Anda di halaman 1dari 12

Modul pembelajaran

Kegiatan pembelajaran

FARMAKOLOGI : RESEP

 120 Menit

A. PENDAHULUAN

Resep merupakan permintaan dokter untuk menyiapkan atau


memberikan terapi spesifik-iasanya obat-bagi masing-masing pasien.
Keputusan dokter meresepkan suatu obat mencakup pemikiran bahwa pasien
telah dievaluasi dan telah tiba pada diagnosis serta bahwa rasional
meresepkan obat. Resep dapat ditulis pada potongan kertas maupun (selama
semua unsur hukum ada), biasanya ia mengambil bentuk khusus. Bentuk
resep yang dicetak khas untuk pasien rawat jalan.
Empat unsur pertama resep pasien rawat jalan membentuk identitas
penulis resep: nama, klasifikasi izin (yaitu derajat profesional), alamat dan
nomor telepon kantor. Sebelum memberikan obat, apoteker harus
menentukan bonafiditas penulis resep dan harus mampu menghubungi penulis
resep melalui telepon bila timbul keraguan.Indikasi atau kegunaan yang
disetujui ini(diberi etiket) dinyatakan dalam sisipan dalam kemasan yang
menyertai obat ini. Untuk berbagai alasan, indikasi label ini mungkin tidak
mencakup semua keadaan, tempat obat ini bisa bermanfaat. Sehingga klinikus
mungkin ingin meresepkan obat ini untuk beberapa keadaan klinik belum
disetujui (tak berlabel) lainnya, sering atas dasar bukti ilmiah adekuat yang
atau bahkan memaksa. Hukum federal yang memerintahkan regulasi FDA dan
penggunaan obat untuk menempatkan pembatasan atas penggunaan belum
disetujui demikian.
Setelah suatu produktelah diizinkan untuk dipsarkan, dokter bisa
meresepkannyauntuk digunakan atau dalam paduan terapi atau populasi
pasien yang tidak tercakup dalam label yang diakui. Kegunaan “tak diizinkan”
atau lebih tepat “tanpa label” demikian mungkin tepat dan rasional dalam
keadaan tertentu, dan kenyataannya mencerminkan pendekatan bagi terapi
obat yang telah luas dilaporkan dalam kepustakaan medIS.

1
Modul pembelajaran

Kegiatan pembelajaran

B. CAPAIAN PEMBELAJARAN

1. Agar mahasiswa mengetahui pengertian resep, unsur resep, dan


penggunaan obat berlabel dan tak berlabel
2. Agar mahasiswa mengetahui kewenangan bidan dalam memberikan
obat dalam pelayangan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir,
bayi dan balita

C. URAIAN MATERI

I. RESEP
A. Pengertian Resep
Resep merupakan permintaan dokter untuk menyiapkan atau
memberikan terapi spesifik-iasanya obat-bagi masing-masing pasien.
Keputusan dokter meresepkan suatu obat mencakup pemikiran bahwa
pasien telah dievaluasi dan telah tiba pada diagnosis serta bahwa
rasional meresepkan obat. Resep dapat ditulis pada potongan kertas
maupun (selama semua unsur hukum ada), biasanya ia mengambil
bentuk khusus. Bentuk resep yang dicetak khas untuk pasien rawat
jalan. Dalam lingkungan rumah sakit, obat diresepkan pada halaman
khusus tabel rumah sakit pasien yang dinamai lembaran petunjuk
dokter. Permintaan resep demikian dikenal sebagai tabel petunjuk
(‘order chart’), dan isi resep itu ditentukan oleh aturan staf
kedokteran.

Nama pasien diketik atau ditulis dalam bentuk ini, sehingga permintaan
ini terdiri dari nama dan kekuatan obat, dosis, jalur dan frekuensi
pemberian, tanggal dan keterangan penting lain serta tanda tangan
penulis resep. Sering lama terapi atau jumlah dosis tidak disebutkan;
sehingga obat diteruskan sampai penulis resep menghentikan
permintaan atau sampai ia menghentikan sebagai masalah
kebijaksanaan rutin.
B. Unsur Resep
Empat unsur pertama resep pasien rawat jalan membentuk identitas
penulis resep: nama, klasifikasi izin (yaitu derajat profesional), alamat
dan nomor telepon kantor. Sebelum memberikan obat, apoteker harus
menentukan bonafiditas penulis resep dan harus mampu menghubungi
penulis resep melalui telepon bila timbul keraguan. Unsur  merupakan
tanggal resep ditulis . ia harus dekat puncak bentuk resep atau pada
awal tepi kiri) permintaan. Karena permintaan mempunyai makna
hukum dan biasanya mempunyai sejumlah hubungan waktu dengan
tanggal wawancara pasien-dokter, maka apoteker akan menolak
pemenuhan resep tanpa verifikasi dengan telepon, jika resep telah lama
dituliskan.

