Kodifikasi-Transparansi Kondisi Keuangan - Complete PDF
Kodifikasi-Transparansi Kondisi Keuangan - Complete PDF
Bank
DISCLAIMER
Isi kodifikasi ini adalah himpunan peraturan Bank Indonesia yang disusun secara sistematis
berdasarkan kelompok dan topik tertentu untuk memudahkan pembaca memahami peraturan
dan menelusuri rekam jejak keberlakuan suatu peraturan Bank Indonesia. Penyusunan kodifikasi
ini telah melalui proses pemeriksaan dan editing terkait keakuratan dan kelengkapan peraturan
yang dikodifikasikan. Namun demikian mengingat bahwa peraturan Bank Indonesia dapat
berubah dari waktu ke waktu, maka setiap akses dan penggunaan atas kodifikasi ini agar
dilakukan secara bijaksana dengan memperhatikan tanggal unggah dan sumber orisinal dari
masing-masing peraturan Bank Indonesia yang dirujuk.1
1
Peraturan Bank Indonesia dapat diakses pada situs resmi Bank Indonesia http://www.bi.go.id/ atau melalui fasilitas
pencarian peraturan pada situs resmi Bank Indonesia (http://www.bi.go.id/web/id/Peraturan/Search/).
Kodiifikasi P
Peratu
uran Baank Ind
donesiaa
Lik
kuiiditas R
Rup
piah
h
Tra
anspa
aran
nsi da
an Pu
ublik
kasi
Lap
poran
n Bank
Tim Peny
yusun
Ramlan G Ginting
C
Chandra M Murniadi
Dudy Isk kandar
Gaantiah Wuryandani
Zu
ulkarnain S Sitompul
Siti Asttiyah
Wahyu Yu uwana
Komala Dewi
W
Wirza Ayu N Novriana
Riska Rossdiana
S
Safyra Primmadhyta
Pusat Riset d
dan Edukasi Bank Sentraal (PRES)
Bank Indoneesia
Telp: 021 29
9817321
Fax.: 021 23
311580
email: PRES@@bi.go.id
Hak Cipta ©
© 2013, Bank Indonesia
2013
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
DAFTAR ISI
Paragraf Halaman
Daftar Isi Hal. i – xiv
Rekam Jejak Regulasi Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Hal. xv
Dasar Hukum Hal. xvi
Regulasi Terkait Hal. xvi
Regulasi Bank Indonesia Hal. xvi – xvii
Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Ketentuan Umum Par. 1 – 2 Hal. 1 – 5
Laporan Tahunan Par. 3 – 6 Hal. 6 – 24
Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan Par. 7 – 14 Hal. 24 – 34
Laporan Keuangan Publikasi Bulanan Par. 15 – 17 Hal. 34 – 36
Laporan Keuangan Konsolidasi Par. 18 – 24 Hal. 36 – 42
Laporan Keuangan Konsolidasi yang Disajikan pada Laporan Tahunan Par. 19 – 20 Hal. 37 – 39
Laporan Keuangan Konsolidasi yang Disajikan pada Laporan Keuangan Par. 21 Hal. 39 – 40
Publikasi Triwulanan
Laporan Tertentu kepada Bank Indonesia Par. 22 – 24 Hal. 40 – 42
Laporan Publikasi Lain Par. 25 – 26 Hal. 42 – 43
Lain‐Lain Par. 27 – 32 Hal. 43 – 48
Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia Par. 31 Hal. 44 – 45
Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Par. 32 Hal. 45 ‐ 48
Sanksi Par. 33 – 39 Hal. 48 – 51
Sanksi Laporan Tahunan Par. 33 – 35 Hal. 48 – 49
Sanksi Laporan Keuangan Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi
Triwulanan Par. 36 Hal. 50 – 51
Sanksi Laporan Keuangan Publikasi Bulanan Par. 37 Hal. 51
Sanksi Laporan Keuangan Konsolidasi Par. 38 Hal. 51
Sanksi Laporan Publikasi Lain Par. 39 Hal. 51
Transparansi Kondisi Keuangan Bank
Hubungan antara Bank, Akuntan Publik, dan Bank Indonesia Par. 40 – 47 Hal. 51 – 65
Sanksi Par. 48 Hal. 65– 68
Sanksi bagi Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik Par. 48 Hal. 65 ‐ 68
Transparansi Kondisi Keuangan Bank Perkreditan Rakyat
Ketentuan Umum Par. 49 – 50 Hal. 68 – 69
Laporan Tahunan Par. 51 – 55 Hal. 69 – 76
Laporan Keuangan Publikasi Par. 56 – 63 Hal. 76 – 83
Hubungan Antara BPR, Akuntan Publik, dan Bank Indonesia Par. 64 – 67 Hal. 83 – 86
Tanggung Jawab Laporan Keuangan Par. 68 Hal. 86
Keadaan Memaksa Par. 69 Hal. 86 – 87
Sanksi Par. 70 – 72 Hal. 87 – 94
Laporan Tahunan Par. 70 – 71 Hal. 87 – 89
Laporan Keuangan Publikasi Par. 72 – 73 Hal. 89 – 94
i
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Transparansi Kondisi Keuangan Bank Perkreditan Rakyat Syariah
Ketentuan Umum Par. 81 – 82 Hal. 96 – 97
Laporan Tahunan Par. 83 – 86 Hal. 98 – 101
Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan Par. 87 – 91 Hal. 101– 105
Hubungan antara BPRS, Akuntan Publik, Dewan Pengawas Syariah dan Par. 92 – 95 Hal. 105– 108
Bank Indonesia
Laporan Keuangan Konsolidasian Par. 96 – 97 Hal. 108
Tanggung Jawab Laporan Keuangan Par. 98 Hal. 108
Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Par. 99 Hal. 108
Sanksi Par. 100 – 103 Hal. 109 –111
Laporan Tahunan Par. 100 – 101 Hal. 109
Laporan Keuangan Publikasi Par. 102 Hal. 109 – 110
Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik Par. 103 Hal. 110 – 111
Lain‐lain Par. 104 – 105 Hal. 111
Keadaan Memaksa (Force Majeure) Par. 106 Hal. 111 – 112
Lampiran
Lampiran 1 Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia Tahun 2013 Hal. 113 – 350
Bagian I Pendahuluan Hal. 114 – 122
I.1 Latar Belakang Hal. 114 – 115
I.2 Asas dan Karakteristik Transaksi Syariah Hal. 116 – 120
A. Asas Transaksi Syariah Hal. 116 – 118
B. Karakteristik Transaksi Syariah Hal. 119 – 120
I.3 Tujuan dan Ruang Lingkup Hal. 120 ‐ 121
A. Tujuan Hal. 120
B. Ruang Lingkup Hal. 121
I.4 Acuan Penyusunan Hal. 121
I.5 Ketentuan Lain Hal. 122
Bagian II Laporan Keuangan Bank Syariah Hal. 123 – 138
II.1 Ketentuan Umum Laporan Keuangan Hal. 123 ‐ 129
A. Tujuan Laporan Keuangan Hal. 123
B. Tanggung Jawab atas Laporan Keuangan Hal. 123
C. Komponen Laporan Keuangan Hal. 123 – 124
D. Bahasa Laporan Keuangan Hal. 124
E. Mata Uang Fungsional dan Pelaporan Hal. 124
F. Kebijakan Akuntansi Hal. 124 – 125
G. Penyajian Hal. 125
H. Konsistensi Penyajian Hal. 126
I. Materialitas dan Agregasi Hal. 126
J. Saling Hapus Hal. 126
K. Periode Pelaporan Hal. 127
L. Informasi Komparatif Hal. 127
ii
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
M. Laporan Keuangan Interim Hal. 128
N. Laporan Keuangan Konsolidasian Hal. 128 – 129
II.2 Keterbatasan Laporan Keuangan Hal. 130
II.3 Metode Pencatatan Transaksi Mata Uang Asing Hal. 131 – 138
Bagian III Keterterapan PSAK 50,55, dan 60 Hal. 139 – 150
III.1 Definisi Instrumen Keuangan Hal. 139 – 140
III.2 Klasifikasi Hal. 141 – 142
A. Aset Keuangan Hal. 141 – 142
B. Liabilitas Keuangan Hal. 142
III.3 Pengakuan dan Pengukuran Hal. 143 – 146
A. Pengakuan dan Penghentian Pengakuan Hal. 143
B. Pengukuran Hal. 143 – 144
C. Penurunan Nilai Hal. 144 – 145
D. Nilai Wajar Hal. 145 – 146
III.4 Estimasi Penurunan Nilai Kolektif dengan Keterbatasan Pengalaman Kerugian Hal. 147 – 150
Spesifik
A. Cakupan Hal. 147
B. Penerapan Hal. 147 – 148
C. Kondisi Keterbatasan Hal. 149
D. Periode Penerapan Estimasi Hal. 150
E. Pengungkapan Hal. 150
Bagian IV Akad Jual Beli Hal. 151 – 177
IV.1 Murabahah Hal. 151 – 165
A. Definisi Hal. 151
B. Dasar Pengaturan Hal. 151
C. Penjelasan Hal. 151 – 157
D. Perlakuan Akuntansi Hal. 157
D.1. Pengakuan dan Pengukuran Hal. 157 – 159
D.2. Penyajian Hal. 159 – 160
E. Ilustrasi Jurnal Hal. 160 – 164
F. Pengungkapan Hal. 164 – 165
IV.2 Istishna Hal. 166 – 171
A. Definisi Hal. 166
B. Dasar Pengaturan Hal. 166
C. Penjelasan Hal. 166 – 168
D. Perlakuan Akuntansi Hal. 168 – 170
D.1. Pengakuan dan Pengukuran Hal. 168 – 169
D.2. Penyajian Hal. 169 – 170
E. Ilustrasi Jurnal Hal. 170 – 171
F. Pengungkapan Hal. 171
IV.3. Salam Hal. 172 – 175
A. Definisi Hal. 172
B. Dasar Pengaturan Hal. 172
C. Penjelasan Hal. 172 – 173
D. Perlakuan Akuntansi Hal. 173 – 174
D.1. Pengakuan dan Pengukuran Hal. 173 – 174
iii
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
D.2. Penyajian Hal. 174
E. Ilustrasi Jurnal Hal. 174 – 175
E.1. Bank Sebagai Pembeli Hal. 174
E.2. Bank Sebagai Penjual Hal. 174 – 175
F. Pengungkapan Hal. 175
IV.4. Persediaan Hal. 176 – 177
A. Definisi Hal. 176
B. Dasar Pengaturan Hal. 176
C. Penjelasan Hal. 176
D. Perlakuan Akuntansi Hal. 177
D.1. Pengakuan dan Pengukuran Hal. 177
D.2. Penyajian Hal. 177
E. Ilustrasi Jurnal Hal. 177
F. Pengungkapan Hal. 177
Bagian V Akad Bagi Hasil Hal. 178 – 192
V.1. Pembiayaan dan Mudharabah Hal. 178 – 182
A. Definisi Hal. 178
B. Dasar Pengaturan Hal. 178
C. Penjelasan Hal. 178 – 179
D. Perlakuan Akuntansi Hal. 180
D.1. Pengakuan dan Pengukuran Hal. 180
D.2. Penyajian Hal. 180
E. Ilustrasi Jurnal Hal. 181
F. Pengungkapan Hal. 181 – 182
V.2. Pembiayaan Musyarakah Hal. 183 – 187
A. Definisi Hal. 183
B. Dasar Pengaturan Hal. 183
C. Penjelasan Hal. 183 – 184
D. Perlakuan Akuntansi Hal. 184 – 185
D.1. Pengakuan dan Pengukuran Hal. 184 – 185
D.2. Penyajian Hal. 185
E. Ilustrasi Jurnal Hal. 185 – 186
F. Pengungkapan Hal. 186 – 187
V.3. Dana Syirkah Temporer Hal. 188 – 192
A. Definisi Hal. 188
B. Dasar Pengaturan Hal. 188
C. Penjelasan Hal. 188 – 189
D. Perlakuan Akuntansi Hal. 189 – 190
D.1. Pengakuan dan Pengukuran Hal. 189 – 190
D.2. Penyajian Hal. 190
E. Ilustrasi Jurnal Hal. 190 – 191
F. Pengungkapan Hal. 191 – 192
Bagian VI Akad Sewa Hal. 193 – 202
VI.1 Ijarah atas Aset Berwujud Hal. 193 – 199
A. Definisi Hal. 193
B. Dasar Pengaturan Hal. 193
iv
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
C. Penjelasan Hal. 193 – 195
D. Perlakuan Akuntansi Hal. 195 – 196
D.1. Pengakuan dan Pengukuran Hal. 195 – 196
D.2. Penyajian Hal. 196
E. Ilustrasi Jurnal Hal. 197 – 198
F. Pengungkapan Hal. 198 – 199
VI.2 Ijarah atas Jasa Hal. 200 – 202
A. Definisi Hal. 200
B. Dasar Pengaturan Hal. 200
C. Penjelasan Hal. 200
D. Perlakuan Akuntansi Hal. 200 – 201
D.1. Pengakuan dan Pengukuran Hal.200
D.2. Penyajian Hal. 200 – 201
E. Ilustrasi Jurnal Hal. 201 – 202
F. Pengungkapan Hal. 202
Bagian VII Akad Pinjaman Qardh Hal. 203 – 207
VII.1 Pinjaman Qardh yang Diberikan Hal. 203 – 205
A. Definisi Hal. 203
B. Dasar Pengaturan Hal. 203
C. Penjelasan Hal. 203 – 204
D. Perlakuan Akuntansi Hal. 204
D.1. Pengakuan dan Pengukuran Hal. 204
D.2. Penyajian Hal. 204
E. Ilustrasi Jurnal Hal. 204 – 205
F. Pengungkapan Hal. 205
VII.2 Pinjaman Qardh yang Diterima Hal. 206 – 207
A. Definisi Hal. 206
B. Dasar Pengaturan Hal. 206
C. Penjelasan Hal. 206
D. Perlakuan Akuntansi Hal. 206
D.1. Pengakuan dan Pengukuran Hal.206
D.2. Penyajian Hal. 206
E. Ilustrasi Jurnal Hal. 206 – 207
F. Pengungkapan Hal. 207
Bagian VIII Surat Berharga Hal. 208 – 225
VIII.1 Investasi pada Surat Berharga Hal. 208 – 216
A. Definisi Hal. 208
B. Dasar Pengaturan Hal. 208
C. Penjelasan Hal. 208
C.1. Investasi pada Sukuk dan Surat Berharga Lain yang Sejenis Hal.208 – 210
C.2. Investasi pada Reksadana Syariah Hal. 210
C.3. Tagihan Reverse Repo Syariah Hal.210 – 211
D. Perlakuan Akuntansi Hal. 211 – 212
D.1. Pengakuan dan Pengukuran Hal.211 – 212
D.2. Penyajian Hal. 212
E. Ilustrasi Jurnal Hal. 211 – 212
v
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
E.1. Sukuk dalam Kategori ‘Diukur pada Nilai Wajar’ Hal.212 – 213
E.2. Sukuk dalam Kategori ‘Biaya Perolehan’ Hal.213 – 214
E.3. Reksadana Syariah dalam Kategori ‘Diukur pada NIlai Wajar melalui Laba
Rugi’ Hal. 214
E.4. Reksadana Syariah dalam Kategori ‘Tersedia untuk Dijual’ Hal.214 – 215
E.5. Tagihan Reverse Repo Syariah Hal. 215
F. Pengungkapan Hal. 215 – 216
VIII.2. Penyertaan Hal. 217 – 221
A. Definisi Hal. 217
B. Dasar Pengaturan Hal. 217
C. Penjelasan Hal. 217 – 219
D. Perlakuan Akuntansi Hal. 219
D.1. Pengakuan dan Pengukuran Hal. 219
D.2. Penyajian Hal. 219
E. Ilustrasi Jurnal Hal. 219 – 220
F. Pengungkapan Hal. 220 – 221
VIII.3. Surat Berharga yang Diterbitkan Hal. 222 – 225
A. Definisi Hal. 222
B. Dasar Pengaturan Hal. 222
C. Penjelasan Hal. 222
D. Perlakuan Akuntansi Hal. 222 – 223
D.1. Pengakuan dan Pengukuran Hal. 222 – 223
D.2. Penyajian Hal. 223
E. Ilustrasi Jurnal Hal. 223 – 224
E.1. Surat Berharga dengan Akad Ijarah dan Akad Lain Hal. 223 – 224
E.2. Surat Berharga dengan Akad Mudharabah dan Musyarakah Hal. 224
F. Pengungkapan Hal. 225
Bagian IX Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank Lain Hal. 226 – 236
IX.1. Kas Hal. 226– 227
A. Definisi Hal. 226
B. Dasar Pengaturan Hal. 226
C. Penjelasan Hal. 226
D. Perlakuan Akuntansi Hal. 227
D.1. Pengakuan dan Pengukuran Hal. 227
D.2. Penyajian Hal. 227
E. Ilustrasi Jurnal Hal. 227
F. Pengungkapan Hal. 227
IX.2. Penempatan pada Bank Indonesia Hal. 228 – 230
A. Definisi Hal. 228
B. Dasar Pengaturan Hal. 228
C. Penjelasan Hal. 228 – 229
D. Perlakuan Akuntansi Hal. 229
D.1. Pengakuan dan Pengukuran Hal. 229
D.2. Penyajian Hal. 229
E. Ilustrasi Jurnal Hal. 229 ‐ 230
F. Pengungkapan Hal. 230
vi
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
IX.3. Penempatan pada Bank Lain Hal. 231 – 234
A. Definisi Hal. 231
B. Dasar Pengaturan Hal. 231
C. Penjelasan Hal. 231
D. Perlakuan Akuntansi Hal. 231 – 232
D.1. Pengakuan dan Pengukuran Hal. 231 – 232
D.2. Penyajian Hal. 232
E. Ilustrasi Jurnal Hal. 232 – 233
F. Pengungkapan Hal. 233 – 234
IX.4. Simpanan dari Bank Lain Hal. 235 – 236
A. Definisi Hal. 235
B. Dasar Pengaturan Hal. 235
C. Penjelasan Hal. 235
D. Perlakuan Akuntansi Hal. 235 – 236
D.1. Pengakuan dan Pengukuran Hal. 235 – 236
D.2. Penyajian Hal. 236
E. Ilustrasi Jurnal Hal. 236
F. Pengungkapan Hal. 236
Bagian X Aset Tetap, Aset Tidak Berwujud, dan Aset yang Diambil‐alih Hal. 237 – 254
X.1. Aset Tetap Hal. 237 – 247
A. Definisi Hal. 237
B. Dasar Pengaturan Hal. 237
C. Penjelasan Hal. 237 – 243
D. Perlakuan Akuntansi Hal. 243 – 244
D.1. Pengakuan dan Pengukuran Hal. 243 – 244
D.2. Penyajian Hal. 244
E. Ilustrasi Jurnal Hal. 244 – 245
F. Pengungkapan Hal. 245 – 247
X.2. Aset Tidak Berwujud Hal. 248 – 251
A. Definisi Hal. 248
B. Dasar Pengaturan Hal. 248
C. Penjelasan Hal. 248 – 249
D. Perlakuan Akuntansi Hal. 249
E. Ilustrasi Jurnal Hal. 249
F. Pengungkapan Hal. 249 – 251
X.3. Aset yang Diambil‐alih Hal. 252 – 254
A. Definisi Hal. 252
B. Dasar Pengaturan Hal. 252
C. Penjelasan Hal. 252
D. Perlakuan Akuntansi Hal. 252 – 253
D.1. Pengakuan dan Pengukuran Hal. 252
D.2. Penyajian Hal. 253
E. Ilustrasi Jurnal Hal. 253
F. Pengungkapan Hal. 253 ‐ 254
Bagian XI Liabilitas Lain Hal. 255 – 269
XI.1. Simpanan Hal. 255 – 256
vii
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
A. Definisi Hal. 255
B. Dasar Pengaturan Hal. 255
C. Penjelasan Hal. 255
D. Perlakuan Akuntansi Hal. 255 – 256
D.1. Pengakuan dan Pengukuran Hal. 255 – 256
D.2. Penyajian Hal. 256
E. Ilustrasi Jurnal Hal. 256
F. Pengungkapan Hal. 256
XI.2. Liabilitas Segera Hal. 257– 259
A. Definisi Hal. 257
B. Dasar Pengaturan Hal. 257
C. Penjelasan Hal. 257
D. Perlakuan Akuntansi Hal. 257
D.1. Pengakuan dan Pengukuran Hal. 257
D.2. Penyajian Hal. 257
E. Ilustrasi Jurnal Hal. 258 – 259
F. Pengungkapan Hal. 259
XI.3. Liabilitas Lainnya Hal. 260 – 261
A. Definisi Hal. 260
B. Dasar Pengaturan Hal. 260
C. Penjelasan Hal. 260
D. Perlakuan Akuntansi Hal. 260 – 261
D.1. Pengakuan dan Pengukuran Hal. 260 – 261
D.2. Penyajian Hal. 261
E. Ilustrasi Jurnal Hal. 261
F. Pengungkapan Hal. 261
XI.4. Hutang Pajak Hal. 262 – 263
A. Definisi Hal. 262
B. Dasar Pengaturan Hal. 262
C. Penjelasan Hal. 262
D. Perlakuan Akuntansi Hal. 262
D.1. Pengakuan dan Pengukuran Hal. 262
D.2. Penyajian Hal. 262
E. Ilustrasi Jurnal Hal. 263
F. Pengungkapan Hal. 263
XI.5. Estimasi Kerugian Komitmen dan Kontinjensi Hal. 264 – 266
A. Definisi Hal. 264
B. Dasar Pengaturan Hal. 264
C. Penjelasan Hal. 264
D. Perlakuan Akuntansi Hal. 264 – 265
D.1. Pengakuan dan Pengukuran Hal. 264 – 265
D.2. Penyajian Hal. 265
E. Ilustrasi Jurnal Hal. 265 – 266
F. Pengungkapan Hal. 266
G. Ketentuan Lain‐lain Hal. 266
XI.6. Pinjaman Subordinasi Hal. 267 – 269
viii
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
A. Definisi Hal. 267
B. Dasar Pengaturan Hal. 267
C. Penjelasan Hal. 267 – 268
D. Perlakuan Akuntansi Hal. 268
D.1. Pengakuan dan Pengukuran Hal. 268
D.2. Penyajian Hal. 268
E. Ilustrasi Jurnal Hal. 268 – 269
F. Pengungkapan Hal. 269
G. Ketentuan Lain‐lain Hal. 269
Bagian XII Ekspor dan Impor Hal. 270 – 305
XII.1. Tagihan dan Kewajiban Akseptasi Hal. 270 – 305
A. Definisi Hal. 270 – 271
B. Dasar Pengaturan Hal. 271 – 273
C. Penjelasan Hal. 273 – 281
D. Pengakuan dan Pengukuran Hal. 281 – 287
D.1. Pengakuan dan Pengukuran Hal. 281 – 285
D.2. Penyajian Hal. 286 – 287
E. Ilustrasi Jurnal Hal. 287 – 304
F. Pengungkapan Hal. 304 – 305
G. Ketentuan Lain‐lain Hal. 305
Bagian XIII Ekuitas Hal. 306 – 320
XIII.1. Ekuitas Hal. 306
A. Ekuitas Hal. 306
XIII.2. Modal Disetor Hal. 307 – 310
A. Definisi Hal. 307
B. Dasar Pengaturan Hal. 307
C. Penjelasan Hal. 307
D. Perlakuan Akuntansi Hal. 308 – 309
D.1. Pengakuan dan Pengukuran Hal. 308
D.2. Penyajian Hal. 308 – 309
E. Ilustrasi Jurnal Hal. 309
F. Pengungkapan Hal. 309 – 310
G. Ketentuan Lain‐lain Hal. 310
XIII.3. Tambahan Modal Disetor Hal. 311 – 315
A. Definisi Hal. 311
B. Dasar Pengaturan Hal. 311
C. Penjelasan Hal. 311 – 312
D. Perlakuan Akuntansi Hal. 313
D.1. Pengakuan dan Pengukuran Hal. 313
D.2. Penyajian Hal. 313
E. Ilustrasi Jurnal Hal. 313 – 314
F. Pengungkapan Hal. 314 – 315
XIII.4. Penghasilan Komprehensif Lain Hal. 316 – 317
A. Definisi Hal. 316
B. Dasar Pengaturan Hal. 316
C. Penjelasan Hal. 316
ix
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
D. Perlakuan Akuntansi Hal. 316
E. Ilustrasi Jurnal Hal. 317
F. Pengungkapan Hal. 317
XIII.5. Saldo Laba Hal. 318 – 320
A. Definisi Hal. 318
B. Dasar Pengaturan Hal. 318
C. Penjelasan Hal. 318
D. Perlakuan Akuntansi Hal. 319
E. Ilustrasi Jurnal Hal. 319
F. Pengungkapan Hal. 319 – 320
Bagian XIV Laporan Laba Rugi Komprehensif Hal. 321 – 330
XIV.1. Pengertian Hal. 321 – 322
XIV.2. Komponen Laba Rugi Hal. 323 – 326
A. Definisi Hal. 323
B. Dasar Pengaturan Hal. 323
C. Penjelasan Hal. 323 – 324
D. Perlakuan Akuntansi Hal. 325 – 326
E. Ilustrasi Jurnal Hal. 326
F. Pengungkapan Hal. 326
XIV.3. Komponen Penghasilan Komprehensif Lain Hal. 327 – 330
A. Definisi Hal. 327
B. Dasar Pengaturan Hal. 327
C. Penjelasan Hal. 327 – 328
D. Perlakuan Akuntansi Hal. 328 – 329
E. Ilustrasi Jurnal Hal. 329 – 329
F. Pengungkapan Hal. 330
Bagian XV Laporan Perubahan Ekuitas Hal. 331 – 332
A. Definisi Hal. 331
B. Dasar Pengaturan Hal. 331
C. Penjelasan Hal. 331 – 332
Bagian XVI Laporan Arus Kas Hal. 333 – 336
A. Definisi Hal. 333
B. Dasar Pengaturan Hal. 333
C. Penjelasan Hal. 333 – 336
Bagian XVII Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil Hal. 337 – 340
A. Definisi Hal. 337
B. Dasar Pengaturan Hal. 337
C. Penjelasan Hal. 337 – 339
D. Pengungkapan Hal. 340
Bagian XVIII Laporan Sumber dan Penyaluran Dana Zakat Hal. 341 – 343
A. Definisi Hal. 341
B. Dasar Pengaturan Hal. 341
C. Penjelasan Hal. 341 – 342
D. Perlakuan Akuntansi Hal. 342
E. Ilustrasi Jurnal Hal. 342
F. Pengungkapan Hal. 342 – 343
x
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Bagian XIX Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan Hal. 344 – 346
A. Definisi Hal. 344
B. Dasar Pengaturan Hal. 344
C. Penjelasan Hal. 344 – 345
D. Perlakuan Akuntansi Hal. 345
E. Ilustrasi Jurnal Hal. 345 – 346
F. Pengungkapan Hal. 346
Bagian XX Catatan Atas Laporan Keuangan Hal. 347 ‐ 350
A. Definisi Hal. 347
B. Dasar Pengaturan Hal. 347
C. Penjelasan Hal. 347 – 350
Lampiran 2 Pedoman Penyusunan Laporan Tahunan Bank Umum dan Laporan Hal. 351 – 396
Tertentu yang Disampaikan kepada Bank Indonesia
A. Petunjuk Umum Hal. 352 ‐ 353
B. Petunjuk Khusus Hal. 354 ‐ 396
1. Pedoman Pengisian Pengungkapan Struktur Permodalan Hal. 354 – 355
2. Pedoman Pengisian Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah Hal. 356 – 357
3. Pedoman Pengisian Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Sisa Jangka Waktu Kontrak Hal. 358 – 359
4. Pedoman Pengisian Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Sektor Ekonomi Hal. 360 – 362
5. Pedoman Pengisian Pengungkapan Tagihan dan Pencadangan Berdasarkan Wilayah Hal. 363 – 364
6. Pedoman Pengisian Pengungkapan Tagihan dan Pencadangan Berdasarkan Sektor Ekonomi Hal. 364 – 366
7. Pedoman Pengisian Pengungkapan Rincian Mutasi Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Hal. 367 – 368
8. Pedoman Pengisian Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Kategori Portofolio dan Skala Hal. 368 – 370
Peringkat
9. Pedoman Pengisian Pengungkapan Risiko Kredit Pihak Laws (Counterparty Credit Risk) Hal. 371 – 373
10. Pedoman Pengisian Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Bobot Risiko setelah Hal. 374 – 376
Memperhitungkan Dampak Mitigasi Risiko Kredit
11. Pedoman Pengisian Pengungkapan Tagihan Bersih dan Teknik Mitigasi Risiko Kredit Hal. 377 – 379
12. Pedoman Pengisian Pengungkapan Transaksi Sekuritisasi Hal. 380 – 381
13. Pedoman Pengisian Pengungkapan Ringkasan Aktivitas Transaksi Sekuritisasi dimana Bank Hal. 381 – 383
Bertindak sebagai Kreditur Asal
14. Pedoman Pengisian Pengungkapan Perhitungan ATMR Risiko Kredit dengan Menggunakan
Pendekatan Standar Hal. 383 – 389
15. Pedoman Pengisian Pengungkapan Risiko Pasar Menggunakan Metode Standar Hal. 390
16. Pedoman Pengisian Pengungkapan Risiko Pasar dengan Modal Internal (Value at Risk/VaR) Hal. 390 – 391
17. Pedoman Pengisian Pengungkapan Risiko Operasional Hal. 392
18. Pedoman Pengisian Pengungkapan Profil Maturitas Rupiah dan Valas Hal. 393 – 396
Lampiran 3 Laporan Posisi Keuangan/ Neraca Triwulanan (Bank Umum) Hal. 397 – 398
Lampiran 3a Laporan Posisi Keuangan/ Neraca Bulanan (Bank Umum) Hal. 399 – 400
Lampiran 4 Laporan Laba Rugi Komprehensif Triwulanan (Bank Umum) Hal. 401 – 402
Lampiran 4a Laporan Laba Rugi Bulanan (Bank Umum) Hal. 403 – 404
Lampiran 5 Laporan Komitmen dan Kontinjensi Triwulanan (Bank Umum) Hal. 405
Lampiran 5a Laporan Komitmen dan Kontinjensi Bulanan (Bank Umum) Hal. 406 – 407
Lampiran 6 Laporan Transaksi Spot dan Derivatif Triwulanan (Bank Umum Hal. 408
Lampiran 7 Laporan Kualitas Aset Produktif dan Infomrasi Lainnya Triwulanan Hal. 409 – 410
(Bank Umum)
Lampiran 7a Laporan Kualitas Aset Produktif dan Informasi Lainnya Bulanan Hal. 411 – 412
(Bank Umum)
Lampiran 8.1 Laporan Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Hal. 413 – 414
xi
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Triwulanan Bank Umum (Bank Umum)
Lampiran 8.a.1 Laporan Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Hal. 414 – 415
Bulanan Bank Umum (Bank Umum)
Lampiran 8.2 Laporan Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Hal. 416
Triwulanan Bank Asing (Bank Umum)
Lampiran 8.a.2 Laporan Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Hal. 417
Bulanan Bank Asing (Bank Umum)
Lampiran 9 Laporan Rasio Keuangan Triwulanan (Bank Umum) Hal. 418 – 419
Lampiran 10 Pedoman Penyusunan Laporan Posisi Keuangan/ Neraca Hal. 420 – 421
Triwulanan (Bank Umum)
Lampiran 10a Pedoman Penyusunan Laporan Posisi Keuangan/ Neraca Bulanan Hal. 422 – 423
(Bank Umum)
Lampiran 11 Pedoman Penyusunan Laporan Laba Rugi Komprehensif Hal. 424 – 428
Triwulanan (Bank Umum)
Lampiran 11a Pedoman Penyusunan Laporan Laba Rugi Bulanan (Bank Umum) Hal. 429 – 433
Lampiran 12 Pedoman Penyusunan Laporan Komitmen dan Kontinjensi (Bank Hal. 434
Umum)
Lampiran 13 Pedoman Penyusunan Laporan Transaksi Spot dan Derivatif (Bank Hal. 435 – 436
Umum)
Lampiran 14 Pedoman Penyusunan Laporan Kualitas Aset Produktif dan Hal. 437 – 439
Informasi Lainnya (Bank Umum)
Lampiran 15.1 Pedoman Perhitungan Modal Bank Umum (Bank Umum) Hal. 440 – 442
Lampiran 15.2 Pedoman Perhitungan Modal Bank Asing (Bank Umum) Hal. 443 – 444
Lampiran 16 Pedoman Perhitungan Rasio Keuangan (Bank Umum) Hal. 445 – 450
Lampiran 17 Neraca (BUS dan UUS) Hal. 451 – 452
Lampiran 17a Neraca Publikasi Bulanan (BUS dan UUS) Hal. 453 – 454
Lampiran 18 Laporan Laba/ Rugi dan Saldo Laba (BUS dan UUS) Hal. 455
Lampiran 18a Laporan Laba/ Rugi dan Saldo Laba – Publikasi Bulanan (BUS dan Hal. 456
UUS)
Lampiran 19 Komitmen dan Kontinjensi (BUS dan UUS) Hal. 457
Lampiran 19a Komitmen dan Kontinjensi Publikasi Bulanan (BUS dan UUS) Hal. 458
Lampiran 20 Kualitas Aktiva Produktif dan Informasi Lainnya (BUS dan UUS) Hal. 459 – 460
Lampiran 20a Kualitas Aktiva Produktif dan Informasi Lainnya – Publikasi Bulanan Hal. 461
(BUS dan UUS)
Lampiran 20b Kualitas Aktiva Produktif dan Informasi Lainnya (BUS dan UUS) Hal. 462 – 463
Lampiran 20c Pedoman Penyusunan Laporan Kualitas Aktiva Produktif dan Hal. 464 – 466
Informasi Lainnya (BUS dan UUS)
Lampiran 21 Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Tahunan (BUS Hal. 467 – 468
dan UUS)
Lampiran 21a Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (BUS dan UUS) Hal. 469 – 470
Lampiran 22 Tabel Perhitungan Rasio Keuangan (BUS dan UUS) Hal. 471 – 472
Lampiran 23 Pedoman Penyusunan Neraca (BUS dan UUS) Hal. 473 – 478
Lampiran 24 Pedoman Penyusunan Laba/Rugi dan Perubahan Saldo Laba (BUS Hal. 479 – 482
dan UUS)
Lampiran 25 Pedoman Penyusunan Laporan Komitmen dan Kontinjensi (BUS dan Hal. 483
UUS)
Lampiran 26 Pedoman Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (BUS Hal. 484 – 486
dan UUS)
xii
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
xiii
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
xiv
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Rekam Jejak Regulasi Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
xv
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Dasar Hukum :
‐ Undang‐Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
‐ Undang‐Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah beberapa kali,
terakhir dengan Undang‐Undang Nomor 6 Tahun 2009
‐ Undang‐Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐
undang Nomor 10 Tahun 1998
Regulasi Terkait :
‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/12/PBI/2012 tentang Laporan Kantor Pusat Bank Umum
‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/23/PBI/2010 tentang Penilaian Kemampuan dan Kepatutan
‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/13/PBI/2006 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum
‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 4/7/PBI/2002 tentang Prinsip Kehati‐hatian dalam Rangka Pembelian
Kredit oleh Bank dari Badan Penyehatan Perbankan Nasional
‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/1/DPNP 2013 perihal Transparansi Informasi Suku Bunga Dasar
Kredit
‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/31/DPNP 2012 perihal Laporan Kantor Pusat Bank Umum
‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/26/DPNP 2011 Perubahan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
13/8/DPNP 2011 perihal Penilaian Kemampuan dan Kepatutan
‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/14/DPNP 2005 perihal Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank
Umum
Regulasi Bank Indonesia :
‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/3/PBI/2013 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank
Perkreditan Rakyat
‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/14/PBI/2012 tentang Transparansi Dan Publikasi Laporan Bank
‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/50/PBI/2005 tentang Perubahan atas PBI 3/22/PBI/2001 tentang
Transparansi Kondisi Keuangan Bank
‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/47/PBI/2005 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank
Perkreditan Rakyat Syariah
‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/22/PBI/2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank
‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/43/DPNP 2013 perihal Perubahan atas Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor 15/29/DKBU tanggal 31 Juli 2013 perihal Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan
Publikasi Bank Perkreditan Rakyat
‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/29/DKBU 2013 perihal Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan
Publikasi Bank Perkreditan Rakyat
‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/26/DPbS 2013 perihal Pelaksanaan Pedoman Akuntansi
Perbankan Syariah Indonesia
‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP 2011 perihal Perubahan Ketiga atas Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor 3/30/DPNP 2001 perihal Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan dan Bulanan Bank
Umum serta Laporan Tertentu yang Disampaikan kepada Bank Indonesia
‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/35/DPNP Tahun 2012 tentang Laporan Tahunan Bank Umum dan
Laporan Tahunan Tertentu yang Disampaikan kepada Bank Indonesia.
‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/14/DKBU 2010 perihal Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Bank
Perkreditan Rakyat
‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/11/DPNP 2010 perihal Perubahan Kedua atas Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor 3/30/DPNP 2001 perihal Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan dan Bulanan Bank
Umum serta Laporan Tertentu yang Disampaikan kepada Bank Indonesia
‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/33/DPNP Tahun 2009 perihal Perubahan atas Surat Edaran No.
11/4/DPNP tanggal 27 Januari 2009 tentang Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia.
‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/4/DPNP tanggal 27 Januari 2009 perihal Pelaksanaan Pedoman
Akuntansi Perbankan Indonesia
xvi
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan
Bank
‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/11/DPbS tahun 2006 perihal Perubahan SE No. 7/56/DPbS tahun
2005 tentang Laporan Tahunan, Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan dan Bulanan serta Laporan
tertentu dari Bank yang Disampaikan kepada Bank Indonesia
‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/57/DPbs 2005 Hubungan antara Bank yang Melaksanakan Kegiatan
Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, Kantor Akuntan Publik, Akuntan Publik, Dewan Pengawas Syariah dan
Bank Indonesia
‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tahun 2005 perihal Laporan Tahunan, Laporan Keuangan
Publikasi Triwulanan dan Bulanan serta Laporan tertentu dari Bank yang Disampaikan kepada Bank
Indonesia
‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/52/DPbS tahun 2005 perihal Transparansi Kondisi Keuangan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah
‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/10/DPNP tahun 2005 perihal Perubahan atas SE 3/30/DPNP 2001
perihal Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan dan Bulanan Bank Umum serta Laporan Tertentu yang
Disampaikan kepada Bank Indonesia
‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/32/DPNP 2001 perihal Hubungan Antara Bank, Akuntan Publik dan
Bank Indonesia
‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP 2001 perihal Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan dan
Bulanan Bank Umum serta Laporan Tertentu yang Disampaikan kepada Bank Indonesia
xvii
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Moneter
Likuiditas Rupiah
Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
BAB I Ketentuan Umum
1 Pasal 1 1. Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang‐
14/14/PBI/2012 Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
Ayat 1 – 14 diubah dengan Undang‐Undang Nomor 10 Tahun 1998, termasuk
kantor cabang bank asing dan Bank Umum Syariah sebagaimana
dimaksud dalam Undang‐Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah.
2. Pengendalian adalah perseorangan atau perusahaan/badan, baik
secara langsung maupun tidak langsung yang:
a. memiliki lebih dari 50% (lima puluh persen) saham yang memiliki
hak suara pada suatu perusahaan/badan lain;
b. memiliki 50% (lima puluh persen) atau kurang saham yang
memiliki hak suara pada suatu perusahaan/badan lain, tetapi:
1) terdapat perjanjian dengan pemegang saham lain sehingga
memiliki hak suara lebih dari 50 (lima puluh persen);
2) mempunyai kewenangan untuk mengatur kebijakan
keuangan dan operasional perusahaan/badan lain
berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian;
3) mempunyai kewenangan untuk menunjuk atau mengganti
sebagian besar direksi dan dewan komisaris atau organ
lainnya yang setara dan mengendalikan perusahaan/badan
lain melalui direksi dan dewan komisaris atau organ lainnya
tersebut; dan/atau
4) mampu menguasai suara mayoritas pada rapat direksi dan
dewan komisaris atau organ lainnya yang setara dan
mengendalikan perusahaan/badan melalui direksi dan dewan
komisaris atau organ lainnya tersebut.
3. Perusahaan Induk (parent company/holding company) adalah badan
hukum/perusahaan yang mengkonsolidasikan satu atau lebih
perusahaan anak dalam suatu kelompok usaha dan melakukan
Pengendalian terhadap Bank.
4. Perusahaan Induk di Bidang Keuangan (financial parent
company/financial holding company) adalah badan
hukum/perusahaan yang mengkonsolidasikan seluruh aktivitas satu
atau lebih perusahaan anak pada kelompok usaha yang bergerak di
bidang keuangan dan melakukan Pengendalian terhadap Bank.
5. Perusahaan Anak adalah badan hukum yang dimiliki atau
dikendalikan oleh Bank, baik secara langsung maupun tidak langsung,
yang terdiri dari:
a. Perusahaan Subsidiari (subsidiary company) yaitu Perusahaan
Anak dengan kepemilikan Bank lebih dari 50% (lima puluh persen);
dan/atau
b. Perusahaan Partisipasi (participation company) adalah Perusahaan
Anak dengan kepemilikan Bank 50% (lima puluh persen) atau
kurang, namun Bank memiliki Pengendalian terhadap perusahaan.
1
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
6. Perusahaan Afiliasi adalah Perusahaan Anak dari Perusahaan Induk
atau dari Perusahaan Induk di Bidang Keuangan yang tergabung
dalam suatu kelompok usaha yang sama dengan Bank karena
dikendalikan oleh Perusahaan Induk yang sama.
7. Pihak Terkait adalah pihak yang terkait dengan Bank sebagaimana
dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Batas
Maksimum Pemberian Kredit.
8. Pihak‐pihak Berelasi adalah pihak‐pihak berelasi sebagaimana
dimaksud dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tentang
Pengungkapan Pihak‐pihak Berelasi.
9. Akuntan Publik adalah akuntan publik sebagaimana dimaksud dalam
Undang‐Undang tentang Akuntan Publik.
10. Laporan Tahunan adalah laporan lengkap mengenai kinerja suatu
Bank dalam kurun waktu 1 (satu) tahun.
11. Laporan Keuangan Tahunan adalah laporan keuangan akhir tahun
Bank yang disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan.
12. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan adalah laporan keuangan
yang disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan dan
dipublikasikan setiap triwulan, sesuai dengan ketentuan Bank
Indonesia.
13. Laporan Keuangan Publikasi Bulanan adalah laporan keuangan yang
disusun berdasarkan Laporan Bulanan Bank Umum dan dipublikasikan
setiap bulan, sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.
14. Tahun Buku adalah tahun takwim atau tahun yang dimulai dari bulan
Januari sampai dengan bulan Desember.
SE 7/56/DPbS 15. Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja di
2005 kantor pusat bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara
Romawi I. 7 konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang
syariah dan atau unit syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari
bank yang berkedudukan diluar negeri yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari
kantor cabang pembantu syariah dan atau unit syariah.
2 Pasal 2 Dalam rangka transparansi kondisi keuangan, Bank wajib menyusun dan
14/14/PBI/2012 menyajikan laporan keuangan, yang terdiri atas:
Huruf a a. Laporan Tahunan;
SE 14/35/DPNP A. Bank Umum Konvensional
2012 1. Publikasi Laporan Tahunan Bank dimaksudkan untuk
Romawi I.1 – I.6 memberikan informasi berkala mengenai kondisi Bank secara
menyeluruh, termasuk perkembangan usaha dan kinerja Bank
serta kelompok usaha. Seluruh informasi tersebut diharapkan
dapat meningkatkan transparansi kondisi keuangan Bank
kepada publik dan menjaga kepercayaan masyarakat terhadap
lembaga perbankan
2. Laporan Tahunan selain disampaikan kepada pemegang saham,
wajib disampaikan paling kurang kepada Bank Indonesia dan
lembaga lain yang berkepentingan terhadap perkembangan
usaha Bank, seperti Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia
(YLKI), lembaga pemeringkat di Indonesia, asosiasi perbankan di
2
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Indonesia, Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia
(LPPI), 2 (dua) lembaga penelitian di bidang ekonomi dan
keuangan, dan 2 (dua) majalah ekonomi dan keuangan.
Sedangkan laporan tahunan tertentu hanya wajib disampaikan
kepada Bank Indonesia. Batas waktu penyampaian Laporan
Tahunan dan laporan tahunan tertentu paling lama 5 (lima)
bulan setelah Tahun Buku berakhir.
3. Laporan Tahunan wajib disusun untuk 1 (satu) Tahun Buku dan
disajikan paling kurang dengan perbandingan 1 (satu) Tahun
Buku sebelumnya.
4. Laporan Tahunan wajib dicantumkan dalam website Bank
paling lama 1 (satu) hari kerja setelah batas waktu
penyampaian Laporan Tahunan, dan dipelihara dalam website
Bank paling kurang untuk 2 (dua) periode laporan berturut‐
turut.
5. Laporan Tahunan Bank harus disusun dalam Bahasa Indonesia.
Dalam hal Laporan Tahunan juga dibuat selain dalam Bahasa
Indonesia, baik dalam dokumen yang sama maupun terpisah,
maka Laporan Tahunan dimaksud harus memuat informasi
yang sama.
6. Mata uang yang digunakan dalam Laporan Tahunan adalah
Rupiah.
SE 7/56/DPbS B. Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
2005 1. Sesuai dengan Undang‐Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Romawi I .1 – I.3, Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐undang
I.6, I.11 Nomor 10 Tahun 1998, Bank diwajibkan untuk menyampaikan
keterangan dan penjelasan yang berkaitan dengan kegiatan
usaha Bank dalam rangka pemantauan keadaan usaha Bank
oleh publik dan Bank Indonesia.
2. Dalam rangka pemenuhan informasi yang disampaikan Bank
yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah (Bank) dan UUS untuk mencapai dan memelihara
kepercayaan investasi masyarakat terhadap Bank serta upaya
meningkatkan transparansi kondisi keuangan Bank kepada
publik, maka informasi dalam laporan tersebut harus bisa
menyajikan hak dan kewajiban dari pihak terkait, memberikan
kontribusi untuk melindungi aset Bank dan pemenuhan prinsip
syariah dalam semua transaksi, serta dapat memberikan
informasi yang berguna tentang perkembangan usaha dan
kinerja Bank kepada para pihak terkait (stakeholders) dalam
hubungannya dengan Bank.
3. Bentuk penyampaian keterangan dan pengumuman atau
publikasi kegiatan usaha Bank dalam rangka pemantauan oleh
publik dan Bank Indonesia adalah berupa Laporan Tahunan,
Laporan Keuangan Publikasi, dan Laporan Informasi Tertentu
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.;
4. Apabila Laporan Tahunan, Laporan Keuangan Publikasi dan
Laporan Informasi Tertentu juga dibuat selain dalam Bahasa
Indonesia, baik dalam dokumen yang sama maupun terpisah,
maka Laporan dimaksud harus memuat informasi yang sama.
3
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
5. Angka‐angka dalam Laporan wajib disajikan dalam mata uang
Rupiah.
Pasal 2 b. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan;
14/14/PBI/2012
Huruf b
SE 3/30/DPNP A. Bank Umum Konvensional
2001 1. Sesuai dengan Undang‐undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Romawi I Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐undang
Nomor 10 Tahun 1998, Bank diwajibkan untuk menyampaikan
keterangan dan penjelasan yang berkaitan dengan kegiatan
usaha Bank dalam rangka pemantauan keadaan usaha Bank
oleh publik dan Bank Indonesia.
2. Bentuk penyampaian dan pengumuman atau publikasi
keterangan dan informasi sebagaimana dimaksud pada angka
1 yang ditetapkan Bank Indonesia adalah laporan keuangan
tahunan dan laporan berkala lainnya dengan waktu
penyampaian dan pengumuman secara tahunan, semesteran,
triwulanan maupun bulanan.
3. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan disusun antara lain
untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan,
kinerja atau hasil usaha Bank serta informasi keuangan lainnya
kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan
perkembangan usaha Bank. Agar laporan keuangan Bank
dapat diperbandingkan, perlu ditetapkan bentuk dan cakupan
penyajian yang didasarkan pada Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) yang relevan untuk industri perbankan,
Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI), serta
ketentuan dan pedoman yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
4. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan yang wajib disajikan
adalah laporan keuangan untuk posisi akhir Maret, Juni,
September dan Desember. Laporan Keuangan Publikasi
Triwulanan ini selain wajib diumumkan dalam surat kabar juga
akan diumumkan dalam home page Bank Indonesia. Bank
Indonesia juga akan mengumumkan Laporan Bulanan Bank
Umum dalam bentuk Laporan Keuangan Publikasi Bulanan
pada home page Bank Indonesia.
SE 12/11/DPNP 5. Perlakuan akuntansi untuk pos‐pos dalam Laporan Keuangan
2010 Publikasi Triwulanan dan Laporan Keuangan Publikasi Bulanan
Nomor 6 didasarkan pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) yang berlaku, Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia
(PAPI) serta ketentuan dan pedoman terkait yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia.
SE 7/56/DPbS B. Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
2005 1. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan disusun untuk
Romawi I.4, I.5, memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja atau
I.8, I.9, I.10, I.11 hasil usaha Bank dan UUS serta informasi keuangan lainnya
kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan
perkembangan usaha Bank dan UUS. Agar Laporan Keuangan
4
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Publikasi dapat diperbandingkan, perlu ditetapkan bentuk dan
cakupan penyajian yang didasarkan pada Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) yang relevan untuk perbankan
syariah, Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia
(PAPSI), serta ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
2. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan yang wajib disajikan
oleh Bank adalah laporan keuangan untuk posisi akhir Maret,
Juni, September dan Desember. Laporan Keuangan Publikasi
Triwulanan ini selain wajib diumumkan dalam surat kabar juga
akan diumumkan dalam home page Bank Indonesia. Bank
Indonesia juga akan mengumumkan Laporan Bulanan dalam
bentuk Laporan Keuangan Publikasi Bulanan pada homepage
Bank Indonesia.
3. Unit Usaha Syariah harus menyajikan informasi keuangan
syariah secara triwulanan untuk posisi Maret, Juni, September
dan Desember berupa neraca, laba rugi, komitmen dan
kontinjensi sebagaimana tercantum dalam lampiran 16,
informasi perhitungan bagi hasil sebagaimana tercantum
dalam Lampiran 15, dan pedoman penyusunan neraca, laba
rugi dan komitmen dan kontinjensi sebagaimana tercantum
dalam Lampiran 17, Lampiran 18 dan Lampiran 19 (Lampiran
34, Lampiran 33, Lampiran 35, Lampiran 36 dan Lampiran 37
dalam kodifikasi ini). Informasi kegiatan usaha syariah tersebut
harus ditanda tangani oleh Dewan Pengawas Syariah dan
Pimpinan Unit Usaha Syariah.
4. Khusus untuk pelaporan publikasi UUS posisi bulan Juni dan
Desember, selain menyajikan laporan , harus pula
menyajikan Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat,
Infaq dan Shadaqah (ZIS) sebagaimana tercantum dalam
Lampiran 12 (Lampiran 30 dalam kodifikasi ini); Laporan
Sumber dan Penggunaan Dana Qardh sebagaimana tercantum
dalam Lampiran 13 (Lampiran 31 dalam kodifikasi ini) ; serta
Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat, jika ada
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 14 (Lampiran 32
dalam kodifikasi ini).
5. UUS melalui kantor pusatnya harus menyajikan laporan
publikasi triwulanan, termasuk juga akan diumumkan kedalam
home page Bank Indonesia.
6. Angka‐angka dalam Laporan wajib disajikan dalam mata uang
Rupiah.
Pasal 2 c. Laporan Keuangan Publikasi Bulanan;
14/14/PBI/2012 Penjelasan tentang ini untuk Bank Umum Konvesional dapat dilihat
Huruf c – e pada Paragraf 2 butir b.A.4 dan butir b.A.5 di atas, sedangkan untuk
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dapat dilihat pada
Paragraf 2 butir b.B.2 dan butir b.B.6.
d. Laporan Keuangan Konsolidasi; dan
e. Laporan Publikasi Lain.
5
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
BAB II Laporan Tahunan
3 Pasal 3 (1) Bank wajib menyusun Laporan Tahunan yang paling kurang
14/14/PBI/2012 mencakup:
a. Informasi umum yang meliputi:
1. kepengurusan;
2. kepemilikan;
3. perkembangan usaha Bank dan kelompok usaha Bank
termasuk perkembangan usaha Unit Usaha Syariah (UUS);
4. strategi dan kebijakan manajemen termasuk strategi dan
kebijakan manajemen UUS; dan
5. laporan manajemen termasuk laporan manajemen UUS;
b. Laporan Keuangan Tahunan yang meliputi:
1. Laporan Posisi Keuangan (Neraca);
2. Laporan Laba Rugi Komprehensif;
3. Laporan Perubahan Ekuitas;
4. Laporan Arus Kas;
5. catatan atas laporan keuangan, termasuk informasi mengenai
komitmen dan kontinjensi;
c. opini dari Akuntan Publik;
d. jenis risiko dan potensi kerugian (risk exposures) yang dihadapi
Bank serta praktek manajemen risiko yang diterapkan Bank;
e. seluruh asperk transparansi dan informasi yang diwajibkan untuk
Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan;
f. aspek pengungkapan (disclosure) lain sebagaimana diwajibkan
dalam Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku, dalam hal
belum tercakup dalam huruf a sampai dengan huruf e di atas;
dan
g. informasi lain.
(2) Bagi Bank Umum Konvensional, selain pengungkapan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), wajib dilakukan pengungkapan mengenai:
a. permodalan bank; dan
b. jenis risiko, potensi kerugian, dan penerapan manajemen risiko,
paling kurang untuk risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional,
risiko likuiditas, risiko strategic, risiko reputasi; risiko kepatuhan;
dan risiko hukum.
(3) Bagi Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Umum Konvensional yang
memiliki UUS, selain laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, wajib menyampaikan:
a. laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Infaq, dan
Shadaqah (ZIS);
b. laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardh; dan
c. laporan Perubahan Dana Investasi Terikat.
(4) Laporan Keuangan Tahunan wajib diaudit oleh Akuntan Publik.
(5) Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat
(3) wajib disusun untuk 1 (satu) Tahun Buku dan disajikan paling
kurang dengan perbandingan 1 (satu) Tahun Buku sebelumnya.
(6) Dalam hal terdapat perubahan cakupan Laporan Tahunan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 (Paragraf 3 dalam kodifikasi ini)
akan diatur lebih lanjut dengan Surat Edaran Bank Indonesia.
6
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 14/35/DPNP A. Bank Umum Konvensional
2012 Cakupan Laporan Tahunan
Romawi II Laporan Tahunan paling kurang mencakup hal‐hal sebagai berikut:
1. Informasi Umum
Informasi Umum dalam Laporan Tahunan paling kurang memuat:
a. kepengurusan, yang meliputi susunan anggota Dewan
Komisaris, Direksi, dan pejabat eksekutif beserta jabatan dan
ringkasan riwayat hidupnya;
b. rincian kepemilikan, berupa nama pemilik dan persentase
kepemilikan saham;
c. perkembangan usaha Bank dan kelompok usaha Bank, yang
memuat data mengenai:
1) ikhtisar data keuangan penting, yang paling kurang
mencakup pendapatan bunga bersih, laba operasional,
laba sebelum pajak, laba bersih, laba bersih per saham,
aset produktif, dana pihak ketiga, pinjaman diterima,
total biaya dana (cost of fund), modal sendiri, jumlah
lembar saham yang ditempatkan dan disetor; dan
2) rasio keuangan yang wajib disajikan, yang paling kurang
mencakup rasio keuangan sebagaimana diatur dalam
ketentuan Bank Indonesia mengenai transparansi dan
publikasi laporan Bank.
d. strategi dan kebijakan manajemen dalam pengembangan
usaha Bank;
e. laporan manajemen yang memuat informasi mengenai
pengelolaan Bank oleh pengurus dalam rangka good
corporate governance, dan paling kurang mencakup:
1) struktur organisasi;
2) aktivitas utama;
3) teknologi informasi;
4) jenis produk dan jasa yang ditawarkan, termasuk
penyaluran kredir kepada debitur Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM);
5) tingkat suku bunga penghimpunan dan penyediaan dana;
6) perkembangan perekonomian dan target pasar;
7) jaringan kerja dan mitra usaha baik di dalam dan/atau di
luar negeri;
8) jumlah, jenis, dan lokasi kantor;
9) kepemilikan Direksi, Komisaris, dan pemegang saham
dalam kelompok usaha Bank;
10) perubahan‐perubahan penting yang terjadi di Bank dan
kelompok usaha Bank dalam tahun yang bersangkutan;
11) hal‐hal penting yang diperkirakan terjadi di masa
mendatang; dan
12) sumber daya manusia, meliputi jumlah, struktur
pendidikan, pelatihan, dan pengembangan sumber daya
manusia.
2. Laporan Keuangan Tahunan
Laporan Keuangan Tahunan paling kurang mencakup:
a. Laporan Keuangan Bank yang telah diaudit oleh Akuntan
7
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Publik, yang meliputi:
1) Laporan Posisi Keuangan (Neraca);
2) Laporan Laba Rugi Komprehensif;
3) Laporan Perubahan Ekuitas;
4) Laporan Arus Kas; dan
5) Catatan atas Laporan Keuangan, termasuk informasi
mengenai Komitmen dan Kontinjensi.
b. Bagi Bank yang memiliki Perusahaan Anak, selain Laporan
Keuangan Bank secara individual sebagaimana dimaksud
pada huruf a, Laporan Keuangan Tahunan juga mencakup
Laporan Keuangan Konsolidasi yang telah diaudit oleh
Akuntan Publik, yang merupakan konsolidasi Laporan
Keuangan Bank dan Perusahaan Anak, yang paling kurang
terdiri atas:
1) Laporan Posisi Keuangan (Neraca);
2) Laporan Laba Rugi Komprehensif;
3) Laporan Perubahan Ekuitas; dan
4) Komitmen dan Kontinjensi.
c. Bagi Bank yang merupakan bagian dari suatu kelompok
usaha, selain laporan sebagaimana dimaksud pada huruf a
dan huruf b, Bank juga wajib menyampaikan Laporan
Keuangan Tahunan yang terdiri atas:
1) Laporan Keuangan Perusahaan Induk yang telah diaudit
oleh Akuntan Publik, yang merupakan hasil konsolidasi
dari seluruh perusahaan di dalam kelompok usaha sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku, yang paling
kurang meliputi:
a) Laporan Posisi Keuangan (Neraca);
b) Laporan Laba Rugi Komprehensif;
c) Laporan Perubahan Ekuitas; dan
d) Komitmen dan Kontinjensi;
2) Laporan Keuangan Perusahaan Induk di Bidang
Keuangan, yang telah diaudit oleh Akuntan Publik, yang
merupakan hasil konsolidasi dari seluruh perusahaan di
dalam kelompok bidang keuangan sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku, dan paling kurang meliputi:
a) Laporan Posisi Keuangan (Neraca);
b) Laporan Laba Rugi Komprehensif;
c) Laporan Perubahan Ekuitas; dan
d) Komitmen dan Kontinjensi.
Dalam hal kelompok usaha tidak memiliki Perusahaan Induk
di Bidang Keuangan maka laporan keuangan yang
disampaikan adalah Laporan Keuangan Perusahaan Induk
yang telah diaudit oleh Akuntan Publik.
3. Opini dari Akuntan Publik
Opini dari Akuntan Publik antara lain memuat pendapat atas
Laporan Keuangan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam angka
2.
4. Pengungkapan Permodalan serta Pengungkapan Eksposur Risiko
dan Penerapan Manajemen Risiko Bank
8
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
a. Pengungkapan permodalan serta pengungkapan eksposur
risiko dan penerapan manajemen risiko bertujuan untuk
meningkatkan transparansi kepada publik dengan
menetapkan persyaratan pengungkapan minimum, sehingga
publik dapat menilai profil risiko dan kecukupan permodalan
Bank.
b. Bank harus memiliki kebijakan tertulis yang disetujui oleh
Direksi mengenai pengungkapan sebagaimana diatur dalam
angka ini. Kebijakan antara lain terkait dengan isi
pengungkapan yang akan dilaporkan dan pengendalian
internal dalam proses pengungkapan.
c. Pengungkapan dilakukan dengan mengacu pada Pedoman
pengungkapan sebagaimana tercantum dalam lampiran, yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank
Indonesia ini.
Pengungkapan informasi sebagaimana dimaksud pada huruf a,
terdiri atas:
a. Pengungkapan Permodalan
Pengungkapan paling kurang mencakup:
1) Pengungkapan kualitatif, yang antara lain memuat
informasi tentang:
a) Struktur permodalan yang memuat penjelasan
mengenai instrumen modal yang diterbitkan oleh
Bank antara lain: karakteristik, jangka waktu
instrumen, fitur opsi beli, fitur step‐up, tingkat imbal
hasil, dan peringkat (apabila tersedia); dan
b) Kecukupan permodalan yang berisi penjelasan
mengenai pendekatan yang digunakan Bank dalam
menilai kecukupan modal untuk mendukung aktivitas
yang dilakukan, baik saat ini maupun yang akan
datang.
2) Pengungkapan kuantitatif mengenai struktur permodalan
Bank sebagaimana dimaksud pada Tabel 1.a dan Tabel
1.b. (pada Lampiran 2 dalam kodifikasi ini)
b. Pengungkapan Eksposur Risiko dan Penerapan Manajemen
Risiko
Pengungkapan paling kurang mencakup:
1) Pengungkapan mengenai penerapan Manajemen Risiko
Bank secara umum, yang mencakup informasi mengenai:
a) Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi;
b) Kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit;
c) Kecukupan proses identifikasi, pengukuran,
pemantauan, dan pengendalian risiko, serta Sistem
Informasi Manajemen Risiko; dan
d) Sistem pengendalian intern yang menyeluruh.
2) Pengungkapan mengenai eksposur risiko dan penerapan
Manajemen Risiko Bank secara khusus, yang terdiri dari:
a) Risiko Kredit, yang mencakup:
(1) Pengungkapan kualitatif, yang mencakup antara
lain:
9
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
(a) Pengungkapan kualitatif, yang mencakup
antara lain:
i. Informasi mengenai penerapan
manajemen risiko untuk risiko kredit,
termasuk:
i.1. organisasi manajemen risiko kredit;
i.2. strategi manajemen risiko kredit
untuk aktivitas yang memiliki
eksposur risiko kredit yang
signifikan;
i.3. kebijakan pengelolaan risiko
konsentrasi kredit; dan
i.4. mekanisme pengukuran dan
pengendalian risiko kredit.
ii. definisi tagihan yang telah jatuh tempo
dan tagihan yang mengalami penurunan
nilai/ impairment; dan
iii. penjelasan mengenai pendekatan yang
digunakan untuk pembentukan Cadangan
Kerugian Penurunan Nilai (CKPN)
individual dan kolektif, serta metode
statistik yang digunakan dalam
perhitungan CKPN.
(b) Pengungkapan kuantitatif sebagaimana
dimaksud pada Tabel 2.1.a sampai dengan
Tabel 2.6.b (pada Lampiran 2 dalam kodifikasi
ini), yang mencakup:
i. Pengungkapan Tagihan Bersih
Berdasarkan Wilayah sebagaimana Tabel
2.1.a dan Tabel 2.1.b (pada Lampiran 2
dalam kodifikasi ini);
ii. Pengungkapan Tagihan Bersih
Berdasarkan Sisa Jangka Waktu Kontrak
sebagaimana Tabel 2.2.a dan Tabel 2.2.b
(pada Lampiran 2 dalam kodifikasi ini);
iii. Pengungkapan Tagihan Bersih
Berdasarkan Sektor Ekonomi
sebagaimana Tabel 2.3.a dan Tabel 2.3.b
(pada Lampiran 2 dalam kodifikasi ini);
iv. Pengungkapan Tagihan dan Pencadangan
Berdasarkan Wilayah sebagaimana Tabel
2.4.a dan Tabel 2.4.b (pada Lampiran 2
dalam kodifikasi ini);
v. Pengungkapan Tagihan dan Pencadangan
Berdasarkan Sektor Ekonomi
sebagaimana Tabel 2.5.a dan Tabel 2.5.b
(pada Lampiran 2 dalam kodifikasi ini);
dan
vi. Pengungkapan Rincian Mutasi Cadangan
Kerugian Penurunan Nilai sebagaimana
10
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Tabel 2.6.a dan Tabel 2.6.b (pada
Lampiran 2 dalam kodifikasi ini).
(2) Pengungkapan Risiko Kredit dengan Pendekatan
Standar, yang terdiri dari:
(a) Pengungkapan kualitatif, yang mencakup:
i. informasi mengenai kebijakan
penggunaan peringkat dalam
perhitungan Aset Tertimbang Menurut
Risiko (ATMR) untuk risiko kredit;
ii. kategori portofolio yang menggunakan
peringkat;
iii. lembaga pemeringkat yang digunakan;
dan
iv. pengungkapan risiko kredit pihak lawan
(counterparty credit risk), termasuk jenis
instrumen mitigasi yang lazim
diterima/diserahkan oleh Bank.
(b) Pengungkapan kuantitatif sebagaimana
dimaksud pada Tabel 3.1.a sampai dengan
Tabel 3.2.c.2 (pada Lampiran 2 dalam
kodifikasi ini), yang mencakup:
i. Pengungkapan Tagihan Bersih
Berdasarkan Kategori Portofolio dan
Skala Peringkat sebagaimana Tabel 3.1.a
dan Tabel 3.1.b (pada Lampiran 2 dalam
kodifikasi ini); dan
ii. Pengungkapan Risiko Kredit Pihak Lawan
(Counterparty Credit Risk) sebagaimana
Tabel 3.2.a, Tabel 3.2.b.1, Tabel 3.2.b.2,
Tabel 3.2.c.1, dan Tabel 3.2.c.2. (pada
Lampiran 2 dalam kodifikasi ini)
(3) Pengungkapan Mitigasi Risiko Kredit dengan
menggunakan Pendekatan Standar, yang terdiri
dari:
(a) Pengungkapan kualitatif, yang mencakup:
i. informasi mengenai kebijakan Bank
untuk jenis agunan utama yang diterima;
ii. kebijakan, prosedur, dan proses untuk
menilai dan mengelola agunan;
iii. pihak‐pihak utama pemberi
jaminan/garansi dan kelayakan kredit
(credit worthiness) dari pihak‐pihak
tersebut; dan
iv. informasi tingkat konsentrasi yang
ditimbulkan dari penggunaan teknik
mitigasi risiko kredit.
(b) Pengungkapan kuantitatif sebagaimana
dimaksud pada Tabel 4.1.a sampai dengan
Tabel 4.2.b (pada Lampiran 2 dalam kodifikasi
ini), yang mencakup:
11
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
i. Pengungkapan Tagihan Bersih
Berdasarkan Bobot Risiko setelah
Memperhitungkan Dampak Mitigasi
Risiko Kredit sebagaimana Tabel 4.1.a
dan Tabel 4.1.b (pada Lampiran 2 dalam
kodifikasi ini); dan
ii. Pengungkapan Tagihan Bersih dan Teknik
Mitigasi Risiko Kredit sebagaimana Tabel
4.2.a dan Tabel 4.2.b (pada Lampiran 2
dalam kodifikasi ini).
(4) Pengungkapan Sekuritisasi Aset, yang terdiri dari:
(a) Pengungkapan kualitatif, yang mencakup
antara lain:
i. pengungkapan umum manajemen risiko,
yang mencakup hal‐hal seperti tujuan
Bank melakukan aktivitas sekuritisasi
aset, sejauh mana aktivitas sekuritisasi
aset yang dilakukan dapat memindahkan
risiko kredit dari Bank ke pihak lain atas
transaksi yang menjadi underlying
aktivitas sekuritisasi aset, fungsi yang
dijalankan Bank dalam aktivitas
sekuritisasi aset, dan penjelasan
mengenai keterlibatan Bank dalam setiap
fungsi;
ii. ringkasan kebijakan akuntansi untuk
aktivitas sekuritisasi aset, yang mencakup
antara lain transaksi yang diperlakukan
sebagai penjualan atau pendanaan,
pengakuan keuntungan dari aktivitas
sekuritisasi, dan asumsi yang digunakan
untuk menilai ada tidaknya keterlibatan
berkelanjutan dari aktivitas sekuritisasi,
termasuk perubahan dari periode
sebelumnya dan dampak dari perubahan
dimaksud; dan
iii. nama lembaga pemeringkat yang
digunakan dalam aktivitas sekuritisasi
aset dan eksposur sekuritisasi aset yang
diperingkat oleh lembaga pemeringkat
dimaksud.
(b) Pengungkapan kuantitatif sebagaimana
dimaksud pada Tabel 5.1.a sampai dengan
Tabel 5.2.b (pada Lampiran 2 dalam kodifikasi
ini), yang mencakup:
i. Pengungkapan Transaksi Sekuritisasi
sebagaimana Tabel 5.1.a dan Tabel 5.1.b
(pada Lampiran 2 dalam kodifikasi ini);
dan
12
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
ii. Ringkasan Aktivitas Transaksi Sekuritisasi
dimana Bank Bertindak sebagai Kreditur
Asal sebagaimana Tabel 5.2.a dan Tabel
5.2.b (pada Lampiran 2 dalam kodifikasi
ini).
(5) Pengungkapan kuantitatif Perhitungan ATMR
Risiko Kredit Pendekatan Standar sebagaimana
dimaksud pada Tabel 6.1.1 sampai dengan Tabel
6.2.7 (pada Lampiran 2 dalam kodifikasi ini).
b) Risiko Pasar, yang mencakup:
(1) Perhitungan risiko pasar dengan menggunakan
Metode Standar, yang antara lain terdiri atas:
(a) Pengungkapan kualitatif, yang mencakup
antara lain:
i. Informasi mengenai penerapan
manajemen risiko termasuk:
i.1. Organisasi manajemen risiko pasar;
i.2. Pengelolaan portofolio trading book
dan banking book serta metodologi
valuasi yang digunakan; dan
i.3. Mekanisme pengukuran risiko pasar
untuk keperluan pemantauan risiko
secara periodik maupun untuk
perhitungan kecukupan modal, baik
pada banking book maupun trading
book.
ii. cakupan portofolio (trading dan banking
book) yang diperhitungkan dalam
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
(KPMM); dan
iii. langkah‐langkah dan rencana dalam
mengantisipasi risiko pasar atas transaksi
mata uang asing baik karena perubahan
kurs maupun fluktuasi suku bunga,
termasuk penjelasan mengenai semua
penyediaan dana dan ikatan tanpa
proteksi atau lindung nilai, serta utang
yang suku bunganya berfluktuasi atau
yang tidak ditentukan terlebih dahulu.
(b) Pengungkapan kuantitatif yang paling kurang
mencakup pengungkapan risiko pasar
menggunakan metode standar sebagaimana
dimaksud pada Tabel 7.1 (pada Lampiran 2
dalam kodifikasi ini).
(2) Perhitungan risiko pasar dengan menggunakan
Model Internal, yang terdiri atas:
(a) Pengungkapan kualitatif, yang mencakup
antara lain:
i. Informasi mengenai penerapan
manajemen risiko, termasuk:
13
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
i.1. organisasi manajemen risiko pasar;
i.2. pengelolaan portofolio trading book
serta metodologi valuasi yang
digunakan; dan
i.3. mekanisme pengukuran risiko pasar
untuk keperluan pemantauan risiko
secara periodik maupun untuk
perhitungan kecukupan modal pada
trading book.
ii. portofolio yang tercakup dalam Model
Internal dan kebijakan valuasi yang
digunakan untuk menghitung posisi
dalam trading book;
iii. untuk setiap portofolio yang dicakup oleh
Model Internal diungkapkan karakteristik
model yang digunakan, deskripsi stress
testing yang digunakan terhadap
portofolio dan deskripsi pendekatan yang
digunakan untuk backtesting/validasi
terhadap akurasi dan konsistensi Model
Internal dan proses pengembangan
model;
iv. portofolio yang menggunakan Model
Internal yang telah disetujui oleh Bank
Indonesia; dan
v. jumlah frekuensi penyimpangan antara
Value at Risk (VaR) dan kerugian aktual
selama periode laporan.
(b) Pengungkapan kuantitatif, yang paling kurang
mencakup pengungkapan risiko pasar dengan
menggunakan model internal (Value at Risk/
VaR) sebagaimana Tabel 7.2.a dan Tabel
7.2.b (pada Lampiran 2 dalam kodifikasi ini).
c) Risiko Operasional, yang mencakup:
(1) Pengungkapan kualitatif, yang antara lain
mencakup informasi mengenai penerapan
manajemen risiko untuk risiko operasional,
termasuk:
(a) organisasi manajemen risiko operasional;
(b) mekanisme yang digunakan Bank untuk
mengidentifikasi dan mengukur risiko
operasional; dan
(c) mekanisme untuk memitigasi risiko
operasional.
(2) Pengungkapan kuantitatif mengenai risiko
operasional, sebagaimana dimaksud pada Tabel
8.1.a dan Tabel 8.1.b (pada Lampiran 2 dalam
kodifikasi ini).
14
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
d) Risiko Likuiditas, yang mencakup:
(1) Pengungkapan kualitatif, yang antara lain
mencakup informasi mengenai penerapan
manajemen risiko untuk risiko likuiditas,
termasuk:
(a) organisasi manajemen risiko likuiditas;
(b) indikator peringatan dini permasalahan
likuiditas; dan
(c) mekanisme pengukuran dan pengendalian
risiko likuiditas.
(2) Pengungkapan kuantitatif mengenai risiko
likuiditas, yang paling kurang mencakup:
(a) Pengungkapan Profil Maturitas Rupiah
sebagaimana dimaksud pada Tabel 9.1.a dan
Tabel 9.1.b (pada Lampiran 2 dalam kodifikasi
ini); dan
(b) Pengungkapan Profil Maturitas Valas
sebagaimana dimaksud pada Tabel 9.2.a dan
Tabel 9.2.b (pada Lampiran 2 dalam kodifikasi
ini).
e) Risiko Hukum, yang berisi pengungkapan kualitatif
mengenai penerapan manajemen risiko untuk risiko
hukum yang antara lain mencakup:
(1) organisasi manajemen risiko hukum; dan
(2) mekanisme pengendalian risiko hukum.
f) Risiko Stratejik, yang mengungkapan informasi
kualitatif mengenai penerapan manajemen risiko
untuk risiko stratejik yang antara lain mencakup:
(1) organisasi manajemen risiko stratejik;
(2) kebijakan yang memungkinkan Bank untuk dapat
mengidentifikasi dan merespon perubahan
lingkungan bisnis, baik eksternal maupun
internal; dan
(3) mekanisme untuk mengukur kemajuan yang
dicapai dari rencana bisnis yang ditetapkan.
g) Risiko Kepatuhan, yang mengungkapkan informasi
kualitatif mengenai penerapan manajemen risiko
untuk risiko kepatuhan yang mencakup:
(1) organisasi manajemen risiko kepatuhan;
(2) strategi manajemen risiko dan efektivitas
penerapan manajemen risiko untuk risiko
kepatuhan, terutama dalam rangka memastikan
penyusunan kebijakan dan prosedur telah sesuai
dengan standar yang berlaku secara umum,
ketentuan, dan/atau peraturan
perundangundangan yang berlaku; dan
(3) mekanisme pemantauan dan pengendalian risiko
kepatuhan.
15
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
h) Risiko Reputasi, yang mengungkapkan informasi
kualitatif mengenai penerapan manajemen risiko
reputasi yang antara lain mencakup:
(1) organisasi manajemen risiko reputasi, termasuk
pelaksanaan manajemen risiko untuk risiko
reputasi oleh unit‐unit terkait (Corporate
Secretary, Humas, dan unit bisnis terkait);
(2) kebijakan dan mekanisme dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan kepada
nasabah dan pemangku kepentingan lainnya
(stakeholders) untuk mengendalikan risiko
reputasi; dan
(3) pengelolaan risiko reputasi pada saat krisis.
5. Aspek Transparansi sesuai Laporan Keuangan Publikasi
Triwulanan
Laporan Keuangan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam butir
2.a dan butir 2.b wajib dilengkapi dengan seluruh aspek
pengungkapan (disclosure) sebagaimana dipersyaratkan untuk
laporan keuangan publikasi triwulanan.
Pengungkapan tersebut paling kurang mencakup:
a. transaksi spot dan transaksi derivatif;
b. jumlah dan kualitas aset produktif dan informasi lainnya,
antara lain untuk:
1) penyediaan dana kepada pihak terkait;
2) penyediaan dana kepada debitur Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM);
3) kredit yang memerlukan perhatian khusus (antara lain
kredit yang direstrukturisasi dan kredit properti); dan
4) jumlah cadangan penyisihan kerugian;
c. rasio keuangan Bank, antara lain:
1) persentase pelanggaran dan pelampauan Batas
Maksimum Pemberian Kredit (BMPK); dan
2) rasio Posisi Devisa Neto (PDN); dan
d. perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
(KPMM).
6. Aspek Pengungkapan yang terkait dengan Kelompok Usaha
a. struktur kelompok usaha Bank, yang paling kurang terdiri
atas:
1) struktur kelompok usaha Bank, yang disajikan mulai dari
Bank, perusahaan anak, perusahaan afiliasi, perusahaan
induk di bidang keuangan, dan/atau perusahaan induk
sampai dengan pemegang saham pengendali terakhir
(ultimate shareholder);
2) struktur keterkaitan kepengurusan dalam kelompok
usaha Bank; dan
3) pemegang saham yang bertindak atas nama pemegang
saham lain (shareholders acting in concert). Pengertian
pemegang saham yang bertindak atas nama pemegang
saham lain adalah pemegang saham perorangan atau
perusahaan/badan hukum yang memiliki tujuan bersama
16
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
yaitu mengendalikan Bank, berdasarkan atau tidak
berdasarkan suatu perjanjian.
b. transaksi antara Bank dengan pihak‐pihak berelasi dalam
kelompok usaha Bank, dengan memperhatikan hal‐hal
sebagai berikut:
1) informasi transaksi dengan pihak‐pihak berelasi disajikan
baik yang dilakukan Bank maupun yang dilakukan oleh
setiap perusahaan atau badan hukum di dalam kelompok
usaha Bank yang bergerak di bidang keuangan;
2) pihak‐pihak yang berelasi adalah pihak‐pihak
sebagaimana diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) yang berlaku;
3) jenis transaksi dengan pihak‐pihak yang berelasi, antara
lain meliputi:
a) kepemilikan silang (cross shareholdings);
b) transaksi dari suatu kelompok usaha yang bertindak
untuk kepentingan kelompok usaha yang lain;
c) pengelolaan likuiditas jangka pendek dalam
kelompok usaha;
d) penyediaan dana yang diberikan atau diterima oleh
perusahaan lain dalam satu kelompok usaha;
e) eksposur kepada pemegang saham mayoritas antara
lain dalam bentuk pinjaman, komitmen dan
kontinjensi; dan
f) pembelian, penjualan dan/atau penyewaan aset
dengan perusahaan lain dalam suatu kelompok
usaha, termasuk yang dilakukan dengan repurchase
agreement.
c. pemberian penyediaan dana, komitmen maupun fasilitas lain
yang dapat dipersamakan dengan itu dari setiap perusahaan
atau badan hukum yang berada dalam satu kelompok usaha
dengan Bank kepada debitur yang telah memperoleh
penyediaan dana dari Bank.
7. Aspek Pengungkapan sesuai Standar Akuntansi Keuangan
Aspek pengungkapan (disclosure) lain sebagaimana diwajibkan
dalam Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku, dalam hal
belum tercakup dalam angka 1 sampai dengan angka 6 di atas.
8. Informasi Lain
Cakupan dalam informasi lain terdiri dari:
a. aset Bank yang dijaminkan;
b. transaksi‐transaksi penting lainnya dalam jumlah yang
signifikan; dan
c. informasi kejadian penting setelah tanggal laporan Akuntan
Publik (subsequent event).
SE 7/56/DPbs B. Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
2005 Laporan Tahunan Bank paling sedikit mencakup:
Romawi II 1. Informasi Umum
Informasi Umum dalam Laporan Tahunan paling sedikit berisi:
a. kepengurusan, meliputi susunan Dewan Komisaris, Direksi,
17
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Dewan Pengawas Syariah dan pejabat eksekutif beserta
jabatan dan ringkasan riwayat hidupnya ;
b. rincian Kepemilikan Saham, berupa nama pemilik dan
besaran kepemilikan ;
c. perkembangan usaha Bank dan kelompok usaha Bank, yang
memuat data mengenai :
1) Ikhtisar data keuangan penting paling sedikit mencakup
pendapatan penyaluran dana, laba rugi bersih, laba
operasi, laba sebelum pajak, aktiva produktif, sumber
dana dan komposisinya, pembiayaan dan komposisinya,
modal sendiri, jumlah lembar saham yang ditempatkan
dan disetor ; dan
2) Rasio keuangan yang wajib disajikan paling sedikit
mencakup rasio keuangan sebagaimana diatur dalam
ketentuan Bank Indonesia tentang Transparansi Kondisi
Keuangan Bank khususnya Bab tentang Laporan
Keuangan Publikasi Bank Umum sepanjang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah.
d. sasaran, strategi dan kebijakan manajemen yang digunakan
dalam pengembangan usaha Bank
e. laporan manajemen yang menyajikan informasi mengenai
pengelolaan Bank oleh pengurus atau manajemen dalam
rangka good corporate governance, dan paling sedikit
mencakup:
1) stuktur organisasi;
2) aktivitas utama;
3) teknologi informasi;
4) jenis produk dan jasa yang ditawarkan, termasuk
penyaluran Kredit Usaha Kecil (KUK);
5) tanggung jawab sosial perusahaan;
6) realisasi bagi hasil/imbalan dan metode penghitungan
distribusi bagi hasil;
7) perkembangan perekonomian dan target pasar;
8) jaringan kerja dan mitra usaha baik di dalam dan atau di
luar negeri;
9) jumlah, jenis dan lokasi kantor;
10) kepemilikan Direksi, Komisaris dan pemegang saham
dalam kelompok usaha Bank, dan perubahan dari tahun
sebelumnya;
11) perubahan‐perubahan penting yang terjadi di Bank dan
kelompok usaha Bank dalam tahun yang bersangkutan;
12) hal‐hal penting yang diperkirakan terjadi di masa
mendatang;
13) sumber daya manusia, meliputi jumlah, struktur
pendidikan, pelatihan dan pengembangan SDM;
14) pengungkapan remuneration policy yang mencakup fees
and salaries dan fasilitas yang diterima lainnya termasuk
bonus dan tantiem untuk direksi sampai dengan satu
level di bawah direksi, komisaris, dan Dewan Pengawas
Syariah; dan
18
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
15) pemeringkatan oleh perusahaan pemeringkat yang
diakui, jika ada.
f. UUS melalui kantor pusatnya harus menyajikan informasi
kegiatan UUS yang mencakup paling sedikit:
1) sasaran, strategi dan kebijakan manajemen yang
digunakan dalam pengembangan Unit Usaha Syariah ;
2) perkembangan usaha syariah, yaitu penyaluran dana
beserta komposisinya, laba bersih, Return on Asset (ROA),
Non Performing Financing (NPF), sumber dana beserta
komposisinya, jumlah aset dan informasi lainnya yang
relevan ;
3) jenis produk dan jasa yang ditawarkan ;
4) tanggung jawab sosial perusahaan ; dan
5) realisasi bagi hasil/imbalan dan metode penghitungan
distribusi bagi hasil.
2. Laporan Keuangan
Laporan Keuangan Tahunan ini paling sedikit mencakup hal‐hal
sebagai berikut;
a. Laporan Keuangan, yang terdiri dari:
1) Neraca;
2) Laporan Laba Rugi;
3) Laporan Arus Kas;
4) Laporan Perubahan Ekuitas;
5) Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat;
6) Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Infaq, dan
Shadaqah (ZIS);
7) Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardh; dan
8) Catatan atas Laporan Keuangan, termasuk informasi
mengenai Komitmen dan kontinjensi serta hak minoritas.
b. Laporan Keuangan Konsolidasi yang telah diaudit yang
merupakan konsolidasi Laporan Keuangan Bank dan
Perusahaan Anak, yang terdiri dari:
1) Neraca ;
2) Laporan Laba Rugi ;
3) Laporan Perubahan Ekuitas ;
4) Laporan Arus Kas ;
5) Catatan atas Laporan Keuangan, termasuk informasi
mengenai komitmen dan kontinjensi serta hak minoritas.
Laporan keuangan konsolidasi ini disertai dengan opini dari
Akuntan Publik.
c. Laporan Keuangan Perusahaan Induk di bidang keuangan
yang telah diaudit oleh Akuntan Publik, yang terdiri dari:
1) Laporan Keuangan Perusahaan Induk di bidang keuangan
merupakan hasil konsolidasi dari seluruh perusahaan di
dalam kelompok bidang keuangan sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku, dan meliputi:
a) Neraca ;
b) Laporan Laba Rugi ;
c) Laporan Perubahan Ekuitas ; dan
d) Daftar Komitmen dan Kontinjensi;
19
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
2) Dalam hal kelompok usaha tidak memiliki Perusahaan
Induk di bidang keuangan maka laporan keuangan yang
disampaikan adalah Laporan Keuangan Perusahaan
Induk.
d. Laporan Keuangan Perusahaan Induk yang telah diaudit oleh
Akuntan Publik, yang merupakan hasil konsolidasi dari
seluruh perusahaan di dalam kelompok usaha sesuai dengan
standar akuntansi yang berlaku, yang terdiri dari:
1) Neraca ;
2) Laporan Laba Rugi ;
3) Laporan Perubahan Ekuitas ; dan
4) Daftar Komitmen dan Kontinjensi.
3. Opini dari Akuntan Publik
Opini dari Akuntan Publik antara lain memuat pendapat Akuntan
Publik atas laporan keuangan konsolidasi sebagaimana dimaksud
dalam angka 2. huruf b.
4. Aspek Transparansi yang Terkait dengan Kelompok Usaha
Sesuai dengan Pasal 25 Peraturan Bank Indonesia No.
3/22/PBI/2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank
(PBI), dinyatakan bahwa Laporan Tahunan yang disampaikan oleh
Bank wajib memuat pula informasi yang terkait dengan kegiatan
di dalam kelompok usaha, yang terdiri dari :
a. Struktur kelompok usaha Bank, yang disajikan sampai dengan
pemilik terakhir (ultimate shareholder), serta struktur
keterkaitan kepengurusan dan pemegang saham yang
bertindak atas nama pemegang saham lain (shareholders
acting in concert). Pengertian pemegang saham yang
bertindak atas nama pemegang saham lain adalah pemegang
saham perorangan atau perusahaan/badan hukum yang
memiliki tujuan bersama yaitu mengendalikan Bank,
berdasarkan atau tidak berdasarkan suatu perjanjian.
b. Transaksi dengan pihak‐pihak yang mempunyai hubungan
istimewa (related party transaction), dengan memperhatikan
hal ‐ hal sebagai berikut :
1) informasi transaksi dengan pihak‐pihak yang mempunyai
hubungan istimewa disajikan baik yang dilakukan Bank
maupun yang dilakukan oleh setiap perusahaan atau
badan hukum di dalam kelompok usaha Bank yang
bergerak di bidang keuangan ;
2) pihak‐pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah
pihak‐pihak sebagaimana diatur dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang berlaku ;
3) jenis transaksi dengan pihak‐pihak yang mempunyai
hubungan istimewa, antara lain meliputi;
a) kepemilikan silang (cross shareholders) ;
b) transaksi dari suatu kelompok usaha yang bertindak
untuk kepentingan kelompok usaha yang lain;
c) pengelolaan likuiditas jangka pendek yang dipusatkan
dalam kelompok usaha;
20
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
d) penyediaan dana yang diberikan atau diterima oleh
perusahaan lain dalam satu kelompok usaha ;
e) eksposur kepada pemegang saham mayoritas antara
lain dalam bentuk pinjaman, komitmen dan garansi ;
f) pembelian atau penjualan aset dengan perusahaan
lain dalam suatu kelompok usaha, termasuk yang
dilakukan dengan repurchase agreement.
c. Pemberian penyediaan dana, komitmen maupun fasilitas lain
yang dapat dipersamakan dengan itu dari setiap perusahaan
atau badan hukum yang berada dalam satu kelompok usaha
dengan Bank kepada debitur yang telah memperoleh
penyediaan dana dari Bank.
5. Aspek Transparansi sesuai PSAK yang berlaku,dan Pedoman
Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia
Laporan Keuangan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam angka
2 huruf a dan angka 2 huruf b wajib memenuhi seluruh aspek
pengungkapan (disclosure) sebagaimana ditetapkan dalam
Pernyataan Standar Akuntasi Keuangan untuk perbankan syariah
dan PAPSI yang berlaku.
