Anda di halaman 1dari 5

kala I; Tahap Pembukaan

In partu (partus mulai) ditandai dengan lendir bercampur darah, karena serviks mulai membuka
dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar karnalis servikalis
karena pergeseran ketika serviks mendatar dan terbuka. Pada kala ini terbagi atas dua fase yaitu:
Fase Laten: dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai pembukaan 3 cm
Fase aktif: yang terbagi atas 3 subfase yaitu akselerasi, steady dan deselerasi
Kala I adalah tahap terlama, berlangsung 12-14 jam untuk kehamilan pertama dan 6-10 jam
untuk kehamilan berikutnya. Pada tahap ini mulut rahim akan menjadi tipis dan terbuka karena
adanya kontraksi rahim secara berkala untuk mendorongbayi ke jalan lahir. Pada setiap kontraksi
rahim, bayi akan semakin terdorong ke bawah sehingga menyebabkan pembukaan jalan lahir.
Kala I persalinan di sebut lengkap ketika pembukaan jalan lahir menjadi 10 cm, yang berarti
pembukaan sempurna dan bayi siap keluar dari rahim.
Masa transisi ini menjadi masa yang paling sangat sulit bagi ibu. Menjelang berakhirnya kala I,
pembukaan jalan lahir sudah hampir sempurna. Kontraksi yang terjadi akan semakin sering dan
semakin kuat. Anda mungkin mengalami rasa sakit yang hebat, kebanyakan wanita yang pernah
mengalami masa inilah yang merasakan masa yang paling berat. Anda akan merasakan
datangnya rasa mulas yang sangat hebat dan terasa seperti ada tekanan yang sangat besar ke arah
bawah, seperti ingin buang air besar.
Menjelang akhir kala pertama, kontraksi semakin sering dan kuat, dan bila pembukaan jalan lahir
sudah 10 cm berarti bayi siap dilahirkan dan proses persalinanmemasuki kala II.

Kala II; Tahap Pengeluaran Bayi

Pada kala pengeluaran janin, rasa mulas terkordinir, kuat, cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3
menit sekali. Kepala janin turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot
dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Anda merasa seperti mau
buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waku mengedan, kepala janin mulai kelihatan,
vulva (bagian luar vagina) membuka dan perineum (daerah antara anus-vagina) meregang.
Dengan mengedan terpimpin, akan lahirlah kepala diikuti oleh seluruh badan janin. Sebagai
gambaran : Video Melahirkan
Ibu akan merasakan tekanan yang kuat di daerah perineum. Daerah perineum bersifa elastis, tapi
bila dokter/bidan memperkirakan perlu dilakukan pengguntingan di daerah perineum
(episiotomi), maka tindakan ini akan dilakukan dengan tujuan mencegah perobekan paksa daerah
perineum akibat tekanan bayi

Kala III; Tahap Pengeluaran Plasenta

Dimulai setelah bayi lahir, dan plasenta akan keluar dengan sendirinya. Proses melahirkan
plasenta berlangsung antara 5-30 menit. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah
kira-kira 100-200 cc. Dengan adanya kontraksi rahim, plasenta akan terlepas. Setelah itu
dokter/bidan akan memeriksa apakah plasenta sudah terlepas dari dinding rahim. Setelah itu
barulah dokter/bidan membersihkan segalanya termasuk memberikan jahitan bila tindakan
episiotomi dilakukan

Kala IV; Tahap Pengawasan

Tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap bahaya perdarahan. Pengawasan ini
dilakukan selam kurang lebih dua jam. Dalam tahap ini ibu masih mengeluarkan darah dari
vagina, tapi tidak banyak, yang berasal dari pembuluh darah yang ada di dinding rahim tempat
terlepasnya plasenta, dan setelah beberapa hari anda akan mengeluarkan cairan sedikit darah
yang disebut lokia yang berasal dari sisa-sisa jaringan.
Pada beberapa keadaan, pengeluaran darah setelah proses kelahiran menjadi banyak. Ini
disebabkan beberapa faktor seperti lemahnya kontraksi atau tidak berkontraksi otot-otot rahim.
Oleh karena itu perlu dilakukan pengawasan sehingga jika perdarahan semakin hebat, dapat
dilakukan tindakan secepatnya.
Tidak semua kehamilan dapat digolongkan dengan kehamilan normal. Beberapa kehamilan
memang memerlukan pengawasan dan konseling yang bersifat khusus. Apabila sejak awal
kehamilan ibu tidak pernah melakukan pemeriksaan kehamilan, maka dokter maupun bidan tidak
mampu melakukan deteksi dini kelainan ataupun komplikasi yang kemungkinan ditimbulkan
dari kehamilan ini. Faktor resiko tinggi maupun kelainan yang terdapat baik pada ibu maupun
janin akan memberikan dampak bagi proses persalinan maupun berlangsungnya kehamilan.
Untuk diperlukan tambahan wawasan bagi ibu hamil untuk mengetahui apakah ibu tergolong
resiko tinggi ataupun tidak. Ibu yang termasuk dalam kehamilan resiko tinggi:

