Disusun Oleh :
dr. Kristianto Aryo Nugroho
0
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Trigonum Anterior
1. Trigonum Submental
Daerah trigonum submental terletak di bawah dagu, dibatasi oleh mandibula, hyoid,
(5)
dan bagian anterior dari otot digastrik.
2. Trigonum Submandibular
Daerah trigonum submandibular dibatasi oleh inferior mandibula dan dua otot
digastrik. Daerah ini terdiri dari kelenjar saliva submandibular, nervus hipoglosus,
(5)
otot mylohyoid, dan arteri fasialis.
3. Trigonum Karotis
Daerah trigonum karotis dibatasi oleh otot sternokleidomastoideus, bagian posterior
dari otot digastrik, dan bagian superior dari otot omohyoid. Daerah ini terdiri dari
(5)
arteri karotis dan cabang-cabangnya, vena jugularis interna, dan nervus vagus.
2
4. Trigonum Muskular atau Omotrakeal
Daerah trigonum muskular atau omotrakeal dibatasi oleh garis tengah, tulang hyoid,
bagian superior otot omohyoid, dan otot sternokleidomastoideus. Daerah ini juga
(5)
terdiri dari otot-otot infrahyoid dan kelenjar tiroid dengan kelenjar paratiroid.
Trigonum Posterior
5. Trigonum Oksipital
Daerah trigonum oksipital dibatasi secara anterior oleh otot sternokleidomastoideus,
posterior oleh trapezius, dan inferior oleh otot omohyoid. Daerah ini terdiri dari
(5)
nervus aksesorius, nervus supraklavikularis, dan pleksus brakialis bagian atas.
6. Trigonum Subklavia
Daerah trigonum subklavia lebih kecil dari segitiga oksipital dan dibatasi secara
superior oleh bagian inferior dari otot omohyoid, inferior oleh klavikula, dan anterior
oleh otot sternokleidomastoideus. Daerah ini terdiri atas nervus supraklavikularis,
pembuluh subklavia, pleksus brakialis, pembuluh suprasckapular, pembuluh darah
(5)
servikalis transversal, vena jugularis eksternal, dan nervus pada otot subklavia.
3
(5)
Gambar 1. Daerah Trigonum daerah colli
Berbagai jalur drainase limfatik di kepala dan leher dapat membantu dalam
melakukan pemeriksaan dan evaluasi pada daerah mukosa oral spesifik di dalam kepala dan
leher (colli). Jika massa colli unilateral, lesi primer harus dicari pada daerah mukosa
ipsilateral. Jika massa leher bilateral, kemungkinan terdapat pada struktur garis tengah seperti
dasar lidah, laring supraglotis, atau nasofaring. Adapun limfadenopati servikalis bilateral
dapat terjadi ketika lesi lateral melintasi garis tengah dan menganggu aliran limfatik di sisi
kontralateral leher. Dengan limfadenopati yang melibatkan ruang supraklavikular dan daerah
servikalis lateral yang lebih dalam di bagian bawah daerah segitiga posterior, lesi primer
seringkali tidak berada dalam saluran aerodigestif, dan pencarian tumor primer harus
(6)
diperluas ke bagian paru-paru, payudara, dan intra-abdomen.
4
2.2 Definisi
Massa colli didefinisikan sebagai lesi abnormal (kongenital atau didapat) yang dapat
dilihat, diraba, atau dilihat pada pencitraan. The Guideline Development Group (GDG)
selanjutnya menetapkan bahwa yang disebut massa colli adalah massa yang berada di bawah
mandibula, di atas klavikula, dan jauh kedalam kulit, walaupun dapat melibatkan lapisan kulit
di atasnya secara sekunder. Massa colli dapat berkembang dari proses inflamasi, kongenital,
(1)
traumatik, ataupun neoplastik benigna dan maligna.
(1)
Tabel 1. Karakteristik Massa Colli yang mengarah pada keganasan
5
2.3 Etiologi
Massa colli sering terjadi pada orang dewasa, tetapi seringkali etiologi yang
mendasari tidak mudah diidentifikasi. Mayoritas massa colli pada populasi pediatrik lebih
sering disebabkan oleh inflamasi dan kongenital daripada neoplastik. Pada dewasa muda,
tingkat neoplasia mulai meningkat seiring dengan penurunan relatif lesi kongenital. Pada
pasien yang lebih tua dari 40 tahun, neoplasia selalu menjadi pertimbangan utama pada
(1,2)
orang-orang dengan massa colli yang tidak diketahui tempat asalnya.