Pengungkapan tersebut paling sedikit terdiri dari:
a) Laporan Keuangan yang meliputi neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, laporan
perubahan dana investasi terikat jika ada, laporan sumber
dan penggunaan dana zakat, infaq dan shadaqah (ZIS) , serta
laporan sumber dan penggunaan dana qardh ;
b) Komitmen dan Kontinjensi ;
c) Jumlah aktiva produktif yang diberikan kepada pihak yang
mempunyai hubungan istimewa ;
d) Jumlah aktiva produktif yang telah direstrukturisasi dan
informasi lain tentang aktiva produktif yang direstrukturisasi
selama periode berjalan ;
e) Klasifikasi aktiva produktif menurut jangka waktu, dan
kualitas aktiva produktif ;
f) Persentase pelanggaran dan pelampauan Batas Maksimum
Pemberian Kredit ;
g) Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang telah
dibentuk dibandingkan dengan Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif (PPAP) yang wajib dibentuk ;
h) Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
(KPMM);
i) Rasio Posisi Devisa Neto ;
j) Aktiva Bank yang dijaminkan;
k) Beberapa rasio keuangan Bank; dan
l) Kredit Usaha Kecil (KUK).
6. Ekposur dan Manajemen Risiko
Informasi mengenai eksposur dan manajemen risiko paling
sedikit mencakup informasi mengenai identifikasi risiko (risk
identification) dan pengukuran terhadap risk exposure yang
dihadapi bank (risk measurement) serta praktek manajemen
21
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
risiko lainnya yaitu pemantauan (risk monitoring) dan
pengendalian risiko (risk controlling).
7. Informasi Lain
Cakupan dalam informasi lain terdiri dari:
a. Langkah‐langkah dan rencana dalam mengantisipasi risiko
pasar atas transaksi mata uang asing karena perubahan kurs.
b. Transaksi‐transaksi penting lainnya dalam jumlah yang
signifikan.
c. Informasi kejadian penting setelah tanggal laporan Akuntan
Publik (subsequent event).
d. Karakteristik kegiatan usaha Bank dan jasa utama yang
disediakan.
e. Peranan, tugas dan kewenangan Dewan Pengawas Syariah
dalam melakukan pengawasan syariah atas operasional Bank
berdasarkan fatwa dan ketentuan hukum lainnya.
4 Pasal 4 (1) Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 (Paragraf 3
14/14/PBI/2012 dalam kodifikasi ini), selain disampaikan kepada pemegang saham,
wajib disampaikan paling kurang kepada:
a. Bank Indonesia;
b. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI);
c. Lembaga Pemeringkat di Indonesia;
d. Asosiasi perbankan di Indonesia;
e. Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI);
f. 2 (dua) Lembaga Penelitian di bidang ekonomi dan keuangan;
g. 2 (dua) Majalah ekonomi dan keuangan,
paling lama 5 (lima) bulan setelah Tahun Buku berakhir.
(2) Penyampaian laporan kepada Bank Indonesia sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a disampaikan dengan disertai surat pengantar
penyampaian Laporan Tahunan yang memuat informasi mengenai
penyampaian Laporan Tahunan kepada pihak‐pihak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b sampai dengan huruf g.
SE 14/35/DPNP A. Bank Umum Konvensional
2013 Batas Waktu Penyampaian Laporan Tahunan Dan Laporan Tahunan
Romawi IV Tertentu
1. Laporan Tahunan wajib disampaikan paling lama 5 (lima) bulan
setelah Tahun Buku berakhir.
2. Bank dinyatakan terlambat menyampaikan Laporan Tahunan,
apabila Bank menyampaikan Laporan Tahunan kepada Bank
Indonesia setelah batas akhir waktu penyampaian laporan
sebagaimana dimaksud pada angka 1 sampai dengan paling lama
1 (satu) bulan sejak batas akhir waktu penyampaian laporan.
3. Bank dinyatakan tidak menyampaikan Laporan Tahunan apabila:
a. Bank belum menyampaikan Laporan Tahunan; dan/atau
b. Bank belum menyampaikan Laporan Keuangan Tahunan yang
diaudit oleh Akuntan Publik yang terdaftar di Bank Indonesia
sampai dengan berakhirnya batas waktu keterlambatan
sebagaimana dimaksud pada angka 2.
22
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Contoh:
Untuk Laporan Tahunan yang berakhir pada bulan Desember
2012:
a. batas akhir waktu
penyampaian : 31 Mei 2013
b. terlambat menyampaikan : 1 Juni s.d. 30 Juni 2013
c. tidak menyampaikan : 1 Juli 2013 dan
seterusnya.
4. Bank yang dinyatakan tidak menyampaikan Laporan Tahunan
sebagaimana dimaksud pada angka 3 tetap wajib menyampaikan
Laporan Tahunan.
5. Batas waktu penyampaian laporan tahunan tertentu mengacu
pada ketentuan angka 1 sampai dengan angka 4.
SE 14/35/DPNP Alamat Penyampaian Laporan
2013 Laporan Tahunan Bank dan laporan tahunan tertentu disampaikan
Romawi V kepada Bank Indonesia dengan alamat:
a. Departemen Pengawasan Bank, Jl. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta
10350, bagi Bank yang berkantor pusat atau Kantor Cabang Bank
Asing yang berada di wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia;
atau
b. Kantor Perwakilan Bank Indonesia setempat, bagi Bank yang
berkantor pusat di luar wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia.
SE 7/56/DPbS B. Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
2005 Batas Waktu Dan Alamat Penyampaian Laporan Tahunan Bank
Romawi IV Syariah
1. Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Tahunan Bank
sebagaimana dimaksud dalam Angka II (Paragraf 3 Huruf B dalam
kodifikasi ini) wajib disampaikan selambat‐lambatnya 5 (lima)
bulan setelah Tahun Buku berakhir.
2. Bank dianggap terlambat menyampaikan laporan, apabila Bank
menyampaikan Laporan Tahunan melampaui batas akhir waktu
penyampaian laporan, tetapi belum melampaui 1 (satu) bulan
sejak batas akhir waktu penyampaian laporan. Selanjutnya Bank
dianggap tidak menyampaikan laporan apabila lebih dari 1 (satu)
bulan sejak batas akhir waktu penyampaian, Bank tidak
menyampaikan Laporan Tahunan atau Laporan Keuangan
Tahunan tidak diaudit oleh Akuntan Publik yang terdaftar di Bank
Indonesia.
Contoh :
Untuk Laporan Tahunan yang berakhir pada bulan Desember
2005 :
a. batas akhir waktu penyampaian : 31 Mei 2006
b. terlambat menyampaikan : 1 Juni s.d. 30 Juni 2006
c. tidak menyampaikan : 1 Juli 2006 dan
seterusnya, atau Laporan
Keuangan Tahunan tidak
23
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
diaudit oleh Akuntan
Publik yang Terdaftar di
Bank Indonesia.
3. Laporan Tahunan dan Laporan Tahunan Tertentu Bank
disampaikan kepada Bank Indonesia dengan alamat :
a. Direktorat Perbankan Syariah, Jl.M.H.Thamrin No.2 Jakarta
10110, bagi Bank yang berkantor pusat atau Kantor Cabang
Bank Asing yang berada diwilayah kerja kantor pusat Bank
Indonesia; atau
b. Kantor Bank Indonesia setempat, bagi Bank yang berkantor
pusat di luar wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia.
5 Pasal 5 (1) Bank dinyatakan terlambat menyampaikan Laporan Tahunan apabila
14/14/PBI/2012 Bank menyampaikan Laporan Tahunan kepada Bank Indonesia
setelah batas akhir waktu penyampaian laporan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 (Paragraf 4 dalam kodifikasi ini) sampai
dengan paling lama 1 (satu) bulan sejak batas akhir waktu
penyampaian laporan.
(2) Bank dinyatakan tidak menyampaikan Laporan Tahunan apabila:
a. Bank belum menyampaikan Laporan Tahunan; dan/atau
b. Bank belum menyampaikan Laporan Keuangan Tahunan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b (Paragraf
3 ayat (1) huruf b dalam kodifikasi) yang diaudit oleh Akuntan
Publik yang terdaftar di Bank Indonesia,
sampai dengan berakhirnya batas waktu keterlambatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
(3) Bank yang dinyatakan tidak menyampaikan Laporan Tahunan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetap wajib menyampaikan
Laporan Tahunan.
6 Pasal 6 (1) Bank wajib mengumumkan Laporan Tahunan dalam website Bank.
14/14/PBI/2012
Yang dimaksud dengan website Bank adalah website berdomain
Indonesia yang bukan merupakan bagian dari website perusahaan
induk atau kelompok usaha Bank.
(2) Pengumuman Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling lama dilakukan 1 (satu) hari kerja setelah batas waktu
penyampaian Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
(Paragraf 4 dalam kodifikasi ini).
(3) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib dipelihara
dalam website Bank paling kurang untuk 2 (dua) periode laporan
berturut‐turut.
BAB III Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan
7 Pasal 7 (1) Bank wajib menyusun Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan dalam
14/14/PBI/2012 mata uang rupiah, yang paling kurang mencakup:
a. Laporan keuangan, yang terdiri atas:
1. Laporan Posisi Keuangan (Neraca); dan
2. Laporan Laba Rugi Komprehensif;
24
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
b. komitmen dan kontinjensi;
c. transaksi spot dan transaksi derivatif;
d. jumlah dan kualitas aset produktif dan informasi lainnya, antara
lain untuk:
1. penyediaan dana kepada pihak terkait;
2. penyediaan dana kepada debitur Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM);
3. kredit yang memerlukan perhatian khusus (antara lain kredit
yang direstrukturisasi dan kredit properti); dan
4. jumlah cadangan penyisihan kerugian;
e. rasio keuangan Bank, antara lain:
1. persentase pelanggaran dan pelampauan Batas Maksimum
Pemberian Kredit (BMPK); dan
2. rasio Posisi Devisa Neto (PDN).
f. perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM); dan
g. informasi mengenai komposisi pemegang saham dan susunan
pengurus.
(2) Bagi Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Umum Konvensional yang
memiliki UUS, dalam Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a wajib pula memuat:
a. laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Infaq dan Shadaqah
(ZIS);
b. laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardh; dan
c. Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat,
untuk pelaporan publikasi posisi bulan Juni danDesember.
(3) Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dan ayat (2) wajib disajikan paling kurang dalam
bentuk perbandingan dengan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan
tahun sebelumnya.
(4) Ketentuan mengenai penetapan periode pembanding untuk Laporan
Publikasi Triwulanan diatur dengan Surat Edaran Bank Indonesia.
SE 3/30/DPNP A. Bank Umum Kovensional
2001 Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan Posisi Akhir Maret dan
Romawi II.1.a – September
II.1.c 1. Pedoman Umum
a. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan yang disajikan terdiri
dari laporan keuangan Bank secara individu dan laporan
keuangan Bank secara konsolidasi dengan anak perusahaan.
b. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan wajib disusun dalam
bahasa Indonesia dan angka‐angka yang disajikan dalam jutaan
Rupiah.
c. Format Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan merupakan
standar minimal yang wajib dipenuhi. Apabila terdapat pos
yang jumlahnya material dan tidak terdapat dalam format
tersebut, Bank dapat menyajikan pos tersebut secara
tersendiri, namun apabila pos dimaksud jumlahnya tidak
material dapat digabungkan dengan pos lain yang sejenis.
25
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 12/11/DPNP d. Pos‐pos yang memiliki saldo nihil dalam format Laporan
2010 Keuangan Publikasi Triwulanan yang diumumkan di surat kabar
Romawi II.1.d tetap harus dicantumkan dengan member garis pendek (‐) pada
pos yang bersangkutan, kecuali ditetapkan secara khusus dalam
Lampiran.
SE 3/30/DPNP e. Penyajian Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan
2001 1) Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan wajib disajikan
Romawi II.1.e – sekurang‐kurangnya dalam bentuk perbandingan dengan
II.1.g laporan pada periode yang sama tahun sebelumnya;
2) Posisi pembanding hendaknya disajikan sesuai format yang
sama dengan posisi Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan
yang diumumkan;
3) Khusus untuk perlakuan akuntansi yang baru berlaku dalam
posisi laporan maka penyajian posisi pembanding
hendaknya mengacu kepada PSAK Nomor 25 tentang Laba
atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan
Mendasar dan Perubahan Kebijakan Akuntansi;
f. Bagi bank yang tidak memiliki anak perusahaan, kolom
konsolidasi dapat ditiadakan.
g. Untuk pengisian pemilik Bank dalam format Laporan Keuangan
Publikasi Triwulanan, nama pemegang saham yang wajib
dicantumkan adalah perorangan atau perusahaan yang
memiliki saham sebesar 5% (lima perseratus) atau lebih dari
modal Bank, baik melalui atau tidak melalui Pasar Modal.
SE 13/30/DPNP 2. Cakupan
2011 a. Laporan yang wajib disajikan dalam Laporan Keuangan
Romawi II.2 Publikasi Triwulanan paling kurang terdiri atas:
1) Posisi Keuangan/ Neraca;
2) Laba Rugi Komprehensif;
3) Komitmen dan Kontinjensi;
4) Transaksi Spot dan Derivatif;
5) Kualitas Aset Produktif dan Informasi lainnya;
6) Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum, dan
7) Rasio Keuangan.
Format laporan sebagaimana butir II.2.a.1) sampai dengan butir
II.2.a.7) (butir A.2.a.1) sampai dengan butir A.2.a.7) dalam
kodifikasi ini) masing‐masing menggunakan format
sebagaimana dimaksud pada Lampiran 1, Lampiran 2, Lampiran
3, Lampiran 4, Lampiran 5, Lampiran 6, dan Lampiran 7
(Lampiran 3, Lampiran 4, Lampiran 5, Lampiran 6, Lampiran 7,
Lampiran 8, Lampiran 9 dalam kodifikasi ini).
b. Dalam penyusunan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a, Bank wajib berpedoman
pada:
1) Pedoman Penyusunan Laporan Posisi Keuangan/ Neraca;
2) Pedoman Penyusunan Laporan Laba Rugi Komprehensif;
3) Pedoman Penyusunan Laporan Komitmen dan Kontinjensi;
4) Pedoman Penyusunan Laporan Transaksi Spot dan Derivatif;
5) Pedoman Penyusunan Laporan Kualitas Aset Produktif dan
Informasi lainnya;
26
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
6) Pedoman Perhitungan Modal; dan
7) Pedoman Perhitungan Rasio Keuangan.
Pedoman penyusunan laporan sebagaimana butir II.2.b.1)
sampai dengan butir II.2.b.7) (butir A.2.b.1) sampai dengan
butir A.2.b.7) dalam kodifikasi ini) masing‐masing adalah
sebagaimana pada Lampiran 8, Lampiran 9, Lampiran 10,
Lampiran 11, Lampiran 12, Lampiran 13, dan Lampiran 14
(Lampiran 10, Lampiran 11, Lampiran 13, Lampiran 15,
Lampiran 16 dalam kodifikasi ini).
SE 7/56/DPbS B. Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
2005 Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan Posisi Akhir Bulan Maret Dan
Romawi V September
1. Pedoman Umum
a. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan yang disajikan terdiri
dari laporan keuangan Bank secara individu dan laporan
keuangan Bank secara konsolidasi dengan anak perusahaan.
b. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan wajib disusun dalam
bahasa Indonesia dan angka‐angka yang disajikan dalam jutaan
Rupiah.
c. Format Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan merupakan
standar minimal yang wajib dipenuhi. Apabila terdapat pos
yang jumlahnya material dan tidak terdapat dalam format
tersebut, Bank dapat menyajikan pos tersebut secara
tersendiri, namun apabila pos dimaksud jumlahnya tidak
material dapat digabungkan dengan pos lain yang sejenis.
d. Pos‐pos yang memiliki saldo nihil dalam format Laporan
Keuangan Publikasi Triwulanan yang diumumkan di surat kabar
tetap harus dicantumkan dengan memberi garis pendek (‐)
pada pos yang bersangkutan.
e. Penyajian Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan
1) Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan wajib disajikan
paling sedikit dalam bentuk perbandingan dengan laporan
pada periode yang sama tahun sebelumnya.
2) Posisi pembanding hendaknya disajikan sesuai format yang
sama dengan posisi Laporan Keuangan Publikasi Triwulan
yang diumumkan.
3) Khusus untuk perlakuan akuntansi yang baru berlaku dalam
posisi Laporan, maka penyajian posisi pembanding
hendaknya
4) mengacu kepada PSAK Nomor 25 tentang Laba atau Rugi
Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan
Perubahan Kebijakan Akuntansi.
f. Bagi Bank yang tidak memiliki anak perusahaan, kolom
konsolidasi dapat ditiadakan.
g. Untuk pengisian pemilik Bank dalam format Laporan Keuangan
Publikasi Triwulanan, nama pemegang saham yang wajib
dicantumkan adalah perorangan atau perusahaan yang
memiliki saham sebesar 5% (lima perseratus) atau lebih dari
modal Bank, baik melalui atau tidak melalui Pasar Modal.
27
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
2. Cakupan
a. Laporan yang wajib disajikan dalam Laporan Keuangan
Publikasi Triwulanan paling sedikit terdiri dari :
1) Lampiran 1 : Neraca (Lampiran 17 dalam kodifikasi ini)
2) Lampiran 2 : Laporan Laba Rugi dan Saldo Laba (Lampiran
18 dalam kodifikasi ini)
3) Lampiran 3 : Komitmen dan Kontinjensi (Lampiran 19
dalam kodifikasi ini)
4) Lampiran 4 : Kualitas Aktiva Produktif dan Informasi
Lainnya (Lampiran 20 dalam kodifikasi ini)
5) Lampiran 5 : Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum (Lampiran 21 dalam kodifikasi ini)
6) Lampiran 6 : Rasio Keuangan (Lampiran 22 dalam
kodifikasi ini)
7) Lampiran 15 : Tabel Distribusi Bagi hasil (Lampiran 33
dalam kodifikasi ini)
b. Dalam penyusunan Laporan Keuangan Publikasi
Triwulanan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, untuk kolom
laporan keuangan Bank secara individu, Bank wajib
berpedoman pada pedoman penyusunan sebagai berikut :
1) Lampiran 4b : Pedoman Penyusunan KAP berdasarkan
LBUS (Lampiran 20b dalam kodifikasi ini)
2) Lampiran 4c : Pedoman Penyusunan Laporan Kualitas
Aktiva Produktif dan Informasi lainnya
(Lampiran 20c dalam kodifikasi ini)
3) Lampiran 7 : Pedoman Penyusunan Neraca (Lampiran
23 dalam kodifikasi ini)
4) Lampiran 8 : Pedoman Penyusunan Laporan Laba Rugi
dan Perubahan Saldo Laba (Lampiran 24
dalam kodifikasi ini)
5) Lampiran 9 : Pedoman Penyusunan Komitmen dan
Kontinjensi (Lampiran 25 dalam kodifikasi
ini)
6) Lampiran 10 : Pedoman Perhitungan Rasio Kewajiban
Penyediaan Modal Minimum (Lampiran
26 dalam kodifikasi ini)
7) Lampiran 10a : Pedoman Perhitungan Aktiva Tertimbang
Menurut Risiko (Lampiran 27 dalam
kodifikasi ini)
8) Lampiran 10b : Pedoman Perhitungan Modal (Lampiran
28 dalam kodifikasi ini)
9) Lampiran 11 : Pedoman Perhitungan Rasio Keuangan
(Lampiran 29 dalam kodifikasi ini)
8 Pasal 8 (1) Bank wajib mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan
14/14/PBI/2012 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 (Paragraf 7 dalam kodifikasi ini)
Ayat (1) paling kurang 4 (empat) kali dalam 1 (satu) tahun yaitu laporan posisi
akhir bulan Maret, bulan Juni, bulan September, dan bulan
Desember.
28
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan posisi akhir bulan Maret,
bulan Juni, dan bulan September menyajikan laporan keuangan
interim sedangkan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan posisi
akhir bulan Desember menyajikan laporan keuangan akhir tahun.
SE 3/30/DPNP A. Bank Umum Konvensional
2001 1. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan Posisi Juni
Romawi III, IV Format dan cakupan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan
untuk posisi Juni adalah sama dengan format dan cakupan
Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan untuk posisi Maret
dan September (Paragraf 7 ayat (4) huruf A dalam kodifikasi
ini) dengan beberapa tambahan yang ditetapkan sebagai
berikut:
1. Bagi Bank yang merupakan bagian dari suatu kelompok
usaha, selain menyajikan laporan keuangan Bank secara
individu dan laporan keuangan Bank secara konsolidasi
dengan anak perusahaan, Bank wajib menyajikan Neraca,
Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Daftar
Komitmen dan Kontinjensi perusahaan induk di bidang
keuangan yang merupakan hasil konsolidasi dari seluruh
perusahaan di dalam kelompok bidang keuangan sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku. Dalam hal
kelompok usaha tidak memiliki perusahaan induk di bidang
keuangan, Bank wajib menyajikan Neraca, Laporan Laba
Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Daftar Komitmen
dan Kontinjensi perusahaan induk yang merupakan hasil
konsolidasi dari seluruh perusahaan di dalam kelompok
usaha sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.
2. Neraca dan Laporan Laba Rugi perusahaan induk di bidang
keuangan atau perusahaan induk wajib disajikan dalam
bentuk perbandingan dengan posisi yang sama pada tahun
sebelumnya.
2. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan Posisi Akhir Desember
Format dan cakupan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan
untuk posisi Desember adalah sama dengan format dan
cakupan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan untuk posisi
Maret, Juni dan September (Paragraf 7 ayat (4) huruf A dalam
kodifikasi ini) dengan beberapa tambahan sebagai berikut:
1. Bagi Bank yang merupakan bagian dari suatu kelompok
usaha, selain menyajikan laporan keuangan Bank secara
individu dan laporan keuangan Bank secara konsolidasi
dengan anak perusahaan, Bank wajib menyajikan Neraca,
Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Daftar
Komitmen dan Kontinjensi perusahaan induk di bidang
keuangan yang merupakan hasil konsolidasi dari seluruh
perusahaan di dalam kelompok bidang keuangan sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku. Dalam hal
kelompok usaha tidak memiliki perusahaan induk di bidang
keuangan, Bank wajib menyajikan Neraca, Laporan Laba
Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Daftar Komitmen
29
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
dan Kontinjensi perusahaan induk yang merupakan hasil
konsolidasi dari seluruh perusahaan di dalam kelompok
usaha sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.
2. Laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam angka 1
wajib diaudit oleh Akuntan Publik. Dalam penyajian
Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan wajib dicantumkan
nama Akuntan Publik yang bertanggung jawab (partner in
charge), nama Kantor Akuntan Publik dan opini yang
diberikan.
3. Format Neraca dan Laporan Laba Rugi perusahaan induk di
bidang keuangan atau perusahaan induk disesuaikan
dengan Neraca dan Laporan Laba Rugi yang disajikan dalam
laporan audit (audit report).
4. Neraca dan Laporan Laba Rugi perusahaan induk di bidang
keuangan atau perusahaan induk wajib disajikan dalam
bentuk perbandingan dengan posisi yang sama pada tahun
sebelumnya.
SE 7/56/DPbs B. Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
2005 Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan Posisi Juni dan Posisi Akhir
Romawi VI Desember
Format dan cakupan Laporan Keuangan Publikasi untuk posisi Juni
dan posisi akhir Desember adalah sama dengan format dan
cakupan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan untuk posisi
Maret dan September (Paragraf 7 ayat (4) huruf B dalam kodifikasi
ini) dengan beberapa tambahan laporan dan informasi yang
ditetapkan sebagai berikut :
1. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana ZIS sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 12 (Lampiran 30 dalam kodifikasi
ini), Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardh
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 13 (Lampiran 31
dalam kodifikasi ini), dan Laporan Perubahan Dana Investasi
Terikat jika ada sebagaimana tercantum dalam Lampiran 14
(Lampiran 32 dalam kodifikasi ini).
2. Bagi Bank yang merupakan bagian dari suatu kelompok usaha,
selain menyajikan laporan keuangan Bank secara individu dan
laporan keuangan Bank secara konsolidasi dengan anak
perusahaan, Bank wajib menyajikan neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan ekuitas, serta daftar komitmen dan
kontinjensi perusahaan induk di bidang keuangan yang
merupakan hasil konsolidasi dari seluruh perusahaan didalam
kelompok bidang keuangan sesuai dengan standar akuntansi
yang berlaku. Dalam hal kelompok usaha tidak memiliki
perusahaan induk di bidang keuangan, Bank wajib menyajikan
neraca, laporan laba rugi, dan daftar komitmen dan
kontinjensi perusahaan yang merupakan hasil konsolidasi dari
seluruh perusahaan di dalam kelompok usaha sesuai dengan
standar akuntansi yang berlaku.
3. Neraca dan Laporan laba rugi perusahaan induk di bidang
keuangan atau perusahaan induk wajib disajikan dalam bentuk
30
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
perbandingan dengan posisi yang sama pada tahun
sebelumnya.
4. Khusus untuk posisi akhir Desember,
a. Laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam angka 2
wajib diaudit oleh Akuntan Publik, dan wajib
mencantumkan nama Akuntan Publik yang bertanggung
jawab (partner in charge), serta nama Kantor Akuntan
Publik dan opini yang diberikan.
b. Format Neraca dan Laporan Laba Rugi perusahaan induk di
bidang keuangan atau perusahaan induk disesuaikan
dengan Neraca dan Laporan Laba Rugi yang disajikan dalam
laporan audit (audit report).
Pasal 8 (2) Dalam hal diperlukan, selain mengumumkan laporan sebagaimana
14/14/PBI/2012 dimaksud pada ayat (1), Bank Indonesia dapat meminta Bank untuk
Ayat (2) mengumumkan:
a. laporan keuangan publikasi selain periode sebagaimana dimaksud
pada ayat (1); dan/atau
b. informasi lain yang akan ditentukan oleh Bank Indonesia.
Pertimbangan Bank Indonesia untuk meminta Bank
mengumumkan laporan keuangan publikasi selain periode
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau informasi lain yang
ditentukan Bank Indonesia antara lain pertimbangan transparansi
publik dalam rangka tindakan penyehatan Bank, transparansi
mengenai produk/jasa tertentu yang diterbitkan/dilaksanakan
oleh Bank, serta proses merger, konsolidasi, dan akuisisi Bank.
9 Pasal 9 (1) Pengumuman Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan sebagaimana
14/14/PBI/2012 dimaksud dalam Pasal 8 (Paragraf 8 dalam kodifikasi ini) wajib
ditandatangani oleh paling kurang 2 (dua) orang anggota Direksi
Bank.
Penandatanganan oleh Direksi Bank dilakukan dengan
mencantumkan namanya secara jelas.
(2) Pengumuman Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan untuk posisi
akhir bulan Desember sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 8 ayat
(1) wajib mencantumkan nama Kantor Akuntan Publik yang
melakukan audit Laporan Keuangan Tahunan berikut nama Akuntan
Publik yang bertanggung jawab dalam audit (partner in charge) serta
opini yang diberikan.
10 Pasal 10 (1) Pengumuman Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan sebagaimana
14/14/PBI/2012 dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) (Paragraf 7 ayat (1) dalam kodifikasi
ini) wajib dilakukan paling kurang dalam 1 (satu) surat kabar harian
berbahasa Indonesia yang mempunyai peredaran luas di tempat
kedudukan kantor pusat Bank atau di tempat kedudukan Kantor
Cabang Bank Asing.
31
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Pengumuman pada surat kabar harian yang mempunyai peredaran
luas dimaksudkan agar informasi dalam laporan keuangan dapat
diketahui oleh masyarakat luas.
(2) Pengumuman Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat pada:
a tanggal 15 bulan kedua setelah berakhirnya bulan laporan untuk
laporan posisi akhir bulan Maret, bulan Juni, dan bulan
September;
b tanggal 15 April tahun berikutnya untuk laporan posisi akhir bulan
Desember.
11 Pasal 11 (1) Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia:
14/14/PBI/2012 a. bukti pengumuman berupa fotokopi atau guntingan surat kabar
yang memuat pengumuman Laporan Keuangan Publikasi
Triwulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1)
(Paragraf 10 ayat (1) dalam kodifikasi ini) paling lambat 5 (lima)
hari kerja setelah pengumuman di surat kabar; dan
b. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan secara on‐line melalui
Laporan Kantor Pusat Bank Indonesia (LKPBU) sesuai tata cara,
format, dan jangka waktu yang ditetapkan Bank Indonesia dalam
ketentuan mengenai laporan kantor pusat bank umum.
(2) Selama penyampaian laporan secara on‐line sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b belum dapat dilakukan, Bank harus
menyampaikan softcopy laporan secara off‐line kepada Bank
Indonesia dalam bentuk compact disc.
(3) Penyampaian softcopy laporan dalam bentuk compact disc kepada
Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan paling
lama 5 (lima) hari kerja sejak tanggal pengumuman di surat kabar.
SE 3/30/DPNP A. Bank Umum Konvensional
2001 Alamat Penyampaian Laporan
Romawi VII 1. Guntingan surat kabar atau fotokopi Laporan Keuangan
Publikasi Triwulanan disampaikan kepada Bank Indonesia
dengan alamat:
a. Direktorat Pengawasan Bank, Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta
10110, sesuai dengan Direktorat yang mengawasi Bank
yang bersangkutan, dengan tembusan kepada Direktorat
Perizinan dan Informasi Perbankan, bagi Bank yang
berkantor pusat atau Kantor Cabang dari bank yang
berkedudukan di luar negeri, di wilayah kerja kantor pusat
Bank Indonesia; atau
b. Kantor Bank Indonesia setempat, dengan tembusan kepada
Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan, bagi Bank
yang berkantor pusat di luar wilayah kerja kantor pusat
Bank Indonesia.
2. Disket yang berisi informasi Laporan Keuangan Publikasi
Triwulanan disampaikan kepada Direktorat Perizinan dan
Informasi Perbankan, Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta 10110,
atau melalui e‐mail dengan alamat cfs@bi.go.id.
32
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
3. Laporan tertentu sebagaimana dimaksud dalam angka VI
(Paragraf 23 dalam kodifikasi ini) disampaikan kepada Bank
Indonesia dengan alamat :
a. Direktorat Pengawasan Bank, Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta
10110, sesuai dengan Direktorat yang mengawasi Bank
yang bersangkutan, bagi Bank yang berkantor pusat atau
Kantor Cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri,
di wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia; atau
b. Kantor Bank Indonesia setempat, bagi Bank yang berkantor
pusat di luar wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia.
SE 7/56/DPbs B. Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
2005 1. Fotokopi atau guntingan surat kabar Laporan Keuangan
Romawi IX Publikasi Triwulanan, serta Laporan Tertentu disampaikan
kepada Bank Indonesia dengan alamat :
a. Direktorat Perbankan Syariah, Jl. M.H. Thamrin No.2
Jakarta 10110, dengan tembusan kepada Direktorat
Perizinan dan Informasi Perbankan, bagi Bank yang
berkantor pusat atau Kantor Cabang dari bank yang
berkedudukan di luar negeri, di wilayah kerja kantor pusat
Bank Indonesia; atau
b. Kantor Bank Indonesia setempat, dengan tembusan kepada
Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan, bagi Bank
yang berkantor pusat di luar wilayah kerja kantor pusat
Bank Indonesia.
2. Disket yang berisi informasi Laporan Keuangan Publikasi
Triwulanan disampaikan kepada Direktorat Perizinan dan
Informasi Perbankan, Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10110,
atau dengan melalui e‐mail dengan cfs@bi.go.id.
12 Pasal 12 (1) Bank dinyatakan terlambat mengumumkan Laporan Keuangan
14/14/PBI/2012 Publikasi Triwulanan apabila Bank mengumumkan Laporan Keuangan
Publikasi Triwulanan setelah batas akhir waktu pengumuman
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) (Paragraf 10 ayat (2)
dalam kodifikasi ini) sampai dengan paling lama 1 (satu) bulan sejak
batas akhir waktu pengumuman laporan.
(2) Bank dinyatakan terlambat menyampaikan bukti pengumuman
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf (Paragraf 11
ayat (1) dalam kodifikasi ini) apabila bukti pengumuman disampaikan
setelah batas akhir waktu penyampaian sampai dengan paling lama 1
(satu) bulan sejak batas akhir waktu penyampaian bukti
pengumuman.
(3) Selama belum dimungkinkan pelaporan secara on‐line, Bank
dinyatakan terlambat menyampaikan softcopy Laporan Keuangan
Publikasi Triwulanan dalam bentuk compact disc sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) (Paragraf 11 ayat (2) dalam
kodifikasi ini) apabila disampaikan setelah batas akhir waktu
penyampaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3)
(Paragraf 11 ayat (3) dalam kodifikasi ini) sampai dengan paling lama
1 (satu) bulan sejak batas akhir waktu penyampaian laporan.
33
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
(4) Bank dinyatakan tidak mengumumkan atau tidak menyampaikan
Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan apabila Laporan Keuangan
Publikasi Triwulanan belum diumumkan atau belum disampaikan
sampai dengan berakhirnya batas waktu keterlambatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3).
13 Pasal 13 Bank Indonesia mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan
14/14/PBI/2012 yang disampaikan oleh Bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat
(1) huruf b atau ayat (2) (Paragraf 11 ayat (1) huruf b atau ayat (2) dalam
kodifikasi ini), pada website Bank Indonesia.
Ketentuan dalam Pasal ini dimaksudkan untuk lebih mempermudah dan
memperluas akses masyarakat dalam memperoleh informasi mengenai
kondisi keuangan Bank.
14 Pasal 14 (1) Bank wajib mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan
14/14/PBI/2012 dalam website Bank.
(2) Pengumuman Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lama 1 (satu) hari kerja
setelah batas waktu pengumuman Laporan Keuangan Publikasi
Triwulanan dalam surat kabar.
(3) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib dipelihara
dalam website Bank paling kurang untuk 2 (dua) periode laporan
berturut‐turut.
BAB IV Laporan Keuangan Publikasi Bulanan
15 Pasal 15 (1) Bank wajib mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi Bulanan
14/14/PBI/2012 melalui website Bank Indonesia.
(2) Laporan Keuangan Publikasi Bulanan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) paling kurang memuat:
a. laporan keuangan, yang terdiri atas:
1. Laporan Posisi Keuangan (Neraca); dan
2. Laporan Laba Rugi;
b. komitmen dan kontinjensi;
c. Perhitungan KPMM; dan
d. kualitas aset produktif dan informasi lainnya, antara lain:
1. jumlah penyediaan dana;
2. kredit kepada debitur UMKM;
3. kredit yang memerlukan perhatian khusus (antara lain kredit
yang direstrukturisasi dan kredit properti); dan
4. cadangan penyisihan kerugian.
SE 3/30/DPNP A. Bank Umum Konvensional
2001 1. Laporan Bulanan Bank Umum yang disampaikan oleh Bank kepada
Romawi V Bank Indonesia untuk posisi bulan Januari sampai dengan
Desember akan diumumkan pada home page Bank Indonesia.
2. Format yang digunakan untuk Laporan Keuangan Publikasi
Bulanan tersebut ditetapkan sesuai format pada Lampiran 1a,
Lampiran 2a, Lampiran 3a, Lampiran 5a, dan Lampiran 6a
(Lampiran 3a, Lampiran 4a, Lampiran 5a, Lampiran 7a, Lampiran
8.a.1, dan Lampiran 8.a.2 dalam kodifikasi ini).
34
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
3. Penyusunan penyajian publikasi berpedoman pada Lampiran 8,
Lampiran 9, Lampiran 10, Lampiran 12 dan Lampiran 13 (Lampiran
10, Lampiran 11, Lampiran 12, Lampiran 14, dan Lampiran 15
dalam kodifikasi ini). Laporan Keuangan Publikasi Bulanan
merupakan laporan keuangan Bank secara individu yang
merupakan gabungan antara kantor pusat Bank dengan seluruh
kantor Bank.
SE 7/56/DPbs B. Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
2005 1. Laporan Bulanan yang disampaikan oleh Bank kepada Bank
Romawi VII Indonesia untuk posisi bulan Januari sampai dengan Desember
akan diumumkan pada home page Bank Indonesia.
2. Format yang digunakan untuk Laporan Keuangan Publikasi
Bulanan tersebut sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1a,
Lampiran 2a, Lampiran 3a, Lampiran 4a, Lampiran 5a (Lampiran
17a, Lampiran 18a, Lampiran 19a, Lampiran 20a, dan Lampiran
21a dalam kodifikasi ini).
3. Penyusunan penyajian publikasi sebagaimana tercantum dalam
Lampiran 4b, Lampiran 4c, Lampiran 7, Lampiran 8, Lampiran 9,
Lampiran 10 (Lampiran 20b, Lampiran 20c, Lampiran 23, Lampiran
24, Lampiran 25 dalam kodifikasi ini).
4. Laporan keuangan Publikasi Bulanan merupakan laporan
keuangan Bank secara individu yang merupakan gabungan antara
kantor pusat Bank dengan seluruh kantor Bank.
16 Pasal 16 (1) Laporan Keuangan Publikasi Bulanan sebagaimana dimaksud dalam
14/14/PBI/2012 Pasal 15 ayat (1) (Paragraf 15 ayat (1) dalam kodifikasi ini) disusun
berdasarkan data Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) yang telah
direklasifikasi oleh Bank Indonesia dengan berpedoman pada
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan dan ketentuan Bank
Indonesia.
Pengumuman Laporan Keuangan Publikasi Bulanan oleh Bank
melalui Bank Indonesia didasarkan pada LBU dengan maksud agar
terdapat kesesuaian informasi yang diterima oleh Bank Indonesia dan
publik serta untuk menghindari duplikasi pelaporan oleh Bank
mengingat Bank telah menyampaikan LBU kepada Bank Indonesia.
Tujuan reklasifikasi LBU adalah untuk memfasilitasi pelaku pasar
(market participant) dalam menilai laporan keuangan dan laporan
lainnya dari Bank.
LBU yang dipergunakan sebagai dasar reklasifikasi merupakan
laporan keuangan gabungan antara kantor pusat Bank dengan
seluruh kantor Bank.
(2) Sebelum dilakukan pengumuman, LBU yang telah direklasifikasi oleh
Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan
kepada Bank secara on‐line melalui Laporan Kantor Pusat Bank
Umum (LKPBU) untuk dilakukan penelitian dan penyesuaian
mengenai akurasi laporan serta penambahan informasi yang
diperlukan dalam rangka penyusunan Laporan Keuangan Publikasi
Bulanan.
35
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
(3) Bank wajib menyampaikan Laporan Keuangan Publikasi Bulanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Bank Indonesia secara
on‐line melalui Laporan Kantor Pusat Bank Umum (LKPBU).
(4) Bank Indonesia mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi Bulanan
yang disampaikan oleh Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
melalui website Bank Indonesia.
(5) Tata cara, format, dan jangka waktu penyampaian Laporan Keuangan
Publikasi Bulanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
melalui Laporan Kantor Pusat Bank Umum (LKPBU) berpedoman pada
ketentuan Bank Indonesia mengenai laporan kantor pusat bank
umum.
17 Pasal 17 (1) Selama penyampaian LBU yang telah direklasifikasi kepada Bank
14/14/PBI/2012 secara on‐line sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2)
(Paragraf 16 ayat (2) dalam kodifikasi ini) belum dapat dilakukan,
Bank Indonesia menyampaikan laporan dimaksud kepada Bank secara
off‐line.
(2) Selama penyampaian Laporan Keuangan Publikasi Bulanan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) (Paragraf 16 ayat (3)
dalam kodifikasi ini) belum dapat dilakukan secara on‐line, Bank harus
menyampaikan laporan dimaksud secara off‐line dalam jangka waktu
paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah Bank menerima LBU yang
telah direklasifikasi.
(3) Bank Indonesia mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi Bulanan
berdasarkan Laporan Keuangan Publikasi Bulanan yang disampaikan
Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling lama 60 (enam
puluh) hari setelah bulan laporan.
BAB V Laporan Keuangan Konsolidasi
18 Pasal 18 (1) Bank yang merupakan bagian dari suatu kelompok usaha dan/atau
14/14/PBI/2012 Bank yang memiliki Perusahaan Anak wajib menyampaikan laporan
keuangan konsolidasi yang disusun berdasarkan standar akuntansi
keuangan.
(2) Laporan keuangan konsolidasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disajikan pada Laporan Keuangan Tahunan dan Laporan
Keuangan Publikasi Triwulanan.
(3) Bank Indonesia berwenang menetapkan cakupan perusahaan yang
laporan keuangannya wajib dikonsolidasikan dengan laporan
keuangan Bank selain yang telah ditetapkan dalam standar
akuntansi keuangan.
(4) Penyertaan Bank yang mengakibatkan timbulnya Pengendalian
namun hanya bersifat sementara dikecualikan dari penyusunan
laporan keuangan konsolidasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1).
Yang dimaksud dengan bersifat sementara antara lain
Pengendalian yang akan dilepaskan dalam jangka waktu paling
lama 12 (dua belas) bulan sejak posisi laporan keuangan pada
tahun perolehan Pengendalian atau penyertaan modal sementara
dalam rangka restrukturisasi kredit.
36
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Laporan Keuangan Konsolidasi yang Disajikan pada Laporan
Bagian Kesatu
Tahunan
19 Pasal 19 (1) Bank yang merupakan bagian dari suatu kelompok usaha dan/atau
14/14/PBI/2012 Bank yang memiliki Perusahaan Anak dalam menyusun Laporan
Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 (Paragraf 3 dalam
kodifikasi ini), selain menyajikan Laporan Keuangan Tahunan secara
individual, juga wajib menyajikan Laporan Keuangan Tahunan secara
konsolidasi.
(2) Laporan Keuangan Tahunan secara konsolidasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) yang telah diaudit oleh Akuntan Publik, terdiri atas:
a. Laporan Keuangan Konsolidasi Bank;
b. Laporan Keuangan Konsolidasi Perusahaan Induk di Bidang
Keuangan; dan
Yang dimaksud dengan ”laporan keuangan konsolidasi
Perusahaan Induk di Bidang Keuangan” adalah hasil konsolidasi
dari laporan keuangan seluruh perusahaan di dalam kelompok
usaha di bidang keuangan sesuai dengan standar akuntansi.
c. Laporan Keuangan Konsolidasi Perusahaan Induk.
Yang dimaksud dengan “laporan keuangan konsolidasi
Perusahaan Induk” adalah hasil konsolidasi dari seluruh laporan
keuangan perusahaan di dalam kelompok usaha sesuai dengan
standar akuntansi.
(3) Dalam hal kelompok usaha tidak memiliki Perusahaan Induk di Bidang
Keuangan maka cukup disajikan Laporan Keuangan Konsolidasi
Perusahaan Induk sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c.
(4) Dalam hal audit Laporan Keuangan Tahunan perusahaan lain di luar
Bank dilakukan oleh Akuntan Publik yang berbeda dengan Akuntan
Publik yang mengaudit Laporan Keuangan Tahunan Bank maka Bank
dalam menyajikan Laporan Keuangan Tahunan secara Konsolidasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib mencantumkan nama
Kantor Akuntan Publik yang melakukan audit Laporan Keuangan
Tahunan berikut nama Akuntan Publik yang bertanggung jawab dalam
audit (partner in charge) serta opini yang diberikan.
(5) Laporan Keuangan Konsolidasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
paling kurang meliputi:
a. Laporan Posisi Keuangan (Neraca);
b. Laporan Laba Rugi Komprehensif;
c. Laporan Perubahan Ekuitas; dan
d. komitmen dan kontinjensi.
20 Pasal 20 Bank yang merupakan bagian dari suatu kelompok usaha dan/atau Bank
14/14/PBI/2012 yang memiliki Perusahaan Anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
ayat (1) (Paragraf 19 ayat (1) dalam kodifikasi ini), dalam Laporan
Tahunan selain wajib menyajikan Laporan Keuangan Tahunan secara
konsolidasi, juga wajib menyampaikan informasi sebagai berikut:
a. struktur kelompok usaha Bank;
37
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Struktur kelompok usaha Bank disajikan sebagai berikut:
1. mulai dari Bank, Perusahaan Anak, Perusahaan Afiliasi,
Perusahaan Induk di Bidang Keuangan, dan/atau Perusahaan
Induk sampai dengan pemegang saham pengendali terakhir
(ultimate shareholder).
2. struktur keterkaitan kepengurusan dan pemegang saham
yang bertindak atas nama pemegang saham lain (shareholder
acting in concert).
Pemegang saham yang bertindak atas nama pemegang saham lain
adalah pemegang saham perorangan atau perusahaan yang memiliki
tujuan bersama untuk mengendalikan Bank yang didasarkan atau
tidak didasarkan atas suatu perjanjian.
b. transaksi antara Bank dengan Pihak‐pihak Berelasi;
Contoh transaksi dengan Pihak‐pihak Berelasi meliputi:
1. kepemilikan silang (cross shareholdings);
2. transaksi dimana suatu kelompok usaha bertindak untuk
kepentingan kelompok usaha yang lain;
3. pengelolaan likuiditas jangka pendek yang dipusatkan dalam
kelompok usaha;
4. penyediaan dana yang diberikan atau diterima oleh perusahaan
lain dalam satu kelompok usaha;
5. eksposur kepada pemegang saham mayoritas antara lain dalam
bentuk pinjaman, komitmen dan kontinjensi; dan
6. pembelian, penjualan, dan penyewaan aset dengan perusahaan
lain dalam suatu kelompok usaha, termasuk yang dilakukan
dengan repurchase agreement.
c. transaksi dengan Pihak‐pihak Berelasi yang dilakukan oleh setiap
perusahaan di dalam kelompok usaha Bank yang bergerak di bidang
keuangan;
Contoh transaksi dengan Pihak‐pihak Berelasi yang dilakukan oleh
setiap perusahaan di dalam kelompok usaha Bank yang bergerak di
bidang keuangan meliputi:
1. kepemilikan silang (cross shareholdings);
2. transaksi dimana suatu kelompok usaha bertindak untuk
kepentingan kelompok usaha yang lain;
3. pengelolaan likuiditas jangka pendek yang dipusatkan dalam
kelompok usaha;
4. penyediaan dana yang diberikan atau diterima oleh perusahaan
lain dalam satu kelompok usaha;
5. eksposur kepada pemegang saham mayoritas antara lain dalam
bentuk pinjaman, komitmen dan kontinjensi; dan
6. pembelian, penjualan, dan penyewaan aset dengan perusahaan
lain dalam suatu kelompok usaha, termasuk yang dilakukan dengan
repurchase agreement.
38
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
d. penyediaan dana, komitmen maupun fasilitas lain yang dapat
dipersamakan dengan itu dari setiap perusahaan yang berada dalam
satu kelompok usaha dengan Bank kepada debitur yang telah
memperoleh penyediaan dana dari Bank; dan
e. pengungkapan mengenai permodalan, jenis risiko, potensi kerugian,
dan manajemen risiko sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2)
(Paragraf 3 ayat (2) dalam kodifikasi ini) secara konsolidasi, bagi Bank
Umum Konvensional.
Laporan Keuangan Konsolidasi yang Disajikan pada Laporan
Bagian Kedua
Keuangan Publikasi Triwulanan
21 Pasal 21 (1) Bank yang merupakan bagian dari suatu kelompok usaha dan/atau
14/14/PBI/2012 Bank yang memiliki Perusahaan Anak dalam menyusun Laporan
ayat (1)‐(3) Keuangan Publikasi Triwulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
(Paragraf 7 dalam kodifikasi ini), selain menyajikan Laporan Keuangan
Publikasi Triwulanan secara individual, juga wajib menyajikan Laporan
Keuangan Publikasi Triwulanan secara konsolidasi.
(2) Bank yang memiliki Perusahaan Anak, dalam menyusun Laporan
Keuangan Publikasi Triwulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
(Paragraf 7 dalam kodifikasi ini) wajib menyajikan:
a. laporan keuangan Bank secara individual; dan
b. laporan keuangan Bank secara konsolidasi.
(3) Bank yang merupakan bagian dari kelompok usaha, dalam menyusun
Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 (Paragraf 7 dalam kodifikasi ini) untuk posisi akhir
bulan Juni dan Desember, wajib menyajikan:
a. laporan keuangan Bank secara individual; dan
b. laporan keuangan Perusahaan Induk di Bidang Keuangan; atau
c. laporan keuangan Perusahaan Induk apabila tidak terdapat
laporan keuangan Perusahaan Induk di Bidang Keuangan.
SE 7/10/DPNP Sesuai pasal 26 ayat (2) Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/22/2001
2005 tanggal 13 Desember 2001 tentang Transparansi kondisi Keuangan
Nomor 4.b Bank (sebagaimana telah dicabut oleh PBI Nomor 14/14/PBI/2012
tentang Transparansi dan Publikasi Laporan Bank pada tanggal 18
Oktober 2012 dan diatur kembali oleh Pasal 21 ayat (3) PBI
14/14/PBI/2012 / Paragraf 21 ayat (3) dalam kodifikasi ini), dalam hal
Bank merupakan bagian dari kelompok usaha, selain menyajikan
laporan keuangan Bank secara individual serta Laporan keuangan
konsolidasi Bank yang merupakan hasil konsolidasi dari laporan
keuangan Bank dan Perusahaan Anak, untuk posisi akhir bulan Juni
dan Desember, Bank diwajibkan pula menyajikan :
1) Laporan keuangan perusahaan induk di bidang keuangan; atau
2) Laporan keuangan perusahaan induk apabila tidak terdapat
laporan keuangan perusahaan induk di bidang keuangan.
Laporan yang wajib disajikan meliputi Neraca, Laporan Laba Rugi,
Laporan Perubahan Ekuitas serta Daftar Komitmen dan Kontinjensi.
Penyajian disesuaikan dengan transaksi yang dilakukan oleh
perusahaan induk.
39
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Pasal 21 (4) Dalam hal Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (3) juga memiliki
14/14/PBI/2012 perusahaan anak, dalam menyusun Laporan Triwulanan, juga wajib
ayat (4)‐(6) menyajikan laporan keuangan triwulanan Bank secara konsolidasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b.
(5) Laporan Keuangan Konsolidasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b, paling kurang meliputi:
a. Laporan Posisi Keuangan (Neraca);
b. Laporan Laba Rugi Komprehensif;
c. Laporan Perubahan Ekuitas; dan
d. komitmen dan kontinjensi.
(6) Laporan keuangan triwulanan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) dan ayat (3) untuk posisi akhir bulan Desember wajib
diaudit oleh Akuntan Publik.
Bagian Ketiga Laporan Tertentu kepada Bank Indonesia
22 Pasal 22 (1) Bank yang merupakan bagian dari kelompok usaha dan/atau Bank
14/14/PBI/2012 yang memiliki Perusahaan Anak, selain menyampaikan Laporan
Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 (Paragraf 4 dalam
kodifikasi ini) kepada Bank Indonesia, Bank wajib menyampaikan
laporan tahunan tertentu.
(2) Laporan tahunan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
paling kurang mencakup:
a. Laporan tahunan Perusahaan Induk dan laporan tahunan
Perusahaan Induk di Bidang Keuangan;
b. Laporan tahunan pemegang saham langsung yang memiliki
saham mayoritas atau laporan tahunan perusahaan yang
melakukan Pengendalian langsung kepada Bank; dan
c. Laporan tahunan Perusahaan Anak.
(3) Apabila kelompok usaha tidak memiliki Perusahaan Induk di Bidang
Keuangan, maka laporan tahunan tertentu sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a yang wajib disampaikan oleh Bank adalah
laporan tahunan Perusahaan Induk.
(4) Apabila kelompok usaha tidak memiliki laporan tahunan
Perusahaan Induk dan laporan tahunan Perusahaan Induk di Bidang
Keuangan, maka laporan tahunan tertentu sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a yang wajib disampaikan oleh Bank adalah
laporan keuangan tahunan Perusahaan Induk dan laporan
keuangan tahunan Perusahaan Induk di Bidang Keuangan.
(5) Apabila kelompok usaha tidak memiliki perusahaan induk di bidang
keuangan dan tidak memiliki laporan tahunan Perusahaan Induk
maka laporan tahunan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a yang wajib disampaikan oleh Bank adalah laporan
keuangan tahunan Perusahaan Induk.
(6) Batas waktu penyampaian laporan tahunan atau laporan keuangan
tahunan Perusahaan Induk dan Perusahaan Induk di Bidang
Keuangan kepada Bank Indonesia mengacu pada Pasal 4 (Paragraf
4 dalam kodifikasi ini).
40
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 14/35/DPNP A. Bank Konvensional Umum
2013 1. Selain menyampaikan Laporan Tahunan, Bank yang
Romawi III merupakan bagian dari kelompok usaha dan/atau Bank yang
memiliki Perusahaan Anak, wajib menyampaikan laporan
tahunan tertentu kepada Bank Indonesia yang paling kurang
mencakup:
a. Laporan tahunan Perusahaan Induk dan laporan tahunan
Perusahaan Induk di Bidang Keuangan;
b. Laporan tahunan pemegang saham langsung yang memiliki
saham mayoritas atau laporan tahunan perusahaan yang
melakukan pengendalian langsung kepada Bank; dan
c. Laporan tahunan Perusahaan Anak.
2. Apabila kelompok usaha tidak memiliki Perusahaan Induk di
Bidang Keuangan, maka laporan tahunan tertentu yang wajib
disampaikan oleh Bank adalah laporan tahunan Perusahaan
Induk.
3. Apabila kelompok usaha tidak memiliki laporan tahunan
Perusahaan Induk dan laporan tahunan Perusahaan Induk di
Bidang Keuangan, maka laporan tahunan tertentu yang wajib
disampaikan oleh Bank adalah laporan keuangan tahunan
Perusahaan Induk dan laporan keuangan tahunan Perusahaan
Induk di Bidang Keuangan.
4. Apabila kelompok usaha tidak memiliki perusahaan induk di
bidang keuangan dan tidak memiliki laporan tahunan
Perusahaan Induk maka laporan tahunan tertentu yang wajib
disampaikan oleh Bank adalah laporan keuangan tahunan
Perusahaan Induk.
5. Batas waktu penyampaian laporan tahunan atau laporan
keuangan tahunan Perusahaan Induk dan Perusahaan Induk di
Bidang Keuangan kepada Bank Indonesia mengacu pada angka
IV (Paragraf 4 Huruf A dalam kodifikasi ini).
SE 7/56/DPbS B. Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
2005 Selain menyampaikan Laporan Tahunan, dalam hal Bank merupakan
Romawi III bagian dari kelompok usaha dan atau Bank memiliki Perusahaan
Anak, wajib menyampaikan Laporan Tahunan (annual report) dari :
1. Perusahaan Induk;
2. Perusahaan Induk di bidang keuangan; dan
3. Perusahaan Anak,
Kepada Bank Indonesia selambat‐lambatnya 5 (lima) bulan setelah
Tahun Buku terakhir.
23 Pasal 23 (1) Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia laporan secara
14/14/PBI/2012 triwulanan mengenai transaksi antara Bank dengan Pihak‐Pihak
Ayat (1) Berelasi.
Yang dimaksud dengan ”Bank” dalam ayat ini adalah selain
Bank yang merupakan bagian dari kelompok usaha dan/atau Bank
yang mempunyai Perusahaan Anak, juga termasuk Bank yang tidak
merupakan bagian dari kelompok usaha dan/atau tidak
mempunyai Perusahaan Anak.
41
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 3/30/DPNP Transaksi antara Bank dengan Pihak‐pihak yang Mempunyai
2001 Hubungan Istimewa
Romawi VI.1 Hal‐hal yang wajib dilaporkan, sekurang‐kurangnya meliputi:
(Bank Umum); a. nama pihak yang memiliki hubungan istimewa dengan Bank;
SE 7/56/DPbs b. hubungan keterkaitan dengan Bank;
2005 c. jenis transaksi;
Romawi VIII.1 d. jumlah atau nominal transaksi; dan
(BUS dan UUS) e. Kualitas Aktiva Produktif untuk transaksi penyedian dana.
Pasal 23 (2) Bagi Bank yang merupakan bagian dari kelompok usaha selain
14/14/PBI/2012 wajib menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat
Ayat (2) (1), juga wajib menyampaikan laporan mengenai pemberian
penyediaan dana, komitmen maupun fasilitas lain yang dapat
dipersamakan dengan itu dari setiap perusahaan yang berada
dalam satu kelompok usaha dengan Bank kepada debitur yang
telah memperoleh penyediaan dana dari Bank.
SE 3/30/DPNP Pemberian penyediaan dana, komitmen maupun fasilitas lain yang
2001 dapat dipersamakan dengan itu dari setiap perusahaan yang
Romawi VI.2 berada dalam setiap kelompok usaha dengan Bank kepada debitur
(Bank Umum); yang telah memperoleh penyediaan dana dari Bank, bagi Bank yang
SE 7/56/DPbs merupakan bagian dari kelompok usaha.
2005 Hal‐hal yang wajib dilaporkan, sekurang‐kurangnya meliputi:
Romawi VIII.2 a. nama debitur;
(BUS dan UUS) b. jumlah dan kualitas penyediaan dana yang diberikan oleh Bank;
c. nama kelompok usaha pemberi penyediaan dana serta
hubungan keterkaitan dengan Bank; dan
d. jenis penyediaan dana dan jumlah penyediaan dana yang
diberikan oleh kelompok usaha.
Pasal 23 (3) Batas waktu penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam
14/14/PBI/2012 ayat (1) dan ayat (2) mengacu pada ketentuan dalam Pasal 10 ayat
Ayat (3) (2) dan Pasal 12 (Paragraf 10 ayat (2) dan Paragraf 12 dalam
kodifikasi ini).
24 Pasal 24 Dalam hal terdapat perubahan cakupan Laporan Konsolidasi
14/14/PBI/2012 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20, Pasal 21, Pasal
22, dan Pasal 23 (Paragraf 18, Paragraf 19, Paragraf 20, Paragraf 21,
Paragraf 22, dan Paragraf 23 dalam kodifikasi ini) akan diatur lebih lanjut
dengan Surat Edaran Bank Indonesia.
BAB VI Laporan Publikasi Lain
25 Pasal 25 (1) Laporan Publikasi Lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf e
14/14/PBI/2012 (Paragraf 2 huruf e dalam kodifikasi ini) meliputi:
a. Laporan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK); dan
Yang dimaksud dengan “Laporan Suku Bunga Dasar Kredit
(SBDK)” adalah laporan yang menyajikan perhitungan suku bunga
dasar kredit yang antara lain mencakup harga pokok dana untuk
42
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
kredit (HPDK), biaya overhead, dan marjin keuntungan (profit
margin) yang ditetapkan Bank dalam kegiatan perkreditan.
b. Laporan Publikasi Lainnya.
Laporan Publikasi Lainnya yang wajib disampaikan oleh Bank
diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Bank Indonesia.
(2) Bank wajib mengumumkan Laporan Publikasi Lain sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) secara berkala.
(3) Bank Indonesia berwenang meminta Bank untuk menyampaikan
Laporan Publikasi Lainnya sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan industri perbankan diluar periode penyampaian
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
26 Pasal 26 (1) Laporan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) sebagaimana dimaksud
14/14/PBI/2012 pada Pasal 25 ayat (1) (Paragraf 25 ayat (1) dalam kodifikasi ini) huruf
a wajib diumumkan di surat kabar yang memiliki peredaran luas
paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah akhir bulan Maret, Juni,
September, dan Desember.
(2) Bank dinyatakan terlambat mengumumkan Laporan SBDK apabila
Bank mengumumkan Laporan SBDK setelah batas akhir waktu
pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan
paling lama 1 (satu) bulan sejak batas akhir waktu pengumuman
laporan.
(3) Bank dinyatakan tidak mengumumkan Laporan SBDK apabila Laporan
SBDK belum diumumkan sampai dengan berakhirnya batas waktu
keterlambatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2).
(4) Format, cakupan, dan tata cara penyampaian serta persyaratan Bank
yang wajib mengumumkan laporan SBDK berpedoman pada Surat
Edaran Bank Indonesia mengenai transparansi informasi suku bunga
dasar kredit.
BAB VII Lain – Lain
27 Pasal 27 (1) Bagi Bank yang belum memiliki website untuk memenuhi kewajiban
14/14/PBI/2012 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 14 (Paragraf 6 dan
Paragraf 14 dalam kodifikasi ini), wajib memenuhi kewajiban tersebut
paling lambat pada akhir bulan Desember 2012.
(2) Bank wajib mencantumkan alamat website Bank pada Laporan
Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan yang dicetak.
28 Pasal 28 Laporan Tahunan, Laporan Keuangan Tahunan, Laporan Keuangan
14/14/PBI/2012 Publikasi Triwulanan, Laporan Keuangan Publikasi Bulanan, Laporan
Keuangan Konsolidasi, dan Laporan Publikasi Lain yang diwajibkan kepada
Bank sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia ini sepenuhnya
menjadi tanggung jawab pengurus Bank.
Tanggung jawab pengurus Bank termasuk Laporan Keuangan Publikasi
Triwulanan dan Laporan Keuangan Publikasi Bulanan yang disajikan
pada website Bank Indonesia berdasarkan data dan informasi yang
disampaikan oleh Bank kepada Bank Indonesia.
43
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
29 Pasal 29 Kantor Cabang Bank Asing wajib menyusun laporan keuangan
14/14/PBI/2012 sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia ini dengan
menggabungkan laporan keuangan Kantor Cabang Bank Asing dan
seluruh laporan keuangan dari setiap kantor di Indonesia.
Bagi Kantor Cabang Bank Asing tidak diwajibkan untuk melaporkan dan
menyajikan laporan keuangan kantor pusat Bank, Perusahaan Induk dan
Perusahaan Induk di Bidang Keuangan dari bank asing tersebut.
30 SE 7/10/DPNP Bagi Bank Umum yang melakukan pembelian kredit dari BPPN, tetap
2005 wajib mencantumkan informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24
Nomor 4.a Peraturan Bank Indonesia Nomor 4/7/PBI/2002 tanggal 27 September
2003 tentang Prinsip Kehati‐hatian dalam Rangka Pembelian Kredit oleh
Bank dari Badan Penyehatan Perbankan Nasional.
Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia
31 SE 11/4/DPNP A. Dalam rangka peningkatan transparansi kondisi keuangan Bank dan
2009 penyusunan laporan keuangan yang relevan, komprehensif, andal
Nomor 1‐4 dan dapat diperbandingkan, Bank wajib menyusun dan menyajikan
laporan keuangan berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan yang relevan bagi Bank, Pedoman Akuntansi Perbankan
Indonesia (PAPI), dan ketentuan lain yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.
B. PAPI merupakan petunjuk pelaksanaan yang berisi penjabaran lebih
lanjut dari beberapa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
yang relevan bagi industri perbankan.
C. Penyesuaian PAPI 2001 menjadi PAPI 2008 diperlukan terkait
dengan diterbitkannya PSAK No. 50 (Revisi 2006) tentang Instrumen
Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan, dan PSAK No. 55 (Revisi
2006) tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran.
D. PAPI 2008 merupakan acuan dalam penyusunan dan penyajian
laporan keuangan Bank. Mengingat sifat PAPI merupakan petunjuk
pelaksanaan dari PSAK maka untuk hal‐hal yang tidak diatur dalam
PAPI tetap mengacu kepada PSAK yang berlaku.
SE 11/33/DPNP E. Penyesuaian PAPI 2008
2009 1) Menyikapi berbagai tantangan dan permasalahan yang
Nomor 4A dihadapi Bank dalam melakukan persiapan penerapan PSAK No.
55 (Revisi 2006) mengenai Instrumen Keuangan: Pengakuan
dan Pengukuran yang merupakan standar akuntansi yang
kompleks dan sejalan dengan standar akuntansi yang berlaku
secara internasional, maka dipandang perlu untuk melakukan
penyesuaian terhadap PAPI 2008, khususnya pada Bab III
Penjelasan Umum angka 2 mengenai Ketentuan Transisi
dengan menambahkan huruf D.
2) Penyesuaian PAPI 2008 yang memuat estimasi penurunan nilai
kredit secara kolektif dengan keterbatasan pengalaman
kerugian spesifik sebagaimana tercantum dalam Lampiran
merupakan acuan bagi Bank dalam penyusunan dan penyajian
laporan keuangan serta menjadi acuan bagi Akuntan Publik
dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan Bank.
44
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
3) Pemeriksaan Oleh Akuntan Publik Atas Estimasi Penurunan
Nilai Kolektif
a) Dalam pelaksanaan audit, Akuntan Publik bertanggung
jawab untuk:
i. menilai kewajaran penilaian sendiri (self‐assessment)
yang dilakukan oleh manajemen dalam rangka
menetapkan keberadaan kondisi keterbatasan Bank
sebagaimana dimaksud dalam penyesuaian PAPI 2008;
dan
ii. menilai kewajaran estimasi manajemen dalam
menentukan penurunan nilai kredit secara kolektif.
b) Apabila dalam pelaksanaan audit, Akuntan Publik
menemukan bahwa Bank tidak berada dalam kondisi
keterbatasan tetapi tetap menerapkan estimasi penurunan
nilai kredit secara kolektif sebagaimana dimaksud dalam
penyesuaian PAPI 2008, maka Bank dinilai tidak
menerapkan PSAK No. 55 (Revisi 2006) dan PAPI 2008,
serta melanggar Surat Edaran ini.
c) Akuntan Publik yang menemukan Bank yang tidak
menerapkan PSAK No. 55 (Revisi 2006) dan PAPI 2008,
serta melanggar Surat Edaran ini sebagaimana dimaksud
pada angka 2) harus memberitahukan mengenai temuan
tersebut dalam laporan hasil audit dan Surat Komentar
(Management Letter) yang wajib disampaikan kepada Bank
Indonesia sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank
Indonesia mengenai transparansi kondisi keuangan bank.
4) Transparansi Penerapan Estimasi Penurunan Nilai Kolektif
Dalam rangka memberikan informasi yang lebih transparan
kepada masyarakat dan pengguna laporan keuangan Bank,
Bank yang menerapkan estimasi penurunan nilai kredit secara
kolektif sebagaimana diatur dalam penyesuaian PAPI 2008
wajib mengungkapkan informasi tersebut dalam Catatan atas
Laporan Keuangan dalam Laporan Tahunan sebagaimana diatur
dalam Surat Edaran Bank Indonesia mengenai laporan tahunan
bank umum.
5) Sanksi
Pelanggaran dalam penerapan Surat Edaran ini dikenakan
sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia
mengenai transparansi kondisi keuangan bank.
Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah
32 SE 15/26/DPbs Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah
2013 I. Ketentuan Umum
A. Dalam rangka peningkatan transparansi kondisi keuangan bagi
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, selanjutnya disebut
Bank Syariah, dan penyusunan laporan keuangan yang relevan,
komprehensif, andal dan dapat diperbandingkan, Bank Syariah
menyusun dan menyajikan laporan keuangan berdasarkan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang relevan bagi
Bank Syariah, Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia
(PAPSI), dan ketentuan lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
45
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
B. PAPSI merupakan petunjuk pelaksanaan yang berisi penjabaran
lebih lanjut dari beberapa Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) yang relevan bagi industri perbankan syariah.
C. Dengan diterbitkannya antara lain PSAK khusus tentang transaksi
syariah, PSAK No. 50 (Revisi 2010) tentang Instrumen Keuangan:
Penyajian, PSAK No. 55 (Revisi 2011) tentang Instrumen Keuangan:
Pengakuan dan Pengukuran, dan PSAK No. 60 tentang Instrumen
Keuangan: Pengungkapan, serta PSAK No.48 (Revisi 2009) tentang
Penurunan Nilai Aset maka perlu dilakukan penyesuaian atas
PAPSI 2003 menjadi PAPSI 2013 sebagaimana dimaksud pada
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat
Edaran Bank Indonesia ini.
D. PAPSI 2013 merupakan pedoman dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan Bank Syariah. Untuk hal‐hal yang
tidak diatur dalam PAPSI 2013 tetap berpedoman kepada PSAK
yang berlaku beserta pedoman pelaksanaannya sepanjang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah.
II. Pengakuan Pendapatan Pendapatan dalam Transaksi Jual Beli
A. Sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 84/DSN‐
MUI/XII/2012 tanggal 21 Desember 2012 tentang Metode
Pengakuan Pendapatan Murabahah di Lembaga Keuangan Syariah
(LKS) maka pengakuan pendapatan murabahah untuk Bank
Syariah dapat dilakukan dengan menggunakan metode anuitas
atau metode proporsional.
B. Pengakuan pendapatan dengan menggunakan metode anuitas
atau metode proporsional hanya dapat digunakan untuk
pengakuan pendapatan pembiayaan atas dasar jual beli.
C. Dalam hal Bank Syariah menggunakan metode anuitas maka
pencatatan transaksi murabahah wajib menggunakan:
1. PSAK 55 (Revisi 2011): Instrumen Keuangan: Pengakuan dan
Pengukuran, selanjutnya disebut PSAK 55;
2. PSAK 50 (Revisi 2010): Instrumen Keuangan: Penyajian,
selanjutnya disebut PSAK 50;
3. PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan, selanjutnya
disebut PSAK 60; dan
4. PSAK lain yang relevan.
D. Dalam hal Bank Syariah menggunakan metode proporsional maka
pencatatan transaksi murabahah wajib menggunakan PSAK 102 :
Akuntansi Murabahah.
E. Penggunaan salah satu metode pengakuan pendapatan wajib
digunakan untuk seluruh jenis portofolio pembiayaan murabahah
dan diungkapkan dalam kebijakan akuntansi serta dilakukan
secara konsisten.
III. Pendapatan dan Beban Terkait dengan Transaksi Murabahah
A. Dalam praktik penyaluran pembiayaan murabahah, Bank Syariah
dapat:
1. menerima pendapatan di luar marjin keuntungan seperti
pendapatan administrasi; dan/atau
2. mengeluarkan biaya yang terkait langsung dengan transaksi
murabahah seperti biaya komisi, biaya survei, dan biaya lain.
46
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
B. Dalam hal Bank Syariah menerapkan pengakuan pendapatan
dengan metode anuitas, maka pendapatan dan biaya sebagaimana
dimaksud dalam huruf A digabungkan dengan nilai pembiayaan
murabahah. Selanjutnya nilai tersebut diamortisasi selama masa
akad dengan menggunakan metode effective rate sebagaimana
diatur dalam PSAK 55, PSAK 50, dan PSAK 60 serta PSAK lain yang
relevan.
C. Dalam hal Bank Syariah menerapkan pengakuan pendapatan
dengan metode proporsional maka pendapatan dan biaya
sebagaimana dimaksud dalam huruf A diakui selaras dengan
pengakuan pendapatan murabahah secara proporsional selama
masa akad.
D. Pendapatan dan biaya sebagaimana dimaksud dalam huruf A
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pendapatan
murabahah sehingga wajib dibagihasilkan kepada pemilik dana
pihak ketiga (shahibul maal).
IV. Pembentukan Cadangan Kerugian
A. Bank Syariah wajib membentuk cadangan kerugian penurunan
nilai (CKPN) atas aset keuangan dan aset non keuangan sesuai
dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku.
B. Dalam rangka menerapkan prinsip kehati‐hatian, Bank Syariah
wajib mempertimbangkan CKPN yang dibentuk berdasarkan
ketentuan Bank Indonesia pada saat memperhitungkan cadangan
kerugian aset keuangan dan aset non keuangan.
C. Dalam hal terdapat selisih kurang antara CKPN yang dibentuk oleh
Bank Syariah dengan kewajiban pembentukan cadangan kerugian
sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia maka kekurangan CKPN
tersebut akan diperhitungkan sebagai pengurang faktor modal inti
dalam perhitungan rasio kewajiban pemenuhan modal minimum
(KPMM).
V. Estimasi Penurunan NIlai Pembiayaan secara Kolektif dengan
Keterbatasan Pengalaman Kerugian Spesifik
A. Dalam hal Bank Syariah tidak memiliki ketersediaan data kerugian
pembiayaan secara spesifik untuk melakukan perhitungan estimasi
penurunan nilai secara kolektif sebagaimana yang diatur dalam
PSAK 55 bagi Bank Syariah yang menerapkan metode anuitas
dalam pengakuan pendapatan murabahah maka tata cara
perhitungan estimasi penurunan nilai secara kolektif berpedoman
pada butir III.4 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia ini.
B. Bank Syariah dapat menerapkan estimasi penurunan nilai
pembiayaan secara kolektif sebagaimana dimaksud dalam huruf A
paling lama sampai dengan tanggal 31 Desember 2014. Terhitung
sejak 1 Januari 2015, Bank Syariah harus mengukur penurunan
nilai pembiayaan dan membentuk CKPN atas pembiayaan secara
kolektif dengan menggunakan data pengalaman kerugian spesifik
atau kerugian historis dari peer group atas pembiayaan secara
kolektif.
47
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
C. Dalam rangka penerapan estimasi penurunan nilai pembiayaan
secara kolektif dengan menggunakan data pengalaman kerugian
spesifik, Bank wajib menyampaikan rencana tindak (action plan)
yang akan dilakukan.
D. Ketentuan mengenai estimasi penurunan nilai pembiayaan secara
kolektif sebagaimana dimaksud dalam huruf B, merupakan acuan
bagi Bank Syariah dalam menyusun dan menyajikan laporan
keuangan serta menjadi acuan bagi Akuntan Publik dalam
melakukan pemeriksaan laporan keuangan Bank Syariah.
E. Hal‐hal yang harus dilakukan oleh Akuntan Publik dalam
pemeriksaan atas estimasi penurunan nilai kolektif adalah sebagai
berikut:
1. Dalam pelaksanaan audit, Akuntan Publik bertanggung jawab
untuk:
a. menilai kewajaran penilaian sendiri (self‐assessment) yang
dilakukan oleh manajemen Bank Syariah dalam
menetapkan keberadaan kondisi keterbatasan
pengalaman kerugian spesifik sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia ini; dan
b. menilai kewajaran estimasi oleh manajemen Bank Syariah
dalam menentukan penurunan nilai pembiayaan secara
kolektif.
2. Apabila dalam pelaksanaan audit, Akuntan Publik menemukan
bahwa Bank Syariah tidak berada dalam kondisi keterbatasan
pengalaman kerugian spesifik namun menerapkan estimasi
penurunan nilai pembiayaan secara kolektif maka Bank
Syariah dinilai tidak menerapkan PSAK 55 beserta pedoman
pelaksanaannya dan melanggar Surat Edaran Bank Indonesia
ini.
3. Temuan Akuntan Publik sebagaimana dimaksud dalam angka 2
harus diungkapkan oleh Akuntan Publik dalam laporan hasil
audit dan Surat Komentar (Management Letter) dan wajib
disampaikan kepada Bank Indonesia sebagaimana diatur
dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai
transparansi kondisi keuangan bank.
F. Dalam rangka memberikan informasi yang lebih transparan
kepada masyarakat dan pengguna laporan keuangan Bank, Bank
Syariah yang menerapkan estimasi penurunan nilai pembiayaan
secara kolektif wajib mengungkapkan informasi tersebut dalam
Catatan atas Laporan Keuangan dalam Laporan Tahunan
sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia mengenai
laporan tahunan bank umum.
BAB VIII Sanksi
Bagian Kesatu Sanksi Laporan Tahunan
33 Pasal 30 (1) Bank yang terlambat menyampaikan Laporan Tahunan kepada Bank
14/14/PBI/2012 Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) (Paragraf 5
ayat (1) dalam kodifikasi ini), dikenakan sanksi kewajiban
membayar sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) per hari
keterlambatan.
48
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
(2) Bank yang tidak menyampaikan Laporan Tahunan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) (Paragraf 5 ayat (2) dalam kodifikasi
ini) kepada pihak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
(Paragraf 4 ayat (1) dalam kodifikasi ini) dikenakan sanksi:
a. kewajiban membayar sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah; dan
b. pengumuman nama yang dikenakan sanksi dan alasan
pengenaan sanksi pada website Bank Indonesia.
34 Pasal 31 Bank yang tidak mengumumkan Laporan Tahunan pada website Bank
14/14/PBI/2012 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 (Paragraf 6 dalam kodifikasi ini)
dikenakan sanksi administratif berupa:
(1) teguran tertulis; dan
(2) kewajiban membayar sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah)
per hari, paling banyak sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah).
Penerapan sanksi tidak diberlakukan dalam hal terjadi kerusakan
sistem teknologi informasi Bank yang disertai dengan bukti dan
dokumen pendukung yang disampaikan kepada Bank Indonesia.
35 Pasal 32 (1) Apabila menurut penilaian Bank Indonesia, Laporan Tahunan yang
14/14/PBI/2012 disampaikan kepada Bank Indonesia dan/atau yang diumumkan di
dalam website Bank secara material tidak sesuai dengan keadaan
sebenarnya dan/atau tidak disajikan sesuai ketentuan dalam
Peraturan Bank Indonesia ini dan/atau Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan yang berlaku, dikenakan:
a. sanksi teguran tertulis paling banyak 2 (dua) kali dengan
tenggang waktu 2 (dua) minggu untuk setiap teguran;
b. sanksi kewajiban membayar paling sedikit sebesar
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak
sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) apabila setelah
diberi teguran tertulis 2 (dua) kali, Bank tidak memperbaiki
dan/atau mengumumkan kembali laporan dimaksud pada
website Bank; dan
c. sanksi administratif lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal
52 Undang‐undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang‐undang Nomor 10
Tahun 1998 dan Pasal 58 Undang‐undang Nomor 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah, berupa:
1. penurunan tingkat kesehatan Bank;
2. pencantuman anggota pengurus, pegawai Bank,
pemegang saham dalam daftar orang‐orang yang dilarang
menjadi pemilik dan pengurus Bank; dan/atau
3. pembekuan kegiatan usaha tertentu.
(2) Nama Bank yang dikenakan sanksi dan alasan pengenaan sanksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), akan diumumkan oleh Bank
Indonesia melalui website Bank Indonesia berdasarkan data yang
tersedia di Bank Indonesia.
49
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Bagian Kedua Sanksi Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan
36 Pasal 33 (1) Bank yang terlambat mengumumkan dan/atau terlambat
14/14/PBI/2012 menyampaikan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) (Paragraf 12 ayat (1) dalam
kodifikasi ini), dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp
1.000.000,00 (satu juta rupiah) per hari keterlambatan untuk setiap
laporan.
(2) Bank yang tidak mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi
Triwulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) (Paragraf
12 ayat (2) dalam kodifikasi ini), dikenakan sanksi:
a. kewajiban membayar sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah); dan
b. pengumuman nama Bank yang dikenakan sanksi dan Laporan
Keuangan Publikasi Triwulanan berdasarkan data yang tersedia di
Bank Indonesia pada website Bank Indonesia.
Ketentuan dalam ayat ini dimaksudkan untuk tujuan kelangsungan
informasi yang diterima oleh masyarakat dalam rangka peningkatan
transparansi perbankan Indonesia.
(3) Bank yang mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan
namun tidak menyampaikan fotokopi atau guntingan surat kabar
yang memuat Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan kepada Bank
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf a
(Paragraf 11 ayat (1) huruf a dalam kodifikasi ini), dikenakan sanksi
kewajiban membayar sebesar Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta
rupiah).
(4) Apabila menurut penilaian Bank Indonesia, Laporan Keuangan
Publikasi Triwulanan secara material tidak sesuai dengan keadaan
sebenarnya dan/atau tidak disajikan sesuai ketentuan dalam
Peraturan Bank Indonesia ini dan/atau Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan yang berlaku, atau Surat Komentar (Management Letter)
dari Akuntan Publik menyatakan adanya kelemahan mendasar dari
sistem pelaporan data Bank ke Bank Indonesia, dikenakan:
a. sanksi teguran tertulis sebanyak 2 (dua) kali oleh Bank Indonesia
dengan tenggang waktu 2 (dua) minggu untuk setiap teguran;
b. sanksi kewajiban membayar paling sedikit sebesar
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak sebesar
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) apabila setelah diberi
teguran tertulis 2 (dua) kali, Bank tidak memperbaiki dan/atau
mengumumkan kembali laporan dimaksud; dan
c. sanksi administratif lain sebagaimana dimaksud dalam
Paragraf 52 Undang‐undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐undang
Nomor 10 Tahun 1998 dan Paragraf 58 Undang‐undang Nomor
21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, berupa:
1. penurunan tingkat kesehatan Bank;
2. pencantuman anggota pengurus, pegawai Bank,
pemegang saham dalam daftar orang‐orang yang
dilarang menjadi pemilik dan pengurus Bank; dan/atau
3. pembekuan kegiatan usaha tertentu.
50
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
(5) Nama Bank yang dikenakan sanksi dan alasan pengenaan sanksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (4), akan diumumkan oleh Bank
Indonesia melalui website Bank Indonesia berdasarkan data yang
tersedia di Bank Indonesia.
Bagian Ketiga Sanksi Laporan Keuangan Publikasi Bulanan
37 Pasal 34 Sanksi atas keterlambatan penyampaian dan koreksi atas Laporan
14/14/PBI/2012 Keuangan Publikasi Bulanan berpedoman pada ketentuan mengenai
Laporan Kantor Pusat Bank Umum (LKPBU).
Bagian Keempat Sanksi Laporan Keuangan Konsolidasi
38 Pasal 35 (1) Bank yang terlambat menyampaikan Laporan Keuangan Konsolidasi
14/14/PBI/2012 kepada Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat
(2) dan Pasal 21 ayat (2) (Paragraf 19 ayat (2) dan Paragraf 21 ayat (2)
dalam kodifikasi ini) dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) per hari keterlambatan.
(2) Bank yang tidak menyampaikan Laporan Keuangan Konsolidasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) dan Pasal 21 ayat (2)
(Paragraf 19 ayat (2) dan Paragraf 21 ayat (2) dalam kodifikasi ini),
dikenakan sanksi sebagai berikut:
a. sanksi kewajiban membayar sebesar Rp100.000.000,00 (seratus
juta rupiah); dan
b. pengumuman nama Bank dan/atau perusahaan yang tidak
menyampaikan Laporan Keuangan Konsolidasi.
Pengumuman nama Bank atau perusahaan dapat dilakukan melalui
website Bank Indonesia.
Bagian Kelima Sanksi Laporan Publikasi Lain
39 Pasal 36 (1) Bank yang terlambat mengumumkan Laporan SBDK sebagaimana
14/14/PBI/2012 dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) (Paragraf 26 ayat (2) dalam
kodifikasi ini), dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) per hari keterlambatan.
(2) Bank yang tidak mengumumkan Laporan SBDK sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 ayat (3) (Paragraf 26 ayat (3) dalam
kodifikasi ini), dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
Transparansi Kondisi Keuangan Bank
BAB V Hubungan antara Bank, Akuntan Publik, dan Bank Indonesia
40 Pasal 16 (1) Dalam memberikan penugasan audit terhadap Laporan Keuangan
3/22/PBI/2001 Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2), Bank wajib
menunjuk Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik yang telah
terdaftar di Bank Indonesia.
(2) Penunjukan Akuntan Publik dan atau Kantor Akuntan Publik yang
sama oleh Bank paling lama dilakukan untuk periode audit 5 (lima)
Tahun Buku berturut‐turut.
51
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Pengaturan ini dimaksudkan agar terdapat penilaian dari pihak
yang berbeda dalam rangka meningkatkan independensi profesi
Akuntan Publik.
Perhitungan jangka waktu 5 (lima) tahun dimulai sejak berlakunya
Peraturan Bank Indonesia ini atau sejak Tahun Buku 2001.
SE 3/32/DPNP A. Bank Umum Konvensional
2001 1. Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia tersebut di atas,
Romawi I dikemukakan bahwa dalam rangka turut serta menciptakan
disiplin pasar (market discipline) perlu diupayakan transparansi
kondisi keuangan dan kinerja Bank sehingga dapat lebih
memudahkan penilaian bagi kepentingan publik dan peserta
pasar melalui publikasi laporan kepada masyarakat luas.
2. Dalam rangka meningkatkan integritas laporan keuangan Bank
maka Laporan Keuangan Tahunan Bank wajib diaudit oleh
Akuntan Publik dan untuk memperoleh keyakinan yang
memadai tentang kemampuan dan kesesuaian tugasnya,
Akuntan Publik yang mengaudit Bank harus independen,
kompeten, profesional dan objektif serta menggunakan
kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama (due
professional care)
3. Dalam rangka meningkatkan kualitas hasil audit, perlu
ditetapkan persyaratan Akuntan Publik yang diperkenankan
melakukan audit terhadap Bank. Akuntan Publik yang
diperkenankan untuk mengaudit Bank adalah Akuntan Publik
yang terdaftar di Bank Indonesia. Oleh karena itu dalam
melakukan penunjukan Akuntan Publik, Bank hendaknya
memperhatikan daftar Akuntan Publik yang diumumkan Bank
Indonesia pada home page Bank Indonesia.
4. Sesuai dengan Pasal 16 ayat (2) Peraturan Bank Indonesia
tersebut di atas (Paragraf 40 ayat (2) dalam kodifikasi ini),
penunjukan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik yang
sama oleh Bank paling lama dilakukan untuk periode audit 5
(lima) tahun buku berturut‐turut dan mulai berlaku sejak
dikeluarkannya ketentuan Bank Indonesia dimaksud, yaitu sejak
laporan keuangan untuk Tahun Buku 2001.
5. Agar dari audit yang dilakukan Akuntan Publik diperoleh
informasi kondisi keuangan Bank yang optimal, perlu adanya
komunikasi yang aktif dan transparan antara Akuntan Publik dan
Bank Indonesia.
SE 7/57/DPbs B. Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip
2005 Syariah di Indonesia
Romawi I 1. Pengertian Bank dalam Surat Edaran ini adalah Bank
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor
3/22/PBI/2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia
Nomor 7/50/PBI/2005 (sebagaimana telah dicabut dan diatur
kembali oleh PBI 14/14/PBI/2012 tentang Transparansi dan
Publikasi Laporan Bank) dan BPRS sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/47/PBI/2005.
52
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
2. Dalam rangka turut serta menciptakan disiplin pasar (market
discipline) perlu diupayakan transparansi kondisi keuangan dan
kinerja Bank sehingga dapat lebih memudahkan penilaian bagi
kepentingan publik dan peserta pasar melalui publikasi laporan
kepada masyarakat luas.
3. Dalam rangka meningkatkan integritas laporan keuangan Bank
maka laporan Keuangan Tahunan Bank wajib diaudit oleh
Akuntan Publik, dimana khusus untuk BPRS yang wajib diaudit
adalah BPRS yang beraset diatas Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah). Untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas
kualitas hasil audit, maka Akuntan Publik yang mengaudit Bank
harus terdaftar di Bank Indonesia serta dalam melakukan audit
harus independen, kompeten, profesional dan objektif.
4. Komunikasi aktif dan transparan antara Akuntan Publik dengan
pihak‐pihak yang melakukan pengawasan yaitu Bank Indonesia
dan Dewan Pengawas Syariah perlu dilakukan agar dapat
dihasilkan informasi kondisi keuangan Bank yang optimal.
Komunikasi dengan Dewan Pengawas Syariah diperlukan
mengingat Dewan Pengawas Syariah adalah dewan yang
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan prinsip syariah
yang ada di Bank.
41 Pasal 17 (1) Laporan Keuangan Tahunan Kantor Cabang Bank Asing atau Bank
3/22/PBI/2001 yang sebagian sahamnya dimiliki oleh pihak asing dapat diaudit
secara konsolidasi oleh Kantor Akuntan Publik yang sama dengan
Kantor Akuntan Publik yang mengaudit kantor pusat Bank atau
Perusahaan Induk Bank.
Yang dimaksud dengan audit secara konsolidasi oleh Kantor
Akuntan Publik adalah audit terhadap kantor pusat dari Kantor
Cabang Bank Asing atau audit terhadap perusahaan induk dari bank
yang sebagian sahamnya dimiliki pihak asing yang dilaksanakan
oleh Kantor Akuntan Publik yang sama, yang ditunjuk oleh kantor
pusat atau perusahaan induk.
Pengaturan dalam ayat ini berpedoman juga pada ketentuan yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
(2) Kantor Cabang Bank Asing atau Bank yang sebagian sahamnya
dimiliki oleh pihak asing sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dapat mengajukan permohonan kepada Bank Indonesia untuk
dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
ayat (2). (Paragraf 40 ayat (2) dalam kodifikasi ini)
(3) Pengecualian sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) wajib disertai
alasan yang jelas.
Alasan untuk dapat diberikan pengecualian dalam ayat ini antara
lain adanya ketentuan di negara asal maupun kebijakan internal
yang menjamin adanya independensi yang cukup dari Akuntan
Publik yang melakukan audit laporan keuangan.
53
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
42 Pasal 18 (1) Penunjukan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik dalam
3/22/PBI/2001 rangka audit Laporan Keuangan Tahunan Bank wajib didasarkan
pada perjanjian kerja.