2
Modul pembelajaran

Kegiatan pembelajaran
Unsur  dan  mengenal pasien dengan nama dan al, dosis
dmat. Nama dan alamat lengkap pasien harus ditulis jelas.
Badan resep mengandung unsur  sampai 11 yang menyebutkan
obat, jumlah yang diberikan, dosis dan pengarahan lengkap untuk
pemakaian. Sewaktu menulis nama obat (unsur ), bisa digunakan baik
nama dagang (nama pemilikan) atau nama generik (nama bukan
pemilikan). Kekuatan obat (unsur ) harus ditulis dalam satuan metrik.
Tetapi, penulis resep harus akrab dengan kedua sistem yang sekarang
digunakan: apotek dan metrik.

C. Penggunan Obat Berlabel dan Tak Berlabel


Di AS, FDA mengizinkan obat hanya untuk kegunaan spesifik yang
diusulkan dan didokumentasi oleh perusahaan farmasi sewaktu ia
menyetujui “New Drug Application”. Indikasi atau kegunaan yang
disetujui ini(diberi etiket) dinyatakan dalam sisipan dalam kemasan
yang menyertai obat ini. Untuk berbagai alasan, indikasi label ini
mungkin tidak mencakup semua keadaan, tempat obat ini bisa
bermanfaat. Sehingga klinikus mungkin ingin meresepkan obat ini
untuk beberapa keadaan klinik belum disetujui (tak berlabel) lainnya,
sering atas dasar bukti ilmiah adekuat yang atau bahkan memaksa.
Hukum federal yang memerintahkan regulasi FDA dan penggunaan obat
untuk menempatkan pembatasan atas penggunaan belum disetujui
demikian.
Setelah suatu produktelah diizinkan untuk dipsarkan, dokter bisa
meresepkannyauntuk digunakan atau dalam paduan terapi atau
populasi pasien yang tidak tercakup dalam label yang diakui. Kegunaan
“tak diizinkan” atau lebih tepat “tanpa label” demikian mungkin tepat
dan rasional dalam keadaan tertentu, dan kenyataannya mencerminkan
pendekatan bagi terapi obat yang telah luas dilaporkan dalam
kepustakaan medis. Pasien menderita cedera akibat obat ini, maka
penggunaannya untuk tujuan tanpa label tidak dengan sendirinya
merupakan “malapraktek”. Tetapi pengadilan bisa menganggap sisipan
kemasan diberi label sebagai daftar indikasi lengkap bagi indikasi,
tempat obat dianggap aman, kecuali klinikus dapat memperlihatkan (
dari kepustakaan dan sebgainya ) bahwa peggunaan obat ini olehnya
dianggap layak oleh teman sejawat

II. Kewenangan bidan dalam memberikan obat dalam pelayangan


kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, bayi dan balita.
Pemberian obat untuk ibu hamil dan masa persalinan memang
harus perlu diperhatikan dan kewaspadaan yang tinggi dalam hal ini
seorang bidan yang mempunyai tanggung jawab karena banyaknya hal
yang harus diperhatikan termasuk beberapa kompartemen yang harus
dijaga dari efek yang ditimbulkan oleh obat-obatab tertentu, yaitu ibu
hamil itu sendiri, plasenta dan janin.