2.4 Diagnosis
Aspek yang paling penting dalam mendiagnosis massa colli adalah anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang akurat dan terperinci. Setiap pasien dengan massa colli harus
menjalani pemeriksaan menyeluruh dari kepala dan leher dengan hasil pemeriksaan yang
rinci mengenai perjalanan massa bersamaan dengan gejala terkait dan riwayat trauma, radiasi,
(4)
dan operasi sebelumnya.
(1)
Tabel 2. Pemeriksaan fisik pada pasien dengan resiko tinggi keganasan
Fine needle aspiration biopsy (FNAB) merupakan pemeriksaan yang dapat dilakukan
untuk menegakkan diagnosis pada massa colli. Meskipun, FNAB sendiri dapat meragukan
(4,7)
25% massa colli occult. Dalam situasi seperti ini, open biopsy dapat dilakukan.
Evaluasi laboratorium tambahan pada pasien dengan massa colli adalah hal yang tepat.
Tergantung pada gambaran klinis, riwayat yang rinci, dan pemeriksaan fisik, jika lesi infeksi
dicurigai, evaluasi lebih lanjut dapat dilakukan seperti pemeriksaan hitung darah lengkap dan laju
sedimentasi. Tes diagnostik lainnya adalah uji tuberkulin, merupakan evaluasi untuk
koksidioidomikosis, pemeriksaan serologis histoplasmin, monospot, uji toksoplasmosis,
6
Venereal Disease Research Laboratory (VDRL) yang mana merupakan pemeriksaan serologis
(4,7)
untuk sifilis, dan pemeriksaan bakteri atau virus lainnya sesuai dengan kondisi pasien.
Ultrasonografi juga digunakan untuk melokalisasi massa colli dan diferensiasi kistik dari
massa padat dan sangat membantu dalam membedakan kista kongenital dari kelenjar getah
bening padat, tumor kelenjar, atau lesi vaskular. Ultrasound juga dapat digunakan sebagai teknik
panduan gambar untuk aspirasi jarum atau prosedur biopsi inti. Radiografi toraks (posterior,
anterior, dan lateral) memungkinkan untuk menskrining neoplasma paru primer atau untuk
melihat adenopati mediastinum. Pan-endoskopi kepala dan leher juga merupakan modalitas
diagnostik penting yang digunakan untuk mendeteksi lesi mukosa primer occult, serta untuk
(4,7)
mengidentifikasi tumor primer yang berhubungan dengan traktus aerodigestif.
(1)
Tabel 3. Pemeriksaan penunjang pada massa colli
7
(4)
Tabel 4. Prevalensi Relatif dari Etiologi Massa Colli
8
menyebabkan 20% hingga 30% infeksi saluran pernafasan atas, yang dapat terjadi pada rata-
rata dua hingga empat kali per tahun pada orang dewasa, patogen virus yang umum
ditemukan adalah rhinovirus, koronavirus, dan influenza. Biopsi merupakan tindakan yang
tepat jika terdapat kelainan nodus yang tidak membaik setelah empat sampai enam minggu,
dan harus dilakukan segera pada pasien dengan temuan lain yang menunjukkan keganasan,
seperti keringat malam, demam, penurunan berat badan, atau massa yang tumbuh dengan
cepat. Etiologi infeksi tertentu (human immunodeficiency virus/HIV, virus Epstein-Barr,
sitomegalovirus, toksoplasmosis) cenderung menyebabkan limfadenopati generalisata,
(4,9)
sehingga diperlukan evaluasi kelenjar getah bening yang komprehensif.
10
(5)
Secara klinis, massa colli dapat dibagi menjadi:
i) Massa yang berada di garis tengah
ii) Massa yang berada di sisi lateral leher
(5)
Gambaran ini dapat dikelompokkan sesuai dengan daerah segitiga pada leher.