1. Ibu hamil dengan umur kurang dari 20 tahun


2. Hamil dengan umur lebih dari 35 tahun
3. Ibu dengan tinggi badan kurang dari 145cm
4. Ibu dengan berat badan kurang dari 45 kg
5. Ibu dengan jarak umur anak terakhir dengan kehamilan ini kurang dari 2 tahun 6. Ibu
dengan jumlah anak lebih dari 4

Berikut akan dijelaskan kenapa hal-hal di atas merupakan resiko tinggi bagi ibu hamil:

1. Umur ibu kurang dari 20 tahun


Bagi ibu hamil dengan umur yang kurang dari 20 tahun bukan berarti ibu termasuk tidak normal
melainkan ibu tergolong dengan resiko tinggi. Hamil pada usia remaja tentu akan berdampak
besar bagi masa depan ibu. Organ reproduksi remaja belum matang untuk menerima kehamilan.
Dari kesiapan psikologis untuk menjalani hidup berumah tangga juga akan berpengaruh bagi ibu
muda. Memang ada kemungkinan ibu untuk melahirkan secara normal, namun untuk kehamilan
ibu sendiri harus dalam pengawasan. Resiko yang kemungkinan dialami yaitu perdarahan pasca
persalinan, pre-eklamsi sampai terjadinya eklamsi, bayi beresiko mengalami kecacatan
kongenital. Resiko yang kemungkinan dialami adalah terjadinya kanker serviks atau kanker leher
rahim dimana yang menjadi faktor predisposisinya yaitu kontak seksual pertama kali di usia
muda.

2. Hamil dengan umur diatas 35 tahun


Beberapa wanita hamil di atas umur 35 tahun. Perlu dipahami bahwa semakin tua umur wanita
maka kualitas sel telur yang dihasilkan juga semakin menurun, sehingga resiko melahirkan bayi
dengan kelainan/ cacat sangat besar terjadi. Selain itu masih ada beberapa resiko lain yang
kemungkinan bisa ditimbulkan seperti kehamilan kembar, menderita diabetes gestasional
sehingga bayi yang dilahirkan memiliki berat badan besar, tekanan darah tinggi, resiko bayi yang
dilahirkan dengan kelainan kromosom (sindrom down) dan besar kemungkinan terjadinya
keguguran di awal kehamilan.

3. Tinggi badan ibu kurang dari 145 cm

Tinggi badan seseorang mempengaruhi bentuk panggul seseorang. Tinggi badan yang kurang
dari 145 cm beresiko terjadinya panggul sempit.Panggul yang merupakan jalan lahir bagi bayi.
Bayi dapat lahir dengan lancar apabila jalan yang dilaluinya tidak ada hambatan. Apabila jalan
untuk lahir sempit dan tidak sesuai dengan ukuran bayi, maka dapat di pastikan bayi tidak bisa
dilahirkan secara normal. Namun, tidak semua ibu hamil dengan tinggi kurang dari 145cm
diharuskan untuk operasi caesar. Semua tergantung dari kesesuaian antara bentuk panggul
dengan besar bayi.

4. Berat badan ibu kurang dari 45 kg

Saat dimulainya kehamilan ibu memiliki berat badan kurang dari 45kg, sebaiknya ibu harus
melakukan tindakan untuk meningkatkan berat badan ibu dengan mengkonsumsi makanan yang
bergizi dan frekuensi makan ditingkatkan. Berat badan yang rendah (< 45 kg) akan sangat
berpengaruh terhadap asupan nutrisi ke janin. Selain itu fungsi plasenta juga bisa mnegalami
penurunan fungsi akibat dari transport nutrisi yang tidak adekuat. Resiko lain yang mungkin
ditimbulkan adalah bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).

5. Jarak anak terakhir dengan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahhun


Alat reproduksi memerlukan waktu untuk dapat berfungsi dengan sempurna. Waktu yang
diperlukan untuk masa pemulihan ini minimal 2 tahun. Beberapa penelitian menyatakan bahwa
resiko untuk melahirkan dengan jarak kurang dari 2 tahun itu besar. Ibu beresiko 3 kali lebih
besar melahirkan bayi dengan gangguan perkembangan. Pada studi yang dilakukan oleh Dr
Keely Cheslack Postava dari Colombia University menyatakan bahwa ibu dengan jarak
kehamilan terlalu dekat semakin meningkatkan resiko bayi lahir dengan autisme.

6. Jumlah anak lebih dari 4

Jumlah anak yang terlalu banyak tentu akan berhubungan dengan sistem alat reproduksi. Banyak
komplikasi yang bisa ditimbulkan dengan seringnya melahirkan. Komplikasi bisa terjadi baik
selama kehamilan maupun saat persalinan. Komplikasi selama kehamilan yaitu terjadinya
perdarahan antepartum, terlepasnya sebagian atau seluruh bagian plasenta yang bisa
menimbulkan kematian janin, tertutupnya jalan lahir oleh plasenta sehingga perlu pemeriksaan
dan penanganan dari dokter spesialis kandungan

Anda mungkin juga menyukai