3
Modul pembelajaran

Kegiatan pembelajaran
Demi menghindari adanya kesalahan-kesalahan yang mungkin
terjadi karena pemberian obat yang salah oleh bidan pada ibu hamil,
maka kementrian kesehatan membuat keputusan tentang kewenangan
bidan dalam pemberian obat, kewenangan ini dituliskan pada
KEPMENKES 900 dan KEPMENKES 396 mengenai obat antara lain:

Lampiran III
Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor : 900/MENKES/SK/VII/2002
Tanggal : 25 Juli 2002
PETUNJUK PELAKSANAAN PRAKTIK BIDAN
(Ada bagian yang tidak di tampilkan)
WEWENANG BIDAN
1. Pemberian kewenangan lebih luas kepada bidan dimaksudkan untuk
mendekatkan pelayanan kegawatan obstetri dan neonatal kepada setiap ibu
hamil/ bersalin, nifas dan bayi baru lahir (0-28 hari), agar penanganan dini
atau pertolongan pertama sebelum rujukan dapat dilakukan secara cepat dan
tepat waktu.
2. Dalam menjalankan kewenangan yang diberikan, bidan harus:
a. Melaksanakan tugas kewenangan sesuai dengan standar profesi;
b. Memiliki ketrampilan dan kemampuan untuk tindakan yang dilakukannya;
c. Mematuhi dan melaksanakan protap yang berlaku diwilayahnya;
d. Bertanggung jawab atas pelayanan yang diberikan dan berupaya secara
optimaldengan mengutamakan keselamatan ibu dan bayi atau janin.

3. Pelayanan kebidanan kepada wanita oleh bidan meliputi pelayanan pada


masa pranikahtermasuk remaja putri, prahamil, kehamilan, persalinan, nifas,
menyusui dan masa antara kehamilan (periode interval)

4. Pelayanan kepada wanita dalam masa pranikah meliputi konseling untuk


remaja putri, konseling persiapan pranikah dan pemeriksaan fisik yang
dilakukan menjelang pernikahan. Tujuan dari pemberian pelayanan ini adalah
untuk mempersiapkan wanita usia subur dan pasangannya yang akan
menikah agar mengetahui kesehatan reproduksi, sehingga dapat berprilaku
reproduksi sehat secara mandiri dalam kehidupan rumah tangganya kelak.
5. Pelayanan kebidanan dalam masa kehamilan, masa persalinan dan masa
nifas meliputi pelayanan yang berkaitan dengan kewenangan yang diberikan.
Perhatian khusus diberikan pada masa sekitar persalinan, karena kebanyakan
kematian ibu dan bayi terjadi pada masa tersebut.
6. Pelayanan kesehatan kepada anak diberikan pada masa bayi (khususnya
bayi baru lahir),balita dan anak pra sekolah.
7. Dalam melaksanakan pertolongan persalinan, bidan dapat memberikan
uterotonika.