(2) Perjanjian kerja antara Bank dan Kantor Akuntan Publik
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), sekurang‐kurangnya
mencakup:
Bagi beberapa Bank yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku
wajib diaudit oleh instansi pemerintah seperti Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan, istilah perjanjian kerja disesuaikan
dengan ketentuan yang berlaku.
a. nama Kantor Akuntan Publik;
b. Akuntan Publik yang bertanggung jawab terhadap audit (partner
in charge);
c. kewajiban Akuntan Publik untuk melaksanakan audit sesuai
Standar Profesional Akuntan Publik;
d. ruang lingkup audit;
e. jangka waktu penyelesaian audit;
Jangka waktu penyelesaian audit disesuaikan dengan batas akhir
penyampaian Laporan Keuangan Tahunan ke Bank Indonesia.
f. pernyataan dari Bank mengenai izin kepada Kantor Akuntan
Publik dan kewajiban Kantor Akuntan Publik untuk
menyampaikan pula secara langsung kepada Bank Indonesia:
1) laporan hasil audit;
2) Surat Komentar (Management Letter);
3) informasi lainnya yang dibutuhkan oleh Bank Indonesia dari
Akuntan Publik yang dilakukan setiap saat apabila diperlukan;
Yang dimaksud dengan informasi lainnya yang dibutuhkan
oleh Bank Indonesia meliputi informasi yang diberikan secara
tertulis maupun melalui pertemuan dengan Akuntan Publik.
4) informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b
(Paragraf 43 ayat (2) dalam kodifikasi ini);
g. Kewajiban Akuntan Publik untuk memberitahukan kepada Bank
Indonesia sebelum pelaksanaan audit.
(3) Laporan hasil audit dan Surat Komentar (Management Letter)
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf f angka 1) dan angka 2)
wajib disampaikan kepada Bank Indonesia selambat‐lambatnya 4
(empat) bulan setelah Tahun Buku.
(4) Ruang lingkup audit sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf d
sekurang‐kurangnya mencakup:
a. penggolongan Kualitas Aktiva Produktif dan kecukupan
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang dibentuk Bank,
yang didasarkan atas penilaian sekurang‐sekurangnya mencakup
70% (tujuh puluh perseratus dari setiap jenis aktiva produktif
Bank dengan sekurang‐kurangnya mencakup 25 (dua puluh lima)
54
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
debitur terbesar atau berdasarkan hasil komunikasi antara Bank
Indonesia dengan Akuntan Publik;
b. penilaian terhadap rupa‐rupa aktiva termasuk namun tidak
terbatas pada agunan yang diambil alih oleh Bank;
c. hal‐hal lain yang diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan dan
Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia yang berlaku,
termasuk catatan atas Laporan Keuangan;
d. pendapat terhadap kewajaran atas transaksi dengan Pihak‐pihak
yang Mempunyai Hubungan Istimewa maupun transaksi yang
dilakukan dengan perlakuan khusus;
Pihak‐pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa adalah pihak‐
pihak sebagaimana diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan yang berlaku.
e. jumlah dan kualitas penyediaan dana kepada Pihak Terkait;
f. rincian pelanggaran Batas Maksimum Pemberian Kredit yang
meliputi nama debitur, kualitas penyediaan dana, persentase
dan jumlah pelanggaran Batas Maksimum Pemberian Kredit;
g. rincian pelampauan Batas Maksimum Pemberian Kredit yang
meliputi persentase dan jumlah pelampauan Batas Maksimum
Pemberian Kredit;
h. perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum;
i. hal‐hal lain yang ditentukan berdasarkan hasil komunikasi Bank
Indonesia dengan Kantor Akuntan Publik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 (Paragraf 44 dalam kodifikasi ini);
Penetapan hal‐hal lain pada huruf ini akan disusun oleh Bank
Indonesia bersama‐sama dengan Kantor Akuntan Publik dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ruang lingkup
audit.
j. transaksi Spot dan transaksi Derivatif;
k. rasio Posisi Devisa Neto; dan
l. keandalan sistem pelaporan Bank kepada Bank Indonesia dan
pengujian terhadap keandalan laporan‐laporan yang
disampaikan oleh Bank kepada Bank Indonesia.
(5) Perubahan cakupan perjanjian kerja dan ruang lingkup audit
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (4) akan ditetapkan
dengan Surat Edaran Bank Indonesia.
43 Pasal 19 (1) Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik yang melakukan audit
7/50/PBI/2005 terhadap Laporan Keuangan Tahunan Bank wajib :
a. melakukan audit sesuai dengan Standar Profesional Akuntan
Publik, serta perjanjian kerja dan ruang lingkup audit
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 (Paragraf 42 dalam
kodifikasi ini) ;
55
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
b. memberitahukan kepada Bank Indonesia selambat‐lambatnya 7
(tujuh) hari kerja sejak ditemukannya :
1) pelanggaran peraturan perundang‐undangan di bidang
keuangan dan perbankan ; dan
2) keadaan atau perkiraan keadaan yang dapat membahayakan
kelangsungan usaha Bank ;
Keadaan atau perkiraan keadaan yang dapat membahayakan
kelangsungan usaha Bank termasuk namun tidak terbatas
pada :
1. kekurangan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum;
2. kekurangan pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif yang material;
3. pelanggaran Batas Maksimum Pemberian Kredit;
4. kewajiban Giro Wajib Minimum;
5. kecurangan (fraud) yang bernilai material.
c. menyampaikan laporan hasil audit dan Management letter
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf f angka 1)
dan angka 2) (Paragraf 42 ayat (2) huruf f angka 1) dan angka 2)
dalam kodifikasi ini) kepada Bank Indonesia ; dan
d. memenuhi ketentuan rahasia Bank sebagaimana diatur dalam
Undang‐Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang‐Undang Nomor 10
Tahun 1998.
(2) Bagi Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik yang melakukan
audit terhadap Bank yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah, selain memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), juga wajib memperoleh
pendapat dari Dewan Pengawas Syariah mengenai ketaatan Bank
terhadap pelaksanaan prinsip syariah sebelum menerbitkan
Laporan Audit atas Laporan Keuangan Bank.
(3) Dewan Pengawas Syariah harus memberikan pendapat
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Akuntan Publik.
44 Pasal 20 (1) Dalam rangka persiapan dan pelaksanaan audit Akuntan Publik
3/22/PBI/2001 dapat meminta informasi kepada Bank Indonesia mengenai kondisi
Bank yang akan diaudit.
(2) Bank Indonesia dapat meminta informasi kepada Akuntan Publik
meskipun perjanjian kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
ayat (1) (Paragraf 42 ayat (1) dalam kodifikasi ini) telah berakhir.
SE 3/32/DPNP A. Bank Umum Konvensional:
2001 Komunikasi Bank Indonesia dengan Akuntan Publik
Romawi III 1. Sesuai dengan Pasal 20 Peraturan Bank Indonesia tersebut di
atas (Paragraf 44 dalam kodifikasi ini), Akuntan Publik dapat
meminta informasi dari Bank Indonesia mengenai kondisi Bank
yang diaudit dalam rangka persiapan dan pelaksanaan audit.
Selain itu Bank Indonesia dapat meminta informasi dari Akuntan
Publik meskipun perjanjian kerja antara Akuntan Publik dan
Bank telah berakhir.
56
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
2. Apabila dalam pelaksanaan audit, Akuntan Publik menemukan
pelanggaran peraturan perundang‐undangan yang berlaku di
bidang keuangan dan perbankan serta keadaan dan perkiraan
keadaan yang dapat membahayakan kelangsungan usaha Bank,
Akuntan Publik wajib menyampaikan pemberitahuan kepada
Bank Indonesia selambat‐lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak
ditemukan. Keadaan dan atau perkiraan keadaan yang dapat
membahayakan kelangsungan usaha Bank, antara lain keadaan
dan atau perkiraan keadaan tentang:
a. kekurangan Kewajiban Penyisihan Penyediaan Modal
Minimum;
b. kekurangan pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif yang material;
c. pelanggaran Batas Maksimum Pemberian Kredit;
d. Kekurangan Giro Wajib Minimum; atau
e. kecurangan (fraud) yang bernilai material.
3. Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam angka 2 tersebut
di atas, harus disusun dengan menggunakan formulir sesuai
format pada Lampiran 2 (Lampiran 42 dalam kodifikasi ini).
Pemberitahuan tersebut bersifat rahasia sampai dengan
ditetapkan lebih lanjut oleh Bank Indonesia.
SE 7/57/Dpbs B. Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip
2005 Syariah di Indonesia
Romawi III Komunikasi antara Kantor Akuntan Publik, Akuntan Publik, Dewan
Pengawas Syariah dan Bank Indonesia
1. Akuntan Publik dapat meminta informasi dari Bank Indonesia
mengenai kondisi Bank yang diaudit dalam rangka persiapan dan
pelaksanaan audit. Selain itu, Bank Indonesia dapat meminta
informasi dari Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik
meskipun perjanjian kerja antara Akuntan Publik dan Bank telah
berakhir.
2. Bank harus memberikan kesempatan kepada Bank Indonesia
agar dapat memiliki akses informasi langsung terhadap Kantor
Akuntan Publik dan Akuntan Publik dalam hal Bank Indonesia
menganggap bahwa hal tersebut adalah dalam rangka
melindungi integritas keuangan Bank atau dalam keadaan lain
yang dianggap perlu dalam rangka pengawasan.
3. Dalam hal adanya perjanjian kerjasama antara Bank dengan
pihak luar (outsourcing agreement), Bank harus memberikan
kesempatan kepada Akuntan Publik yang bertugas sebagai
auditor eksternal Bank untuk memperoleh akses terhadap
informasi yang relevan yang diperlukan untuk memenuhi
tanggung jawab pihak luar tersebut. Apabila diperlukan akses
tersebut, antara lain adalah melakukan pemeriksaan ditempat
penyedia outsourcing (outsourcing provider), serta melaporkan
hasilnya kepada Bank Indonesia, jika diminta.
4. Akuntan Publik sebelum menerbitkan laporan audit atas laporan
keuangan Bank wajib memperoleh pendapat dari Dewan
Pengawas Syariah (DPS) mengenai ketaatan Bank terhadap
57
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
pelaksanaan prinsip syariah. Dalam mengeluarkan pendapat
mengenai ketaatan terhadap prinsip syariah harus mengacu
kepada ketentuan Bank Indonesia tentang Tugas dan Peran
Dewan Pengawas Syariah (DPS).
5. Apabila dalam pelaksanaan audit, Akuntan Publik menemukan
pelanggaran peraturan perundang‐undangan yang berlaku di
bidang keuangan dan perbankan serta keadaan dan perkiraan
keadaan yang dapat membahayakan kelangsungan usaha Bank,
Akuntan Publik wajib menyampaikan pemberitahuan kepada
Bank Indonesia selambat‐lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak
ditemukan. Keadaan dan atau perkiraan keadaan yang dapat
membahayakan kelangsungan usaha Bank antara lain :
a. Kekurangan Kewajiban Penyisihan Penyediaan Modal
Minimum ;
b. Kekurangan pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif yang material ;
c. Pelanggaran Batas Maksimum Pemberian Kredit ;
d. Kecurangan (fraud) yang bernilai material.
6. Pemberitahuan sebagaimana dimaksud angka 5 tersebut diatas,
harus disusun dengan menggunakan formulir sebagaimana
diatur dalam Lampiran 2 (Lampiran 40 dalam kodifikasi ini).
Pemberitahuan tersebut bersifat rahasia, sampai dengan
ditetapkan lebih lanjut oleh Bank Indonesia.
45 Pasal 21 (1) Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik (partner in charge) yang
3/22/PBI/2001 melakukan audit Bank wajib terdaftar di Bank Indonesia.
(2) Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik yang akan mendaftar ke
Bank Indonesia wajib memenuhi persyaratan sebagaimana
ditetapkan dalam Surat Edaran Bank Indonesia.
Pokok‐pokok ketentuan yang diatur dalam Surat Edaran Bank
Indonesia antara lain mengenai bukti kompetensi dan pengalaman.
SE 3/32/DPNP A. Persyaratan Akuntan Publik yang Melakukan Audit Bank (Bank
2001 Umum Konvensional)
Romawi II 1. Laporan Keuangan Tahunan Bank wajib diaudit oleh Akuntan
Publik. Kantor Akuntan Publik serta Akuntan Publik (partner in
charge) yang melakukan audit Bank wajib terdaftar di Bank
Indonesia dengan memenuhi persyaratan sebagaimana
ditetapkan dalam Surat Edaran ini.
2. Persyaratan bagi Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik yang
terdaftar di Bank Indonesia ditetapkan sebagai berikut:
a. Mempunyai izin praktek dari Menteri Keuangan;
b. tidak pernah melakukan perbuatan tercela dan atau
dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana di bidang
keuangan serta tidak termasuk dalam daftar kredit macet;
c. memiliki akhlak dan moral yang baik;
d. memiliki pengalaman dan kompetensi audit di bidang
perbankan;
58
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
e. sanggup secara terus menerus mengikuti program
pendidikan di bidang akuntansi dan perbankan;
f. sanggup melakukan audit sesuai Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) dan Kode Etik Profesi;
g. bersikap independen dan profesional dalam penugasan
audit;
h. bersedia memberitahukan kepada Bank Indonesia apabila
ditemukan pelanggaran terhadap peraturan perundang‐
undangan di bidang keuangan dan perbankan serta kondisi
atau perkiraan kondisi yang dapat membahayakan
kelangsungan usaha Bank; dan
i. berkedudukan sebagai Rekan (partner in charge) pada
Kantor Akuntan Publik dengan memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
1) dalam melakukan audit, Akuntan Publik menerapkan
sekurang‐kurangnya 2 (dua) jenjang pengendalian atau
supervisi yaitu Akuntan Publik yang bertanggung jawab
(partner in charge), dan pengawas menengah yang
melakukan pengawasan terhadap staf pelaksana;
2) bersedia untuk menjalani review eksternal oleh Ikatan
Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Publik (IAI‐
KAP) tentang pengendalian mutu di Kantor Akuntan
Publik yang bersangkutan.
3. Permohonan pendaftaran Kantor Akuntan Publik dan Akuntan
Publik yang akan melakukan audit terhadap Bank diajukan
secara tertulis kepada Bank Indonesia dengan menggunakan
formulir sesuai format pada Lampiran 1a (Lampiran 41a dalam
kodifikasi ini) dan disertai dengan dokumen:
a. dokumen yang menyangkut Akuntan Publik:
1) daftar riwayat hidup sesuai dengan fomulir sesuai
format pada Lampiran 1b (Lampiran 41b dalam
kodifikasi ini);
2) izin praktik dari Menteri Keuangan;
3) ijasah pendidikan formal di bidang akuntansi;
4) Nomor Pokok Wajib Pajak;
5) Sertifikat program pelatihan di bidang perbankan;
6) surat pernyataan yang menyatakan bahwa Akuntan
Publik tidak pernah melakukan perbuatan tercela dan
atau dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana
di bidang keuangan serta tidak memiliki kredit macet di
Bank;
7) surat pernyataan kesanggupan untuk mengikuti secara
terus menerus program pendidikan di bidang akuntansi
dan perbankan;
8) surat pernyataan yang menyatakan bahwa Akuntan
Publik sanggup melakukan audit sesuai dengan Standar
Profesional Akuntan Publik dan Kode Etik Profesi, serta
senantiasa bersikap independen dan profesional dalam
melakukan penugasan audit;
59
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
9) surat pernyataan yang menyatakan bahwa Akuntan
Publik yang bersangkutan bersedia memberitahukan
kepada Bank Indonesia apabila ditemukan pelanggaran
terhadap peraturan perundang‐undangan yang berlaku
di bidang keuangan dan perbankan, serta keadaan dan
perkiraan keadaan yang dapat membahayakan
kelangsungan usaha Bank; dan
10) rekomendasi untuk pendaftaran di Bank Indonesia dari
Ikatan Akuntan Indonesia ‐ Kompartemen Akuntan
Publik (IAI‐KAP).
b. dokumen yang berkaitan dengan Kantor Akuntan Publik:
1) Nomor Pokok Wajib Pajak;
2) izin praktik dari Menteri Keuangan Republik Indonesia
bagi Akuntan Publik yang bertindak sebagai pimpinan
Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan;
3) bagan organisasi yang menunjukkan bahwa dalam
melakukan audit, Akuntan Publik menerapkan sekurang‐
kurangnya 2 (dua) jenjang pengendalian atau supervisi
yaitu Akuntan Publik yang bertanggung jawab (partner
in charge), dan pengawas menengah yang melakukan
pengawasan terhadap staf pelaksana;
4) surat pernyataan bahwa Kantor Akuntan Publik Bersedia
untuk menjalani review eksternal oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) tentang pengendalian mutu di Kantor
Akuntan Publik yang bersangkutan.
4. Dalam rangka memberikan persetujuan atau penolakan
sebagaimana dimaksud dalam angka 3, Bank Indonesia
melakukan:
a. penelitian atas kelengkapan dan kebenaran dokumen; dan
b. wawancara terhadap Akuntan Publik, apabila diperlukan.
5. Persetujuan atau penolakan atas permohonan sebagaimana
dimaksud dalam angka 4, diberikan dalam jangka waktu
selambat‐lambatnya 45 (empat puluh lima) hari sejak
diterimanya permohonan tersebut secara lengkap.
6. Nama Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik yang terdaftar
di Bank Indonesia dicantumkan dalam homepage Bank
Indonesia.
7. Setiap perubahan yang berkenaan dengan data dan informasi
dari Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik sebagaimana
dimaksud dalam angka 3 wajib dilaporkan secara tertulis oleh
Akuntan Publik dan atau Kantor Akuntan Publik kepada Bank
Indonesia selambat‐lambatnya 14 (empat belas) hari sejak
terjadinya perubahan tersebut.
SE 3/32/DPNP 8. Untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan Akuntan
2001 Publik dalam melakukan audit terhadap Bank, Bank Indonesia
Romawi VI akan melakukan program pendidikan dan pelatihan bagi
Akuntan Publik.
9. Berdasarkan penilaian terhadap pelanggaran yang dilakukan
oleh Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik, sesuai dengan
ketentuan pada angka IV (Huruf A angka 1 s.d angka 7 dalam
60
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
kodifikasi ini), Bank Indonesia dapat mengajukan usul kepada
Menteri Keuangan dan Ikatan Akuntan Indonesia untuk
pencabutan izin Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik.
SE 7/57/DPNP B. Persyaratan dan Tata Cara Permohonan Pendaftaran Kantor
2005 Akuntan Publik dan Akuntan Publik (Bank yang Melaksanakan
Romawi II Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah di Indonesia)
1. Kantor Akuntan Publik serta Akuntan Publik (partner in charge)
yang melakukan audit Bank wajib terdaftar di Bank Indonesia
dengan memenuhi persyaratan sebagaimana yang ditetapkan.
2. Persyaratan bagi Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik yang
terdaftar di Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada angka
1 ditetapkan sebagai berikut :
a. mempunyai izin praktek dari Menteri Keuangan ;
b. tidak pernah melakukan perbuatan tercela dan atau
dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana di bidang
keuangan serta tidak termasuk dalam daftar kredit macet ;
c. memiliki akhlak dan moral yang baik ;
d. memiliki pengalaman dan kompetensi audit di bidang
perbankan ;
e. sanggup secara terus menerus mengikuti program
pendidikan di bidang akuntansi dan perbankan ;
f. sanggup melakukan audit sesuai Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) dan Kode Etik Profesi ;
g. bersikap independen dan profesional dalam penugasan
audit ;
h. bersedia memberitahukan kepada Bank Indonesia apabila
ditemukan pelanggaran terhadap peraturan perundang‐
undangan di bidang keuangan dan perbankan serta kondisi
atau perkiraan kondisi yang dapat membahayakan
kelangsungan usaha Bank ; dan
i. berkedudukan sebagai rekan (partner in charge) pada
Kantor Akuntan Publik dengan memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
1) dalam melakukan audit, Akuntan Publik menerapkan
sekurang‐kurangnya 2 (dua) jenjang pengendalian atau
supervisi yaitu Akuntan Publik yang bertanggung jawab
(partner in charge), dan pengawas menengah yang
melakukan pengawasan terhadap staf pelaksana ;
2) bersedia untuk menjalani review eksternal oleh Ikatan
Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Publik (IAI‐
KAP) tentang pengendalian mutu di Kantor Akuntan
Publik yang bersangkutan.
3. Akuntan Publik yang dapat melakukan audit terhadap Bank,
selain terdaftar di BI dengan memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam angka 2, juga harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut :
a. memiliki pengetahuan dan atau pengalaman serta
kompetensi audit dibidang perbankan dan atau keuangan
syariah ;
61
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
b. mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang memadai
tentang operasional perbankan dan atau keuangan syariah ;
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b,
dibuktikan dengan adanya sertifikat atau surat tertentu, atau
yang dapat dipersamakan dengan itu dari lembaga yang kredibel
dibidangnya.
4. Permohonan pendaftaran Kantor Akuntan Publik dan Akuntan
Publik yang akan melakukan audit terhadap Bank diajukan
secara tertulis kepada Bank Indonesia dengan menggunakan
formulir sesuai format pada Lampiran 1a (Lampiran 39a dalam
kodifikasi ini) dan disertai dengan dokumen :
a. dokumen yang menyangkut Akuntan Publik ;
1) daftar riwayat hidup sesuai dengan formulir sesuai
format pada Lampiran 1b (Lampiran 39b dalam
kodifikasi ini);
2) izin praktik dari Menteri Keuangan ;
3) ijazah pendidikan formal di bidang akuntansi ;
4) Nomor Pokok Wajib Pajak ;
5) Sertifikat program pelatihan di bidang perbankan,
termasuk sertifikat di bidang keuangan dan perbankan
syariah;
6) surat pernyataan yang menyatakan bahwa Akuntan
Publik tidak pernah melakukan perbuatan tercela dan
atau dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana
di bidang keuangan serta tidak memiliki kredit macet di
Bank ;
7) surat pernyataan kesanggupan untuk mengikuti secara
terus menerus program pendidikan di bidang akuntansi
dan perbankan ;
8) surat pernyataan yang menyatakan bahwa Akuntan
Publik sanggup melakukan audit sesuai dengan Standar
Profesional Akuntan Publik dan Kode Etik Profesi, serta
senantiasa bersikap independen dan profesional dalam
melakukan penugasan audit ;
9) surat pernyataan yang menyatakan bahwa Akuntan
Publik yang bersangkutan bersedia memberitahukan
dan melaporkan kepada Bank Indonesia apabila
ditemukan pelanggaran terhadap peraturan perundang‐
undangan yang berlaku di bidang keuangan dan
perbankan, serta keadaan dan perkiraan keadaan yang
dapat membahayakan kelangsungan usaha Bank ; dan
10) rekomendasi untuk pendaftaran di Bank Indonesia dari
Ikatan Akuntan Indonesia – Kompartemen Akuntan
Publik (IAI‐KAP)
b. dokumen yang berkaitan dengan Kantor Akuntan Publik :
1) Nomor Pokok Wajib Pajak ;
2) izin praktik dari Menteri Keuangan Republik Indonesia
bagi Akuntan Publik yang bertindak sebagai pimpinan
Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan ;
62
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
3) bagan organisasi yang menunjukkan bahwa dalam
melakukan audit, Akuntan Publik menerapkan sekurang‐
kurangnya 2 (dua) jenjang pengendalian atau supervisi
yaitu Akuntan Publik yang bertanggung jawab (partner
in charge), dan pengawas menengah yang melakukan
pengawasan terhadap staf pelaksana ; dan
4) surat pernyataan bahwa Kantor Akuntan Publik bersedia
untuk menjalani review eksternal oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) tentang pengendalian mutu di Kantor
Akuntan Publik yang bersangkutan.
5. Dalam rangka memberikan persetujuan atau penolakan atas
permohonan sebagaimana dimaksud dalam angka 4, Bank
Indonesia melakukan :
a. Penelitian atas kelengkapan dan kebenaran dokumen; dan
b. Wawancara terhadap Akuntan Publik, apabila diperlukan.
6. Persetujuan atau penolakan atas permohonan sebagaimana
dimaksud dalam angka 5, diberikan dalam jangka waktu
selambat‐lambatnya 45 (empat puluh lima) hari kalender sejak
diterimanya permohonan tersebut secara lengkap.
7. Nama Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik yang terdaftar
di Bank Indonesia dicantumkan dalam homepage Bank
Indonesia.
8. Setiap perubahan yang berkenaan dengan data dan informasi
dari Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik sebagaimana
dimaksud dalam angka 4 wajib dilaporkan secara tertulis oleh
Akuntan Publik dan atau Kantor Akuntan Publik kepada Bank
Indonesia selambat‐lambatnya 14 (empat belas) hari kalender
sejak terjadinya perubahan tersebut.
SE 7/57/DPNP 9. Untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan Akuntan
2005 Publik dalam melakukan audit terhadap Bank, Kantor Akuntan
Romawi VI Publik dan Akuntan Publik harus meningkatkan kemampuan dan
mengikuti program pendidikan dan pelatihan perbankan dan
atau keuangan syariah yang diselenggarakan baik oleh Bank
Indonesia atau pihak ketiga lainnya.
10. Berdasarkan penilaian terhadap pelanggaran yang dilakukan
oleh Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik, Bank Indonesia
dapat mengajukan usul kepada Menteri Keuangan dan Ikatan
Akuntan Indonesia untuk pencabutan izin Kantor Akuntan Publik
dan Akuntan Publik.
SE 7/57/DPNP 11. Bagi Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik yang telah
2005 terdaftar di Bank Indonesia, apabila akan melaksanakan
Romawi VII pemeriksaan terhadap Bank harus memenuhi persyaratan
terlebih dahulu sebagaimana dimaksud dalam angka II.3 (butir B.
3 dalam kodifikasi ini). Dokumen yang berkaitan dengan
persyaratan dimaksud adalah sertifikat program pelatihan
keuangan dan perbankan syariah yang telah diikuti dari lembaga
yang kredibel di bidangnya.
46 Pasal 22 Bank Indonesia mengumumkan Kantor Akuntan Publik dan Akuntan
3/22/PBI/2001 Publik yang terdaftar di Bank Indonesia pada home page Bank Indonesia.
63
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Alamat home page Bank Indonesia adalah http://www.bi.go.id.
SE 3/32/DPNP A. Bank Konvensional
2001 Alamat Pendaftaran Akuntan Publik dan Pelaporan
Romawi V 1. Pendaftaran Akuntan Publik ditujukan kepada Bank Indonesia
Up. Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan, Jl. M.H.
Thamrin No.2, Jakarta 10010 dengan menggunakan formulir
sesuai format dalam Lampiran 1a (Lampiran 41a dalam kodifikasi
ini). Bagi Akuntan Publik yang berkedudukan di luar Jabotabek,
tembusan pendaftaran disampaikan kepada Kantor Bank
Indonesia setempat.
2. Laporan keuangan yang telah diaudit (audit report) disertai
dengan Surat Komentar (Management Letter) disampaikan
kepada Bank Indonesia Up. Direktorat Pengawasan Bank, bagi
Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja kantor pusat Bank
Indonesia atau Kantor Bank Indonesia setempat, bagi Bank yang
berkantor pusat di luar wilayah kerja kantor pusat Bank
Indonesia.
3. Laporan temuan mengenai pelanggaran peraturan perundang‐
undangan yang berlaku di bidang keuangan dan perbankan atau
keadaan atau perkiraan keadaan yang dapat membahayakan
kelangsungan usaha Bank disampaikan kepada Bank Indonesia
Up. Direktorat Pengawasan Bank, bagi Bank yang berkantor
pusat di wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia atau Kantor
Bank Indonesia setempat bagi Bank yang berkantor pusat di luar
wilayah kantor pusat Bank Indonesia.
SE 7/57/DPNP B. Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip
2005 Syariah di Indonesia
Romawi V Alamat Pendaftaran Akuntan Publik dan Pelaporan
1. Pendaftaran Akuntan Publik dilakukan dengan menggunakan
formulir sesuai format dalam Lampiran 1a (Lampiran 39a dalam
kodifikasi ini). dan ditujukan kepada Bank Indonesia dengan
alamat :
a. Up. Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan,
Jl.M.H.Thamrin No.2, Jakarta 10110, bagi Akuntan Publik
yang berkedudukan di Jabotabek ; atau
b. Up. Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan,
Jl.M.H.Thamrin No.2, Jakarta 10110, bagi Akuntan Publik
yang berkedudukan di luar Jabotabek dengan tembusan
pendaftaran disampaikan kepada Kantor Bank Indonesia
setempat.
2. Laporan keuangan yang telah diaudit (audit report) disertai
dengan Surat Komentar (Management Letter) dan Laporan
temuan mengenai pelanggaran peraturan perundang‐undangan
yang berlaku di bidang keuangan dan perbankan atau keadaan
atau perkiraan keadaan yang dapat membahayakan
kelangsungan usaha Bank disampaikan kepada Bank Indonesia :
a. Up. Direktorat Perbankan Syariah, Jl. M.H.Thamrin No.2,
Jakarta 10110, bagi Bank yang berkantor pusat di wilayah
kerja kantor pusat Bank Indonesia ; atau
64
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
b. Kantor Bank Indonesia setempat bagi Bank yang berkantor
pusat di luar wilayah kantor pusat Bank Indonesia.
47 Pasal 23 Bagi Bank yang berdasarkan ketentuan yang berlaku wajib dilakukan
3/22/PBI/2001 audit laporan keuangan tahunan oleh instansi pemerintah, dikecualikan
dari ketentuan Pasal 16 dan Pasal 22. (Paragraf 40 dan Paragraf 46 dalam
kodifikasi ini)
Yang dimaksud dengan instansi pemerintah antara lain adalah Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
BAB IX Sanksi
Bagian Ketiga Sanksi bagi Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik
48 Pasal 39 (1) Akuntan Publik atau Kantor Akuntan Publik yang secara material
7/50/PBI/2005 melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat
(1) dan ayat (2) (Paragraf 43 ayat (1) dan ayat (2) dalam kodifikasi
ini) dikenakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 53 Undang‐undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang‐undang No. 10 Tahun
1998 berupa :
a. penghapusan nama Akuntan Publik dari Daftar Akuntan Publik di
Bank Indonesia ;
b. penghapusan Kantor Akuntan Publik dari daftar Kantor Akuntan
Publik di Bank Indonesia, apabila pelanggaran dilakukan oleh 2
(dua) orang Akuntan Publik yang bertanggung jawab (partner in
charge) dalam audit Bank dari Kantor Akuntan Publik yang sama,
kecuali untuk instansi pemerintah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 (Paragraf 47 dalam kodifikasi ini); dan
Perhitungan pelanggaran ketentuan oleh 2 (dua) orang Akuntan
Publik yang bertanggung jawab (partner in charge) dapat
dilakukan pada periode yang sama maupun pada periode yang
berbeda.
c. penyampaian usul kepada instansi yang berwenang untuk
mencabut atau membatalkan izin usaha sebagai pemberi jasa
bagi Bank sesuai dengan ketentuan atau kode etik yang berlaku.
Instansi yang berwenang dalam ayat ini adalah Departemen
Keuangan dan Ikatan Akuntan Indonesia.
(2) Akuntan Publik atau Kantor Akuntan Publik yang tidak memenuhi
ketentuan rahasia Bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat
(1) huruf d (Paragraf 43 ayat (1) huruf d dalam kodifikasi ini), selain
dikenakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
juga dapat dikenakan sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 47 ayat (2) Undang‐undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐undang
Nomor 10 Tahun 1998.
65
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 3/32/DPNP A. Bank Umum Konvensional
2001 1. Dalam Pasal 39 Peraturan Bank Indonesia tersebut di atas
Romawi IV (Paragraf 48 dalam kodifikasi ini), Akuntan Publik dan Kantor
Akuntan Publik dapat dihapuskan dari daftar Akuntan Publik di
Bank Indonesia apabila tidak memenuhi ketentuan yang
ditetapkan dalam Pasal 19. (Paragraf 43 dalam kodifikasi ini)
2. Nama Akuntan Publik dihapuskan dari daftar Akuntan Publik di
Bank Indonesia apabila berdasarkan penilaian Bank Indonesia,
diketahui bahwa Akuntan Publik:
a. tidak memberitahukan temuan pelanggaran sebagaimana
dimaksud pada angka III.2 (Paragraf 44 ayat 2 Butir A.2
dalam kodifikasi ini) kepada Bank Indonesia dalam jangka
waktu selambat‐lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak
ditemukannya pelanggaran peraturan perundang‐undangan
yang berlaku di bidang keuangan dan perbankan atau
keadaan atau perkiraan keadaan yang dapat
membahayakan kelangsungan usaha Bank;
b. tidak menyampaikan tembusan Laporan Keuangan yang
telah diaudit (audit report) kepada Bank Indonesia yang
disertai dengan Surat Komentar (Management Letter)
selambat‐lambatnya 4 (empat) bulan setelah Tahun Buku;
c. tidak memenuhi ketentuan rahasia Bank sebagaimana
diatur dalam Undang‐undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐
undang Nomor 10 Tahun 1998;
d. Akuntan Publik telah terbukti melakukan perbuatan tercela
dan atau dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana
di bidang keuangan, baik di Indonesia maupun di negara lain
atau memiliki kredit macet;
e. Akuntan Publik melakukan audit tidak sesuai dengan
Standar Profesional Akuntan Publik dan Kode Etik Profesi,
serta tidak bersikap independen dan profesional dalam
melakukan penugasan audit;
f. Akuntan Publik melakukan audit tidak sesuai dengan
perjanjian kerja sebagaimana diatur dalam Pasal 18
Peraturan Bank Indonesia tersebut di atas (Paragraf 42
dalam kodifikasi ini); atau
g. Akuntan Publik yang merupakan anggota Kantor Akuntan
Publik yang tidak lagi memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam angka II.2. huruf i angka 1 (Paragraf 45
ayat (2) Butir A.2.i.1) dalam kodifikasi ini).
3. Sesuai Pasal 39 ayat (1) Peraturan Bank Indonesia tersebut di
atas (Paragraf 48 ayat (1) dalam kodifikasi ini), nama Kantor
Akuntan Publik dihapuskan dari daftar Kantor Akuntan Publik di
Bank Indonesia apabila terdapat 2 (dua) orang atau lebih
Akuntan Publik yang bertanggung jawab (partner in charge) dari
Kantor Akuntan Publik yang sama dikenakan sanksi dan
dihapuskan dari daftar Akuntan Publik di Bank Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam angka 2.
66
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
4. Penghapusan nama Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik
dari daftar di Bank Indonesia diberitahukan oleh Bank Indonesia
kepada Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik yang
bersangkutan serta dilaporkan kepada Ikatan Akuntan Indonesia
dan Menteri Keuangan.
SE 7/57/DPbs B. Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip
2005 Syariah
Romawi IV 1. Nama Akuntan Publik dihapuskan dari daftar Akuntan Publik di
Bank Indonesia apabila berdasarkan penilaian Bank Indonesia,
diketahui bahwa Akuntan Publik :
a. tidak memberitahukan temuan pelanggaran sebagaimana
dimaksud dalam dalam Butir II.2.h dan atau Angka III. 5
(Paragraf 45 ayat (2) Butir B.2.h dan atau Paragraf 44 ayat
(2) Butir B.5 dalam kodifikasi ini) kepada Bank Indonesia
dalam jangka waktu selambat‐lambatnya 7 (tujuh) hari kerja
sejak ditemukannya pelanggaran peraturan perundang‐
undangan yang berlaku di bidang keuangan dan perbankan
atau keadaan atau perkiraan keadaan yang dapat
membahayakan kelangsungan usaha Bank ;
b. tidak menyampaikan tembusan Laporan Keuangan yang
telah diaudit (audit report) kepada Bank Indonesia yang
disertai dengan Surat Komentar (Management Letter)
selambat‐lambatnya 4 (empat) bulan setelah Tahun Buku ;
c. tidak memenuhi ketentuan rahasia Bank sebagaimana
diatur dalam Undang‐Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐
Undang Nomor 10 Tahun 1998 ;
d. Akuntan Publik telah terbukti melakukan perbuatan tercela
dan atau dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana
di bidang keuangan, baik di Indonesia maupun di Negara
lain atau memiliki kredit macet ;
e. Akuntan Publik melakukan audit tidak sesuai dengan
Standar Profesional Akuntan Publik dan Kode Etik Profesi,
serta tidak bersikap independen dan professional dalam
melakukan penugasan audit ;
f. Sebelum mengeluarkan pendapat atas laporan audit Bank,
Akuntan Publik tidak meminta pendapat dan atau
memperoleh pendapat dari Dewan Pengawas Syariah
mengenai ketaatan Bank terhadap prinsip syariah ;
g. Akuntan Publik melakukan audit tidak sesuai dengan
perjanjian kerja sebagaimana diatur dalam Pasal 18
Peraturan Bank Indonesia tentang Transparansi Kondisi
Keuangan Bank dan Pasal 13 Peraturan Bank Indonesia
tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank Perkreditan
Rakyat Syariah (Paragraf 18 dan Paragraf 93 dalam kodifikasi
ini) ;
h. Akuntan Publik yang merupakan anggota Kantor Akuntan
Publik yang tidak lagi memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam angka II.2 huruf i angka 1) (Paragraf 45 ayat
67
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
(2) Butir B.2.i.1) dalam kodifikasi ini) ; atau
i. Izin praktek dari Menteri Keuangan telah dicabut.
2. Nama Kantor Akuntan Publik dihapuskan dari daftar Kantor
Akuntan Publik di Bank Indonesia apabila terdapat 2 (dua) orang
atau lebih Akuntan Publik yang bertanggung jawab (partner in
charge) dari Kantor Akuntan Publik yang sama dikenakan sanksi
dan dihapuskan dari daftar Akuntan Publik di Bank Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam angka 1.
3. Penghapusan nama Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik
dari daftar di Bank Indonesia diberitahukan oleh Bank Indonesia
kepada Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik yang
bersangkutan serta dilaporkan kepada Ikatan Akuntan Indonesia
dan Menteri Keuangan.
Transparansi Kondisi Keuangan Bank Perkreditan Rakyat
BAB I Ketentuan Umum
49 Pasal 1 1. Bank Perkreditan Rakyat yang selanjutnya disingkat BPR adalah Bank
15/3/PBI/2013 Perkreditan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang
tentang Perbankan.
2. Laporan Tahunan adalah laporan lengkap mengenai kinerja suatu BPR
dalam kurun waktu 1 (satu) tahun yang berisi Laporan Keuangan
Tahunan dan informasi umum.
3. Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku bagi BPR adalah Standar
Akuntansi Keuangan bagi Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK
ETAP) dan Pedoman Akuntansi BPR (PA BPR).
4. Laporan Keuangan Tahunan adalah laporan keuangan akhir tahun BPR
yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku
bagi BPR.
5. Laporan Keuangan Publikasi adalah laporan keuangan BPR yang
disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku bagi
BPR dan dipublikasikan setiap triwulan sesuai dengan ketentuan Bank
Indonesia.
6. Akuntan Publik adalah Akuntan Publik sebagaimana dimaksud dalam
Undang‐Undang tentang Akuntan Publik.
7. Kantor Akuntan Publik adalah Kantor Akuntan Publik sebagaimana
dimaksud dalam Undang‐Undang tentang Akuntan Publik.
8. Tahun Buku adalah tahun takwim atau tahun yang dimulai dari bulan
Januari sampai dengan bulan Desember.
9. Surat Komentar (Management Letter) adalah komentar tertulis dari
Akuntan Publik kepada manajemen bank mengenai hasil kaji ulang
terhadap struktur pengendalian intern, pelaksanaan Standar
Akuntansi Keuangan atau masalah lain yang ditemui dalam
pelaksanaan audit, beserta saran‐saran perbaikannya.
50 Pasal 2 (1) BPR wajib menyusun dan menyajikan laporan keuangan dengan
15/3/PBI/2013 bentuk dan cakupan sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Bank
Indonesia ini, yang terdiri dari:
a. Laporan Tahunan; dan
b. Laporan Keuangan Publikasi
68
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
(2) Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib disusun dalam Bahasa Indonesia.
SE 15/29/DKBU A. Dalam rangka pemantauan keadaan usaha Bank Perkreditan
2013 Rakyat (BPR) oleh publik, BPR diwajibkan untuk menyampaikan
Romawi I laporan dan/ atau informasi sesuai dengan waktu dan bentuk
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
B. Jenis laporan dan/atau informasi yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam huruf A adalah Laporan
Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi.
C. Laporan Tahunan disusun antara lain untuk memberikan
gambaran lengkap mengenai kinerja BPR dalam kurun waktu satu
tahun.
D. Laporan Keuangan Publikasi disusun antara lain untuk
memberikan informasi mengenai posisi keuangan, informasi
lainnya, susunan Pengurus dan komposisi Pemegang Saham
termasuk Pemegang Saham Pengendali secara triwulanan kepada
berbagai pihak yang berkepentingan dengan perkembangan
usaha BPR.
E. Agar Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi dapat
diperbandingkan, penyajian laporan tersebut wajib didasarkan
pada Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku bagi BPR yaitu
Standar Akuntansi Keuangan bagi Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik (SAK ETAP), Pedoman Akuntansi bagi BPR (PA BPR), dan
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
F. Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi wajib disusun
dalam Bahasa Indonesia.
G. Laporan Keuangan Tahunan bagi BPR dengan total aset lebih
besar dari atau sama dengan Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah) wajib diaudit oleh Akuntan Publik yang terdaftar di
Bank Indonesia.
H. Angka dalam Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi
disajikan dalam mata uang Rupiah dan dalam ribuan Rupiah.
I. Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi disampaikan
oleh kantor pusat BPR.
BAB II Laporan Tahunan
51 Pasal 3 (1) Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf
15/3/PBI/2013 a (Paragraf 50 ayat (1) huruf a dalam kodifikasi ini) paling kurang
memuat:
a. informasi umum yang meliputi antara lain:
1. kepengurusan;
2. kepemilikan;
3. perkembangan usaha BPR;
4. strategi dan kebijakan manajemen; dan
5. laporan manajemen;
b. Laporan Keuangan Tahunan yang terdiri dari:
1. Neraca;
2. Laporan Laba Rugi;
3. Laporan Perubahan Ekuitas;
69
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
4. Laporan Arus Kas; dan
5. Catatan atas laporan keuangan, termasuk informasi tentang
Komitmen dan Kontinjensi;
c. opini dari Akuntan Publik atas Laporan Keuangan Tahunan BPR
yang diaudit oleh Akuntan Publik;
d. seluruh aspek transparansi dan informasi yang diwajibkan untuk
Laporan Keuangan Publikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (3) huruf b (Paragraf 56 ayat (3) huruf b dalam kodifikasi ini);
e. seluruh aspek pengungkapan (disclosure) sebagaimana diwajibkan
dalam Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku bagi BPR.
(2) Laporan Keuangan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b wajib disusun untuk 1 (satu) Tahun Buku dan disajikan dengan
perbandingan 1 (satu) Tahun Buku sebelumnya.
(3) Cakupan Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan
diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Bank Indonesia.
SE 15/29/DKBU A. Laporan Tahunan memuat paling kurang:
2005 1. Informasi Umum yang meliputi antara lain:
Romawi II a. Susunan kepengurusan yang meliputi anggota Direksi dan
Dewan Komisaris, dan Pejabat Eksekutif, dengan informasi
mencakup jabatan dan ringkasan riwayat hidup;
b. Kepemilikan, berupa nama Pemegang Saham termasuk
Pemegang Saham Pengendali dan komposisi serta persentase
kepemilikan saham;
c. Perkembangan usaha BPR yang antara lain memuat:
1) Riwayat ringkas pendirian BPR meliputi antara lain:
a) nomor dan tanggal akta pendirian serta perubahan
terakhir, pengesahan dari instansi yang berwenang;
b) tanggal mulai beroperasi;
c) bidang usaha sesuai anggaran dasar; dan
d) tempat kedudukan dan lokasi utama kegiatan usaha;
2) Ikhtisar data keuangan penting, paling kurang mencakup
pendapatan dan beban operasional, pendapatan dan
beban non operasional, laba sebelum Pajak Penghasilan
(PPh), taksiran PPh dan laba bersih.
3) Rasio keuangan, disajikan paling kurang mencakup
Kualitas Aktiva Produktif (KAP), Kewajiban Penyediaan
Modal Minimum (KPMM), kredit bermasalah atau Non
Performing Loan (NPL), Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif (PPAP), Return on Asset (ROA), Beban
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO),
Cash Ratio, dan Loan to Deposit Ratio (LDR);
4) Perbandingan jumlah kredit bermasalah terhadap total
kredit yang diberikan dan penyebab utama kredit
bermasalah; dan
5) Perkembangan usaha yang berpengaruh secara signifikan
terhadap BPR pada periode laporan seperti ekspansi atau
penciutan kegiatan usaha dan/atau jaringan kantor.
d. Strategi dan kebijakan manajemen dalam mengelola dan
mengembangkan usaha BPR, termasuk informasi mengenai
70
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
manajemen risiko yang paling kurang mencakup identifikasi
dan pengendalian risiko;
e. Laporan manajemen yang menyajikan informasi mengenai
pengelolaan BPR dalam rangka tata kelola yang baik, paling
kurang mencakup antara lain:
1) Struktur organisasi;
2) Bidang usaha sesuai anggaran dasar dan kegiatan utama
pada periode pelaporan;
3) Teknologi informasi, meliputi antara lain sistem
operasional, sistem keamanan, dan penyedia teknologi
informasi;
4) Perkembangan dan target pasar;
5) Jumlah, jenis, dan lokasi kantor;
6) Kerjasama BPR dengan baik atau lembaga lain dalam
rangka pengembangan usaha;
7) Kepemilikan oleh anggota Direksi, Dewan Komisaris dan
Pemegang Saham dalam kelompok usaha BPR, dan
perubahan kepemilikan dari tahun sebelumnya, jika ada;
8) Keterikatan antar pemilik, antar pengurus, dan antara
pemilik dengan pengurus BPR;
9) Sumber Daya Manusia (SDM), meliputi jumlah, tingkat
pendidikan, dan kegiatan pengembangan SDM selama
periode yang bersangkutan;
10) Kebijakan pemberian gaji, tunjangan, dan fasilitas bagi
anggota Direksi dan Dewan Komisaris termasuk bonus,
tantiem, dan fasilitas lainnya; dan
11) Perubahan penting lainnya yang terjadi di BPR dan/atau di
kelompok usaha BPR yang mempengaruhi operasional BPR
dalam tahun yang bersangkutan.
2. Laporan Keuangan Tahunan yang disusun untuk 1 (satu) Tahun
Buku dan disajikan dengan perbandingan 1 (satu) Tahun Buku
sebelumnya paling kurang terdiri dari:
a. Neraca;
b. Laporan Laba Rugi dari tahun buku yang bersangkutan;
c. Laporan Perubahan Ekuitas;
d. Laporan Arus Kas; dan
e. Catatan atas laporan keuangan, termasuk informasi mengenai
Komitmen dan Kontijensi.
3. Opini dari Akuntan Publik apabila Laporan Keuangan Tahunan
diaudit oleh Akuntan Publik;
4. Selain pengungkapan sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan
angka 2, BPR wajib pula melakukan pengungkapan (disclosure)
informasi lainnya yang meliputi:
a. Ikhtisar kebijakan akuntansi, mencakup:
1) pernyataan bahwa BPR menggunakan SAK ETAP;
2) dasar pengukuran dan penyusunan laporan keuangan; dan
3) kebijakan akuntansi BPR yang antara lain meliputi
kebijakan konsep dasar pengukuran, kredit yang diberikan,
penyisihan kerugian kredit, investasi di Sertifikat Bank
Indonesia, agunan yang diambil alih, kas dan setara kas,
71
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
aset tetap dan inventaris serta penyusutan, pengakuan
pendapatan bunga, pengakuan beban bunga, pajak
penghasilan, dan imbalan kerja.
b. Penjelasan atas pos‐pos laporan keuangan yang disusun
dengan memperhatikan urutan penyajian neraca, laporan laba
rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas serta
informasi tambahan sesuai dengan ketentuan pengungkapan
pada setiap pos pada bagian yang terkait, ditambah dengan
pengungkapan mengenai:
1) Transaksi hubungan istimewa, yang meliputi:
a) rincian jumlah masing‐masing pos aset, kewajiban,
penghasilan, dan beban kepada pihak yang mempunyai
hubungan istimewa beserta persentasenya terhadap
total aset, kewajiban, penghasilan dan beban;
b) penjelasan transaksi yang tidak berhubungan dengan
kegiatan usaha utama dan jumlah utang atau jumlah
piutang sehubungan dengan transaksi hubungan
istimewa;
c) sifat hubungan, jenis, dan unsur transaksi hubungan
istimewa termasuk pernyataan apakah BPR
menerapkan kebijakan persyaratan yang sama bagi
pihak lain yang tidak memiliki hubungan istimewa
dengan BPR; dan
d) alasan serta dasar pembentukan penyisihan kerugian
piutang yang terkait dengan hubungan istimewa.
2) Perubahan akuntansi dan koreksi kesalahan, yang
meliputi:
a) perubahan estimasi akuntansi:
i. hakikat dan alas an perubahan estimasi akuntansi;
ii. jumlah perubahan estimasi yang mempengaruhi
periode berjalan; dan/atau
iii. pengaruh estimasi terhadap periode mendatang;
b) perubahan kebijakan akuntansi, antara lain meliputi:
i. hakikat, alasan dan tujuan dilakukannya perubahan
kebijakan akuntansi;
ii. dampak perubahan kebijakan akuntansi terhadap
periode berjalan dan periode sebelumnya yang
perlu disajikan kembali secara komparatif; dan
iii. pernyataan bahwa informasi komparatif telah
dinyatakan kembali atau pernyataan bahwa
informasi komparatif tidak disajikan karena
dianggap tidak praktis;
c) kesalahan:
i. hakikat kesalahan;
ii. jumlah nilai koreksi untuk periode berjalan dan
periode‐periode sebelumnya;
iii. jumlah nilai koreksi yang terkait dengan periode‐
periode sebelum periode yang tercakup dalam
informasi komparatif;
72
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
iv. pernyataan bahwa informasi komparatif telah
dinyatakan kembali atau pernyataan bahwa
informasi komparatif tidak disajikan karena
dianggap tidak praktis.
c. Komitmen dan Kontinjensi, yang meliputi:
1) pengungkapan komitmen, terdiri dari:
a) pengungkapan kontrak atau perjanjian yang
menimbulkan komitmen penggunaan dana pada masa
yang akan datang, misalnya perjanjian pemberian kredit
atau pinjaman. Hal‐hal yang perlu diungkapkan antara
lain terdiri dari komitmen kepada pihak yang terkait,
periode berlakunya komitmen, nilai keseluruhan dan
bagian yang telah terealisasi, serta sanksi; dan
b) uraian mengenai sifat, jenis, jumlah dan persyaratan
komitmen;
2) pengungkapan kontijensi, terdiri dari:
a) pengungkapan perkara atau sengketa hukum yang
berpotensi menimbulkan perngeluaran dana pada masa
yang akan datang. Hal‐hal yang perlu diungkapkan
antara lain meliputi pihak yang terkait, nilai gugatan
(perkara atau sengketa), latar belakang perkara, pokok
dan status perkara, putusan pengadilan, dan
probabilitas risiko dari peristiwa kontinjensi yang
diungkapkan berdasarkan prinsip manajemen risiko;
b) uraian singkat mengenai peraturan pemerintah yang
mengikat dan dampaknya, seperti masalah
ketenagakerjaan; dan
c) uraian kemungkinan kewajiban pajak tambahan yang
meliputi jenis ketetapan atau tagihan pajak, jenis
pajak, tahun pajak, jumlah pokok, denda, dan sikap BPR
terhadap ketetapan atau tagihan pajak, misalnya:
mengajukan keberatan, banding, dan lain‐lain;
d. Perkembangan terakhir SAK ETAP dan peraturan lainnya,
meliputi penjelasan mengenai SAK ETAP dan peraturan baru
yang akan diterapkan dan mempengaruhi aktivitas BPR serta
estimasi dampak penerapan SAK ETAP dan peraturan lama
tersebut;
e. Reklasifikasi, terdiri dari sifat, jumlah dan alasan reklasifikasi
untuk setiap pos dalam tahun buku sebelum tahun buku
terakhir yang disajikan dalam rangka laporan keuangan
komparatif;
f. Informasi penting lainnya, antara lain sifat, jenis, jumlah dan
dampak dari peristiwa atau keadaan tertentu yang
mempengaruhi kinerja BPR;
g. Peristiwa setelah tanggal neraca (subsequent event), meliputi
urutan peristiwa serta jumlah moneter yang mempengaruhi
akun‐akun laporan keuangan.
73
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
B. Pengungkapan sebagaimana dimaksud dalam huruf A angka 1, huruf A
angka 2, dan huruf A angka 4 berpedoman pada Standar Akuntansi
Keuangan bagi Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dan
Pedoman Akuntansi BPR (PA BPR).
52 Pasal 4 (1) BPR wajib menyampaikan Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud
15/3/PBI/2013 dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a (Paragraf 50 ayat (1) huruf a dalam
kodifikasi ini) kepada Bank Indonesia.
(2) Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
ditandatangani paling kurang oleh 1 (satu) anggota Direksi BPR
dengan mencantumkan nama secara jelas.
(3) Dalam hal seluruh anggota Direksi berhalangan, Laporan Tahunan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib ditandatangani oleh
anggota Dewan Komisaris atau Pejabat yang ditunjuk oleh Rapat
Umum Pemegang Saham atau sesuai Anggaran Dasar, dengan
mencantumkan nama dan jabatan secara jelas.
(4) Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib
disampaikan paling lambat akhir bulan April setelah Tahun Buku
berakhir.
SE 15/29/DKBU Alamat Penyampaian Laporan
2013 Laporan Tahunan dan bukti pengumuman Laporan Keuangan
Romawi V.A Publikasi disampaikan kepada Bank Indonesia dengan alamat:
a. Kantor Regional Bank I Indonesia, Gedung D, Lantai 7, Jalan M.H.
Thamrin Nomor 2 Jakarta Pusat 10350, bagi BPR yang
berkedudukan di wilayah DKI Jakarta, Banten, Bogor, Depok,
Karawang, dan Bekasi.
b. Kantor Perwakilan Dalam Negeri Bank Indonesia yang mewilayahi
kantor pusat BPR, bagi BPR yang kantor pusatnya berkedudukan
di luar wilayah sebagaimana dimaksud dalam huruf a.
53 Pasal 5 (1) Bagi BPR yang mempunyai total aset lebih besar dari atau sama
15/3/PBI/2013 dengan Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), Laporan
Keuangan Tahunan yang disampaikan dalam Laporan Tahunan wajib
diaudit terlebih dahulu oleh Akuntan Publik.
(2) Bagi BPR yang mempunyai total aset lebih kecil dari
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), Laporan Keuangan
Tahunan yang disampaikan dalam Laporan Tahunan adalah Laporan
Keuangan Tahunan yang telah dipertanggungjawabkan dalam Rapat
Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota.
Laporan Keuangan Tahunan yang telah dipertanggungjawabkan
dalam Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota
dibuktikan dengan penyampaian risalah Rapat Umum Pemegang
Saham atau Rapat Anggota.
(3) Dalam hal Laporan Keuangan Tahunan BPR sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diaudit oleh Akuntan Publik, Laporan Keuangan
74
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Tahunan yang disampaikan dalam Laporan Tahunan adalah Laporan
Keuangan Tahunan yang diaudit.
(4) Dalam hal pelaksanaan audit oleh Akuntan Publik sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dilakukan melewati batas waktu
penyampaian Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4 ayat (4) (Paragraf 52 ayat (4) dalam kodifikasi ini), maka selain
menyampaikan Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), BPR tetap menyampaikan Laporan Keuangan Tahunan yang telah
diaudit oleh Akuntan Publik paling lambat 1 (satu) bulan setelah
diterimanya hasil audit atas Laporan Keuangan.
(5) Laporan Keuangan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) disusun sesuai Standar Akuntansi Keuangan yang
berlaku bagi BPR.
SE 12/14/DKBU 1. Dalam rangka peningkatan transparansi kondisi keuangan Bank
2010 Perkreditan Rakyat (BPR) dan penyusunan laporan keuangan yang
No. 1 – 5 relevan, komprehensif, andal dan dapat diperbandingkan, BPR wajib
menyusun dan menyajikan laporan keuangan berdasarkan standar
akuntansi keuangan yang relevan bagi BPR, pedoman akuntansi bagi
BPR dan ketentuan lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
2. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK
ETAP) merupakan Standar Akuntansi Keuangan yang relevan bagi
BPR dan Pedoman Akuntansi BPR (PA‐BPR) merupakan petunjuk
pelaksanaan yang berisi penjabaran lebih lanjut dari SAK ETAP.
3. Penyusunan dan penyajian laporan keuangan BPR wajib
berpedoman pada PA‐BPR.
4. Perlakuan akuntansi keuangan BPR sejak 1 Januari 2010 yang masih
mengacu pada Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia 2001
(PAPI), dengan diberlakukannya Surat Edaran ini agar disesuaikan
dengan berpedoman pada Bab II PA‐BPR.
5. Penyesuaian sebagaimana dimaksud pada angka 4 hanya dilakukan
dalam rangka penyajian laporan keuangan per 31 Desember 2010
untuk tujuan umum (general purposes).
54 Pasal 6 BPR yang telah menyampaikan Laporan Tahunan namun:
15/3/PBI/2013 a. Laporan Keuangan Tahunan BPR tidak diaudit oleh Akuntan Publik
dan/atau Kantor Akuntan Publik yang terdaftar di Bank Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) (Paragraf 53 ayat (1)
dalam kodifikasi ini); atau
b. Laporan Keuangan Tahunan BPR belum dipertanggungjawabkan
oleh Direksi atau Pengurus kepada Rapat Umum Pemegang Saham
atau Rapat Anggota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2)
(Paragraf 53 ayat (2) dalam kodifikasi ini),
dinyatakan belum menyampaikan Laporan Tahunan.
55 Pasal 7 (1) BPR dinyatakan terlambat menyampaikan Laporan Tahunan, apabila
15/3/PBI/2013 BPR menyampaikan Laporan Tahunan kepada Bank Indonesia setelah
batas akhir waktu penyampaian laporan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (4) (Paragraf 52 ayat (4) dalam kodifikasi ini),
sampai dengan paling lama 1 (satu) bulan sejak batas akhir waktu
penyampaian laporan.
75
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Contoh:
Penyampaian Laporan Tahunan 2012 yang wajib diaudit oleh
Akuntan Publik dinyatakan terlambat apabila disampaikan dalam
kurun waktu 1 Mei sampai dengan 31 Mei 2013.
(2) BPR dinyatakan tidak menyampaikan Laporan Tahunan, apabila BPR
belum menyampaikan Laporan Tahunan dalam kurun waktu
keterlambatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Contoh:
Laporan Tahunan 2012 yang wajib diaudit oleh Akuntan Publik
dinyatakan tidak disampaikan apabila disampaikan setelah tanggal
31 Mei 2013.
(3) BPR yang tidak menyampaikan Laporan Tahunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tetap diwajibkan untuk menyampaikan
Laporan Tahunan sebelum tahun buku berikutnya.
BAB III Laporan Keuangan Publikasi
56 Pasal 8 (1) BPR wajib mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi triwulanan
15/3/PBI/2013 untuk posisi akhir bulan Maret, Juni, September dan Desember
sesuai dengan bentuk dan tata cara yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.
(2) Laporan Keuangan Publikasi untuk posisi bulan Desember disusun
berdasarkan Laporan Keuangan Tahunan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 (Paragraf 53 dalam kodifikasi ini).
(3) Laporan Keuangan Publikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (1) huruf b (Paragraf 50 ayat (1) huruf b dalam kodifikasi ini)
paling kurang memuat:
a. laporan keuangan yang terdiri dari:
1. Neraca;
2. Laporan Laba Rugi;
3. Laporan Komitmen dan Kontinjensi
b. informasi lainnya yang paling kurang terdiri dari:
1. Kualitas Aktiva Produktif (KAP) untuk:
a) penempatan pada bank lain;
b) kredit yang diberikan, baik kepada pihak terkait maupun
pihak tidak terkait;
2. rasio keuangan, yang terdiri dari:
a) Kewajiban Penyediaan Modal Minimum;
b) Non Performing Loans (NPL) dan Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif;
c) Return on Asset (ROA) dan Beban Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO);
d) Cash Ratio; dan
e) Loan to Deposit Ratio (LDR)
c. Susunan Pengurus dan komposisi Pemegang Saham, termasuk
Pemegang Saham Pengendali.
(4) Laporan Keuangan Publikasi triwulanan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib disajikan dalam bentuk perbandingan dengan Laporan
Keuangan Publikasi Triwulanan tahun sebelumnya.
76
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 15/29/DKBU Laporan Keuangan Publikasi
2013 A. Laporan Keuangan Publikasi yang diumumkan untuk laporan
Romawi III keuangan posisi akhir bulan Maret, Juni, September dan
Desember disusun dengan mengacu pada Penyusunan Laporan
Keuangan Publikasi sebagaimana dimaksud pada Lampiran I
(Lampiran 43 dalam kodifikasi ini) yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini.
B. Laporan Keuangan Publikasi merupakan gabungan dari laporan
kantor pusat BPR dan seluruh kantor cabang BPR yang
bersangkutan.
C. Laporan Keuangan Publikasi harus disusun dan disajikan dalam
bentuk perbandingan dengan laporan pada periode yang sama
tahun sebelumnya. Posisi pembanding wajib disajikan sesuai format
yang sama dengan posisi Laporan Keuangan Publikasi yang
diumumkan.
D. Khusus untuk perlakuan akuntansi yang baru diterapkan dalam
posisi Laporan maka penyajian posisi pembanding mengacu pada
Pedoman Standar Akuntansi Keuangan Nomor 25 Tahun 2009
tentang Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan
Kesalahan.
E. Untuk memenuhi aspek transparansi, Laporan Keuangan Publikasi
memuat pengungkapan (disclosure) sesuai dengan SAK ETAP dan PA
BPR.
Pengungkapan tersebut paling kurang terdiri dari:
1. Laporan keuangan yang meliputi Neraca, Laporan Laba Rugi,
serta Laporan Komitmen dan Kontinjensi; dan
2. Informasi lainnya yang paling kurang terdiri dari:
j. Kualitas Aktiva Produk (KAP) untuk:
1) Penempatan pada bank lain;
2) Kredit yang diberikan, baik kepada pihak terkait maupun
pihak yang tidak terkait;
k. Rasio keuangan, yang terdiri dari:
1) KPMM;
2) NPL (neto) dan PPAP;
3) ROA dan BOPO;
4) Cash Ratio; dan
5) LDR
3. Susunan Pengurus dan komposisi Pemegang Saham, termasuk
Pemegang Saham Pengendali;
4. Nama Kantor Akuntan Publik yang mengaudit dan nama Akuntan
Publik yang bertanggung jawab dalam audit BPR (partner in
charge), bagi BPR yang diaudit oleh Akuntan Publik.
F. Aplikasi Laporan Keuangan Publikasi terintegrasi dalam aplikasi
Laporan Bulanan BPR.
G. Prosedur pengoperasian aplikasi Laporan Keuangan Publikasi
berpedoman pada Petunjuk Teknis Aplikasi Laporan Berkala BPR,
yang merupakan lampiran dari Surat Edaran Bank Indonesia perihal
Laporan Bulanan BPR.
77
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 15/43/DPNP H. Khusus Laporan Keuangan Publikasi yang diumumkan untuk posisi
2013 akhir bulan September 2013 diatur sebagai berikut:
Romawi III.H 1. Penyusunan Laporan Keuangan Publikasi mengacu pada format
sebagaimana pada Lampiran IA (Lampiran 43A dalam kodifikasi
ini) yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran
Bank Indonesia ini.
2. Rekaman data Laporan Keuangan Publikasi yang disampaikan
kepada Bank Indonesia secara on‐line tidak mencakup rasio
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP), rasio Beban
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), dan Cash
Ratio sebagaimana dimaksud pada angka 8, angka 9, dan angka
10 pada Tabel 4 mengenai Kualitas Aktiva Produktif dan Informasi
Lainnya (pada Lampiran 43A dalam kodifikasi ini).
3. Bukti pengumuman atas Laporan Keuangan Publikasi
sebagaimana dimaksud dalam angka 1 disampaikan kepada
Bank Indonesia dalam bentuk:
a. halaman surat kabar yang memuat Laporan Keuangan
Publikasi; dan/atau
b. fotokopi Laporan Keuangan Publikasi yang ditempelkan pada
papan pengumuman atau media lainnya.
57 Pasal 9 (1) BPR yang mempunyai total aset lebih besar dari atau sama dengan
15/3/PBI/2013 Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) wajib:
a. mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi posisi akhir bulan
Maret, Juni, dan September dalam surat kabar harian lokal atau
menempelkannya pada papan pengumuman atau media lainnya
yang mudah dibaca oleh publik; dan
b. mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi posisi akhir bulan
Desember dalam surat kabar harian lokal dan menempelkannya
pada papan pengumuman atau media lainnya yang mudah dibaca
oleh publik.
Yang dimaksud dengan “surat kabar harian lokal” adalah surat
kabar yang mempunyai peredaran di wilayah kedudukan BPR.
Yang dimaksud dengan “media lainnya” termasuk segala sarana
yang digunakan oleh BPR untuk menempelkan laporan keuangan,
misalnya dinding depan gedung BPR.
Yang dimaksud dengan “mudah dibaca oleh publik” adalah
Laporan Keuangan Publikasi yang ditempelkan pada papan
pengumuman atau media lain di kantor BPR yang langsung dapat
dilihat dan dibaca oleh masyarakat umum.
(2) BPR yang mempunyai total aset lebih kecil dari Rp10.000.000.000,00
(sepuluh miliar rupiah) wajib mengumumkan Laporan Keuangan
Publikasi posisi akhir bulan Maret, Juni, September, dan Desember
pada surat kabar lokal atau menempelkannya pada papan
pengumuman atau media lainnya yang mudah dibaca oleh publik.
(3) Pengumuman Laporan Keuangan Publikasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) wajib dilakukan paling lambat:
a. akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya bulan laporan untuk
78
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Laporan Keuangan Publikasi posisi akhir bulan Maret, Juni, dan
September; dan
b. akhir bulan keempat setelah berakhirnya bulan laporan untuk
Laporan Keuangan Publikasi posisi akhir bulan Desember.
58 Pasal 10 (1) Dalam hal BPR mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi dengan
15/3/PBI/2013 menempelkan pada papan pengumuman atau media lainnya yang
mudah dibaca oleh publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
(Paragraf 57 dalam kodifikasi ini) maka Laporan Keuangan Publikasi
wajib:
a. ditempelkan di seluruh kantor BPR; dan
b. terus menerus ditempelkan sampai dengan jangka waktu
pelaporan berikutnya.
Contoh:
Laporan Keuangan Publikasi bulan Maret 2013 ditempelkan pada
papan pengumuman/media lainnya hingga masuk periode
pengumuman Laporan Keuangan Publikasi bulan Juni 2013
Yang dimaksud dengan kantor BPR adalah Kantor Pusat, Kantor
Cabang dan Kantor Kas
(2) BPR yang tidak mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi sesuai
dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan
belum mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi.
Contoh:
Pada saat Pemeriksaan bulan Agustus 2013, BPR tidak menempelkan
Laporan Keuangan Publikasi pada papan pengumuman/media
lainnya yang mudah dibaca oleh Publik pada salah satu kantor BPR
untuk posisi akhir Juni 2013, maka BPR akan dikenakan sanksi tidak
mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi pada periode Laporan
Keuangan Publikasi posisi akhir Juni 2013.
59 Pasal 11 (1) BPR dinyatakan terlambat mengumumkan Laporan Keuangan
15/3/PBI/2013 Publikasi, apabila mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi
setelah batas akhir waktu pengumuman laporan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) (Paragraf 57 ayat (3) dalam
kodifikasi ini) sampai dengan paling lama 1 (satu) bulan sejak batas
akhir pengumuman laporan.
Contoh:
Untuk Laporan Keuangan Publikasi bulan Maret 2013, BPR
dinyatakan terlambat mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi
jika diumumkan dalam kurun waktu 1 Mei sampai dengan 31 Mei
2013.
(2) BPR dinyatakan tidak mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi,
apabila BPR belum mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi
dalam kurun waktu keterlambatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1).
79
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Contoh:
Untuk Laporan Keuangan Publikasi bulan Maret 2013, BPR
dinyatakan tidak mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi jika
diumumkan setelah tanggal 31 Mei 2013.
(3) Apabila BPR telah mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi posisi
bulan Desember, namun:
a. Laporan Keuangan Tahunan untuk Laporan Publikasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) (Paragraf 53 ayat (1) dalam
kodifikasi ini) tidak diaudit oleh Akuntan Publik dan/atau Kantor
Akuntan Publik yang terdaftar di Bank Indonesia; atau
b. Laporan Keuangan Tahunan untuk Laporan Publikasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) (Paragraf 53 ayat (2) dalam
kodifikasi ini) belum dipertanggungjawabkan oleh Direksi atau
Pengurus kepada Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat
Anggota,
BPR dinyatakan belum mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi
posisi bulan Desember.
60 Pasal 12 (1) Laporan Keuangan Publikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
15/3/PBI/2013 (Paragraf 56 dalam kodifikasi ini) wajib ditandatangani paling kurang
oleh 1 (satu) anggota Direksi BPR dengan mencantumkan nama
secara jelas.
(2) Dalam hal seluruh anggota Direksi berhalangan, Laporan Keuangan
Publikasi ditandatangani oleh anggota Dewan Komisaris atau
Pejabat yang ditunjuk oleh Rapat Umum Pemegang Saham atau
sesuai Anggaran Dasar, dengan mencantumkan nama dan jabatan
secara jelas.
(3) Bagi BPR yang laporan keuangannya di audit oleh Akuntan Publik,
Laporan Keuangan Publikasi posisi akhir bulan Desember, selain
wajib memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) juga wajib mencantumkan nama Akuntan Publik yang
bertanggung jawab dalam audit (partner in charge) dan nama Kantor
Akuntan Publik yang mengaudit Laporan Keuangan Tahunan.
61 Pasal 13 BPR wajib menyampaikan bukti pengumuman kepada Bank Indonesia,
15/3/PBI/2013 berupa:
a. halaman surat kabar yang memuat Laporan Keuangan Publikasi;
dan/atau
b. fotokopi Laporan Keuangan Publikasi yang ditempelkan pada papan
pengumuman atau media lainnya,
paling lambat tanggal 14 setelah batas akhir pengumuman sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) (Paragraf 57 ayat (3) dalam kodifikasi
ini).
Contoh:
Laporan Keuangan Publikasi posisi akhir Maret 2013 wajib diumumkan
paling lambat tanggal 30 April 2013.
80
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Selanjutnya, BPR wajib menyampaikan guntingan surat kabar dan/atau
fotokopi Laporan Keuangan Publikasi dan rekaman data Laporan
Publikasi paling lambat tanggal 14 Mei 2013.
SE 15/29/DKBU Alamat Penyampaian Laporan
2013 Laporan Tahunan dan bukti pengumuman Laporan Keuangan Publikasi
Romawi VI.A disampaikan kepada Bank Indonesia dengan alamat:
1. Kantor Regional Bank I Indonesia, Gedung D, Lantai 7, Jalan M.H.
Thamrin Nomor 2 Jakarta Pusat 10350, bagi BPR yang berkedudukan
di wilayah DKI Jakarta, Banten, Bogor, Depok, Karawang, dan Bekasi.
2. Kantor Perwakilan Dalam Negeri Bank Indonesia yang mewilayahi
kantor pusat BPR, bagi BPR yang kantor pusatnya berkedudukan di
luar wilayah sebagaimana dimaksud dalam huruf a.
62 Pasal 14 (1) BPR wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia rekaman data
15/3/PBI/2013 Laporan Keuangan Publikasi secara on‐line, paling lambat tanggal 14,
setelah batas akhir pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9 ayat (3) (Paragraf 57 ayat (3) dalam kodifikasi ini).
Penyampaian rekaman data Laporan Keuangan Publikasi secara
online dilakukan dengan cara mengirim atau mentransfer rekaman
data secara langsung melalui fasilitas ekstranet Bank Indonesia atau
sarana teknologi lainnya.
(2) Dalam hal BPR tidak dapat menyampaikan rekaman data Laporan
Keuangan Publikasi secara on‐line sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) karena:
Penyampaian rekaman data Laporan Keuangan Publikasi secara off‐
line dilakukan dengan cara antara lain seperti mengirimkan USB,
compact disk, atau sarana rekaman atau transfer data lainnya.
a. BPR berkedudukan di daerah yang belum tersedia fasilitas
jaringan telekomunikasi;
Yang dimaksud dengan “daerah yang belum tersedia fasilitas
jaringan telekomunikasi” adalah daerah yang tidak mempunyai
sarana jaringan telekomunikasi sesuai dengan sarana jaringan
telekomunikasi yang digunakan untuk sistem Laporan Keuangan
Publikasi kepada Bank Indonesia.
b. BPR baru beroperasi dengan batas waktu paling lama 2 (dua)
bulan setelah melakukan kegiatan operasional;
c. BPR mengalami gangguan teknis; dan/atau
Yang dimaksud dengan “gangguan teknis” adalah gangguan yang
mengakibatkan BPR pelapor tidak dapat menyampaikan Laporan
Keuangan Publikasi secara on‐line, antara lain gangguan pada
jaringan telekomunikasi, kebakaran atau pemadaman listrik.
81
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
d. terjadi kerusakan dan/atau gangguan pada database atau jaringan
telekomunikasi di Bank Indonesia,
BPR menyampaikan rekaman data Laporan Keuangan Publikasi secara
off‐line.
SE 15/29/DKBU Laporan Keuangan Publikasi secara on‐line dilakukan melalui fasilitas
2013 jaringan ekstranet Bank Indonesia. Dalam hal laporan disampaikan
Romawi V.B secara off‐line dalam bentuk rekaman data (soft copy) berupa
compact disk atau media perekam data elektronik lainnya maka
laporan disampaikan kepada Bank Indonesia dengan alamat:
a. Departemen Pengelolaan dan Kepatuhan Laporan, Gedung
Syafruddin Prawiranegara, Lantai 16‐17, Jalan M.H. Thamrin
Nomor 2, Jakarta Pusat 10350, bagi BPR yang berkedudukan di
wilayah DKI Jakarta, Banten, Bogor, Depok, Karawang, dan
Bekasi; dan
b. Kantor Perwakilan Dalam Negeri Bank Indonesia yang mewilayahi
kantor pusat BPR, bagi BPR yang kantor pusatnya berkedudukan
di luar wilayah sebagaimana dimaksud dalam huruf a.
63 Pasal 15 (1) BPR dinyatakan terlambat menyampaikan bukti pengumuman
15/3/PBI/2013 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 (Paragraf 61 dalam kodifikasi
ini) dan rekaman data Laporan Keuangan Publikasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) (Paragraf 62 ayat (1) dalam
kodifikasi ini), apabila BPR menyampaikan bukti pengumuman atau
rekaman data Laporan Keuangan Publikasi setelah batas akhir waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan Pasal 14 ayat (1)
(Paragraf 61 dan Paragraf 62 ayat (1) dalam kodifikasi ini) sampai
dengan paling lama 1 (satu) bulan sejak batas akhir penyampaian.
Contoh:
Untuk Laporan Keuangan Publikasi bulan Maret 2013, BPR
dinyatakan terlambat menyampaikan halaman surat kabar dan/atau
fotokopi Laporan Keuangan Publikasi dan rekaman data Laporan
Keuangan Publikasi, jika disampaikan dalam kurun waktu 15 Mei
sampai dengan 14 Juni 2013.
(2) BPR dinyatakan tidak menyampaikan bukti pengumuman
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 (Paragraf 61 dalam kodifikasi
ini) atau rekaman data Laporan Keuangan Publikasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) (Paragraf 62 ayat (1) dalam
kodifikasi ini), apabila BPR belum menyampaikan bukti pengumuman
atau rekaman data Laporan Keuangan Publikasi dalam kurun waktu
keterlambatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Contoh:
Untuk Laporan Keuangan Publikasi bulan Maret 2013, BPR
dinyatakan tidak menyampaikan halaman surat kabar atau fotokopi
Laporan Keuangan Publikasi yang ditempelkan pada papan
82
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
pengumuman dan rekaman data Laporan Keuangan Publikasi, jika
disampaikan setelah tanggal 14 Juni 2013.
(3) Apabila BPR telah menyampaikan rekaman data Laporan Keuangan
Publikasi namun datanya tidak sesuai dengan Laporan Keuangan
Publikasi yang diumumkan maka BPR dinyatakan belum
menyampaikan rekaman data Laporan Keuangan Publikasi.
BAB IV Hubungan Antara BPR, Akuntan Publik Dan Bank Indonesia
64 Pasal 16 (1) Dalam memberikan penugasan audit terhadap Laporan Keuangan
15/3/PBI/2013 Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 (Paragraf 52 dalam
kodifikasi ini), BPR wajib menunjuk Akuntan Publik dan Kantor
Akuntan Publik yang memenuhi kriteria:
a. terdaftar di Bank Indonesia; dan
b. tidak memiliki keterkaitan dengan BPR.
Yang dimaksud dengan “keterkaitan dengan BPR” adalah keterkaitan
kepemilikan, kepengurusan dan/atau keuangan sebagaimana
dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia tentang Batas
Maksimum Pemberian Kredit BPR.
(2) Penugasan atau penunjukan Akuntan Publik dan/atau Kantor
Akuntan Publik yang sama oleh BPR hanya dapat dilakukan untuk
paling lama 3 (tiga) tahun buku berturut‐turut.
Pembatasan penugasan atau penunjukan dimaksudkan dalam
rangka meningkatkan independensi dalam pelaksanaan audit
Laporan Keuangan Tahunan BPR.
65 Pasal 17 (1) Penunjukan atau penugasan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan
15/3/PBI/2013 Publik dalam rangka audit Laporan Keuangan Tahunan BPR wajib
dilakukan dengan perjanjian kerja.
(2) Perjanjian kerja antara BPR dan Kantor Akuntan Publik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling kurang mencakup:
a. nama Kantor Akuntan Publik;
b. Akuntan Publik yang bertanggung jawab terhadap audit
(partner in charge);
c. kewajiban Akuntan Publik untuk melakukan audit sesuai
Standar Profesional Akuntan Publik, kode etik profesi dan
peraturan perundang‐undangan yang mengatur mengenai
Akuntan Publik;
d. pernyataan dari BPR untuk mengizinkan Kantor Akuntan Publik
menyampaikan secara langsung kepada Bank Indonesia:
1) laporan hasil audit;
2) Surat Komentar (Management Letter);
3) informasi yang dibutuhkan oleh Bank Indonesia setiap saat
apabila diperlukan; dan
4) informasi mengenai temuan audit terkait dengan
pelanggaran terhadap ketentuan perundang‐undangan di
bidang keuangan dan/atau perbankan yang dapat
membahayakan kelangsungan usaha BPR;
83
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
5) ruang lingkup audit;
6) Jangka waktu penyelesaian audit;
7) kewajiban Akuntan Publik yang bertanggung jawab dalam
melakukan audit untuk melapor kepada Bank Indonesia
sebelum pelaksanaan audit; dan
8) kewajiban Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik untuk
tidak menggunakan atau mengungkapkan data atau
informasi kepada pihak lain tanpa seizin BPR sesuai dengan
ketentuan perundang‐undangan yang berlaku.
(3) Ruang lingkup audit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d
paling sedikit mencakup:
a. penilaian atas penggolongan kualitas aktiva produktif dan
kecukupan penyisihan penghapusan aktiva produktif yang
dibentuk BPR;
b. penilaian terhadap aset lain‐lain dan agunan yang diambil alih
BPR;
c. pendapat mengenai kewajaran atas transaksi dengan pihak yang
mempunyai hubungan istimewa maupun transaksi yang dilakukan
dengan perlakuan khusus;
Pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah pihak‐pihak
sebagaimana dimaksud dalam Standar Akuntansi Keuangan yang
berlaku bagi BPR.
d. jumlah dan kualitas penyediaan dana kepada pihak terkait;
e. rincian pelanggaran batas maksimum pemberian kredit yang
meliputi nama nasabah, kualitas penyediaan dana, persentase
dan jumlah pelanggaran batas maksimum pemberian kredit;
f. rincian pelanggaran batas maksimum pemberian kredit yang
meliputi nama nasabah, kualitas penyediaan dana, persentase
dan jumlah pelanggaran batas maksimum pemberian kredit;
g. perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM);
h. Loan to Deposit Ratio (LDR);
Yang dimaksud dengan penyebab kredit bermasalah adalah
kredit yang berpengaruh secara signifikan terhadap NPL BPR.
i. Perbandingan jumlah kredit bermasalah terhadap total kredit
yang diberikan serta penyebab utamanya.
j. Return on Asset (ROA) dan Beban Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO).
Pengujian terhadap keandalan laporan termasuk penilaian
Akuntan Publik mengenai laporan yang disampaikan ke Bank
Indonesia telah disusun dan sesuai dengan data yang ada di BPR.
Laporan sebagaimana dimaksud dalam huruf ini termasuk
laporan bulanan BPR dan laporan batas maksimum pemberian
kredit.
84
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
k. keandalan sistem pelaporan BPR kepada Bank Indonesia dan
pengujian terhadap keandalan laporan‐laporan yang disampaikan
oleh BPR kepada Bank Indonesia; dan
l. hal‐hal lain yang diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan yang
berlaku, termasuk catatan atas Laporan Keuangan.
(4) Fotokopi perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
disampaikan BPR kepada Bank Indonesia paling lambat 14 (empat
belas) hari sebelum pelaksanaan audit.
SE 15/29/DKBU Hubungan Kerja antara BPR dan Akuntan Publik
2013 A. Penugasan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik dalam rangka
Romawi IV audit Laporan Keuangan Tahunan BPR wajib dilakukan dengan
perjanjian kerja;
B. Perjanjian kerja antara BPR dan Kantor Akuntan Publik berpedoman
pada Lampiran II (Lampiran 44 dalam kodifikasi ini) yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank
Indonesia ini.
66 Pasal 18 Akuntan Publik dan/atau Kantor Akuntan Publik wajib memberikan data
15/3/PBI/2013 dan informasi yang diminta Bank Indonesia terkait dengan BPR yang
diaudit, meskipun perjanjian kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
ayat (1) (Paragraf 65 ayat (1) dalam kodifikasi ini) telah berakhir.
67 Pasal 19 Akuntan Publik yang melakukan audit terhadap Laporan Keuangan
15/3/PBI/2013 Tahunan BPR wajib:
a. melakukan audit sesuai dengan standar profesional Akuntan Publik,
kode etik profesi, dan ketentuan perundang‐undangan yang mengatur
mengenai Akuntan Publik, serta perjanjian kerja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 (Paragraf 65 dalam kodifikasi ini).
b. memberitahukan adanya pelanggaran terhadap ketentuan
perundang‐undangan di bidang keuangan dan/atau perbankan yang
dapat membahayakan kelangsungan usaha BPR kepada Bank
Indonesia paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak ditemukannya
pelanggaran;
Yang dimaksud dengan “pelanggaran terhadap ketentuan perundang‐
undangan di bidang keuangan dan/atau perbankan yang dapat
membahayakan kelangsungan usaha BPR”, antara lain:
a. kekurangan kewajiban penyediaan modal minimum;
b. kekurangan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva
produktif yang material;
c. pelanggaran batas maksimum pemberian kredit; dan/atau
d. kecurangan (fraud) yang bernilai material.
c. menyampaikan laporan hasil audit dan Surat Komentar (Management
Letter) kepada Bank Indonesia paling lambat 4 (empat) bulan setelah
berakhirnya tahun buku yang bersangkutan; dan
Laporan Hasil Audit dan Surat Komentar (Management Letter) yang
disampaikan kepada Bank Indonesia adalah Laporan Hasil Audit dan
85
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Surat Komentar yang telah ditandatangani oleh Akuntan Publik yang
in charge.
d. mematuhi ketentuan rahasia bank sebagaimana diatur dalam
Undang‐Undang tentang Perbankan dan kerahasiaan informasi
sebagaimana diatur dalam Undang‐Undang mengenai Akuntan Publik
dan ketentuan perundang‐undangan lainnya serta perjanjian kerja
sebagaimana diatur dalam Pasal 17 ayat (2) huruf h (Paragraf 65 ayat
(2) huruf h dalam kodifikasi ini).
BAB V Tanggung Jawab Laporan Keuangan
68 Pasal 20 Laporan Keuangan Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi sepenuhnya
15/3/PBI/2013 menjadi tanggung jawab Direksi atau pengurus BPR.
BAB VI Keadaan Memaksa
69 Pasal 21 (1) BPR yang mengalami keadaan memaksa yang dampaknya terhadap
15/3/PBI/2013 BPR melampaui batas waktu seharusnya mengumumkan dan/atau
menyampaikan laporan, dikecualikan dari kewajiban mengumumkan
dan/atau menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (4), Pasal 9 ayat (3), Pasal 13, Pasal 14 ayat (1) (Paragraf
52 ayat (4), Paragraf 57 ayat (3), Paragraf 61 dan Paragraf 62 ayat (1)
dalam kodifikasi ini).
Yang dimaksud dengan keadaan memaksa (force majeure) adalah
keadaan yang secara nyata‐nyata menyebabkan BPR tidak dapat
mengumumkan dan/atau menyampaikan laporan, antara lain
kebakaran, kerusuhan massa, perang, sabotase, serta bencana alam
seperti gempa bumi dan banjir, yang dibenarkan oleh penguasa atau
pejabat dari instansi terkait di daerah setempat.
Contoh:
Apabila BPR mengalami kebakaran di bulan Februari 2013 yang
menyebabkan BPR mengalami kerusakan infrastruktur dan
kehilangan data dan/atau informasi secara permanen, sehingga
tidak dapat menyampaikan laporan atau mengumumkan laporan
posisi Desember 2012 sampai dengan batas waktu penyampaian
Laporan Tahunan dan pengumuman Laporan Keuangan Publikasi,
dikecualikan dari penyampaian pelaporan/pengumuman.
(2) Untuk memperoleh pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), BPR harus menyampaikan permohonan secara tertulis kepada
Bank Indonesia disertai penjelasan mengenai penyebab terjadinya
keadaan memaksa yang dialami dan disertai keterangan pejabat
yang berwenang dari instansi terkait di daerah setempat.
(3) BPR yang memperoleh pengecualian sebagaimana dimaksud pada
ayat wajib mengumumkan dan/atau menyampaikan laporan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (4), Pasal 9 ayat (3), Pasal
13 dan Pasal 14 ayat (1) (Paragraf 52 ayat (4), Paragraf 57 ayat (3),
Paragraf 61 dan Paragraf 62 ayat (1) dalam kodifikasi ini), setelah
BPR kembali melakukan kegiatan operasional secara normal.
86
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
(4) Pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) hanya
diberikan hingga keadaan memaksa atau berdasarkan pertimbangan
Bank Indonesia telah dapat teratasi.
BAB VII Sanksi
Bagian Kesatu Laporan Tahunan
70 Pasal 22 (1) BPR yang terlambat menyampaikan Laporan Tahunan sebagaimana
15/3/PBI/2013 dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) (Paragraf 55 ayat (1) dalam
Ayat (1) kodifikasi ini), dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar
Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) per hari keterlambatan.
SE 15/29/DKBU BPR yang terlambat mengumumkan Laporan Tahunan dikenakan
2013 sanksi kewajiban membayar sebesar Rp50.000,00 (lima puluh ribu
Romawi V.B.1.a rupiah) per hari keterlambatan.
Contoh:
BPR paling lambat menyampaikan Laporan Tahunan posisi akhir
Desember 2013 pada tanggal 30 April 2014. Apabila BPR
menyampaikan Laporan Tahunan tersebut pada tanggal 10 Mei
2014 maka BPR dikenakan sanksi keterlambatan selama 10
(sepuluh) hari sebesar Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).
Pasal 22 (2) BPR yang tidak menyampaikan Laporan Tahunan sebagaimana
15/3/PBI/2013 dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) (Paragraf 55 ayat (2) dalam
Ayat (2) kodifikasi ini), dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp
3.000.000,00 (tiga juta rupiah).
SE 15/29/DKBU BPR yang tidak menyampaikan Laporan Tahunan kepada Bank
2013 Indonesia, dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar
Romawi V.B.1.b Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah).
Contoh:
BPR paling lambat menyampaikan Laporan Tahunan posisi akhir
Desember 2013 pada tanggal 30 April 2014. Apabila BPR
menyampaikan Laporan Tahunan tersebut setelah tanggal 31 Mei
2014 maka BPR dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar
Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah).
Pasal 22 (3) BPR yang tidak menyampaikan Laporan Tahunan sebagaimana
15/3/PBI/2013 dimaksud pada ayat (2) hingga periode penyampaian Laporan
Ayat (3) Tahunan berikutnya dikenakan sanksi administratif sebagaimana
diatur dalam Pasal 52 Undang‐Undang No. 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐Undang
Nomor 10 Tahun 1998, antara lain :
a. penurunan tingkat kesehatan bank; dan/atau
b. pencantuman pengurus dan/atau pemegang saham dalam daftar
pihak‐pihak yang memperoleh predikat tidak lulus dalam
penilaian kemampuan dan kepatutan BPR sebagaimana diatur
dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai uji kemampuan dan
kepatutan.
