OLEH :
NIM : 70600116001
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu. Makalah ini disusun agar
pembaca dapat lebih memahami tentang kewirausahaan dalam perspektif islam.
Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang
dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran
dan terutama pertolongan dari Allah SWT akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang terlibat
dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan
yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Andi Usmussaadah P
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam konteks sejarah, penyebaran dakwah Islam tidak terlepas dari peran kaum
pengusaha atau pedagang. Hal ini tidak dipungkiri bahwa Rasulullah Saw sebelum
diangkat Allah sebagai nabi, beliau semasa remaja kerap menyerukan dakwah akhlak
mulia berupa kejujuran dalam berkata khususnya saat berdagang. Selanjutnya para
sahabat demikian, mayoritas aktifitas mereka adalah pedagang.
Para pengusaha muslim memiliki karakter yang mampu mengubah tatanan strata
sosial menjadi berkeadilan dan berperadaban. Bagaimana tidak, ajaran Islam
mendorong penganutnya yang berprofesi sebagai pedagang untuk senantiasa
memperhatikan kaum lemah speri : fakir, miskin, janda tua dan siapapun yang tidak
mampu bersaing dalam dunia usaha di sekitarnya. Bila kaum usahawan muslim tidak
memperhatikan kaum lemah tersebut, maka disebut oleh Allah sebagai pendusta
agama (QS. Al-Ma'un: 1-7). Sehingga profesi pengusaha di dalam perspektif Islam
tidak semata-mata hanya sebagai profesi yang bersifat duniawi (kemapanan
ekonomi), namun lebih dari itu adalah profesi yang bernilai ibadah. Dalam kekayaan
yang mereka miliki terdapat bagian kekayaan milik orang lain, schingga mereka
diwajibkan membayar zakat dan dianjurkan untuk bersedekah; infak, sedekah, dan
wakaf.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kewirausaaahan dalam Islam ?
2. Bagaimana budaya bisnis dalam Islam?
3. Apa saja prinsip prinsip perdagangan menurut Al-Qur’an?
C. Tujuan
1 Untuk mengetahui kewirausahaan dalam Islam
2 Untuk mengetahui budaya bisnis dalam Islam
3 Untuk mengetahui prinsip perdagangan menurut Al-Qur’an
BAB II
ISI
Islam adalah agama yang paling sempurna dalam segala hal. Salah satu
kesempurnaannya adalah dengan mengharuskan kepada umatnya agar bisa hidup
mandiri dengan bekerja atau berbisnis dengan jalan yang benar. Islam tidak hanya
mengajarkan untuk beribadah saja, tetapi Islam juga mengajarkan umatnya untuk
mandiri dan bekerja keras salah satunya dengan berwirausaha.
Artinya: “Dari Miqdam RA, dari Rasul SAW bersabda: tidaklah seseorang makan
makanan yang lebih baik daripada makan hasil kerjanya sendiri dan sesungguhnya
Nabi Daud AS makan dari hasil buah tangan (pekerjaan) nya sendiri” (HR. Al-
Bukhari).
Kata budaya secara bahasa dapat diartikan sebagai pola pikiran atau adat istiadat.
Budaya juga dapat ditafsirkan sebagai tingkah laku, nilai-nilai dan tindakan yang
dilakukan oleh sekelompok manusia. Bisnis Islam yaitu pelaku usaha yang
menerapkan nilai-nilai syariat Islam. Sebagaimana pernyataan di atas bahwa Islam
mengatur semua aspek kehidupan manusia termasuk kewirauhasaan. Dan bahkan
aturan Islam mengenai prinsip-prinsip keusahaan sangat erat sekali, sehingga menjadi
budaya. Adapun budaya bisnis Islam tersebut adalah seperti berikut :
c. Amanah
Amanah juga nilai yang amat penting dalam bidang kewirausahaan.
Amanah merupakan salah satu sifat mulia para nabi dan para rasul.