(5)
Gambar 2. Massa leher di garis tengah
(5)
Gambar 3. Massa leher pada sisi lateral dengan daerah segitiga yang berbeda
11
2.7 Penatalaksanaan
(4)
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan terhadap massa colli
Kondisi Tatalaksana
Akut
• Sialadenitis Akut Sialagogues, pemijatan lembut; abses –
kompresi kelenjar
• Hematoma Evaluasi bila kecil; pembedahan dengan
drainase bila besar/meluas
• Fistula Arteriovenosa atau Evaluasi pembedahan untuk ligase
Pseudoaneurisma,
Limfadenopati Reaktif
• Infeksi Bartonella henselae Azitromisin
• Sitomegalovirus Biopsi jika tidak sembuh dalam 8 minggu
• Infeksi virus Epstein-Barr Biopsi jika tidak sembuh dalam 8 minggu
Terapi antiretrovirus
• Infeksi HIV
Antibiotik; rifampisin dan isoniazid;
• Mycobacterium tuberculosis
tambahkan pirazinamid dan etambutol atau
(ekstrapulmoner)
streptomisin pada daerah endemis; rujuk ke
ahli bedah kepala dan leher jika menetap
Antibiotik
• Infeksi stafilokokus atau
streptokokus
Perawatan suportif atau pengobatan dengan
• Toksoplasmosis
pirimetamin dan sulfadiazine
12
• Kanker metastasis Rujuk ke onkologi
• Limfoma non-Hodgkin
• Tumor parotis Rujuk ke onkologi
• Karsinoma sel skuamosa traktus Biopsi eksisional
aerodigestif bagian atas Biopsi
• Sialadenitis Kronis
Sialagogues, pemijatan lembut
Penyakit Idiopatik
• Castleman disease
Rujuk ke hematologi
• Penyakit Kikuchi
Rujuk ke hematologi
• Penyakit Kimura
Rujuk ke hematologi
• Penyakit Rosai-Dorfman
Rujuk ke hematologi
Penyakit Sistemik
• Amiloidosis
Rujuk ke hematologi
• Sarkoidosis
Rujuk ke spesialis paru/reumatologi bila perlu
• Sindrom Sjogren
Pengobatan simtomatik dengan sialagogues,
tingkatkan asupan cairan
Kronis
• Tumor Karotis Rujuk ke Onkologi
Kista Kongenital
• Kista branchial cleft Antibiotik; eksisi setelah infeksi berulang
13
• Penggunaan Lithium Pemantauan fungsi tiroid selama 6-12 bulan,
obati disfungsi, diskontinyu jika diperlukan
Radioaktif ablasi yodium, tiroidektomi,
• Multinodular Toksik metimazol/propiltiourasil
• Laringokel
Eksisi
• Lipoma
Observasi
• Liposarkoma
Eksisi
• Kista/Kanker Paratiroid
Rujuk ke endokrinologi, Eksisi
Nodul Tiroid
• Nodul cold thyroid
Rujuk ke endokrinologi, ulangi ultrasonografi
dalam 6-18 bulan
• Kanker Tiroid Eksisi
• Adenoma Tiroid Toksik Radioaktif yodium/tiroidektomi
14
BAB III
KESIMPULAN
Massa colli didefinisikan sebagai lesi abnormal (kongenital atau didapat) yang dapat
dilihat, diraba, atau dilihat pada studi pencitraan. Massa colli dapat berkembang dari proses
inflamasi, kongenital, traumatik, ataupun neoplastik benigna maupun maligna. Pendekatan klinis
yang relevan untuk membedakan massa colli tergantung dari apakah massa tersebut akut,
subakut, atau kronis. Penatalaksanaan massa colli tergantung dari etiologi yang mendasari.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Pynnonen MA, Gillespie MB, Roman B, Rosenfeld RM, Tunkel DE, Bontempo L, et
al. Clinical Practice Guideline: Evaluation of the Neck Mass in Adults.
Otolaryngology-Head and Neck Surgery 2017;157(2S):1-4.
2. Carvalho GM, Lavor MS, Kozechen R, Takara TFM, Guimares AC, Crespo AN.
Pediatric Neck Mass. Int J Pediatr 2015:Vol.3,N.6-1,serial No.23
3. Naik MJ, Guru RK, Panda PK. Clinicopathological Evaluation of Neck Masses-A
Descriptive Study.2017:Vol.6/issue 79
4. Haynes J, Arnold KR, Aguirre-Oskins C, Chandra S. Evaluation of Neck Masses in
Adults. American Family Physician 2015;91(10):698-704
5. Dhingra PL, Dhingra S. Neck Masses. In: Dhingra PL, Dhingra S. Diseases of Ear,
Nose, and Throat & Head and Neck Surgery. 6th ed. New Delhi: Elsevier. 2014.
p.390-2
6. Feldt BA, Webb DA. Diagnosis and Management of Neck Masses-Atlas of the Oral
and Maxillofacial Surgery Clinics of North America: Neck Infection. 2015
7. American Academy of Otolaryngology-Head and eck Surgery. Neck Mass in Adults:
Guideline for Evaluation Provides Framework for Timely Diagnosis. 2017
8. Bailey, Byron J.; Johnson, Jonas T.;Newlands, Shawn D. Head & Neck Surgery-
Otolaryngology, 5th Edition, section VII: Head and Neck Surgery. 2014
9. Irani S, Zerehpoush FB, Sabeti S. Prevalence of Pathological Entities in Neck
Masses : A Study of 1208 Consecutive Cases.2016:8(1):e25614
10. Wittekind Ch, Asamura H, Sobin LH. TNM Atlas:Illustrated Guide to the TNM
Classification of Malignant Tumours.Sixth Edition. 2014
16