87
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
71 Pasal 23 (1) BPR yang menyampaikan Laporan Tahunan yang penyusunan dan
15/3/PBI/2013 penyajiannya tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud
Ayat (1) dalam Pasal 3 dan Pasal 4 (Paragraf 51 dan Paragraf 52 dalam
kodifikasi ini) dan/atau Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku
bagi BPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (5) (Paragraf 53
ayat (5) dalam kodifikasi ini) dikenakan:
a. sanksi kewajiban membayar sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta
rupiah) apabila setelah diberi surat peringatan sebanyak 2 (dua)
kali oleh Bank Indonesia dengan tenggang waktu 2 (dua) minggu
untuk setiap surat peringatan, BPR tidak memperbaiki dan tidak
menyampaikan laporan dimaksud; dan
b. sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52
Undang‐Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang‐Undang Nomor 10
Tahun 1998, antara lain:
1) penurunan tingkat kesehatan bank; dan/atau
2) pencantuman pengurus dalam daftar pihak yang
memperoleh predikat tidak lulus dalam penilaian
kemampuan dan kepatutan BPR sebagaimana diatur dalam
ketentuan Bank Indonesia mengenai uji kemampuan dan
kepatutan.
SE 15/29/DKBU BPR yang telah menyampaikan Laporan Tahunan, namun
2013 penyusunan dan penyajiannya tidak sesuai dengan ketentuan
Romawi V.B.1.c Bank Indonesia mengenai transparansi kondisi keuangan BPR
dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp5.000.000,00
(lima juta rupiah) apabila setelah diberi surat peringatan sebanyak 2
(dua) kali oleh Bank Indonesia dengan tenggang waktu 2 (dua)
minggu untuk setiap surat peringatan, BPR tidak memperbaiki dan
tidak menyampaikan laporan dimaksud.
Contoh:
1) BPR menyampaikan Laporan Tahunan pada tanggal 30 April
2014, namun laporan dimaksud tidak menyajikan
perbandingan Laporan Keuangan Tahunan dengan tahun
sebelumnya dan tidak ditandatangani oleh Pejabat yang
berwenang sesuai Anggaran Dasar. Apabila setelah Bank
Indonesia memberikan surat peringatan sebanyak 2 (dua) kali
untuk memperbaiki namun tidak ditindaklanjuti dengan
perbaikan serta penyampaian Laporan dimaksud maka BPR
yang bersangkutan dikenakan sanksi kewajiban membayar
sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).
2) BPR menyampaikan Laporan Tahunan pada tanggal 30 April
2014, namun laporan dimaksud tidak sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan bagi Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
(SAK ETAP) dan Pedoman Akuntansi BPR (PA BPR). Apabila
setelah Bank Indonesia memberikan surat peringatan
sebanyak 2 (dua) kali kepada BPR namun tidak ditindaklanjuti
dengan perbaikan serta penyampaian Laporan dimaksud maka
BPR yang bersangkutan dikenakan sanksi kewajiban membayar
sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).
88
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Pasal 23 (2) BPR yang menyampaikan Laporan Tahunan yang isinya secara
15/3/PBI/2013 material tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya sebagaimana
Ayat (2) dimaksud dalam Pasal 3 (Paragraf 51 dalam kodifikasi ini) selain
dikenakan sanksi kewajiban membayar dan sanksi administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terhadap anggota Dewan
Komisaris, anggota Direksi, pegawai BPR maupun pihak terafiliasi
lainnya dapat dikenakan sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 49 ayat (1) dan Pasal 50 Undang‐ Undang Nomor 7 tahun 1992
tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐
Undang Nomor 10 Tahun 1998.
Bagian Kedua Laporan Keuangan Publikasi
72 Pasal 24 (1) BPR yang terlambat mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi
15/3/PBI/2013 pada surat kabar lokal dan/atau menempelkannya pada papan
Ayat (1) pengumuman atau media lainnya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (1) (Paragraf 59 ayat (1) dalam kodifikasi ini), masing‐
masing dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp50.000,00
(lima puluh ribu rupiah) per hari keterlambatan.
Contoh:
a. Apabila BPR mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi sesuai
ketentuan untuk posisi Maret 2013 pada tanggal 7 Mei 2013,
maka BPR tersebut dikenakan denda keterlambatan selama 6
hari senilai Rp300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah)
b. Untuk BPR dengan total aset lebih besar atau sama dengan
RP10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) wajib
mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi posisi akhir bulan
Desember 2012 pada papan pengumuman atau media lainnya
dan surat kabar lokal. Apabila BPR mengumumkan Laporan
Keuangan Publikasi posisi akhir bulan Desember 2012 pada
tanggal 6 Mei 2013 baik di surat kabar lokal maupun pada papan
pengumuman, maka BPR tersebut dikenakan denda sebesar Rp
500,000,00 (lima ratus ribu rupiah) dengan rincian sebagai
berikut:
1) Keterlambatan mengumumkan pada papan pengumuman
selama 5 hari sebesar Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh
ribu rupiah); dan
2) Keterlambatan mengumumkan pada surat kabar lokal selama
5 hari sebesar Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu
rupiah)
SE 15/29/DKBU BPR yang terlambat mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi
2013 pada surat kabar lokal dan/atau menempelkannya pada papan
Romawi V.B.2.a pengumuman atau media lainnya, masing‐masing dikenakan sanksi
kewajiban membayar sebesar Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah)
per hari keterlambatan.
Contoh:
1) Untuk posisi Juni 2014, BPR wajib mengumumkan Laporan
Keuangan Publikasi paling lambat tanggal 31 Juli 2014. Apabila
89
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
BPR mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi tersebut pada
tanggal 7 Agustus 2014, maka BPR tersebut dikenakan sanksi
keterlambatan selama 7 (tujuh) hari sebesar Rp350.000,00 (tiga
ratus lima puluh ribu rupiah).
2) Untuk posisi Desember 2013, bagi BPR dengan total aset lebih
besar atau sama dengan Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah) wajib mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi pada
papan pengumuman atau media lainnya dan surat kabar lokal,
paling lambat 30 April 2014. Apabila BPR mengumumkan
Laporan Keuangan Publikasi tersebut pada tanggal 10 Mei 2014
maka BPR dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) dengan rincian sebagai
berikut:
a) sanksi keterlambatan mengumumkan pada papan
pengumuman selama 10 (sepuluh) hari sebesar
Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah); dan
b) sanksi keterlambatan mengumumkan pada surat kabar lokal
selama 10 hari sebesar Rp500.000,00 (lima ratus ribu
rupiah).
Pasal 24 (2) BPR yang tidak mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi pada
15/3/PBI/2013 surat kabar lokal dan/atau menempelkannya pada papan
Ayat (2) pengumuman atau media lainnya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (2) (Paragraf 59 ayat (2) dalam kodifikasi ini), masing‐
masing dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar
Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah).
Contoh:
a. Apabila BPR mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi sesuai
ketentuan untuk posisi akhir bulan Maret 2013 pada tanggal 5
Juni 2013, maka BPR tersebut dikenakan denda tidak
mengumumkan laporan keuangan publikasi posisi akhir bulan
Maret 2013 sebesar Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah)
b. Untuk BPR dengan total aset lebih besar atau sama dengan
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) wajib
mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi posisi akhir bulan
Desember 2012 pada papan pengumuman atau media lainnya
dan surat kabar lokal. Apabila BPR mengumumkan Laporan
Keuangan Publikasi posisi akhir bulan Desember 2012 pada
tanggal 20 Juni 2013, maka BPR tersebut dikenakan denda
sebesar Rp6.000.000,00 (enam juta rupiah) dengan rincian
sebagai berikut:
1) Denda tidak mengumumkan pada papan pengumuman
sebesar Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah); dan
2) Denda tidak mengumumkan pada surat kabar lokal sebesar
Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah).
SE 15/29/DKBU BPR yang tidak mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi pada
2013 surat kabar lokal dan/atau menempelkannya pada papan
Romawi V.B.2.b pengumuman atau media lainnya, masing‐masing dikenakan sanksi
kewajiban membayar sebesar Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah).
90
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Contoh:
1) Untuk posisi akhir bulan September 2013, BPR wajib
mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi paling lambat pada
tanggal 31 Oktober 2013. Apabila BPR mengumumkan Laporan
Keuangan Publikasi tersebut setelah tanggal 31 Oktober 2013,
maka BPR dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar
Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah).
2) Untuk posisi akhir bulan Desember 2013, bagi BPR dengan total
aset lebih besar atau sama dengan Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah) wajib mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi
pada papan pengumuman atau media lainnya dan surat kabar
lokal, paling lambat tanggal 30 April 2014. Apabila BPR
mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi tersebut setelah
tanggal 31 Mei 2014 maka BPR tersebut dikenakan sanksi
kewajiban membayar sebesar Rp6.000.000,00 (enam juta
rupiah) dengan rincian sebagai berikut:
a) sanksi tidak mengumumkan pada papan pengumuman
sebesar Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah); dan
b) sanksi tidak mengumumkan pada surat kabar lokal sebesar
Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah).
73 Pasal 25 (1) BPR yang terlambat menyampaikan bukti pengumuman dan/atau
15/3/PBI/2013 rekaman data Laporan Keuangan Publikasi sebagaimana dimaksud
Ayat (1) dalam Pasal 15 ayat (1) (Paragraf 63 ayat (1) dalam kodifikasi ini),
masing‐masing dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar
Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) per hari keterlambatan.
Contoh:
a. Untuk Laporan Keuangan Publikasi bulan Maret 2013, BPR
menyampaikan bukti pengumuman laporan keuangan publikasi
atau guntingan surat kabar dan rekaman data sesuai ketentuan
untuk pada tanggal 21 Mei 2013, maka BPR tersebut dikenakan
denda keterlambatan menyampaikan bukti pengumuman
fotokopi Laporan Keuangan Publikasi dan rekaman data senilai
Rp600.000,00 (enam ratus ribu rupiah) yang terdiri dari:
1) Denda keterlambatan penyampaian bukti pengumuman
Laporan Keuangan Publikasi selama 6 hari senilai
Rp300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah); dan
2) Denda keterlambatan menyampaikan rekaman data selama 6
hari senilai Rp300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah)
b. Khusus untuk BPR dengan total aset lebih besar atau sama
dengan RP10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) wajib
menyampaikan bukti pengumuman Laporan Keuangan Publikasi
posisi akhir bulan Desember 2012 pada papan pengumuman atau
media lainnya, surat kabar lokal dan rekaman data. Apabila BPR
menyampaikan bukti pengumuman Laporan Keuangan Publikasi,
guntingan surat kabar, dan rekaman data posisi akhir bulan
Desember 2012 pada tanggal 21 Mei 2013, maka BPR tersebut
dikenakan denda 6 hari keterlambatan sebesar Rp 900,000,00
(sembilan ratus ribu rupiah) dengan rincian sebagai berikut :
91
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
1) Denda keterlambatan penyampaian bukti pengumuman
Laporan Keuangan Publikasi selama 6 hari senilai
Rp300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah);
2) Denda keterlambatan penyampaian guntingan halaman surat
kabar selama 6 hari senilai Rp300.000,00 (tiga ratus ribu
rupiah);
3) Denda keterlambatan menyampaikan rekaman data selama 6
hari senilai Rp300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah)
SE 15/29/DKBU BPR yang terlambat menyampaikan bukti pengumuman dan/atau
2013 rekaman data Laporan Keuangan Publikasi, masing‐masing
Romawi V.B.2.c dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp50.000,00 (lima
Contoh 1) dan 2) puluh ribu rupiah) per hari keterlambatan.
Contoh:
1) Untuk posisi akhir bulan September 2013, BPR wajib
menyampaikan bukti pengumuman Laporan Keuangan Publikasi
atau guntingan halaman surat kabar dan rekaman data paling
lambat tanggal 14 November 2013. Apabila BPR menyampaikan
bukti pengumuman Laporan Keuangan Publikasi atau guntingan
surat kabar dan rekaman data tanggal 21 November 2013,
maka BPR tersebut dikenakan sanksi keterlambatan selama 7
(tujuh) hari sebesar Rp700.000,00 (tujuh ratus ribu rupiah),
dengan rincian sebagai berikut:
a) sanksi keterlambatan penyampaian bukti pengumuman
Laporan Keuangan Publikasi selama 7 (tujuh) hari sebesar
Rp350.000,00 (tiga ratus lima puluh ribu rupiah); dan
b) sanksi keterlambatan menyampaikan rekaman data selama 7
(tujuh) hari sebesar Rp350.000,00 (tiga ratus lima puluh ribu
rupiah).
2) Untuk posisi akhir bulan Desember 2013, bagi BPR dengan total
aset lebih besar atau sama dengan Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah) wajib menyampaikan bukti pengumuman Laporan
Keuangan Publikasi pada papan pengumuman atau media lainnya
dan guntingan halaman surat kabar lokal serta menyampaikan
rekaman data, paling lambat tanggal 14 Mei 2014. Apabila BPR
menyampaikan bukti pengumuman Laporan Keuangan Publikasi,
guntingan surat kabar, dan rekaman data tersebut pada tanggal
24 Mei 2014, maka BPR dikenakan sanksi keterlambatan
selama 10 (sepuluh) hari sebesar Rp 1.500.000,00 (satu juta lima
ratus ribu rupiah), dengan rincian sebagai berikut:
a) sanksi keterlambatan penyampaian bukti pengumuman
Laporan Keuangan Publikasi selama 10 hari senilai
Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah);
b) sanksi keterlambatan penyampaian guntingan halaman surat
kabar selama 10 hari senilai Rp500.000,00 (lima ratus ribu
rupiah); dan
c) sanksi keterlambatan menyampaikan rekaman data selama
10 hari senilai Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).
92
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Pasal 25 (2) BPR yang tidak menyampaikan bukti pengumuman dan/atau
15/3/PBI/2013 rekaman data Laporan Keuangan Publikasi sebagaimana dimaksud
Ayat (2) dalam Pasal 15 ayat (2) (Paragraf 63 ayat (2) dalam kodifikasi ini),
masing‐masing dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar
Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah).
Contoh:
a. Untuk Laporan Keuangan Publikasi bulan Maret 2013, apabila
BPR menyampaikan bukti pengumuman Laporan Keuangan
Publikasi atau guntingan surat kabar pada tanggal 20 Juni 2013,
maka BPR tersebut dikenakan denda tidak menyampaikan bukti
pengumuman fotokopi Laporan Keuangan Publikasi atau
guntingan surat kabar dan rekaman data senilai Rp6.000.000,00
(enam juta rupiah) yang terdiri dari:
1) Denda tidak menyampaikan bukti pengumuman Laporan
Keuangan Publikasi senilai Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah);
dan
2) Denda tidak menyampaikan rekaman data senilai
Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah).
b. Khusus BPR dengan total aset lebih besar atau sama dengan
RP10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) untuk Laporan
Keuangan Publikasi bulan Desember 2012, apabila BPR
menyampaikan bukti pengumuman laporan keuangan publikasi,
guntingan halaman surat kabar, dan rekaman data sesuai
ketentuan untuk posisi Desember 2012 pada tanggal 20 Juni 2013
maka BPR tersebut dikenakan denda sebesar Rp9.000.000,00
(Sembilan juta rupiah) yang terdiri dari:
1) Denda tidak menyampaikan bukti pengumuman Laporan
Keuangan Publikasi senilai Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah);
2) Denda tidak menyampaikan guntingan halaman surat kabar
senilai Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah); dan
3) Denda tidak menyampaikan rekaman data senilai
Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah).
SE 15/29/DKBU BPR yang tidak menyampaikan bukti pengumuman dan/atau rekaman
2013 data Laporan Keuangan Publikasi, masing‐masing dikenakan sanksi
Romawi V.B.2.c kewajiban membayar sebesar Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah).
Contoh 3) Contoh:
a) Untuk posisi bulan September 2013, BPR wajib menyampaikan
bukti pengumuman Laporan Keuangan Publikasi atau guntingan
surat kabar dan rekaman data, paling lambat tanggal 14 November
2013. Apabila BPR menyampaikan bukti pengumuman Laporan
Keuangan Publikasi atau guntingan halaman surat kabar dan
rekaman data setelah tanggal 14 November 2013, maka BPR
tersebut dikenakan sanksi tidak menyampaikan bukti pengumuman
Laporan Keuangan Publikasi atau guntingan halaman surat kabar
dan rekaman data senilai Rp6.000.000,00 (enam juta rupiah)
dengan rincian sebagai berikut:
(1) sanksi tidak menyampaikan bukti pengumuman Laporan
Keuangan Publikasi senilai Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah);
dan
93
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
(2) sanksi tidak menyampaikan rekaman data senilai
Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah).
b) Untuk posisi akhir bulan Desember 2013, bagi BPR dengan total aset
lebih besar atau sama dengan Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah) wajib menyampaikan bukti pengumuman Laporan
Keuangan Publikasi paling lambat tanggal 14 Mei 2014. Apabila BPR
menyampaikan bukti pengumuman Laporan Keuangan Publikasi,
guntingan halaman surat kabar, dan rekaman data setelah tanggal
14 Juni 2014 maka BPR tersebut dikenakan sanksi kewajiban
membayar sebesar Rp9.000.000,00 (sembilan juta rupiah) yang
terdiri dari:
(1) sanksi tidak menyampaikan bukti pengumuman Laporan
Keuangan Publikasi sebesar Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah);
(2) sanksi tidak menyampaikan guntingan halaman surat kabar
sebesar Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah); dan
(3) sanksi tidak menyampaikan rekaman data sebesar
Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah).
Bagian Ketiga Hubungan Antara BPR, Akuntan Publik dan Bank Indonesia
74 Pasal 26 BPR yang tidak menyampaikan fotokopi perjanjian kepada Bank Indonesia
15/3/PBI/2013 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (4) (Paragraf 65 ayat (4)
dalam kodifikasi ini) dikenakan sanksi administratif sesuai dengan Pasal
52 Undang‐Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang‐Undang Nomor 10 Tahun
1998, berupa teguran tertulis.
75 Pasal 27 Akuntan Publik dan/atau Kantor Akuntan Publik yang melanggar
15/3/PBI/2013 ketentuan dalam Pasal 18 dan/atau Pasal 19 (Paragraf 66 dan/atau
Paragraf 65 dalam kodifikasi ini) dikenakan sanksi administratif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 Undang‐Undang Nomor 7 tahun
1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐
Undang Nomor 10 Tahun 1998, berupa:
a. penghapusan nama Akuntan Publik dan/atau Kantor Akuntan Publik
dari daftar Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik yang terdaftar
di Bank Indonesia; dan/atau
b. penyampaian usulan kepada instansi yang berwenang untuk
mencabut atau membatalkan izin usaha sebagai pemberi jasa bagi
bank sesuai dengan peraturan perundang‐undangan yang berlaku.
BAB VII Lain – Lain
76 Pasal 28 BPR yang telah dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22,
15/3/PBI/2013 Pasal 23, Pasal 24 dan Pasal 25 (Paragraf 70, Paragraf 71, Paragraf 72 dan
Paragraf 73 dalam kodifikasi ini), tetap diwajibkan untuk memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bank Indonesia .
77 Pasal 29 Pembebanan sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud dalam
15/3/PBI/2013 Pasal 22, Pasal 23, Pasal 24 dan Pasal 25 (Paragraf 70, Paragraf 71,
Paragraf 72 dan Paragraf 73 dalam kodifikasi ini), dilakukan dengan cara
transfer atau tunai kepada Bank Indonesia.
94
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 15/29/DKBU A. Pemenuhan sanksi kewajiban membayar kepada Bank Indonesia
2013 dilakukan oleh kantor pusat BPR Pelapor secara tunai atau non tunai.
Romawi V.A
SE 15/29/DKBU B. Tata cara pembayaran secara tunai, dilakukan sebagai berikut:
2013 1. Pembayaran pada setiap hari kerja dengan waktu layanan kas
Romawi V.C – V.E pukul 08.00 sampai dengan 12.00 waktu setempat (hari Senin
sampai dengan Kamis) atau pukul 08.00 sampai dengan
11.30 waktu setempat (hari Jumat), untuk untung rekening nomor
566.000447.XXX (sesuai sandi satuan kerja Bank Indonesia) –
“Rekening antara sehubungan dengan penerimaan sanksi
administratif BPR”.
2. Bagi BPR Pelapor yang berkedudukan di wilayah DKI Jakarta,
Banten, Bogor, Depok, Karawang, dan Bekasi, menyetor kepada
Departemen Pengedaran Uang c.q. Divisi Pengelolaan Uang
Keluar (PgUK).
3. Bagi BPR Pelapor yang kantor pusatnya berkedudukan di luar
wilayah sebagaimana dimaksud dalam angka 2, menyetor kepada
Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang mewilayahi kantor pusat
BPR Pelapor.
C. Tata cara pembayaran secara non tunai, dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut:
1. Pembayaran melalui kliring
Transfer ditujukan ke rekening nomor 566.000447.XXX (sesuai
sandi satuan kerja Bank Indonesia) – “Rekening antara
sehubungan dengan penerimaan sanksi administratif BPR”, dengan
mencantumkan “pembayaran sanksi kewajiban membayar dari
BPR XXX untuk Laporan Bulanan periode XXX” pada kolom
keterangan.
2. Pembayaran melalui BI‐RTGS
Transfer ditujukan ke rekening nomor 566.000447.XXX (sesuai
sandi satuan kerja Bank Indonesia) – “Rekening antara
sehubungan dengan penerimaan sanksi administratif BPR”,
dengan mencantumkan Transaction Reference Number (TRN)
BIRBK566 dan pada kolom keterangan dicantumkan “pembayaran
sanksi kewajiban
membayar dari BPR XXX untuk Laporan Bulanan periode XXX”.
D. BPR Pelapor menyampaikan salinan bukti pembayaran sanksi kepada
satuan kerja di Bank Indonesia yang melakukan pengenaan sanksi,
dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Penyampaian bukti pembayaran atas sanksi terkait penyampaian
laporan secara on‐line atau off‐line, untuk BPR yang berada
diwilayah Jabodetabek, ditujukan kepada Divisi Pengelolaan dan
Pengawasan 2 (DPP 2) ‐ Departemen Pengelolaan dan Kepatuhan
Laporan (DPKL), Gedung Syafrudin Prawira Negara Lantai 16 ‐ 17,
Komplek Perkantoran Bank Indonesia, Jl. M.H. Thamrin No.2,
Jakarta – 10350.
2. Penyampaian bukti pembayaran atas sanksi terkait penyampaian
laporan secara hard copy untuk BPR yang berada diwilayah
Jabodetabek, ditujukan kepada Kantor Regional Bank 1 (KR‐1),
Gedung D, Lantai 7, Komplek Perkantoran Bank Indonesia, Jl. M.H.
95
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Thamrin No.2, Jakarta – 10350 bagi BPR yang berkedudukan di
wilayah DKI Jakarta, Banten, Bogor, Depok, Karawang, dan Bekasi.
3. Penyampaian bukti pembayaran atas sanksi terkait penyampaian
laporan secara hard copy dan laporan laporan secara on‐line atau
off‐ line, untuk untuk BPR yang berada di luar wilayah
Jabodetabek, ditujukan kepada Kantor Perwakilan Dalam Negeri
Bank Indonesia yang mewilayahi kantor pusat BPR.
78 Pasal 30 Apabila batas waktu kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
15/3/PBI/2013 ayat (4), Pasal 5 ayat (4), Pasal 7 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 9 ayat (3),
Pasal 11 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 13, Pasal 14 ayat (1), Pasal 15 ayat (1)
dan ayat (2), Pasal 17 ayat (4), dan Pasal 19 (Paragraf 52 ayat (4), Paragraf
53 ayat (4), Paragraf 55 ayat (1) dan ayat (2), Paragraf 57 ayat (3),
Paragraf 59 ayat (1) dan ayat (2), Paragraf 61, Paragraf 62 ayat (1),
Paragraf 63 ayat (1) dan ayat (2), Paragraf 65 ayat (4), dan Paragraf 67
dalam kodifikasi ini) jatuh pada hari Sabtu atau hari libur, maka batas
waktu kewajiban jatuh pada hari kerja berikutnya.
BAB IX Ketentuan Penutup
79 Pasal 33 Peraturan Bank Indonesia ini tidak diberlakukan bagi Bank Perkreditan
15/3/PBI/2013 Rakyat eks Badan Kredit Desa (BKD) yang didirikan berdasarkan
Staatsblad Tahun 1929 Nomor 357 dan Rijksblad Tahun 1937 Nomor 9.
80 Pasal 34 Peraturan Bank Indonesia ini mulai berlaku sejak Laporan Keuangan
15/3/PBI/2013 Publikasi posisi akhir bulan September 2013 dan Laporan Tahunan posisi
akhir tahun 2013.
Transparansi Kondisi Keuangan Bank Perkreditan Rakyat
Syariah
BAB I Ketentuan Umum
81 Pasal 1 1. Bank Perkreditan Rakyat Syariah yang selanjutnya disebut BPRS
7/47/PBI/2005 adalah Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam
Undang‐undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang‐undang Nomor 10 Tahun
1998, yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah.
2. Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah adalah kegiatan usaha
perbankan yang dilakukan berdasarkan Prinsip Syariah sebagaimana
dimaksud dalam Undang‐undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐undang
Nomor 10 Tahun 1998.
3. Laporan Tahunan adalah laporan lengkap mengenai kinerja suatu
BPRS dalam kurun waktu satu tahun yang berisi Laporan Keuangan
Tahunan dan informasi umum.
4. Laporan Keuangan Tahunan adalah laporan keuangan akhir tahun
BPRS yang disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan yang
berlaku.
5. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan adalah laporan keuangan
yang disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan yang berlaku
96
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
dan dipublikasikan setiap triwulan sesuai dengan ketentuan Bank
Indonesia.
6. Akuntan Publik adalah akuntan yang memiliki izin usaha untuk
melakukan kegiatan pemberian jasa audit yang dikeluarkan oleh
Menteri Keuangan.
7. Tahun Buku adalah tahun takwim atau tahun yang dimulai dari bulan
Januari sampai dengan bulan Desember.
8. Surat Komentar (Management Letter) adalah komentar tertulis dari
Akuntan Publik kepada manajemen bank mengenai hasil kaji ulang
terhadap struktur pengendalian intern, pelaksanaan standar
akuntansi keuangan atau masalah lain yang ditemui dalam
pelaksanaan audit, beserta dengan saran‐saran perbaikannya.
9. Dewan Pengawas Syariah adalah dewan yang melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan Prinsip Syariah dalam kegiatan
usaha BPRS.
82 Pasal 2 Dalam rangka transparansi kondisi keuangan, BPRS wajib membuat dan
7/47/PBI/2005 menyajikan laporan keuangan dengan bentuk dan cakupan sebagaimana
ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia ini, yang terdiri dari:
a. Laporan Tahunan;
b. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan.
SE 7/52/DPbS 1. Dalam rangka pemantauan keadaan usaha Bank termasuk BPRS oleh
2005 publik, BPRS diwajibkan untuk menyampaikan laporan dan atau
Romawi I informasi sesuai dengan waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank
No. 1 – 7 Indonesia.
2. Bentuk penyampaian laporan dan atau informasi yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam angka 1 adalah
Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan.
3. Laporan Tahunan disusun antara lain untuk memberikan gambaran
lengkap mengenai kinerja BPRS dalam kurun waktu satu tahun.
4. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan disusun antara lain untuk
memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja atau hasil
usaha BPRS serta informasi keuangan lainnya secara triwulanan
kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan perkembangan
usaha BPRS.
5. Penyajian Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi
Triwulanan BPRS didasarkan pada Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) yang relevan untuk perbankan syariah, Pedoman
Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI), serta ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia, agar dapat diperbandingkan.
6. Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan
disusun dalam Bahasa Indonesia, dalam hal laporan dimaksud juga
dibuat selain dalam Bahasa Indonesia baik dalam dokumen yang sama
atau terpisah, maka Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan
Publikasi Triwulanan tersebut harus memuat informasi yang sama.
7. Angka‐angka dalam laporan disajikan dalam mata uang rupiah dan
dalam ribuan rupiah.
97
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
BAB II Laporan Tahunan
83 Pasal 3 (1) BPRS wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia Laporan Tahunan
7/47/PBI/2005 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a (Paragraf 82 dalam
kodifikasi ini), yang paling sedikit mencakup:
a. informasi umum yang terdiri dari:
1. kepengurusan;
2. kepemilikan;
3. perkembangan usaha BPRS dan perkembangan kelompok
usaha BPRS, jika ada;
4. strategi dan kebijakan manajemen; dan
5. laporan manajemen.
b. Laporan Keuangan Tahunan yang terdiri dari :
1) Neraca;
2) Laporan Laba Rugi;
3) Laporan Arus Kas;
4) Laporan Perubahan Ekuitas;
5) Catatan atas laporan keuangan, termasuk informasi tentang
Komitmen dan Kontinjensi;
6) Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat, jika ada;
7) Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Infaq dan
Shadaqah; dan
8) Laporan Sumber dan Penggunaaan Dana Qardh.
(2) Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b bagi
BPRS yang mempunyai total aset diatas Rp10.000.000.000,00
(sepuluh milyar rupiah) wajib diaudit oleh Akuntan Publik.
(3) Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dibuat
untuk 1 (satu) Tahun Buku dan disajikan paling sedikit dengan
perbandingan 1 (satu) tahun buku sebelumnya.
SE 7/52/DPbS A. Laporan Tahunan mencakup:
2005 a. Infomasi umum
Romawi II.1 Informasi umum paling sedikit mencakup:
1) kepengurusan, meliputi susunan Komisaris, Direksi dan
Dewan Pengawas Syariah beserta jabatan dan ringkasan
riwayat hidupnya;
2) rincian kepemilikan saham, berupa nama pemilik dan
besaran kepemilikan;
3) perkembangan usaha BPRS, dalam hal terdapat kelompok
usaha BPRS maka termasuk perkembangannya yang
memuat data mengenai :
a) Ikhtisar data keuangan penting paling sedikit mencakup
pendapatan penyaluran dana, laba rugi bersih, laba
operasi, laba sebelum pajak, aktiva produktif, sumber
dana dan komposisinya, pembiayaan dan komposisinya,
modal sendiri, jumlah lembar saham yang ditempatkan
dan disetor ; dan
b) Rasio keuangan yang wajib disajikan paling sedikit
mencakup Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
(KPMM), Non Performing Financing (NPF), Return On
Equity (ROE), dan Return On Asset (ROA).
98
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
4) strategi dan kebijakan manajemen yang digunakan dalam
pengelolaan dan pengembangan usaha BPRS, termasuk
informasi mengenai manajemen risiko yang paling sedikit
mencakup identifikasi risiko (risk identification) dan
pengendalian risiko (risk controlling);
5) yang menyajikan informasi mengenai pengelolaan BPRS
oleh pengurus atau manajemen dalam rangka good
corporate governance, dan paling sedikit mencakup :
a) struktur organisasi ;
b) aktivitas utama ;
c) teknologi informasi, jika ada ;
d) jenis produk dan jasa yang ditawarkan, termasuk
penyaluran Kredit Usaha Kecil (KUK) ;
e) realisasi bagi hasil/imbalan ;
f) perkembangan dan target pasar ;
g) jaringan kerja dan mitra usaha ;
h) jumlah, jenis dan lokasi kantor ;
i) kepemilikan Direksi, Komisaris dan pemegang saham
dalam kelompok usaha BPRS, dan perubahan dari tahun
sebelumnya, jika ada ;
j) perubahan‐perubahan penting yang terjadi di BPRS
dan kelompok usaha BPRS dalam tahun yang
bersangkutan, jika ada ;
k) sumber daya manusia, meliputi jumlah, kegiatan
pendidikan, pelatihan dan pengembangan SDM ; dan
l) Pengungkapan kebijakan yang mencakup fees and
salaries/gaji bagi Komisaris, Direksi dan Dewan
Pengawas Syariah (DPS) di BPRS termasuk bonus,
tantiem dan atau fasilitas lainnya.
b. Laporan Keuangan Tahunan
Laporan Keuangan Tahunan meliputi:
1) Neraca;
2) Laporan Laba Rugi;
3) Laporan Arus Kas;
4) Laporan Perubahan Ekuitas;
5) Catatan atas laporan keuangan, termasuk informasi
tentang Komitmen dan Kontinjensi;
6) Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat, jika ada;
7) Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Infaq dan
Shadaqah; dan
8) Laporan Sumber dan Penggunaaan Dana Qardh.
SE 7/52/DPbS B. Aspek Transparansi sesuai PSAK untuk perbankan syariah, PAPSI dan
2005 ketentuan Bank Indonesia.
Romawi II.2
Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam angka 1, wajib
memenuhi seluruh aspek pengungkapan (disclosure) sebagaimana
ditetapkan dalam PSAK untuk perbankan syariah, PAPSI dan
ketentuan
Bank Indonesia.
99
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Pengungkapan tersebut paling sedikit terdiri dari :
a) Laporan Keuangan yang meliputi Neraca, Laporan Laba Rugi,
Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas, Catatan atas
laporan keuangan, termasuk informasi tentang Komitmen dan
Kontijensi , Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat, jika ada ,
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Infak dan
Shadaqah (ZIS) , serta Laporan Sumber dan Penggunaan Dana
Qardh ;
b) Jumlah aktiva produktif yang diberikan kepada pihak yang
mempunyai hubungan istimewa ;
c) Jumlah aktiva produktif yang telah direstrukturisasi dan
informasi lain tentang aktiva produktif yang direstrukturisasi
selama periode berjalan;
d) Klasifikasi aktiva produktif menurut jangka waktu, kualitas
aktiva Produktif ;
e) Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang telah
dibentuk dibandingkan dengan Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif (PPAP) yang wajib dibentuk ;
f) Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) ;
g) Beberapa rasio keuangan BPRS ;
h) Karakteristik kegiatan usaha BPRS dan jasa utama yang
disediakan;
i) Tugas dan wewenang Dewan Pengawas Syariah dalam
melakukan pengawasan Syariah atas operasional BPRS
berdasarkan fatwa dan ketentuan lainnya ; dan
j) Informasi Lain yang mencakup :
a. Transaksi‐transaksi penting lainnya dalam jumlah yang
signifikan;
b. Informasi kejadian penting setelah tanggal laporan Akuntan
Publik (subsequent event), khusus bagi BPRS yang memenuhi
persyaratan untuk diaudit oleh Akuntan Publik.
84 Pasal 4 (1) Bagi BPRS yang mempunyai total aset sampai dengan
7/47/PBI/2005 Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) Laporan Keuangan
Tahunan yang disampaikan adalah laporan keuangan yang
dipertanggungjawabkan Direksi atau Pengurus kepada Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) atau Rapat Anggota.
Yang dimaksud dengan “Pengurus” adalah Pengurus bagi BPRS
yang berbadan hukum Koperasi.
(2) Dalam hal laporan keuangan BPRS sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diaudit oleh Akuntan Publik, maka laporan yang disampaikan
adalah laporan yang diaudit.
85 Pasal 5 (1) Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) dan
7/47/PBI/2005 Pasal 4 ayat (2) (Paragraf 83 ayat (2) dan Paragraf 84 ayat (2) dalam
kodifikasi ini), wajib disampaikan kepada Bank Indonesia paling
lambat akhir bulan April tahun berikutnya.
100
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
(2) Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
(Paragraf 84 ayat (1) dalam kodifikasi ini) wajib disampaikan kepada
Bank Indonesia paling lambat akhir bulan Februari tahun berikutnya.
SE 7/52/DPbS Alamat Penyampaian Laporan
2005 Laporan Keuangan Tahunan, serta guntingan surat kabar yang berisikan
Romawi V Laporan Keuangan Publikasi atau fotokopi Laporan Keuangan Publikasi
yang ditempelkan pada papan pengumuman serta disket yang berisi
Laporan Keuangan Publikasi disampaikan kepada Bank Indonesia dengan
alamat :
a. Direktorat Perbankan Syariah, Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta 10110,
bagi BPRS yang berkantor pusat di wilayah kerja kantor pusat Bank
Indonesia; atau
b. Kantor Bank Indonesia setempat, bagi BPRS yang berkantor pusat di
luar wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia.
86 Pasal 6 (1) BPRS dianggap terlambat menyampaikan Laporan Tahunan apabila
7/47/PBI/2005 BPRS menyampaikan Laporan Tahunan kepada Bank Indonesia
melampaui batas akhir waktu penyampaian laporan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 (Paragraf 85 dalam kodifikasi ini) tetapi
belum melampaui 1 (satu) bulan sejak batas akhir penyampaian
laporan.
(2) BPRS dianggap tidak menyampaikan Laporan Tahunan apabila BPRS
belum menyampaikan Laporan Tahunan dalam batas waktu
keterlambatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau Laporan
Keuangan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2)
dan Pasal 4 ayat (2) (Paragraf 83 ayat (2) dan Paragraf 84 ayat (2)
dalam kodifikasi ini) tidak diaudit oleh Akuntan Publik yang terdaftar
di Bank Indonesia.
BAB III Laporan Keuangan Publikasi Triwulan
87 Pasal 7 (1) BPRS wajib mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi secara
7/47/PBI/2005 triwulanan untuk posisi pelaporan akhir bulan Maret, Juni,
Ayat (1) September dan Desember sesuai dengan bentuk dan tatacara yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia.
(2) Laporan Keuangan Publikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk posisi pelaporan akhir bulan Maret dan September paling
sedikit terdiri dari:
a. Laporan Keuangan yang terdiri dari :
1) Neraca;
2) Laporan Laba Rugi ;
3) Komitmen dan Kontinjensi.
b. Kualitas Aktiva Produktif dan Informasi lainnya yang terdiri dari:
1. Aktiva Produktif kepada pihak terkait;
2. Kolektibilitas Aktiva Produktif;
3. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang wajib
dibentuk;
101
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
4. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang telah dibentuk;
dan
5. Komposisi pemegang saham, susunan pengurus dan Dewan
Pengawas Syariah.
c. Tabel Distribusi Bagi Hasil.
Yang dimaksud dengan Tabel Distribusi Bagi Hasil adalah tabel
yang menyajikan informasi tentang jumlah dana penyimpan dan
jumlah investor berdasarkan produk beserta jumlah bagi hasil
dan bonus yang dibagikan dengan dilengkapi informasi
indicative rate of return.
(3) Laporan Keuangan Publikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk posisi pelaporan akhir bulan Juni dan Desember, selain paling
sedikit disajikan sama dengan posisi akhir bulan Maret dan
September sebagaimana dimaksud pada ayat (1), juga wajib
menyajikan informasi yang terdiri dari:
a. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana ZIS dan Laporan Sumber
dan Penggunaan Dana Qardh; dan
Yang dimaksud dengan :
‐ Laporan Sumber dan Penggunaan Dana ZIS adalah laporan
yang menunjukkan sumber dan penggunaan dana ZIS selama
suatu jangka waktu tertentu, serta saldo ZIS pada tanggal
tertentu.
‐ Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardh adalah laporan
yang menunjukkan sumber dan penggunaan dana Qardh
selama suatu jangka waktu tertentu, serta saldo Qardh pada
tanggal tertentu.
b. Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat, jika ada.
Yang dimaksud dengan Laporan Perubahan Dana Investasi
Terikat (Mudharabah muqayyadah) adalah laporan yang
menunjukkan penyaluran dana Mudharabah muqayyadah yang
dilakukan bank syariah, dimana bank syariah tidak menanggung
risiko atas dana yang disalurkan tersebut (channeling agent).
(4) Laporan Keuangan Publikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib disajikan dalam bentuk perbandingan dengan laporan pada
periode yang sama tahun sebelumnya.
SE 7/52/DPbS Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan
2005 1. Umum
Romawi III.1 a. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan diumumkan untuk
laporan keuangan keuangan posisi akhir bulan Maret, Juni,
September dan Desember.
b. Format Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan merupakan
standar minimal yang wajib dipenuhi. Apabila terdapat pos yang
jumlahnya material dan tidak terdapat dalam format tersebut,
102
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
BPRS dapat menyajikan pos tersebut secara tersendiri, namun
apabila pos dimaksud jumlahnya tidak material dapat
digabungkan dengan pos lain yang sejenis.
c. Pos‐pos yang memiliki saldo nihil dalam format Laporan
Keuangan Publikasi Triwulanan tetap harus dicantumkan dengan
memberi garis pendek (‐) pada pos yang bersangkutan.
d. Untuk pengisian pemilik BPRS dalam format Laporan Keuangan
Publikasi Triwulanan posisi akhir bulan Juni dan Desember, nama
pemegang saham yang wajib dicantumkan adalah perorangan
atau perusahaan yang memiliki saham sebesar 10 % (sepuluh
perseratus) atau lebih dari modal BPRS.
e. Penyajian Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan :
1) Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan merupakan laporan
gabungan antara kantor pusat BPRS dengan seluruh kantor
BPRS yang bersangkutan.
2) Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan disajikan paling
sedikit dalam bentuk perbandingan dengan laporan pada
periode yang sama tahun sebelumnya.
3) Posisi pembanding hendaknya disajikan sesuai format yang
sama dengan posisi Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan
yang diumumkan.
4) Khusus untuk perlakuan akuntansi yang baru berlaku dalam
posisi Laporan, maka penyajian posisi pembanding hendaknya
mengacu kepada PSAK Nomor 25 tentang Laba atau Rugi
Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan
Perubahan Kebijakan Akuntansi.
5) Angka‐angka dalam laporan disajikan dalam mata uang rupiah
dan dalam ribuan rupiah.
SE 7/52/DPbS 2. Aspek Transparansi sesuai PSAK untuk perbankan syariah, PAPSI dan
2005 ketentuan Bank Indonesia.
Romawi III.2 Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan wajib memenuhi seluruh
aspek pengungkapan (disclosure) sebagaimana ditetapkan dalam
PSAK untuk perbankan syariah, PAPSI dan ketentuan Bank Indonesia.
Pengungkapan tersebut paling sedikit terdiri dari :
a. Laporan Keuangan yang meliputi Neraca , Laporan Laba Rugi
serta Komitmen dan Kontinjensi ;
b. Kualitas Aktiva Produktif dan informasi lainnya yang terdiri dari :
1) Aktiva produktif kepada pihak terkait.
2) Kolektibilitas aktiva produktif.
3) Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang wajib
dibentuk.
4) Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang telah dibentuk.
5) Komposisi pemegang saham, susunan pengurus dan Dewan
Pengawas Syariah.
c. Tabel Distribusi Bagi Hasil ;
d. Khusus laporan keuangan publikasi triwulanan posisi akhir bulan
Juni dan Desember, Laporan Keuangan yang disajikan selain
paling sedikit sama dengan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
sampai dengan c, juga wajib menyajikan Laporan Sumber dan
103
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Penggunaan Dana Zakat Infak dan Shadaqah (ZIS), Laporan
Sumber dan Penggunaan Dana Qardh, serta Laporan Perubahan
Dana Investasi Terikat, jika ada.
88 Pasal 8 (1) Pengumuman Laporan Keuangan Publikasi sebagaimana dimaksud
7/47/PBI/2005 dalam Pasal 7 ayat (1) (Paragraf 87 ayat (1) dalam kodifikasi ini)
dapat dilakukan pada surat kabar lokal atau ditempelkan pada papan
pengumuman di kantor BPRS yang bersangkutan.
Yang dimaksud dengan surat kabar lokal adalah surat kabar yang
mempunyai peredaran diwilayah BPRS tersebut berada.
Papan pengumuman diletakkan pada tempat yang mudah terlihat
dan dapat terbaca.
(2) Pengumuman Laporan Keuangan Publikasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan selambat‐lambatnya:
a. 1 (satu) bulan setelah berakhirnya bulan laporan untuk laporan
keuangan posisi akhir bulan Maret dan Juni;
b. 2 (dua) bulan setelah berakhirnya tahun laporan untuk laporan
keuangan posisi akhir bulan Desember yang tidak diaudit oleh
Akuntan Publik;
c. 4 (empat) bulan setelah berakhirnya tahun laporan untuk laporan
keuangan posisi akhir bulan Desember yang diaudit oleh Akuntan
Publik.
(3) Dalam hal pengumuman dilakukan dengan cara menempelkan pada
papan pengumuman, pengumuman dimaksud dilakukan sampai
dengan pengumuman Laporan Keuangan Publikasi berikutnya.
89 Pasal 9 (1) Laporan Keuangan Publikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
7/47/PBI/2005 (Paragraf 87 dalam kodifikasi ini) wajib ditandatangani oleh Direksi
BPRS dengan mencantumkan namanya secara jelas.
(2) Dalam hal Direksi berhalangan, Laporan Keuangan Publikasi
ditandatangani oleh pejabat yang diberi wewenang oleh Direksi
dengan mencantumkan namanya secara jelas.
(3) Bagi BPRS yang laporan keuangannya diaudit oleh Akuntan Publik,
untuk Laporan Keuangan Publikasi posisi akhir bulan Desember,
selain wajib memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) juga wajib mencantumkan nama Akuntan Publik yang
bertanggung jawab dalam audit dan nama Kantor Akuntan Publik
yang mengaudit Laporan Keuangan Tahunan.
90 Pasal 10 BPRS wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia:
7/47/PBI/2005 a. guntingan surat kabar yang berisikan Laporan Keuangan Publikasi
atau fotokopi Laporan Keuangan Publikasi yang ditempelkan pada
papan pengumuman, selambat‐lambatnya 2 (dua) minggu sejak
tanggal pengumuman;
b. disket yang berisi Laporan Keuangan Publikasi.
104
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 7/52/DPbS Alamat Penyampaian Laporan
2005 Laporan Keuangan Tahunan, serta guntingan surat kabar yang berisikan
Romawi V Laporan Keuangan Publikasi atau fotokopi Laporan Keuangan Publikasi
yang ditempelkan pada papan pengumuman serta disket yang berisi
Laporan Keuangan Publikasi disampaikan kepada Bank Indonesia dengan
alamat :
a. Direktorat Perbankan Syariah, Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta 10110,
bagi BPRS yang berkantor pusat di wilayah kerja kantor pusat Bank
Indonesia; atau
b. Kantor Bank Indonesia setempat, bagi BPRS yang berkantor pusat di
luar wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia.
91 Pasal 11 (1) BPRS dianggap terlambat mengumumkan atau menyampaikan
7/47/PBI/2005 Laporan Keuangan Publikasi kepada Bank Indonesia, apabila BPRS
mengumumkan atau menyampaikan Laporan Keuangan Publikasi
melampaui batas akhir waktu pengumuman atau penyampaian
laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) dan Pasal 10
(Paragraf 88 ayat (2) dan Paragraf 90 dalam kodifikasi ini), tetapi
tidak melampaui 1 (satu) bulan sejak batas akhir waktu
pengumuman.
(2) BPRS dianggap tidak mengumumkan atau menyampaikan Laporan
Keuangan Publikasi, apabila BPRS belum mengumumkan atau
menyampaikan Laporan Keuangan Publikasi dalam batas waktu
keterlambatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Hubungan antara BPRS, Akuntan Publik, Dewan Pengawas
BAB IV
Syariah dan Bank Indonesia
92 Pasal 12 (1) BPRS dalam memberikan penugasan audit wajib menunjuk Kantor
7/47/PBI/2005 Akuntan Publik dan Akuntan Publik yang telah terdaftar di Bank
Indonesia.
(2) Akuntan Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki
pengetahuan dan atau pengalaman di bidang perbankan syariah.
Memiliki pengetahuan perbankan syariah dibuktikan dengan telah
mengikuti pendidikan/pelatihan tentang perbankan syariah antara
lain tentang sistem operasional perbankan syariah, produk dan
akuntansi syariah.
(3) Penugasan atau Penunjukan Akuntan Publik dan atau Kantor
Akuntan Publik yang sama oleh BPRS paling lama dilakukan untuk
periode audit 5 (lima) tahun buku berturut‐turut.
Pengaturan ini dimaksudkan agar terdapat penilaian dari pihak yang
berbeda dalam rangka meningkatkan independensi profesi Akuntan
Publik. Perhitungan jangka waktu 5 (lima) dimulai sejak berlakunya
Peraturan Bank Indonesia ini
105
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
93 Pasal 13 (1) Penunjukan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik dalam rangka
7/47/PBI/2005 audit Laporan Keuangan Tahunan BPRS wajib didasarkan pada
perjanjian kerja.
(2) Perjanjian kerja antara BPRS dan Kantor Akuntan Publik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit mencakup:
a. nama Kantor Akuntan Publik;
b. Akuntan Publik yang bertanggung jawab terhadap audit (partner
in charge);
c. kewajiban Akuntan Publik untuk melaksanakan audit sesuai
Standar Profesional Akuntan Publik;
d. ruang lingkup audit;
e. jangka waktu penyelesaian audit;
f. pernyataan dari BPRS mengenai izin kepada Kantor Akuntan
Publik dan kewajiban Kantor Akuntan Publik untuk
menyampaikan pula secara langsung kepada Bank Indonesia:
1. laporan hasil audit;
2. Surat Komentar (Management Letter);
3. informasi lainnya yang dibutuhkan oleh Bank Indonesia dari
Akuntan Publik yang dilakukan setiap saat apabila diperlukan;
4. informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf b
(Paragraf 95 huruf b dalam kodifikasi ini);
g. kewajiban Akuntan Publik untuk memberitahukan kepada Bank
Indonesia sebelum pelaksanaan audit.
(3) Laporan hasil audit dan Surat Komentar (Management Letter)
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f angka 1 dan angka 2
wajib disampaikan kepada Bank Indonesia paling lambat 4 (empat)
bulan setelah tahun buku.
(4) Ruang lingkup audit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d,
paling sedikit mencakup:
a. penggolongan kualitas aktiva produktif dan kecukupan
penyisihan penghapusan aktiva produktif yang dibentuk BPRS;
b. penilaian terhadap rupa‐rupa aktiva termasuk namun tidak
terbatas pada agunan yang diambil alih BPRS;
c. hal‐hal lain yang diatur dalam standar akuntansi keuangan yang
berlaku dan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia,
termasuk catatan atas Laporan Keuangan;
d. pendapat terhadap kewajaran atas transaksi dengan pihak‐pihak
yang mempunyai hubungan istimewa maupun transaksi yang
dilakukan dengan perlakuan khusus;
Pihak‐pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah pihak‐
pihak sebagaimana dimaksud dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan.
e. jumlah dan kualitas penyediaan dana kepada pihak terkait;
f. rincian pelanggaran batas maksimum pemberian kredit yang
meliputi nama nasabah, kualitas penyediaan dana, persentase
dan jumlah pelanggaran batas maksimum pemberian kredit;
g. perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum;
106
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
h. keandalan sistem pelaporan BPRS kepada Bank Indonesia dan
pengujian terhadap keandalan laporan‐laporan yang
disampaikan oleh BPRS kepada Bank Indonesia.
Pengujian terhadap keandalan laporan termasuk penilaian
Akuntan Publik mengenai laporan yang disampaikan ke Bank
Indonesia telah disusun dan sesuai dengan data yang ada di
BPRS.
Laporan sebagaimana dimaksud dalam huruf ini termasuk
namun tidak terbatas pada Laporan Bulanan BPRS, Laporan
Batas Maksimum Pemberian Kredit.
94 Pasal 14 (1) Bank Indonesia dapat menyatakan keberatan atas penunjukan
7/47/PBI/2005 Akuntan Publik tertentu oleh BPRS.
Yang dimaksud dengan “keberatan” pada ayat ini, apabila selama
penugasan audit Bank Indonesia memiliki informasi tentang Akuntan
Publik yang bersangkutan yang bisa berpengaruh tidak baik
terhadap kelancaran dan pelaksanaan tugasnya, seperti track record
yang tidak baik.
(2) Bank Indonesia memiliki akses informasi langsung terhadap Akuntan
Publik dalam hal Bank Indonesia menganggap hal tersebut adalah
dalam rangka melindungi integritas keuangan BPRS dan atau dalam
keadaan lain yang dianggap perlu dalam rangka pengawasan.
95 Pasal 15 Akuntan Publik yang melakukan audit terhadap Laporan Keuangan
7/47/PBI/2005 Tahunan BPRS wajib:
a. melakukan audit sesuai dengan standar profesional akuntan publik,
serta perjanjian kerja dan ruang lingkup audit sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 (Paragraf 93 dalam kodifikasi ini); dan
b. memberitahukan ke Bank Indonesia selambat‐lambatnya 7 (tujuh)
hari kerja sejak ditemukannya:
1. pelanggaran peraturan perundang‐undangan yang berlaku di
bidang keuangan dan perbankan; dan
2. keadaaan dan perkiraan keadaan yang dapat membahayakan
kelangsungan usaha BPRS.
Yang dimaksud dengan keadaan dan atau perkiraan yang dapat
membayakan kelangsungan usaha BPRS, antara lain:
a. Kekurangan kewajiban penyediaan modal minimum;
b. Kekurangan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva
produktif yang material;
c. Pelanggaran batas maksimum pemberian kredit;
d. Kecurangan (fraud) yang bernilai material.
c. menyampaikan laporan hasil audit dan Management Letter kepada
Bank Indonesia.
d. memenuhi ketentuan rahasia Bank sebagaimana diatur dalam
Undang‐undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
107
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
sebagaimana telah diubah dengan Undang‐undang Nomor 10 Tahun
1998.
e. memperoleh pendapat dari Dewan Pengawas Syariah mengenai
ketaatan BPRS terhadap pelaksanaan prinsip syariah, sebelum
menerbitkan Laporan Audit atas Laporan Keuangan BPRS.
Dalam mengeluarkan pendapat mengenai ketaatan BPRS terhadap
prinsip syariah, Dewan Pengawas Syariah harus mengacu kepada
ketentuan Bank Indonesia tentang tugas dan peran Dewan
Pengawas Syariah. Pendapat dari Dewan Pengawas Syariah ini
merupakan bukti audit dan tidak mempengaruhi pendapat Akuntan
Publik dalam memberikan pendapat.
BAB V Laporan Keuangan Konsolidasian
96 Pasal 16 (1) BPRS yang merupakan bagian dari suatu kelompok usaha dan atau
7/47/PBI/2005 BPRS yang memiliki perusahaan anak, wajib menyusun laporan
keuangan konsolidasi berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan.
Yang dimaksud dengan perusahaan anak adalah badan hukum yang
dimiliki atau dikendalikan oleh BPRS, baik langsung maupun tidak
langsung.
(2) Penyertaan BPRS yang mengakibatkan timbulnya pengendalian
namun hanya bersifat sementara dapat dikecualikan dari
penyusunan laporan keuangan konsolidasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
Yang dimaksud dengan bersifat sementara antara lain pengendalian
yang akan dilepaskan dalam jangka waktu selambat‐lambatnya 12
bulan sejak akhir posisi laporan keuangan pada tahun perolehan
pengendalian atau penyertaan modal sementara dalam rangka
restrukturisasi.
97 Pasal 17 Laporan Keuangan konsolidasi wajib disusun secara konsolidasi untuk
7/47/PBI/2005 Laporan Keuangan Tahunan maupun Laporan Keuangan Publikasi
Triwulanan
BAB VI Tanggung Jawab Laporan Keuangan
98 Pasal 18 Laporan Keuangan Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan
7/47/PBI/2005 sepenuhnya menjadi tanggung jawab Direksi BPRS.
BAB VII Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah
99 Pasal 19 BPRS wajib melakukan pencatatan atas kegiatan usahanya berdasarkan
7/47/PBI/2005 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan dan Pedoman Akuntansi
Perbankan Syariah Indonesia yang berlaku bagi Perbankan Syariah.
108
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
BAB VIII Sanksi
Laporan Tahunan
100 Pasal 20 (1) BPRS yang terlambat menyampaikan Laporan Tahunan sebagaimana
7/47/PBI/2005 dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) (Paragraf 86 ayat (1) dalam
kodifikasi ini), dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar
Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) per hari kerja keterlambatan.
(2) BPRS yang tidak menyampaikan Laporan Tahunan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) (Paragraf 86 ayat (2) dalam
kodifikasi ini), dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar
Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).
101 Pasal 21 (1) Apabila isi Laporan Tahunan secara material tidak sesuai dengan
7/47/PBI/2005 keadaan sebenarnya dan atau tidak disajikan sesuai ketentuan dalam
Peraturan Bank Indonesia ini dan atau Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan yang berlaku, maka:
a. setelah diberi peringatan 2 (dua) kali surat teguran oleh Bank
Indonesia dengan tenggang waktu 2 (dua) minggu untuk setiap
teguran, BPRS tidak memperbaiki laporan dimaksud, dikenakan
sanksi berupa kewajiban membayar sebesar Rp10.000.000,00
(sepuluh juta rupiah); dan
b. dapat dikenakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 52 Undang‐undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐undang
Nomor 10 Tahun 1998, antara lain berupa:
1. penurunan nilai kredit dalam perhitungan tingkat kesehatan;
2. pencantuman anggota pengurus, pegawai BPRS, pemegang
saham dalam daftar orang‐orang yang dilarang menjadi
pengurus dan pemilik BPRS;
3. pemberhentian pengurus BPRS dan selanjutnya Bank
Indonesia menunjuk dan mengangkat pengganti sementara.
Dalam hal materi kesalahan yang sama telah dikenakan sanksi
dalam Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan maka BPRS tidak
dikenakan sanksi dalam ayat ini.
(2) Apabila berdasarkan penilaian Bank Indonesia, Laporan Tahunan
BPRS secara material tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya dan
atau tidak disajikan sesuai ketentuan dalam Peraturan Bank
Indonesia ini dan atau Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang
berlaku, selain dikenai sanksi administratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), terhadap Dewan Komisaris, Direksi, pegawai BPRS
maupun pihak terafiliasi lainnya dapat dikenakan sanksi pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1) dan Pasal 50
Undang‐undang Nomor 10 Tahun 1998.
Laporan Keuangan Publikasi
102 Pasal 22 (1) BPRS yang terlambat mengumumkan atau terlambat menyampaikan
7/47/PBI/2005 Laporan Keuangan Publikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
ayat (1) (Paragraf 91 ayat (1) dalam kodifikasi ini), dikenakan sanksi
kewajiban membayar sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) per
hari kerja keterlambatan.
109
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
(2) BPRS yang tidak mengumumkan atau tidak menyampaikan Laporan
Keuangan Publikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1)
(Paragraf 91 ayat (1) dalam kodifikasi ini), dikenakan sanksi
kewajiban membayar setinggi‐tingginya sebesar Rp5.000.000,00
(lima juta rupiah).
(3) Apabila menurut penilaian Bank Indonesia Laporan Keuangan
Publikasi secara material tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya
dan atau Penyataan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku,
maka:
a. setelah diberi peringatan 2 (dua) kali surat teguran oleh Bank
Indonesia dengan tenggang waktu 2 (dua) minggu untuk setiap
teguran, BPRS tidak memperbaiki dan atau mengumumkan
kembali laporan dimaksud, dikenakan sanksi kewajiban
membayar sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah); dan
b. dapat dikenakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 52 Undang ‐undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐undang
Nomor 10 Tahun 1998, antara lain berupa:
1. teguran tertulis;
2. penurunan nilai kredit dalam perhitungan tingkat kesehatan.
(4) Apabila berdasarkan penilaian Bank Indonesia, Laporan Tahunan BPRS
secara material tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya dan atau
tidak disajikan sesuai ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia ini
dan atau Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku,
selain dikenai sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(3), terhadap Dewan Komisaris, Direksi, pegawai BPRS maupun pihak
terafiliasi lainnya dapat dikenakan sanksi pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1) dan Pasal 50 Undang‐undang
Nomor 10 Tahun 1998.
Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik
103 Pasal 23 (1) Akuntan Publik atau Kantor Akuntan Publik yang secara material
7/47/PBI/2005 melanggar ketententuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
(Paragraf 95 dalam kodifikasi ini) dikenakan sanksi administratif
sebagaimana tercantum dalam Pasal 53 Undang‐undang Nomor 7
tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana diubah dengan
Undang‐undang Nomor 10 Tahun 1998, berupa:
a. penghapusan nama Akuntan Publik dari daftar Akuntan Publik di
Bank Indonesia;
b. penghapusan Kantor Akuntan Publik dari daftar Kantor Akuntan
Publik di BI, apabila pelanggaran dilakukan oleh 2 (dua) orang
Akuntan Publik yang bertanggung jawab (partner in charge) dalam
audit BPRS dari Kantor Akuntan Publik yang sama;
c. penyampaian usulan kepada instansi yang berwenang untuk
mencabut atau membatalkan izin usaha sebagai pemberi jasa bagi
Bank sesuai dengan ketentuan atau kode etik yang berlaku.
(2) Akuntan Publik yang tidak memenuhi ketentuan rahasia bank
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf d (Paragraf 95 huruf d
dalam kodifikasi ini), selain dikenakan sanksi administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), juga dapat dikenakan sanksi
110
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (2) Undang‐
undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan Undang‐undang Nomor 10 Tahun 1998.
BAB IX Lain‐Lain
104 Pasal 24 BPRS yang telah dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20,
7/47/PBI/2005 Pasal 21 ayat, dan Pasal 22 (Paragraf 100, Paragraf 101 dan Paragraf 102
dalam kodifikasi ini) tetap diwajibkan untuk menyampaikan Laporan
dimaksud.
105 Pasal 25 (1) Pembebanan sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud
7/47/PBI/2005 dalam dalam Pasal 20, Pasal 21 ayat (1), dan Pasal 22 (Paragraf 100,
Paragraf 101 ayat (1), dan Paragraf 102 dalam kodifikasi ini),
dilakukan dengan cara transfer ke rekening Bank Indonesia.
(2) Tatacara transfer ke rekening Bank Indonesia sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Bank Indonesia.
SE 7/52/DPbS Tata Cara Pembayaran Sanksi Kewajiban Membayar
2005 1. Pembayaran sanksi kewajiban membayar ke Bank Indonesia
Romawi IV dilakukan dengan cara transfer ke rekening Bank Indonesia.
Transfer dimaksud dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
a. Kliring
Transfer ditujukan ke rekening nomor 566.000.446 – Rekening
penerimaan sanksi administratif BPRS, dan pada kolom
keterangan dicantumkan pembayaran sanksi kewajiban
membayar.
b. BI‐RTGS
Transfer ditujukan ke rekening nomor 566.000446 – Rekening
penerimaan sanksi administratif BPRS dengan mencantumkan
Transaction Reference Number (TRN) BIRBK566 dan pada
keterangan dicantumkan pembayaran sanksi kewajiban
membayar.
2. Fotokopi bukti pembayaran sanksi kewajiban membayar
sebagaimana dimaksud dalam angka 1 disampaikan kepada Bank
Indonesia dengan alamat :
a. Direktorat Perbankan Syariah, Jl.M.H.Thamrin Nomor 2
Jakarta 10010, Telp. 381‐8778, 381‐8513, atau melalui Fax
Nomor 350‐1990, bagi BPRS Pelapor yang berkedudukan di
wilayah DKI Jakarta Raya, Banten, Bogor, Depok, Karawang,
dan Bekasi.
b. Kantor Bank Indonesia setempat bagi BPRS Pelapor yang
berkedudukan diluar wilayah sebagaimana dimaksud dalam
huruf a.
BAB XI Keadaan Memaksa (Force Majeure)
106 Pasal 26 (1) BPRS yang mengalami keadaan memaksa (force majeure) selama
7/47/PBI/2005 lebih dari satu bulan dalam periode di bulan yang terakhir
seharusnya mengumumkan dan atau menyampaikan laporan,
111
Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
dikecualikan dari kewajiban menyampaikan Laporan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1), Pasal 5 ayat (2), Pasal 8 ayat (2),
dan Pasal 10 (Paragraf 85 ayat (1), Paragraf 85 ayat (2), Paragraf 88
ayat (2), dan Paragraf 90 dalam kodifikasi ini).
Yang dimaksud dengan keadaan memaksa (force majeure) adalah
keadaan yang secara nyata‐nyata menyebabkan BPRS tidak dapat
mengumumkan dan/atau menyampaikan laporan, antara lain
kebakaran, kerusuhan massa, perang, sabotase, serta bencana alam
seperti gempa bumi dan banjir, yang dibenarkan oleh penguasa atau
pejabat dari instansi terkait di daerah setempat.
(2) BPRS yang mengalami keadaan memaksa (force majeure), wajib
menyampaikan permohonan untuk memperoleh pengecualian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara tertulis kepada Bank
Indonesia, dengan disertai penjelasan mengenai keadaan memaksa
yang dialami.
(3) BPRS yang memperoleh pengecualian sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) wajib mengumumkan dan atau menyampaikan Laporan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1), Pasal 5 ayat (2), Pasal
8 ayat (2) dan Pasal 10 (Paragraf 85 ayat (1), Paragraf 85 ayat (2),
Paragraf 88 ayat (2) dan Paragraf 90 dalam kodifikasi ini), setelah
BPRS kembali melakukan kegiatan operasional secara normal.
112
Lampiran 1
LAMPIRAN
SURAT EDARAN BANK INDONESIA
NOMOR 15/26/DPbS TANGGAL 10 JULI 2013
PERIHAL
PELAKSANAAN PEDOMAN AKUNTANSI
PERBANKAN SYARIAH INDONESIA
TAHUN 2013
113
Lanjutan Lampiran 1
BAGIAN I PENDAHULUAN
1.1
114
Lanjutan Lampiran 1
1.2
115
Lanjutan Lampiran 1
1.3
116
Lanjutan Lampiran 1
1.4
117
Lanjutan Lampiran 1
1.5
118
Lanjutan Lampiran 1
1.6
119
Lanjutan Lampiran 1
A. Tujuan
01. Tujuan dari penyusunan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah
Indonesia (untuk selanjutnya disebut “Pedoman”) antara lain:
a. Membantu Bank menyusun Laporan Keuangan supaya
sesuai dengan tujuan Laporan Keuangan.
b. Menciptakan keseragaman penerapan perlakuan akuntansi
dan penyajian Laporan Keuangan sehingga meningkatkan
daya banding antara Laporan Keuangan Bank.
c. Menjadi acuan minimum yang harus dipenuhi oleh Bank
dalam menyusun Laporan Keuangan. Namun, keseragaman
penyajian sebagaimana diatur dalam Pedoman ini tidak
menghalangi masing-masing Bank untuk memberikan
informasi yang relevan bagi pengguna laporan sesuai kondisi
masing-masing Bank.
1.7
120
Lanjutan Lampiran 1
B. Ruang Lingkup
01. Pedoman ini berlaku untuk Bank yang menjalankan fungsi
sebagai:
a. Bank Umum Syariah; dan
b. Bank umum konvensional yang melakukan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip Syariah (Unit Usaha Syariah).
1.8
121
Lanjutan Lampiran 1
1.9
122
Lanjutan Lampiran 1
123
Lanjutan Lampiran 1
F. Kebijakan Akuntansi
01. Kebijakan Akuntansi harus mencerminkan prinsip kehati-hatian
dan mencakup semua informasi yang material dan sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku.
02. Apabila PSAK Syariah belum mengatur masalah pengakuan,
pengukuran, penyajian atau pengungkapan dari suatu transaksi
atau peristiwa, maka harus ditetapkan kebijakan agar Laporan
Keuangan yang disajikan memuat informasi yang dapat
2.2
124
Lanjutan Lampiran 1
G. Penyajian
01. Laporan Keuangan harus menyajikan secara wajar posisi
keuangan, kinerja keuangan, dan perubahan posisi keuangan
disertai pengungkapan yang diharuskan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
02. Aset disajikan berdasarkan karakteristiknya menurut urutan
likuiditas, liabilitas disajikan menurut urutan jatuh temponya,
dan dana syirkah temporer disajikan dalam unsur tersendiri.
03. Saldo transaksi sehubungan dengan kegiatan operasi normal
Bank disajikan dan diungkapkan secara terpisah antara pihak-
pihak berelasi dan pihak-pihak tidak berelasi. Dalam hal ini
yang dimaksud dengan pihak yang berelasi adalah termasuk
pihak-pihak terkait sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.
04. Disamping hal-hal di atas, penyajian Laporan Keuangan bagi
Bank wajib mengikuti ketentuan yang dikeluarkan Bank
Indonesia, sedangkan bagi Bank yang telah go public wajib pula
mengikuti ketentuan yang dikeluarkan oleh otoritas pasar
modal.
2.3
125
Lanjutan Lampiran 1
H. Konsistensi Penyajian
01. Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam Laporan Keuangan
antar periode harus konsisten, kecuali:
a. setelah terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat
operasi perbankan Syariah atau kaji-ulang atas Laporan
Keuangan, terlihat secara jelas bahwa penyajian atau
klasifikasi lain akan lebih tepat untuk digunakan, dengan
mempertimbangkan kriteria dalam penentuan dan
penerapan kebijakan akuntansi; atau
b. perubahan tersebut diperkenankan oleh suatu Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
02. Apabila penyajian atau klasifikasi pos-pos dalam Laporan
Keuangan diubah, maka penyajian periode sebelumnya perlu
direklasifikasi untuk memastikan daya banding, sifat, jumlah
dan alasan reklasifikasi tersebut juga harus diungkapkan.
Dalam hal reklasifikasi dianggap tidak praktis maka cukup
diungkapkan alasannya.
J. Saling Hapus
Pos-pos aset, liabilitas, dan dana syirkah temporer serta pendapatan
dan beban tidak boleh disaling-hapuskan, kecuali disyaratkan atau
diizinkan oleh suatu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK).
2.4
126
Lanjutan Lampiran 1
K. Periode Pelaporan
01. Laporan Keuangan wajib disajikan secara tahunan berdasarkan
tahun takwim.
02. Dalam hal Bank baru berdiri, Laporan Keuangan dapat disajikan
untuk periode yang lebih pendek dari satu tahun takwim. Selain
itu, untuk kepentingan pihak lainnya, Bank dapat membuat dua
laporan yaitu dalam tahun takwim dan periode efektif dengan
mencantumkan:
a. Alasan penggunaan periode pelaporan selain periode satu
tahunan;
b. Fakta bahwa jumlah yang tercantum dalam Laporan Posisi
Keuangan, Laporan Laba Rugi Komprehensif, Laporan
Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, Laporan
Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil, Laporan Sumber
dan Penyaluran Dana Zakat, Laporan Sumber dan
Penggunaan Dana Kebajikan, dan Catatan Atas Laporan
Keuangan tidak dapat dibandingkan.
L. Informasi Komparatif
01. Laporan Posisi Keuangan tahunan dan interim harus disajikan
secara komparatif dengan periode akhir pada tahun sebelumnya.
Sedangkan untuk Laporan Laba Rugi Komprehensif interim
harus mencakup periode sejak awal tahun buku sampai dengan
akhir periode interim yang dilaporkan.
02. Informasi komparatif yang bersifat naratif dan deskriptif dari
Laporan Keuangan periode sebelumnya wajib diungkapkan
kembali apabila relevan untuk pemahaman Laporan Keuangan
periode berjalan.
03. Tambahan Laporan Posisi Keuangan harus disajikan untuk
posisi awal periode sajian, jika:
a. Menerapkan kebijakan akuntansi secara retrospektif;
b. Membuat penyajian kembali secara retrospektif akibat
koreksi kesalahan; atau
c. Membuat reklasifikasi pos-pos dalam Laporan Keuangan.
2.5
127
Lanjutan Lampiran 1
2.6
128
Lanjutan Lampiran 1
2.7
129
Lanjutan Lampiran 1
2.8
130
Lanjutan Lampiran 1
131
Lanjutan Lampiran 1
2.10
132
Lanjutan Lampiran 1
2.11
133
Lanjutan Lampiran 1
v. Db Tabungan Rp850.000
Kr Rekening Perantara Rupiah Rp830.000
Kr Pendapatan selisih kurs Rp20.000
transaksi
2.12
134
Lanjutan Lampiran 1
v. Db Tabungan Rp850.000
Kr Bank notes USD (USD1.000 x Rp850.000
8.500)
2.13
135
Lanjutan Lampiran 1
v. Db Tabungan Rp850.000
Kr Rekening Perantara Rupiah Rp850.000
Db Rekening Perantara USD USD100
Kr Bank notes USD USD100
2.14
136
Lanjutan Lampiran 1
2.15
137
Lanjutan Lampiran 1
2.16
138
Lanjutan Lampiran 1
3.1
139
Lanjutan Lampiran 1
3.2
140
Lanjutan Lampiran 1
III.2 KLASIFIKASI
A. Aset Keuangan
Aset keuangan selain sukuk dapat diklasifikasikan ke dalam empat
kategori sebagai berikut:
01. Diukur pada nilai wajar melalui laba rugi.
Persyaratannya adalah:
a. Aset keuangan untuk tujuan diperdagangkan (trading); atau
b. Aset keuangan yang pada saat pengakuan awal telah
ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laba rugi
(fair value option).
Contoh aset keuangan yang dimiliki Bank dalam kategori ini
antara lain reksadana Syariah dan forward.
02. Dimiliki hingga jatuh tempo.
Persyaratannya adalah:
a. Aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau
telah ditentukan, dan jatuh temponya telah ditetapkan; dan
b. Entitas mempunyai intensi positif dan kemampuan untuk
memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo.
03. Pinjaman yang diberikan dan piutang.
Persyaratannya adalah:
a. Aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau
telah ditentukan; dan
b. Tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif.
Contoh aset keuangan yang dimiliki Bank dalam kategori ini
antara lain pembiayaan murabahah yang menggunakan metode
anuitas dan tagihan reverse repo Syariah.
04. Tersedia untuk dijual.
Persyaratannya adalah:
a. Aset keuangan non-derivatif yang ditetapkan sebagai tersedia
untuk dijual; atau
b. Aset keuangan non-derivatif yang tidak dapat diklasifikasikan
sebagai diukur pada nilai wajar melalui laba rugi, dimiliki
hingga jatuh tempo, atau pinjaman yang diberikan dan
piutang.
3.3
141
Lanjutan Lampiran 1
B. Liabilitas Keuangan
Liabilitas keuangan selain sukuk dapat diklasifikasikan ke dalam dua
kategori sebagai berikut:
01. Diukur pada nilai wajar melalui laba rugi.
Persyaratannya adalah:
a. Liabilitas keuangan untuk tujuan diperdagangkan (trading);
atau
b. Liabilitas keuangan yang pada saat pengakuan awal telah
ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laba rugi
(fair value option).
Contoh liabilitas keuangan yang dimiliki Bank dalam kategori ini
antara lain forward yang diterbitkan.
02. Diukur pada biaya perolehan diamortisasi.
Persyaratannya adalah liabilitas keuangan yang tidak termasuk
dalam kategori diukur pada nilai wajar melalui laba rugi.
Contoh liabilitas keuangan yang dimiliki Bank dalam kategori ini
antara lain kewajiban segera.
3.4
142
Lanjutan Lampiran 1
B. Pengukuran
01. Aset keuangan dalam kategori ‘diukur pada nilai wajar melalui
laba rugi’.
a. Pada saat pengakuan awal, aset keuangan diukur pada nilai
wajar, dimana biaya transaksi yang terjadi diakui sebagai
beban.
b. Pada pengukuran selanjutnya, aset keuangan tersebut
diukur pada nilai wajar dimana perubahannya diakui di laba
rugi.
02. Aset keuangan dalam kategori ‘tersedia untuk dijual’.
a. Pada saat pengakuan awal, aset keuangan diukur pada nilai
wajar ditambah biaya transaksi.
b. Pada pengukuran selanjutnya, aset keuangan tersebut
diukur pada nilai wajar dimana perubahannya diakui di
penghasilan komprehensif lain.
03. Aset keuangan dalam kategori ‘dimiliki hingga jatuh tempo’.
a. Pada saat pengakuan awal, aset keuangan diukur pada nilai
wajar ditambah biaya transaksi.
3.5
143
Lanjutan Lampiran 1
C. Penurunan Nilai
01. Penurunan nilai adalah suatu kondisi dimana terdapat bukti
obyektif terjadinya peristiwa yang merugikan sebagai akibat dari
satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal
aset keuangan. Peristiwa yang merugikan tersebut berdampak
pada estimasi arus kas masa datang.
02. Peristiwa-peristiwa yang merugikan antara lain:
a. Kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau
pihak peminjam (nasabah).
3.6
144
Lanjutan Lampiran 1
D. Nilai Wajar
01. Nilai wajar ditentukan dengan hirarki sebagai berikut:
a. Kuotasi harga di pasar aktif dimana harga kuotasi tersedia
sewaktu-waktu dan dapat diperoleh secara rutin, dan harga
tersebut mencerminkan transaksi pasar yang aktual dan
rutin dalam suatu transaksi yang wajar.
3.7
145
Lanjutan Lampiran 1
3.8
146
Lanjutan Lampiran 1
A. Cakupan
01. Penerapan estimasi ini hanya berlaku untuk penurunan nilai
aset keuangan dalam bentuk Pembiayaan dalam yang dilakukan
secara kolektif (collective impairment).
02. Penerapan estimasi ini hanya dapat dilakukan oleh Bank-Bank
tertentu yang memiliki kondisi keterbatasan sebagaimana pada
huruf C.
B. Penerapan
01. Evaluasi penurunan nilai harus dilakukan berdasarkan suatu
proses estimasi yang dapat menghasilkan satu nilai kerugian
atau kisaran nilai kerugian terbaik yang mungkin terjadi.
Estimasi penurunan nilai secara kolektif terhadap kelompok aset
keuangan dimaksud didasarkan pada kerugian historis yang
pernah dialami aset keuangan yang memiliki karakteristik risiko
kredit yang serupa dengan karakteristik risiko kredit kelompok
aset keuangan tersebut.
Jika Bank tidak atau kurang memiliki pengalaman kerugian
yang spesifik, maka Bank juga dapat menggunakan pengalaman
peer group atas kelompok aset keuangan yang sebanding.
02. Dalam hal Bank belum dapat melakukan proses estimasi yang
memadai dan belum memiliki data kerugian historis yang
memadai untuk menentukan besarnya penurunan nilai atas
Pembiayaan secara kolektif sesuai persyaratan dalam PSAK 55,
termasuk pedoman pelaksanaannya dan Pedoman Akuntansi
Perbankan Indonesia (PAPI), maka pembentukan Cadangan
Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) dapat menggunakan estimasi
yang didasarkan pada ketentuan Bank Indonesia yang berlaku
mengenai Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum Syariah. Acuan
pada ketentuan Bank Indonesia dilakukan dengan pertimbangan
bahwa penyusunan ketentuan tersebut telah didasarkan pada
analisis kondisi perbankan di Indonesia mengenai estimasi
3.9
147
Lanjutan Lampiran 1
3.10
148
Lanjutan Lampiran 1
C. Kondisi Keterbatasan
01. Bank dapat menerapkan estimasi penurunan nilai Pembiayaan
secara kolektif sebagaimana pada huruf B angka 04. di atas
sepanjang berada dalam kondisi berikut:
a. Bank tidak atau kurang memiliki data tentang pengalaman
kerugian yang spesifik dan andal untuk menentukan
besarnya penurunan nilai Pembiayaan secara kolektif; dan
b. Tidak terdapat data pengalaman kerugian historis dari peer
group atas kelompok Pembiayaan yang sebanding sebagai
dasar untuk menentukan besarnya penurunan nilai atas
Pembiayaan secara kolektif.
02. Bank yang tidak menghadapi kondisi sebagaimana pada angka
01. di atas, tidak diperkenankan untuk menggunakan estimasi
penurunan nilai Pembiayaan secara kolektif sebagaimana pada
huruf B. angka 04. di atas.
03. Bank harus melakukan penilaian sendiri (self assessment) atas
terdapat atau tidaknya kondisi sebagaimana pada angka 01. di
atas yang memungkinkan Bank menerapkan estimasi
penurunan nilai Pembiayaan secara kolektif sebagaimana pada
huruf B. angka 04.
04. Bank harus menyusun dan mendokumentasikan hal-hal
berikut:
a. Hasil self-assessment sebagaimana dimaksud pada angka 03.
untuk menerapkan estimasi penurunan nilai Pembiayaan
secara kolektif;
b. Rencana tindak (action plan) yang memuat langkah-langkah
yang akan dilakukan untuk memperoleh data tentang
pengalaman kerugian spesifik atau kerugian historis dari
peer group atas Pembiayaan secara kolektif dengan
memperhatikan batas waktu sebagaimana pada huruf D.;
dan
c. Progres pemenuhan rencana tindak paling kurang secara
triwulanan.
3.11
149
Lanjutan Lampiran 1
E. Pengungkapan
Bank yang menerapkan estimasi penurunan nilai Pembiayaan secara
kolektif sebagaimana pada huruf B. harus mengungkapkan hal
tesebut dalam kebijakan akuntansi pada Catatan Atas Laporan
Keuangan.
3.12
150
Lanjutan Lampiran 1
IV.1 MURABAHAH
A. Definisi
01. Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar
beban perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual
harus mengungkapkan beban perolehan barang tersebut kepada
pembeli.
02. Pembiayaan Murabahah, adalah Penyediaan dana dari Bank kepada
nasabah untuk membeli barang dengan menegaskan harga belinya
kepada pembeli (nasabah) dan pembeli (nasabah) membayarnya
dengan harga yang lebih sebagai keuntungan Bank yang disepakati.
03. Aset Murabahah adalah aset yang diperoleh dengan tujuan untuk
dijual kembali dengan menggunakan akad Murabahah.
04. Diskon harga beli adalah pengurangan harga atau penerimaan dalam
bentuk apapun yang diperoleh pihak pembeli (nasabah) dari
pemasok.
05. Harga perolehan adalah harga beli barang oleh Bank sebelum
dikurangi uang muka dari nasabah.
06. Potongan piutang Murabahah adalah pengurangan kewajiban
pembeli (nasabah) yang diberikan oleh pihak penjual (Bank).
07. Uang muka (urbun) adalah jumlah yang dibayar oleh pembeli
(nasabah) kepada penjual sebagai bukti komitmen untuk membeli
barang dari penjual.
B. Dasar Pengaturan
01. PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah.
02. PSAK 55 (2011) tentang Instrumen Keuangan : Pengakuan dan
Pengukuran.
03. PSAK 50 (2010) tentang Instrumen Keuangan : Penyajian.
04. PSAK 60 tentang Instrumen Keuangan : Pengungkapan.
C. Penjelasan
01. Bagian ini membahas transaksi Murabahah secara normal, tidak
termasuk transaksi Murabahah yang direstrukturisasi.
4.1
151
Lanjutan Lampiran 1
02. Aset yang akan dijual Bank dalam transaksi Murabahah pada
prinsipnya harus dimiliki Bank sebelum akad Murabahah disepakati.
Cara memperoleh aset Murabahah dapat dilakukan secara langsung
oleh Bank atau diwakilkan kepada pihak lain termasuk nasabah.
03. Dalam hal Bank diwakilkan kepada pihak lain, pihak yang mewakili
hanya sebatas pada pencarian informasi barang sesuai spesifikasi
yang diinginkan nasabah. Sedangkan penentuan atas pembelian aset
dari pemasok menjadi kewenangan Bank.
04. Harga perolehan aset Murabahah harus diberitahukan Bank kepada
nasabah.
05. Harga jual Murabahah adalah harga perolehan aset Murabahah
sebelum dikurangi uang muka ditambah dengan marjin yang
disepakati.
06. Murabahah yang dilakukan oleh Bank harus berdasarkan pesanan
nasabah yang bersifat mengikat.
07. Dalam praktik penyaluran pembiayaan Murabahah, Bank sering kali
menerima pendapatan di luar marjin keuntungan seperti pendapatan
administrasi, dan beban lain yang terkait langsung dengan
pembiayaan Murabahah seperti beban komisi, beban survei, dan
beban lain. Pendapatan dan beban yang terkait langsung dengan
transaksi Murabahah tersebut diakui selaras dengan pengakuan
pendapatan Murabahah secara proporsional sepanjang masa akad.
08. Keuntungan Murabahah secara tunai diakui pada saat penyerahan
barang.
09. Pengakuan pendapatan Murabahah secara non-tunai dapat
menggunakan metode anuitas (efektif) atau metode proporsional
(flat).
a. Penggunaan metode anuitas (efektif) didasarkan pada asumsi
bahwa substansi pembiayaan Murabahah merupakan
pembiayaan (financing) sehingga pencatatan transaksi
Murabahah dengan metode anuitas (efektif) wajib menggunakan
PSAK 55 (2011) tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan
Pengukuran, PSAK 50 (2010) tentang Instrumen Keuangan:
Penyajian, PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan dan
PSAK lain yang relevan, sepanjang tidak bertentangan dengan
prinsip Syariah.
4.2
152
Lanjutan Lampiran 1
4.3
153
Lanjutan Lampiran 1
No Tahun Estimasi Saldo Awal Tingkat Angsuran Saldo Tagihan Amortisas Angsura Saldo Akhir
Arus Kas Arus kas Imbalan Pokok Pokok Imbalan i dengan n Pokok Arus Kas
Efektif EIR Efektif Kredit
A B C D E = D X EIR F G H =G xi I =E-H J =C -E K = D+E-F+I
1 1-Jan (993.00) 1,000.00 993.00
2 31-Jan 50.00 993.00 25.19 25.60 974.40 (24.40) 0.79 24.81 968.19
3 28-Feb 50.00 968.19 24.56 26.23 948.17 (23.77) 0.79 25.44 942.75
4 31-Mar 60.00 942.75 23.91 36.87 911.30 (23.13) 0.78 36.09 906.66
5 30-Apr 70.00 906.66 23.00 47.77 863.54 (22.23) 0.77 47.00 859.66
6 31-May 100.00 859.66 21.81 78.93 784.60 (21.07) 0.74 78.19 781.47
7 30-Jun 100.00 781.47 19.82 80.86 703.75 (19.14) 0.68 80.18 701.29
8 31-Jul 100.00 701.29 17.79 82.83 620.91 (17.17) 0.62 82.21 619.08
9 31-Aug 100.00 619.08 15.70 84.85 536.06 (15.15) 0.56 84.30 534.78
10 30-Sep 130.00 534.78 13.57 116.92 419.14 (13.08) 0.49 116.43 418.35
11 31-Oct 140.00 418.35 10.61 129.77 289.37 (10.23) 0.39 129.39 288.96
12 30-Nov 150.00 288.96 7.33 142.94 146.43 (7.06) 0.27 142.67 146.29
13 31-Dec 150.00 146.29 3.71 146.43 (0.00) (3.57) 0.14 146.29 (0.00)
1,200.00 207.00 (200.00) 7.00
b. Metode proporsional
Pendapatan dan beban yang terkait langsung dengan
pembiayaan Murabahah tidak dikapitalisasi dengan nilai
pembiayaan Murabahah.
Pendapatan dan beban yang terkait langsung dengan
pembiayaan Murabahah diakui selama jangka waktu akad
dengan menggunakan metode yang sama dengan pengakuan
pendapatan Murabahah.
Bank mengakui pendapatan marjin Murabahah sesuai
dengan proporsi atau perbandingan antara nilai pokok
Murabahah dan marjin Murabahah yang tercantum pada
akad Murabahah.
Porsi Saldo
Periode Angsuran
Pokok Margin Pokok Margin
Awal 1000 200
1 50 42 8 958 192
2 50 42 8 917 183
3 60 50 10 867 173
4 70 58 12 808 162
5 100 83 17 725 145
6 100 83 17 642 128
7 100 83 17 558 112
8 100 83 17 475 95
9 130 108 22 367 73
10 140 117 23 250 50
11 150 125 25 125 25
12 150 125 25 0 0
4.4
154
Lanjutan Lampiran 1
4.5
155
Lanjutan Lampiran 1
4.6
156
Lanjutan Lampiran 1
D. Perlakuan Akuntansi
D.1 Pengakuan dan Pengukuran
01. Uang muka
a. Uang muka yang diterima Bank dari nasabah diakui sebagai
uang muka Murabahah dari pembeli sebesar jumlah yang
diterima Bank.
b. Jika transaksi Murabahah dilaksanakan, maka uang muka
tersebut diakui sebagai bagian dari pembayaran piutang
Murabahah (merupakan bagian pokok).
c. Jika transaksi Murabahah tidak dilaksanakan, maka :
i. uang muka dikembalikan kepada nasabah sebesar selisih
antara uang muka dengan beban riil dan kerugian atas
pembatalan barang tersebut, apabila uang muka nasabah
lebih besar dari beban-beban riil yang telah dikeluarkan
Bank dan kerugian atas pembatalan, jika ada; atau
ii. Bank mengakui tagihan kepada nasabah sebesar selisih
antara beban riil dengan uang muka dan kerugian atas
pembatalan barang tersebut, apabila uang muka nasabah
lebih kecil dari beban-beban riil yang telah dikeluarkan
Bank dan kerugian atas pembatalan, jika ada.
02. Diskon harga beli dari pemasok dan pihak lain
a. Sebelum akad Murabahah ditandatangani maka diskon harga
beli tersebut diakui sebagai pengurang harga perolehan aset
Murabahah;
b. Setelah akad Murabahah ditandatangani dan:
4.7
157
Lanjutan Lampiran 1
4.8
158
Lanjutan Lampiran 1
4.9
159
Lanjutan Lampiran 1
E. Ilustrasi Jurnal
01. Penerimaan uang muka dari nasabah
Db. Kas/rekening
Kr. Liabilitas lainnya - uang muka Murabahah dari pembeli
02. Pada saat timbul beban lain yang dikeluarkan oleh Bank
Db. Beban lain yang terkait
Kr. Kas/rekening
03. Pada saat perolehan aset Murabahah
Db. Persediaan/aset Murabahah
Kr. Kas/rekening pemasok/kliring
04. Pada saat penyaluran pembiayaan Murabahah kepada nasabah
(pembayaran secara non-tunai):
A. Metode Anuitas
a. Transaksi penjualan
Db. Piutang Murabahah
Kr. Marjin Murabahah ditangguhkan
Kr. Persediaan/Aset Murabahah
b. Pengakuan pendapatan yang terkait langsung dengan
transaksi Murabahah
Db. Kas
Kr. Piutang Murabahah - pendapatan yang terkait langsung
c. Pengakuan beban yang terkait langsung dengan transaksi
Murabahah
Db. Piutang Murabahah - beban yang terkait langsung
Kr. Kas
4.10
160
Lanjutan Lampiran 1
4.11
161
Lanjutan Lampiran 1
4.12
162
Lanjutan Lampiran 1
4.13
163
Lanjutan Lampiran 1
F. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
4.14
164
Lanjutan Lampiran 1
4.15
165
Lanjutan Lampiran 1
IV.2 ISTISHNA
A. Definisi
01. Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan
barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang
disepakati antara pemesan (pembeli/ mustashni') dan penjual
(pembuat/shani').