4
Modul pembelajaran

Kegiatan pembelajaran
8. Pelayanan dan pengobatan kelainan ginekologik yang dapat dilakukan oleh
bidan adalahkelainan ginekologik ringan, seperti keputihan dan penundaan
haid.Pertolonganginekologik yang diberikan tersebut pada dasarnya bersifat
pertolongan sementara sebelum dirujuk ke dokter, atau tindak lanjut
pengobatan sesuai advis dokter.
9. Pelayanan kesehatan kepada anak meliputi:
a. Pelayanan neonatal esensial dan tata laksana neonatal sakit diluar
rumahsakit yang meliputi:
1. Pertolongan persalinan yang atraumatik, bersih dan aman;
2. Menjaga tubuh bayi tetap hangat dengan kontak dini;
3. Membersihkan jalan nafas, mempertahankan bayi bernafas spontan;
4. Pemberian ASI dini dalam 30 menit setelah melahirkan;
5. Mencegah infeksi pada bayi baru lahir antara lain melalui perawatan tali
pusat secara higienis, pemberian imunisasi dan pemberian ASI eksklusif.
b. Pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir dilaksanakan pada 0 – 28 hari;
c. Penyuluhan kepada ibu tentang pemberian ASI eksklusif untuk bayi dibawah
6 bulan dan makanan pendamping ASI (MPASI) untuk bayi diatas 6 bulan;
d. Pemantauan tumbuh kembang balita untuk meningkatkan kualitas tumbuh
kembang anak melalui deteksi dini dan stimulasi tumbuh kembang balita;
e. Pemberian obat yang bersifat sementara pada penyakit ringan sepanjang
sesuai dengan obat-obatan yang sudah ditetapkan dan segera merujuk pada
dokter.
10. Beberapa tindakan yang termasuk dalam kewenangan bidan antara lain:
a. Memberikan imunisasi kepada wanita usia subur termasuk remaja putri,
calon pengantin, ibu dan bayi;
b. Memberikan suntikan kepada penyulit kehamilan meliputi pemberian secara
parental antibiotika pada infeksi/ sepsis, oksitosin pada kala III dan kala IV
untuk mencegah/penanganan perdarahan postpartum karena hipotonia uteri,
sedativa pada preeklamsi/ eklamsi, sebagai pertolongan pertama sebelum
dirujuk;
c. Melakukan tindakan amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4 cm
pada letakbelakang kepala, pada distosia karena inertia uteri dandiyakini
bahwa bayi dapatlahir pervaginan.
d. Kompresi bimanual internal dan/ atau eksternal dapat dilakukan untuk
menyelamatkan jiwa ibu pada pendarahan postpartum untukmenghentikan
pendarahan. Diperlukan keterampilan bidan dan pelaksanaan tindakan sesuai
denganprotap yang berlaku.
e. Versi luar pada gemeli pada kelahiran bayi kedua.
Kehamilan ganda seharusnya sejak semula direncanakan pertolongan
persalinannya dirumah sakit oleh dokter. Bila hal tersebut tidak diketahui
bidan yang menolong persalinan terlebih dahulu dapat melakukan versi luar
pada bayi kedua yang tidak dalam presentasi kepala sesuai dengan protap.
f. Ekstraksi vacum pada bayi dengan kepala di dasar panggul.
Demi penyelamatan hidup bayi dan ibu, bidan yang telah mempunyai
kompetensi, dapat melakukan ekstraksi vacum atau ekstraksi cunam bila janin
dalam presentasi belakang kepala dan kepala janin telah berada di dasar
pinggul.

g. Resusitasi pada bayi baru lahir dengan akfiksia.

5
Modul pembelajaran

Kegiatan pembelajaran
Bidan diberi wewenang untuk melakukan resusitasi pada bayi baru lahir yang
mengalami asfiksia, yang sering terjadi pada partus lama, ketuban pecah dini,
persalinan dengan tindakan dan pada bayi dengan berat badan lahir rendah,
utamanya bayi prematur. Bayi tersebut selanjutnya perlu dirawat di fasilitas
kesehatan, khususbya yang mempunyai berat lahir kurang dari 1750 gram.
h. Hipotermi pada bayi baru lahir. Bidan diberi wewenang untuk melaksanakan
penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dengan mengeringkan,
menghangatkan, kontak dini dan metode kangguru.
11. Bidan dalam memberikan pelayanan keluarga berencana harus
memperhatikan kompetensi dan protap yang berlaku diwilayahnya meliputi:
a. Memberi pelayanan keluarga berencana yakni: pemasangan IUD, alat
kontrasepsi bawah kulit (AKBK), pemberian suntikan, tablet, kondom,
diafragma, Jelly dan melaksanakan konseling.
b. Memberikan pelayanan efek samping pemakaian kontrasepsi.
Pertolongan yang diberikan oleh bidan bersifat pertolongan pertama yang
perlu
mendapatkan pengobatan oleh dokter bila gangguan berlanjut.
c. Melakukan pencabutan alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) tanpa penyulit.
Tindakan ini dilakukan atas dasar kompetensi dan pelaksanaanya berdasarkan
Protap. Pencabutan AKBK tidak dianjurkan untuk dilaksanakan melalui
pelayanan KB keliling.
d. Dalam keadaan darurat, untuk penyelamatan jiwa, bidan berwenang
melakukan mpelayanan kebidanan selain kewenangan yang diberikan bila
tidak mungkin memperoleh pertolongan dari tenaga ahli. Dalam memberikan
pertolongan, bidan harus mengikuti protap yang berlaku.
12. Bidan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat mengacu
pada pedoman yang telah ditetapkan.
13. Beberapa kewajiban bidan yang perlu diperhatikan dalam menjalankan
kewenangan:
a. Meminta persetujuan yang akan dilakukan.
Pasien berhak mengetahui dan mendapat penjelasan mengenai semua
tindakan yang dilakukan kepadanya. Persetujuan dari pasien dan orang
terdekat dalam keluarga perlu dimintakan sebelum tindakan dilakukan.
b. Memberikan informasi.
Informasi mengenai pelayanan/ tindakan yang diberikan dan efek samping
yang ditimbulkan perlu diberikan secara jelas, sehingga memberikan
kesempatan kepada pasien untuk mengambil keputusan yang terbaik bagi
dirinya.
c. Melakukan rekam medis dengan baik.
Setiap pelayanan yang diberikan oleh bidan perlu didokumentasikan/ dicatat,
seperti hasil pemeriksaan dan tindakan yang diberikan dengan
menggunakan format yang berlaku.
14. Penyediaan dan penyerahan obat-obatan:
a. Bidan harus menyediakan obat-obatan maupun obat suntik sesuai dengan
ketentuan yang sudah ditetapkan.
b. Bidan diperkenankan menyerahkan obat kepada pasien sepanjang untuk
keperluan darurat dan sesuai dengan protap.

