi Back Massage Menurunkan Nyeri
Pada Pasien Post Operasi Abdomen. Jurnal Penelitian Keperawatan. Vol
1. 196-204. Diakses pada tanggal 2 Agustus 2015 ejurnal.stikesbaptis.ac.id
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen
Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Edisi 8, Buku 1. Singapore: Salemba
Medika.
·
LAPORAN PENDAHULUAN
OLEH
MEGAWATI YUNUS
70300116032
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
2019
·
ASUHAN KEPERAWATAN
OLEH
MEGAWATI YUNUS
70300116032
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
2019
·
LAPORAN PENDAHULUAN
OLEH
NURHUDAYA FAUZIAH. L
70300116015
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
2019
·
ASUHAN KEPERAWATAN
OLEH
NURHUDAYA FAUZIAH. L
70300116015
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
2019