02. Istishna paralel adalah suatu bentuk akad Istishna’ antara pemesan
(pembeli/mustashni’) dengan penjual (pembuat/shani’), kemudian
untuk memenuhi kewajibannya kepada mustashni’, penjual
memerlukan pihak lain sebagai shani’.
03. Pembiayaan Istishna adalah Penyediaan dana dari Bank kepada
nasabah untuk membeli barang sesuai dengan pesanan nasabah
yang menegaskan harga belinya kepada pembeli (nasabah) dan
pembeli (nasabah) membayarnya dengan harga yang lebih sebagai
keuntungan Bank yang disepakati.
B. Dasar Pengaturan
01. PSAK 104 tentang Akuntansi Istishna.
C. Penjelasan
01. Spesifikasi dan harga barang pesanan dalam Istishna disepakati oleh
pembeli dan penjual di awal akad. Pada dasarnya harga barang tidak
dapat berubah selama jangka waktu akad, kecuali disepakati oleh
kedua belah pihak.
02. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang
meliputi: jenis, macam, kualitas dan kuantitasnya. Barang pesanan
harus sesuai dengan karakteristik yang telah disepakati antara
pembeli dan penjual. Jika barang pesanan yang dikirimkan salah
atau cacat maka penjual harus bertanggung jawab atas kelalaiannya.
03. Jika nasabah dalam akad Istishna tidak mewajibkan Bank untuk
membuat sendiri barang pesanan, maka untuk memenuhi kewajiban
pada akad pertama, Bank dapat mengadakan akad Istishna kedua
dengan pihak ketiga (pemasok). Akad Istishna kedua ini disebut
4.16
166
Lanjutan Lampiran 1
4.17
167
Lanjutan Lampiran 1
D. Perlakuan Akuntansi
D1. Pengakuan dan Pengukuran
01. Uang muka pesanan nasabah yang diterima Bank diakui sebagai
uang muka Istishna sebesar uang yang diterima.
02. Uang muka yang dibayarkan Bank kepada supplier diakui sebagai
uang muka kepada pemasok sebesar uang yang diberikan dan diakui
sebagai Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian pada saat barang
diserahkan oleh supplier.
03. Tagihan Bank kepada nasabah atas sebagian barang pesanan yang
telah diserahkan diakui sebagai piutang Istishna sebesar persentase
harga jual yang telah diselesaikan dan diakui sebagai Termin Istishna
sebesar persentase harga pokok yang telah diselesaikan.
04. Tagihan supplier kepada Bank atas sebagian barang pesanan yang
telah diselesaikan diakui sebagai Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian
dan utang Istishna sebesar tagihan supplier.
4.18
168
Lanjutan Lampiran 1
4.19
169
Lanjutan Lampiran 1
E. Ilustrasi Jurnal
01. Penerimaan uang muka pesanan dari nasabah
Db. Kas/rekening
Kr. Uang muka Istishna
02. Penerimaan barang dari pemasok
a. Mekanisme uang muka
i. Pemberian uang muka
Db. Uang muka kepada pemasok
Kr. Kas/rekening
ii.Penerimaan sebagian barang pesanan dari pemasok
Db. Aset Istishna Dalam Penyelesaian
Kr. Uang Muka kepada pemasok
b. Mekanisme tagihan dari pemasok
i. Menerima tagihan dari pemasok
Db. Aset Istishna Dalam Penyelesaian
Kr. Utang Istishna
ii.Pembayaran kepada pemasok
Db. Utang Istishna
Kr. Kas/rekening
03. Penagihan termin kepada nasabah
Db. Piutang Istishna
Kr. Marjin Istishna ditangguhkan
Kr. Termin Istishna
04. Pembayaran oleh nasabah
Db. Kas
Kr. Piutang Istishna
4.20
170
Lanjutan Lampiran 1
F. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
01. Rincian piutang Istishna berdasarkan jumlah, jangka waktu, jenis
valuta dan kualitas piutang dan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
piutang Istishna.
02. Jumlah piutang murabahah yang diberikan kepada pihak yang
berelasi.
03. Kebijakan akuntansi yang dipergunakan dalam pengakuan
pendapatan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai, penghapusan dan
penanganan piutang Istishna yang bermasalah.
04. Besarnya piutang Istishna baik yang dibiayai sendiri oleh Bank
maupun secara bersama-sama dengan pihak lain sebesar bagian
pembiayaan Bank.
05. Jumlah akumulasi biaya atas kontrak berjalan serta pendapatan dan
keuntungan sampai dengan akhir periode berjalan.
06. Jumlah sisa kontrak yang belum selesai menurut spesifikasi dan
syarat kontrak.
07. Klaim tambahan yang belum selesai dan semua denda yang bersifat
kontinjen sebagai akibat keterlambatan pengiriman barang.
08. Nilai kontrak Istishna paralel yang sedang berjalan serta rentang
periode pelaksanaannya.
09. Nilai kontrak Istishna yang telah ditandatangani Bank selama
periode berjalan tetapi belum dilaksanakan dan rentang periode
pelaksanaannya.
10. Rincian utang Istishna berdasarkan jumlah, tujuan (pemasok atau
nasabah), jangka waktu dan jenis mata uang.
11. Utang Istishna kepada nasabah yang merupakan pihak berelasi.
12. Jenis dan kuantitas barang pesanan.
4.21
171
Lanjutan Lampiran 1
IV.3. SALAM
A. Definisi
Salam adalah akad jual beli barang pesanan (muslam fiih) dengan
pengiriman barang di kemudian hari oleh penjual (muslam illaihi) dan
pelunasannya dilakukan oleh pembeli pada saat akad disepakati sesuai
dengan syarat-syarat tertentu.
B. Dasar Pengaturan
01. PSAK 103 tentang Akuntansi Salam.
C. Penjelasan
01. Bank dapat bertindak sebagai pembeli dan atau penjual dalam suatu
transaksi Salam. Jika Bank bertindak sebagai pembeli maka Bank
melakukan transaksi Salam, dan jika Bank bertindak sebagai
penjual maka Bank akan memesan kepada pihak lain untuk
menyediakan barang pesanan dalam Salam paralel.
02. Salam paralel dapat dilakukan dengan syarat:
a. Akad kedua antara Bank dan pemasok terpisah dari akad
pertama antara Bank dan pembeli akhir; dan
b. Akad kedua dilakukan setelah akad pertama sah.
03. Dalam hal Bank bertindak sebagai pembeli, Bank dapat meminta
jaminan kepada pemasok untuk menghindari risiko yang merugikan
Bank.
04. Piutang Salam merupakan tagihan Bank kepada pemasok yang
harus diselesaikan dalam bentuk penyerahan barang, bukan
penerimaan dalam bentuk uang tunai. Piutang Salam timbul dari
penyerahan uang kepada pemasok senilai barang yang dipesan.
05. Utang Salam merupakan kewajiban Bank yang harus diselesaikan
dalam bentuk penyerahan barang bukan pembayaran dalam bentuk
uang tunai kepada nasabah.
06. Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati di awal akad oleh
nasabah dan Bank pada akad pertama atau Bank dengan pemasok
pada akad kedua. Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat
berubah selama jangka waktu akad.
07. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum
yang meliputi: jenis, macam, kualitas dan kuantitasnya.
4.22
172
Lanjutan Lampiran 1
D. Perlakuan Akuntansi
D1. Pengakuan dan Pengukuran
01. Piutang Salam diakui pada saat penyerahan uang kepada pemasok
sebesar jumlah yang dibayarkan.
02. Utang Salam diakui pada saat penerimaan uang dari nasabah
sebesar jumlah yang diterima.
03. Dalam hal dilakukan perpanjangan jangka waktu pengiriman maka
nilai tercatat piutang Salam dicatat sebesar bagian yang belum
dipenuhi sesuai dengan nilai yang tercantum dalam akad.
04. Dalam hal dilakukan pembatalan sebagian atau seluruh akad
Salam, maka piutang Salam berubah menjadi piutang qardh oleh
pemasok sebesar bagian yang tidak dapat dipenuhi.
05. Dalam hal dilakukan eksekusi jaminan maka selisih antara nilai
tercatat piutang Salam dan hasil penjualan jaminan tersebut diakui
sebagai piutang kepada pemasok. Sebaliknya, jika hasil penjualan
jaminan tersebut lebih besar dari nilai tercatat piutang Salam maka
selisihnya menjadi hak pemasok.
4.23
173
Lanjutan Lampiran 1
E. Ilustrasi Jurnal
E1. Bank Sebagai Pembeli
01. Pada saat Bank menyerahkan uang kepada pemasok
Db. Piutang Salam
Kr. Kas/Rekening pemasok
02. Pada saat Bank menerima barang dari pemasok
Db. Persediaan/aset Salam
Kr. Piutang Salam
03. Pada saat pemasok tidak memenuhi kewajibannya
Db. Piutang qardh dari pemasok
Kr. Piutang Salam
04. Jika Bank mengeksekusi jaminan atas akad Salam
a. Penjualan jaminan dengan hasil lebih kecil dari piutang Salam
Db. Kas/kliring
Db. Piutang qardh (pemasok)
Kr. Piutang Salam
b. Penjualan jaminan dengan hasil lebih besar dari piutang Salam
Db. Kas/kliring
Kr. Rekening pemasok
Kr. Piutang Salam
05. Pada saat pengenaan denda kepada pemasok
Db. Kas/Rekening
Kr. Rekening Dana Kebajikan
E2. Bank Sebagai Penjual
01. Pada saat Bank menerima uang dari nasabah
Db. Kas/rekening nasabah
Kr. Utang Salam
4.24
174
Lanjutan Lampiran 1
F. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain:
01. Rincian piutang Salam dan utang Salam berdasarkan jumlah, jangka
waktu, jenis valuta, jenis, dan kuantitas barang pesanan.
02. Piutang Salam dari pemasok dan utang Salam kepada nasabah yang
merupakan pihak berelasi.
4.25
175
Lanjutan Lampiran 1
IV.4. PERSEDIAAN
A. Definisi
01. Persediaan adalah aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan
usaha biasa dan:
a. dijual dengan akad murabahah;
b. disalurkan dalam akad salam atau salam paralel; dan/atau
c. aset istishna yang telah selesai tetapi belum diserahkan Bank
kepada pembeli akhir.
B. Dasar Pengaturan
01. PSAK 14 tentang Persediaan.
C. Penjelasan
01. Bank memperoleh persediaan dengan akad murabahah, salam,
istishna dan atau akad lainnya.
02. Aset yang tidak termasuk dalam pengertian persediaan, adalah:
a. Aset Istishna Dalam Penyelesaian;
b. Aset tetap yang digunakan oleh Bank;
c. Aset ijarah.
03. Termasuk dalam definisi persediaan adalah persediaan dalam
perjalanan yang memenuhi kriteria berikut:
a. dalam transaksi pembelian dengan syarat penyerahan FOB
Shipping Point (franco gudang penjual).
b. dalam transaksi penjualan dengan syarat penyerahan FOB
Destination Point (franco gudang pembeli).
04. Biaya perolehan meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi dan
biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan
tempat yang siap untuk dijual atau dipakai.
05. Persediaan diukur dengan menggunakan nilai terendah antara biaya
perolehan dan nilai realisasi neto. Nilai realisasi neto adalah estimasi
harga jual dalam kegiatan usaha dikurangi estimasi biaya yang
diperlukan untuk melakukan penjualan.
4.26
176
Lanjutan Lampiran 1
D. Perlakuan Akuntansi
D1. Pengakuan dan Pengukuran
01. Pada saat pengakuan awal persediaan diakui sebesar biaya
perolehan.
02. Pada akhir periode pelaporan persediaan diukur sebesar biaya
perolehan dan nilai realisasi neto, mana yang lebih rendah.
D2. Penyajian
Persediaan disajikan sebesar biaya perolehan atau nilai realisasi neto,
mana yang lebih rendah.
E. Ilustrasi Jurnal
F. Pengungkapan
Hal-hal yang perlu diungkapkan, antara lain:
01. Rincian saldo persediaan berdasarkan harga perolehan dan nilai
realisasi neto.
02. Jumlah dari setiap pemulihan nilai persediaan dari setiap
penurunan nilai persediaan yang diakui sebagai penghasilan selama
periode pemulihan tersebut.
03. Kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai
persediaan.
4.27
177
Lanjutan Lampiran 1
A. Definisi
01. Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana
pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan
pihak kedua (pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan
keuntungan dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan sedangkan
kerugian finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana.
02. Mudharabah muthlaqah adalah mudharabah dimana pemilik dana
memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan
investasinya.
03. Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah dimana pemilik dana
memberikan batasan kepada pengelola dana, antara lain mengenai
tempat, cara dan atau obyek investasi.
04. Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah dimana
pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerjasama
investasi.
B. Dasar Pengaturan
01. PSAK 105 tentang Akuntansi Mudharabah.
C. Penjelasan
01. Mudharabah terdiri dari dua jenis, yaitu Mudharabah muthlaqah dan
Mudharabah muqayyadah. Bagian ini membahas Bank sebagai
shahibul maal (pemilik dana) dalam pembiayaan Mudharabah baik
bersifat mutlaqah maupun muqayyadah.
02. Investasi Mudharabah yang dilakukan oleh Bank disebut
pembiayaan Mudharabah. Pada umumnya pembiayaan Mudharabah
yang dilakukan oleh Bank diberikan dalam bentuk kas yang
dilakukan secara bertahap atau sekaligus.
03. Pengembalian pembiayaan Mudharabah dapat dilakukan bersamaan
dengan distribusi bagi hasil atau pada saat diakhirinya akad
Mudharabah.
04. Bagi hasil Mudharabah dapat dilakukan dengan menggunakan dua
metode, yaitu bagi laba (profit sharing) atau bagi hasil (gross profit
5.1
178
Lanjutan Lampiran 1
margin atau dalam fatwa disebut net revenue sharing). Bagi laba
dihitung dari pendapatan setelah dikurangi dengan harga pokok dan
beban yang berkaitan dengan pengelolaan dana Mudharabah.
Sedangkan bagi hasil, dihitung dari pendapatan pengelolaan
Mudharabah dikurangi harga pokok.
Sebagai ilustrasi:
Penjualan xxx
Beban pokok penjualan (xxx)
Pendapatan xxx (gross profit margin/net revenue sharing)
Beban pengelolaan (xxx)
Laba xxx (profit sharing)
05. Dalam hal terjadi kerugian dalam usaha nasabah (pengelola dana),
Bank sebagai pemilik dana akan menanggung semua kerugian
sepanjang kerugian tersebut bukan disebabkan oleh kelalaian atau
kesalahan nasabah (pengelola dana).
06. Kelalaian atau kesalahan pengelola dana antara lain ditunjukkan
oleh:
a. Tidak dipenuhinya persyaratan yang ditentukan di dalam akad;
b. Tidak terdapat kondisi di luar kemampuan (force majeur) yang
lazim dan/atau yang telah ditentukan di dalam akad; atau
c. Hasil putusan dari badan arbitrase atau pengadilan.
07. Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak
dipersyaratkan adanya jaminan, namun agar tidak terjadi moral
hazard berupa penyimpangan oleh pengelola dana, pemilik dana
dapat meminta jaminan dari pengelola dana atau pihak ketiga.
Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila pengelola dana terbukti
melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati
bersama dalam akad.
08. Pengakuan penghasilan usaha Mudharabah dalam praktik dapat
diketahui berdasarkan laporan bagi hasil atas penghasilan usaha
dari pengelola dana. Tidak diperkenankan mengakui pendapatan
dari proyeksi hasil usaha.
5.2
179
Lanjutan Lampiran 1
D. Perlakuan Akuntansi
D.1 Pengakuan dan Pengukuran
01. Pembiayaan Mudharabah dalam bentuk kas diakui pada saat
pencairan sebesar jumlah uang yang diberikan Bank kepada
pengelola dana (nasabah).
02. Pembiayaan Mudharabah yang diberikan secara bertahap diakui
pada setiap tahap pembayaran.
03. Pembayaran kembali pembiayaan Mudharabah oleh pengelola dana
(nasabah) akan mengurangi pembiayaan Mudharabah.
04. Kerugian pembiayaan Mudharabah yang terjadi selama masa akad
diakui sebagai Cadangan Kerugian Penurunan Nilai pembiayaan
Mudharabah.
05. Keuntungan yang dihasilkan dari pembiayaan Mudharabah diakui
pada periode terjadinya hak bagi hasil berdasarkan laporan hasil
usaha yang disampaikan nasabah sesuai dengan nisbah yang
disepakati.
06. Keuntungan pembiayaan Mudharabah yang telah menjadi hak Bank
dan belum dibayarkan oleh nasabah diakui sebagai piutang bagi
hasil.
07. Pembiayaan Mudharabah yang diakhiri sebelum jatuh tempo atau
sudah berakhir dan belum diselesaikan oleh nasabah maka saldo
pembiayaan Mudharabah tetap diakui sebagai pembiayaan
Mudharabah yang wajib diselesaikan oleh mudharib.
D.2 Penyajian
01. Pembiayaan Mudharabah disajikan sebesar saldo pembiayaan
Mudharabah nasabah kepada Bank.
02. Piutang bagi hasil disajikan sebagai bagian dari aset lainnya pada
saat nasabah tergolong performing. Sedangkan, apabila nasabah
tergolong non-performing maka piutang bagi hasil disajikan pada
rekening administratif.
03. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai pembiayaan Mudharabah
disajikan sebagai pos lawan (contra account) pembiayaan
Mudharabah.
04. Pembiayaan Mudharabah yang diakhiri sebelum jatuh tempo atau
sudah berakhir dan belum diselesaikan oleh nasabah tetap disajikan
sebagai bagian dari pembiayaan Mudharabah.
5.3
180
Lanjutan Lampiran 1
E. Ilustrasi Jurnal
01. Pada saat pemberiaan pembiayaan Mudharabah kepada mudharib
Db. Pembiayaan Mudharabah
Kr. Kas/rekening/kliring
02. Pada saat pengakuan keuntungan Mudharabah
Db. Piutang bagi hasil
Kr. Pendapatan Mudharabah
03. Pada saat penerimaan keuntungan Mudharabah
Db. Kas/rekening/kliring
Kr. Piutang bagi hasil
04. Pada saat pengakuan kerugian Mudharabah
Db. Beban Kerugian Penurunan Nilai pembiayaan Mudharabah
Kr. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai - pembiayaan Mudharabah
05. Pada saat pembayaran angsuran pokok
Db. Kas/rekening/kliring
Kr. Pembiayaan Mudharabah
06. Pada saat pelunasan pembiayaan Mudharabah
Db. Kas/rekening/kliring
Kr. Pembiayaan Mudharabah
F. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
01. Rincian jumlah pembiayaan Mudharabah berdasarkan sifat akad
(Mudharabah mutlaqah atau Mudharabah muqayadah), jenis
penggunaan dan sektor ekonomi.
02. Klasifikasi pembiayaan mudharabah menurut jangka waktu (masa
akad), kualitas pembiayaan, valuta, Cadangan Kerugian Penurunan
Nilai dan tingkat bagi hasil rata-rata.
03. Jumlah dan persentase pembiayaan Mudharabah yang diberikan
kepada pihak-pihak berelasi.
04. Jumlah pembiayaan Mudharabah yang telah direstrukturisasi dan
informasi lain tentang pembiayaan Mudharabah yang dire-
strukturisasi selama periode berjalan.
05. Kebijakan manajemen dalam pelaksanaan pengendalian risiko
portofolio pembiayaan Mudharabah.
06. Besarnya pembiayaan Mudharabah bermasalah dan Cadangan
Kerugian Penurunan Nilai untuk setiap sektor ekonomi.
5.4
181
Lanjutan Lampiran 1
5.5
182
Lanjutan Lampiran 1
A. Definisi
01. Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan
dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan
porsi kontribusi dana berupa kas maupun aset non-kas yang
diperkenankan oleh Syariah.
02. Musyarakah permanen adalah Musyarakah dengan ketentuan bagian
dana setiap mitra ditentukan sesuai akad dan jumlahnya tetap
hingga akhir masa akad.
03. Musyarakah menurun (Musyarakah muttanaqisah) adalah
Musyarakah dengan ketentuan bagian dana pihak pertama akan
dialihkan secara bertahap kepada pihak kedua sehingga bagian dana
pihak pertama akan menurun dan pada akhir masa akad pihak
kedua tersebut akan menjadi pemilik penuh usaha tersebut.
04. Mitra aktif adalah mitra yang mengelola usaha Musyarakah, baik
mengelola sendiri atau menunjuk pihak lain atas nama mitra
tersebut.
05. Mitra pasif adalah mitra yang tidak ikut mengelola usaha
Musyarakah.
B. Dasar Pengaturan
01. PSAK 106 tentang Akuntansi Musyarakah.
C. Penjelasan
01. Musyarakah dapat berupa Musyarakah permanen dan Musyarakah
menurun (Musyarakah muttanaqisah).
02. Bank dapat bertindak sebagai mitra aktif dan mitra pasif. Untuk
pembahasan ini Bank masih berperan sebagai mitra pasif.
03. Pada umumnya pembiayaan Musyarakah yang diberikan oleh Bank
dalam bentuk kas yang dilakukan secara bertahap atau sekaligus.
04. Keuntungan atau pendapatan Musyarakah dibagi di antara mitra
berdasarkan nisbah yang disepakati, sedangkan kerugian
Musyarakah dibagi diantara mitra secara proporsional dengan modal
yang disetor.
5.6
183
Lanjutan Lampiran 1
D. Perlakuan Akuntansi
D.1 Pengakuan dan Pengukuran
01. Pembiayaan Musyarakah dalam bentuk kas diakui pada saat
pencairan sebesar jumlah uang yang diberikan Bank.
02. Pembiayaan Musyarakah yang diberikan secara bertahap diakui
pada setiap tahap pembayaran.
03. Kerugian pembiayaan Musyarakah yang terjadi selama masa akad
diakui pada periode terjadinya secara proporsional sesuai dengan
kontribusi modal sebagai Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
pembiayaan Musyarakah.
04. Keuntungan pembiayaan Musyarakah diakui pada periode terjadinya
hak bagi hasil berdasarkan laporan hasil usaha yang disampaikan
nasabah sesuai dengan nisbah yang disepakati.
05. Apabila dalam pembiayaan Musyarakah mengalami kerugian pada
periode sebelumnya, maka keuntungan yang diperoleh pada periode
tersebut harus dialokasikan terlebih dahulu untuk mengurangi
Cadangan Kerugian Penurunan Nilai pembiayaan Musyarakah untuk
5.7
184
Lanjutan Lampiran 1
E. Ilustrasi Jurnal
01. Pada saat Bank membayarkan modal tunai kepada mitra (nasabah)
Db. Pembiayaan Musyarakah
Kr. Kas/rekening/kliring
02. Pada saat pengakuan keuntungan Musyarakah
Db. Piutang bagi hasil
5.8
185
Lanjutan Lampiran 1
F. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
01. Rincian jumlah pembiayaan Musyarakah berdasarkan modal mitra,
jenis valuta, jenis penggunaan, sektor ekonomi, status bank dalam
pembiayaan Musyarakah (mitra pasif), dan mitra aktif (jika mitra
aktif bukan berasal dari salah satu mitra Musyarakah).
02. Klasifikasi pembiayaan Musyarakah menurut jangka waktu akad
pembiayaan, kualitas pembiayaan, dan tingkat bagi hasil rata-rata.
5.9
186
Lanjutan Lampiran 1
5.10
187
Lanjutan Lampiran 1
A. Definisi
Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi
dengan jangka waktu tertentu dari individu dan pihak lain dimana bank
mempunyai hak untuk mengelola dan menginvestasikan dana tersebut
dengan pembagian hasil investasi berdasarkan kesepakatan.
B. Dasar Pengaturan
01. PSAK 105 tentang Akuntansi Mudharabah.
02. PSAK 106 tentang Akuntansi Musyarakah.
C. Penjelasan
01. Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima oleh Bank dimana
Bank mempunyai hak untuk mengelola dan menginvestasikan dana,
baik sesuai dengan kebijakan Bank atau kebijakan pembatasan dari
pemilik dana, dengan keuntungan dibagikan sesuai dengan
kesepakatan. Dalam hal dana syirkah temporer berkurang
disebabkan kerugian normal yang bukan akibat dari unsur
kesalahan yang disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan,
maka Bank tidak berkewajiban atau menutup kerugian atau
kekurangan dana tersebut.
02. Contoh dari dana syirkah temporer adalah penerimaan dana dari
investasi mudharabah muthlaqah, mudharabah muqayyadah,
musyarakah, dan akun lain yang sejenis.
03. Hubungan antara Bank dan pemilik dana merupakan hubungan
kemitraan berdasarkan akad mudharabah muthlaqah, mudharabah
muqayyadah atau musyarakah. Bank mempunyai hak untuk
mengelola dan menginvestasikan dana yang diterima dengan atau
tanpa batasan seperti mengenai tempat, cara, atau obyek investasi.
04. Pemilik dana memperoleh bagian atas keuntungan sesuai
kesepakatan dan menerima kerugian berdasarkan jumlah dana dari
masing-masing pihak. Pembagian hasil dana syirkah temporer dapat
dilakukan dengan:
a. Konsep bagi laba (profit sharing), atau
b. Konsep bagi hasil (gross profit margin atau dalam fatwa disebut
net revenue sharing).
5.11
188
Lanjutan Lampiran 1
05. Untuk Bank yang menggunakan metode bagi laba (profit sharing)
dalam akad mudharabah, jika usaha Bank atas pengelolaan dana
nasabah (pemilik dana, shahibul maal) mengalami kerugian maka
seluruh kerugian ditanggung oleh nasabah (pemilik dana, shahibul
maal), kecuali jika ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan Bank
sebagai pengelola dana (mudharib).
06. Untuk Bank yang menggunakan metode bagi hasil (gross profit
margin atau dalam fatwa disebut net revenue sharing), maka nasabah
(pemilik dana, shahibul maal) tidak akan kehilangan nilai awal
investasinya, kecuali Bank dilikuidasi dengan kondisi realisasi aset
lebih kecil dari liabilitas.
07. Kelalaian atau kesalahan Bank sebagai pengelola dana, antara lain,
ditunjukkan oleh:
a. Tidak dipenuhinya persyaratan yang ditentukan di dalam akad;
b. Tidak terdapat kondisi di luar kemampuan (force majeur) yang
lazim dan/atau yang telah ditentukan di dalam akad; atau
c. Hasil putusan dari badan arbitrase atau pengadilan
08. Dana syirkah temporer terdiri dari dana mudharabah dalam hal
Bank sebagai pengelola dana (mudharib) dan musyarakah dalam hal
Bank sebagai mitra aktif.
09. Mudharabah dibedakan berdasarkan pembatasan penggunaan dana
menjadi mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayadah.
10. Jenis produk penghimpunan dana mudharabah, antara lain:
a. Tabungan mudharabah adalah dana mudharabah pada Bank
yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat
tertentu yang disepakati.
b. Deposito mudharabah adalah dana mudharabah pada Bank
yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
dengan pembagian hasil sesuai dengan nisbah yang telah
disepakati di muka antara nasabah (pemilik dana, shahibul
maal) dengan Bank yang bersangkutan.
D. Perlakuan Akuntansi
D.1 Pengakuan dan Pengukuran
01. Dana mudharabah dari pemilik dana diakui pada saat diterima
sebesar jumlah yang diterima.
5.12
189
Lanjutan Lampiran 1
02. Bagi hasil dana mudharabah diberikan sesuai nisbah yang disepakati
pada awal akad.
03. Dana musyarakah dari nasabah (mitra pasif) diakui pada saat
diterima sebesar jumlah yang diterima.
04. Bagi hasil dana musyarakah diberikan sesuai nisbah yang disepakati
pada awal akad.
D.2 Penyajian
01. Dana mudharabah disajikan sebagai dana syirkah temporer dengan
memisahkan antara:
a. dana mudharabah yang berasal dari Bank;
b. dana mudharabah yang berasal dari bukan Bank.
02. Bagi hasil dana mudharabah yang sudah diperhitungkan dan telah
jatuh tempo tetapi belum diserahkan kepada nasabah disajikan
dalam pos kewajiban segera.
03. Bagi hasil dana mudharabah yang sudah diperhitungkan pada akhir
periode tetapi belum jatuh tempo disajikan dalam pos bagi hasil yang
belum dibagikan.
04. Dana musyarakah disajikan sebagai dana syirkah temporer dalam
neraca dengan memisahkan antara:
a. dana musyarakah yang berasal dari Bank;
b. dana musyarakah yang berasal dari bukan Bank.
05. Bagi hasil dana musyarakah yang sudah diperhitungkan dan telah
jatuh tempo tetapi belum diserahkan kepada nasabah disajikan
dalam pos kewajiban segera.
06. Bagi hasil dana musyarakah yang sudah diperhitungkan pada akhir
periode tetapi belum jatuh tempo disajikan dalam pos bagi hasil yang
belum dibagikan.
E. Ilustrasi Jurnal
01. Pada saat penerimaan setoran:
Db. Kas/kliring
Kr. Dana syirkah temporer-tabungan/deposito mudharabah
02. Pada saat penarikan tabungan:
Db. Dana syirkah temporer-tabungan/deposito mudharabah
Kr. Kas/pemindahbukuan/kliring
03. Pada saat dilakukan perhitungan bagi hasil:
Db. Bagian pihak ketiga atas pendapatan
5.13
190
Lanjutan Lampiran 1
F. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
01. Isi kesepakatan utama akad mudharabah:
a. porsi dana;
b. pembagian hasil usaha.
02. Rincian dana mudharabah yang diterima berdasarkan:
a. Jenis mudharabah
i. mudharabah mutlaqah;
ii. mudharabah muqayadah.
b. Pemilik dana mudharabah
i. Bank;
ii. bukan Bank.
c. Jenis mata uang dana mudharabah:
i. Rupiah;
ii. valuta asing.
03. Rincian dana mudharabah yang disalurkan berdasarkan:
a. Sumber dana mudharabah yang berasal dari:
i. mudharabah mutlaqah;
ii. mudharabah muqayadah.
b. Penerima dana mudharabah:
i. Bank;
ii. bukan Bank Syariah.
c. Jenis mata uang yang digunakan:
i. Rupiah;
ii. valuta asing.
04. Penjelasan mengenai kebijakan penyaluran dana mudharabah.
05. Pihak-pihak yang berelasi, baik nasabah (pemilik dana, shahibul
maal) atau nasabah penerima penyaluran dana mudharabah.
5.14
191
Lanjutan Lampiran 1
06. Jumlah simpanan yang diblokir untuk tujuan tertentu antara lain
sebagai jaminan pembiayaan dan atau transaksi perbankan syariah
lainnya.
5.15
192
Lanjutan Lampiran 1
A. Definisi
01. Ijarah adalah akad pemindahan hak guna/manfaat atas suatu aset
dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah) tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan aset itu sendiri.
02. Ijarah muntahiyah bittamlik adalah Ijarah dengan wa’ad perpindahan
kepemilikan obyek Ijarah pada saat tertentu.
03. Obyek Ijarah adalah manfaat dari penggunaan aset berwujud atau
aset tidak berwujud.
04. Umur manfaat adalah suatu periode dimana aset diharapkan akan
digunakan atau jumlah produksi/unit serupa yang diharapkan akan
diperoleh dari aset.
05. Wa’ad adalah janji dari satu pihak kepada pihak lain untuk
melaksanakan suatu transaksi.
B. Dasar Pengaturan
01. PSAK 107 tentang Akuntansi Ijarah.
02. PSAK 16 tentang Aset Tetap.
03. PSAK 48 tentang Penurunan Nilai Aset.
C. Penjelasan
01. Ijarah merupakan akad sewa-menyewa suatu aset Ijarah tanpa
adanya perpindahan risiko dan manfaat yang signifikan terkait
kepemilikan aset tersebut, dengan atau tanpa adanya opsi untuk
memindahkan kepemilikan dari pemilik (Bank) kepada
penyewa/nasabah pada saat tertentu.
02. Pada umumnya transaksi Ijarah muntahiyah bittamlik muncul
karena adanya kebutuhan untuk memiliki aset tertentu, dimana
pemenuhan kebutuhan atas aset tersebut dipenuhi melalui akad
Ijarah.
03. Bank dapat meminta penyewa/nasabah untuk menyerahkan
jaminan atas Ijarah untuk menghindari risiko kerugian.
04. Jumlah, ukuran, dan jenis aset Ijarah harus jelas diketahui dan
tercantum dalam akad.
6.1
193
Lanjutan Lampiran 1
6.2
194
Lanjutan Lampiran 1
Ijarah pada nilai bukunya atau nilai yang dapat diperoleh kembali
(recoverable amount), yaitu jumlah yang dapat diperoleh dari
penjualan aset dalam transaksi antarpihak yang bebas (arm’s length
transaction), setelah dikurangi biaya yang terkait (net selling price).
14. Piutang pendapatan sewa atas porsi pokok dibentuk Cadangan
Kerugian Penurunan Nilai sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam PSAK yang terkait.
15. Dalam bagian ini hanya mencakup Bank sebagai pemilik obyek sewa
(lessor) dalam transaksi beli dan Ijarah, beli dan Ijarah-balik, dan
Ijarah dan Ijarah-lanjut.
D. Perlakuan Akuntansi
D.1 Pengakuan dan Pengukuran
01. Aset Ijarah diakui pada saat diperoleh sebesar biaya perolehan.
02. Pendapatan sewa diakui selama masa akad Bank dengan nasabah.
03. Aset Ijarah disusutkan sesuai kebijakan penyusutan aktiva sejenis
sedangkan aset Ijarah dalam Ijarah muntahiyah bittamlik disusutkan
sesuai masa sewa.
04. Biaya perbaikan aset Ijarah, baik yang dilakukan oleh pemilik
maupun yang dilakukan oleh nasabah dengan persetujuan pemilik
dan biaya tersebut dibebankan kepada pemilik, diakui sebagai beban
Ijarah.
05. Biaya perbaikan aset Ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan
secara bertahap sebanding dengan bagian kepemilikan masing-
masing.
06. Pada saat terjadi penurunan nilai aset Ijarah, Bank mengakui
sebagai kerugian penurunan nilai aset sebesar selisih antara nilai
buku dengan nilai wajar aset Ijarah.
07. Jika berdasarkan evaluasi secara periodik diketahui bahwa jumlah
penurunan nilai berkurang, maka Bank dapat memulihkan kerugian
penurunan nilai yang telah diakui, paling tinggi sebesar Cadangan
Kerugian Penurunan Nilai yang telah dibentuk.
08. Perpindahan kepemilikan aset Ijarah dari Bank kepada nasabah,
dalam Ijarah muntahiyah bittamlik dengan cara:
a. hibah, maka jumlah tercatat aset Ijarah yang dihibahkan diakui
sebagai beban.
6.3
195
Lanjutan Lampiran 1
6.4
196
Lanjutan Lampiran 1
E. Ilustrasi Jurnal
01. Pada saat perolehan aset Ijarah
Db. Aset Ijarah
Kr. Kas/rekening
02. Pada saat pengakuan pendapatan Ijarah pada tanggal laporan
Db. Piutang sewa (porsi pokok)
Db. Piutang pendapatan sewa (porsi ujrah)
Kr. Pendapatan Ijarah
03. Pada saat pengakuan penyusutan/amortisasi pada tanggal laporan
Db. Beban penyusutan
Kr. Akumulasi penyusutan
04. Pada saat penerimaan sewa dari nasabah
Dr. Kas/rekening
Kr. Piutang sewa (porsi pokok)
Kr. Piutang pendapatan sewa (porsi ujrah)
05. Pada saat terjadi biaya perbaikan
Db. Beban perbaikan
Kr. Kas/rekening
06. Pada saat terjadi tunggakan pembayaran sewa
a. nasabah masih tergolong performing
Db. Piutang sewa (porsi pokok)
Db. Piutang pendapatan sewa (porsi ujrah)
Kr. Pendapatan Ijarah
b. nasabah tergolong non-performing
i. dilakukan jurnal balik pendapatan sewa
Db. Pendapatan Ijarah
Kr. Piutang pendapatan sewa (porsi ujrah)
6.5
197
Lanjutan Lampiran 1
F. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
01. Sumber dana yang digunakan dalam pembiayaan Ijarah.
02. Jumlah piutang cicilan Ijarah yang akan jatuh tempo hingga dua
tahun terakhir.
03. Jumlah obyek sewa berdasarkan jenis transaksi (Ijarah dan Ijarah
muntahiyah bittamlik), jenis aset dan akumulasi penyusutannya
serta Cadangan Kerugian Penurunan Nilai jika ada, apabila Bank
sebagai pemilik obyek sewa.
6.6
198
Lanjutan Lampiran 1
6.7
199
Lanjutan Lampiran 1
A. Definisi
Ijarah atas jasa adalah Ijarah dimana obyek Ijarah adalah manfaat yang
bukan berasal dari aset berwujud.
B. Dasar Pengaturan
01. PSAK 107 tentang Akuntansi Ijarah.
C. Penjelasan
01. Transaksi Ijarah atas jasa dikenal dengan istilah pembiayaan
multijasa.
02. Manfaat (jasa) yang bisa di-Ijarah-kan, antara lain, jasa pendidikan,
jasa kesehatan, dan jasa pariwisata rohani.
03. Dalam melakukan transaksi multijasa, Bank melakukan akad Ijarah
dengan pihak pemasok dan kemudian melakukan akad Ijarah lebih
lanjut dengan nasabah.
04. Perolehan aset Ijarah atas jasa diamortisasi sesuai dengan jangka
waktu akad Ijarah Bank dengan pemasok.
05. Perlakuan akuntansi transaksi multijasa mengikuti akuntansi untuk
Ijarah dengan skema sewa dan sewa-lanjut.
D. Perlakuan Akuntansi
D.1 Pengakuan dan Pengukuran
01. Perolehan aset Ijarah atas jasa diakui sebagai aset Ijarah pada saat
perolehan hak atas jasa sebesar biaya yang terjadi.
02. Pendapatan Ijarah diakui selama masa akad Bank dengan nasabah.
03. Amortisasi atas perolehan aset Ijarah diakui sebagai beban Ijarah.
04. Bank wajib membentuk Cadangan Kerugian Penurunan Nilai untuk
piutang pendapatan multijasa sebesar porsi pokok sewa yang
tertunda sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam PSAK yang
terkait.
D.2 Penyajian
01. Perolehan atas jasa disajikan sebagai bagian aset Ijarah dan
disajikan terpisah dari aset Ijarah lain.
02. Amortisasi atas perolehan aset Ijarah disajikan sebagai pos lawan
dari aset Ijarah.
6.8
200
Lanjutan Lampiran 1
03. Porsi pokok atas pendapatan sewa multijasa yang belum dibayar
disajikan sebagai piutang sewa.
04. Porsi ujrah atas pendapatan sewa multijasa yang belum dibayar
disajikan sebagai pendapatan sewa multijasa yang akan diterima
yang merupakan bagian dari aset lainnya pada saat nasabah
tergolong performing. Sedangkan, apabila nasabah tergolong non-
performing maka pendapatan sewa multijasa yang akan diterima
disajikan pada rekening administratif.
05. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai atas piutang sewa disajikan
sebagai pos lawan (contra account) piutang sewa.
06. Beban amortisasi aset Ijarah disajikan sebagai pengurang
pendapatan Ijarah pada laporan laba rugi.
E. Ilustrasi Jurnal
01. Pada saat perolehan jasa
Db. Aset Ijarah
Kr. Kas/rekening
02. Pada saat pengakuan pendapatan Ijarah pada tanggal laporan
Db. Piutang sewa (porsi pokok)
Db. Piutang pendapatan sewa multijasa (porsi ujrah)
Kr. Pendapatan Ijarah
03. Pada saat pengakuan amortisasi pada tanggal laporan
Db. Beban amortisasi
Kr. Akumulasi amortisasi
04. Pada saat penerimaan sewa dari nasabah
Dr. Kas/rekening
Kr. Piutang sewa (porsi pokok)
Kr. Piutang pendapatan sewa multijasa (porsi ujrah)
05. Pada saat penerimaan sewa dari nasabah
Dr. Kas/rekening
Kr. Piutang sewa (porsi pokok)
Kr. Piutang pendapatan sewa multijasa (porsi ujrah)
06. Pada saat terjadi tunggakan pembayaran sewa
a. nasabah masih tergolong performing
Db. Piutang sewa (porsi pokok)
Db. Piutang pendapatan sewa multijasa (porsi ujrah)
Kr. Pendapatan Ijarah
6.9
201
Lanjutan Lampiran 1
F. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
01. Sumber dana yang digunakan dalam pembiayaan Ijarah.
02. Rincian perolehan atas jasa berdasarkan jenis.
03. Jumlah piutang cicilan Ijarah yang akan jatuh tempo hingga dua
tahun terakhir.
04. Transaksi dan saldo dengan pihak-pihak yang berelasi.
6.10
202
Lanjutan Lampiran 1
A. Definisi
Pinjaman Qardh yang diberikan adalah penyediaan dana atau tagihan
yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara peminjam dan pihak yang meminjamkan yang
mewajibkan peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu
tertentu.
B. Dasar Pengaturan
01. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
Syariah.
C. Penjelasan
01. Pinjaman Qardh yang diberikan merupakan pinjaman yang tidak
mempersyaratkan adanya imbalan.
02. Akad Qardh dalam Lembaga Keuangan Syariah terdiri dari dua
macam:
a. Akad Qardh yang berdiri sendiri untuk tujuan sosial semata
sebagaimana dimaksud dalam Fatwa DSN-MUI Nomor: 19/DSN-
MUI/IV/2001 tentang al-Qardh, bukan sebagai sarana atau
kelengkapan bagi transaksi lain dalam produk yang bertujuan
untuk mendapatkan keuntungan;
b. Akad Qardh yang dilakukan sebagai sarana atau kelengkapan
bagi transaksi lain yang menggunakan akad-akad mu’awadhah
(pertukaran dan dapat bersifat komersial) dalam produk yang
bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Penggunaan dana
dari pihak ketiga hanya diperbolehkan untuk tujuan komersial
antara lain seperti produk Rahn Emas, Pembiayaan Pengurusan
Haji Lembaga Keuangan Syariah, Pengalihan Utang, Syariah
Charge Card, Syariah Card, dan Anjak Piutang.
03. Bank dapat meminta jaminan atas pemberian Qardh.
04. Bank hanya boleh mengenakan biaya administrasi atas pinjaman
Qardh.
7.1
203
Lanjutan Lampiran 1
D. Perlakuan Akuntansi
D.1 Pengakuan dan Pengukuran
01. Pinjaman Qardh diakui sebesar jumlah yang dipinjamkan pada saat
terjadinya.
02. Biaya administrasi, bonus, ujrah yang dananya bersumber dari dana
intern diakui sebagai pendapatan operasi lain sebesar jumlah yang
diterima.
03. Biaya administrasi, bonus, ujrah yang dananya bersumber dari dana
pihak ketiga diakui sebagai pendapatan utama lain dan dibagi-
hasilkan sebesar jumlah yang diterima.
D.2 Penyajian
01. Pinjaman Qardh yang bersumber dari intern Bank dan dana pihak
ketiga disajikan pada pos pinjaman Qardh.
02. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai pinjaman Qardh disajikan
sebagai pos lawan (contra account) pinjaman Qardh.
E. Ilustrasi Jurnal
01. Pada saat pinjaman Qardh diberikan
Db. Pinjaman Qardh
Kr. Kas/rekening/kliring
02. Pada saat penerimaan biaya administrasi/bonus/imbalan
Db. Kas
7.2
204
Lanjutan Lampiran 1
F. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain:
01. Rincian jumlah pinjaman Qardh berdasarkan sumber dana, jenis
penggunaan dan sektor ekonomi.
02. Jumlah pinjaman Qardh yang diberikan kepada pihak yang berelasi.
03. Kebijakan manajemen dalam pelaksanaan pengendalian risiko
pinjaman Qardh.
04. Ikhtisar pinjaman Qardh yang dihapus buku yang menunjukkan
saldo awal, penghapusan selama tahun berjalan, penerimaan atas
pinjaman Qardh yang telah dihapusbukukan dan pinjaman Qardh
yang telah dihapus tagih dan saldo akhir pinjaman Qardh yang
dihapus buku.
7.3
205
Lanjutan Lampiran 1
A. Definisi
Pinjaman Qardh yang diterima adalah penerimaan dana berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan antara peminjam dan pihak yang
meminjamkan yang mewajibkan peminjam melunasi hutangnya setelah
jangka waktu tertentu.
B. Dasar Pengaturan
01. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
Syariah.
C. Penjelasan
01. Pinjaman Qardh yang diterima merupakan pinjaman yang tidak
mempersyaratkan adanya imbalan. Namun demikian, Bank
diperkenankan untuk memberikan imbalan (bonus).
02. Bank dapat memberikan jaminan atas penerimaan Qardh.
D. Perlakuan Akuntansi
D.1 Pengakuan dan Pengukuran
01. Pinjaman Qardh yang diterima diakui sebesar jumlah dana yang
diterima pada saat terjadinya.
02. Imbalan yang diberikan kepada pemberi pinjaman Qardh diakui
sebagai beban operasional.
D.2 Penyajian
Pinjaman yang diterima disajikan sebesar jumlah nominal yang harus
diselesaikan.
E. Ilustrasi Jurnal
01. Pada saat pinjaman Qardh diterima
Db. Kas/rekening/kliring
Kr. Pinjaman yang diterima
02. Pada saat pembayaran imbalan
Db. Imbalan Qardh (beban operasional)
Kr. Kas/rekening/kliring
7.4
206
Lanjutan Lampiran 1
F. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain:
01. Rincian pinjaman yang diterima dari pihak berelasi dan pihak tidak
berelasi.
02. Uraian mengenai isi ketentuan penting dalam akad pinjaman yang
diterima.
03. Pengungkapan lain.
7.5
207
Lanjutan Lampiran 1
A. Definisi
Investasi pada surat berharga adalah investasi yang ditanamkan pada
surat berharga Syariah komersial, seperti sukuk dan surat berharga
lainnya, antara lain: Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank (SIMA),
Surat Investasi Komoditas Antar Bank (SIKA), unit penyertaan Syariah
atau kontrak investasi kolektif (reksadana), reverse repo sepanjang tidak
bertentangan dengan prinsip Syariah.
B. Dasar Pengaturan
01. PSAK 110 tentang Akuntansi Sukuk.
02. PSAK 50 tentang Instrumen Keuangan: Penyajian.
03. PSAK 55 tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran.
04. PSAK 60 tentang Instrumen Keuangan: Pengungkapan.
C. Penjelasan
01. Investasi pada surat berharga yang dilakukan oleh Bank
diperbolehkan sepanjang terdapat fatwa dari Dewan Syariah
Nasional – Majelis Ulama Indonesia dan diperkenankan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
02. Investasi pada surat berharga hanya dapat dilakukan pada surat
berharga yang diterbitkan oleh emiten yang jenis kegiatan usahanya
tidak bertentangan dengan prinsip Syariah.
03. Pada bagian surat berharga ini transaksi investasi yang dibahas
meliputi, investasi pada sukuk dan surat berharga lain yang sejenis,
investasi reksadana Syariah, dan reverse repo Syariah.
C.1 Investasi pada Sukuk dan Surat Berharga Lain yang Sejenis
01. Investasi pada sukuk dan surat berharga lain yang sejenis
diklasifikasikan menjadi:
a. Diukur pada nilai wajar; dan
b. Diukur pada biaya perolehan.
02. Basis pengklasifikasian tersebut ditentukan oleh model usaha yang
digunakan Bank.
8.1
208
Lanjutan Lampiran 1
8.2
209
Lanjutan Lampiran 1
08. Sukuk dapat direklasifikasi dari diukur pada nilai wajar ke diukur
pada biaya perolehan atau sebaliknya jika terdapat perubahan model
usaha.
09. Nilai wajar yang digunakan mengacu pada urutan sebagai berikut:
a. Kuotasi harga di pasar aktif;
b. Harga dari transaksi terkini;
c. Nilai wajar dari instrumen sejenis.
10. Sukuk yang dikelompokkan dalam diukur pada biaya perolehan, jika
terdapat indikasi penurunan nilai, dihitung jumlah terpulihkannya
yaitu jumlah yang akan diperoleh dari pengembalian pokok tanpa
memperhitungkan nilai kininya.
C.2 Investasi pada Reksadana Syariah
01. Investasi pada Reksadana Syariah diklasifikasikan menjadi:
a. Diukur pada nilai wajar melalui laba rugi (fair value through
profit or loss/FVTPL).
b. Tersedia untuk dijual (available for sale/AFS).
02. Nilai wajar reksa dana ditentukan berdasarkan nilai aset bersih
(NAB).
03. Reksadana yang dikelompokkan dalam klasifikasi tersedia untuk
dijual, jika terdapat indikasi penurunan nilai maka Bank mengakui
kerugian penurunan nilai. Selanjutnya apabila terdapat pemulihan
nilai maka jumlah terpulihkannya yaitu jumlah yang akan diperoleh
dari pengembalian pokok tanpa memperhitungkan nilai kininya.
C.3 Tagihan Reverse Repo Syariah
01. Transaksi reverse repo SBSN adalah transaksi pembelian SBSN oleh
Bank dari Bank Indonesia, dengan janji penjualan kembali oleh Bank
sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati.
02. Transaksi reverse repo SBSN merupakan transaksi yang dilakukan
oleh Bank Indonesia dalam rangka pengurangan likuiditas Bank
atau kontraksi moneter.
03. Transaksi reverse repo SBSN dilakukan dengan menggunakan akad
al bai’ (jual beli) yang disertai dengan al wa’ad (janji) oleh Bank
kepada Bank Indonesia, dalam dokumen terpisah, untuk menjual
kembali SBSN dalam jangka waktu dan harga tertentu yang
disepakati.
04. Jangka waktu transaksi reverse repo SBSN paling singkat satu hari
dan paling lama dua belas bulan yang dinyatakan dalam hari yang
8.3
210
Lanjutan Lampiran 1
D. Perlakuan Akuntansi
D.1 Pengakuan dan Pengukuran
01. Sukuk dan Surat Berharga Lain yang Sejenis
a. Kategori ‘diukur pada nilai wajar’
i. Pada pengakuan awal, sukuk diukur pada biaya perolehan
yaitu nilai wajarnya sedangkan untuk biaya transaksi
diakui secara terpisah sebagai biaya investasi.
ii. Setelah pengakuan awal, sukuk diukur pada nilai wajar
dan perubahan nilai wajar diakui dalam laba rugi.
b. Kategori ‘diukur pada biaya perolehan’
i. Pada pengakuan awal, sukuk diukur pada biaya perolehan
yaitu nilai wajar ditambah biaya transaksi.
ii. Setelah pengakuan awal, selisih antara biaya perolehan
dan nilai nominal diamortisasi secara garis lurus selama
jangka waktu sukuk.
iii. Kerugian penurunan nilai diakui dalam laba rugi tahun
berjalan.
02. Reksadana Syariah
a. Kategori ‘diukur pada nilai wajar melalui laba rugi’
i. Pada pengakuan awal, reksadana Syariah diukur pada
biaya perolehan yaitu nilai wajarnya.
ii. Setelah pengakuan awal, reksadana Syariah diukur pada
nilai wajar dan perubahan nilai wajar diakui dalam laba
rugi.
b. Kategori ‘tersedia untuk dijual’
i. Pada pengakuan awal, reksadana Syariah diukur pada
biaya perolehan yaitu nilai wajar ditambah biaya transaksi.
8.4
211
Lanjutan Lampiran 1
E. Ilustrasi Jurnal
E.1 Sukuk dalam kategori ‘diukur pada nilai wajar’
01. Pada saat pengakuan awal
Db. Investasi pada surat berharga
Db. Beban investasi
Kr. Kliring
8.5
212
Lanjutan Lampiran 1
8.6
213
Lanjutan Lampiran 1
8.7
214
Lanjutan Lampiran 1
F. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
01. Sukuk dan Surat Berharga Lain yang Sejenis
a. Klasifikasi berdasarkan jumlah;
b. Tujuan model usaha yang digunakan;
c. Jumlah yang direklasifikasi, jika ada, dan penyebabnya; dan
d. Nilai wajar untuk investasi yang diukur pada biaya perolehan.
02. Reksadana Syariah
a. Ikhtisar kebijakan akuntansi yang penting
b. Kategorisasi dan jumlah tercatat surat berharga, yaitu ‘diukur
pada nilai wajar melalui laba rugi’ dan ‘tersedia untuk dijual’.
c. Perubahan nilai wajar yang ‘diukur pada nilai wajar melalui laba
rugi’.
d. Informasi yang memungkinkan pengguna Laporan Keuangan
mengevaluasi jenis dan besarnya resiko yang timbul dari
aktivitas surat berharga sebagaimana pada huruf e sampai f di
bawah.
e. Tujuan, kebijakan, dan proses pengelolaan risiko dan metode
pengukuran risiko surat berharga dan perubahan dari periode
sebelumnya (jika ada).
8.8
215
Lanjutan Lampiran 1
8.9
216
Lanjutan Lampiran 1
VIII.2 PENYERTAAN
A. Definisi
01. Penyertaan adalah penanaman dana Bank dalam bentuk saham baik
dalam Rupiah maupun valuta asing pada bank atau perusahaan
lembaga keuangan bukan bank untuk tujuan investasi jangka
panjang dan tidak untuk diperjualbelikan. Termasuk dalam cakupan
penyertaan adalah penyertaan modal sementara.
02. Penyertaan Modal Sementara adalah penyertaan oleh Bank dalam
perusahaan debitur untuk mengatasi kegagalan pembiayaan
sebagaimana yang dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang
berlaku.
03. Entitas asosiasi adalah suatu entitas, termasuk entitas nonkorporasi
seperti persekutuan, dimana Bank mempunyai pengaruh signifikan
dan bukan merupakan entitas anak ataupun bagian partisipasi
dalam ventura bersama.
04. Pengendalian bersama entitas adalah suatu entitas dimana Bank
memiliki pengendalian bersama dengan venturer lain atas entitas
tersebut.
B. Dasar Pengaturan
01. PSAK 12 tentang Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama.
02. PSAK 15 tentang Investasi pada Entitas Asosiasi.
C. Penjelasan
01. Pengaruh Signifikan
a. Bank dianggap mempunyai pengaruh signifikan jika mempunyai
secara langsung maupun tidak langsung (melalui entitas anak)
20%-50% hak suara investee, kecuali dapat dibuktikan dengan
jelas bahwa Bank tidak mempunyai pengaruh signifikan.
b. Bank dianggap tidak mempunyai pengaruh signifikan jika Bank
mempunyai secara langsung maupun tidak langsung (melalui
entitas anak) kurang dari 20% hak suara investee, kecuali dapat
dibuktikan dengan jelas bahwa Bank mempunyai pengaruh
signifikan.
c. Bukti adanya pengaruh signifikan:
8.10
217
Lanjutan Lampiran 1
8.11
218
Lanjutan Lampiran 1
D. Perlakuan Akuntansi
D.1 Pengakuan dan pengukuran
01. Penyertaan pada awalnya diakui sebesar biaya perolehan.
02. Laba rugi investee diakui sebesar bagian investor atas laba atau rugi
tersebut sebagai pendapatan/beban dan penambah/pengurang
jumlah tercatat penyertaan.
03. Penghasilan komprehensif lain investee diakui sebesar bagian
investor atas penghasilan komprehensif lain tersebut sebagai
penghasilan komprehensif lain dan penambah/pengurang jumlah
tercatat penyertaan.
04. Dividen tunai diakui sebagai pengurang jumlah tercatat penyertaan.
05. Akumulasi kerugian yang diakui tidak boleh mengakibatkan nilai
investasi menjadi negatif.
D.2 Penyajian
Penyertaan disajikan sebesar jumlah tercatat.
E. Ilustrasi Jurnal
01. Pada saat penyertaan
Db. Penyertaan
Kr. Rekening
02. Pada saat pengakuan bagian laba
Db. Penyertaan
8.12
219
Lanjutan Lampiran 1
F. Pengungkapan
01. Investasi pada entitas asosiasi
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
a. Nilai wajar investasi pada entitas asosiasi yang tersedia kuotasi
harga yang dipublikasikan.
b. Ringkasan informasi keuangan entitas asosiasi.
c. Alasan mengapa mempunyai pengaruh signifikan, namun Bank
memiliki kurang dari 20% hak investee.
d. Alasan mengapa tidak mempunyai pengaruh signifikan, namun
Bank memiliki lebih dari 20% hak investee.
e. Sifat dan tingkatan pembatasan signifikan atas kemampuan
entitas asosiasi mentransfer dana kepada Bank dalam bentuk
dividen tunai.
f. Bagian rugi entitas asosiasi yang tidak diakui apabila kerugian
telah melewati nilai investasi.
02. Investasi pada ventura bersama
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
a. Jumlah liabilitas kontijensi (jika ada) yang ditanggung venturer
sendiri dan para venturer, bagian liabilitas kontijensi ventura
bersama, dan liabilitas kontijensi atas venturer lain.
b. Komitmen modal venturer sendiri dan para venturer, dan bagian
komitmen modal ventura bersama.
8.13
220
Lanjutan Lampiran 1
8.14
221
Lanjutan Lampiran 1
A. Definisi
Surat berharga yang diterbitkan adalah surat berharga Syariah yang
diterbitkan oleh Bank seperti sukuk, sertifikat investasi komoditas antar
bank (SIKA), dan surat berharga lain.
B. Dasar Pengaturan
01. PSAK 110 tentang Akuntansi Sukuk.
C. Penjelasan
01. Surat berharga yang diterbitkan oleh Bank antara lain menggunakan
akad ijarah, mudharabah, dan akad Syariah lain.
02. Dalam hal penerbitan surat berharga, khususnya sukuk umumnya
tidak hanya menggunakan satu akad (seperti ijarah dan
mudharabah) tetapi dapat dikombinasikan dengan akad lain. Semua
akad tersebut diperlakukan sebagai satu kesatuan akad dalam
penerbitan surat berharga.
D. Perlakuan Akuntansi
D.1 Pengakuan dan Pengukuran
01. Surat berharga dengan akad ijarah dan akad yang lain.
a. Surat berharga diakui sebesar:
i. nilai nominal dikurangi diskonto dan biaya yang terkait
dengan penerbitan surat berharga (biaya transaksi);
ii. nilai nominal ditambah premium dan dikurangi biaya
transaksi.
b. Selisih antara jumlah tercatat dan nilai nominal diamortisasi
secara garis lurus selama jangka waktu akad dan diakui sebagai
beban penerbitan surat berharga.
c. Imbalan atau bentuk lain yang dibayarkan kepada pemegang
surat berharga diakui sebagai beban surat berharga.
02. Surat berharga dengan akad mudharabah dan musyarakah.
a. Surat berharga diakui sebesar nilai nominal.
b. Biaya transaksi diakui sebagai beban ditangguhkan dan
diamortisasi selama masa akad sebagai beban penerbitan surat
berharga.
8.15
222
Lanjutan Lampiran 1
E. Ilustrasi Jurnal
E.1 Surat berharga dengan akad ijarah dan akad lain
01. Pada saat penerbitan:
a. Diterbitkan pada nominal
Db. Kas/rekening/kliring
Db. Surat berharga – biaya transaksi
Kr. Surat berharga
b. Diterbitkan pada premium
Db. Kas/rekening/kliring
Db. Surat berharga – biaya transaksi
Kr. Surat berharga
Kr. Surat berharga – premium
c. Diterbitkan pada diskonto
Db. Kas/rekening/kliring
Db. Surat berharga – diskonto
Db. Surat berharga – biaya transaksi
Kr. Surat berharga
02. Pada saat amortisasi:
a. Diterbitkan pada nominal
Db. Beban penerbitan
Kr. Surat berharga – biaya transaksi
Db. Beban surat berharga
Kr. Utang imbalan surat berharga
b. Diterbitkan pada premium
Db. Beban penerbitan
8.16
223
Lanjutan Lampiran 1
8.17
224
Lanjutan Lampiran 1
F. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
01. Uraian tentang persyaratan utama dalam penerbitan surat berharga,
termasuk:
a. ringkasan akad Syariah yang digunakan;
b. aset atau manfaat, atau aktivitas yang mendasari;
c. besaran imbalan, atau prinsip pembagian hasil usaha, dasar
bagi hasil, dan besaran nisbah bagi hasil;
d. nilai nominal;
e. jangka waktu;
f. persyaratan penting lain.
02. Penjelasan mengenai aset atau manfaat yang mendasari penerbitan
surat berharga dengan akad ijarah, termasuk jenis dan umur
ekonomis.
03. Penjelasan mengenai aktivitas yang mendasari penerbitan surat
berharga dengan akad mudharabah, termasuk jenis usaha,
kecenderungan (tren) usaha, pihak yang mengelola usaha (jika
dilakukan pihak lain).
04. Pengungkapan lain.
8.18
225
Lanjutan Lampiran 1
IX.1. KAS
A. Definisi
Kas adalah mata uang kertas dan logam baik Rupiah maupun valuta
asing yang masih berlaku sebagai alat pembayaran yang sah.
B. Dasar Pengaturan
01. PSAK 50 tentang Instrumen Keuangan: Penyajian.
02. PSAK 55 tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran.
03. PSAK 60 tentang Instrumen Keuangan: Pengungkapan.
C. Penjelasan
01. Dalam pengertian kas termasuk mata uang Rupiah dan valuta asing
yang ditarik dari peredaran dan yang masih dalam tenggang waktu
penukaran ke Bank Indonesia atau Bank Sentral negara yang
bersangkutan. Kas termasuk kas besar, kas kecil, kas ATM dan kas
dalam perjalanan. Kas tidak termasuk emas batangan dan uang
logam yang diterbitkan untuk memperingati peristiwa nasional
(commemorative coin), mata uang emas, logam asing dan kertas asing
yang sudah tidak berlaku.
02. Saldo mata uang kertas dan logam asing yang ditarik dari peredaran
disajikan dalam rekening ”aset lainnya” sebesar nilai nominal
dikurangi dengan taksiran biaya repatriasi.
03. Dalam rangka penyusunan Laporan Arus Kas, yang dimaksud
dengan kas dan setara kas adalah:
a. Kas;
b. Giro pada Bank Indonesia; dan
c. Giro pada Bank lain
04. Kas merupakan aset keuangan yang diklasifikasikan sebagai
“pinjaman yang diberikan dan piutang (loans and receivables)”, yang
dicatat pada nilai nominal dan tidak ada penurunan nilai.
9.1
226
Lanjutan Lampiran 1
D. Perlakuan Akuntansi
D1. Pengakuan dan Pengukuran
Transaksi kas diakui sebesar nilai nominal.
D2. Penyajian
Kas disajikan pada urutan pertama dalam aset.
E. Ilustrasi Jurnal
01. Kas Rupiah
a. Penerimaan setoran:
Db. Kas Rupiah
Kr. Rekening yang dituju
b. Penarikan:
Db. Rekening yang ditarik
Kr. Kas Rupiah
02. Kas mata uang asing
Lihat penjelasan pada Bagian II.C Metode Pencatatan Transaksi
Mata Uang Asing.
F. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
01. Klasifikasi kas sebagai “pinjaman yang diberikan dan piutang”;
02. Kas dalam mesin ATM jika jumlahnya material.
9.2
227
Lanjutan Lampiran 1
A. Definisi
Penempatan pada Bank Indonesia adalah penempatan/tagihan Bank baik
dalam Rupiah maupun valuta asing kepada Bank Indonesia.
B. Dasar Pengaturan
01. PSAK 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
02. PSAK 50 tentang Instrumen Keuangan: Penyajian.
03. PSAK 55 tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran.
04. PSAK 60 tentang Instrumen Keuangan: Pengungkapan.
C. Penjelasan
01. Penempatan pada Bank Indonesia terdiri dari:
a. Giro pada Bank Indonesia, yaitu saldo rekening giro Bank di Bank
Indonesia, baik dalam Rupiah maupun mata uang asing;
b. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), yaitu surat berharga
dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia
berjangka waktu pendek berdasarkan prinsip Syariah; dan
c. Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah (FASBIS), yaitu
fasilitas simpanan dalam Rupiah yang disediakan oleh Bank
Indonesia kepada Bank untuk menempatkan dananya di Bank
Indonesia dalam rangka standing facilities berdasakan prinsip
Syariah.
02. Giro pada Bank Indonesia merupakan salah satu alat likuid dan
tidak dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan.
03. Giro pada Bank Indonesia merupakan aset keuangan yang
diklasifikasikan sebagai “pinjaman yang diberikan dan piutang
(loans and receivables)”, yang dicatat pada biaya perolehan yang
diamortisasi. Namun mengingat tidak ada biaya transaksi yang
timbul maka Giro pada Bank Indonesia dicatat pada biaya perolehan
dan tidak ada penurunan nilai.
04. Jika Bank mendapat fasilitas dari Bank Indonesia untuk menutup
kekurangan giro pada Bank Indonesia maka fasilitas tersebut
disajikan sebagai liabilitas kepada Bank Indonesia.
9.3
228
Lanjutan Lampiran 1
D. Perlakuan Akuntansi
D1. Pengakuan dan Pengukuran
01. Penempatan pada Bank Indonesia diakui sebesar biaya perolehan
(nilai nominal).
02. Beban yang dikenakan atas denda kekurangan GWM diakui pada
saat dikenakan denda oleh Bank Indonesia sebagai beban operasi
lainnya.
03. Imbalan atas SBIS diakui secara akrual.
04. Bonus atas FASBIS diakui pada saat jatuh tempo.
D2. Penyajian
Saldo rekening giro pada Bank Indonesia tidak boleh
dikurangi/dikompensasi (saling hapus) dengan saldo fasilitas likuiditas
yang diterima Bank dari Bank Indonesia dan fasilitas pendanaan jangka
pendek Syariah.
E. Ilustrasi Jurnal
01. Pada saat penempatan:
a. Giro pada Bank Indonesia
Db. Giro pada Bank Indonesia
Kr. Kas/kliring
b. Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Db. SBIS
Kr. Giro pada Bank Indonesia
c. Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah
Db. FASBIS
Kr. Giro pada Bank Indonesia
9.4
229
Lanjutan Lampiran 1
F. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
01. Rincian jumlah penempatan pada Bank Indonesia menurut jenis,
jangka waktu dan jenis mata uang.
9.5
230
Lanjutan Lampiran 1
A. Definisi
Penempatan pada Bank Lain adalah penempatan/tagihan atau simpanan
milik Bank dalam Rupiah dan atau valuta asing pada Bank Lain, baik
yang melakukan kegiatan operasional di Indonesia maupun diluar
Indonesia baik untuk menunjang kelancaran transaksi antar bank
maupun sebagai secondary reserve dengan maksud untuk memperoleh
penghasilan.
B. Dasar Pengaturan
01. PSAK 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
02. PSAK 50 tentang Instrumen Keuangan: Penyajian.
03. PSAK 55 tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran.
04. PSAK 60 tentang Instrumen Keuangan: Pengungkapan.
C. Penjelasan
01. Penempatan pada Bank Lain adalah penempatan dalam bentuk giro,
tabungan dan deposito pada Bank lain, dan giro dan tabungan pada
bank konvensional.
02. Pada dasarnya Bank harus melakukan penempatan pada Bank lain.
Dalam hal terdapat penempatan pada bank konvensional, maka
pendapatan bunga dan jasa giro yang diterima dari bank
konvensional, diakui sebagai sumber dana kebajikan.
03. Bagi hasil dan bonus yang diterima dari Bank lain dibagihasilkan
kepada nasabah.
04. Penempatan pada bank lain merupakan aset keuangan yang
diklasifikasikan sebagai “pinjaman yang diberikan dan piutang
(loans and receivables)”, yang dicatat pada biaya perolehan yang
diamortisasi. Namun mengingat tidak ada biaya transaksi yang
timbul maka penempatan pada bank konvensional dicatat pada
biaya perolehan.
D. Perlakuan Akuntansi
D1. Pengakuan dan Pengukuran
01. Penempatan pada Bank lain
9.6
231
Lanjutan Lampiran 1
E. Ilustrasi Jurnal
01. Penempatan pada Bank lain
a. Pada saat penempatan:
Db. Penempatan pada Bank lain
Kr. Kas/kliring
b. Pada saat penerimaan pendapatan:
Db. Penempatan pada Bank lain
Kr. Pendapatan bagi hasil/bonus
c. Pada saat pembentukan CKPN:
Db. Beban CKPN
Kr. CKPN
d. Pada saat penarikan/jatuh tempo:
Db. Kas /kliring
Kr. Penempatan pada Bank lain
9.7
232
Lanjutan Lampiran 1
F. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
01. Penempatan pada Bank lain dengan akad Wadiah
a. Jenis penempatan (giro wadiah, tabungan wadiah, dan lain
yang sejenis),
b. Kualitas giro;
c. Jenis mata uang;
d. Pihak berelasi;
e. Jumlah giro yang diblokir dan alasannya; dan
f. Jumlah yang tidak dapat dicairkan pada bank bermasalah.
02. Penempatan pada Bank lain dengan akad Mudharabah
a. Jenis penempatan (tabungan mudharabah, deposito
mudharabah, dan lain-lain yang sejenis),
b. Jumlah penempatan;
c. Jenis mata uang;
d. Jangka waktu (rata-rata atau per kelompok);
e. Kualitas penempatan;
f. Tingkat bagi hasil/bonus;
g. Pihak berelasi;
h. Jumlah dana yang diblokir dan alasannya; dan
i. Jumlah dana yang tidak dapat dicairkan pada bank
bermasalah, bank beku operasi atau likuidasi termasuk tingkat
9.8
233
Lanjutan Lampiran 1
9.9
234
Lanjutan Lampiran 1
A. Definisi
01. Simpanan dari bank lain adalah kewajiban Bank kepada bank lain
baik di dalam negeri maupun di luar negeri dalam bentuk antara lain
giro Wadiah, tabungan Wadiah.
02. Wadiah adalah titipan bank lain yang harus dijaga dan dikembalikan
setiap saat bila bank penitip menghendaki dananya kembali. Bank
yang menerima titipan bertanggung jawab atas pengembalian titipan
tersebut.
B. Dasar Pengaturan
01. PSAK 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
02. PSAK 50 tentang Instrumen Keuangan: Penyajian.
03. PSAK 55 tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran.
04. PSAK 60 tentang Instrumen Keuangan: Pengungkapan.
C. Penjelasan
01. Giro Wadiah adalah titipan bank lain pada Bank yang penarikannya
dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro,
sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara
pemindahbukuan. Termasuk didalamnya giro Wadiah yang diblokir
untuk tujuan tertentu misalnya dalam rangka escrow account, giro
yang diblokir oleh yang berwajib karena suatu perkara.
02. Tabungan Wadiah adalah titipan bank lain pada Bank yang
penarikannya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang
disepakati dengan kuitansi, sarana perintah pembayaran lainnya
atau dengan cara pemindahbukuan.
D. Perlakuan Akuntansi
D1. Pengakuan dan pengukuran
01. Giro Wadiah
a. Giro Wadiah diakui sebesar nominal penyetoran atau penarikan
yang dilakukan oleh pemilik rekening.
9.10
235
Lanjutan Lampiran 1
b. Setoran giro Wadiah yang diterima secara tunai diakui pada saat
uang diterima. Setoran giro Wadiah melalui kliring diakui setelah
efektif diterima.
02. Tabungan Wadiah
a. Tabungan Wadiah diakui sebesar nominal penyetoran atau
penarikan yang dilakukan oleh pemilik rekening.
b. Setoran tabungan Wadiah yang diterima secara tunai diakui pada
saat uang diterima. Setoran tabungan Wadiah melalui kliring
diakui setelah efektif diterima.
03. Pemberian bonus atas simpanan kepada nasabah diakui sebagai
beban pada saat terjadinya.
D2. Penyajian
Saldo simpanan Wadiah bank lain disajikan sebesar jumlah nominalnya
untuk masing-masing bentuk simpanan.
E. llustrasi Jurnal
01. Pada saat penerimaan titipan
Db. Kas/kliring/pemindahbukuan
Kr. Giro/tabungan Wadiah bank lain
02. Pada saat penarikan
Db. Giro/tabungan Wadiah bank lain
Kr. Kas/kliring/pemindahbukuan
03. Pembayaran bonus giro/tabungan Wadiah bank lain
Db. Beban bonus giro/tabungan Wadiah bank lain
Kr. Giro/tabungan Wadiah bank lain
F. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain:
01. Rincian simpanan mengenai:
a. Jumlah dan jenis simpanan, termasuk pihak berelasi.
b. Jumlah simpanan yang diblokir untuk tujuan tertentu.
02. Pemberian fasilitas istimewa kepada penyimpan.
9.11
236
Lanjutan Lampiran 1
A. Definisi
Aset Tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan
dalam penyediaan jasa, disewakan kepada pihak lain dalam kegiatan
usaha sehari-hari, atau tujuan administratif, dan digunakan selama
lebih dari satu periode.
B. Dasar Pengaturan
01. PSAK 16 tentang Aset Tetap.
02. PSAK 30 tentang Sewa.
03. PSAK 48 tentang Penurunan Nilai Aset.
04. ISAK 8 tentang Penentuan Apakah Suatu Perjanjian
Mengandung Suatu Sewa.
05. ISAK 25 tentang Hak atas Tanah.
C. Penjelasan
01. Aset Tetap dapat diperoleh dalam bentuk siap pakai atau
dibangun terlebih dahulu sampai siap pakai, atau dari transaksi
sewa pembiayaan.
02. Aset Tetap, antara lain, meliputi tanah, bangunan, alat angkut,
inventaris. Khusus untuk inventaris, perlakuan akuntansinya
tergantung dari kebijakan materialitas.
03. Aset Tetap yang diperoleh untuk tujuan keamanan, mungkin
tidak menambah masa manfaat tetapi diperlukan bagi Bank
untuk memperoleh manfaat ekonomi dari Aset Tetap yang lain.
Perolehan Aset Tetap semacam itu diakui sebagai Aset Tetap.
04. Biaya perolehan untuk Aset Tetap yang diperoleh melalui
pembelian atau dibangun sendiri meliputi:
a. Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak
pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi
diskon pembelian dan potongan lain;
10.1
237
Lanjutan Lampiran 1
10.2
238
Lanjutan Lampiran 1
10.3
239
Lanjutan Lampiran 1
10.4
240
Lanjutan Lampiran 1
10.5
241
Lanjutan Lampiran 1
10.6
242
Lanjutan Lampiran 1
D. Perlakuan Akuntansi
10.7
243
Lanjutan Lampiran 1
E. Ilustrasi Jurnal
01. Pada saat perolehan
Db. Aset Tetap
Kr. Kas/rekening
02. Model Biaya
a. Pengakuan beban penyusutan
Db. Beban penyusutan
Kr. Akumulasi penyusutan
b. Terjadi penurunan nilai (jika ada)
Db. Kerugian penurunan nilai
Kr. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
03. Model Revaluasi
a. Pengakuan beban penyusutan
Db. Beban penyusutan
Kr. Akumulasi penyusutan
b. Peningkatan nilai wajar
Db. Aset Tetap
Kr. Surplus revaluasi
c. Penurunan nilai wajar
Db. Kerugian penurunan nilai
Kr. Aset Tetap
10.8
244
Lanjutan Lampiran 1
F. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
01. Ikhtisar kebijakan akuntansi yang signifikan
02. Untuk setiap kelompok Aset Tetap perlu diungkapkan:
a. Dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan
jumlah tercatat bruto.
b. Metode penyusutan yang digunakan.
c. Umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan.
d. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan
(dijumlahkan dengan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai)
pada awal dan akhir periode.
e. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode
yang menunjukkan:
i. penambahan;
ii. Aset Tetap yang direklasifikasi ke aset dimiliki untuk
dijual;
iii. perolehan melalui kombinasi bisnis;
iv. peningkatan atau penurunan akibat dari revaluasi
serta dari kerugian penurunan nilai yang diakui dalam
penghasilan komprehensif lain;
v. kerugian penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi;
vi. kerugian penurunan nilai yang dijurnal balik dalam
laba rugi, jika ada;
vii. penyusutan;
viii. selisih nilai tukar neto yang timbul dalam penjabaran
Laporan Keuangan dari mata uang fungsional menjadi
mata uang pelaporan yang berbeda; dan
10.9
245
Lanjutan Lampiran 1
10.10
246
Lanjutan Lampiran 1
02. Jumlah tercatat bruto dari setiap Aset Tetap yang telah
disusutkan penuh dan masih digunakan.
03. Jumlah tercatat Aset Tetap yang dihentikan dari penggunaan
aktif dan tidak diklasifikasikan sebagai Aset Tetap tersedia
untuk dijual.
04. Jika model biaya digunakan, nilai wajar Aset Tetap apabila
berbeda secara material dari jumlah tercatat.
10.11
247
Lanjutan Lampiran 1
A. Definisi
Aset Tidak Berwujud adalah aset nonmoneter yang dapat
diidentifikasikan dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki
untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang
atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan
administratif.
B. Dasar Pengaturan
01. PSAK 19 tentang Aset Tidak Berwujud.
02. PSAK 48 tentang Penurunan Nilai Aset.
C. Penjelasan
01. Aset Tidak Berwujud harus memiliki karakteristik sebagai
berikut:
a. Keteridentifikasian;
b. Adanya pengendalian sumber daya;
c. Adanya manfaat ekonomi di masa depan.
02. Pengeluaran untuk penelitian diakui sebagai beban.
03. Pengeluaran untuk pengembangan diakui sebagai Aset Tidak
Berwujud sepanjang memenuhi semua kriteria berikut:
a. Kelayakan teknis penyelesaian Aset Tidak Berwujud
sehingga aset tersebut dapat digunakan atau dijual.
b. Niat untuk menyelesaikan Aset Tidak Berwujud tersebut
dan menggunakannya atau menjualnya.
c. Bagaimana Aset Tidak Berwujud akan menghasilkan
kemungkinan besar manfaat ekonomi masa depan. Antara
lain Bank mampu menunjukkan adanya pasar bagi
keluaran Aset Tidak Berwujud itu sendiri, atau, jika Aset
Tidak Berwujud itu akan digunakan secara internal, Bank
mampu menunjukkan kegunaan Aset Tidak Berwujud
tersebut.
d. Tersedianya kecukupan sumber daya teknis, keuangan, dan
sumber daya lain untuk menyelesaikan pengembangan aset
10.12
248
Lanjutan Lampiran 1
D. Perlakuan Akuntansi
Perlakuan akuntansi mengacu pada Bagian X.1 tentang Aset Tetap.
E. Ilustrasi Jurnal
Ilustrasi jurnal mengacu pada Bagian X.1 tentang Aset Tetap.
F. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan untuk setiap kelompok Aset Tidak
Berwujud dengan memisahkan Aset Tidak Berwujud yang dihasilkan
secara internal dan Aset Tidak Berwujud yang lain:
01. Umur manfaat tidak terbatas atau terbatas dan, jika umur
manfaat terbatas, umur manfaat atau tarif amortisasi yang
digunakan.
02. Metode amortisasi yang digunakan untuk Aset Tidak Berwujud
dengan umur manfaat terbatas.
03. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi amortisasi (secara agregat
dengan akumulasi rugi penurunan nilai) pada awal dan akhir
periode.
04. Pos dalam Laporan Laba Rugi Komprehensif yang terdapat
amortisasi Aset Tidak Berwujud.
10.13
249
Lanjutan Lampiran 1
05. Rekonsiliasi atas jumlah tercatat pada awal dan akhir periode
yang menunjukkan:
a. Penambahan, yang secara terpisah mengindikasikan Aset
Tidak Berwujud dari pengembangan internal, diperoleh
secara terpisah, dan diperoleh melalui kombinasi bisnis.
b. Aset yang dikelompokkan sebagai aset yang dimiliki untuk
dijual atau termasuk dalam kelompok aset lepasan yang
dikelompokkan sebagai dimiliki untuk dijual dan pelepasan
lain.
c. Peningkatan atau penurunan selama periode yang berasal
dari revaluasi dan dari pengakuan rugi penurunan nilai
atau pembalikan di pendapatan komprehensif lain (jika
ada).
d. Rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi.
e. Rugi penurunan nilai yang dibalik dalam laba rugi.
f. Setiap amortisasi yang diakui.
g. Selisih kurs neto yang timbul dari penjabaran Laporan
Keuangan ke mata uang penyajian.
h. Perubahaan lain.
06. Untuk Aset Tidak Berwujud yang dinilai dengan umur manfaat
tidak terbatas, jumlah tercatat aset dan alasan yang mendukung
penilaian umur manfaat tidak terbatas tersebut.
07. Penjelasan, jumlah tercatat, dan sisa periode amortisasi dari
setiap Aset Tidak Berwujud yang material terhadap Laporan
Keuangan entitas.
08. Untuk Aset Tidak Berwujud yang diperoleh melalui hibah
pemerintah dan awalnya diakui pada nilai wajar:
a. nilai wajar pada pengakuan awal atas aset tersebut;
b. jumlah tercatatnya; dan
c. setelah pengakuan awal aset tersebut diukur dengan model
biaya atau model revaluasi.
09. Keberadaan dan jumlah tercatat Aset Tidak Berwujud yang
kepemilikannya dibatasi dan jumlah tercatat Aset Tidak
Berwujud yang menjadi jaminan untuk liabilitas.
10. Nilai komitmen kontraktual untuk akuisisi Aset Tidak Berwujud.
10.14
250
Lanjutan Lampiran 1
10.15
251
Lanjutan Lampiran 1
A. Definisi
Aset yang diambil-alih (AYDA) adalah aset yang diperoleh Bank, baik
melalui pelelangan maupun di luar pelelangan berdasarkan
penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan
kuasa untuk menjual di luar lelang dari pemilik agunan dalam hal
nasabah tidak memenuhi kewajibannya kepada Bank.
B. Dasar Pengaturan
PSAK 58 tentang Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan
Operasi yang Dihentikan.
C. Penjelasan
Bank wajib melakukan upaya penyelesaian terhadap AYDA yang
dimiliki yaitu mengupayakan penjualan dengan segera serta
mendokumentasikan upaya penyelesaian tersebut.
D. Perlakuan Akuntansi
D.1 Pengakuan dan Pengukuran
01. Pada saat pengakuan awal, AYDA dicatat pada nilai wajar
setelah dikurangi biaya untuk menjualnya yaitu maksimum
sebesar kewajiban nasabah. Bank tidak dapat mengakui
keuntungan pada saat pengambilalihan aset.
02. Setelah pengakuan awal, AYDA dicatat sebesar nilai yang lebih
rendah antara nilai tercatat dengan nilai wajarnya setelah
dikurangi biaya untuk menjualnya.
03. Jika AYDA mengalami penurunan nilai, maka Bank mengakui
kerugian.
04. Jika AYDA mengalami pemulihan penurunan nilai, maka Bank
mengakui pemulihan penurunan nilai tersebut maksimum
sebesar kerugian penurunan nilai yang telah diakui.
05. AYDA tidak disusutkan.
06. Pada saat penjualan, selisih antara nilai AYDA yang dibukukan
dan hasil penjualannya diakui sebagai keuntungan atau
kerugian.
10.16
252
Lanjutan Lampiran 1
D.2 Penyajian
AYDA disajikan secara terpisah dari aset lain.
E. Ilustrasi Jurnal
01. Pada saat perolehan
Db. Aset yang diambil alih
Db. Kerugian (jika ada)
Kr. Pembiayaan terkait
02. Pada akhir periode
a. Jika terdapat penurunan nilai
Db. Kerugian
Kr. Aset yang diambil alih
b. Jika terdapat peningkatan nilai
Tidak ada jurnal
c. Jika terdapat peningkatan nilai dan sebelumnya mengalami
penurunan nilai
Db. Aset yang diambil alih
Kr. Keuntungan
03. Pada saat penjualan
Db. Kas/rekening
Db/Kr. Kerugian/keuntungan
Kr. Aset yang diambil alih
F. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
01. Deskripsi AYDA.
02. Nilai wajar AYDA.
03. Metode dan asumsi signifikan yang diterapkan dalam
menentukan nilai wajar dari AYDA, yang mencakup penyataan
apakah penentuan nilai wajar tersebut didukung oleh bukti
pasar atau lebih banyak berdasarkan faktor lain (yang harus
diungkapkan oleh Bank) karena sifat AYDA tersebut dan
keterbatasan data pasar yang dapat diperbandingkan.
04. Upaya penjualan yang dilakukan oleh Bank.
05. Kerugian penurunan nilai AYDA.
06. Keuntungan atau kerugian yang diakui dari penjualan AYDA.
10.17
253
Lanjutan Lampiran 1
10.18
254
Lanjutan Lampiran 1
XI.1 SIMPANAN
A. Definisi
01. Simpanan adalah kewajiban Bank kepada pihak ketiga (bukan
bank) berupa giro dan tabungan yang mempergunakan prinsip
Wadiah.
02. Wadiah adalah titipan nasabah yang harus dijaga dan
dikembalikan setiap saat bila nasabah yang bersangkutan
menghendaki. Bank bertanggungjawab atas pengembalian
titipan dana tersebut.
B. Dasar Pengaturan
01. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
Syariah.
C. Penjelasan
01. Giro Wadiah adalah titipan pihak ketiga pada Bank yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan
cek, bilyet giro, kartu ATM, sarana perintah pembayaran lainnya
atau dengan cara pemindahbukuan. Termasuk di dalamnya giro
Wadiah yang diblokir untuk tujuan tertentu misalnya dalam
rangka escrow account, giro yang diblokir oleh yang berwajib
karena suatu perkara.
02. Tabungan Wadiah adalah titipan pihak ketiga pada Bank yang
penarikannya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang
disepakati dengan kuitansi, kartu ATM, sarana perintah
pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.
D. Perlakuan Akuntansi
D.1 Pengakuan dan pengukuran
01. Giro Wadiah
a. Giro Wadiah diakui sebesar nominal penyetoran atau
penarikan yang dilakukan oleh pemilik rekening.
11.1
255
Lanjutan Lampiran 1
E. llustrasi Jurnal
01. Pada saat penerimaan titipan
Db. Kas/kliring/pemindahbukuan
Kr. Giro/tabungan Wadiah
02. Pada saat penarikan
Db. Giro/tabungan Wadiah
Kr. Kas/kliring/pemindahbukuan
03. Pembayaran bonus giro/tabungan Wadiah
Db. Beban bonus giro/tabungan Wadiah
Kr. Giro/tabungan Wadiah
Kr. Kewajiban pajak penghasilan
F. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
01. Rincian simpanan mengenai:
a. Jumlah dan jenis simpanan, termasuk pihak berelasi.
b. Jumlah simpanan yang diblokir untuk tujuan tertentu.
02. Pemberian fasilitas istimewa kepada penyimpan.
11.2
256
Lanjutan Lampiran 1
A. Definisi
Liabilitas segera adalah kewajiban Bank kepada pihak lain yang
sifatnya wajib segera dibayarkan sesuai dengan perintah pemberi
amanat atau perjanjian yang ditetapkan sebelumnya.
B. Dasar Pengaturan
01. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
Syariah.
C. Penjelasan
Liabilitas segera antara lain terdiri dari:
01. Penerimaan pajak termasuk potongan pajak yang masih harus
disetor. Kewajiban pajak untuk transaksi mata uang asing
dibukukan dalam Rupiah dengan menggunakan kurs yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan pada saat pemotongan (pajak
terutang).
02. Liabilitas yang sudah jatuh tempo namun belum ditarik seperti
deposito mudharabah, setoran jaminan, bagi hasil yang belum
diambil shahibul maal.
03. Dana transfer/kiriman uang masuk/keluar.
04. Saldo rekening tabungan dan giro yang sudah ditutup namun
belum diambil oleh pemilik rekening.
05. Komponen-komponen di atas apabila jumlahnya material dapat
dikelompokkan dalam pos tersendiri.
D. Perlakuan Akuntansi
D.1 Pengakuan dan Pengukuran
Liabilitas segera diakui pada saat timbulnya kewajiban; atau diterima
perintah dari pemberi amanat, baik dari nasabah maupun dari bank
lain.
D.2 Penyajian
Liabilitas segera disajikan sebesar jumlah liabilitas Bank yang wajib
segera dibayarkan.