6
Modul pembelajaran

Kegiatan pembelajaran
15. Pemberian surat keterangan kelahiran dan kematian dilaksanakan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Untuk surat keterangan kelahiran hanya dapat dibuat oleh bidan yang
memberikan pertolongan persalinan tersebut dengan menyebutkan:
1. identitas bidan penolong persalinan;
2. identitas suami dan ibu yang melahirkan;
3. jenis kelamin, berat badan dan panjang badan anak yang dilahirkan;
4. waktu kelahiran (tempat, tanggal dan jam).
b. Untuk Surat keterangan kematian hanya dapat diberikan terhadap ibu dan
atau bayi yang meninggal pada waktu pertolongan persalinan dilakukan
dengan menyebutkan:
1. identitas bidan;
2. identitas ibu/bayi yang maninggal;
3. identitas suami dari ibu yang meninggal;
4. identitas ayah dan ibu dari bayi yang meninggal;
5. jenis kelamin;
6. waktu kematian (tempat, tanggal dan jam);
7. umur;
8. dugaan penyebab kematian.
c. Setiap pemberian surat keterangan kelahiran atau surat keterangan
kamatian harus dilakukan pencatatan.

Dari keputusan di atas maka dapat disimplkan bahwa kewenagan bidan


sangat terbata dalam pemberian obat. Dan pemberitahuan sebelumnya oleh
dokter.
Referensi lain pada Peraturan menteri kesehatan republik Indonesia
tertulis beberapa aturan pembewrian obat oleh bidan, kutipan tersebut ada
pada :
Pasal 1 ayat 6-7
 6. Obat Bebas adalah obat yang berlogo bulatan berwarna hijau
yang dapat diperoleh tanpa resep dokter.
 7. Obat Bebas Terbatas adalah obat yang berlogo bulatan
berwarna biru yang dapat diperoleh tanpa resep dokter.

Pasal 11
 Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 8 huruf a berwenang untuk:
 a. Memberikan imunisasi dalam rangka menjalankan tugas
pemerintah
 b. Bimbingan senam hamil
 c. Episiotomi
 d. Penjahitan luka episiotomi
 e. Kompresi bimanual dalam rangka kegawatdaruratan,
dilanjutkan dengan perujukan;

7
Modul pembelajaran

Kegiatan pembelajaran

 f. Pencegahan anemi
 g. Inisiasi menyusui dini dan promosi air susu ibu eksklusif
 h. Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia
 i. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera
merujuk;
 j. Pemberian minum dengan sonde/pipet
 k. Pemberian obat bebas, uterotonika untuk postpartum dan
manajemen aktif kala III;
 l. Pemberian surat keterangan kelahiran
 m. Pemberian surat keterangan hamil untuk keperluan cuti
melahirkan

Pasal 13
 Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat s
berwenang untuk:
 a. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat dibidang
kesehatan ibu dan bayi;
 b. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas; dan
 c. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan
penyuluhan Infeksi Menular Seksual (IMS), penyalahgunaan Narkotika
Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) serta penyakit lainnya.

Dari keputusan di atas maka dapat disimplkan bahwa kewenagan bidan


sangat terbata dalam pemberian obat. Dan pemberitahuan sebelumnya oleh
dokter.