Rasulullah sendiri telah menunjukkan contoh terbaik sehingga digelar al-
Amin. Allah berfirman: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan
adil. (QS. An-Nisa: 58) Allah telah mendidik Nabi Muhammad Saw
supaya bersifat amanah melalui pekerjaan beliau sebelum menjadi
pedagang yaitu sebagai pengembala kambing. Sifat inilah yang
mendorong siti Khadijah sehingga sanggup melimpahkan tanggungjawab
besar dan memilih Rasulullah untuk mengurus barang dagangannya ke
Syam. Sebagai balasan keberhasilan Rasulullah Saw yang mendapat
keuntungan paling besar berbanding pedagang yang lain, Siti Khadijah
kagum dan meminang beliau dan menikahinya.
d. Sabar
Sifat sabar ini juga merupakan sifat para rasul dan nabi-nabi. Ini
dijelaskan dalam maksud ayat berikut: "Dan sesungguhnya telah
didustakan rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap
pendustaan dan penganiayaan terhadap mereka, sampai datang
pertolongan Allah kepada mereka (QS. Al-An'am: 34) Sebagai manusia
biasa, para usahawan dituntut untuk sentiasa memohon kepada Allah agar
sentiasa diperteguhkan kesabaran dalam menghadapi pelbagai masalah.
Sabar dalam Islam mencakup sabar dalam melaksanakan perintah dan
sabar dalam menjalankan perintah Allah. Allah berfirman yang artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu, sesungguhmya lah beserta orang-orang yang sabar". (QS.
Al-Baqarah: 153).
e. Sedekah
Konsep sedekah merupakan konsep yang luas dan penting dalam
ekonomi Islam. Sedekah ditujukan bukan semata mataditujukan untuk
mendapatkan pahalaa dari Allah Swt, tetapi lebih dari itu yaitu untuk
menjaga kestabilan ekonomi umat Islam. Pengusaha muslim haruslah
menyadaripada hartanya ada hak orang lain yang dititipkan oleh Allah
Swt.
2. Konsep Ubudiyah
Islam sebagai agama yang syumul tidak memisahkan segala urusan perda-
gangan dengan nilai-nilai agama. Perniagaan bukan saja dianggap sebagai
pekerjaan atau profesi semata, tetapi juga memiliki nilai ibadah dalam ajaran
Islam dan akan mendapat pahala dari Allah Swt. Karena berniaga sama hal-
nya dengan menggapai rizki Allah yang dikaruniakan untuk masing-masing
hambaNya. Hanya saja jangan sampai dalam menggapai rizki Allah tersebut
melenakan atau melalaikan ibadah yang lain. Sehingga seorang usahawan
muslim tidak boleh menjadikan keuntungan material dijadikan standar ke-
suksesan di sisi Allah Swt. Objektif akhir haruslah difokuskan ke arah men-
capai keredhaan Allah. Hal ini telah ditegaskan Allah melalui firmanNya yang
artinya: Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan
matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya;
dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang ang
pertama-tama menyerahkan diri" (QS. al-An'am: 162-163).
3. Jaringan Perniagaan Yang Kuat
Sesama pengusaha muslim seharusnya mempunyai jaringan/link yang kuat
agar mereka dapat saling tolong menolong dan memperkuat antara satu
dengan yang lainnya. Ini dinyatakan dengan jelas dalam kandungan hadist
yang berbunyi : Rasulullah Saw bersabda, “Muslim sesama muslim adalah
seperti sebuah bangunan yang saling kuat memperkuat antara satu sama
lain….”(HR. Bukhari no 459) .
4. Pengelolaan Perusahaan dengan Baik
Mengurusi perusahaan atau perniagaan yang melibatkan banyak orang
haruslah dilakukan dengan baik dan adil. Kepengurusan perusahaan seperti ini
biasanya melibatkan pemodal (penanam saham), karyawan, dan
mendatangkan staff ahli sebagai manajer perusahaan, sehingga dalam hal
keuangan haruslah ada sistem audit guna menghindari kecurangan pengelola.
Dalam masalah kepengurusan ini, banyak difokuskan pada hal-hal berkenaan
dengan tanggungjawab masing-masing anggota manajemen, akauntabilitas,
keterbukaan, kesepakatan dan kepimpinan. Hal ini penting untuk memastikan
setiap individu dalam organisasi menjalankan tugas masing-masing dan tidak
menyalahgunakan kuasa yang ada untuk kepentingan peribadi.