11.3
257
Lanjutan Lampiran 1
E. Ilustrasi Jurnal
01. Transfer kiriman uang:
a. Pada saat diterima dana untuk kiriman uang ke pihak lain
Db. Kas/rekening nasabah/kliring
Kr. Liabilitas segera-kiriman uang
b. Pada saat dilakukan pembayaran kiriman uang
Db. Liabilitas segera-kiriman uang
Kr. Kas/rekening nasabah/kliring
02. Titipan pajak nasabah
a. Pada saat diterima dana untuk penyetoran pajak ke
rekening penerimaan negara (bila Bank sebagai bank
persepsi) atau dikirim kembali ke bank lain melalui kliring:
Db. Kas/rekening nasabah/kliring
Kr. Liabilitas segera-setoran pajak nasabah
b. Pada saat kewajiban pajak disetor ke rekening penerimaan
negara
Db. Liabilitas segera-setoran pajak nasabah
Kr. Kas/rekening nasabah/kliring
03. Bagi hasil deposito yang belum diambil shahibul maal
a. Pada saat bagi hasil deposito yang jatuh tempo dikeluarkan
namun belum diambil oleh shahibul maal
Db. Beban bagi hasil deposito mudharabah
Kr. Liabilitas segera-bagi hasil deposito mudharabah jatuh
tempo
b. Pada saat bagi hasil deposito mudharabah jatuh tempo
diambil oleh shahibul maal
Db. Liabilitas segera-bagi hasil deposito mudharabah jatuh
tempo
Kr. Kas/rekening nasabah/kliring
Kr. Liabilitas segera-pajak nasabah
04. Penutupan rekening giro wadiah/tabungan mudharabah
a. Penutupan rekening giro wadiah/tabungan mudharabah
oleh nasabah atau bank
Dr. Giro wadiah/tabungan mudharabah
Kr. Liabilitas segera-penutupan rekening
b. Pada saat penyelesaian rekening yang ditutup
11.4
258
Lanjutan Lampiran 1
F. Pengungkapan
Bank perlu mengungkapkan hal-hal yang material seperti: kiriman
uang yang belum diambil oleh nasabah dan penutupan rekening.
11.5
259
Lanjutan Lampiran 1
A. Definisi
Liabilitas Lainnya adalah semua kewajiban kepada pihak lain atas
kegiatan utama Bank yang tidak dapat digolongkan ke dalam hutang
salam dan hutang istishna.
B. Dasar Pengaturan
01. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
Syariah.
C. Penjelasan
01. Liabilitas merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul
dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan
mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang
mengandung manfaat ekonomi.
02. Karakteristik esensial liabilitas adalah bahwa perusahaan
mempunyai kewajiban masa kini. Kewajiban adalah suatu tugas
atau tanggung jawab untuk bertindak atau untuk
melaksanakan sesuatu dengan cara tertentu. Kewajiban dapat
dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak
mengikat atau peraturan perundangan.
03. Termasuk dalam pos Liabilitas lainnya, antara lain:
a. Setoran jaminan/margin deposit untuk L/C dan bank
garansi;
b. Pendapatan fee (ujrah) diterima di muka; dan
c. Kewajiban pajak tangguhan.
D. Perlakuan Akuntansi
D1. Pengakuan dan Pengukuran
Liabilitas lainnya berupa:
01. Setoran jaminan/margin deposit diakui sebesar jumlah dana
yang diterima sebagai jaminan untuk penerbitan bank garansi,
pembukaan L/C atau penyewaan safe deposit box.
02. Pendapatan fee (ujrah) diterima di muka diakui sebesar jumlah
dana yang diterima yang belum diakui sebagai pendapatan.
11.6
260
Lanjutan Lampiran 1
E. Ilustrasi Jurnal
01. Setoran jaminan
a. Pada saat menerima setoran jaminan
Dr. Kas/kliring
Kr. Setoran jaminan
b. Pada saat setoran jaminan jatuh tempo dan diambil oleh
nasabah
Dr. Setoran jaminan
Kr. Kas/kliring
02. Pada saat penerimaan fee (ujrah)
Db. Kas
Kr. Pendapatan fee (ujrah) diterima di muka
03. Pada saat pengakuan pendapatan fee (ujrah) diterima di muka
Db. Pendapatan fee (ujrah) diterima dimuka
Kr. Pendapatan fee (ujrah)
04. Kewajiban pajak tangguhan, pada saat pengakuan kewajiban
pajak tangguhan
Db. Beban pajak tangguhan
Kr. Kewajiban pajak tangguhan
F. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain:
01. Rincian Liabilitas lainnya;
02. Kebijakan akuntansi; dan
03. Metode amortisasi dan masa manfaat.
11.7
261
Lanjutan Lampiran 1
A. Definisi
Hutang pajak adalah pajak badan usaha yang harus disetorkan ke
kas negara oleh Bank berdasarkan ketentuan yang berlaku.
B. Dasar Pengaturan
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
Syariah.
C. Penjelasan
01. Hutang pajak badan usaha harus dibayar dan disetorkan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
02. Besarnya hutang pajak pada akhir periode perhitungan final
(berdasarkan SPT tahunan) ditentukan setelah dikurangi
dengan uang muka pajak yang dibayarkan setiap bulan.
03. Pajak yang dipungut dan atau dipotong oleh Bank sebagai wajib
pungut disajikan dalam kewajiban segera, dan harus disetorkan
serta dilaporkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
di bidang perpajakan.
04. Hutang Pajak Bumi dan Bangunan disajikan sebagai kewajiban
segera.
D. Perlakuan Akuntansi
D1. Pengakuan dan Pengukuran
01. Hutang pajak diakui pada saat terjadinya transaksi atau
kejadian yang telah mewajibkan Bank untuk
membayar/menyetor pajak kepada negara sebesar pajak
terhutang.
02. Hutang pajak berkurang pada saat disetorkan ke rekening
penerimaan negara.
D2. Penyajian
Pajak yang terhutang disajikan dalam pos hutang pajak sebesar
jumlah yang harus dibayarkan ke kas negara.
11.8
262
Lanjutan Lampiran 1
E. Ilustrasi Jurnal
01. Pada saat membayar uang muka pajak
Db. Uang Muka PPh Pasal 25
Kr. Kas/kliring
02. Pada saat pengakuan hutang pajak untuk PPh Pasal 29
Db. Pajak PPh Badan
Kr. Uang Muka PPh Pasal 25
Kr. Hutang PPh Pasal 29
03. Pada saat pembayaran/penyetoran PPh Pasal 29
Db. Hutang PPh Pasal 29
Kr. Kas/kliring
F. Pengungkapan
Bank harus mengungkapkan rincian hutang pajak berdasarkan jenis
pajak yang dipungut dan dibayar/disetorkan ke rekening penerimaan
negara.
11.9
263
Lanjutan Lampiran 1
A. Definisi
Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi adalah taksiran
kerugian akibat tidak dipenuhinya komitmen dan kontinjensi oleh
nasabah.
B. Dasar Pengaturan
01. PSAK 57 tentang Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontinjensi
dan Aset Kontinjensi.
C. Penjelasan
01. Bank terkadang mengadakan transaksi yang tidak berakibat
pada pengakuan aset dan liabilitas pada Laporan Posisi
Keuangan, tetapi berakibat pada timbulnya komitmen dan
kontinjensi. Transaksi seperti itu seringkali merupakan bagian
yang penting dari kegiatan usaha suatu Bank dan dapat
berdampak signifikan terhadap tingkat risiko yang dihadapi
Bank tersebut.
02. Pada umumnya komitmen dan kontinjensi yang mempunyai
risiko kredit digolongkan dalam kualitas lancar, dalam perhatian
khusus, kurang lancar, diragukan dan macet sesuai dengan
ketentuan Bank Indonesia.
03. Pada umumnya komitmen dan kontinjensi yang telah jatuh
tempo dan nasabah tidak dapat memenuhi kewajibannya
dialihkan menjadi pembiayaan. Selanjutnya perlakuan
akuntansi untuk komitmen dan kontinjensi yang telah dialihkan
tersebut mengikuti akuntansi untuk pembiayaan.
D. Perlakuan Akuntansi
D1. Pengakuan dan Pengukuran
01. Estimasi kerugian komitmen dan kontijensi menjadi provisi
diakui jika:
a. Bank memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum
maupun bersifat konstruktif) sebagai akibat peristiwa masa
lalu;
11.10
264
Lanjutan Lampiran 1
E. llustrasi Jurnal
01. Pembentukan estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi
Db. Beban estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi
Kr. Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi
02. Koreksi kelebihan estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi
a. Jika diketahui pada masa subsequent event:
Db. Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi
11.11
265
Lanjutan Lampiran 1
F. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain:
01. Ikhtisar perubahan estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi
dalam tahun bersangkutan:
a. Saldo awal tahun (1)
b. Selisih kurs penjabaran untuk estimasi dalam mata uang
asing (2)
c. Pembentukan estimasi selama tahun berjalan (3)
d. Pengurangan pembentukan estimasi selama tahun berjalan
(4)
e. Koreksi karena pengalihan komitmen dan kontinjensi ke
dalam Laporan Posisi Keuangan (5)
f. Saldo akhir tahun (1) + (2) + (3) - (4) - (5).
02. Kebijakan dan metode yang digunakan untuk menentukan
estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi.
G. Ketentuan Lain-lain
Komitmen dan kontinjensi dalam mata uang asing wajib dibentuk
estimasi kerugian dalam mata uang asing yang sama.
11.12
266
Lanjutan Lampiran 1
A. Definisi
Pinjaman subordinasi adalah pinjaman yang berdasarkan suatu
perjanjian hanya dapat dilunasi apabila Bank telah memenuhi
kewajiban tertentu dan dalam hal terjadi likuidasi hak tagihnya
berlaku paling akhir dari semua kewajiban dan investasi tidak terikat.
B. Dasar Pengaturan
01. Kerangka Dasar Penyajian dan Penyusunan Laporan Keuangan
Syariah.
C. Penjelasan
02. Tujuan adanya pinjaman subordinasi:
a. Mengumpulkan dana untuk menambah setoran modal.
b. Memenuhi kebutuhan dana di Bank dari pemilik atau
pemegang saham.
c. Memperkuat permodalan Bank.
03. Prinsip Syariah yang dapat digunakan untuk pinjaman
subordinasi adalah Qardh atau Mudharabah Muqayyadah.
04. Qardh merupakan pinjaman tanpa imbalan yang
memungkinkan peminjam untuk menggunakan dana tersebut
selama jangka waktu tertentu dan wajib mengembalikannya
dalam jumlah yang sama pada akhir periode yang disepakati.
05. Pinjaman subordinasi yang menggunakan prinsip Qardh harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Adanya akad tertulis antara Bank dan pemberi pinjaman;
b. Pemilik dana dilarang meminta tambahan yang ditetapkan
di muka;
c. Bank dapat memberikan hadiah/bonus berdasarkan
kemauan sendiri;
d. Mendapat persetujuan dari Bank Indonesia;
e. Tidak dijamin oleh Bank yang bersangkutan dan disetor
penuh;
f. Minimal berjangka waktu lima tahun;
11.13
267
Lanjutan Lampiran 1
D. Perlakuan Akuntansi
D1. Pengakuan dan Pengukuran
Pinjaman subordinasi diakui pada saat dana diterima sebesar jumlah
yang disepakati.
D2. Penyajian
Pinjaman subordinasi disajikan di Laporan Posisi Keuangan sebesar
saldo pinjaman subordinasi yang belum dilunasi pada tanggal
laporan.
E. llustrasi Jurnal
01. Pada saat pinjaman subordinasi ditandatangani
11.14
268
Lanjutan Lampiran 1
F. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain:
01. Sumber dana pinjaman subordinasi;
02. Nisbah bagi hasil, jangka waktu dan jatuh tempo;
03. Jenis valuta (Rupiah dan valuta asing); dan
04. Akad yang dipergunakan.
G. Ketentuan Lain-lain
Pengalihan pinjaman subordinasi menjadi setoran modal hanya dapat
dilakukan berdasarkan ketentuan Bank Indonesia.
11.15
269
Lanjutan Lampiran 1
A. Definisi
01. Letter of Credit (L/C) adalah suatu akad yang diterbitkan Opening
Bank atas permintaan importir (applicant) dimana Bank berjanji akan
melaksanakan pembayaran kepada eksportir (beneficiary) selama
memenuhi syarat-syarat yang diminta dalam L/C.
02. Wesel adalah alat penarikan pembayaran yang diterbitkan oleh
eksportir atas dasar suatu L/C.
03. Ekspor adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari
wilayah pabean Indonesia sesuai ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
04. Impor adalah perdagangan dengan cara memasukkan barang dari
luar daerah pabean ke dalam wilayah pabean Indonesia sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
05. Beneficiary adalah eksportir yaitu pihak kepada siapa L/C dibuka
(penerima L/C).
06. Importir adalah pembeli yaitu pihak yang memberi amanat kepada
issuing bank untuk membuka L/C.
07. Issuing Bank adalah Bank penerbit L/C.
08. Advising Bank adalah Bank yang diminta oleh Issuing Bank untuk
menyampaikan L/C kepada beneficiary.
09. Paying Bank adalah Bank yang melakukan pembayaran Sight L/C
atau Deferred Payment L/C.
10. Confirming Bank adalah Bank yang ikut menjamin pembayaran L/C
kepada beneficiary atas penyerahan dokumen-dokumen yang sesuai
syarat L/C dengan membubuhkan konfirmasinya pada L/C yang
bersangkutan.
11. Accepting Bank adalah Bank yang menjamin pembayaran wesel
ekspor berjangka yang diterbitkan atas dasar usance L/C dengan
melakukan akseptasi pada wesel yang bersangkutan.
12. Negotiating Bank adalah Bank yang melakukan pembayaran kepada
eksportir dan mengajukan reimbursement claim kepada Issuing Bank
atau Paying Bank atau Reimbursing Bank.
12.1
270
Lanjutan Lampiran 1
13. Reimbursing Bank adalah Bank yang telah mendapat otorisasi dari
Issuing Bank untuk membayar reimbursement claim dari Negotiating
Bank.
14. Revocable L/C adalah L/C yang dapat diubah atau dibatalkan
sepihak oleh Issuing Bank tanpa perlu memperoleh persetujuan
terlebih dahulu dari beneficiary dan pihak-pihak terkait lainnya.
15. Irrevocable L/C adalah L/C yang tidak dapat diubah atau dibatalkan
tanpa persetujuan terlebih dahulu dari beneficiary dan pihak-pihak
terkait lainnya.
16. Sight L/C adalah L/C yang pembayarannya kepada beneficiary
dilakukan pada saat dokumen-dokumen L/C diajukan kepada Bank.
17. Deferred Payment L/C adalah L/C yang pembayarannya kepada
beneficiary dilakukan pada waktu yang ditentukan setelah tanggal
pengajuan dokumen-dokumen yang disyaratkan L/C.
18. Acceptance L/C adalah L/C yang mengharuskan wesel yang ditarik
oleh beneficiary diaksep oleh Accepting Bank yang akseptasinya
dilakukan sepanjang dokumen-dokumen yang diajukan telah
memenuhi syarat L/C.
19. Negotiation L/C adalah L/C yang pembayarannya kepada beneficiary
dilakukan pada saat pengajuan dokumen-dokumen yang disyaratkan
L/C dan pembayaran tersebut terlebih dahulu atas beban dana
Negotiating Bank.
B. Dasar Pengaturan
01. PSAK 50 tentang Instrumen Keuangan: Penyajian dan PSAK 55
tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran,
sepanjang tidak bertentangan dengan KDPPLKS.
02. Entitas syariah, sepanjang praktis, menyajikan Catatan Atas Laporan
Keuangan secara sistematis. Entitas syariah membuat referensi
silang atas setiap pos dalam Laporan Posisi Keuangan, Laporan Laba
Rugi Komprehensif, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas,
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, dan Laporan
Pengunaan Dana Kebijakan untuk informasi yang berhubungan
dalam catatan atas laporan keuangan. (PSAK 101 Revisi 2011,
paragraf 120)
12.2
271
Lanjutan Lampiran 1
12.3
272
Lanjutan Lampiran 1
C. Penjelasan
01. Letter of Credit (L/C) Impor Syariah adalah surat pernyataan akan
membayar kepada Eksportir yang diterbitkan oleh Bank untuk
12.4
273
Lanjutan Lampiran 1
12.5
274
Lanjutan Lampiran 1
12.6
275
Lanjutan Lampiran 1
a. Sight LC/SKBDN
Langkah Tindakan
1 Importir (applicant) dan eksportir (beneficiary)
menandatangani sales contract
2 Applicant mengajukan permohonan pembukaan sight
LC kepada issuing bank
3 Issuing bank menerbitkan sight LC kepada beneficiary
melalui perantaraan advising bank
4 Advising bank meneruskan sight LC kepada beneficiary
5 Beneficiary melakukan pengiriman barang dan
mempersiapkan dokumen-dokumen yang disyaratkan
dalam LC
6 Beneficiary mempresentasikan dokumen-dokumen ke
negotiating bank
7 Apabila dokumen sesuai dengan syarat dan kondisi
LC, negotiating bank akan melakukan pembayaran
terlebih dahulu kepada beneficiary dengan hak
recourse. Proses ini dikenal dengan istilah negosiasi
8 Negotiating bank akan mengirimkan dokumen-
dokumen tersebut ke issuing bank
9 Issuing bank akan memeriksa dokumen. Apabila
dokumen clean, issuing bank akan melakukan
pembayaran ke negotiating bank
10 & 11 Applicant melakukan pelunasan ke issuing bank dan
mengambil dokumen untuk keperluan pengeluaran
12.7
276
Lanjutan Lampiran 1
barang
b. Usance LC/SKBDN
Langkah Tindakan
1 Pihak importir (applicant) dan eksportir (Beneficiary)
menandatangani kontrak penjualan
2 Applicant mengajukan permohonan pembukaan
usance LC kepada issuing bank
3 Issuing bank menerbitkan usance LC kepada
Beneficiary melalui perantaraan advising bank
4 Advising bank meneruskan usance LC kepada
Beneficiary
5 Beneficiary melakukan pengiriman barang dan
mempersiapkan dokumen-dokumen yang diisyaratkan
dalam LC
6 Beneficiary mempresentasikan dokumen-dokumen ke
negotiating bank
7 Apabila dokumen sesuai dengan syarat dan kondisi
LC, negotiating bank dapat melakukan pembayaran di
muka kepada Beneficiary sebesar nilai dokumen
dikurangi diskon/bunga. Proses ini dikenal dengan
istilah diskonto
8 Negotiating bank akan mengirimkan dokumen-
dokumen tersebut ke issuing bank
12.8
277
Lanjutan Lampiran 1
Langkah Tindakan
1 Pihak importir (applicant) dan eksportir (beneficiary)
menandatangani kontrak penjualan
2 Applicant mengajukan permohonan pembukaan
LC/SKBDN kepada issuing bank
3a Issuing bank menerbitkan LC/SKBDN kepada
beneficiary melalui perantaraan advising bank
3b Issuing bank memberikan reimbursement
authorization kepada reimbursing bank
4 Advising bank meneruskan LC/SKBDN kepada
12.9
278
Lanjutan Lampiran 1
beneficiary
5 Beneficiary mengirimkan/mengapalkan barang sesuai
permintaan dalam LC/SKBDN
6 Beneficiary mempresentasikan dokumen-dokumen ke
negotiating bank
7a Negotiating bank mengirimkan dokumen kepada
issuing bank
7b Negotiating bank melakukan claim kepada reimbursing
bank untuk melakukan pembayaran.
8 Reimbursing melakukan pembayaran kepada
negotiating bank (claiming bank)
9 Negotiating bank melakukan pembayaran kepada
beneficiary
10 Issuing bank melakukan pembayaran kepada
reimbursing bank
11 Applicant melakukan pelunasan LC/SKBDN kepada
issuing bank
12 Issuing Bank menyerahkan dokumen kepada
applicant untuk menebus/mengambil barang
12.10
279
Lanjutan Lampiran 1
12.11
280
Lanjutan Lampiran 1
D. Perlakuan Akuntansi
D1. Pengakuan dan Pengukuran
Transaksi Ekspor
01. Pada saat menerima L/C dari issuing bank, tidak diakui sebagai
tagihan komitmen atau kontinjensi. Dalam hal Bank penerus L/C
menambahkan konfirmasi untuk menjamin pembayaran L/C maka
Bank mengakui kewajiban komitmen kepada beneficiary dan pada
saat yang sama Bank mengakui tagihan komitmen kepada issuing
bank.
02. Pada saat Bank meneruskan dan/atau mengkonfirmasi L/C yang
diterimanya dari bank penerbit maka Bank mengakui pendapatan
provisi (advising fee dan/atau confirming fee) yang dipungut.
03. Sight L/C
Pada saat pembayaran dokumen-dokumen yang diajukan beneficiary,
bank pembayar mengakui sebagai tagihan kepada issuing bank
dalam akun tagihan lainnya-wesel ekspor atau nostro.
04. Usance (Deferred Payment) L/C
a. Pada saat Bank menerima wesel berjangka yang telah diaksep dari
accepting bank, Bank mengakui tagihan kepada accepting bank
sebagai akun tagihan akseptasi dan kewajiban kepada beneficiary
sebesar nilai L/C.
b. Apabila sebelum jatuh tempo Bank melakukan negosiasi/peng-
ambil-alihan atas tagihan Usance L/C (deferred payment L/C)
maka Bank melakukan pembayaran kepada beneficiary sebesar
nilai L/C dan mengakui tagihan kepada bank penerbit sebesar
nilai L/C dalam akun tagihan lainnya-wesel ekspor berjangka.
c. Bank diperkenankan meminta fee negosiasi/pengambil-alihan
wesel berjangka tersebut namun tidak diperkenankan melakukan
diskonto.
12.12
281
Lanjutan Lampiran 1
12.13
282
Lanjutan Lampiran 1
12.14
283
Lanjutan Lampiran 1
12.15
284
Lanjutan Lampiran 1
12.16
285
Lanjutan Lampiran 1
D2. Penyajian
Transaksi Ekspor
01. Tagihan akseptasi kepada bank koresponden disajikan di Laporan
Posisi Keuangan (on balance sheet) sebesar nilai bruto tagihan bank.
Jika berasal dari valuta asing dijabarkan ke dalam mata uang Rupiah
dengan menggunakan kurs yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
02. Tagihan lainnya kepada bank koresponden disajikan di Laporan
Posisi Keuangan (on balance sheet) sebesar nilai bruto tagihan bank.
Jika berasal dari valuta asing dijabarkan ke dalam mata uang Rupiah
dengan menggunakan kurs yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
03. Kewajiban akseptasi kepada beneficiary disajikan di Laporan Posisi
Keuangan (on balance sheet) sebesar nilai bruto kewajiban bank. Jika
berasal dari valuta asing dijabarkan ke dalam mata uang Rupiah
dengan menggunakan kurs yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
04. Kewajiban lain-lain kepada beneficiary disajikan di Laporan Posisi
Keuangan (on balance sheet) sebesar nilai bruto kewajiban bank. Jika
berasal dari valuta asing dijabarkan ke dalam mata uang Rupiah
dengan menggunakan kurs yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
05. Pendapatan diskonto yang ditangguhkan - uang muka/wesel ekspor
berjangka disajikan sebagai offsetting account dari tagihan lainnya -
uang muka/wesel ekspor berjangka.
Transaksi Impor
01. Kewajiban komitmen/kontinjensi atas penerbitan L/C diungkapkan
dalam Catatan Atas Laporan Keuangan sebesar jumlah penerbitan
L/C. Jika berasal dari valuta asing dijabarkan ke dalam mata uang
Rupiah dengan menggunakan kurs yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.
02. Kewajiban komitmen atas penjaminan penerbitan efek diungkapkan
dalam Catatan Atas Laporan Keuangan.
03. Setoran jaminan impor disajikan di Laporan Posisi Keuangan (on
balance sheet) sebesar jumlah setoran jaminan. Jika berasal dari
valuta asing dijabarkan ke dalam mata uang Rupiah dengan
menggunakan kurs yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
04. Tagihan akseptasi kepada applicant disajikan di Laporan Posisi
Keuangan (on balance sheet) sebesar nilai bruto tagihan bank. Jika
12.17
286
Lanjutan Lampiran 1
E. Ilustrasi Jurnal
Transaksi Ekspor
01. Saat menerima L/C
Tidak dilakukan pembukuan, cukup diregistrasi. Apabila terhadap
penerusan L/C kepada eksportir dikenakan provisi (advising
commision), maka dilakukan:
Db. Kas/rekening/kliring
Kr. Pendapatan advising commision
02. Saat mengirim dokumen
Tidak dilakukan jurnal.
03. Saat menerima akseptasi
Db. Tagihan Akseptasi kepada Bank Pengaksep
Kr. Kewajiban Akseptasi kepada beneficiary
04. Saat pembayaran kepada eksportir
a. L/C atas unjuk (Sight payment L/C)
Db. Nostro/tagihan lainnya-wesel ekspor
Kr. Nasabah/Eksportir
Kr. Pendapatan negosiasi wesel ekspor
12.18
287
Lanjutan Lampiran 1
12.19
288
Lanjutan Lampiran 1
12.20
289
Lanjutan Lampiran 1
12.21
290
Lanjutan Lampiran 1
Transaksi Impor
01. Pada saat membuka L/C Impor
a. L/C Irrevocable
Db. Tagihan komitmen L/C kepada applicant
Kr. Kewajiban Komitmen L/C impor kepada depository
correspondent bank
b. L/C Revocable
Db. Tagihan kontinjensi L/C kepada applicant
Kr. Kewajiban Kontinjensi L/C impor kepada depository
correspondent bank
c. Membukukan provisi pembuka L/C
Db. Kas/nasabah/kliring
12.22
291
Lanjutan Lampiran 1
12.23
292
Lanjutan Lampiran 1
12.24
293
Lanjutan Lampiran 1
12.25
294
Lanjutan Lampiran 1
12.26
295
Lanjutan Lampiran 1
12.27
296
Lanjutan Lampiran 1
Pencatatan Komitmen:
Db. Tagihan komitmen L/C Impor Usance kepada Nasabah
Kr. Kewajiban komitmen L/C Impor Usance kepada Depository
Correspondent Bank
iv. Nasabah mengeluarkan barang dengan Shipping guarantee -
L/C Berjangka (Deferred Payment/Usance L/C)
Db. Rekening Nasabah/Importir
Kr. Pendapatan Komisi L/C Impor (Komisi Shipping
guarantee, bila ada)
Penerimaan Setoran Pajak Impor (bila ada)
Db. Rekening Nasabah/Importir
Kr. Pendapatan Komisi L/C Impor (Komisi atas PIUD)
Kr. Kewajiban Segera Lainnya - Pajak - pajak Impor
Pencatatan Komitmen:
Db. Tagihan Komitmen L/C Impor Usance kepada Nasabah
Kr. Kewajiban komitmen L/C Impor Usance kepada Depository
Correspondent Bank
Pencatatan Kontijensi:
12.28
297
Lanjutan Lampiran 1
12.29
298
Lanjutan Lampiran 1
12.30
299
Lanjutan Lampiran 1
12.31
300
Lanjutan Lampiran 1
12.32
301
Lanjutan Lampiran 1
1) Penerimaan Dokumen
(a) Reversal Kewajiban Komitmen
Db.Irrevocable L/C LN Masih Berjalan
Kr. Rekening Lawan-Irrevocable L/C LN Masih Berjalan
(b) Pengakuan atas Tagihan dan Kewajiban:
Db. Tagihan L/C Impor Sight kepada Nasabah
Kr. Kewajiban L/C Impor Sight kepada Bank
Koresponden
2) Penerimaan Pembayaran dari Nasabah
Db. Setoran Jaminan L/C Impor
Kr. Rekening Nasabah/Importir (Pengembalian setoran
jaminan, bila ada)
Db. Rekening Nasabah/Importir
Kr. Tagihan L/C Impor Sight kepada Nasabah
12.33
302
Lanjutan Lampiran 1
12.34
303
Lanjutan Lampiran 1
F. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain:
01. Nilai L/C yang dikonfirm dalam hal bank bertindak sebagai
confirming bank.
12.35
304
Lanjutan Lampiran 1
G. Ketentuan Lain-lain
Terhadap tagihan karena transaksi Ekspor dan Impor, serta sisa jumlah
L/C yang diterbitkan harus dibentuk penyisihan kerugiannya.
12.36
305
Lanjutan Lampiran 1
XIII.1 EKUITAS
01. Ekuitas adalah hak residual atas aset Bank setelah dikurangi
semua liabilitas.
02. Instrumen ekuitas adalah setiap kontrak yang memberikan hak
residual atas aset suatu entitas setelah dikurangi dengan
seluruh liabilitasnya.
03. Instrumen keuangan yang diterbitkan Bank merupakan
instrumen ekuitas jika tidak memiliki kewajiban kontraktual
untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lain kepada entitas
lain, atau untuk mempertukarkan aset keuangan atau liabilitas
keuangan dengan entitas lain dengan kondisi yang berpotensi
tidak lagi menguntungkan Bank; dan
04. Pos-pos yang termasuk dalam komponen ekuitas, antara lain:
a. Modal Disetor.
b. Tambahan Modal Disetor.
c. Penghasilan Komprehensif Lain.
d. Saldo Laba.
13.1
306
Lanjutan Lampiran 1
A. Definisi
01. Modal Dasar adalah seluruh nilai nominal saham sesuai dengan
anggaran dasar.
02. Modal Disetor adalah modal yang telah efektif diterima bank
sebesar nilai nominal saham.
B. Dasar Pengaturan
01. PSAK 50 tentang Instrumen Keuangan: Penyajian.
02. Undang Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas.
C. Penjelasan
01. Saham yang dikeluarkan oleh Bank dapat berupa saham biasa
dan saham lainnya.
02. Bukti penyetoran yang sah antara lain bukti setoran pemegang
saham ke dalam rekening bank atas nama Bank, data dari
Laporan Keuangan yang telah diaudit oleh akuntan, atau
Laporan Posisi Keuangan Bank yang ditandatangani oleh Direksi
dan Dewan Komisaris.
03. Jika waran menyertai penerbitan saham, maka dana perolehan
penerbitan saham tersebut seluruhnya diakui sebagai modal
disetor dan agio saham (jika ada).
04. Dana setoran modal tidak memenuhi kriteria ekuitas disebabkan
masih terdapat unsur ketidakpastian dimana Bank tetap
memiliki kewajiban kontraktual untuk mengembalikan dana
tersebut ketika tidak memenuhi ketentuan Bank Indonesia
sebagai modal disetor.
13.2
307
Lanjutan Lampiran 1
D. Perlakuan Akuntansi
D.1 Pengakuan dan Pengukuran
01. Penambahan modal disetor dicatat berdasarkan:
a. Jumlah uang yang diterima dan jika dalam bentuk mata
uang asing dinilai dengan kurs yang berlaku pada tanggal
setoran.
b. Besarnya tagihan atau utang yang dikonversi menjadi
modal.
c. Setoran saham dalam dividen saham dilakukan dengan
harga wajar saham, yaitu harga pasar tanggal transaksi
untuk Bank yang sahamnya terdaftar di pasar modal, atau
nilai wajar yang disepakati rapat umum pemegang saham
untuk saham yang tidak ada harga pasarnya.
d. Nilai wajar aset nonkas yang diterima.
02. Pengurangan modal disetor dicatat berdasarkan:
a. Jumlah uang yang dibayarkan.
b. Besarnya hutang yang timbul.
c. Nilai wajar aset nonkas yang diserahkan.
03. Pengeluaran saham dicatat sebesar nilai nominal yang
bersangkutan. Jika jumlah yang diterima dari pengeluaran
saham tersebut lebih besar dari pada nilai nominalnya selisih
yang terjadi dibukukan pada pos agio saham.
D.2 Penyajian
01. Penyajian modal dalam Laporan Posisi Keuangan harus
dilakukan sesuai dengan ketentuan pada anggaran dasar Bank
dan peraturan yang berlaku serta menggambarkan hubungan
keuangan yang ada.
02. Modal Dasar, modal yang ditempatkan dan modal yang disetor,
nilai nominal dan banyaknya saham untuk setiap jenis saham
harus disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan.
03. Jika terdapat lebih dari satu jenis saham, hak preferen dari
suatu golongan saham atas dividen dan pelunasan modal pada
jenis saham harus dinyatakan dalam Laporan Posisi Keuangan.
04. Bila terdapat tunggakan dividen atas saham lainnya dengan hak
dividen kumulatif, jumlah tunggakan tiap saham dan
13.3
308
Lanjutan Lampiran 1
E. Ilustrasi Jurnal
01. Pada saat penyetoran awal modal secara tunai sebesar nilai
nominal
Db. Kas
Kr. Modal disetor
02. Pada saat penyetoran awal modal secara tunai di atas nilai
nominal
Db. Kas
Kr. Modal disetor
Kr. Agio saham
03. Penyetoran modal dalam bentuk barang
Db. Aset yang diterima (nilai wajar)
Kr. Modal disetor
04. Perolehan dana dari penerbitan saham yang disertai waran
Db. Kas
Kr. Modal disetor
Kr. Agio saham (jika ada)
F. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain:
01. Hal dan keistimewaan dari suatu golongan saham atas dividen
dan pelunasan modal pada saat likuidasi, dalam hal terdapat
lebih dari satu jenis saham.
02. Pembatasan yang melekat pada setiap jenis saham, termasuk
pembatasan atas dividen dan pembayaran kembali atas modal.
03. Jumlah tunggakan dividen atas saham preferen dengan hak
dividen kumulatif dan jumlah keseluruhan dividen periode
sebelumnya.
04. Perubahan atas modal yang ditanam dalam tahun berjalan.
05. Saham beredar yang diperoleh kembali.
06. Saham yang dikuasai oleh entitas anak atau entitas asosiasi.
07. Saham yang dicadangkan untuk hak opsi dan kontrak penjualan
termasuk nilai dan persyaratan.
13.4
309
Lanjutan Lampiran 1
G. Ketentuan Lain-lain
01. Pembelian kembali saham yang telah dikeluarkan oleh Bank
wajib mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Bank
Indonesia dan dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
02. Ketentuan Bank Indonesia mengenai Bank.
03. Ketentuan Bank Indonesia mengenai kewajiban penyediaan
modal minimum.
04. Ketentuan Bank Indonesia mengenai pinjaman luar negeri.
05. Ketentuan Bank Indonesia mengenai jumlah modal inti
minimum Bank.
13.5
310
Lanjutan Lampiran 1
A. Definisi
Tambahan modal disetor terdiri dari berbagai macam unsur
penambah modal, seperti agio saham, selisih modal dari transaksi
saham tresuri, selisih kurs modal disetor, selisih transaksi dengan
pihak non-pengendali, dan selisih kombinasi dan pelepasan bisnis
entitas sepengendali.
B. Dasar Pengaturan
01. PSAK 4 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan
Keuangan Tersendiri.
02. PSAK 38 tentang Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali.
03. PSAK 50 tentang Instrumen Keuangan: Penyajian.
04. PSAK 53 tentang Pembayaran Berbasis Saham.
05. Undang Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas.
C. Penjelasan
01. Agio saham yaitu selisih lebih setoran modal yang diterima oleh
Bank sebagai akibat harga saham yang melebihi nilai
nominalnya.
02. Pembayaran berbasis saham
a. Dividen atau setara yang dibayarkan kepada karyawan atas
bagian dari kompensasi saham atau instrumen ekuitas lain
yang menjadi hak karyawan dibebankan ke Saldo Laba.
b. Beban kompensasi program pemberian instrumen ekuitas
kepada karyawan diakui selama masa bakti karyawan,
yaitu dengan mengakui beban kompensasi dan mengkredit
tambahan modal disetor jika kompensasi tersebut untuk
jasa masa depan. Jika masa bakti karyawan tidak
ditentukan, maka masa bakti karyawan dianggap sama
dengan periode dari tanggal pemberian kompensasi sampai
dengan tanggal saat kompensasi tersebut menjadi hak
karyawan, dan eksekusinya tidak lagi bergantung pada
berlanjut atau tidaknya masa bakti karyawan. Jika program
13.6
311
Lanjutan Lampiran 1
13.7
312
Lanjutan Lampiran 1
D. Perlakuan Akuntansi
D.1 Pengakuan dan Pengukuran
01. Pos Tambahan Modal Disetor tidak boleh didebit atau dikredit
dengan pos laba rugi.
02. Konversi agio menjadi saham digolongkan sebagai modal disetor
sebesar nilai nominal. Konversi agio menjadi saham tidak boleh
digolongkan sebagai pembagian dividen.
03. Agio saham diakui sebesar jumlah neto yang diterima setelah
biaya penerbitan saham dan nilai nominal.
04. Selisih modal dari transaksi saham tresuri diakui sebesar
jumlah neto yang dikeluarkan dan nilai yang diperoleh dari
penerbitan saham, atau jumlah neto yang diterima dan nilai
perolehan dari saham yang dibeli kembali.
05. Selisih kurs modal disetor diakui sebesar kurs ketika modal
disetor diakui dan kurs ketika modal disetor diterima.
06. Selisih transaksi dengan pihak nonpengendali diakui sebesar
hasil pelepasan entitas anak yang tidak menyebabkan hilang
pengendalian dan jumlah tercatat bagian kepemilikan pada
entitas anak yang dilepas.
07. Selisih kombinasi dan pelepasan bisnis entitas sepengendali
diakui sebesar jumlah pembayaran yang diberikan/diterima dan
nilai buku bisnis yang diperoleh/dilepas.
D.2 Penyajian
01. Saham tresuri disajikan sebagai pengurang modal disetor.
02. Pos-pos yang membentuk tambahan modal disetor disajikan
terpisah.
E. Ilustrasi Jurnal
01. Agio saham
Db. Kas/rekening/kliring
Kr. Modal disetor
Kr. Agio saham
02. Saham tresuri
a. Pembelian saham tresuri
Db. Saham tresuri
Kr. Kas/rekening/kliring
13.8
313
Lanjutan Lampiran 1
F. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
01. Rincian pos tambahan modal disetor.
02. Jumlah lembar saham yang diperoleh kembali dan dipegang
Bank (saham tresuri).
03. Informasi opsi saham berikut ini diungkapkan dalam Catatan
Atas Laporan Keuangan:
a. Jumlah dan rata-rata tertimbang harga eksekusi opsi untuk
setiap kelompok opsi.
b. Rata-rata tertimbang nilai wajar opsi pada tanggal
pemberian kompensasi yang diberikan dalam suatu periode.
c. Jumlah dan rata-rata tertimbang nilai wajar pada tanggal
pemberian kompensasi dari instrumen ekuitas selain opsi,
seperti saham tanpa hak, yang diberikan dalam suatu
periode.
d. Penjelasan mengenai metode dan asumsi signifikan yang
digunakan dalam suatu periode untuk mengestimasi nilai
wajar opsi.
13.9
314
Lanjutan Lampiran 1
13.10
315
Lanjutan Lampiran 1
A. Definisi
Penghasilan komprehensif lain adalah pendapatan dan beban
termasuk penyesuaian reklasifikasi yang tidak diakui dalam bagian
laba rugi.
B. Dasar Pengaturan
01. PSAK 10 tentang Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing.
02. PSAK 16 tentang Aset Tetap.
03. PSAK 19 tentang Aset Tak berwujud.
04. PSAK 24 tentang Imbalan Kerja.
05. PSAK 55 tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan
Pengukuran.
C. Penjelasan
01. Penghasilan komprehensif lain terdiri dari:
a. Perubahan dalam surplus revaluasi aset tetap dan aset
tidak berwujud.
b. Keuntungan dan kerugian aktuaria dalam program
pascakerja imbalan pasti.
c. Penyesuaian nilai wajar aset keuangan dalam kategori
‘tersedia untuk dijual’.
d. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari selisih kurs
karena penjabaran Laporan Keuangan operasi entitas asing.
02. Penjelasan lebih rinci untuk masing-masing pos penghasilan
komprehensif lain terdapat dalam Bagian XIV: Laporan Laba
Rugi Komprehensif.
D. Perlakuan Akuntansi
Penjelasan perlakuan akuntansi untuk masing-masing pos
penghasilan komprehensif lain terdapat dalam Bagian XIV: Laporan
Laba Rugi Komprehensif.
13.11
316
Lanjutan Lampiran 1
E. Ilustrasi Jurnal
Ilustrasi jurnal untuk masing-masing pos penghasilan komprehensif
lain terdapat dalam Bagian XIV: Laporan Laba Rugi Komprehensif.
Db. Penghasilan komprehensif lain terkait (Laporan Laba Rugi
Komprehensif)
Kr. Saldo penghasilan komprehensif lain terkait (ekuitas)
F. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain rincian penghasilan
komprehensif lain.
13.12
317
Lanjutan Lampiran 1
A. Definisi
Saldo Laba adalah akumulasi hasil usaha periodik setelah
memperhitungkan pembagian dividen dan koreksi laba rugi periode
lalu.
B. Dasar Pengaturan
01. PSAK 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
02. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas.
C. Penjelasan
01. Saldo Laba dikelompokkan menjadi:
a. Cadangan tujuan adalah cadangan yang dibentuk dari laba
bersih setelah pajak yang tujuan penggunaannya telah
ditetapkan.
b. Cadangan umum adalah cadangan yang dibentuk dari laba
bersih setelah pajak yang dimaksudkan untuk memperkuat
modal.
c. Sisa laba yang belum dicadangkan terdiri dari:
i. laba rugi periode lalu yang belum ditetapkan
penggunaannya; dan
ii. laba rugi periode berjalan.
02. Pos Saldo Laba harus dinyatakan secara terpisah dari pos modal
saham. Seluruh Saldo Laba dianggap bebas untuk dibagikan
sebagai dividen, kecuali jika diberikan indikasi mengenai
pembatasan terhadap Saldo Laba, misalnya dicadangkan untuk
tujuan tertentu, atau untuk memenuhi ketentuan undang-
undang atau ikatan tertentu.
03. Saldo Laba yang tidak tersedia untuk dibagikan sebagai dividen
karena pembatasan – pembatasan tersebut dilaporkan dalam
pos tersendiri yang menggambarkan tujuan pencadangan yang
dimaksud.
13.13
318
Lanjutan Lampiran 1
D. Perlakuan Akuntansi
01. Saldo Laba tidak boleh dibebani atau dikredit dengan pos-pos
yang seharusnya diperhitungkan pada laba rugi tahun berjalan.
02. Kewajiban pembagian dividen timbul pada saat deklarasi dividen
dan dengan demikian pada saat tersebut Saldo Laba akan
dibebani dengan jumlah dividen tersebut.
03. Jika dividen dibagikan dalam bentuk saham maka Saldo Laba
akan didebit sebesar nilai wajar saham saat dividen
dideklarasikan, modal saham akan dikredit sebesar nilai
nominal sedangkan selisih antara nilai wajar dengan nilai
nominal saham diakui sebagai agio/disagio saham.
E. Ilustrasi Jurnal
01. Pemindahan laba tahun berjalan ke Saldo Laba
Db. Ikhtisar laba rugi
Kr. Saldo Laba
02. Pemindahan rugi tahun berjalan ke Saldo Laba
Db. Saldo Laba
Kr. Ikhtisar laba rugi
03. Pembagian dividen tunai
a. Pada saat diumumkan
Db. Saldo Laba
Kr. Utang dividen
b. Pada saat dibayar
Db. Utang dividen
Kr. Kas/rekening
04. Pembagian dividen saham
Db. Saldo Laba
Kr. Modal saham
Kr. Agio saham
F. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
01. Penjatahan (apropriasi) dan pemisahan Saldo Laba, penjelasan
jenis penjatahan dan pemisahan, tujuan penjatahan dan
13.14
319
Lanjutan Lampiran 1
13.15
320
Lanjutan Lampiran 1
XIV.1 PENGERTIAN
01. Laporan Laba Rugi Komprehensif adalah laporan yang
menyajikan seluruh pos penghasilan dan beban yang diakui
dalam suatu periode yang menunjukkan komponen laba rugi
dan komponen penghasilan komprehensif lain.
02. Laba Komprehensif adalah perubahan ekuitas selama suatu
periode yang dihasilkan dari transaksi dan peristiwa lain selain
perubahan yang dihasilkan dari transaksi ekuitas yaitu
transaksi dengan pemegang saham dalam kapasitasnya sebagai
pemilik.
03. Pendapatan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu
periode pelaporan dalam bentuk arus masuk atau penambahan
aset atau penurunan liabilitas yang mengakibatkan kenaikan
ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi pemegang saham.
04. Keuntungan adalah pos pendapatan lain yang mungkin timbul
atau mungkin tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitas Bank.
05. Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu
periode pelaporan dalam bentuk arus keluar atau penurunan
aset atau kenaikan liabilitas yang mengakibatkan penurunan
ekuitas yang tidak menyangkut distribusi kepada pemegang
saham.
06. Kerugian adalah pos beban lain yang mungkin timbul atau
mungkin tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitas Bank.
07. Pendapatan dan beban operasional adalah pendapatan dan
beban dari kegiatan usaha Bank.
08. Pendapatan dan beban nonoperasional adalah pendapatan dan
beban di luar kegiatan usaha Bank.
09. Laporan Laba Rugi Komprehensif menyajikan pos-pos berikut:
a. Pendapatan pengelolaan dana oleh Bank sebagai mudharib:
i. pendapatan dari jual beli;
ii. pendapatan dari sewa;
iii. pendapatan dari bagi hasil;
iv. pendapatan usaha utama lain.
14.1
321
Lanjutan Lampiran 1
14.2
322
Lanjutan Lampiran 1
A. Definisi
Laba Rugi adalah total pendapatan dikurangi beban, tidak termasuk
komponen penghasilan komprehensif lain.
B. Dasar Pengaturan
01. PSAK 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
02. PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah.
03. PSAK 103 tentang Akuntansi Salam.
04. PSAK 104 tentang Akuntansi Istishna.
05. PSAK 105 tentang Akuntansi Mudharabah.
06. PSAK 106 tentang Akuntansi Musyarakah.
07. PSAK 107 tentang Akuntansi Ijarah.
08. PSAK 110 tentang Akuntansi Sukuk.
09. PSAK 12 tentang Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama.
10. PSAK 15 tentang Investasi pada Entitas Asosiasi.
11. PSAK 23 tentang Pendapatan.
12. PSAK 55 tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan
Pengukuran.
13. SAK lain yang relevan.
C. Penjelasan
01. Penyusunan Laporan Laba Rugi Komprehensif didasarkan pada
pendapatan dan beban yang diakui dengan menggunakan dasar
akrual sedangkan perhitungan distribusi pendapatan/hasil
usaha menggunakan dasar kas. Oleh karena itu, Bank harus
mampu membedakan pendapatan akrual dan pendapatan yang
kasnya sudah diterima.
02. Pendapatan usaha utama (pendapatan Bank sebagai mudharib)
terdiri dari pendapatan dari jual beli, sewa, bagi hasil, dan
pendapatan utama lain.
03. Hak pihak ketiga atas bagi hasil merupakan bagian bagi hasil
milik pihak ketiga (misalnya nasabah penyimpan dalam
tabungan dan deposito yang didasarkan pada akad mudharabah
14.3
323
Lanjutan Lampiran 1
14.4
324
Lanjutan Lampiran 1
D. Perlakuan Akuntansi
01. Pendapatan margin murabahah
a. Untuk transaksi yang dilakukan secara non-tunai, maka
keuntungan diakui secara proporsional sesuai angsuran
yang jatuh tempo selama masa akad, atau keuntungan
diakui dengan menggunakan metode effective rate of return
(anuitas).
b. Biaya transaksi diakui selaras dengan pengakuan
keuntungan murabahah.
02. Pendapatan neto salam paralel
Pendapatan neto salam paralel diakui pada saat penyerahan
barang kepada nasabah sebesar selisih antara jumlah kas yang
diserahkan kepada pemasok dan jumlah kas yang diterima dari
nasabah.
03. Pendapatan neto istishna paralel
Selisih antara nilai akad dan nilai pemesanan barang yang
diakui secara proporsional selama masa akad, termasuk biaya
transaksinya.
04. Penghasilan dari sewa
a. Pendapatan sewa diakui selama masa akad pada saat
manfaat atas aset telah diserahkan kepada nasabah.
b. Keuntungan atau kerugian dari pelepasan aset ijarah diakui
pada saat pelepasan sebesar selisih harga jual dan nilai
tercatat aset ijarah.
c. Beban yang terkait dengan pengelolaan aset ijarah, antara
lain beban penyusutan dan amortisasi, beban
pemeliharaan, dan beban sewa ijarah (transaksi ijarah-
lanjut), diakui sebagai pengurang penghasilan dari sewa.
05. Pendapatan dari bagi hasil
Pendapatan bagi hasil diakui pada saat Bank menerima laporan
periodik atas usaha yang telah dilakukan oleh nasabah, baik
keuntungan maupun kerugian.
06. Pendapatan usaha utama lain
a. Pendapatan dari pinjaman qardh diakui pada saat diterima
dari nasabah.
14.5
325
Lanjutan Lampiran 1
E. Ilustrasi Jurnal
Ilustrasi jurnal mengacu pada ilustrasi jurnal di setiap pos
pendapatan dan beban yang terkait.
F. Pengungkapan
Pengungkapan mengacu pada pengungkapan di masing-masing pos
pendapatan dan beban yang terkait.
14.6
326
Lanjutan Lampiran 1
A. Definisi
Penghasilan komprehensif lain berisi pos pendapatan dan beban,
termasuk penyesuaian reklasifikasi, yang tidak diakui dalam laba
rugi sebagaimana disyaratkan oleh SAK.
B. Dasar Pengaturan
01. PSAK 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan.
02. PSAK 10 tentang Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing.
03. PSAK 12 tentang Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama.
04. PSAK 15 tentang Investasi pada Entitas Asosiasi.
05. PSAK 24 tentang Imbalan Kerja.
06. PSAK 55 tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan
Pengukuran.
C. Penjelasan
01. Penghasilan komprehensif lain terdiri dari:
a. Perubahan surplus revaluasi dari aset tetap dan aset tidak
berwujud.
b. Keuntungan dan kerugian aktuarial atas program imbalan
pasti.
c. Selisih kurs dari penjabaran Laporan Keuangan dari entitas
asing.
d. Penyesuaian nilai wajar dari aset keuangan dalam kategori
‘tersedia untuk dijual’.
e. Bagian penghasilan komprehensif lain dari entitas asosiasi
dan pengendalian bersama entitas.
02. Surplus revaluasi aset tetap dan aset tidak berwujud muncul
dari penerapan model revaluasi atas aset tetap atau aset tidak
berwujud yang dimiliki Bank.
03. Keuntungan atau kerugian aktuaria merupakan perubahan
dalam nilai kini kewajiban imbalan pasti yang berasal dari
experience adjustments (dampak perbedaan antara asumsi
14.7
327
Lanjutan Lampiran 1
D. Perlakuan Akuntansi
01. Perlakuan akuntansi untuk surplus revaluasi aset tetap dan aset
tidak berwujud mengacu pada Bagian X tentang Aset Tetap dan
Aset Tidak Berwujud.
02. Keuntungan atau kerugian aktuarial dari program pasca kerja
imbalan pasti diakui dalam penghasilan komprehensif lain
sebesar hasil perhitungan aktuarial.
03. Selisih kurs dari penjabaran Laporan Keuangan dari entitas
asing diakui pada saat penjabaran pos-pos aset, liabilitas,
pendapatan, dan beban dari entitas asing yang menggunakan
mata uang fungsional selain Rupiah ke dalam Laporan
14.8
328
Lanjutan Lampiran 1
E. Ilustrasi Jurnal
01. Surplus revaluasi aset tetap dan aset tidak berwujud
a. Aset tetap
Db. Aset tetap
Kr. Akumulasi penyusutan
Kr. Surplus revaluasi
b. Aset tidak berwujud
Db. Aset tidak berwujud
Kr. Akumulasi amortisasi
Kr. Surplus revaluasi
02. Keuntungan atau kerugian aktuaria dari liabilitas pascakerja
imbalan pasti.
a. Keuntungan aktuaria dari aset program
Db. Aset program
Kr. Keuntungan aktuaria
b. Kerugian aktuaria dari aset program
Db. Kerugian aktuaria
Kr. Aset program
c. Keuntungan aktuaria dari kewajiban program
Db. Liabilitas pascakerja
Kr. Keuntungan aktuaria
d. Kerugian aktuaria dari kewajiban program
Db. Kerugian aktuaria
Kr. Liabilitas pascakerja
14.9
329
Lanjutan Lampiran 1
F. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
01. Rincian penghasilan komprehensif lain.
02. Jumlah pajak penghasilan terkait.
03. Penyesuaian reklasifikasi terkait penghasilan komprehensif lain.
04. Pengungkapan lain.
14.10
330
Lanjutan Lampiran 1
A. Definisi
Laporan Perubahan Ekuitas adalah laporan yang menunjukkan
perubahan ekuitas Bank yang menggambarkan peningkatan atau
penurunan aset neto atau kekayaan selama periode pelaporan.
B. Dasar Pengaturan
01. PSAK 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
02. SAK lain yang relevan.
C. Penjelasan
01. Perubahan ekuitas menggambarkan peningkatan atau
penurunan aset neto selama suatu periode berdasarkan prinsip
pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam
Laporan Keuangan.
02. Laporan Perubahan Ekuitas, kecuali untuk perubahan yang
berasal dari transaksi ekuitas yaitu transaksi dengan pemegang
saham dalam kapasitasnya sebagai pemilik seperti setoran
modal dan pembayaran dividen, menggambarkan jumlah
penghasilan dan beban yang berasal dari kegiatan Bank selama
periode yang bersangkutan.
03. Bank menyajikan, baik dalam Laporan Perubahan Ekuitas atau
Catatan Atas Laporan Keuangan, jumlah dividen yang diakui
sebagai distribusi kepada pemegang saham, dan nilai dividen per
saham.
04. Perubahan ekuitas antara awal dan akhir periode pelaporan
menggambarkan peningkatan dan penurunan aset neto atau
kekayaan selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip
pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam
Laporan Keuangan.
05. Laporan Perubahan Ekuitas, kecuali untuk perubahan yang
berasal dari transaksi ekuitas, menggambarkan jumlah
keuntungan dan kerugian yang berasal dari kegiatan Bank
selama suatu periode.
15.1
331
Lanjutan Lampiran 1
15.2
332
Lanjutan Lampiran 1
A. Definisi
Laporan Arus Kas adalah Laporan Keuangan yang menunjukan
penerimaan dan pengeluaran kas dan setara kas pada Bank selama
periode tertentu yang dikelompokkan dalam aktivitas operasi,
investasi, dan pendanaan.
B. Dasar Pengaturan
01. PSAK 2 tentang Laporan Arus Kas.
02. SAK lain yang relevan.
C. Penjelasan
01. Kas terdiri dari saldo kas dan rekening giro.
02. Setara kas adalah investasi yang sifatnya sangat likuid,
berjangka pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas
dalam jumlah yang dapat ditentukan dan memiliki risiko
perubahan nilai yang tidak signifikan.
03. Informasi tentang arus kas berguna bagi para pengguna Laporan
Keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan Bank dalam
menghasilkan kas dan setara kas serta menilai kebutuhan
penggunaan arus kas tersebut.
04. Dalam mengambil keputusan ekonomi, para pengguna Laporan
Keuangan perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan Bank
dalam menghasilkan kas dan setara kas serta kepastian
perolehannya. Evaluasi tersebut untuk mengetahui bagaimana
Bank menghasilkan dan menggunakan kas dan setara kas, serta
kebutuhan kas dan setara kas untuk melaksanakan usaha,
melunasi liabilitas, dan membagikan bagi hasil kepada pemilik
dana/deposan dan dividen kepada pemegang saham.
05. Laporan Arus Kas memberikan informasi historis mengenai
perubahan kas dan setara kas dengan mengklasifikasikan arus
kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan
selama suatu periode akuntansi.
16.1
333
Lanjutan Lampiran 1
16.2
334
Lanjutan Lampiran 1
16.3
335
Lanjutan Lampiran 1
16.4
336
Lanjutan Lampiran 1
A. Definisi
Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil adalah laporan yang
menyajikan rekonsiliasi antara pendapatan Bank yang menggunakan
dasar akrual dengan pendapatan dibagihasilkan kepada pemilik dana
yang menggunakan dasar kas.
B. Dasar Pengaturan
01. PSAK 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
C. Penjelasan
01. Bank menyajikan Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi
Hasil yang merupakan rekonsiliasi pendapatan Bank, yang
menggunakan dasar akrual, dan pendapatan yang
dibagihasilkan kepada pemilik dana yang menggunakan dasar
kas.
02. Selain untuk menyampaikan informasi mengenai pendapatan
usaha utama dan bagi hasil untuk pemilik dana, Laporan
Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil dapat digunakan untuk
mengetahui arus kas dari pendapatan usaha utama.
03. Perbedaan dasar pengakuan antara pendapatan yang diterima
Bank dengan pendapatan yang dibagihasilkan, mengharuskan
Bank menyajikan Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi
Hasil sebagai bagian komponen utama Laporan Keuangan.
04. Dalam Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil, Bank
menyajikan:
a. pendapatan usaha utama, dasar akrual;
b. penyesuaian atas:
i. dikurangi dengan pendapatan usaha utama periode
berjalan yang kas atau setara kasnya belum diterima;
ii. ditambah dengan pendapatan usaha utama periode
sebelumnya yang kas atau setara kasnya diterima di
periode berjalan;
c. pendapatan yang tersedia untuk bagi hasil.
17.1
337
Lanjutan Lampiran 1
17.2
338
Lanjutan Lampiran 1
17.3
339
Lanjutan Lampiran 1
D. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
01. Rincian pendapatan usaha utama periode sebelumnya yang
diterima di periode berjalan.
02. Rincian pendapatan usaha utama periode berjalan yang belum
diterima kas atau setara kasnya.
03. Rincian pendapatan yang tersedia untuk bagi hasil yang belum
didistribusikan ke pemilik dana.
04. Pengungkapan lain.
17.4
340
Lanjutan Lampiran 1
A. Definisi
01. Laporan Sumber dan Penyaluran Dana Zakat merupakan
laporan yang menunjukkan sumber dan penyaluran dana zakat
kepada entitas pengelola zakat selama suatu jangka waktu
tertentu, serta saldo dana zakat yang belum disalurkan pada
tanggal tertentu.
02. Zakat merupakan kewajiban Syariah yang harus diserahkan
oleh wajib zakat (muzaki) kepada penerima zakat (mustahiq),
baik melalui amil maupun secara langsung.
B. Dasar Pengaturan
01. PSAK 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
C. Penjelasan
01. Pembayaran zakat dilakukan apabila nisab dan haulnya
terpenuhi dari harta yang memenuhi kriteria wajib zakat.
02. Bank menyajikan Laporan Sumber dan Penyaluran Dana Zakat
sebagai komponen utama Laporan Keuangan dengan
menyajikan:
a. Dana zakat yang berasal dari:
i. internal Bank;
ii. eksternal Bank.
b. Penyaluran dana zakat kepada entitas pengelola zakat
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
c. Kenaikan atau penurunan dana zakat.
d. Saldo awal dana zakat.
e. Saldo akhir dana zakat.
03. Sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, Bank hanya
dapat menyalurkan dana zakat yang diterima kepada lembaga
amil zakat atau badan amil zakat.
04. Sumber dana zakat dari eksternal Bank antara lain:
18.1
341
Lanjutan Lampiran 1
D. Perlakuan Akuntansi
01. Sumber dana zakat yang berasal dari pemilik Bank
diperhitungkan dari laba neto sebelum pajak selama periode
satu tahun.
02. Penerimaan dana zakat diakui sebagai liabilitas dan diakui
sebagai pengurang liabilitas ketika disalurkan.
03. Dana zakat disajikan sebagai liabilitas paling likuid.
E. Ilustrasi Jurnal
01. Pada saat penerimaan dari internal Bank
a. Zakat Bank
Dr. Beban zakat
Kr. Rekening Dana Zakat
b. Zakat pemilik Bank
Dr. Kas/rekening
Kr. Rekening Dana Zakat
02. Penerimaan zakat dari eksternal Bank
Dr. Kas/rekening
Kr. Rekening Dana Zakat
03. Pada saat penyaluran zakat
Dr. Rekening Dana Zakat
Kr. Kas/rekening
F. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
01. Sumber dana zakat yang berasal dari internal Bank.
02. Sumber dana zakat yang berasal dari eksternal Bank.
03. Kebijakan penyaluran zakat.
18.2
342
Lanjutan Lampiran 1
18.3
343
Lanjutan Lampiran 1
A. Definisi
01. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan merupakan
laporan yang menunjukkan sumber dan penggunaan dana
kebajikan selama suatu jangka waktu tertentu, serta saldo dana
kebajikan yang menunjukkan dana kebajikan yang belum
disalurkan pada tanggal tertentu.
02. Penerimaan nonhalal adalah semua penerimaan dari kegiatan
yang tidak sesuai dengan prinsip Syariah, antara lain
penerimaan jasa giro atau bunga yang berasal dari bank umum
konvensional.
B. Dasar Pengaturan
01. PSAK 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
C. Penjelasan
01. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan adalah salah
satu komponen Laporan Keuangan yang mencerminkan kegiatan
sosial Bank.
02. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan merupakan
laporan yang memberikan informasi agar para pemakai dapat
mengevaluasi aktivitas Bank dalam mengelola dana kebajikan.
03. Bank menyajikan Laporan Sumber dan Penggunaan Dana
Kebajikan sebagai komponen utama Laporan Keuangan, yang
menunjukkan:
a. Sumber dana kebajikan yang berasal dari penerimaan,
antara lain:
i. infak;
ii. sedekah;
iii. pengembalian dana kebajikan produktif;
iv. denda; dan
v. penerimaan nonhalal.
b. Penggunaan dana kebajikan untuk:
i. dana kebajikan produktif;
19.1
344
Lanjutan Lampiran 1
D. Perlakuan Akuntansi
01. Penerimaan dana kebajikan diakui sebagai liabilitas dan diakui
sebagai pengurang liabilitas ketika disalurkan.
02. Dana kebajikan disajikan sebagai liabilitas paling likuid.
E. Ilustrasi Jurnal
01. Pada saat penerimaan dana kebajikan
Db. Kas/rekening
Kr. Rekening Dana Kebajikan
19.2
345
Lanjutan Lampiran 1
F. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
01. Sumber dana kebajikan.
02. Kebijakan penyaluran dana kebajikan kepada masing-masing
penerima.
03. Proporsi dana yang disalurkan untuk masing-masing penerima
dana kebajikan yaitu pihak berelasi dan pihak ketiga.
04. Alasan terjadinya dan penggunaan atas penerimaan nonhalal.
05. Pengungkapan lain.
19.3
346
Lanjutan Lampiran 1
A. Definisi
Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan komponen Laporan
Keuangan yang memberikan penjelasan mengenai gambaran umum
Bank, ikhtisar kebijakan akuntansi, penjelasan pos-pos Laporan
Keuangan, dan informasi penting lain.
B. Dasar pengaturan
01. PSAK 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
02. SAK lain yang relevan.
C. Penjelasan
01. Catatan Atas Laporan Keuangan harus disajikan secara
sistematis. Setiap pos dalam Laporan Posisi Keuangan, Laporan
Laba Rugi Komprehensif, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan
Arus Kas, Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil,
Laporan Sumber dan Penyaluran Dana Zakat, dan Laporan
Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan harus berkaitan
dengan informasi yang ada dalam Catatan Atas Laporan
Keuangan.
02. Catatan Atas Laporan Keuangan harus menyajikan pernyataan
yang eksplisit bahwa Laporan Keuangan telah patuh terhadap
SAK. Bank tidak boleh menyebutkan bahwa Laporan Keuangan
telah patuh terhadap SAK, kecuali Laporan Keuangan tersebut
telah mematuhi semua ketentuan dalam SAK.
03. Catatan Atas Laporan Keuangan, khususnya pengungkapan
kebijakan akuntansi yang digunakan, tidak dapat memperbaiki
kebijakan akuntansi yang tidak tepat tanpa melakukan
perbaikan atas kebijakan akuntansi yang tidak tepat tersebut.
04. Catatan Atas Laporan Keuangan mengungkapkan:
a. Informasi tentang dasar penyusunan Laporan Keuangan
dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan
terhadap peristiwa dan transaksi yang penting;
b. informasi yang diwajibkan dalam PSAK tetapi tidak
disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan, Laporan Laba
20.1
347
Lanjutan Lampiran 1
348
Lanjutan Lampiran 1
349
Lanjutan Lampiran 1
Bank Indonesia,
Halim Alamsyah
Deputi Gubernur
20.4
350
1 Lampiran 2
LAMPIRAN
SURAT EDARAN BANK INDONESIA
NOMOR 14/ 35 /DPNP TANGGAL 10 DESEMBER 2012
PERIHAL
LAPORAN TAHUNAN BANK UMUM DAN LAPORAN TAHUNAN TERTENTU YANG DISAMPAIKAN KEPADA
BANK INDONESIA
PEDOMAN PENYUSUNAN
LAPORAN TAHUNAN BANK UMUM DAN LAPORAN TAHUNAN TERTENTU
YANG DISAMPAIKAN KEPADA BANK INDONESIA
BANK INDONESIA
351
2 Lanjutan Lampiran 2
PEDOMAN PENGISIAN
A. Petunjuk Umum
1. Angka-angka dalam pengungkapan permodalan serta pengungkapan eksposur risiko dan penerapan manajemen
risiko Bank wajib disajikan dalam mata uang rupiah.
2. Cakupan pengungkapan yang diatur dalam pengungkapan permodalan serta pengungkapan eksposur risiko dan
penerapan manajemen risiko merupakan standar minimum informasi yang harus disampaikan Bank. Bank
dimungkinkan untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas dalam menggambarkan kecukupan permodalan
yang dimiliki, dan eksposur risiko, praktek manajemen risiko.
3. Pengungkapan permodalan serta pengungkapan eksposur risiko dan penerapan manajemen risiko Bank terdiri
dari pengungkapan untuk Bank secara individual dan pengungkapan untuk Bank secara konsolidasi dengan
perusahaan anak.
4. Bank yang tidak memiliki perusahaan anak, hanya mencantumkan pengungkapan permodalan serta
pengungkapan eksposur risiko dan penerapan manajemen risiko Bank secara individual.
5. Bank yang tidak memiliki eksposur tertentu sesuai dengan persyaratan pengungkapan minimum permodalan
serta pengungkapan eksposur risiko dan penerapan manajemen risiko, tidak perlu mencantumkan tabel yang
terkait dengan pengungkapan eksposur tersebut. Bank hanya perlu mencantumkan penjelasan bahwa Bank
tidak memiliki eksposur pada pengungkapan terkait.
Misalnya: Bank yang tidak memiliki eksposur sekuritisasi aset hanya mencantumkan penjelasan bahwa Bank
tidak memiliki ekposur sekuritisasi aset di bagian pengungkapan sekuritisasi aset.
352
3 Lanjutan Lampiran 2
6. Pengungkapan kualitatif terkait dengan penerapan manajemen risiko mengacu pada ketentuan Bank Indonesia
mengenai penerapan manajemen risiko bagi bank umum.
7. Pengungkapan permodalan serta pengungkapan eksposur risiko dan penerapan manajemen risiko Bank tidak
dipersyaratkan untuk diaudit oleh akuntan publik. Namun demikian, Bank harus melakukan semua upaya
yang diperlukan untuk menjamin keakuratan dari seluruh pengungkapan yang disyaratkan.
8. Pengungkapan permodalan serta pengun gkapan eksposur risiko dan penerapan manajemen risiko Bank yang
bersifat kuantitatif wajib disajikan dalam bentuk perbandingan dengan laporan periode yang sama tahun
sebelumnya. Khusus untuk penerapan di tahun pertama, Bank tidak perlu melakukan perbandingan dengan
tahun sebelumnya.
353
4 Lanjutan Lampiran 2
B. Petunjuk Khusus
1. Pedoman Pengisian Pengungkapan Struktur Permodalan
Pengungkapan struktur permodalan diisi sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia mengenai laporan keuangan
publikasi triwulanan dan bulanan bank umum serta laporan tertentu yang disampaikan kepada Bank
Indonesia.
Tabel 1.a Pengungkapan Kuantitatif Struktur Permodalan Bank Umum
(dalam jutaan rupiah)
Posisi Tanggal Laporan Tahun
KOMPONEN MODAL Posisi Tanggal Laporan
Sebelumnya
Bank Konsolidasi Bank Konsolidasi
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
I KOMPONEN MODAL
A Modal Inti
1 Modal disetor
2 Cadangan Tambahan Modal
3 Modal Inovatif
4 Faktor Pengurang Modal Inti
5 Kepentingan Non Pengendali
B Modal Pelengkap
1 Level Atas (Upper Tier 2)
2 Level Bawah (Lower Tier 2) maksimum 50% Modal Inti
3 Faktor Pengurang Modal Pelengkap
354
5 Lanjutan Lampiran 2
355
6 Lanjutan Lampiran 2
b. Penetapan kategori portofolio dan perhitungan tagihan bersih mengacu pada ketentuan Bank Indonesia
mengenai perhitungan aset tertimbang menurut risiko untuk risiko kredit dengan menggunakan pendekatan
standar. Untuk eksposur di unit usaha syariah mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang berlaku
356
7 Lanjutan Lampiran 2
Tabel 2.1.a Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank secara Individual
(dalam jutaan rupiah)
No. Posisi Tanggal Laporan Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya
Kategori Portofolio Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah
Wilayah 1 Wilayah 2 Wilayah 3 dst. Total Wilayah 1 Wilayah 2 Wilayah 3 dst. Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
7 Kredit Pegawai/Pensiunan
11 Aset Lainnya
Total
Tabel 2.1.b Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank secara Konsolidasi dengan
Perusahaan Anak
(dalam jutaan rupiah)
No. Posisi Tanggal Laporan Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya
Kategori Portofolio Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah
Wilayah 1 Wilayah 2 Wilayah 3 dst. Total Wilayah 1 Wilayah 2 Wilayah 3 dst. Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
7 Kredit Pegawai/Pensiunan
11 Aset Lainnya
Total
357
8 Lanjutan Lampiran 2
3. Pedoman Pengisian Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Sisa Jangka Waktu Kontrak
a. Pengungkapan tagihan bersih dilakukan untuk eksposur aset dalam neraca, eksposur pada transaksi
rekening administratif (TRA) dan eksposur yang menimbulkan risiko kredit akibat kegagalan pihak lawan
(counterparty credit risk).
b. Penetapan kategori portofolio dan perhitungan tagihan bersih mengacu pada ketentuan Bank Indonesia
mengenai perhitungan aset tertimbang menurut risiko untuk risiko kredit dengan menggunakan pendekatan
standar. Untuk eksposur di unit usaha syariah mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang berlaku
358
Lanjutan Lampiran 2
9
Tabel 2.2.a. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Sisa Jangka Waktu Kontrak - Bank secara
Individual
(dalam jutaan rupiah)
Posisi Tanggal Laporan Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya
No. Kategori Portofolio Tagihan bersih berdasarkan sisa jangka waktu kontrak Tagihan bersih berdasarkan sisa jangka waktu kontrak
< 1 tahun >1 thn s.d. 3 thn >3 thn s.d. 5 thn > 5 thn Non-Kontraktual Total < 1 tahun >1 thn s.d. 3 thn >3 thn s.d. 5 thn > 5 thn Non-Kontraktual Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
1 Tagihan Kepada Pemerintah
2 Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik
Total
Tabel 2.2.b. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Sisa Jangka Waktu Kontrak - Bank secara
Konsolidasi dengan Perusahaan Anak
(dalam jutaan rupiah)
Posisi Tanggal Laporan Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya
No. Kategori Portofolio Tagihan bersih berdasarkan sisa jangka waktu kontrak Tagihan bersih berdasarkan sisa jangka waktu kontrak
< 1 tahun >1 thn s.d. 3 thn >3 thn s.d. 5 thn > 5 thn Non-Kontraktual Total < 1 tahun >1 thn s.d. 3 thn >3 thn s.d. 5 thn > 5 thn Non-Kontraktual Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
1 Tagihan Kepada Pemerintah
2 Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik
Total
359
10
Lanjutan Lampiran 2
b. Penetapan kategori portofolio dan perhitungan tagihan bersih mengacu pada ketentuan Bank Indonesia
mengenai perhitungan aset tertimbang menurut risiko untuk risiko kredit dengan menggunakan pendekatan
standar. Untuk eksposur di unit usaha syariah mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang berlaku
360
11 Lanjutan Lampiran 2
Tabel 2.3.a. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Sektor Ekonomi - Bank secara Individual
(dalam jutaan rupiah)
Tagihan Kepada Bank Tagihan Kepada
Tagihan Kepada Kredit Beragun Kredit Tagihan yang Eksposur di Unit
Tagihan Kepada Pembangunan Multilateral Tagihan Kepada Kredit Beragun Usaha Mikro, Tagihan kepada
No. Sektor Ekonomi Entitas Sektor Properti Pegawai/Pensi Telah Jatuh Aset Lainnya Usaha Syariah
Pemerintah dan Lembaga Bank Rumah Tinggal Usaha Kecil dan Korporasi
Publik Komersial unan Tempo (apabila ada)
Internasional Portofolio Ritel
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
Posisi Tanggal Laporan
1 Pertanian, perburuan dan Kehutanan
2 Perikanan
3 Pertambangan dan Penggalian
4 Industri pengolahan
5 Listrik, Gas dan Air
6 Konstruksi
7 Perdagangan besar dan eceran
8 Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum
9 Transportasi, pergudangan dan komunikasi
10 Perantara keuangan
11 Real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan
12 Administrasi Pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib
13 Jasa pendidikan
14 Jasa kesehatan dan kegiatan sosial
15 Jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan dan perorangan lainnya
16 Jasa perorangan yang melayani rumah tangga
17 Badan internasional dan badan ekstra internasional lainnya
18 Kegiatan yang belum jelas batasannya
19 Bukan Lapangan Usaha
20 Lainnya
Total
Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya
1 Pertanian, perburuan dan Kehutanan
2 Perikanan
3 Pertambangan dan Penggalian
4 Industri pengolahan
5 Listrik, Gas dan Air
6 Konstruksi
7 Perdagangan besar dan eceran
8 Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum
9 Transportasi, pergudangan dan komunikasi
10 Perantara keuangan
11 Real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan
12 Administrasi Pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib
13 Jasa pendidikan
14 Jasa kesehatan dan kegiatan sosial
15 Jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan dan perorangan lainnya
16 Jasa perorangan yang melayani rumah tangga
17 Badan internasional dan badan ekstra internasional lainnya
18 Kegiatan yang belum jelas batasannya
19 Bukan Lapangan Usaha
20 Lainnya
Total
361
12 Lanjutan Lampiran 2
Tabel 2.3.b. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Sektor Ekonomi - Bank secara Konsolidasi dengan
Perusahaan Anak
(dalam jutaan rupiah)
Tagihan Kepada Bank Tagihan Kepada
Tagihan Kepada Kredit Beragun Kredit Tagihan yang Eksposur di Unit
Tagihan Kepada Pembangunan Multilateral Tagihan Kepada Kredit Beragun Usaha Mikro, Tagihan kepada
No. Sektor Ekonomi Entitas Sektor Properti Pegawai/Pensi Telah Jatuh Aset Lainnya Usaha Syariah
Pemerintah dan Lembaga Bank Rumah Tinggal Usaha Kecil dan Korporasi
Publik Komersial unan Tempo (apabila ada)
Internasional Portofolio Ritel
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
Posisi Tanggal Laporan
1 Pertanian, perburuan dan Kehutanan
2 Perikanan
3 Pertambangan dan Penggalian
4 Industri pengolahan
5 Listrik, Gas dan Air
6 Konstruksi
7 Perdagangan besar dan eceran
8 Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum
9 Transportasi, pergudangan dan komunikasi
10 Perantara keuangan
11 Real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan
12 Administrasi Pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib
13 Jasa pendidikan
14 Jasa kesehatan dan kegiatan sosial
15 Jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan dan perorangan lainnya
16 Jasa perorangan yang melayani rumah tangga
17 Badan internasional dan badan ekstra internasional lainnya
18 Kegiatan yang belum jelas batasannya
19 Bukan Lapangan Usaha
20 Lainnya
Total
Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya
1 Pertanian, perburuan dan Kehutanan
2 Perikanan
3 Pertambangan dan Penggalian
4 Industri pengolahan
5 Listrik, Gas dan Air
6 Konstruksi
7 Perdagangan besar dan eceran
8 Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum
9 Transportasi, pergudangan dan komunikasi
10 Perantara keuangan
11 Real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan
12 Administrasi Pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib
13 Jasa pendidikan
14 Jasa kesehatan dan kegiatan sosial
15 Jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan dan perorangan lainnya
16 Jasa perorangan yang melayani rumah tangga
17 Badan internasional dan badan ekstra internasional lainnya
18 Kegiatan yang belum jelas batasannya
19 Bukan Lapangan Usaha
20 Lainnya
Total
362
13 Lanjutan Lampiran 2
b. Definisi penurunan nilai dan perhitungan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) aset keuangan
mengacu pada standar akuntansi keuangan yang berlaku.
c. Pembagian wilayah dilakukan berdasarkan kebijakan masing-masing Bank, sesuai laporan manajemen.
Pembagian wilayah ditetapkan minimum 3 wilayah. Bank harus mengungkapkan dalam laporan, rincian dari
masing-masing pembagian wilayah.
e. Tagihan yang telah jatuh tempo mengacu pada definisi kategori portofolio Tagihan yang telah Jatuh Tempo
dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai perhitungan aset tertimbang menurut risiko untuk risiko kredit
dengan menggunakan pendekatan standar.
f. Tagihan yang dihapus buku merupakan tagihan yang telah dihapus buku selama periode berjalan.
Tabel 2.4.a. Pengungkapan Tagihan dan Pencadangan Berdasarkan Wilayah - Bank secara Individual
363
14 Lanjutan Lampiran 2
Tabel 2.4.b. Pengungkapan Tagihan dan Pencadangan Berdasarkan Wilayah - Bank secara Konsolidasi
dengan Perusahaan Anak
b. Definisi penurunan nilai dan perhitungan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) aset keuangan
mengacu pada standar akuntansi keuangan yang berlaku.
c. Pembagian sektor ekonomi mengacu pada sektor ekonomi yang tercantum dalam Laporan Bulanan Bank
Umum (LBU), dengan tambahan sektor Lainnya untuk sektor ekonomi dari tagihan yang tidak dapat
digolongkan dalam salah satu sektor yang ada.
d. Tagihan yang telah jatuh tempo mengacu pada definisi kategori portofolio Tagihan yang telah Jatuh Tempo
dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai perhitungan aset tertimbang menurut risiko untuk risiko kredit
dengan menggunakan pendekatan standar.
e. Tagihan yang dihapus buku merupakan tagihan yang telah dihapus buku selama periode berjalan.
364
Lanjutan Lampiran 2
15
Tabel 2.5.a. Pengungkapan Tagihan dan Pencadangan Berdasarkan Sektor Ekonomi - Bank secara
Individual
(dalam jutaan rupiah)
Tagihan yang Mengalami Penurunan Nilai Cadangan kerugian Cadangan kerugian
Tagihan yang
No. Sektor Ekonomi Tagihan penurunan nilai (CKPN) - penurunan nilai
Belum Jatuh Tempo Telah jatuh tempo dihapus buku
Individual (CKPN) - Kolektif
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Posisi Tanggal Laporan
1 Pertanian, perburuan dan Kehutanan
2 Perikanan
3 Pertambangan dan Penggalian
4 Industri pengolahan
5 Listrik, Gas dan Air
6 Konstruksi
7 Perdagangan besar dan eceran
8 Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum
9 Transportasi, pergudangan dan komunikasi
10 Perantara keuangan
11 Real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan
12 Administrasi Pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib
13 Jasa pendidikan
14 Jasa kesehatan dan kegiatan sosial
15 Jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan dan perorangan lainnya
16 Jasa perorangan yang melayani rumah tangga
17 Badan internasional dan badan ekstra internasional lainnya
18 Kegiatan yang belum jelas batasannya
19 Bukan Lapangan Usaha
20 Lainnya
Total
Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya
1 Pertanian, perburuan dan Kehutanan
2 Perikanan
3 Pertambangan dan Penggalian
4 Industri pengolahan
5 Listrik, Gas dan Air
6 Konstruksi
7 Perdagangan besar dan eceran
8 Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum
9 Transportasi, pergudangan dan komunikasi
10 Perantara keuangan
11 Real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan
12 Administrasi Pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib
13 Jasa pendidikan
14 Jasa kesehatan dan kegiatan sosial
15 Jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan dan perorangan lainnya
16 Jasa perorangan yang melayani rumah tangga
17 Badan internasional dan badan ekstra internasional lainnya
18 Kegiatan yang belum jelas batasannya
19 Bukan Lapangan Usaha
20 Lainnya
Total
365
16 Lanjutan Lampiran 2
Tabel 2.5.b. Pengungkapan Tagihan dan Pencadangan Berdasarkan Sektor Ekonomi - Bank secara
Konsolidasi dengan Perusahaan Anak
secara individual.
c. CKPN Kolektif adalah penyisihan yang dibentuk untuk aset keuangan yang penurunan nilainya dievaluasi
secara kolektif, yaitu aset keuangan yang penurunan nilainya tidak dievaluasi secara individual dan/atau
dievaluasi secara individual namun tidak terdapat bukti obyektif penurunan nilai.
d. Pembentukan (pemulihan) lainnya dilaporkan antara lain untuk selisih penjabaran valuta asing.
Tabel 2.6.a. Pengungkapan Rincian Mutasi Cadangan Kerugian Penurunan Nilai - Bank secara Individual
(dalam jutaan rupiah)
Posisi Tanggal Laporan Tahun
Posisi Tanggal Laporan
No. Keterangan Sebelumnya
CKPN Individual CKPN Kolektif CKPN Individual CKPN Kolektif
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Saldo awal CKPN
2 Pembentukan (pemulihan) CKPN pada periode berjalan (Net)
2.a Pembentukan CKPN pada periode berjalan
2.b Pemulihan CKPN pada periode berjalan
3 CKPN yang digunakan untuk melakukan hapus buku atas tagihan pada peride berjalan
4 Pembentukan (pemulihan) lainnya pada periode berjalan
367
18
Lanjutan Lampiran 2
Tabel 2.6.b. Pengungkapan Rincian Mutasi Cadangan Kerugian Penurunan Nilai - Bank secara Konsolidasi
dengan Perusahaan Anak
(dalam jutaan rupiah)
Posisi Tanggal Laporan Tahun
Posisi Tanggal Laporan
No. Keterangan Sebelumnya
CKPN Individual CKPN Kolektif CKPN Individual CKPN Kolektif
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Saldo awal CKPN
2 Pembentukan (pemulihan) CKPN pada periode berjalan (Net)
2.a Pembentukan CKPN pada periode berjalan
2.b Pemulihan CKPN pada periode berjalan
3 CKPN yang digunakan untuk melakukan hapus buku atas tagihan pada peride berjalan
4 Pembentukan (pemulihan) lainnya pada periode berjalan
8. Pedoman Pengisian Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Kategori Portofolio dan Skala Peringkat
a. Pengungkapan tagihan bersih dilakukan untuk eksposur aset dalam neraca, eksposur pada transaksi
rekening administratif (TRA) dan eksposur yang menimbulkan risiko kredit akibat kegagalan pihak lawan
(counterparty credit risk).
b. Penetapan kategori portofolio dan perhitungan tagihan bersih mengacu pada ketentuan Bank Indonesia
mengenai perhitungan aset tertimbang menurut risiko untuk risiko kredit dengan menggunakan pendekatan
standar. Untuk eksposur di unit usaha syariah mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang berlaku
untuk Bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
c. Lembaga pemeringkat yang diakui dan skala peringkat mengacu pada ketentuan Bank Indonesia mengenai
lembaga pemeringkat dan peringkat yang diakui Bank Indonesia.
368
19
Lanjutan Lampiran 2
Tabel 3.1.a. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Kategori Portofolio dan Skala Peringkat - Bank
secara Individual
(dalam jutaan rupiah)
Posisi Tanggal Laporan
Tagihan Bersih
Lembaga Pemeringkat Peringkat Jangka panjang Peringkat Jangka Pendek
Standard and Poor's AAA AA+ s.d AA- A+ s.d A- BBB+ s.d BBB- BB+ s.d BB- B+ s.d B- Kurang dari B- A-1 A-2 A-3 Kurang dari A-3
Kategori Portofolio Fitch Rating AAA AA+ s.d AA- A+ s.d A- BBB+ s.d BBB- BB+ s.d BB- B+ s.d B- Kurang dari B- F1+ s.d F1 F2 F3 Kurang dari F3
Moody's Aaa Aa1 s.d Aa3 A1 s.d A3 Baa1 s.d Baa3 Ba1 s.d Ba3 B1 s.d B3 Kurang dari B3 P-1 P-2 P-3 Kurang dari P-3 Tanpa Peringkat Total
PT. Fitch Ratings Indonesia AAA (idn) AA+(idn) s.d AA-(idn) A+(idn) s.d. A-(idn) BBB+(idn) s.d BBB-(idn) BB+(idn) s.d BB-(idn) B+(idn) s.d B-(idn) Kurang dari B-(idn) F1+(idn) s.d F1(idn) F2(idn) F3(idn) Kurang dari F3(idn)
PT ICRA Indonesia [Idr]AAA [Idr]AA+ s.d [Idr]AA- [Idr]A+ s.d [Idr]A- [Idr]BBB+ s.d [Idr]BBB- [Idr]BB+ s.d [Idr]BB- [Idr]B+ s.d [Idr]B- Kurang dari [Idr]B- [Idr]A1+ s.d [Idr]A1 [Idr]A2+ s.d [Idr]A2 [Idr]A3+ s.d [Idr] A3 Kurang dari [Idr]A3
PT Pemeringkat Efek Indonesia idAAA idAA+ s.d idAA- idA+ s.d id A- id BBB+ s.d id BBB- id BB+ s.d id BB- id B+ s.d id B- Kurang dari idB- idA1 idA2 idA3 s.d id A4 Kurang dari idA4
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
1 Tagihan Kepada Pemerintah
2 Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik
Tagihan Kepada Bank Pembangunan
3
Multilateral dan Lembaga Internasional
4 Tagihan Kepada Bank
5 Kredit Beragun Rumah Tinggal
6 Kredit Beragun Properti Komersial
7 Kredit Pegawai/Pensiunan
Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha
8
Kecil dan Portofolio Ritel
9 Tagihan kepada Korporasi
10 Tagihan yang Telah Jatuh Tempo
11 Aset Lainnya
Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila
12
ada)
TOTAL
TOTAL
369
20 Lanjutan Lampiran 2
Tabel 3.1.b. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Kategori Portofolio dan Skala Peringkat - Bank
secara Konsolidasi dengan Perusahaan Anak
(dalam jutaan rupiah)
Posisi Tanggal Laporan
Tagihan Bersih
Lembaga Pemeringkat Peringkat Jangka panjang Peringkat Jangka Pendek
Standard and Poor's AAA AA+ s.d AA- A+ s.d A- BBB+ s.d BBB- BB+ s.d BB- B+ s.d B- Kurang dari B- A-1 A-2 A-3 Kurang dari A-3
Kategori Portofolio Fitch Rating AAA AA+ s.d AA- A+ s.d A- BBB+ s.d BBB- BB+ s.d BB- B+ s.d B- Kurang dari B- F1+ s.d F1 F2 F3 Kurang dari F3
Moody's Aaa Aa1 s.d Aa3 A1 s.d A3 Baa1 s.d Baa3 Ba1 s.d Ba3 B1 s.d B3 Kurang dari B3 P-1 P-2 P-3 Kurang dari P-3 Tanpa Peringkat Total
PT. Fitch Ratings Indonesia AAA (idn) AA+(idn) s.d AA-(idn) A+(idn) s.d. A-(idn) BBB+(idn) s.d BBB-(idn) BB+(idn) s.d BB-(idn) B+(idn) s.d B-(idn) Kurang dari B-(idn) F1+(idn) s.d F1(idn) F2(idn) F3(idn) Kurang dari F3(idn)
PT ICRA Indonesia [Idr]AAA [Idr]AA+ s.d [Idr]AA- [Idr]A+ s.d [Idr]A- [Idr]BBB+ s.d [Idr]BBB- [Idr]BB+ s.d [Idr]BB- [Idr]B+ s.d [Idr]B- Kurang dari [Idr]B- [Idr]A1+ s.d [Idr]A1 [Idr]A2+ s.d [Idr]A2 [Idr]A3+ s.d [Idr] A3 Kurang dari [Idr]A3
PT Pemeringkat Efek Indonesia idAAA idAA+ s.d idAA- idA+ s.d id A- id BBB+ s.d id BBB- id BB+ s.d id BB- id B+ s.d id B- Kurang dari idB- idA1 idA2 idA3 s.d id A4 Kurang dari idA4
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
1 Tagihan Kepada Pemerintah
2 Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik
Tagihan Kepada Bank Pembangunan
3
Multilateral dan Lembaga Internasional
4 Tagihan Kepada Bank
5 Kredit Beragun Rumah Tinggal
6 Kredit Beragun Properti Komersial
7 Kredit Pegawai/Pensiunan
Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha
8
Kecil dan Portofolio Ritel
9 Tagihan kepada Korporasi
10 Tagihan yang Telah Jatuh Tempo
11 Aset Lainnya
Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila
12
ada)
TOTAL
TOTAL
370
21
Lanjutan Lampiran 2
9. Pedoman Pengisian Pengungkapan Risiko Kredit Pihak Lawan (Counterparty Credit Risk)
a. Risiko kredit akibat kegagalan pihak lawan, antara lain timbul dari transaksi derivative over the counter (OTC)
dan transaksi repo/reverse repo, baik atas posisi Trading Book maupun Banking Book.
b. Perhitungan risiko kredit akibat kegagalan pihak lawan mengacu pada ketentuan Bank Indonesia mengenai
perhitungan aset tertimbang menurut risiko untuk risiko kredit dengan menggunakan pendekatan standar.