8
Modul pembelajaran

Kegiatan pembelajaran

D. LATIHAN

1. Sebutkan wewenang bidan dalam menjalankan praktik adalah memberikan


pelayanan (Pasal 9 Permenkes 1464/2010):
a. pelayanan kesehatan ibu;
b. pelayanan kesehatan anak; dan
c. pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

2. apa kewenangan bidan dalam memberikan pelayanan terhadap ibu?


Jawab:
a. episiotomi;
b. penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II;
c. penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan;
d. pemberian tablet Fe pada ibu hamil;
e. pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas;
f. fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu
eksklusif;
g. pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
postpartum;
h. penyuluhan dan konseling;
i. bimbingan pada kelompok ibu hamil;
j. pemberian surat keterangan kematian; dan
k. pemberian surat keterangan cuti bersalin.

3. apa kewenangan bidan dalam memberikan pelayanan terhadap anak(Pasal


11 ayat (2) Permenkes 1464/2010):?
Jawab:
a. melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,
pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi Vitamin K 1,
perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0 - 28 hari), dan
perawatan tali pusat;
b. penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk;
c. penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan;
d. pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah;
e. pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah;
f. pemberian konseling dan penyuluhan;
g. pemberian surat keterangan kelahiran; dan
h. pemberian surat keterangan kematian.

4. sebutkan kewenangan bidan dalam pelayanan kesehatan (Pasal 13 ayat


(1) huruf a Permenkes 1464/2010).
Jawab:
a. pemberian alat kontrasepsi suntikan
b. alat kontrasepsi dalam rahim
c. memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit

9
Modul pembelajaran

Kegiatan pembelajaran

E. RANGKUMAN

Resep merupakan permintaan dokter untuk menyiapkan atau memberikan


terapi spesifik-iasanya obat-bagi masing-masing pasien. . Dalam lingkungan
rumah sakit, obat diresepkan pada halaman khusus tabel rumah sakit pasien
yang dinamai lembaran petunjuk dokter. Permintaan resep demikian dikenal
sebagai tabel petunjuk (‘order chart’), dan isi resep itu ditentukan oleh aturan
staf kedokteran.
Empat unsur pertama resep pasien rawat jalan membentuk identitas
penulis resep: nama, klasifikasi izin (yaitu derajat profesional), alamat dan
nomor telepon kantor. Sebelum memberikan obat, apoteker harus
menentukan bonafiditas penulis resep dan harus mampu menghubungi penulis
resep melalui telepon bila timbul keraguan.
Setelah suatu produktelah diizinkan untuk dipsarkan, dokter bisa
meresepkannyauntuk digunakan atau dalam paduan terapi atau populasi
pasien yang tidak tercakup dalam label yang diakui. Kegunaan “tak diizinkan”
atau lebih tepat “tanpa label” demikian mungkin tepat dan rasional dalam
keadaan tertentu, dan kenyataannya mencerminkan pendekatan bagi terapi
obat yang telah luas dilaporkan dalam kepustakaan medis.
Demi menghindari adanya kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi
karena pemberian obat yang salah oleh bidan pada ibu hamil, maka
kementrian kesehatan membuat keputusan tentang kewenangan bidan dalam
pemberian obat, kewenangan ini dituliskan pada KEPMENKES 900 dan
KEPMENKES 396 mengenai obat.

10
Modul pembelajaran

Kegiatan pembelajaran

F. TES FORMATIF

1. Bila dosis dewasa satu kali pakai Amoxicilin adalah 500 mg, maka dosis
Amoxicilin untuk pasien berusia 10 tahun adalah ( mg) :
A. 100
B. 125
C. 150
D. 200
E. 250
2. Jenis obat yang lazim tertulis dalam suatu resep dibawah ini kecuali

a. Obat Paten
b. Obat Jadi
c. Obat Baku
d. Obat Tradisional
e. Obat Campuran
3. Dalam resep hanya tertulis bahan obat 500 diartikan dengan?
a. 500 gram
b. 500 mg
c. 500 ml
d. 500 liter
e. 500 IU

11
Modul pembelajaran

Kegiatan pembelajaran

G. DAFTAR PUSTAKA

H.Kotualubun, Binawati.1994.farmakologi dasar dan klinik.Jakarta:EGC.


http://sitinurulhasanahdianhusada.blogspot.co.id/p/blog-
page.html(Rabu,28September 2016/pukul:13:52)

12

Anda mungkin juga menyukai