5. Kreatif dan Inovatif
Kreatif artinya memiliki kemampuan untuk membuat atau mencip- takan,
menghasilkan dan mengembangkan sesuatu ide asal. Scdangkan inovatif
adalah sifat yang berarti menemukan hal baru dalam suatu ide yang sudah ada.
Seorang pengusaha harus selalu mengenal peluang, memiliki ide kreatif dan
inovatif. Sifat inovatif ini sangat ditekankan dalam Islam meng ingat bahwa
Allah menciptakan segala sesuaru di bumi ini adalah untuk di manfaatkan
oleh manusia. Hal ini dinyatakan melalui ayat yang bermaksud: "Dialah
(Allah) yang menjadikan untuk kamu segala yang ada di bumi" (Qs. Al-
Baqarah: 29). Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah menciptakan segala
sesuatu ini untuk dimanfaatkan manusia, yang berarti manusia diharapkan
mengasah daya fikirnya supaya mam produk yang dapat memenuhi kebutuhan
mereka. Demikianlah fungsi akal manusia yang dikurniakan Allah Swt
sebagai keistimewaan mahlukNya. ini haruslah digunakan sebaik-baiknya
untuk kemudahan semua pihak. Senada dengan perintah berinovasi dan kreatif
ini, terdapat sebuah riwayat pu mengubah sumber daya alam menjad yang
mengisahkan perjalanan Rasululah di tengah-tengah kaum yang sebagai
keistimewaan mahluknya.
D. Prinsip prinsip perdagangan menurut Al-Qur’an
Adapun prinsip-prinsip perdagangan yang di anjurkan dalam Al-Qur’an :
a. Setiap perdagangan harus didasari sikap ridha antara penjual dan pembeli,
seingga kedua pihak tidak ada yang merasa dirugikan dan dizolimi
b. Menegakkan prinsip keadilan baik dalam takaran,timbangan, ukuran, mata
uang, dan pembagian keuntungan.
c. Menghindari riba.
d. Kasih saying, tolong menolong, dan persaudaraan universal.
e. Tidak melakukan investasi pada usaha yang diharamkan seperti usaha yang
merusak mental. Misalnya narkoba dan pornografi. Demikian pula komoditas
perdagangan haruslah produk yang halal dan thoyib baik dari segi produknya
dan asalnya.
f. Perdagangan tidak boleh melalaikan diri dari beribadah (sholat dan zakat)
meningat Allah Swt.
g. Dalam perdagangan baik hutang piutang haruslah dilakukan pencatatan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kewirausahaan adalah ilmu yang memperlajari tentang nilai, kemampuan,
dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidupnya. Unsur-
unsur kewirausahaan meliputi motivasi, visi, komunikasi, optimisme,
dorongan semangat dan kemampuan memanfaatkan peluang.
2. Akhlak atau moral, atau seringkali disebut juga karakter, tidak dapat
dipisahkan dari kegiatan wirausaha. Dalam berdagang misalnya, Islam
mewajibkan setiap pedagang untuk melakukan berbagai macam kebajikan
seperti jujur, menepati janji, menakar sesuai dengan ukurannya dan
sebagainya.
3. Dalam Islam, baik dari segi konsep maupun praktik, aktivitas
kewirausahaan bukanlah hal yang asing, justru inilah yang sering
dipraktikkan oleh Nabi, istrinya, para sahabat, dan juga para ulama di
tanah air. Islam bukan hanya bicara tentang entrepreneurship (meskipun
dengan istilah kerja mandiri dan kerja keras), tetapi langsung
mempraktikkannya dalam kehidupan nyata.
4. Bagi umat Islam berdagang lebih kepada bentuk Ibadah kepada Allah swt.
Karena apapun yang kita lakukan harus memiliki niat untuk beribadah
agar mendapat berkah. Berdagang dengan niat ini akan mempermudah
jalan kita mendapatkan rezeki.
B. Saran dan Masukan
Demikianlah makalah yang kami buat, kemungkinan masih banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna maka dari itu kami memohon saran
dan masukan dari pembaca untuk membangun kesempurnaan makalah ini
sehinnga menjadi lebik baik. Terima Kasih.
Daftar Pustaka