371
22
Lanjutan Lampiran 2
Tabel 3.2.b.1. Pengungkapan Risiko Kredit Pihak Lawan: Transaksi Repo - Bank secara Individual
(dalam jutaan rupiah)
Posisi Tanggal Laporan Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Tagihan Kepada Pemerintah
2 Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik
Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral
3
dan Lembaga Internasional
4 Tagihan Kepada Bank
Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan
5
Portofolio Ritel
6 Tagihan kepada Korporasi
7 Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada)
Total
Tabel 3.2.b.2. Pengungkapan Risiko Kredit Pihak Lawan: Transaksi Repo - Bank secara Konsolidasi
dengan Perusahaan Anak
(dalam jutaan rupiah)
Posisi Tanggal Laporan Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Tagihan Kepada Pemerintah
2 Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik
Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral
3
dan Lembaga Internasional
4 Tagihan Kepada Bank
Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan
5
Portofolio Ritel
6 Tagihan kepada Korporasi
7 Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada)
Total
372
23
Lanjutan Lampiran 2
Tabel 3.2.c.1. Pengungkapan Risiko Kredit Pihak Lawan: Transaksi Reverse Repo - Bank secara Individual
(dalam jutaan rupiah)
Posisi Tanggal Laporan Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya
Kategori Portofolio Tagihan Bersih ATMR setelah Tagihan Bersih ATMR setelah
No. Tagihan Bersih Nilai MRK Tagihan Bersih Nilai MRK
setelah MRK MRK setelah MRK MRK
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Tagihan Kepada Pemerintah
2 Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik
Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral
3
dan Lembaga Internasional
4 Tagihan Kepada Bank
Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan
5
Portofolio Ritel
6 Tagihan kepada Korporasi
7 Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada)
Total
Tabel 3.2.c.2. Pengungkapan Risiko Kredit Pihak Lawan: Transaksi Reverse Repo - Bank secara
Konsolidasi dengan Perusahaan Anak
(dalam jutaan rupiah)
Posisi Tanggal Laporan Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya
Kategori Portofolio Tagihan Bersih ATMR setelah Tagihan Bersih ATMR setelah
No. Tagihan Bersih Nilai MRK Tagihan Bersih Nilai MRK
setelah MRK MRK setelah MRK MRK
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Tagihan Kepada Pemerintah
2 Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik
Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral
3
dan Lembaga Internasional
4 Tagihan Kepada Bank
Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan
5
Portofolio Ritel
6 Tagihan kepada Korporasi
7 Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada)
Total
373
24
Lanjutan Lampiran 2
10. Pedoman Pengisian Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Bobot Risiko setelah Memperhitungkan
Dampak Mitigasi Risiko Kredit
a. Pengungkapan tagihan bersih dilakukan untuk eksposur aset dalam neraca, eksposur pada transaksi
rekening administratif (TRA), dan eksposur yang menimbulkan risiko kredit akibat kegagalan pihak lawan
untuk risiko kredit dengan menggunakan pendekatan standar. Untuk eksposur di unit usaha syariah
mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang berlaku untuk Bank yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah.
c. Khusus untuk eksposur di unit usaha syariah, apabila tidak dapat digolongkan ke dalam kolom bobot
risiko yang tersedia maka dimasukkan ke dalam kolom Lainnya.
d. Beban modal adalah hasil perkalian ATMR dengan rasio minimum KPMM sesuai ketentuan Bank Indonesia
mengenai kewajiban penyediaan modal minimum.
e. Contoh pengisian:
Bank memiliki tagihan yang tergolong dalam kategori portofolio Tagihan kepada Korporasi sebesar Rp100
miliar. Tagihan tidak memiliki peringkat sehingga dikenakan bobot risiko sebesar 100%. Sebagian dari
tagihan dimaksud (Rp30 miliar) dijamin dengan agunan tunai (cash collateral) yang memiliki bobot risiko
0%. Pengisian pada baris Tagihan kepada Korporasi dilakukan sebagai berikut: Rp70 miliar dimasukkan
dalam kolom bobot risiko 100%, dan Rp30 miliar dimasukkan dalam kolom bobot risiko 0%.
374
25
Lanjutan Lampiran 2
Tabel 4.1.a. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Bobot Risiko Setelah Memperhitungkan Dampak
Mitigasi Risiko Kredit - Bank secara Individual
(dalam jutaan rupiah)
Posisi Tanggal Laporan Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya
Tagihan Bersih Setelah Memperhitungkan Dampak Mitigasi Risiko Kredit Beban Tagihan Bersih Setelah Memperhitungkan Dampak Mitigasi Risiko Kredit Beban
No. Kategori Portofolio ATMR ATMR
Modal Modal
0% 20% 35% 40% 45% 50% 75% 100% 150% Lainnya 0% 20% 35% 40% 45% 50% 75% 100% 150% Lainnya
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26)
A Eksposur Neraca
1 Tagihan Kepada Pemerintah
2 Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik
3 Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional
4 Tagihan Kepada Bank
5 Kredit Beragun Rumah Tinggal
6 Kredit Beragun Properti Komersial
7 Kredit Pegawai/Pensiunan
8 Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel
9 Tagihan kepada Korporasi
10 Tagihan yang Telah Jatuh Tempo
11 Aset Lainnya
12 Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada)
Total Eksposur Neraca
B Eksposur Kewajiban Komitmen/Kontinjensi pd Transaksi Rekening Administratif
1 Tagihan Kepada Pemerintah
2 Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik
3 Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional
4 Tagihan Kepada Bank
5 Kredit Beragun Rumah Tinggal
6 Kredit Beragun Properti Komersial
7 Kredit Pegawai/Pensiunan
8 Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel
9 Tagihan kepada Korporasi
10 Tagihan yang Telah Jatuh Tempo
11 Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada)
Total Eksposur TRA
C Eksposur akibat Kegagalan Pihak Lawan (Counterparty Credit Risk)
1 Tagihan Kepada Pemerintah
2 Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik
3 Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional
4 Tagihan Kepada Bank
5 Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel
6 Tagihan kepada Korporasi
7 Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada)
Total Eksposur Counterparty Credit Risk
375
26 Lanjutan Lampiran 2
Tabel 4.1.b. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Bobot Risiko Setelah Memperhitungkan Dampak
Mitigasi Risiko Kredit - Bank secara Konsolidasi dengan Perusahaan Anak
376
27 Lanjutan Lampiran 2
11. Pedoman Pengisian Pengungkapan Tagihan Bersih dan Teknik Mitigasi Risiko Kredit
a. Penetapan kategori portofolio, perhitungan tagihan bersih dan kriteria teknik mitigasi risiko kredit yang
dapat digunakan mengacu pada ketentuan Bank Indonesia mengenai perhitungan aset tertimbang menurut
risiko untuk risiko kredit dengan menggunakan pendekatan standar. Untuk eksposur di unit usaha syariah
mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang berlaku untuk Bank yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah.
b. Khusus untuk eksposur di unit usaha syariah, apabila tidak dapat digolongkan ke dalam kolom teknik
377
28 Lanjutan Lampiran 2
Tabel 4.2.a. Pengungkapan Tagihan Bersih dan Teknik Mitigasi Risiko Kredit - Bank secara Individual
(dalam jutaan rupiah)
Posisi Tanggal Laporan Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya
Bagian Yang Dijamin Dengan Bagian Yang Dijamin Dengan
No. Kategori Portofolio Tagihan Bagian Yang Tagihan Bagian Yang Tidak
Asuransi Asuransi
Bersih Agunan Garansi Lainnya Tidak Dijamin Bersih Agunan Garansi Lainnya Dijamin
Kredit Kredit
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) = (3)-[(4)+(5)+(6)+(7)] (9) (10) (11) (12) (13) (14) = (9)-[(10)+(11)+(12)+(13)]
A Eksposur Neraca
1 Tagihan Kepada Pemerintah
2 Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik
3 Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional
4 Tagihan Kepada Bank
5 Kredit Beragun Rumah Tinggal
6 Kredit Beragun Properti Komersial
7 Kredit Pegawai/Pensiunan
8 Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel
9 Tagihan kepada Korporasi
10 Tagihan yang Telah Jatuh Tempo
11 Aset Lainnya
12 Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada)
Total Eksposur Neraca
Total (A+B+C)
378
29 Lanjutan Lampiran 2
Tabel 4.2.b. Pengungkapan Tagihan Bersih dan Teknik Mitigasi Risiko Kredit - Bank secara Konsolidasi
dengan Perusahaan Anak
(dalam jutaan rupiah)
Posisi Tanggal Laporan Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya
Bagian Yang Dijamin Dengan Bagian Yang Dijamin Dengan
No. Kategori Portofolio Tagihan Bagian Yang Tagihan Bagian Yang Tidak
Asuransi Asuransi
Bersih Agunan Garansi Lainnya Tidak Dijamin Bersih Agunan Garansi Lainnya Dijamin
Kredit Kredit
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) = (3)-[(4)+(5)+(6)+(7)] (9) (10) (11) (12) (13) (14) = (9)-[(10)+(11)+(12)+(13)]
A Eksposur Neraca
1 Tagihan Kepada Pemerintah
2 Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik
3 Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional
4 Tagihan Kepada Bank
5 Kredit Beragun Rumah Tinggal
6 Kredit Beragun Properti Komersial
7 Kredit Pegawai/Pensiunan
8 Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel
9 Tagihan kepada Korporasi
10 Tagihan yang Telah Jatuh Tempo
11 Aset Lainnya
12 Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada)
Total Eksposur Neraca
Total (A+B+C)
379
30 Lanjutan Lampiran 2
penetapan bobot risiko mengacu pada ketentuan Bank Indonesia mengenai perhitungan aset tertimbang
menurut risiko untuk risiko kredit dengan menggunakan pendekatan standar.
380
31
Lanjutan Lampiran 2
Tabel 5.1.b. Pengungkapan Transaksi Sekuritisasi - Bank secara Konsolidasi dengan Perusahaan Anak
(dalam jutaan rupiah)
Posisi Tanggal Laporan Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya
Nilai aset yang disekuritisasi yang Nilai aset yang disekuritisasi yang
Laba/Rugi dari Laba/Rugi dari
No. Eksposur Sekuritisasi Nilai aset yg mengalami penurunan nilai Pengurang Nilai aset yg mengalami penurunan nilai Pengurang
aktivitas ATMR aktivitas ATMR
disekuritisasi Telah jatuh Belum Jatuh Modal disekuritisasi Telah jatuh Belum Jatuh Modal
sekuritisasi sekuritisasi
tempo Tempo tempo Tempo
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
1 Bank bertindak sebagai Kreditur Asal
- Jenis eksposur (contoh: tagihan beragun rumah tinggal)
13. Pedoman Pengisian Pengungkapan Ringkasan Aktivitas Transaksi Sekuritisasi dimana Bank Bertindak
sebagai Kreditur Asal
a. Penetapan kategori portofolio mengacu pada ketentuan Bank Indonesia mengenai perhitungan aset
tertimbang menurut risiko untuk risiko kredit dengan menggunakan pendekatan standar. Untuk eksposur
di unit usaha syariah mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang berlaku untuk Bank yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
381
32 Lanjutan Lampiran 2
b. Transaksi sekuritisasi dimana Bank bertindak sebagai kreditur asal mengacu pada ketentuan Bank
Indonesia yang mengatur mengenai prinsip kehati-hatian dalam aktivitas sekuritisasi aset bagi bank
umum. Kolom Nilai Aset yang Disekuritisasi diisi dengan nilai aset yang dialihkan sebesar nilai tercatat
aset di neraca pada tanggal pengalihan. Kolom Keuntungan (Kerugian) Penjualan diisi dengan selisih antara
Tabel 5.2.a. Pengungkapan Ringkasan Aktivitas Transaksi Sekuritisasi Bank Bertindak Sebagai Kreditur
382
33 Lanjutan Lampiran 2
Tabel 5.2.b. Pengungkapan Ringkasan Aktivitas Transaksi Sekuritisasi Bank Bertindak Sebagai Kreditur
Asal - Bank secara Konsolidasi dengan Perusahaan Anak
14. Pedoman Pengisian Pengungkapan Perhitungan ATMR Risiko Kredit dengan Menggunakan Pendekatan
Standar
Perhitungan ATMR risiko kredit mengacu pada ketentuan Bank Indonesia mengenai perhitungan aset
tertimbang menurut risiko untuk risiko kredit dengan menggunakan pendekatan standar.
383
34 Lanjutan Lampiran 2
384
35 Lanjutan Lampiran 2
Tabel 6.1.3. Pengungkapan Eksposur yang Menimbulkan Risiko Kredit akibat Kegagalan Pihak Lawan
(Counterparty Credit Risk)
(dalam jutaan rupiah)
Posisi Tanggal Laporan Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya
Tabel 6.1.4. Pengungkapan Eksposur yang Menimbulkan Risiko Kredit akibat Kegagalan Setelmen
(settlement risk)
385
36 Lanjutan Lampiran 2
386
37 Lanjutan Lampiran 2
Perhitungan ATMR Risiko Kredit Pendekatan Standar - Bank secara Konsolidasi dengan Perusahaan Anak
Tabel 6.2.1. Pengungkapan Eksposur Aset di Neraca
(dalam jutaan rupiah)
Posisi Tanggal Laporan Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya
ATMR Sebelum ATMR Setelah ATMR Sebelum ATMR Setelah
No Kategori Portofolio Tagihan Bersih Tagihan Bersih
MRK MRK MRK MRK
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Tagihan Kepada Pemerintah
2. Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik
3. Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional
4. Tagihan Kepada Bank
5. Kredit Beragun Rumah Tinggal
6. Kredit Beragun Properti Komersial
7. Kredit Pegawai/Pensiunan
8. Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel
9. Tagihan Kepada Korporasi
10. Tagihan Yang Telah Jatuh Tempo
11. Aset Lainnya
TOTAL
387
38 Lanjutan Lampiran 2
Tabel 6.2.3. Pengungkapan Eksposur yang Menimbulkan Risiko Kredit akibat Kegagalan Pihak Lawan
(Counterparty Credit Risk)
Tabel 6.2.4. Pengungkapan Eksposur yang Menimbulkan Risiko Kredit akibat Kegagalan Setelmen
(settlement risk)
388
39 Lanjutan Lampiran 2
Tabel 6.2.6. Pengungkapan Eksposur di Unit Usaha Syariah dan/atau Perusahaan Anak yang Melakukan
Kegiatan Usaha berdasarkan Prinsip Syariah (apabila ada)
(dalam jutaan rupiah)
Posisi Tanggal Laporan Tahun
Posisi Tanggal Laporan
Sebelumnya
Faktor Pengurang Faktor Pengurang
No Jenis Transaksi ATMR ATMR
Modal Modal
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Total Eksposur
389
40
Lanjutan Lampiran 2
Total
*) Untuk bank yang memiliki perusahaan anak yang memiliki eksposur risiko dimaksud
16. Pedoman Pengisian Pengungkapan Risiko Pasar dengan Model Internal (Value at Risk/VaR)
a. Perhitungan risiko pasar mengacu pada ketentuan Bank Indonesia mengenai penggunaan model internal
dalam perhitungan KPMM bank umum dengan memperhitungkan risiko pasar.
b. Rata-rata VaR merupakan perhitungan rata-rata VaR harian selama periode laporan.
c. Maksimum VaR merupakan angka VaR tertinggi selama periode laporan.
d. Minimum VaR merupakan angka VaR terendah selama periode laporan.
e. VaR akhir periode merupakan angka VaR pada akhir periode laporan.
390
41 Lanjutan Lampiran 2
Tabel 7.2.a Pengungkapan Risiko Pasar Dengan Menggunakan Model Internal (Value at Risk/VaR) - Bank
secara Individual
(dalam jutaan rupiah)
Posisi Tanggal Laporan Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya
No. Jenis Risiko VaR Rata- VaR VaR VaR Akhir VaR Rata- VaR VaR VaR Akhir
Rata Maksimum Minimum Periode Rata Maksimum Minimum Periode
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (8) (9) (10) (11)
1 Risiko Suku Bunga
2 Risiko Nilai Tukar
3 Risiko Option
Total
Tabel 7.2.b Pengungkapan Risiko Pasar Dengan Menggunakan Model Internal (Value at Risk/VaR) - Bank
Total
391
42 Lanjutan Lampiran 2
Total
Tabel 8.1.b. Pengungkapan Kuantitatif Risiko Operasional - Bank secara Konsolidasi dengan Perusahaan
Anak
Total
392
43 Lanjutan Lampiran 2
B. Kewajiban
1. Dana Pihak Ketiga
2. Kewajiban pada Bank Indonesia
3. Kewajiban pada bank lain
4. Surat Berharga yang Diterbitkan
5. Pinjaman yang Diterima
6. Kewajiban lainnya
7. Lain-lain
Total Kewajiban
II REKENING ADMINISTRATIF
A. Tagihan Rekening Administratif
1. Komitmen
2. Kontijensi
Total Tagihan Rekening Administratif
Selisih [(IA-IB)+(IIA-IIB)]
Selisih Kumulatif
393
44 Lanjutan Lampiran 2
Tabel 9.1.b. Pengungkapan Profil Maturitas Rupiah - Bank secara Konsolidasi dengan Perusahaan Anak
(dalam jutaan rupiah)
Posisi Tanggal Laporan Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya
Tabel 9.2.a. Pengungkapan Kuantitatif Profil Maturitas Valas - Bank secara IndividualJatuh Tempo
Jatuh Tempo
No. Pos-pos Saldo > 1 bln s.d. 3 > 3 bln s.d. 6 > 6 bln s.d. Saldo > 1 bln s.d. 3 > 3 bln s.d. 6 > 6 bln s.d.
< 1 bulan > 12 bulan < 1 bulan > 12 bulan
bln bln 12 bln bln bln 12 bln
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
I NERACA
A Aset
1. Kas
2. Penempatan pada Bank Indonesia
3. Penempatan pada bank lain
4. Surat Berharga
5. Kredit yang diberikan
6. Tagihan lainnya
7. Lain-lain
Total Aset
B. Kewajiban
1. Dana Pihak Ketiga
2. Kewajiban pada Bank Indonesia
3. Kewajiban pada bank lain
4. Surat Berharga yang Diterbitkan
5. Pinjaman yang Diterima
6. Kewajiban lainnya
7. Lain-lain
Total Kewajiban
II REKENING ADMINISTRATIF
A. Tagihan Rekening Administratif
1. Komitmen
2. Kontijensi
Total Tagihan Rekening Administratif
Selisih [(IA-IB)+(IIA-IIB)]
Selisih Kumulatif
394
45
Lanjutan Lampiran 2
B. Kewajiban
1. Dana Pihak Ketiga
2. Kewajiban pada Bank Indonesia
3. Kewajiban pada bank lain
4. Surat Berharga yang Diterbitkan
5. Pinjaman yang Diterima
6. Kewajiban lainnya
7. Lain-lain
Total Kewajiban
II REKENING ADMINISTRATIF
A. Tagihan Rekening Administratif
1. Komitmen
2. Kontijensi
Total Tagihan Rekening Administratif
Selisih [(IA-IB)+(IIA-IIB)]
Selisih Kumulatif
395
46 Lanjutan Lampiran 2
Tabel 9.2.b. Pengungkapan Profil Maturitas Valas - Bank secara Konsolidasi dengan Perusahaan Anak
(dalam jutaan rupiah)
Posisi Tanggal Laporan Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya
Jatuh Tempo Jatuh Tempo
No. Pos-pos Saldo > 1 bln s.d. 3 > 3 bln s.d. 6 > 6 bln s.d. Saldo > 1 bln s.d. 3 > 3 bln s.d. 6 > 6 bln s.d.
< 1 bulan > 12 bulan < 1 bulan > 12 bulan
bln bln 12 bln bln bln 12 bln
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
I NERACA
A Aset
1. Kas
2. Penempatan pada Bank Indonesia
3. Penempatan pada bank lain
4. Surat Berharga
5. Kredit yang diberikan
6. Tagihan lainnya
7. Lain-lain
Total Aset
B. Kewajiban
1. Dana Pihak Ketiga
2. Kewajiban pada Bank Indonesia
3. Kewajiban pada bank lain
4. Surat Berharga yang Diterbitkan
5. Pinjaman yang Diterima
6. Kewajiban lainnya
7. Lain-lain
Total Kewajiban
II REKENING ADMINISTRATIF
A. Tagihan Rekening Administratif
1. Komitmen
2. Kontijensi
Total Tagihan Rekening Administratif
Selisih [(IA-IB)+(IIA-IIB)]
Selisih Kumulatif
KEPALA DEPARTEMEN
PENELITIAN DAN PENGATURAN PERBANKAN
MULYA E. SIREGAR
396
Lampiran 3
397
Lanjutan Lampiran 3
398
Lampiran 3a
Lampiran 1a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011
Bank :
Tanggal :
ASET
1. Kas
2. Penempatan pada Bank Indonesia
3. Penempatan pada bank lain
4. Tagihan spot dan derivatif
5. Surat berharga
a. Diukur pada nilai wajar melalui laporan laba/rugi
b. Tersedia untuk dijual
c. Dimiliki hingga jatuh tempo
d. Pinjaman yang diberikan dan piutang
6. Surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali (repo )
7. Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo )
8. Tagihan akseptasi
9. Kredit
a. Diukur pada nilai wajar melalui laporan laba/rugi
b. Tersedia untuk dijual
c. Dimiliki hingga jatuh tempo
d. Pinjaman yang diberikan dan piutang
10. Pembiayaan syariah 1)
11. Penyertaan
12. Cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan -/-
a. Surat berharga
b. Kredit
c. Lainnya
13. Aset tidak berwujud
Akumulasi amortisasi aset tidak berwujud -/-
14. Aset tetap dan inventaris
Akumulasi penyusutan aset tetap dan inventaris -/-
15. Aset non produktif
a. Properti terbengkalai
b. Aset yang diambil alih
c. Rekening tunda
d. Aset antar kantor 2)
i. Melakukan kegiatan operasional di Indonesia
ii. Melakukan kegiatan operasional di luar Indonesia
16. Cadangan kerugian penurunan nilai aset non keuangan -/-
17. Sewa pembiayaan 1)
18. Aset pajak tangguhan
19. Aset lainnya
TOTAL ASET
399 1
Lanjutan Lampiran 3a
Lampiran 1a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011
Bank :
Tanggal :
EKUITAS
17. Modal disetor
a. Modal dasar
b. Modal yang belum disetor -/-
c. Saham yang dibeli kembali (treasury stock ) -/-
18. Tambahan modal disetor
a. Agio
b. Disagio -/-
c. Modal sumbangan
d. Dana setoran modal
e. Lainnya
19. Pendapatan (kerugian) komprehensif lainnya
a. Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing
b. Selisih penilaian kembali aset tetap
c. Lainnya
20. Selisih kuasi reorganisasi 3)
21. Selisih restrukturisasi entitas sepengendali
22. Modal pinjaman
23. Cadangan
a. Cadangan umum
b. Cadangan tujuan
24. Laba/rugi
a. Tahun-tahun lalu
b. Tahun berjalan
TOTAL EKUITAS
Keterangan :
1) : Diisi bagi Bank yang memiliki UUS (Unit Usaha Syariah)
Pembiayaan syariah antara lain meliputi Murabahah - net, Salam, Istishna - net, Qardh,
Pembiayaan, Ijarah - net, Transaksi multijasa - net.
2) : Aset antarkantor dan Liabilitas antarkantor disajikan secara netto dalam Neraca.
3) : Disi hanya sampai PSAK yang terkait berlaku
WIMBOH SANTOSO
400 2
Lampiran 4
401
Lanjutan Lampiran 4
402
Lampiran 2a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 Lampiran 4a
Bank :
Periode :
403 1
Lanjutan Lampiran 4a
Lampiran 2a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011
Bank :
Periode :
Pajak Penghasilan
a. Taksiran pajak tahun berjalan
b. Pendapatan (beban) pajak tangguhan
*) Diisi untuk kerugian yang sudah terjadi maupun pasti akan terjadi loss dalam jumlah tertentu
**) Diisi hanya untuk Kantor Cabang Bank Asing, apabila ada
WIMBOH SANTOSO
404 2
Lampiran 5
LAMPIRAN 3
SURAT EDARAN BANK INDONESIA
NOMOR 13/30 /DPNP TANGGAL 16 DESEMBER 2011
PERIHAL
PERUBAHAN KETIGA ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 3/30/DPNP
TANGGAL 14 DESEMBER 2001 PERIHAL LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI
TRIWULANAN DAN BULANAN BANK UMUM SERTA LAPORAN TERTENTU YANG
DISAMPAIKAN KEPADA BANK INDONESIA
Bank :
Tanggal :
I TAGIHAN KOMITMEN
1. Fasilitas pinjaman yang belum ditarik
a. Rupiah
b. Valuta asing
2. Posisi pembelian spot dan derivatif yang masih berjalan
3. Lainnya
II KEWAJIBAN KOMITMEN
1. Fasilitas kredit kepada nasabah yang belum ditarik
a. BUMN
i. Committed
- Rupiah
- Valuta asing
ii. Uncommitted
- Rupiah
- Valuta asing
b. Lainnya
i. Committed
ii. Uncommitted
2. Fasilitas kredit kepada bank lain yang belum ditarik
a. Committed
i. Rupiah
ii. Valuta asing
b. Uncommitted
i. Rupiah
ii. Valuta asing
3. Irrevocable L/C yang masih berjalan
a. L/C luar negeri
b. L/C dalam negeri
4. Posisi penjualan spot dan derivatif yang masih berjalan
5. Lainnya
405
Lampiran 5a
Lampiran 3 a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011
I TAGIHAN KOMITMEN
1. Fasilitas pinjaman yang belum ditarik
a. Rupiah
b. Valuta asing
2. Posisi pembelian spot dan derivatif yang masih berjalan
3. Lainnya
II KEWAJIBAN KOMITMEN
1. Fasilitas kredit kepada nasabah yang belum ditarik
a. BUMN
i. Committed
- Rupiah
- Valuta asing
ii. Uncommitted
- Rupiah
- Valuta asing
b. Lainnya
i. Committed
ii. Uncommitted
2. Fasilitas kredit kepada bank lain yang belum ditarik
a. Committed
i. Rupiah
ii. Valuta asing
b. Uncommitted
i. Rupiah
ii. Valuta asing
3. Irrevocable L/C yang masih berjalan
a. L/C luar negeri
b. L/C dalam negeri
4. Posisi penjualan spot dan derivatif yang masih berjalan
5. Lainnya
1
406
Lanjutan Lampiran 5a
Lampiran 3 a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011
WIMBOH SANTOSO
2
407
LAMPIRAN 4 Lampiran 6
SURAT EDARAN BANK INDONESIA
NOMOR 13/30/DPNP TANGGAL 16 DESEMBER 2011
PERIHAL
PERUBAHAN KETIGA ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 3/30/DPNP
TANGGAL 14 DESEMBER 2001 PERIHAL LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI
TRIWULANAN DAN BULANAN BANK UMUM SERTA LAPORAN TERTENTU YANG
DISAMPAIKAN KEPADA BANK INDONESIA
Bank :
Tanggal :
2 Forward
3 Option
a. Jual
b. Beli
4 Future
5 Swap
6 Lainnya
2 Option
a. Jual
b. Beli
3 Future
4 Swap
5 Lainnya
C. Lainnya
JUMLAH
WIMBOH SANTOSO
408
LAMPIRAN 5 Lampiran 7
SURAT EDARAN BANK INDONESIA
NOMOR 13/30 /DPNP TANGGAL 16 DESEMBER 2011
PERIHAL
PERUBAHAN KETIGA ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 3/30/DPNP TANGGAL 14 DESEMBER 2001
PERIHAL LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI TRIWULANAN DAN BULANAN BANK UMUM SERTA LAPORAN
TERTENTU YANG DISAMPAIKAN KEPADA BANK INDONESIA
Bank :
Tanggal :
3. Surat berharga
a. Rupiah
b. Valuta asing
6. Tagihan akseptasi
7. Kredit
a. Debitur Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM)
i. Rupiah
ii. Valuta asing
b. Bukan debitur UMKM
i. Rupiah
ii. Valuta asing
c. Kredit yang direstrukturisasi
i. Rupiah
ii. Valuta asing
d. Kredit properti
8. Penyertaan
3. Surat berharga
a. Rupiah
b. Valuta asing
6. Tagihan Akseptasi
4091
LAMPIRAN 5
Lanjutan Lampiran 7
SURAT EDARAN BANK INDONESIA
NOMOR 13/30 /DPNP TANGGAL 16 DESEMBER 2011
PERIHAL
PERUBAHAN KETIGA ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 3/30/DPNP TANGGAL 14 DESEMBER 2001
PERIHAL LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI TRIWULANAN DAN BULANAN BANK UMUM SERTA LAPORAN
TERTENTU YANG DISAMPAIKAN KEPADA BANK INDONESIA
Bank :
Tanggal :
8. Penyertaan
8. Lainnya
a. Penerusan kredit
b. Penyaluran dana Mudharabah Muqayyadah
c. Aset produktif yang dihapus buku
d. Aset produktif dihapusbuku yang
dipulihkan/berhasil ditagih
e. Aset produktif yang dihapus tagih
3. Surat berharga
6. Tagihan akseptasi
7. Kredit
8. Penyertaan
4102
Lampiran 5a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 Lampiran 7a
Bank :
Tanggal :
3. Surat berharga
a. Rupiah
b. Valuta asing
6. Tagihan akseptasi
7. Kredit
a. Debitur Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM)
i. Rupiah
ii. Valuta asing
b. Bukan debitur UMKM
i. Rupiah
ii. Valuta asing
c. Kredit yang direstrukturisasi
i. Rupiah
ii. Valuta asing
d. Kredit properti
8. Penyertaan
411
Lampiran 5a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 Lanjutan Lampiran 7a
Bank :
Tanggal :
3. Surat berharga
6. Tagihan akseptasi
7. Kredit
8. Penyertaan
WIMBOH SANTOSO
412
Lampiran 8.1
413
Lanjutan Lampiran 8.1
414
Lampiran 8.a.1
415
Lampiran 8.2
416
Lampiran 8.a.2
Lampiran 6.a.2 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 1 Desember 2011
Bank :
Tanggal :
I. KOMPONEN MODAL
1. Dana Usaha
1.1 Dana usaha
1.2 Modal disetor
2. Cadangan
2.1 Cadangan umum
2.2 Cadangan tujuan
3. Laba (rugi) tahun-tahun lalu yang dapat diperhitungkan (100%)
4. Laba (rugi) tahun berjalan yang dapat diperhitungkan (50%)
5. Dana setoran modal
6. Pendapatan komprehensif lainnya : kerugian berasal dari penurunan penyertaan dalam kelompok
tersedia utk dijual (100%)
7. Pendapatan komprehensif lainnya : keuntungan berasal dari peningkatan penyertaan dalam kelompok
tersedia utk dijual (45%)
8. Revaluasi aset tetap (45%)
9. Selisih kurang antara PPA dan cadangan kerugian penurunan nilai atas aset produktif
10. Penyisihan Penghapusan Aset (PPA) atas aset non produktif yang wajib dihitung
11. Selisih kurang jumlah penyesuaian nilai wajar dari instrumen keuangan dalam trading book
12. Cadangan umum aset produktif (maks. 1,25% dari ATMR)
13. Faktor pengurang modal
Eksposur sekuritisasi
II. MODAL BANK ASING ( Jumlah 1 s.d 12 - 13 )
III. ASET TERTIMBANG MENURUT RISIKO (ATMR) UNTUK RISIKO KREDIT *)
IV. ASET TERTIMBANG MENURUT RISIKO (ATMR) UNTUK RISIKO OPERASIONAL
V. ASET TERTIMBANG MENURUT RISIKO (ATMR) UNTUK RISIKO PASAR
VI. RASIO KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM UNTUK RISIKO KREDIT, RISIKO
OPERASIONAL DAN RISIKO PASAR [II : (III + IV + V)]
*) Setelah dikurangi ATMR untuk Risiko Kredit atas seluruh surat berharga dalam Trading Book yang telah diperhitungkan Risiko Pasar
(Risiko Spesifik) untuk posisi Desember 2011
WIMBOH SANTOSO
417
Lampiran 9
LAMPIRAN 7
SURAT EDARAN BANK INDONESIA
NOMOR 13/30/DPNP TANGGAL 16 DESEMBER 2011
PERIHAL
PERUBAHAN KETIGA ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA
NOMOR 3/30/DPNP TANGGAL 14 DESEMBER 2001 PERIHAL
LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI TRIWULANAN DAN BULANAN
BANK UMUM SERTA LAPORAN TERTENTU YANG DISAMPAIKAN
KEPADA BANK INDONESIA
(dalam %)
Posisi Tanggal
Rasio Posisi Tanggal
Laporan Tahun
Laporan
Sebelumnya
Rasio Kinerja
1. Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum (KPMM)
2. Aset produktif bermasalah dan aset
non produktif bermasalah terhadap
total aset produktif dan aset non
produktif
3. Aset produktif bermasalah terhadap
total aset produktif
4. Cadangan Kerugian Penurunan
Nilai (CKPN) aset keuangan
terhadap aset produktif
5. NPL gross
6. NPL net
7. Return on Asset (ROA)
8. Return on Equity (ROE)
9. Net Interest Margin (NIM)
10. Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO)
11. Loan to Deposit Ratio (LDR)
1
418
Lanjutan Lampiran 9
LAMPIRAN 7
SURAT EDARAN BANK INDONESIA
NOMOR 13/30/DPNP TANGGAL 16 DESEMBER 2011
PERIHAL
PERUBAHAN KETIGA ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA
NOMOR 3/30/DPNP TANGGAL 14 DESEMBER 2001 PERIHAL
LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI TRIWULANAN DAN BULANAN
BANK UMUM SERTA LAPORAN TERTENTU YANG DISAMPAIKAN
KEPADA BANK INDONESIA
(dalam %)
Rasio Posisi Tanggal
Posisi Tanggal
Laporan Tahun
Laporan
Sebelumnya
Kepatuhan (Compliance)
1. a. Persentase pelanggaran BMPK
i. Pihak terkait
ii. Pihak tidak terkait
b. Persentase pelampauan BMPK
i. Pihak terkait
ii. Pihak tidak terkait
2. Giro Wajib Minimum (GWM)
a. GWM utama rupiah
b. GWM valuta asing
3. Posisi Devisa Neto (PDN) secara
keseluruhan
WIMBOH SANTOSO
2
419
Lampiran 10
420
LAMPIRAN 8 Lanjutan Lampiran 10
SURAT EDARAN BANK INDONESIA
NOMOR 13/30/DPNP TANGGAL 16 DESEMBER 2011
PERIHAL
PERUBAHAN KETIGA ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 3/30/DPNP TANGGAL 14 DESEMBER
2001 PERIHAL LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI TRIWULANAN DAN BULANAN BANK UMUM SERTA
LAPORAN TERTENTU YANG DISAMPAIKAN KEPADA BANK INDONESIA
Ekuitas
17. Modal disetor 17. Modal disetor
a. Modal dasar a. Modal dasar 421
b. Modal yang belum disetor -/- b. Modal yang belum disetor -/- 422
c. Saham yang dibeli kembali (treasury stock ) -/- c. Saham yang dibeli kembali (treasury stock ) -/- 423
18. Tambahan modal disetor 18. Tambahan modal disetor
a. Agio a. Agio 431
b. Disagio -/- b. Disagio -/- 432
c. Modal sumbangan c. Modal sumbangan 433
d. Dana setoran modal d. Dana setoran modal 455
e. Lainnya e. Lainnya
i. Faktor penambah 453
ii. Faktor pengurang -/- 454
19. Pendapatan (kerugian) komprehensif lainnya 19. Pendapatan (kerugian) komprehensif lainnya
a. Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan a. Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan
d. Selisih penilaian kembali aset tetap d. Selisih penilaian kembali aset tetap 456
e. bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi e. bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi diisi oleh Bank (sebagian dari 440 atau 445)
f. keuntungan (kerugian) aktuarial program manfaat pasti f. keuntungan (kerugian) aktuarial program manfaat pasti diisi oleh Bank (sebagian dari 440 atau 445)
g. pajak penghasilan terkait dengan laba komprehensif lain g. pajak penghasilan terkait dengan laba komprehensif lain diisi oleh Bank (sebagian dari 440 atau 445)
h. lainnya h. Lainnya diisi oleh Bank (sebagian dari 440 atau 445)
20. Selisih kuasi reorganisasi 4) 20. Selisih kuasi reorganisasi Diisi Bank
21. Selisih restrukturisasi entitas sepengendali 5) 21. Selisih restrukturisasi entitas sepengendali 457
22. Ekuitas lainnya 22. Ekuitas lainnya sebagian dari 410 ***)
23. Cadangan 23. Cadangan
a. Cadangan umum a. Cadangan umum 451
b. Cadangan tujuan b. Cadangan tujuan 452
24. Laba/rugi 24. Laba/rugi
a. Tahun-tahun lalu a. Tahun-tahun lalu
i. Laba 461
ii. Rugi -/- 462
b. Tahun berjalan b. Tahun berjalan
i. Laba 465
ii. Rugi -/- 466
TOTAL EKUITAS YANG DAPAT DIATRIBUSIKAN
KEPADA BANK
25. Kepentingan non pengendali 6) 25. Kepentingan minoritas (Minority interest) 398 (LBU Konsolidasi)
TOTAL EKUITAS
Keterangan :
1) : Diisi bagi Bank yang memiliki UUS (Unit Usaha Syariah)
Pembiayaan syariah antara lain meliputi Murabahah - net, Salam, Istishna - net, Qardh, Pembiayaan, Ijarah - net, Transaksi multijasa - net.
2) : Aset antarkantor dan Liabilitas antarkantor disajikan secara netto dalam Neraca.
3) : Diisi pada kolom Bank bagi Bank yang memiliki Unit Usaha Syariah (UUS) dan/atau pada kolom konsolidasi dalam hal
terdapat perusahaan anak yang melakukan kegiatan sewa guna usaha
4) : Disi hanya sampai PSAK yang terkait berlaku
5) : Diisi hanya pada kolom Bank
6) : Diisi hanya pada kolom konsolidasi
*) diisi untuk komponen modal pinjaman yang tidak dapat dimasukkan sebagai pos ekuitas, termasuk bagian dari surat berharga subordinasi yang diterbitkan Bank
(surat berharga subordinasi dengan fitur opsi konversi), yang tidak memenuhi kriteria ekuitas sebagaimana diatur dalam PSAK yang berlaku.
**) diisi untuk komponen modal pinjaman yang dapat diperhitungkan sebagai modal, antara lain pinjaman subordinasi.
***) diisi untuk komponen modal pinjaman yang dapat dimasukkan sebagai pos ekuitas, termasuk bagian dari surat berharga subordinasi yang diterbitkan Bank
(surat berharga subordinasi dengan fitur opsi konversi), yang memenuhi kriteria ekuitas sebagaimana diatur dalam PSAK yang berlaku, dan saham preferen. 421
2
Lampiran 8a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011
Lampiran 10a
PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN POSISI KEUANGAN/NERACA BULANAN
ASET ASET
1. Kas 1. Kas 100
2. Penempatan pada Bank Indonesia 2. Penempatan pada Bank Indonesia 120
3. Penempatan pada bank lain 3. Penempatan pada bank lain 130
4. Tagihan spot dan derivatif 4. Tagihan spot dan derivatif 135
5. Surat berharga 5. Surat berharga
a. Diukur pada nilai wajar melalui laporan laba/rugi a. Diukur pada nilai wajar melalui laporan laba/rugi
i. Diperdagangkan 138
ii. Ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar 139
b. Tersedia untuk dijual b. Tersedia untuk dijual 143
c. Dimiliki hingga jatuh tempo c. Dimiliki hingga jatuh tempo 144
d. Pinjaman yang diberikan dan piutang d. Pinjaman yang diberikan dan piutang 145
6. Surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembalirepo
( ) 6. Surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembalirepo
( ) 160
7. Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali 7. Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual
164
(reverse repo ) kembali (reverse repo )
8. Tagihan akseptasi 8. Tagihan akseptasi 166
9. Kredit 9. Kredit yang diberikan
a. Diukur pada nilai wajar melalui laporan laba/rugi a. Diukur pada nilai wajar melalui laporan laba/rugi
i. Diperdagangkan 168
ii. Ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar 169
b. Tersedia untuk dijual b. Tersedia untuk dijual 172
c. Dimiliki hingga jatuh tempo c. Dimiliki hingga jatuh tempo 173
d. Pinjaman yang diberikan dan piutang d. Pinjaman yang diberikan dan piutang 175
10. Pembiayaan syariah 1) 10. Pembiayaan syariah 174 (LBU Gabungan UUS)
11. Penyertaan 11. Penyertaan 200
12. Cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan -/- 12. Cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan -/-
a. Surat berharga a. Surat berharga yang dimiliki 201
b. Kredit b. Kredit yang diberikan 202
c. Lainnya c. Lainnya 206
13. Aset tidak berwujud 13. Aset tidak berwujud 212
Akumulasi amortisasi aset tidak berwujud -/- Akumulasi amortisasi aset tidak berwujud -/- 213
14. Aset tetap dan inventaris 14. Aset tetap dan inventaris 214
Akumulasi penyusutan aset tetap dan inventaris -/- Akumulasi penyusutan aset tetap dan inventaris -/- 215
15. Aset non produktif 15. Aset non produktif
a. Properti terbengkalai a. Properti terbengkalai 217
b. Aset yang diambil alih b. Aset yang diambil alih 218
c. Rekening tunda c. Rekening tunda 219
d. Aset antar kantor 2) d. Aset antar kantor
i. Melakukan kegiatan operasional di Indonesia i. Melakukan kegiatan operasional di Indonesia 223
ii. Melakukan kegiatan operasional di luar Indonesia ii. Melakukan kegiatan operasional di luar Indonesia 224
16. Cadangan kerugian penurunan nilai aset lainnya -/- 16. Cadangan kerugian penurunan nilai aset lainnya -/- Diisi Bank (sesuai CKPN pada sandi 225)
17. Sewa pembiayaan 1) 17. Sewa pembiayaan 227 (LBU Konsolidasi)
18. Aset pajak tangguhan 18. Aset pajak tangguhan 228
19. Aset Lainnya 19. Rupa-rupa aset 230
TOTAL ASET TOTAL ASET 290
422
10. Surat berharga yang diterbitkan 10. Surat berharga yang diterbitkan 355
1
11. Pinjaman yang diterima 11. Pinjaman yang diterima 360
Lampiran 8a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 Lanjutan Lampiran 10a
PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN POSISI KEUANGAN/NERACA BULANAN
Ekuitas
17. Modal disetor 17. Modal disetor
a. Modal dasar a. Modal dasar 421
b. Modal yang belum disetor -/- b. Modal yang belum disetor -/- 422
c. Saham yang dibeli kembali t(reasury stock ) -/- c. Saham yang dibeli kembali t(reasury stock ) -/- 423
18. Tambahan modal disetor 18. Tambahan modal disetor
a. Agio a. Agio 431
b. Disagio -/- b. Disagio -/- 432
c. Modal sumbangan c. Modal sumbangan 433
d. Dana setoran modal d. Dana setoran modal 455
e. Lainnya e. Lainnya
i. Faktor penambah 453
ii. Faktor pengurang -/- 454
19. Pendapatan (kerugian) komprehensif lainnya 19. Pendapatan (kerugian) komprehensif lainnya
a. Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan a. Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan
Keterangan :
1) : Diisi bagi Bank yang memiliki UUS (Unit Usaha Syariah)
Pembiayaan syariah antara lain meliputi Murabahah - net, Salam, Istishna - net, Qardh, Pembiayaan, Ijarah - net, Transaksi multijasa - net.
2) : Aset antarkantor dan Liabilitas antarkantor disajikan secara netto dalam Neraca.
3) : Disi hanya sampai PSAK yang terkait berlaku
WIMBOH SANTOSO
423
2
Lampiran 11
424
Lanjutan Lampiran 11
425
Lanjutan Lampiran 11
426
Lanjutan Lampiran 11
427
Lanjutan Lampiran 11
LAMPIRAN 9
SURAT EDARAN BANK INDONESIA
NOMOR 13/30/DPNP TANGGAL 16 DESEMBER 2011
PERIHAL
PERUBAHAN KETIGA ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 3/30/DPNP
TANGGAL 14 DESEMBER 2001 PERIHAL LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI TRIWULANAN
DAN BULANAN BANK UMUM SERTA LAPORAN TERTENTU YANG DISAMPAIKAN KEPADA
BANK INDONESIA
Sandi
No. POS-POS LKP LBU 2008
LBU
Pajak penghasilan
a. Taksiran pajak tahun berjalan -/- 4935
b. Pendapatan (beban) pajak tangguhan 4940 atau 4945
DIVIDEN
*) Diisi untuk kerugian yang kemungkinan besar akan terjadi loss dalam jumlah tertentu
5
428
Lampiran 11a
429
Lanjutan Lampiran 11a
430
Lanjutan Lampiran 11a
431
Lanjutan Lampiran 11a
Lampiran 9a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011
Sandi
No. POS-POS LKP LBU 2008
LBU
i. Forward 2965
ii. Futures 2970
iii. Swap 2975
iv. Option 2980
v. Spot 2985
vi. Lainnya 3000
e. Kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment ) e. Kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment )
i. Surat berharga 1) i. Surat berharga 3190
ii. Kredit 1) ii. Kredit 3220
iii.Pembiayaan syariah 2) iii. Pembiayaan syariah 3225 (LBU Gabungan UUS)
iv. Aset keuangan lainnya 1) iv. Aset keuangan lainnya
1) Penempatan dana antar bank 3170
2) Tagihan derivatif 3180
3) Tagihan reverse repo 3200
4) Tagihan akseptasi 3210
5) Penyertaan 3230
6) Lainnya 3300
g. Kerugian dari penyertaan dengan equity method g. Kerugian dari penyertaan dengan equity method 3010
h. Komisi/provisi/fee dan administrasi h. Komisi/provisi/fee dan administrasi
i. Komisi/provisi kredit 3020
ii. Komisi/provisi dari transaksi derivatif 3030
iii. Fee atas kredit kelolaan 3040
iv. lainnya 3100
i. Kerugian penurunan nilai aset lainnya i. i. Kerugian penurunan nilai aset lainnya (non keuangan)
1) Aset tidak berwujud Diisi Bank (sebagian dari 3420)
2) Aset tetap dan inventaris Diisi Bank (sebagian dari 3430)
3) Properti terbengkalai Diisi Bank (sebagian dari 3440)
4) Aset yang diambil alih Diisi Bank (sebagian dari 3450)
5) Rekening tunda Diisi Bank (sebagian dari 3460)
6) Antar kantor Diisi Bank (sebagian dari 3470)
7) Lainnya Diisi Bank (sebagian dari 3550)
ii. Kerugian penurunan nilai rupa-rupa aset Diisi Bank (sebagian dari 3555)
Sandi
No. POS-POS LKP LBU 2008
LBU
Pajak penghasilan
a. Taksiran pajak tahun berjalan -/- 4935
b. Pendapatan (beban) pajak tangguhan 4940 atau 4945
*) Diisi untuk kerugian yang kemungkinan besar akan terjadi loss dalam jumlah tertentu
WIMBOH SANTOSO
433
5
LAMPIRAN 10 Lampiran 12
SURAT EDARAN BANK INDONESIA
NOMOR 13/30/DPNP TANGGAL 16 DESEMBER 2011
PERIHAL
PERUBAHAN KETIGA ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA
NOMOR 3/30/DPNP TANGGAL 14 DESEMBER 2001 PERIHAL
LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI TRIWULANAN DAN BULANAN
BANK UMUM SERTA LAPORAN TERTENTU YANG DISAMPAIKAN
KEPADA BANK INDONESIA
1. Fasilitas kredit kepada nasabah yang belum ditarik 1. Fasilitas kredit kepada nasabah yang belum ditarik
a. BUMN a. BUMN
i. Committed i. Committed 533
ii. Uncommitted ii. Uncommitted 535
b. Lainnya b. Lainnya
i. Committed i. Committed 536
ii. Uncommitted ii. Uncommitted 538
2. Fasilitas kredit kepada bank lain yang belum ditarik 2. Fasilitas kredit kepada bank lain yang belum ditarik
a. Committed a. Committed 542
b. Uncommitted b. Uncommitted 544
3. Irrevocable L/C yang masih berjalan 3. Irrevocable L/C yang masih berjalan
a. L/C luar negeri a. L/C luar negeri 561
b. L/C dalam negeri b. L/C dalam negeri 562
4. Posisi penjualan spot dan derivatif yang masih berjalan 4. Posisi penjualan spot dan derivatif yang masih berjalan 570
5. Lainnya 5. Lainnya 589
WIMBOH SANTOSO
434
Lampiran 13
435
Lanjutan Lampiran 13
436
Lampiran 14
LAMPIRAN 12
SURAT EDARAN BANK INDONESIA
NOMOR 13/30/DPNP TANGGAL 16 DESEMBER 2011
PERIHAL
PERUBAHAN KETIGA ATAS SURAT EDARAN BANK
INDONESIA NOMOR 3/30/DPNP TANGGAL 14
DESEMBER 2001 PERIHAL LAPORAN KEUANGAN
PUBLIKASI TRIWULANAN DAN BULANAN BANK
UMUM SERTA LAPORAN TERTENTU YANG
DISAMPAIKAN KEPADA BANK INDONESIA
1. Pos-pos Aset Produktif dan Aset Non Produktif disajikan dalam kelompok Pihak
Terkait dan Pihak Tidak Terkait. Pihak Terkait adalah pihak terkait dengan bank
sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai batas
maksimum pemberian kredit.
2. Aset Produktif dan Aset Non Produktif selanjutnya dirinci berdasarkan
kualitasnya, yaitu Lancar (L), Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kurang Lancar
(KL), Diragukan (D), dan Macet (M) sesuai ketentuan Bank Indonesia mengenai
penilaian kualitas aset bank umum.
3. Definisi pos-pos neraca dalam Lampiran 5 mengacu pada definisi dalam
Laporan Bulanan Bank Umum (LBU).
4. Kredit yang diberikan dibagi dalam 3 bagian, yaitu:
a. Debitur Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
Yaitu kredit yang diberikan kepada debitur Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM). Pengertian UMKM mengacu pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yaitu saat ini diatur dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah. Dalam pos ini dilaporkan seluruh jenis kredit yang
diberikan kepada debitur UMKM, termasuk kredit properti dan/atau kredit
yang berada dalam status restrukturisasi.
1 437
Lanjutan Lampiran 14
LAMPIRAN 12
SURAT EDARAN BANK INDONESIA
NOMOR 13/30/DPNP TANGGAL 16 DESEMBER 2011
PERIHAL
PERUBAHAN KETIGA ATAS SURAT EDARAN BANK
INDONESIA NOMOR 3/30/DPNP TANGGAL 14
DESEMBER 2001 PERIHAL LAPORAN KEUANGAN
PUBLIKASI TRIWULANAN DAN BULANAN BANK
UMUM SERTA LAPORAN TERTENTU YANG
DISAMPAIKAN KEPADA BANK INDONESIA
2 438
Lanjutan Lampiran 14
LAMPIRAN 12
SURAT EDARAN BANK INDONESIA
NOMOR 13/30/DPNP TANGGAL 16 DESEMBER 2011
PERIHAL
PERUBAHAN KETIGA ATAS SURAT EDARAN BANK
INDONESIA NOMOR 3/30/DPNP TANGGAL 14
DESEMBER 2001 PERIHAL LAPORAN KEUANGAN
PUBLIKASI TRIWULANAN DAN BULANAN BANK
UMUM SERTA LAPORAN TERTENTU YANG
DISAMPAIKAN KEPADA BANK INDONESIA
WIMBOH SANTOSO
3 439
Lampiran 15.1
440
Lanjutan Lampiran 15.1
441
Lanjutan Lampiran 15.1
442
Lampiran 13.2 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011
Lampiran 15.2
PEDOMAN PERHITUNGAN MODAL BANK ASING
Komponen Modal +/- Form Kolom Sandi Sub Sandi Jumlah Keterangan
1. Dana Usaha
diisi yang terkecil antara Declared Dana Usaha dan
1.1 Dana usaha
Realisasi
1.1.a. Declared Dana Usaha
1.1.b. Realisasi
KEWAJIBAN
i. Giro +/+ 35 II 010 000
ii. Call Money +/+ 35 II 015 000
iii. Deposits on call +/+ 35 II 020 000
iv. Deposito berjangka +/+ 35 II 025 000
v. Sertifikat deposito +/+ 35 II 030 000
vi. Surat Berharga +/+ 35 II 050 000
vii. Pinjaman yang diterima +/+ 35 II 060 000
viii. Beban bunga/bagi hasil yg masih harus dibayar +/+ 35 II 088+089+090+095 000
ix. Lainnya +/+ 35 II 099 000
ASET
i. Giro -/- 20 II 010 000 dan 999
ii. Call Money -/- 20 II 015 000 dan 999
iii. Deposits on call -/- 20 II 025 000 dan 999
iv. Deposito berjangka -/- 20 II 030 000 dan 999
v. Sertifikat deposito -/- 20 II 035 000 dan 999
vi. Surat Berharga -/- 20 II 050 000 dan 999
vii. Kredit -/- 20 II 060 000 dan 999
viii. Dana Usaha -/- 20 II 065 000 dan 999
ix. Pendapatan Bunga yang akan diterima -/- 20 II 088+089+090+095
x. Lain-lain -/- 20 II 099 000 dan 999
1.2. Modal disetor +/+ 38 III 1+3+4+6+7+9
2. Cadangan
2.1 Cadangan Umum +/+ 01 451
2.2 Cadangan Tujuan +/+ 01 452
3. Laba tahun-tahun lalu yang dapat diperhitungkan (100%)[3.1 - (3.2 + 3.3 + 3.4 +
3.5 + 3.6)] x 100% +/+
3.1 Laba tahun-tahun lalu setelah diperhitungkan Pajak 01 461
3.2 Perhitungan aset pajak tangguhan 01 (228-4940) - (396-
4945) Aset Pajak Tangguhan (sandi 228) setelah dikurangi
pendapatan pajak tangguhan tahun berjalan (sandi
4940), dikurangi dengan Kewajiban Pajak
Tangguhan (sandi 396) setelah dikurangi beban
pajak tangguhan tahun berjalan (sandi 4945). Jika
hasil pengurangan kewajiban pajak tangguhan (396)
dikurangi beban pajak tangguhan tahun berjalan
(sandi 4945) > Aset Pajak Tangguhan (sandi 228)
dikurangi pendapatan pajak tangguhan tahun
berjalan (sandi 4940), maka diisi dengan angka 0.
3.6 Keuntungan penjualan aset dalam transaksi sekuritisasi Data diperoleh dari Laporan L/R tahun lalu, yang
termasuk dalam sandi 1830 atau 1870 (untuk surat
berharga), dan sandi 1930 atau 1970 (untuk kredit
yang diberikan).
4. Rugi tahun-tahun lalu yang dapat diperhitungkan [4.1 - (4.2 + 4.3 + 4.4 + 4.5 +
4.6)] -/-
4.1 Rugi tahun-tahun lalu 01 462
4.2 Perhitungan aset pajak tangguhan 01 (228-4940) - (396-
4945) Aset Pajak Tangguhan (sandi 228) setelah dikurangi
pendapatan pajak tangguhan tahun berjalan (sandi
4940), dikurangi dengan Kewajiban Pajak
Tangguhan (sandi 396) setelah dikurangi beban
pajak tangguhan tahun berjalan (sandi 4945). Jika
hasil pengurangan kewajiban pajak tangguhan (396)
dikurangi beban pajak tangguhan tahun berjalan
(sandi 4945) > Aset Pajak Tangguhan (sandi 228)
dikurangi pendapatan pajak tangguhan tahun
berjalan (sandi 4940), maka diisi dengan angka 0.
4.6 Keuntungan penjualan aset dalam transaksi sekuritisasi Data diperoleh dari Laporan L/R tahun lalu, yang
termasuk dalam sandi 1830 atau 1870 (untuk surat
berharga), dan sandi 1930 atau 1970 (untuk kredit
yang diberikan).
443
Lampiran 13.2 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 Lanjutan Lampiran 15.2
PEDOMAN PERHITUNGAN MODAL BANK ASING
Komponen Modal +/- Form Kolom Sandi Sub Sandi Jumlah Keterangan
5. Laba tahun berjalan yang dapat diperhitungkan (50%)[5.1 - (5.2 + 5.3 + 5.4 + Dikurangi transfer ke KP (Form Laba rugi sandi
5.5)] x 50% +/+ 4850)
5.1 Laba tahun berjalan setelah diperhitungkan Pajak Laba 4950
rugi
5.2 Perhitungan pajak tangguhan Laba 4940-4945
Pendapatan Pajak Tangguhan (sandi 4940) - Beban
rugi
Pajak Tangguhan (sandi 4945). Jika Beban Pajak
Tangguhan (sandi 4945) > Aset Pajak Tangguhan
(sandi 4940) maka diisi dengan angka 0.
Diisi jika Bank mengakui pemulihan kerugian
5.3 Peningkatan nilai wajar aset tetap penurunan nilai sebagai keuntungan dalam laporan
laba rugi.
5.4 Peningkatan atau Penurunan nilai wajar atas kewajiban keuangan Laba 2820 atau 2075
Sandi 2820 digunakan bila terjadi peningkatan nilai
rugi
wajar atas kewajiban (sebagai faktor pengurang
dalam Laporan L/R) , dan sandi 2075 digunakan
bila terjadi penurunan nilai wajar atas kewajiban
(sebagai faktor penambah dalam Laporan L/R).
5.5 Keuntungan penjualan aset dalam transaksi sekuritisasi
Sebagai referensi dapat menggunakan Form L/R
sandi 1830 atau 1870 (untuk surat berharga), dan
sandi 1930 atau 1970 (untuk kredit yang diberikan).
6.
Rugi tahun berjalan yang dapat diperhitungkan (-/-)[6.1 - (6.2 + 6.3 + 6.4 + 6.5)] -/-
6.1 Rugi tahun berjalan 02 5000
6.2 Perhitungan pajak tangguhan Laba 4940-4945
Pendapatan Pajak Tangguhan (sandi 4940) - Beban
rugi
Pajak Tangguhan (sandi 4945). Jika Beban Pajak
Tangguhan (sandi 4945) > Aset Pajak Tangguhan
(sandi 4940) maka diisi dengan angka 0.
6.3 Peningkatan nilai wajar aset tetap Diisi jika Bank mengakui pemulihan kerugian
penurunan nilai sebagai keuntungan dalam laporan
laba rugi.
6.4 Peningkatan atau Penurunan nilai wajar atas kewajiban keuangan Laba 2820 atau 2075
Sandi 2820 digunakan bila terjadi peningkatan nilai
rugi
wajar atas kewajiban (sebagai faktor pengurang
dalam Laporan L/R) , dan sandi 2075 digunakan
bila terjadi penurunan nilai wajar atas kewajiban
(sebagai faktor penambah dalam Laporan L/R).
6.5 Keuntungan penjualan aset dalam transaksi sekuritisasi
Sebagai referensi dapat menggunakan Form L/R
sandi 1830 atau 1870 (untuk surat berharga), dan
sandi 1930 atau 1970 (untuk kredit yang diberikan).
7. Dana Setoran Modal +/+ 01 455
8. Pendapatan Komprehensif Lainnya: Kerugian/ Keuntungan berasal dari
peningkatan/penurunan Penyertaan dalam kelompok tersedia utk dijual
8.1 Selisih lebih (+/+) 45% +/+ 40 07
8.2 Selisih kurang (-/-) 100% -/- 40 54
9. Revaluasi Aset Tetap
9.1 Saldo selisih nilai revaluasi aset tetap 45% +/+ 01 456
9.2 Keuntungan dari peningkatan nilai wajar aset tetap 45% +/+ Diisi oleh Bank. Nilai ini diambil dari angka 3.3,
angka 3.4, angka 4.3, angka 4.4, angka 5.3, dan
atau angka 6.3
10. Selisih kurang antara PPA dan cadangan kerugian penurunan nilai atas aset
produktif -/-
11.
Penyisihan Penghapusan Aset (PPA) atas aset non produktif yang wajib dihitung -/-
12. Selisih kurang jumlah penyesuaian nilai wajar dari instrumen keuangan dalam
trading book -/-
13. Cadangan umum aset produktif (maks. 1,25% dari ATMR)
12.1 Cadangan umum PPA +/+
12.2 Cadangan umum PPA Transaksi Rekening Administratif +/+
14. Faktor Pengurang Modal
Eksposur Sekuritisasi
13.1 Penyediaan fasilitas Kredit Pendukung
a. Sebagai penanggung risiko utama (first loss ) -/-
b. Fasilitas Kredit Pendukung yang tidak memenuhi persyaratan -/-
13.2 Penyediaan Fasilitas Likuiditas yang tidak memenuhi syarat -/-
13.3 Penempatan dalam Efek Beragun Aset (EBA)
a. Junior tranche -/-
b. Pembelian kembali EBA melebihi batasan 10% dari Nilai Aset
Keuangan yang dialihkan -/-
13.4 Penyediaan fasilitas yang melebihi 20% dari Nilai Aset Keuangan yang
dialihkan -/-
15. MODAL BANK ASING ( Jumlah 1 s.d 12 - 13 )
WIMBOH SANTOSO
444
Lampiran 16
LAMPIRAN 14
SURAT EDARAN BANK INDONESIA
NOMOR 13/30/DPNP TANGGAL 16 DESEMBER 2011
PERIHAL
PERUBAHAN KETIGA ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA
NOMOR 3/30/DPNP TANGGAL 14 DESEMBER 2001 PERIHAL
LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI TRIWULAN DAN BULANAN BANK
UMUM SERTA LAPORAN TERTENTU YANG DISAMPAIKAN KEPADA
BANK INDONESIA
1 445
Lanjutan Lampiran 16
2 446
Lanjutan Lampiran 16
3 447
Lanjutan Lampiran 16
4 448
Lanjutan Lampiran 16
5 449
Lanjutan Lampiran 16
Kepatuhan (Compliance)
1. a. Persentase Perhitungan pelanggaran dan
Pelanggaran pelampauan BMPK dilakukan
BMPK sesuai ketentuan BMPK yang
a.1. Pihak Terkait berlaku.
a.2. Pihak Tidak
Terkait
b. Persentase
Pelampauan
BMPK
b.1. Pihak Terkait
b.2. Pihak Tidak
Terkait
WIMBOH SANTOSO
6 450
Lampiran 1 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005 Lampiran 17
Lampiran 1
NERACA
Bank :
Tanggal :
(dalam juta rupiah)
BANK KONSOLIDASI
Posisi Tgl Posisi Tgl Laporan Posisi Tgl Posisi Tgl Laporan
NO. POS - POS
Laporan Sebelumnya Laporan Sebelumnya
AKTIVA
1. Kas
2. Penempatan Pada BI
a. Giro Wadiah
b. SWBI
3. Penempatan Pada Bank Lain
a. Rupiah
PPAP -/-
b. Valuta asing
PPAP -/-
4. Surat Berharga Yang Dimiliki
a. Rupiah
i. Dimiliki hingga jatuh tempo
ii.Lainnya
PPAP -/-
b. Valuta asing
i. Dimiliki hingga jatuh tempo
ii. Lainnya
PPAP -/-
5. Piutang Murabaha
a.Rupiah
a.1. Terkait dengan bank
1. Piutang Murabahah
2. Pendapatan Margin Murabahah yang ditangguhkan -/-
a.2. Tidak terkait dengan bank
1. Piutang Murabahah
2. Pendapatan Margin Murabahah yang ditangguhkan -/-
PPAP -/-
b. Valuta asing
b.1. Terkait dengan bank
1.Piutang Murabahah
2.Pendapatan Margin Murabahah yang ditangguhkan -/-
b.2. Tidak terkait dengan bank
1.Piutang Murabahah
2.Pendapatan Margin Murabahah yang ditangguhkan -/-
PPAP -/-
6. Piutang Salam
PPAP -/-
7. Piutang Istishna
Pendapatan Margin Istishna yang ditangguhkan -/-
PPAP -/-
8. Piutang Qardh
PPAP -/-
9. Pembiayaan
a. Rupiah
a.1.Terkait dengan bank
a.2. Tidak terkait dengan bank
PPAP -/-
b. Valuta asing
b.1. Terkait dengan bank
b.2. Tidak terkait dengan bank
PPAP -/-
10. Persediaan
11. Ijarah
a. Aktiva Ijarah
b. Akumulasi Penyusutan/Amortisasi Aktiva Ijarah -/-
PPAP -/-
12. Tagihan Lainnya
PPAP -/-
13. Penyertaan
PPAP -/-
14. Aktiva Istishna' dalam penyelesaian
15. Termin Istishna -/-
16. Pendapatan yang akan diterima
17. Biaya dibayar dimuka
18. Uang muka pajak
19. Aktiva pajak tangguhan
20. Aktiva Tetap dan Inventaris
Akumulasi Penyusutan Aktiva tetap dan Inventaris -/-
21. Agunan yang diambil alih
22. Aktiva lain-lain
TOTAL AKTIVA
451
Lampiran 1 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/ /DPbS tanggal Desember 2005
Lanjutan Lampiran 17
Lampiran 1
NERACA
Bank :
Tanggal :
(dalam juta rupiah)
BANK KONSOLIDASI
Posisi Tgl Posisi Tgl Laporan Posisi Tgl Posisi Tgl Laporan
NO. POS - POS
Laporan Sebelumnya Laporan Sebelumnya
PASIVA
1. Dana Simpanan Wadiah
a. Giro Wadiah
b. Tabungan Wadiah
2 Kewajiban segera lainnya
3 Kewajiban kepada Bank Indonesia
a. FPJPS
b. Lainnya
4 Kewajiban Kepada Bank Lain
5 Surat Berharga Yang Diterbitkan
6 Pembiayaan/Pinjaman Yang Diterima
a. Rupiah
i. Terkait dengan bank
ii.Tidak terkait dengan bank
b. Valuta asing
i. Terkait dengan bank
ii.Tidak terkait dengan bank
7 Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi
8 Beban yang masih harus dibayar
9 Taksiran pajak penghasilan
10 Kewajiban pajak tangguhan
11 Kewajiban Lainnya
12 Pinjaman Subordinasi
a. Rupiah
i. Terkait dengan bank
ii.Tidak terkait dengan bank
b. Valuta asing
i. Terkait dengan bank
ii.Tidak terkait dengan bank
13 Rupa-Rupa Pasiva
14 Modal Pinjaman
15 Hak minoritas
16 Dana Investasi Tidak Terikat (Mudharabah Muthlaqah)
a. Tabungan Mudharabah
b. Deposito Mudharabah
b.1. Rupiah
b.2. Valas
17 Ekuitas
a. Modal disetor
b. Agio(disagio)
c. Modal Sumbangan
d. Dana setoran modal
e. Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan
f. Selisih penilaian kembali aktiva tetap
g. Saldo laba(rugi)
TOTAL PASIVA
452
Lampiran 1a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/ 56 /DPbS tanggal 9 Desember 2005
Lampiran 1a Lampiran 17a
NERACA PUBLIKASI BULANAN
Bank :
Tanggal :
(dalam jutaan rupiah)
BANK
NO. POS - POS Posisi Tgl Laporan
AKTIVA
1. Kas
2. Penempatan Pada BI
a. Giro Wadiah
b. SWBI
3. Penempatan Pada Bank Lain
a. Rupiah
PPAP -/-
b. Valuta asing
PPAP -/-
4. Surat Berharga Yang Dimiliki
a. Rupiah
i. Dimiliki hingga jatuh tempo
ii.Lainnya
PPAP -/-
b. Valuta asing
i. Dimiliki hingga jatuh tempo
ii.Lainnya
PPAP -/-
5. Piutang Murabaha
a.Rupiah
a.1. Terkait dengan bank
1. Piutang Murabahah
2. Pendapatan Margin Murabahah yang ditangguhkan -/-
a.2. Tidak terkait dengan bank
1. Piutang Murabahah
2. Pendapatan Margin Murabahah yang ditangguhkan -/-
PPAP -/-
b. Valuta asing
b.1. Terkait dengan bank
1.Piutang Murabahah
2.Pendapatan Margin Murabahah yang ditangguhkan -/-
b.2. Tidak terkait dengan bank
1.Piutang Murabahah
2.Pendapatan Margin Murabahah yang ditangguhkan -/-
PPAP -/-
6. Piutang Salam
PPAP -/-
7. Piutang Istishna
Pendapatan Margin Istishna yang ditangguhkan -/-
PPAP -/-
8. Piutang Qardh
PPAP -/-
9. Pembiayaan
a. Rupiah
a.1.Terkait dengan bank
a.2. Tidak terkait dengan bank
PPAP -/-
b. Valuta asing
b.1. Terkait dengan bank
b.2. Tidak terkait dengan bank
PPAP -/-
10. Persediaan
11. Ijarah
a. Aktiva Ijarah
b. Akumulasi Penyusutan/Amortisasi Aktiva Ijarah -/-
PPAP -/-
12. Tagihan Lainnya
PPAP -/-
13. Penyertaan
PPAP -/-
14. Aktiva Istishna' dalam penyelesaian
15. Termin Istishna -/-
16. Pendapatan yang akan diterima
17. Biaya dibayar dimuka
18. Uang muka pajak
19. Aktiva pajak tangguhan
20. Aktiva Tetap dan Inventaris
Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap dan Inventaris -/-
21. Agunan yang diambil alih
22. Aktiva lain-lain
TOTAL AKTIVA
453
Lanjutan Lampiran 17a
Lampiran 1a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/ /DPbS tanggal Desember 2005
Lampiran 1a
NERACA PUBLIKASI BULANAN
Bank :
Tanggal :
BANK
NO. POS - POS Posisi Tgl Laporan
PASIVA
1. Dana Simpanan Wadiah
a. Giro Wadiah
b. Tabungan Wadiah
2 Kewajiban segera lainnya
3 Kewajiban kepada Bank Indonesia
a. FPJPS
b. Lainnya
4 Kewajiban Kepada Bank Lain
5 Surat Berharga Yang Diterbitkan
6 Pembiayaan/Pinjaman Yang Diterima
a. Rupiah
i. Terkait dengan bank
ii.Tidak terkait dengan bank
b. Valuta asing
i. Terkait dengan bank
ii.Tidak terkait dengan bank
7 Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi
8 Beban yang masih harus dibayar
9 Taksiran pajak penghasilan
10 Kewajiban pajak tangguhan
11 Kewajiban Lainnya
12 Pinjaman Subordinasi
a. Rupiah
i. Terkait dengan bank
ii.Tidak terkait dengan bank
b. Valuta asing
i. Terkait dengan bank
ii.Tidak terkait dengan bank
13 Rupa-rupa pasiva
14 Modal Pinjaman
15 Hak minoritas
16 Dana Investasi Tidak Terikat (Mudharabah Muthlaqah)
a. Tabungan Mudharabah
b. Deposito Mudharabah
b.1. Rupiah
b.2. Valas
17 Ekuitas
a. Modal disetor
b. Agio (disagio)
c. Modal sumbangan
d. Dana setoran modal
e. Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan
f. Selisih penilaian kembali aktiva tetap
g. Saldo laba (rugi)
TOTAL PASIVA
454
Lampiran 18
Lampiran 2 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9Desember 2005
Lampiran 2
Bank :
Periode :
(dalam jutaan rupiah)
BANK KONSOLIDASI
No POS - POS
Posisi Tgl.Laporan Posisi Th.Sebelumnya Posisi Tgl.Laporan Posisi Th.Sebelumnya
455
Lampiran 18a
Lampiran 2a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/ 56 /DPbS tanggal 9 Desember 2005
Lampiran 2a
LAPORAN LABA/RUGI DAN SALDO LABA - PUBLIKASI BULANAN
Bank :
Periode :
NO POS - POS BANK
Posisi Tgl.Laporan
1) Daftar rincian ini diisi secara akumulatif sejak awal tahun buku bank pelapor sampai dengan tanggal akhir bulan laporan
2) Sub pos "Lainnya" pada Pendapatan Non Operasional harus dirinci pada Form-42 (Rincian Pendapatan Non-Operasional Lainnya) apabila jumlahnya melebihi 25 % dari total Pendapatan Non Operasional
3) Sub pos "Lainnya" pada Beban Non Operasional harus dirinci pada Form-43 (Rincian Beban Non-Operasional Lainnya) apabila jumlahnya melebihi 25 % dari total Beban Non Operasional
4) Jumlah ini harus sama dengan pos 17.b (Laba/Rugi Tahun Berjalan) - Pasiva, Neraca
456
Lampiran 19
Lampiran 3 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/ 56 /DPbS tanggal 9 Desember 2005
Lampiran 3
KOMITMEN
Tagihan Komitmen
1 Fasilitas Pembiayaan Yang diterima dan belum digunakan
2 Posisi Pembelian Spot Yang Masih Berjalan
a. Terkait dengan Bank
b. Tidak Terkait dengan Bank
3 Posisi Pembelian Forward Yang Masih Berjalan
a. Terkait dengan Bank
b. Tidak Terkait dengan Bank
4 Lainnya
Jumlah Tagihan Komitmen
Kewajiban Komitmen
1 Fasilitas Piutang Qardh yang belum ditarik
2 Fasilitas Pembiayaan kepada nasabah yang belum ditarik
a. Pembiayaan Mudharabah
b. Pembiayaan Musyarakah
3 Fasilitas Pembiayaan kepada Bank Syariah Lain yang belum ditarik
4 Irrevocable L/C yang masih berjalan
5 Posisi Penjualan Spot Yang Masih Berjalan
a. Terkait dengan Bank
b. Tidak Terkait dengan Bank
6 Posisi Penjualan Forward Yang Masih Berjalan
a. Terkait dengan Bank
b. Tidak Terkait dengan Bank
7 Lainnya
Jumlah Kewajiban Komitmen
KONTINJENSI
Tagihan Kontinjensi
1 Garansi (Kafalah) Yang Diterima
2 Pendapatan yang akan diterima (non-lancar)
a. Terkait dengan bank
b. Tidak terkait dengan bank
3 Lainnya
Jumlah Tagihan Kontinjensi
Kewajiban Kontinjensi
1 Garansi (Kafalah) Yang Diberikan
2 Lainnya
Jumlah Kewajiban Kontinjensi
457
Lampiran 19a
Lampiran 3a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/ 56 /DPbS tanggal 9 Desember 2005
Lampiran 3a
458
Lampiran 20
Lampiran 4 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/ 56 /DPbS tanggal 9 Desember 2005
Lampiran 4
KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN INFORMASI LAINNYA
Bank :
Tanggal :
Bank
No POS - POS Posisi tanggal laporan Posisi tahun sebelumnya
L DPK KL D M Jumlah L DPK KL D M Jumlah
A Pihak Terkait
1 Penempatan pada Bank Lain
4 Piutang
a. KUK
b. Non-KUK
c. Properti
i. direstrukturisasi
ii. tidak direstrukturisasi
d. Non-properti
i. direstrukturisasi
ii. tidak direstrukturisasi
5 Pembiayaan :
a. KUK
b. Non-KUK
c. Properti
i. direstrukturisasi
ii. tidak direstrukturisasi
d. Non-properti
i. direstrukturisasi
ii. tidak direstrukturisasi
7 Ijarah
4 Piutang
a. KUK
b. Non-KUK
c. Properti
i. direstrukturisasi
ii. tidak direstrukturisasi
d. Non-properti
i. direstrukturisasi
ii. tidak direstrukturisasi
5 Pembiayaan :
a. KUK
b. Non-KUK
c. Properti
i. direstrukturisasi
ii. tidak direstrukturisasi
d. Non-properti
i. direstrukturisasi
ii. tidak direstrukturisasi
7 Ijarah
JUMLAH
10 PPAP yang wajib dibentuk
11 PPAP yang telah dibentuk
459
Lanjutan Lampiran 20
460
Lampiran 20a
Lampiran 4a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005
Lampiran 4a
KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN INFORMASI LAINNYA - PUBLIKASI BULANAN
Bank :
Tanggal :
Bank
No POS - POS Posisi tanggal laporan
L DPK KL D M Jumlah
4. Piutang
a. KUK
b. Non-KUK
c. Properti
i. direstrukturisasi
ii. tidak direstrukturisasi
d. Non-properti
i. direstrukturisasi
ii. tidak direstrukturisasi
5 Pembiayaan :
a. KUK
b. Non-KUK
c. Properti
i. direstrukturisasi
ii. tidak direstrukturisasi
d. Non-properti
i. direstrukturisasi
ii. tidak direstrukturisasi
7 Ijarah
JUMLAH
461
Lampiran 20b
Lampiran 4b Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005
Lampiran 4b
KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN INFORMASI LAINNYA
Bank :
Tanggal :
Bank
No POS - POS Form Posisi tanggal laporan Posisi tahun sebelumnya
L DPK KL D M Jumlah L DPK KL D M Jumlah
A Pihak Terkait
1 Penempatan pada Bank Lain 04,Kol.III.(1)
4 Piutang*) **)
a. KUK 06,Kol.XI(19),Kol.VII.2(1); 07,Kol.VIII(19),Kol.V.2(1); 08,Kol.XI(19),Kol.VII.2(1) ; 09,Kol.XIII(19),Kol.IX.2(1)
b. Non-KUK 06,Kol.XI(20,30),Kol.VII.2(1); 07,Kol.VIII(20,30),Kol.V.2(1); 08,Kol.XI(20,30),Kol.VII.2(1) ; 09,Kol.XIII(20,30),Kol.IX.2(1)
c. properti
i. direstrukturisasi 06,Kol.IV(10,40),Kol.VII.2(1),Kol.III(10);08,Kol.IV(10,40),Kol.III(10),Kol.VII.2(1); 09,Kol.VI(10,40),Kol.III(10),Kol.IX.2(1)
ii. tidak direstrukturisasi 06,Kol.IV(10,40),Kol.VII.2(1),Kol.III(20);08,Kol.IV(10,40),Kol.III(20),Kol.VII.2(1); 09,Kol.VI(10,40),Kol.III(20),Kol.IX.2(1)
d. non-properti
i. direstrukturisasi 06,Kol.III(10),Kol.IV(20,29,50,59,71,72,80,85,89),Kol.VII.2(1);07,Kol.III(10),Kol.V.2(1)
08,Kol.III(10),Kol.IV(20,29,50,59,71,72,80,85,89),Kol.VII.2(1) ; 09,Kol.III(10),Kol.VI(20,29,50,59,71,72,80,85,89),Kol.IX.2(1)
ii. tidak direstrukturisasi 06,Kol.III(20),Kol.IV(20,29,50,59,71,72,80,85,89),Kol.VII.2(1);07,Kol.III(20),Kol.V.2(1)
08,Kol.III(20),Kol.IV(20,29,50,59,71,72,80,85,89),Kol.VII.2(1) ; 09,Kol.III(20),Kol.VI(20,29,50,59,71,72,80,85,89),Kol.IX.2(1)
5 Pembiayaan **) :
a. KUK 10,Kol.XIV (19),Kol.IX.2(1)
b. Non-KUK 10,Kol.XIV (20,30),Kol.IX.2(1)
c. properti
i. direstrukturisasi 10,Kol.III (10), Kol.VI(10,40),Kol.IX.2(1)
ii. tidak direstrukturisasi 10,Kol.III(20),Kol.VI(10,40),Kol.IX.2(1)
d. non-properti
i. direstrukturisasi 10,Kol.III(10), Kol.VI (20,29,50,59), Kol.IX.2(1)
ii. tidak direstrukturisasi 10,Kol.III(20), Kol.VI (20,29,50,59), Kol.IX.2(1)
6. Penyertaan
a. Pada perusahaan keuangan non bank 12,Kol.II (10)
b. Dalam rangka restrukturisasi pembiayaan (Lainnya) 12,Kol.II (90)
5 Pembiayaan **) :
a. KUK 10,Kol.XIV (19),Kol.IX.2(2)
b. Non-KUK 10,Kol.XIV (20,30),Kol.IX.2(2)
c. Properti
i. direstrukturisasi 10,Kol.III (10), Kol.VI(10,40),Kol.IX.2(2)
ii. tidak direstrukturisasi 10,Kol.III(20),Kol.VI(10,40),Kol.IX.2(2)
d. Non-properti
i. direstrukturisasi 10,Kol.III(10), Kol.VI (20,29,50,59), Kol.IX.2(2)
ii. tidak direstrukturisasi 10,Kol.III(20), Kol.VI (20,29,50,59), Kol.IX.2(2)
462
Lanjutan Lampiran 20b
Lampiran 4b Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005
Lampiran 4b
KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN INFORMASI LAINNYA
Bank :
Tanggal :
Bank
No POS - POS Form Posisi tanggal laporan Posisi tahun sebelumnya
L DPK KL D M Jumlah L DPK KL D M Jumlah
6. Penyertaan pada pihak ketiga
a. Pada perusahaan keuangan non bank 12,Kol.II (10)
b. Dalam rangka restrukturisasi pembiayaan (Lainnya) 12,Kol.II (90)
JUMLAH
10 PPAP yang wajib dibentuk Sesuai dengan ketentuan PPAP yang wajib dibentuk
11 PPAP yang telah dibentuk 04,05,06,07,08,09,10,11,12,34,35,44
12 Total Asset bank yang dijaminkan
a. Pada Bank Indonesia Tidak diisi karena tidak ada input dari LBU
b. Pada Pihak lain
15 Persentase UMKM terhadap total piutang dan pembiayaan 06,Kol.XI(19,20),Kol.VII.2(1,2); 07,Kol.VIII(19,20),Kol.V.2(1,2); 08,Kol.XI(19,20),Kol.VII.2(1,2) ; 09,Kol.XIII(19,20),Kol.IX.2(1,2)
10,Kol.XIV (19,20),Kol.IX.2(1,2) / 06,Kol.XVIII ; 07,Kol.XIII ; 08,Kol.XVII ; 09,Kol.XIX ; 10,Kol.XX
16 Persentase Jumlah Debitur UMKM terhadap Total Debitur Tidak diisi karena tidak ada input dari LBU
Ket : *) Untuk Piutang Murabaha adalah yang "net" , menggunakan angka saldo harga pokok (Form 06, Kol XVI)
**) total piutang maupun total pembiayaan, jumlah yang diambil bisa jumlah KUK dengan Non-KUK atau jumlah Properti dengan Non-properti (bukan dengan menjumlah KUK + Non-KUK + Properti + Non-properti)
463
Lampiran 20c
Lampiran 4c Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005
Lampiran 4c
PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF
DAN INFORMASI LAINNYA
1. Dalam laporan keuangan publikasi ini, pos-pos yang termasuk dalam aktiva
produktif disajikan dalam kelompok terkait dan tidak terkait. Pihak terkait
adalah pihak-pihak yang terkait dengan bank dan perusahaan dalam kelompok
yang sama dengan bank sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan Bank
Indonesia tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit. Untuk Laporan
Keuangan Publikasi Bulanan, pos-pos tersebut tidak dikelompokkan
terkait dan tidak terkait.
3.2. Pos pembiayaan untuk properti adalah penjumlahan dari jenis penggunaan
untuk modal kerja dan investasi dalam Rupiah dan Valuta asing kepada
bidang usaha produktif yang kegiatannya meliputi bidang kontruksi dan
real estate antara lain pengadaan tanah dan bangunan untuk pembangunan
perkantoran, perhotelan, rumah dan pertokoan, mencakup :
464
Lanjutan Lampiran 20c
Lampiran 4c Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005
Pos ini dibagi 2 (dua) yakni dalam rangka restrukturisasi dan bukan dalam
rangka restrukturisasi.
4. Ijarah, adalah sama dengan pos sandi 180 dan 185 di Neraca LBUS.
5. Pos penempatan pada bank lain adalah sama dengan pos sandi (130) neraca
LBUS, kecuali penempatan pada bank lain dalam bentuk Setoran Jaminan (45),
Cek Perjalanan (77), Dana Pelunasan Obligasi (80).
6. Pos penempatan pada Bank Indonesia adalah sama dengan pos sandi (120)
neraca LBUS, yang berupa Sertifikat Wadiah Bank Indonesia .
7. Pos surat-surat berharga adalah surat berharga yang dimiliki, berupa wesel
ekspor (140-55), wesel SKBDN (140-57), wesel lainnya (140-59), surat
berharga pasar keuangan syariah lainnya (140-69), sertifikat reksadana syariah
(140-81), obligasi lainnya (140-83), surat berharga pasar modal syariah lainnya
(140-89), pada neraca LBUS.
9. Penyertaan kepada pihak ketiga adalah sama dengan sandi (200) neraca LBUS.
10. Tagihan Lain kepada pihak ketiga adalah sama dengan sandi (190) neraca
LBUS.
465
Lanjutan Lampiran 20c
Lampiran 4c Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005
11. Komitmen dan Kontinjensi kepada Pihak Ketiga adalah terdiri dari Irrevocable
L/C yang masih berjalan (561 dan 562), garansi yang diberikan (599).
12. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang wajib dibentuk disusun dengan
berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia tentang Penilaian Kualitas Aktiva
Produktif Bank Syariah .
13. Total Aset yang dijaminkan adalah aset Bank yang diikat sebagai agunan atas
transaksi tertentu.
466
Lampiran 21
Lampiran 5 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005
Lampiran 5
PERHITUNGAN KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM
Bank :................................................................ Tanggal : .........................
KETERANGAN Posisi Tanggal Posisi Tahun
Laporan Sebelumnya
I. KOMPONEN MODAL
A. MODAL INTI
1. Modal Disetor
2. Cadangan Tambahan Modal (Disclosed
Reserves)
a. Agio Saham
b. Disagio (-/-)
c. Modal Sumbangan
d. Cadangan Umum dan Tujuan
e. Laba tahun-tahun lalu setelah
diperhitungkan pajak
f. Rugi tahun-tahun lalu (-/-)
g. Laba tahun berjalan setelah
diperhitungkan pajak (50%)
h. Rugi tahun berjalan (-/-)
i. Selisih penjabaran laporan keuangan
Kantor Cabang Luar Negeri
1) Selisih Lebih
2) Selisih Kurang (-/-)
j. Dana Setoran Modal
k. Penurunan nilai Penyertaan pada
portofolio tersedia untuk dijual (-/-)
3. Goodwill (-/-)
B. MODAL PELENGKAP
(Maks. 100% dari Modal Inti)
1. Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap
2. Cadangan Umum Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif/PPAP (maks. 1,25% dari
ATMR)
3. Modal Pinjaman
4. Investasi Subordinasi (maks.50% dari Modal
Inti)
5. Peningkatan nilai penyertaan pada portofolio
tersedia untuk dijual (45%)
C. MODAL PELENGKAP TAMBAHAN
467
Lanjutan Lampiran 21
Lampiran 5 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005
468
Lampiran 21a
Lampiran 5a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005
Lampiran 5a
PERHITUNGAN KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM
Bank :................................................................ Tanggal : .........................
KETERANGAN Posisi Tanggal
Laporan
I. KOMPONEN MODAL
A. MODAL INTI
1. Modal Disetor
2. Cadangan Tambahan Modal (Disclosed Reserves)
a. Agio Saham
b. Disagio (-/-)
c. Modal Sumbangan
d. Cadangan Umum dan Tujuan
e. Laba tahun-tahun lalu setelah diperhitungkan pajak
f. Rugi tahun-tahun lalu (-/-)
g. Laba tahun berjalan setelah diperhitungkan pajak
(50%)
h. Rugi tahun berjalan (-/-)
i. Selisih penjabaran laporan keuangan Kantor Cabang
Luar Negeri
1) Selisih Lebih
2) Selisih Kurang (-/-)
j. Dana Setoran Modal
k. Penurunan nilai Penyertaan pada portofolio tersedia
untuk dijual (-/-)
3. Goodwill (-/-)
B. MODAL PELENGKAP
(Maks. 100% dari Modal Inti)
1. Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap
2. Cadangan Umum Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif/PPAP (maks. 1,25% dari ATMR)
3. Modal Pinjaman
4. Investasi Subordinasi (maks.50% dari Modal Inti)
5. Peningkatan nilai penyertaan pada portofolio tersedia untuk
dijual (45%)
C. MODAL PELENGKAP TAMBAHAN
1. Modal Inti yang dialokasikan untuk Risiko Pasar
2. Modal Pelengkap yang tidak digunakan untuk Risiko
Penyaluran Dana
469
Lanjutan Lampiran 21a
Lampiran 5a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005
470
Lampiran 22
Lampiran 6 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005
Lampiran 6
I. Permodalan
1. a. CAR (KPMM) dengan
memperhitungkan risiko kredit/
penyaluran dana
b. CAR (KPMM) dengan
memperhitungkan risiko kredit/
penyaluran dana dan risiko pasar
2. Aktiva tetap terhadap modal
III. Rentabilitas
1. ROA
2. ROE
3. NIM/NCOM (Net Core Operational
Margin)
4. OER (Operational Efficiency Ratio)
(BOPO)
IV. Likuiditas
1. Quick Ratio = Aktiva lancar
Kewajiban lancar
2. Antar Bank Passiva (SIMA) terhadap
DPK
3. Deposan Inti terhadap DPK
V. Kepatuhan (Compliance)
1. a. Persentase Pelanggaran BMPK
a.1. Pihak Terkait
a.2. Pihak Tidak Terkait
b. Persentase Pelampauan BMPK
b.1. Pihak Terkait
b.2. Pihak Tidak Terkait
2. GWM Rupiah
3. PDN
471
Lanjutan Lampiran 22
Lampiran 6 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005
Lampiran 6
472
Lampiran 23
Lampiran 3 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/11/DPbS tanggal 7 Maret 2006
AKTIVA
1. Kas Kas 100
2. Penempatan Pada BI Penempatan Pada BI 03) 120
a. Giro Wadiah a. Giro Wadiah 120(10)
b. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia b. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia 120(20)
c. Lainnya 120(90)
Lainnya masuk ke SWBI
3. Penempatan Pada Bank Lain Penempatan Pada Bank lain 04) 130
a. Rupiah Dibedakan berdasarkan jenis valuta :
PPAP -/-
b. Valuta asing Jenis Valuta : sandi rupiah dan valas di Daftar Sandi Jenis Valuta (DSJV) Kol.II
PPAP -/- DSJV = (036 - 959)
Rp=360, Valuta asing=Non 360
Jenis :
1 Simpanan Wadiah
a. Giro 130(11)
b. Tabungan 130(12)
c. Lainnya 130(19)
2 Dana Investasi Tidak Terikat
a. Tabungan Mudharabah 130(21)
b. Deposito Mudharabah 130(25)
c. Lainnya 130(30)
3 Pembiayaan
a. Mudharabah 130(64)
b. Musyarakah 130(65)
4 Piutang
a. Al-Qardh 130(67)
b. Lainnya 130(69)
5 Tagihan akseptasi 130(73)
4. Surat Berharga Yang Dimiliki Surat Berharga Yang Dimiliki 05) 140
a. Rupiah Dibedakan sesuai jenis valuta :
I. Dimiliki hingga jatuh tempo Jenis valuta : sesuai valuta di Daftar Sandi Jenis Valuta (DSJV) Kol.II
ii. Lainnya DSJV (036 - 959)
PPAP -/- Rp=360, Valuta asing=Non 360
b. Valuta asing Tujuan pemilikan :
I. Dimiliki hingga jatuh tempo 1. Dimiliki hingga jatuh tempo Kol.IV (1)
ii. Lainnya 2. Lainnya Kol.IV (3), Lainnya termasuk
PPAP -/- juga bagi "Tersedia untuk dijual"
Jenis :
1 Surat Berharga Pasar Keuangan Syariah
a. Wesel
- Wesel ekspor 140(55)
- SKBDN 140(57)
- Lainnya 140(59)
b. Lainnya 140(69)
2 Surat Berharga Pasar Modal Syariah
a. Sertifikat Reksadana Syariah 140(81)
b. Obligasi
- Dalam Rangka Rekapitalisasi Perbankan 140(82)
. Lainnya 140(83)
c. Lainnya 140(89)
3 Lainnya 140(99)
Rupiah
PPAP -/- 13)
1 Surat berharga yang dimiliki entry dari :
a. Cadang umum 205(20)
b. Cadangan khusus 207(20)
2 Penempatan pada bank lain - surat berharga digabung ke Penempatan
Valuta asing
PPAP -/- 13)
1 Surat berharga yang dimiliki entry dari :
a. Cadang umum 205(20)
b. Cadangan khusus 207(20)
2 Penempatan pada bank lain - surat berharga
a. Cadang umum 205(10)
b. Cadangan khusus 207(10)
5 Piutang Murabaha
a. Rupiah Dibedakan atas jenis valuta :
a.1. Terkait dengan bank Jenis valuta : sesuai valuta di Daftar Sandi Jenis Valuta (DSJV) Kol.VI
1. Piutang Murabaha DSJV (036 - 959)
2. Pendapatan MarginMurabaha yang ditangguhkan -/- Rp = 360, Valas=Non-360
473
Page 1 of 6
Lanjutan Lampiran 23
Lampiran 3 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/11/DPbS tanggal 7 Maret 2006
Rupiah
PPAP -/- 13) entry dari :
1 Piutang yang tidak direstrukturisasi
a. Cadangan umum 205(35)
b. Cadangan khusus 207(31)
2 Piutang yang direstrukturisasi
a. Cadangan umum 205(35)
b. Cadangan khusus 207(31)
Valuta asing
PPAP -/- 13) entry dari :
1 Piutang yang tidak direstrukturisasi
a. Cadangan umum 205(35)
b. Cadangan khusus 207(35)
2 Piutang yang direstrukturisasi
a. Cadangan umum 205(31)
b. Cadangan khusus 207(31)
3 Lainnya 90
(pindahan dari Agunan yang diambil alih)
9. Pembiayaan : Pembiayaan 10)
a. Rupiah Dibedakan atas jenis valuta :
a.1. Terkait dengan bank Jenis valuta : sesuai valuta di Daftar Sandi Jenis Valuta (DSJV) Kol.VII
a.2. Tidak terkait dengan bank DSJV (036 - 959)
PPAP -/- Rp=360,Valuta asing=Non 360
b. Valuta asing Hubungan dengan bank :
b.1. Terkait dengan bank 1. Terkait dengan bank Kol.IX.2. (1)
a.2. Tidak terkait dengan bank 2. Tidak terkait dengan bank Kol.IX.2. (2)
PPAP -/-
Jenis Pembiayaan :
a. Pembiayaan Mudharabah 160
Rupiah
PPAP -/- 13) entry dari :
1 Pembiayaan yang tidak direstrukturisasi
a. Cadangan umum 205(56,57,59)
b. Cadangan khusus 207(56,57,59)
2 Pembiayaan yang direstrukturisasi
a. Cadangan umum 205(51,52,55)
b. Cadangan khusus 207(51,52,55)
474
Page 2 of 6
Lanjutan Lampiran 23
Lampiran 3 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/11/DPbS tanggal 7 Maret 2006
Valuta asing
PPAP -/- 13)
1 Pembiayaan yang tidak direstrukturisasi
a. Cadangan umum 205(56,57,59)
b. Cadangan khusus 207(56,57,59)
2 Pembiayaan yang direstrukturisasi
a. Cadangan umum 205(51,52,55)
b. Cadangan khusus 207(51,52,55)
Tujuan :
1 Dalam rangka pendirian/kepemilikan anak perusahaan 200,Kol.V (1)
2 Dalam rangka restrukturisasi piutang/pembiayaan 200,Kol.V (2)
14. Aktiva Istishna' dalam penyelesaian Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian 14)
Tujuan :
a. Dalam rangka Istishna Paralel 210,Kol.II (1)
b. Lainnya 210,Kol.II (2)
Hasil offsetting debet Uang muka pajak dan Taksiran pajak penghasilan
18 Uang muka pajak RUPA-RUPA AKTIVA 17)
Uang muka pajak 230,Kol.I (40)
475
Page 3 of 6
Lanjutan Lampiran 23
Lampiran 3 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/11/DPbS tanggal 7 Maret 2006
Hasil offsetting debet Antar kantor Aktiva dan Antar kantor Pasiva
Antar Kantor Aktiva
a. Melakukan kegiatan operasional di Indonesia 15) 223
b. Melakukan kegiatan operasional diluar Indonesia 16) 224
476
Page 4 of 6
Lanjutan Lampiran 23
Lampiran 3 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/11/DPbS tanggal 7 Maret 2006
PASIVA
1. Dana Simpanan Wadiah Dana Simpanan Wadiah 18)
a. Giro Wadiah
b. Tabungan Wadiah Jenis :
1 Giro Wadiah 301,Kol.III (10)
2 Tabungan Wadiah 302,Kol.III (20)
3 Lainnya 309,Kol.III (99)
Sifat :
1 Dapat ditarik sewaktu-waktu (301,302,309),Kol.II (1)
2 Dalam rangka kustodian (301,302,309),Kol.II (2)
3 Diblokir
a. Dalam rangka Escrow Account (301,302,309),Kol.II (4)
b. Dalam rangka setoran jaminan (301,302,309),Kol.II (5)
c. Lainnya (301,302,309),Kol.II (9)
Lainnya masuk ke Tab.Wadiah
Hasil offsetting kredit Taksiran pajak penghasilan dan Uang muka pajak
9 Taksiran pajak penghasilan RUPA-RUPA PASIVA 29)
Taksiran pajak penghasilan 400(30)
477
Page 5 of 6
Lanjutan Lampiran 23
Lampiran 3 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/11/DPbS tanggal 7 Maret 2006
Hasil offsetting kredit Antar kantor Aktiva dan Antar kantor Pasiva
Antar Kantor Pasiva
a. Melakukan kegiatan operasional di Indonesia 27) 393
b. Melakukan kegiatan operasional diluar Indonesia 28) 394
12 Pinjaman Subordinasi
a. Rupiah Dibedakan sesuai jenis valuta :
i. Terkait dengan bank Jenis valuta : sesuai valuta di Daftar Sandi Jenis Valuta (DSJV) Kol.III
ii.Tidak terkait dengan bank DSJV (036 - 959)
b. Valuta asing Rp=360, Valuta asing= Non 360
i. Terkait dengan bank
ii.Tidak terkait dengan bank Pinjaman Subordinasi 25)
a. Terkait dengan bank 368,Kol.II.2a(1)
b. Tidak Terkait dengan bank 368,Kol.II.2b(2)
15 Hak minoritas
(Hanya diisi untuk kolom konsolidasi)
17 Ekuitas :
a. Modal Disetor Modal Disetor 31)
b. Agio (disagio) a. Modal dasar 421
c. Modal Sumbangan b. Modal yang belum disetor -/- 422
d. Dana Setoran Modal
e. Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan Perkiraan Tambahan Modal Disetor
f. Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap a. Agio 431
g. Saldo laba (rugi) b. Disagio -/- 432
c. Modal Sumbangan 32) 433
d. Dana Setoran Modal 33) 434
e. Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan
i. Selisih lebih 436
ii. Selisih kurang -/- 437
Laba/Rugi
a. Tahun-Tahun Lalu
i. Laba 461
ii. Rugi -/- 462
b. Tahun Berjalan 02)
i. Laba 465
ii. Rugi -/- 466
478
Page 6 of 6
Lampiran 24
Lampiran 8 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/ 56 /DPbS tanggal 9 Desember 2005
Lampiran 8
479
Lanjutan Lampiran 24
Lampiran 8 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/ 56 /DPbS tanggal 9 Desember 2005
Lampiran 8
II. Bagi hasil untuk Investor Dana Investasi Tidak Terikat -/- Bagi hasil untuk Investor Dana Investasi Tidak Terikat -/- 150
A. Penduduk
1. Pihak ketiga bukan bank 1. Pihak ketiga bukan bank
a. Tabungan Mudharabah a. Tabungan Mudharabah 151
b. Deposito Mudharabah b. Deposito Mudharabah 152
c. Lainnya c. Lainnya 153
2. Bank Indonesia 2. Bank Indonesia
a. FPJP Syariah a. FPJP Syariah 154
b. Lainnya b. Lainnya 155
3. Bank-bank lain di Indonesia dan diluar Indonesia 3. Bank-bank lain di Indonesia dan diluar Indonesia
a. Tabungan Mudharabah a. Tabungan Mudharabah 156
b. Deposito Mudharabah b. Deposito Mudharabah 157
c. Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank c. Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank 158
d. Lainnya d. Lainnya 159
B. Bukan penduduk
1. Pihak ketiga bukan bank
a. Tabungan Mudharabah 160
b. Deposito Mudharabah 161
c. Lainnya 163
2 Bank-bank lain di Indonesia dan diluar Indonesia
a. Tabungan Mudharabah 164
b. Deposito Mudharabah 165
c. Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank 167
d. Lainnya 169
III. Pendapatan Operasional setelah distribusi bagi hasil Pendapatan Operasional setelah distribusi bagi hasil
Untuk Investor Dana Investasi Tidak Terikat ( I - II ) Untuk Investor Dana Investasi Tidak Terikat ( I - II ) 170
A. Surplus 171
B. Defisit 172
Beban operasional
V. Beban (pendapatan) estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi Penyusutan/Penyisihan/amortisasi/penghapusan
Transaksi Rekening Administratif 387
480
Lanjutan Lampiran 24
Lampiran 8 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/ 56 /DPbS tanggal 9 Desember 2005
Lampiran 8
2. Bukan Penduduk
2.1. Bank-bank lain di luar Indonesia 190
2.2. Pihak ketiga bukan bank 192
F. Penyusutan/Penyisihan/amortisasi/penghapusan
1. Penyusutan aktiva tetap dan inventaris 371
2. Biaya yang ditangguhkan 372
Beban non-operasional
Kerugian restrukturisasi Penyaluran dana
Investasi Tidak Terikat 423
VII. Laba (Rugi) Operasional (III - (IV+V+VI)) Laba (Rugi) Operasional (III - (IV+V+VI))
481
Lanjutan Lampiran 24
Lampiran 8 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/ 56 /DPbS tanggal 9 Desember 2005
Lampiran 8
C. Denda-denda/sanksi-sanksi 424
D. Selisih kurs 425
E. Hasil offsetting debet Imbalan antar kantor (426+427) -
1. KP/KC di Indonesia (426) (413+414)
2. KP/KC di luar Indonesia (427)
F. Lainnya 3) 429
X. Laba (Rugi) Non Operasional (VIII - IX) Laba (Rugi) Non Operasional (VIII - IX)
XI Laba (Rugi) Tahun Berjalan (VII + X) Laba (Rugi) Tahun Berjalan (VII + X))
1) Daftar rincian ini diisi secara akumulatif sejak awal tahun buku bank pelapor sampai dengan tanggal akhir bulan laporan
2) Sub pos "Lainnya" pada Pendapatan Non Operasional harus dirinci pada Form-42 (Rincian Pendapatan Non-Operasional Lainnya) apabila jumlahnya
melebihi 25% dari sandi 410
3) Sub pos "Lainnya" pada Beban Non Operasional harus dirinci pada Form-43 (Rincian Beban Non-Operasional Lainnya) apabila jumlahnya melebihi 25 %
dari sandi 420
4) Jumlah ini harus sama dengan pos 17.b (Laba/Rugi Tahun Berjalan) - Pasiva, Neraca
*) Khusus bank yang sudah go public
482
Lampiran 25
Lampiran 9 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/ 56 /DPbS tanggal 9 Desember 2005
Lampiran 9
KOMITMEN KOMITMEN
Tagihan Komitmen Tagihan Komitmen
1 Fasilitas Pembiayaan Yang belum diterima dan belum digunakan Fasilitas Pembiayaan Yang Belum Ditarik dari :
a. Bank Indonesia 500
b. Bank di Dalam negeri 505
c. Bank di Luar negeri 510
d. Lainnya 514
2 Posisi Pembelian Spot Yang masih berjalan Posisi Pembelian Spot Yang Masih Berjalan
a. Terkait dengan Bank a. Terkait dengan Bank 515
b. Tidak terkait dengan Bank b. Tidak Terkait dengan Bank 520
3 Posisi Pembelian Forward Yang masih berjalan Posisi Pembelian Forward Yang Masih Berjalan
a. Terkait dengan Bank a. Terkait dengan Bank 521
b. Tidak terkait dengan Bank b. Tidak Terkait dengan Bank 524
2 Fasilitas Pembiayaan kepada nasabah yang belum ditarik Fasilitas Pembiayaan kepada nasabah yang belum
a. Pembiayaan Mudharabah ditarik 10)
b. Pembiayaan Musyarakah a. Pembiayaan Mudharabah 536
b. Pembiayaan Musyarakah 537
c. Pembiayaan Lainnya 539
(Lainnya masuk ke Mudharabah)
3 Fasilitas Pembiayaan kepada Bank Syariah Lain yang belum ditarik Fasilitas Pembiayaan kepada Bank Syariah Lain 540
yang belum ditarik
4 Irrevocable L/C Yang Masih berjalan Irrevocable L/C yang masih berjalan 34)
a. L/C Luar Negeri 561
b. L/C Dalam Negeri 562
5 Posisi Penjualan Spot Yang Masih Berjalan Posisi Penjualan Spot Yang Masih Berjalan
a. Terkait dengan Bank a. Terkait dengan Bank 571
b. Tidak terkait dengan Bank b. Tidak Terkait dengan Bank 575
6 Posisi Penjualan Forward Yang Masih Berjalan Posisi Penjualan Forward Yang Masih Berjalan
a. Terkait dengan Bank a. Terkait dengan Bank 576
b. Tidak terkait dengan Bank b. Tidak Terkait dengan Bank 579
KONTINJENSI KONTINJENSI
Tagihan Kontinjensi Tagihan Kontinjensi
1 Garansi (Kafalah) Yang Diterima Garansi (Kafalah) Yang Diterima 591
2 Pendapatan yang akan diterima (non-lancar) Pendapatan yang akan diterima (non-lancar)
a. Terkait dengan Bank a. Terkait dengan bank
b. Tidak terkait dengan Bank i. Pendapatan Sewa Ijarah 592
3 Lainnya ii. Lainnya 594
483
Lampiran 26
Lampiran 10 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005
Lampiran 10
PEDOMAN PERHITUNGAN
KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM
c. Yang dimaksud dengan Dana Setoran Modal adalah dana yang sudah disetor
penuh untuk tujuan penambahan modal namun belum didukung dengan
kelengkapan persyaratan untuk dapat digolongkan sebagai modal disetor seperti
pelaksanaan rapat umum pemegang saham maupun pengesahan anggaran dasar
dari instansi yang berwenang. Untuk dapat diperhitungkan sebagai Dana
Setoran Modal maka dana setoran tersebut harus ditempatkan pada rekening
khusus (escrow account) dan penggunaannya harus dengan persetujuan Bank
Indonesia. Dalam hal dana setoran modal berasal dari calon pemilik Bank maka
jika berdasarkan penelitian Bank Indonesia, calon pemilik Bank atau dana
tersebut tidak memenuhi syarat sebagai pemegang saham atau modal, maka
dana tersebut tidak dapat dianggap sebagai komponen modal, dan dapat ditarik
kembali oleh calon pemilik.
484
Lanjutan Lampiran 26
Lampiran 10 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005
f. Yang dimasukkan dalam komponen laba tahun-tahun lalu maupun laba tahun
berjalan adalah jumlah setelah diperhitungkan taksiran pajak, kecuali apabila
Bank diperkenankan untuk dapat mengkompensasi kerugian sesuai ketentuan
perpajakan yang berlaku.
g. Investasi
Investasi Subordinasi
subordinasidalam
dalamLaporan
Laporan bulanan
bulanan bankbank syariah
Syariah adalahdisebut sebagai
Pinjaman Sub-
ordinasi
pinjamandan Obligasi Syariah
subordinasi. Subordinasi,
Investasi yangjangka
Subordinasi memenuhi kriteria
panjang yangsebagai berikut :
memenuhi
kriteria Bank Indonesia sebagai berikut :
3
486
Lampiran 1 Surat Edaran Bank Indonesia No. 8 /11/ DPbS tanggal 7 Maret 2006 Lampiran 27
PEDOMAN PERHITUNGAN AKTIVA TERTIMBANG MENURUT RISIKO (ATMR)
BERDASARKAN LBUS
Sandi Bank/
BBT. SANDI Gol. Penerbit/ Sandi Gol.
KOMPONEN NOM RES. NERACA FORM KOLOM Gol. Debitur/ Jenis Penjamin Tujuan Keterangan
% Gol. Tertagih
Gol. Pemohon
1. Kas 0 100
4.3 pada bank lain *) 20 04 Sandi Bank 11 s.d. 99 Selain 001,801 s.d. 809 Hasil perkalian outstanding
Selain 793 kecuali 90 dengan bobot risiko
(penyertaan)
4* Penyaluran dana(penempatan pada bank lain) berasal dari sumber dana PLS 1
5.2. Surat Berharga Syariah yang diterbitkan oleh bank sentral negara lain *) 0 140 05 793 99 793,891,896, 897 1 dan 3 sebesar prosentase yg dijamin
794 s.d 795 (prime bank)
5.3.1 Yang diterbitkan atau dijamin oleh *) 0 05 001,801 s.d 809 55 s.d 99 001,801s.d 809 1 dan 3 sebesar prosentase yang dijamin
bank sentral dan pemerintah pusat 793,891,896, 897
794 s.d 795 (prime bank)
Yang diterbitkan dan dijamin dengan
5.3.2
uang kas,uang kertas asing, emas, *) 0 05 Selain: 801s.d 809,001 55 s.d 99 Sandi Bank 1 dan 3 sebesar prosentase yang dijamin
emas, serta giro, deposito dan
tabungan 891 pelapor ybs
pada bank yang bersangkutan,
sebesar nilai dari jaminan tersebut
5.3.3 Yang diterbitkan atau dijamin *) 20 05 810 s.d 827, 896,897 55 s.d 99 810 s.d. 827,891, 896,897 1 dan 3 sebesar prosentase yang dijamin
oleh bank lain, pemerintah Sandi Bank 801s.d 809,
daerah,BUMD, lembaga non departe- selain sandi bank pelapor
men di Indonesia, Bank pem- 793,794 s.d 795
bangunan Multilateral, IDB
5.3.4 Yang diterbitkan atau dijamin oleh BUMN, *) 20 05 828 s.d. 848 55 s.d 99 828 s.d 848,893,801 s.d 809 1 dan 3 sebesar prosentase yang dijamin
dan perusahaan milik pemerintah pusat negara lain dan 893 dan 893,793,794 s.d 795
6.1.1 Bank Sentral *) 0 06 s.d 09 001 jenis pengg. 001, 793 1 dan 9 sebesar prosentase yang dijamin
10 s.d. 89 (kecuali
(untuk salam salam)
tidak ada)
6.1.2 Pemerintah Pusat *) 0 06 s.d 09 801 s.d 809 jenis pengg. 801 s.d 809 1 dan 9 sebesar prosentase yang dijamin
891 10 s.d. 89 891 (kecuali
(untuk salam salam)
tidak ada)
6.1.3 Uang kas, uang kertas asing, emas, mata *) 0 06 s.d 09 Selain : 801 s.d 809,001 jenis pengg. Sandi Bank 1 dan 9 sebesar prosentase yang dijamin
uang emas, serta giro, deposito dan 891 10 s.d. 89 pelapor ybs (kecuali
tabungan pada bank yang bersangkutan, (untuk salam salam)
sebesar nilai dari jaminan tersebut. tidak ada)
6.1.4 Bank lain, pemerintah daerah, BUMD, lembaga *) 20 06 s.d 09 810 s.d 827, 896,897 jenis pengg. 810 s.d 827,891, 896,897 1 dan 9 sebesar prosentase yang dijamin
non departemen di Indonesia, Bank **) Sandi Bank 10 s.d. 89 801 - 809, (kecuali
Pembangunan Multilateral, IDB (untuk salam selain sandi bank pelapor salam)
tidak ada) 793,794 s.d 795
6.1.5 BUMN dan perusahaan milik pemerintah *) 20 06 s.d 09 828 s.d. 848 jenis pengg. 828 s.d 848,893,801 s.d 809 1 dan 9 sebesar prosentase yang dijamin
pusat negara lain **) dan 893 10 s.d. 89 dan 893,793,794 s.d 795 (kecuali
(untuk salam salam)
tidak ada)
6.1.6 Pihak-pihak lainnya *) 06 s.d 09 849, 851 s.d 889, jenis pengg. 849 s.d 889,801 s.d 809 1 dan 9 sebesar prosentase yang dijamin
6.1.6.1. perusahaan rating AAA s.d AA- 20 894,895, 899 10 s.d. 89 892,894,895, 891, (kecuali
6.1.6.2. perusahaan rating A+ s.d A- 50 793,794 s.d 795,896,897,899 salam)
6.1.6.3. perusahaan rating BBB+ s.d BBB- 100
6.1.6.4. perusahaan rating BB+ s.d B- 100
6.1.6.5. perusahaan rating dibawah B- 150
6.1.6.6. perusahaan tidak memiliki rating 100
6.2. Piutang Pemilikan Rumah yang dijamin oleh hak tanggungan pertama *) 35 150 06 851 s.d 889 jenis pengg. 851 s.d 889 sebesar outstanding dikalikan
dengan tujuan untuk dihuni. 71, 72, 80 bobot risiko
6.3. Piutang kepada usaha kecil *) 85 150 s.d 159 06 s.d 09 Gol.piutang
**) 19
7. Pembiayaan 160,161,169
7.1 Pembiayaan yang diberikan kepada atau dijamin : 160,161,169 B. Debet
7.1.1 Bank Sentral *) 0 10 001 jenis pengg. 001, 793 1 dan 9 sebesar prosentase yang dijamin
10 s.d. 59
7.1.2 Pemerintah Pusat *) 0 10 801 s.d 809 jenis pengg. 801 s.d 809 1 dan 9 sebesar prosentase yang dijamin
891 10 s.d. 59 891
7.1.3 Uang kas, uang kertas asing, emas, mata *) 0 10 Selain : 801 s.d 809,001 jenis pengg. Sandi Bank 1 dan 9 sebesar prosentase yang dijamin
uang emas, serta giro, deposito dan 891 10 s.d. 59 pelapor ybs
tabungan pada bank yang bersangkutan,
sebesar nilai dari jaminan tersebut.
7.1.4 Bank lain, pemerintah daerah, BUMD, lembaga *) 20 10 810 s.d 827, 896,897 jenis pengg. 810 s.d 827,891, 896,897 1 dan 9 sebesar prosentase yang dijamin
non departemen di Indonesia, Bank **) Sandi Bank 10 s.d. 59 801 - 809,
Pembangunan Multilateral, IDB selain sandi bank pelapor
793,794 s.d 795
7.1.5 BUMN dan perusahaan milik pemerintah *) 20 10 828 s.d. 848 jenis pengg. 828 s.d 848,893,801 s.d 809 1 dan 9 sebesar prosentase yang dijamin
pusat negara lain **) dan 893 10 s.d. 59 dan 893,793,794 s.d 795
487
Page 1 of 3
Lampiran 1 Surat Edaran Bank Indonesia No. 8 /11/ DPbS tanggal 7 Maret 2006 Lanjutan Lampiran 27
PEDOMAN PERHITUNGAN AKTIVA TERTIMBANG MENURUT RISIKO (ATMR)
BERDASARKAN LBUS
Sandi Bank/
BBT. SANDI Gol. Penerbit/ Sandi Gol.
KOMPONEN NOM RES. NERACA FORM KOLOM Gol. Debitur/ Jenis Penjamin Tujuan Keterangan
% Gol. Tertagih
Gol. Pemohon
7.1.6 Pihak-pihak lainnya *) 10 849, 851 s.d 889, jenis pengg. 849 s.d 889,801 s.d 809 1 dan 9 Hasil perkalian outstanding
**) 894,895, 899 10 s.d. 59 891,892,894,895, 899 dengan bobot risiko
7.1.6.1. perusahaan rating AAA s.d AA- 20
7.1.6.2. perusahaan rating A+ s.d A- 50
7.1.6.3. perusahaan rating BBB+ s.d BBB- 100
7.1.6.4. perusahaan rating BB+ s.d B- 100
7.1.6.5. perusahaan rating dibawah B- 150
7.1.6.6. perusahaan tidak memiliki rating 100
7** Penyaluran dana PLS yg sumber dana dari wadiah,modal sendiri,qardh, MM 150
9.2. Pemerintah Pusat *) 0 44 801 s.d 809 801 s.d 809 1 dan 9 sebesar prosentase yang dijamin
891 891
9.3. Uang kas, uang kertas asing, emas, mata *) 0 44 Selain : 801 s.d 809,001 Sandi Bank 1 dan 9 sebesar prosentase yang dijamin
uang emas, serta giro, deposito dan 891 pelapor ybs
tabungan pada bank yang bersangkutan,
sebesar nilai dari jaminan tersebut.
9.4. Bank lain, pemerintah daerah, BUMD, lembaga *) 20 44 810 s.d 827, 896,897 810 s.d 827,891, 896,897 1 dan 9 sebesar prosentase yang dijamin
non departemen di Indonesia, Bank Sandi Bank 801 s.d 809,
Pembangunan Multilateral, IDB selain sandi bank pelapor
793,794 s.d 795
9.5. BUMN dan perusahaan milik pemerintah *) 20 44 828 s.d. 848 828 s.d 848,893,801 s.d 809 1 dan 9 sebesar prosentase yang dijamin
pusat negara lain dan 893 dan 893,793,794 s.d 795
9.6. Pihak-pihak lainnya (khusus untuk Ijarah Muntahiyah BiTtamlik/IMBT) *) 44 849, 851 s.d 889, 849 s.d 889,801 s.d 809 1 dan 9 Hasil perkalian outstanding
9.6.1. perusahaan rating AAA s.d AA- 20 894,895, 899 892,894,895, 891, dengan bobot risiko
9.6.2. perusahaan rating A+ s.d A- 50 793,794 s.d 795,896,897,899
9.6.3. perusahaan rating BBB+ s.d BBB- 100
9.6.4. perusahaan rating BB+ s.d B- 100
9.6.5. perusahaan rating dibawah B- 150
9.6.6. perusahaan tidak memiliki rating 100
10.1.2.Pemerintah Pusat *) 0 11 801 s.d 809 11 s.d. 90 801 s.d 809 sebesar prosentase yang dijamin
891 891
10.1.3.Uang kas, uang kertas asing, emas, mata *) 0 11 Selain : 801 s.d 809,001 11 s.d. 90 Sandi Bank sebesar prosentase yang dijamin
uang emas, serta giro, deposito dan 891 pelapor ybs
tabungan pada bank yang bersangkutan,
sebesar nilai dari jaminan tersebut.
10.1.4.Bank lain, pemerintah daerah, BUMD, lembaga *) 20 11 810 s.d 827, 896,897 11 s.d. 90 810 s.d 827,891, 896,897 sebesar prosentase yang dijamin
non departemen di Indonesia, Bank Sandi Bank 801 s.d 809,
Pembangunan Multilateral, IDB selain sandi bank pelapor
793,794 s.d 795
10.1.5.BUMN dan perusahaan milik pemerintah *) 20 11 828 s.d. 848 11 s.d. 90 828 s.d 848,893,801 s.d 809 sebesar prosentase yang dijamin
pusat negara lain dan 893 dan 893,793,794 s.d 795
10.3.Untuk pegawai/pensiunan *) 50
10* Penyaluran dana (tagihan lainnya) berasal dari sumber dana PLS 1
10** Penyaluran dana PLS yg sumber dana dari wadiah,modal sendiri,qardh, MM 150
11** Penyaluran dana PLS yg sumber dana dari wadiah,modal sendiri,qardh, MM 150
12 Aktiva Istishna' dalam penyelesaian 100 210,211 14 Jumlah sandi bank pelapor ybs 1 dan 9 sandi bank pelapor ybs
1.1.2 Pemerintah Pusat 0 10 801 s.d 809 jenis pengg. Selain : sebesar prosentase yang dijamin
10 s.d. 89 001
kecuali
71dan 72
488
Page 2 of 3
Lampiran 1 Surat Edaran Bank Indonesia No. 8 /11/ DPbS tanggal 7 Maret 2006 Lanjutan Lampiran 27
PEDOMAN PERHITUNGAN AKTIVA TERTIMBANG MENURUT RISIKO (ATMR)
BERDASARKAN LBUS
Sandi Bank/
BBT. SANDI Gol. Penerbit/ Sandi Gol.
KOMPONEN NOM RES. NERACA FORM KOLOM Gol. Debitur/ Jenis Penjamin Tujuan Keterangan
% Gol. Tertagih
Gol. Pemohon
1.1.3 Uang kas, uang kertas asing, emas, mata 0 10 Selain : jenis pengg. Sandi Bank sebesar prosentase yang dijamin
uang emas, serta giro, deposito dan 801 s.d 809 10 s.d. 89 pelapor ybs
tabungan pada bank yang bersangkutan, kecuali
sebesar nilai dari jaminan tersebut. 71dan 72
1.1.4 Bank lain, pemerintah daerah, BUMD, lembaga 10 10 810 s.d 827, 896, 897 jenis pengg. 810 s.d 827,891, 896,897 sebesar prosentase yang dijamin
non departemen di Indonesia, Bank Sandi Bank 10 s.d. 89 801 s.d 809,
Pembangunan Multilateral, IDB kecuali selain sandi bank pelapor
71dan 72 793,794 s.d 795
1.1.5 BUMN dan perusahaan milik pemerintah 10 10 828 s.d. 848 jenis pengg. 828 s.d. 889 sebesar prosentase yang dijamin
pusat negara lain dan 893 10 s.d. 89 891 s.d 895, 899
kecuali
71dan 72
1.1.8 Pegawai/Pensiunan 25
2. Garansi/Jaminan bank
2.1 Dlm rangka pemberian pembiayaan termasuk standby
L/C & risk-sharing serta endosemen atau aval atas
surat-surat berharga yg diberikan atas permintaan :
2.1.1 Bank Sentral dan pemerintah pusat. *) 0 599 35 001, 801 s.d 809 30, 40, 50,90 001, 801 s.d 809
2.1.2 Bank lain, pemerintah daerah, BUMD, lembaga non *) 20 599 35 810 s.d 827, 896, 897 30, 40, 50,90 810 s.d 827,891, 896,897
departemen, bank pembangunan multilateral, IDB Sandi Bank 801 s.d 809,
selain sandi bank pelapor
793,794 s.d 795
2.1.3 BUMN dan perusahaan milik pemerintah pusat *) 20 599 35 828 s.d. 848 30, 40, 50,90 828 s.d. 889
negara lain. dan 893 891 s.d 895, 899
2.1.4 Pihak-pihak lainnya 599 35 849, 851 s.d 889, 30, 40, 50, 90 801 s.d 809,849 s.d 889,891 1 dan 3 hasil perkalian dari outstanding
894,895, 899 793,892,894,895,896,897,899 dengan bobot risiko dari tiap
kelompok rating perusahaan
Yang diterbitkan atau dijamin oleh pihak swasta lainnya *)
(S&P rating standard atau yg selevel sesuai ketentuan)
perusahaan rating AAA s.d AA- 20
perusahaan rating A+ s.d A- 50
perusahaan rating BBB+ s.d BBB- 100
perusahaan rating BB+ s.d B- 100
perusahaan rating dibawah B- 150
perusahaan tidak memiliki rating 100
2.2.1 Bank Sentral dan pemerintah pusat *) 0 599 35 001, 801 s.d 809 10 dan 20 001, 801 s.d 809
2.2.2 Bank lain, pemerintah daerah, BUMD, lembaga non *) 10 599 35 810 - 827, 896, 897 10 dan 20 810 s.d 827,891, 896,897
departemen, bank pembangunan multilateral, IDB Sandi Bank 801 s.d 809,
selain sandi bank pelapor
793,794 s.d 795
2.2.3 BUMN dan perusahaan milik pemerintah pusat *) 10 599 35 828 s.d 849 10 dan 20 828 s.d. 889
negara lain. dan 893 891 s.d 895, 899
2.2.4 Pihak-pihak lainnya *) 599 35 849, 851 s.d 889, 10 dan 20 801 s.d 809,849 s.d 889,891
894,895, 899 793,892,894,895,896,897,899
perusahaan rating AAA s.d AA- 10
perusahaan rating A+ s.d A- 25
perusahaan rating BBB+ s.d BBB- 50
perusahaan rating BB+ s.d B- 50
perusahaan rating dibawah B- 75
perusahaan tidak memiliki rating 50
2.3.1 Bank Sentral dan pemerintah pusat. *) 0 599 35 001, 801 s.d 809 60, 65 001, 801 s.d 809
0 561 &562 34 001, 801 s.d 809 11, 15 001, 801 s.d 809
2.3.2 Bank lain, pemerintah daerah, BUMD, lembaga non *) 4 599 35 810 s.d 827, 896, 897 60, 65 810 s.d 827, 896, 897
departemen, bank pembangunan multilateral, IDB Sandi Bank Lain Sandi Bank Lain
4 561 &562 34 810 s.d 827, 896, 897 11, 15 810 s.d 827, 896, 897
Sandi Bank Lain Sandi Bank Lain
2.3.3 BUMN, dan perusahaan milik pemerintah *) 4 599 35 828 s.d 849 60, 65 828 s.d 849
pusat negara lain. dan 893 dan 893
4 561 &562 34 828 s.d 848 11, 15 828 s.d 848
dan 893 dan 893
2.3.4 Pihak-pihak lainnya *) 599 35 849 s.d 889, 60, 65 849 s.d 889,
891,892,894,895, 899 891,892,894,895, 899
489
Page 3 of 3
Lampiran 28
Lampiran 2 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/11/DPbS tanggal 7 Maret 2006
I. KOMPONEN MODAL
A. MODAL INTI
1. Modal Disetor 1) Modal Dasar 421
2) Modal yang belum disetor
-/- 422
2. Cadangan Tambahan Modal
(Disclosed Reserves)
a. Agio Saham Agio 431
b. Disagio (-/-) Disagio -/- 432
c. Modal Sumbangan Modal Sumbangan 433
d. Cadangan Umum dan Tujuan 1) Cadangan Umum 451
2) Cadangan Tujuan 452
e. Laba tahun-tahun lalu setelah Laba tahun-tahun lalu 461
diperhitungkan pajak
f. Rugi tahun-tahun lalu (-/-) Rugi tahun-tahun lalu -/- 462
Faktor-faktor adjustment:
1) Dampak pengakuan aktiva pajak
tangguhan 230(70)
Entry
2) Lainnya
490
Lanjutan Lampiran 28
Lampiran 2 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/11/DPbS tanggal 7 Maret 2006
B. MODAL PELENGKAP
(Maks. 100% dari Modal Inti)
1. Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap Selisih penilaian kembali aktiva
tetap 445
2. Cadangan Umum Penyisihan Cadangan umum PPAP Aktiva 205
Penghapusan Aktiva Produktif/PPAP Cadangan Umum PPAP transaksi
(maks. 1,25% dari ATMR) administratif 400(80)
3. Modal Pinjaman Modal pinjaman 410
4. Investasi Subordinasi (maks.50% dari Kewajiban kepada Bank
Modal Inti) Indonesia
Pinjaman Subordinasi
340(30)
Kewajiban kepada Bank lain
Pinjaman Subordinasi
350(72)
Obligasi Syariah Subordinasi 350(61)
491
Lanjutan Lampiran 28
Lampiran 2 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/11/DPbS tanggal 7 Maret 2006
492
Lampiran 29
Lampiran 11 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005
Lampiran 11
I. Permodalan
1. a. CAR dengan Modal Perhitungan Modal dan Aktiva
memperhitungkan risiko Aktiva Tertimbang Menurut Tertimbang Menurut Risiko
kredit/penyaluran dana Risiko Kredit/penyaluran dana dilakukan berdasarkan ketentuan
Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum Bank Syariah yang
berlaku.
b. CAR dengan Modal
memperhitungkan risiko Aktiva Tertimbang Menurut
kredit/penyaluran dana dan Risiko Kredit/penyaluran dana
risiko pasar dan ATMR risiko pasar
2. Aktiva tetap terhadap modal Aktiva tetap dan inventaris • Perhitungan modal dilakukan
Modal berdasarkan ketentuan
Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum yang berlaku.
• Termasuk dalam aktiva tetap
adalah inventaris dan aktiva
sewa guna usaha.
• Aktiva tetap dan inventaris
dihitung secara gross (tidak
dikurangi penyusutan).
II. Aktiva Produktif
1. Aktiva produktif bermasalah Aktiva produktif bermasalah • Cakupan komponen dan kualitas
(Aktiva produktif Total aktiva produktf aktiva produktif sesuai ketentuan
bermasalah terhadap total yang berlaku.
aktiva produktif) = NPA • Aktiva produktif bermasalah
NPA = NPEA merupakan aktiva produktif
EA dengan kualitas kurang lancar,
diragukan dan macet.
• Aktiva produktif bermasalah
dihitung secara gross (tidak
dikurangi PPAP).
• Angka dihitung per posisi (tidak
disetahunkan).
2. a. NPF (penyediaan dana Penyediaan dana bermasalah • Penyediaan/penyaluran dana
bermasalah) gross Total penyediaan dana adalah berupa piutang,
pembiayaan dan Ijarah
• Pembiayaan merupakan
pembiayaan yang diberikan
kepada pihak ketiga (tidak
termasuk pembiayaan kepada
bank lain).
• Penyediaan dana bermasalah
adalah penyediaan dana dengan
kualitas kurang lancar, diragukan
493
Lanjutan Lampiran 29
Lampiran 11 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005
Lampiran 11
dan macet.
• Penyediaan dana bermasalah
dihitung secara gross (tidak
dikurangi PPAP).
• Angka dihitung per posisi (tidak
disetahunkan).
b. NPF (penyediaan dana Penyediaan dana bermasalah - • PPAP adalah Penyisihan
bermasalah) net PPAP Penghapusan Aktiva Produktif
Total Penyediaan dana sesuai ketentuan tentang PPAP
yang berlaku bagi bank syariah
3 PPA produktif terhadap Penyisihan Penghapusan • Cakupan komponen dan
aktiva produktif Aktiva Produktif yang telah kualitas aktiva produktif sesuai
(Penyisihan Penghapusan dibentuk ketentuan yang berlaku.
Aktiva produktif terhadap Total Aktiva Produktif • Angka dihitung per posisi (tidak
total aktiva produktif) disetahunkan).
494
Lanjutan Lampiran 29
Lampiran 11 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005
Lampiran 11
495
Lanjutan Lampiran 29
Lampiran 11 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005
Lampiran 11
IV. Likuiditas
1. Quick Ratio Aktiva Lancar • Aktiva lancar dan kewajiban
Kewajiban Lancar lancar adalah aktiva dan
kewajiban yang memiliki jangka
waktu sampai dengan 3 bulan
(lihat maturity profile di LBBU)
2. Antar Bank Passiva (SIMA) SIMA • SIMA adalah Sertifikat Investasi
terhadap DPK DPK Mudharabah yg berjangka
waktu s.d 3 bln (90 hari) ; lihat
di sandi 350,Kol.IV (51) form 21
3. Deposan Inti terhadap DPK Deposan Inti • Deposan inti adalah 25 deposan
DPK terbesar dari Bank
• DPK mencakup Giro, Tab,
Deposito
V. Kepatuhan (Compliance)
1. a. Persentase Pelanggaran Perhitungan pelanggaran dan
BMPK pelampauan BMPK dilakukan sesuai
a.1. Pihak Terkait ketentuan BMPK yang berlaku.
a.2. Pihak Tidak Terkait
b. Persentase Pelampauan
BMPK
b.1. Pihak Terkait
b.2. Pihak Tidak Terkait
496
Lampiran 30
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005
Lampiran 12
LAPORAN SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA ZIS
Bank :
Periode :
No URAIAN Catatan 20x2 20x1
497
Lampiran 31
Lampiran 13 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005
Lampiran 13
498
Lampiran 32
Lampiran 14 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005
Lampiran 14
Portfolio Pembiayaan(Project)
Saldo Awal
Portfolio Pembiayaan(Project)
Penerimaan dana
Penarikan dana
Beban/biaya
Fee/penerimaan bank
Portfolio Pembiayaan(Project)
Saldo Akhir
*) Untuk bank yang bertindak sebagai agen dalam menyalurkan dana (Channeling agent)
499
Lampiran 33
Lampiran 15 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005
Lampiran - 15
TOTAL A B C D E
Ket :
A = Entry
B = B1+B2+B3+B4+B5+B6
C = Entry, untuk penghimpunan jenis wadiah pada kolom nisbah tidak diisi
D = D1+D2+D3+D4+D5+D6
D = B X C , kecuali untuk D1 (tergantung kebijaksanaan bank untuk pemberian bonus wadiah)
E = (D/A X 100%) X 12
500
Lampiran 34
Lampiran. 16 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005
B. PASIVA
1 Dana Simpanan Wadiah
2 Kewajiban Segera Lainnya
3 Kewajiban Kepada Bank Indonesia (FPJPS)
4 Kewajiban Kepada Bank Lain
5 Surat Berharga Yang Diterbitkan
6 Kewajiban Lain-lain
7 Dana Investasi tidak terikat
a. Tabungan Mudharabah
b. Deposito Mudharabah
8 Saldo Laba (Rugi)
JUMLAH PASIVA
LABA-RUGI
No. POS - POS Posisi Tgl Posisi Tgl
Laporan Sebelumnya
A. PENDAPATAN OPERASIONAL
1 Margin Murabaha
2 Bagi Hasil Mudharabah
3 Bonus
4 Pendapatan Operasional Lainnya
B. JUMLAH PENDAPATAN OPERASIONAL
………….. , …………………
501
Lampiran 35
Lampiran 4 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/11/DPbS tanggal 7 Maret 2006
AKTIVA
1. Kas Kas 100
2 Giro BI Penempatan Pada BI 03) 120
Giro Wadiah 120(10)
PPAP -/-
Jenis :
1 Simpanan Wadiah
a. Giro 130(11)
b. Tabungan 130(12)
c. Lainnya 130(19)
2 Dana Investasi Tidak Terikat
a. Tabungan Mudharabah 130(21)
b. Deposito Mudharabah 130(25)
c. Lainnya 130(30)
3 Pembiayaan
a. Mudharabah 130(64)
b. Musyarakah 130(65)
4 Piutang
a. Al-Qardh 130(67)
b. Lainnya 130(69)
5 Tagihan akseptasi 130(73)
4. Surat Berharga Yang Dimiliki Surat Berharga Yang Dimiliki 05) 140
PPAP -/-
Tujuan pemilikan :
1. Dimiliki hingga jatuh tempo Kol.IV (1)
2. Lainnya Kol.IV (3), Lainnya termasuk
juga "Tersedia untuk dijual"
Jenis :
1 Surat Berharga Pasar Keuangan Syariah
a. Wesel
- Wesel ekspor 140(55)
- SKBDN 140(57)
- Lainnya 140(59)
b. Lainnya 140(69)
2 Surat Berharga Pasar Modal Syariah
a. Sertifikat Reksadana Syariah 140(81)
b. Obligasi
- Dalam Rangka Rekapitalisasi Perbankan 140(82)
. Lainnya 140(83)
c. Lainnya 140(89)
3 Lainnya 140(99)
5 Piutang Murabaha
Dibedakan atas hubungan dengan bank :
1. Terkait dengan Bank 150,Kol.VII.2(1)
2. Tidak terkait dengan Bank 150,Kol.VII.2(2)
PPAP -/-
Piutang Murabahah 06) 150
Pendapatan Margin Murabahah yang ditangguhkan -/- 06) 151
502
Page 1 of 5
Lanjutan Lampiran 35
Lampiran 4 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/11/DPbS tanggal 7 Maret 2006
6 Piutang Lain
Piutang Lain
PPAP -/-
Jenis Pembiayaan :
a. Pembiayaan Mudharabah 160
b. Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap (Gedung) dan Inventaris -/- 214 + 216
11 Aktiva lain-lain
Persediaan 170
PENYERTAAN 12)
Jenis Perusahaan :
1 Lembaga keuangan bukan bank 200,Kol.II (10)
2 Lainnya 200,Kol.II (90)
Tujuan :
1 Dalam rangka pendirian/kepemilikan anak perusahaan 200,Kol.V (1)
2 Dalam rangka restrukturisasi piutang/pembiayaan 200,Kol.V (2)
503
Page 2 of 5
Lanjutan Lampiran 35
Lampiran 4 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/11/DPbS tanggal 7 Maret 2006
Hasil offsetting debet Uang muka pajak dan Taksiran pajak penghasilan
RUPA-RUPA AKTIVA 17)
Uang muka pajak 230,Kol.I (40)
Hasil offsetting debet Antar kantor Aktiva dan Antar kantor Pasiva
Antar Kantor Aktiva
a. Melakukan kegiatan operasional di Indonesia 15) 223
b. Melakukan kegiatan operasional diluar Indonesia 16) 224
504
Page 3 of 5
Lanjutan Lampiran 35
Lampiran 4 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/11/DPbS tanggal 7 Maret 2006
PASIVA
1. Dana Simpanan Wadiah Dana Simpanan Wadiah 18)
Jenis :
1 Giro Wadiah 301,Kol.III (10)
2 Tabungan Wadiah 302,Kol.III (20)
3 Lainnya 309,Kol.III (99)
3 Kewajiban Kepada Bank Indonesia (FPJPS) Kewajiban Kepada Bank Indonesia 20)
1 Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah (FPJPS) 340 (10)
2 Pembiayaan yang diterima (KLBI dalam rangka KUK) 340 (40)
3 Lainnya 340 (99)
Lainnya = Pembiayaan yg diterima
dan Lainnya
4 Kewajiban Kepada Bank Lain Kewajiban Kepada Bank Lain 21)
1 Simpanan
a. Giro Wadiah 350(10)
b. Tabungan Wadiah 350(20)
c. Lainnya 350(29)
2 Titipan dalam rangka pembiayaan Mudharabah Muqayyadah 350(50)
3 Pembiayaan/pinjaman yang diterima
a. Mudharabah 350(81)
b. Musyarakah 350(82)
c. Pinjaman Qardh 350(83)
d. Lainnya 350(89)
4 Kewajiban akseptasi 350(95)
Hasil offsetting kredit Taksiran pajak penghasilan dan Uang muka pajak
RUPA-RUPA PASIVA 29)
Taksiran pajak penghasilan 400(30)
505
Page 4 of 5
Lanjutan Lampiran 35
Lampiran 4 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/11/DPbS tanggal 7 Maret 2006
Hasil offsetting kredit Antar kantor Aktiva dan Antar kantor Pasiva
Antar Kantor Pasiva
a. Melakukan kegiatan operasional di Indonesia 27) 393
b. Melakukan kegiatan operasional diluar Indonesia 28) 394
Laba/Rugi
a. Tahun-Tahun Lalu
i. Laba 461
ii. Rugi -/- 462
b. Tahun Berjalan 02)
i. Laba 465
ii. Rugi -/- 466
506
Page 5 of 5
Lampiran 36
Lampiran 18 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005
Lampiran 18
507
Lanjutan Lampiran 36
C. Bagi hasil untuk Investor Dana Investasi Tidak Terikat -/- Bagi hasil untuk Investor Dana Investasi Tidak Terikat -/-
A. Penduduk
1. Bank 1 Bank-bank lain di Indonesia dan diluar Indonesia (Bank)
2. Bukan Bank a. Tabungan Mudharabah 156
3. Bank Indonesia b. Deposito Mudharabah 157
c. Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank 158
d. Lainnya 159
2 Pihak ketiga bukan bank (Bukan Bank)
a. Tabungan Mudharabah 151
b. Deposito Mudharabah 152
c. Lainnya 153
3 Bank Indonesia
a. FPJP Syariah 154
b. Lainnya 155
B. Bukan penduduk
1 Bank-bank lain di Indonesia dan diluar Indonesia (Bank)
a. Tabungan Mudharabah 164
b. Deposito Mudharabah 165
c. Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank 167
d. Lainnya 169
E. Pendapatan Operasional setelah distribusi bagi hasil Pendapatan Operasional setelah distribusi bagi hasil
Untuk Investor Dana Investasi Tidak Terikat ( B - D ) Untuk Investor Dana Investasi Tidak Terikat ( A - B )
A. Surplus
B. Defisit
F. Beban Operasional
508
Lanjutan Lampiran 36
Beban operasional
1 Bonus Wadiah Beban Bonus titipan wadiah
1. Penduduk
1.1. Bank Indonesia 185
1.2. Bank-bank lain di Indonesia 186
1.3. Pihak ketiga bukan bank 189
2. Bukan Penduduk
2.1. Bank-bank lain di luar Indonesia 190
2.2. Pihak ketiga bukan bank 192
Beban operasional
Penyusutan/Penyisihan/amortisasi/penghapusan
Transaksi Rekening Administratif 387
F. Penyusutan/Penyisihan/amortisasi/penghapusan
1. Penyusutan aktiva tetap dan inventaris 371
2. Biaya yang ditangguhkan 372
5 Beban Lainnya
Beban operasional
Penurunan nilai surat berharga 390
Beban operasional
Beban transaksi valuta asing 200
Beban operasional
Promosi 340
509
Lanjutan Lampiran 36
Beban operasional
A. Premi dalam rangka Penjaminan Dana Pihak Ketiga 272
B. Lainnya 399
C. Biaya Perbaikan Aktiva Ijarah 210
Beban non-operasional
Kerugian restrukturisasi Penyaluran dana
Investasi Tidak Terikat 423
1) Daftar rincian ini diisi secara akumulatif sejak awal tahun buku bank pelapor sampai dengan tanggal akhir bulan laporan
2) Sub pos "Lainnya" pada Pendapatan Non Operasional harus dirinci pada Form-42 (Rincian Pendapatan Non-Operasional Lainnya) apabila jumlahnya
melebihi 25% dari sandi 410
3) Sub pos "Lainnya" pada Beban Non Operasional harus dirinci pada Form-43 (Rincian Beban Non-Operasional Lainnya) apabila jumlahnya melebihi 25 %
dari sandi 420
4) Jumlah ini harus sama dengan pos 17.b (Laba/Rugi Tahun Berjalan) - Pasiva, Neraca
510
Lampiran 37
Lampiran 19 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005
Lampiran 19
4 Lainnya
Tagihan Komitmen
Fasilitas Pembiayaan Yang Belum Ditarik dari :
a. Bank Indonesia 500
b. Bank di Dalam negeri 505
c. Bank di Luar negeri 510
d. Lainnya 514
Kewajiban Komitmen
Fasilitas Piutang Qardh yang belum ditarik 9)
a. Dalam rangka talangan Ongkos Naik Haji (ONH) 531
b. Dalam rangka talangan atas transaksi perdagangan > 15 hr 532
c. Lainnya 535
Tagihan Kontinjensi
Garansi (Kafalah) Yang Diterima 591
Pendapatan yang akan diterima (non-lancar)
a. Terkait dengan bank
i. Pendapatan Sewa Ijarah 592
ii. Lainnya 594
b. Tidak terkait dengan bank
i. Pendapatan Sewa Ijarah 595
ii. Pendapatan Margin Murabahah
iii. Pendapatan dari Istishna Paralel
iv. Pendapatan dari Salam Paralel
ii. Lainnya 597
Lainnya 598
Kewajiban Kontinjensi
Lainnya 609
511
Lampiran 38
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/ 33 /DPNP tanggal 8 Desember 2009
PENYESUAIAN
PEDOMAN AKUNTANSI PERBANKAN INDONESIA (PAPI) 2008
2. Ketentuan Transisi
D. Estimasi Penurunan Nilai Kolektif Dengan Keterbatasan Pengalaman
Kerugian Spesifik
1. Cakupan
a. Penerapan estimasi ini hanya berlaku untuk penurunan nilai
aset keuangan dalam bentuk Kredit dalam:
1) kategori Pinjaman yang Diberikan dan Piutang,
2) kategori Dimiliki Hingga Jatuh Tempo, serta
3) kategori Tersedia Untuk Dijual
yang dilakukan secara kolektif (collective impairment).
b. Penerapan estimasi ini hanya dapat dilakukan oleh bank-bank
tertentu yang memiliki kondisi keterbatasan sebagaimana pada
angka 3.
2. Penerapan
a. Sebagaimana diatur dalam PSAK 55 (Revisi 2006) paragraf 63
dan Pedoman Aplikasi PSAK 55 (Revisi 2006) paragraf
102-105, evaluasi penurunan nilai harus dilakukan berdasarkan
suatu proses estimasi yang dapat menghasilkan satu nilai
kerugian atau kisaran (range) nilai kerugian terbaik yang
mungkin terjadi. Estimasi penurunan nilai secara kolektif
terhadap kelompok aset keuangan dimaksud didasarkan pada
kerugian historis yang pernah dialami aset-aset keuangan yang
memiliki karakteristik risiko kredit yang serupa dengan
karakteristik risiko kredit kelompok aset keuangan tersebut.
517
Lanjutan Lampiran 39a
39b
518
Lampiran 39b
519
Lanjutan Lampiran 39b
520
Lampiran 40
521
Lampiran 41a
522
Lanjutan Lampiran 41a
41b
523
Lanjutan Lampiran 41 a
524
Lampiran 41b
525
Lanjutan Lampiran 41b
526
Lampiran 42
527
Lampiran 43A
LAMPIRAN IA
SURAT EDARAN BANK INDONESIA
NOMOR 15/43/DPNP TANGGAL 21 OKTOBER 2013
PERIHAL
PERUBAHAN ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA
NOMOR 15/29/DKBU TANGGAL 31 JULI 2013
PERIHAL LAPORAN TAHUNAN DAN LAPORAN
KEUANGAN PUBLIKASI BANK PERKREDITAN RAKYAT
PENYUSUNAN
LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI
528
Lanjutan Lampiran 43A
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/43 /DPNP tanggal 21 Oktober 2013
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
BAB I
PENJELASAN UMUM
1
529
Lanjutan Lampiran 43A
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/43 /DPNP tanggal 21 Oktober 2013
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
BAB II
PEDOMAN PENGISIAN LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI
TABEL 1 NERACA
PT/PD/KOP *) BANK PERKREDITAN RAKYAT ………
Tanggal …………..
2
530
Lanjutan Lampiran 43A
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/43 /DPNP tanggal 21 Oktober 2013
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
3
531
Lanjutan Lampiran 43A
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/43 /DPNP tanggal 21 Oktober 2013
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
AKTIVA
1. Kas
Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah sandi 100 Aktiva Neraca
yaitu uang kartal yang ada dalam kas berupa uang kertas dan uang
logam yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yang menjadi alat
pembayaran yang sah di Indonesia. Commemorative coins/notes
milik BPR yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dilaporkan pada
pos Aktiva Lain-Lain.
4
532
Lanjutan Lampiran 43A
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/43 /DPNP tanggal 21 Oktober 2013
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
8. Aktiva Lain-Lain
Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah sandi 180 Aktiva Neraca
yaitu saldo rekening-rekening aktiva lainnya yang tidak dapat
dimasukkan atau digolongkan ke dalam salah satu dari pos 1
sampai dengan 7 di atas. Dalam pos ini dimasukkan pula
commemorative coins/notes yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.
5
533
Lanjutan Lampiran 43A
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/43 /DPNP tanggal 21 Oktober 2013
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
PASIVA
2. Tabungan
Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah sandi 210 Pasiva Neraca
yaitu simpanan – simpanan dari pihak ketiga bukan bank pada BPR
yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat
tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek,
bilyet giro dan/atau alat yang dipersamakan dengan itu. Pos ini
dibedakan atas tabungan milik pihak terkait dan tidak terkait.
3. Deposito berjangka
Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah sandi 220 Pasiva Neraca
yaitu simpanan milik pihak ketiga bukan bank yang penarikannya
dapat dilakukan menurut suatu jangka waktu tertentu sesuai
dengan perjanjian. Pos ini dibedakan atas deposito milik pihak
terkait dan tidak terkait.
5. Antarbank pasiva
Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah sandi 240 Pasiva Neraca
yaitu semua jenis kewajiban BPR kepada bank lain antara lain
tabungan, deposito berjangka dan pinjaman yang diterima.
6
534
Lanjutan Lampiran 43A
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/43 /DPNP tanggal 21 Oktober 2013
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
7. Pinjaman subordinasi
Yang dimasukkan ke dalam sub pos ini adalah sandi 251 Pasiva
Neraca yaitu pinjaman subordinasi yang diterima oleh BPR.
8. Rupa-rupa pasiva
Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah sandi 270 Pasiva Neraca
yaitu saldo rekening pasiva lainnya yang tidak dapat dimasukkan
atau digolongkan ke dalam salah satu dari pos 1 sampai dengan 7
dan 9. Pada pos ini dimasukkan pula pinjaman yang diterima BPR
dari pihak ketiga bukan bank dalam rangka penerusan kredit tetapi
belum disalurkan kepada nasabah.
9. Ekuitas
a. Modal dasar
Yang dimasukkan ke dalam sub pos ini sandi 281 Pasiva Neraca
yaitu jumlah modal atau simpanan pokok dan simpanan wajib
(bagi BPR yang berbadan hukum koperasi) yang tercantum
dalam anggaran dasar Kantor Pusat BPR.
b. Modal yang belum disetor
Yang dimasukkan ke dalam sub pos ini adalah sandi 282 Pasiva
Neraca yaitu jumlah modal atau simpanan pokok dan simpanan
wajib yang belum disetor.
c. Agio
Yang dimasukkan ke dalam sub pos ini adalah sandi 283 Pasiva
Neraca yaitu selisih lebih setoran modal yang diterima oleh BPR
sebagai akibat harga saham yang melebihi nilai nominalnya.
d. Disagio
Yang dimasukkan ke dalam sub pos ini adalah sandi 284 Pasiva
Neraca yaitu selisih kurang setoran modal yang diterima oleh
7
535
Lanjutan Lampiran 43A
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/43 /DPNP tanggal 21 Oktober 2013
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
BPR sebagai akibat harga saham yang lebih rendah dari nilai
nominalnya.
e. Modal sumbangan
Yang dimasukkan ke dalam sub pos ini adalah sandi 285 Pasiva
Neraca yaitu modal yang diperoleh kembali dari sumbangan
saham. Modal yang berasal dari donasi pihak luar yang diterima
oleh BPR yang berbentuk hukum koperasi juga termasuk dalam
pengertian modal sumbangan.
f. Modal pinjaman
Yang dimasukkan ke dalam sub pos ini adalah sandi 287 Pasiva
Neraca yaitu modal atau pinjaman yang didukung oleh
instrumen atau warkat yang memiliki sifat seperti modal atau
hutang dengan ciri-ciri sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
Bank Indonesia mengenai Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum (KPMM) BPR. Untuk BPR yang berbadan hukum
koperasi, pengertian modal pinjaman sesuai dengan ketentuan
yang diatur dalam Undang-Undang No.17 tahun 2012 tentang
Koperasi.
g. Dana setoran modal
Yang dimasukkan ke dalam sub pos ini adalah sandi 288 Pasiva
Neraca yaitu dana setoran modal sebagaimana dimaksud dalam
ketentuan Bank Indonesia mengenai KPMM BPR.
h. Cadangan revaluasi aktiva tetap
Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah sandi 289 Pasiva
Neraca yaitu nilai yang dibentuk sebagai akibat dari selisih
penilaian kembali aktiva tetap milik BPR setelah memperoleh
persetujuan dari instansi yang berwenang.
i. Cadangan umum
Yang dimasukkan ke dalam sub pos ini adalah sandi 291 Pasiva
Neraca yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang
ditahan atau dari laba bersih (setelah dikurangi pajak) yang
dimaksudkan untuk memperkuat modal.
j. Cadangan tujuan
Yang dimasukkan ke dalam sub pos ini adalah sandi 293 Pasiva
Neraca yaitu bagian laba bersih (setelah dikurangi pajak) yang
disisihkan untuk tujuan tertentu.
8
536
Lanjutan Lampiran 43A
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/43 /DPNP tanggal 21 Oktober 2013
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
9
537
Lanjutan Lampiran 43A
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/43 /DPNP tanggal 21 Oktober 2013
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Periode yang
Periode
POS – POS sama
Tanggal laporan
tahun sebelumnya
PENDAPATAN
Pendapatan Operasional
- Bunga
- Provisi dan komisi
- lainnya
Jumlah Pendapatan operasional
Pendapatan non Operasional
Jumlah Pendapatan
BEBAN
Beban operasional
- beban bunga
- beban administrasi dan umum
- beban personalia
- penyisihan aktiva produktif
- beban operasional lainnya
Jumlah beban operasional
Beban non operasional
Jumlah Beban
10
538
Lanjutan Lampiran 43A
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/43 /DPNP tanggal 21 Oktober 2013
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
PENDAPATAN
1. Pendapatan Operasional
a. Bunga
Yang dimasukkan ke dalam pos ini penjumlahan sandi
112,113,114,115,116,120 dan 129 dari sandi rincian Laba-Rugi
yaitu pendapatan bunga dari kegiatan usaha BPR, baik dari pihak
ketiga bukan bank maupun bank lain.
b. Provisi dan Komisi
Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah posisi sandi 131 dan
139 dari sandi rincian Laba-Rugi yaitu pendapatan provisi dan
komisi yang diterima oleh BPR.
c. Lainnya
Yang dimasukkan kedalam pos ini adalah sandi 149 yaitu
pendapatan operasional lainnya yang tidak dapat digolongkan ke
dalam salah satu pos angka 1 dan 2 tersebut di atas.
2. Jumlah pendapatan operasional
Merupakan penjumlahan dari angka 1 huruf a, huruf b dan huruf c.
3. Pendapatan non operasional
Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah sandi 290 Rincian Laba
Rugi yaitu semua pendapatan yang berasal dari kegiatan yang
bukan merupakan kegiatan utama BPR.
4. Jumlah Pendapatan
Merupakan penjumlahan dari angka 2 dan angka 3.
BEBAN
5. Beban Operasional
a. Beban bunga
yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah penjumlahan sandi
161 sampai dengan 181 Rincian Laba Rugi yaitu beban bunga
11
539
Lanjutan Lampiran 43A
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/43 /DPNP tanggal 21 Oktober 2013
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
atas dana yang diperoleh BPR, baik dari pihak ketiga bukan bank
maupun bank lain.
b. Beban administrasi dan umum
Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah penjumlahan dari
sandi 190, 210, 220, 230, 243, 245 dan 250 Rincian Laba Rugi,
yaitu premi asuransi, sewa, pajak-pajak, pemeliharaan dan
perbaikan, penyusutan aktiva tetap dan inventaris, beban yang
ditangguhkan serta barang dan jasa.
c. Beban personalia
Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah penjumlahan sandi
201, 206 dan 209 Rincian Laba Rugi yaitu gaji, upah,
honorarium, biaya pendidikan dan lainnya.
d. Penyisihan aktiva produktif
Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah sandi 241 Rincian
Laba Rugi yaitu biaya penyisihan penghapusan aktiva produktif.
e. Beban operasional lainnya
Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah sandi 269 Rincian
Laba Rugi yaitu beban operasional selain yang telah dilaporkan
diatas.
6. Jumlah beban operasional
Merupakan penjumlahan dari angka 1 sampai dengan angka 5.
7. Beban non operasional
Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah sandi 300 Rincian Laba
Rugi yaitu biaya yang dikeluarkan atas kegiatan yang bukan
merupakan kegiatan utama BPR.
8. Jumlah beban
Merupakan penjumlahan dari angka 6 dan angka 7.
9. Laba/rugi sebelum Pajak Penghasilan (PPh)
Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah sandi 330 atau 340
Rincian Laba Rugi yaitu selisih positif atau selisih negatif dari
seluruh pendapatan operasional dan non operasional dikurangi
beban operasional dan non operasional.
10. Taksiran pajak penghasilan
Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah sandi 350 Rincian Laba
Rugi yaitu taksiran pajak penghasilan tahun berjalan sesuai
ketentuan yang menjadi beban laba tahun berjalan.
12
540
Lanjutan Lampiran 43A
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/43 /DPNP tanggal 21 Oktober 2013
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
13
541
Lanjutan Lampiran 43A
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/43 /DPNP tanggal 21 Oktober 2013
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
14
542
Lanjutan Lampiran 43A
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/43 /DPNP tanggal 21 Oktober 2013
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
KOMITMEN
KONTINJENSI
1. Pendapatan bunga dalam penyelesaian
Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah penjumlahan posisi sandi
331 dan 339 dari sandi rekening-rekening administratif yaitu bunga
atas penanaman dana BPR yang kualitasnya tergolong Kurang
Lancar, Diragukan atau Macet namun hingga saat pelaporan masih
belum diterima pembayarannya.
2. Lain-lain
Yang dimasukkan kedalam pos ini adalah lain-lain kontinjensi yang
tidak dapat dimasukkan ke dalam pos kontinjensi pada angka 1 di
atas.
15
543
Lanjutan Lampiran 43A
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/43 /DPNP tanggal 21 Oktober 2013
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
16
544
Lanjutan Lampiran 43A
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/43 /DPNP tanggal 21 Oktober 2013
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
17
545
Lanjutan Lampiran 43A
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/43 /DPNP tanggal 21 Oktober 2013
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
8. PPAP
Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah perbandingan antara
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang telah dibentuk
terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang wajib
dibentuk.
9. BOPO
Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah perbandingan beban
operasional terhadap pendapatan operasional yang diperhitungkan
per posisi (tidak disetahunkan).
10. Cash Ratio
Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah perbandingan antara alat
likuid terhadap hutang lancar sebagaimana diatur dalam ketentuan
Bank Indonesia tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan Bank
Perkreditan Rakyat.
18
546
Lanjutan Lampiran 43A
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/43 /DPNP tanggal 21 Oktober 2013
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
………………, ……………….
Direksi
PT/PD/Kop BPR ………..
……………… ..……………
19
547
Lampiran 43
LAMPIRAN I
SURAT EDARAN BANK INDONESIA
NOMOR 15/29/DKBU TANGGAL 31 JULI 2013
PERIHAL
LAPORAN TAHUNAN DAN LAPORAN KEUANGAN
PUBLIKASI BANK PERKREDITAN RAKYAT
PENYUSUNAN
LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI
548
Lanjutan Lampiran 43
BAB I
PENJELASAN UMUM
2
549
Lanjutan Lampiran 43
BAB II
LAPORAN NERACA
3
550
Lanjutan Lampiran 43
4
551
Lanjutan Lampiran 43
I. ASET
1. Kas
Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sandi 100 Aset Neraca
yaitu uang kartal yang ada dalam kas berupa uang kertas dan
uang logam yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yang menjadi
alat pembayaran yang sah di Indonesia. Termasuk dalam pos ini
adalah kas besar, kas dalam mesin Anjungan Tunai Mandiri dan
kas dalam perjalanan.
5
552
Lanjutan Lampiran 43
Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sandi 130 Aset Neraca
yaitu jumlah dana setiap penempatan BPR pada bank umum
dalam bentuk giro, tabungan, deposito berjangka dan sertifikat
deposito dan pada BPR lain dalam bentuk tabungan dan
deposito berjangka. Saldo penempatan pada bank lain tidak
dapat disalinghapuskan dengan saldo simpanan atau dana yang
diterima dari bank.
6. Penyisihan Kerugian
Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sandi 131 Aset Neraca
yaitu penyisihan penghapusan aset produktif (PPAP) yang telah
dibentuk BPR atas penempatan pada bank lain sesuai dengan
Peraturan Bank Indonesia tentang Kualitas Aktiva Produktif dan
Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (KAP
dan Pembentukan PPAP) BPR.
Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sandi 140 Aset Neraca
yaitu kredit yang diberikan oleh BPR baik kepada bank atau
pihak ketiga bukan bank sebesar baki debet neto yaitu baki
debet dikurangi dengan provisi yang belum diamortisasi dan
ditambah dengan biaya transaksi yang belum diamortisasi.
Khusus untuk kredit yang direstrukturisasi, dalam hal terdapat
pendapatan ditangguhkan dan kerugian restrukturisasi maka
nilai yang dimasukkan setelah memperhitungkan pendapatan
ditangguhkan dalam rangka restrukturisasi dan cadangan
kerugian restrukturisasi.
6
553
Lanjutan Lampiran 43
8. Penyisihan Kerugian
Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sandi 141 Aset Neraca
yaitu PPAP yang telah dibentuk BPR atas kredit yang diberikan
sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia tentang Kualitas Aktiva
Produktif dan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif (KAP dan Pembentukan PPAP) BPR.
Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sandi 200 Aset Neraca
yaitu agunan milik debitur yang diambil alih oleh BPR dalam
rangka penyelesaian kredit dan bersifat sementara untuk segera
diselesaikan melalui pelelangan, atau diluar pelelangan
berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan,
atau berdasarkan surat kuasa untuk menjual diluar lelang dari
pemilik agunan dalam hal debitur tidak memenuhi
kewajibannya kepada BPR. Jumlah yang dimasukkan apabila
pada saat perolehan awal adalah nilai wajar setelah dikurangi
biaya-biaya penjualan maksimum sebesar baki debet kredit
debitur kepada BPR. Adapun untuk periode selanjutnya, nilai
yang dimasukkan adalah sebesar nilai wajar setelah dikurangi
biaya-biaya penjualan atas AYDA atau nilai tercatat, mana yang
lebih rendah.
7
554
Lanjutan Lampiran 43
Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sandi 210 Aset Neraca
yaitu aset berwujud fisik yang dimiliki BPR dan digunakan
untuk kegiatan operasional, antara lain :
2) Inventaris
Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sandi 211 Aset Neraca
yaitu jumlah akumulasi penyusutan dan penurunan nilai aset
tetap dan inventaris yang dimiliki BPR antara lain :
8
555
Lanjutan Lampiran 43
2) Inventaris
a) Jumlah akumulasi beban penyusutan atas biaya
perolehan atau nilai revaluasi inventaris milik BPR
yang telah dicatat sampai dengan tanggal laporan.
b) Jumlah akumulasi penurunan nilai atas biaya
perolehan atau nilai revaluasi inventaris milik BPR
berdasarkan bukti objektif. Kerugian penurunan nilai
dapat dipulihkan kembali maksimal sampai dengan
biaya perolehan atau nilai revaluasi awal bersih dari
penyusutan.
9
556
Lanjutan Lampiran 43
Yang dimasukan dalam pos ini adalah sandi 270 Aset Neraca
yaitu nilai perolehan aset lainnya yang tidak dapat secara layak
digolongkan ke dalam salah satu dari pos aset di atas dan tidak
secara material untuk disajikan tersendiri. Termasuk dalam pos
ini antara lain pajak/biaya dibayar dimuka, piutang kepada
perusahaan asuransi, commemorative coins/notes yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia, saldo mata uang rupiah dan
asing yang telah ditarik dari peredaran namun masih dalam
masa tenggang penukaran, dan lainnya.
II. KEWAJIBAN
1. Kewajiban Segera
2. Utang Bunga
Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sandi 310 Pasiva yaitu
akrual bunga untuk produk simpanan (tabungan/deposito),
pinjaman yang diterima dan pinjaman subordinasi,baik dari
bank lain atau pihak ketiga bukan bank.
3. Utang Pajak
Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sandi 320 Pasiva yaitu
pajak badan terutang yang belum dibayarkan oleh BPR ,
meliputi:
10
557
Lanjutan Lampiran 43
4. Simpanan
a. Tabungan
b. Deposito
11
558
Lanjutan Lampiran 43
6. Pinjaman Diterima
9. Pinjaman Subordinasi
12
559
Lanjutan Lampiran 43
III. EKUITAS
1. Modal;
a. Modal Dasar
Yang dimasukkan dalam sub-pos ini adalah sandi 501
Ekuitas Neraca yaitu jumlah modal atau simpanan pokok
dan simpanan wajib bagi BPR yang berbadan hukum
koperasi yang tercantum dalam anggaran dasar Kantor
Pusat BPR.
b. Modal yang Belum Disetor
Yang dimasukkan dalam sub-pos ini adalah sandi 502
Ekuitas Neraca yaitu jumlah modal atau simpanan pokok
dan simpanan wajib yang belum disetor.
c. Tambahan Modal Disetor (Agio Saham)
Yang dimasukkan dalam sub-pos ini adalah sandi 503
Ekuitas Neraca yaitu selisih lebih setoran modal yang
diterima oleh BPR sebagai akibat harga saham yang lebih
tinggi dari nilai nominalnya.
d. Modal Sumbangan
Yang dimasukkan dalam sub-pos ini adalah sandi 505
Ekuitas Neraca yaitu modal yang diperoleh kembali dari
sumbangan saham atau aset lainnya dari pemilik. Modal
yang berasal dari donasi anggota koperasi yang diterima
oleh BPR termasuk dalam pengertian modal sumbangan.
2. Dana setoran modal – Ekuitas;
Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sandi 510 Ekuitas
Neraca yaitu dana yang telah disetor penuh oleh pemegang
saham atau calon pemegang saham dan diblokir untuk tujuan
13
560
Lanjutan Lampiran 43
15
562
Lanjutan Lampiran 43
16
563
Lanjutan Lampiran 43
I. Pendapatan Operasional
Yang dimasukkan dalam pendapatan operasional adalah
semua pendapatan yang merupakan hasil dari kegiatan yang
lazim sebagai usaha utama BPR dan dirinci atas:
a. Pendapatan Bunga
Yang dimasukkan dalam pos ini adalah pendapatan bunga
dari penanaman yang dilakukan oleh BPR dalam bentuk
aset produktif antara lain SBI, penempatan pada bank lain
dan kredit yang diberikan pada bank dan pihak ketiga
bukan bank. Termasuk yang dimasukkan dalam pos ini
adalah amortisasi diskonto, provisi dan biaya transaksi
yang dapat diatribusikan secara langsung pada aset
produktif.
Pendapatan bunga antar kantor tidak dimasukkan ke
dalam pos ini, tetapi dimasukkan ke dalam pos
pendapatan non operasional.
Pendapatan bunga dirinci atas:
1) Bunga Kontraktual
Pendapatan bunga yang diterima oleh BPR sesuai
dengan kontrak dengan pihak lain atas SBI,
penempatan dana / kredit yang diberikan pada bank
dan pihak ketiga bukan bank, tidak termasuk
amortisasi provisi / biaya transaksi.
a) Surat Berharga
Adalah amortisasi diskonto SBI yang dimiliki BPR
tidak termasuk pendapatan yang diperoleh atas
penjualan SBI.
b) Penempatan Pada Bank Lain
Adalah seluruh pendapatan bunga/amortisasi
diskonto yang diterima BPR atas penempatan
pada bank lain yang dirinci sesuai dengan jenis
berikut:
a) Giro
b) Tabungan
17
564
Lanjutan Lampiran 43
c) Deposito
d) Sertifikat Deposito
c) Kredit yang Diberikan
Adalah seluruh pendapatan bunga yang diterima
BPR atas kredit yang diberikan kepada bank lain
dan pihak ketiga bukan bank. Dirinci sebagai
berikut:
a) Kepada Bank Lain
b) Kepada Pihak Ketiga Bukan Bank
2) Amortisasi Provisi
Pendapatan yang diterima BPR atas provisi kredit
yang diberikan kepada bank dan pihak ketiga bukan
bank. Pengakuan provisi kredit dilakukan secara
amortisasi sebagaimana diatur dalam prinsip SAK
ETAP. Provisi kredit dimasukkan menurut kelompok
sebagai berikut:
1. Kepada bank lain
Adalah amortisasi atas pendapatan provisi
kredit yang diberikan kepada bank lain.
2. Kepada pihak ketiga bukan bank
Adalah amortisasi atas pendapatan provisi
kredit yang diberikan kepada pihak ketiga
bukan bank.
b. Beban Bunga
Yang dimasukkan dalam pos ini adalah semua beban yang
dikeluarkan atas kegiatan yang lazim sebagai usaha BPR,
dan dirinci atas:
1) Bunga Kontraktual
Yang dimasukkan dalam pos ini adalah beban bunga
yang secara kontraktual diperjanjikan oleh BPR
kepada bank lain atau pihak ketiga bukan bank.
Beban bunga kontraktual tidak termasuk amortisasi
biaya transaksi (transaction cost)
a) Tabungan
Adalah beban bunga atas dana tabungan dari
pihak ketiga bukan bank.
18
565
Lanjutan Lampiran 43
b) Deposito
Adalah beban bunga atas dana deposito dari
pihak ketiga bukan bank.
c) Simpanan dari bank lain
Adalah beban bunga atas dana tabungan/deposito
dari bank lain.
d) Pinjaman yang diterima
Adalah beban atas pinjaman yang diterima dari
Bank Indonesia, bank lain dan pihak ketuga
bukan bank.
e) Pinjaman Subordinasi
Adalah beban bunga atas pinjaman subordinasi
dari bank lain atau pihak ketiga bukan bank.
f) Lainnya
Termasuk dalam pos ini adalah premi penjaminan
simpanan.
2) Amortisasi Biaya Transaksi -/-
Biaya yang dikeluarkan oleh BPR yang terkait secara
langsung dengan penempatan dana pada SBI,
penempatan dana pada bank lain serta kredit yang
diberikan kepada bank lain dan pihak ketiga bukan
bank. Pengakuan biaya transaksi dilakukan secara
amortisasi sebagaimana diatur dalam prinsip SAK
ETAP.
a) Surat Berharga
Adalah amortisasi atas biaya transaksi perolehan
SBI
b) Kredit yang Diberikan
i. Kepada bank lain
Adalah amortisasi atas biaya transaksi kredit
yang diberikan kepada bank lain.
ii. Kepada pihak ketiga bukan bank
Adalah amortisasi atas biaya transaksi kredit
yang diberikan kepada pihak ketiga bukan
bank.
19
566
Lanjutan Lampiran 43
20
567
Lanjutan Lampiran 43
21
568
Lanjutan Lampiran 43
22
569
Lanjutan Lampiran 43
23
570
Lanjutan Lampiran 43
24
571
Lanjutan Lampiran 43
25
572
Lanjutan Lampiran 43
b. Lain-lain
Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah biaya-biaya non
operasional yang tidak termasuk dalam huruf a di atas,
misalnya denda/sanksi kewajiban membayar BPR karena
suatu pelanggaran, sumbangan yang diberikan BPR dan
lain-lain seperti:
1) Kerugian penurunan nilai
Yang dimasukkan dalam pos ini adalah kerugian atas
penurunan nilai wajar aset tetap dan inventaris milik
BPR. Termasuk dalam pos ini penurunan nilai wajar
atas barang-barang jaminan yang diserahkan oleh
debitur kepada BPR (AYDA).
2) Beban bunga antar kantor
Yang dimasukkan dalam pos ini adalah beban bunga
atas dana-dana yang berasal dari transaksi antar
kantor.
3) Selisih kurs
Yang dimasukkan dalam pos ini adalah kerugian
selisih kurs, yaitu selisih kurang antara nilai tercatat
mata uang asing berdasarkan kurs tengah Bank
Indonesia pada tanggal dengan nilai tercatat
sebelumnya.
26
573
Lanjutan Lampiran 43
27
574
Lanjutan Lampiran 43
28
575
Lanjutan Lampiran 43
1. Kepada BPR
29
576
Lanjutan Lampiran 43
III. Kolektibilitas
Yang dimaksud dengan kolektibilitas adalah sebagaimana diatur
dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai KAP dan Pembentukan
PPAP BPR sebagai berikut:
1. Lancar;
2. Kurang Lancar;
3. Diragukan; dan
4. Macet.
30
577
Lanjutan Lampiran 43
6. Cash Ratio
31
578
Lanjutan Lampiran 43
KONTIJENSI
1. Aset produktif yang dihapus buku
2. Agunan diambil alih dalam rangka proses
penyelesaian kredit
3. Pendapatan bunga dalam penyelesaian
4. Lain-lain
Jumlah kontijensi
32
579
Lanjutan Lampiran 43
I. KOMITMEN
4. Lain-lain
Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah sandi 661 Rekening
Administratif yaitu ikatan atau kontrak berupa janji yang tidak
dapat dibatalkan secara sepihak dan harus dilaksanakan apabila
persyaratan yang disepakati bersama dipenuhi.
II. KONTINJENSI
33
580
Lanjutan Lampiran 43
4. Lain-lain
Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sandi 662 Rekening
Administratif yaitu kondisi atau situasi dengan hasil akhir berupa
keuntungan atau kerugian yang baru dapat dikonfirmasikan
setelah terjadinya satu peristiwa atau lebih pada masa depan.
34
581
Lanjutan Lampiran 43
Catatan:
* BPR dengan total asset Rp 10 milyar atau lebih wajib mencantumkan
nama Kantor Akuntan Publik dan nama Akuntan Publik yang
bertanggungjawab terhadap audit (partner in-charge)
………………, ……………….
Direksi
PT/PD/Kop BPR ………..
……………… ..……………
35
582
Lanjutan Lampiran 43
I. PENGURUS BANK
Adalah pihak-pihak yang terdapat di Bank perkreditan Rakyat yang
mempunyai wewenang untuk mewakili badan hukum Bank perkreditan
rakyat tersebut seperti Komisaris dan Direksi Bank Perkreditan Rakyat
Y. SANTOSO WIBOWO
36
583
Lampiran 44
LAMPIRAN II
SURAT EDARAN BANK INDONESIA
NOMOR 15/29/DKBU TANGGAL 31 JULI 2013
PERIHAL
LAPORAN TAHUNAN DAN LAPORAN KEUANGAN
PUBLIKASI BANK PERKREDITAN RAKYAT
PERJANJIAN PEMAKAIAN
584
Lanjutan Lampiran 44
Pasal 1
b. Penilaian terhadap aset lain-lain dan agunan yang diambil alih BPR;
585
Lanjutan Lampiran 44
PELAKSANA PEKERJAAN
Pasal 2
2. . . . . selaku . . . .;
3. . . . . selaku . . . .
586
Lanjutan Lampiran 44
BIAYA JASA
Pasal 3
PAJAK
Pasal 4
587
Lanjutan Lampiran 44
Pasal 5
Pasal 6
(1) PIHAK KEDUA dan Akuntan Publik yang bertanggung jawab dalam
melakukan pekerjaan wajib melakukan audit sesuai Standar
Profesional Akuntan Publik, kode etik profesi dan peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai Akuntan Publik.
(4) PIHAK KEDUA wajib menyampaikan laporan hasil audit dan Surat
Komentar (Management Letter) kepada PIHAK PERTAMA dan Bank
Indonesia paling lambat 4 (empat) bulan setelah berakhirnya
tahun buku yang bersangkutan.
588
Lanjutan Lampiran 44
(1) PIHAK PERTAMA berhak meminta laporan hasil audit dan Surat
Komentar (Management Letter) kepada PIHAK KEDUA.
Pasal 8
(3) PIHAK KEDUA berhak untuk mengakses data dan informasi yang
berkaitan dengan pekerjaan yang dilaksanakan dari PIHAK
PERTAMA.
Pasal 9
589
Lanjutan Lampiran 44
Pasal 10
(3) Dalam hal para pihak akan mengakhiri perjanjian dengan cara
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pihak yang akan mengakhiri
perjanjian menyampaikan pemberitahuan terlebih dahulu untuk
memperoleh persetujuan dari pihak lainnya.
Pasal 11
LAIN-LAIN
Pasal 12
590
Lanjutan Lampiran 44
Pasal 13
(1) Hal-hal lain yang belum atau belum cukup diatur dan perubahan-
perubahan dalam Perjanjian ini akan diatur kemudian atas dasar
permufakatan kedua belah pihak yang akan dituangkan dalam
bentuk surat atau perjanjian tambahan (addendum), yang
merupakan kesatuan dan bagian yang tidak dapat terpisahkan
dari Perjanjian ini.
591
Lanjutan Lampiran 44
Pasal 14
PENUTUP
............................ ..............................
Direktur Utama
Y. SANTOSO WIBOWO
592
Lampiran 45
Lampiran 1. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/52/ DPbS tanggal 22 November 2005
NERACA
BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH …………..
Tanggal …………..
…………….., ……………….
………………………….. ………………………….
593
Lampiran 46
Lampiran 2. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/52/ DPbS tanggal 22 November 2005
594
Lampiran 47
Lampiran 3. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/52/ DPbS tanggal 22 November 2005
595
Lampiran 48
Lampiran 4. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/52/DPbS tanggal 22 November 2005
Bank
KETERANGAN
Posisi tanggal laporan
L KL D M Jumlah
PEMILIK DIREKSI
No Nama Kepemilikan No Nama Jabatan
1 1
2 2
3 3
............, ....................
Direksi
....................................
596
Lampiran 49
Lampiran 5. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/52/ DPbS tanggal 22 November 2005
Total Penggunaan
*) Disebutkan nama lembaga/pihak - nya seperti : Dompet Dhuafa Republika, Pos Keadilan Peduli Ummat
(PKPU), Yayasan, dll
597
Lampiran 50
Lampiran 6. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/52/ DPbS tanggal 22 November 2005
598
Lampiran 51
Lampiran 7 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/52/DPbS tanggal 22 November 2005
TOTAL A B C D E
Ket :
A = Entry
B = B1+B2+B3+B4+B5+B6
D = D1+D2+D3+D4+D5+D6
C = Entry
D = B X C , kecuali untuk D1 (tergantung kebijaksanaan bank untuk pemberian bonus wadiah)
E2 = (D2/A2 X 100%) X 12
599
Lampiran 52
Lampiran 8 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/52/DPbS tanggal 22 November 2005
Saldo awal
Penerimaan dana
Penarikan dana -/-
Keuntungan (rugi) Investasi
Beban/biaya -/-
Fee/Penerimaan bank -/-
Saldo akhir
*) Untuk bank yang bertindak sebagai agen dalam menyalurkan dana (Channeling agent)
600