Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ketrin Agnia Rahmani Putri

Prodi : Pendidikan Akuntansi

Bidang : Kominfo

Tema Essay : Dakwah Muntijah

"MENGEMBALIKAN EKSISTENSI HALAQAH YANG PRODUKTIF DI LINGKUNGAN KAMPUS SEBAGAI


SALAH SATU BENTUK DAKWAH MUNTIJAH"

Halaqah adalah sekumpulan orang yang ingin mempelajari dan mengamalkan Islam secara serius.
Biasanya mereka terbentuk karena kesadaran mereka sendiri untuk mempelajari dan mengamalkan
Islam secara bersama-sama (amal jama’i). Kesadaran itu muncul setelah mereka bersentuhan dan
menerima dakwah dari orang-orang yang telah mengikuti halaqah terlebih dahulu, baik melalui forum-
forum umum, seperti tabligh, seminar, pelatihan atau dauroh, maupun karena dakwah interpersonal
(dakwah fardiyah). Biasanya peserta halaqah dipimpin dan dibimbing oleh seorang murobbi (pembina).
Murobbi disebut juga dengan mentor, pembina, ustadz (guru), mas’ul (penanggung jawab). Murobbi
bekerjasama dengan peserta halaqah untuk mencapai tujuan halaqah, yaitu terbentuknya muslim yang
Islami dan berkarakter da’i (takwinul syakhsiyah islamiyah wa da’iyah). Dalam mencapai tujuan tersebut,
murobbi berusaha agar peserta hadir secara rutin dalam pertemuan halaqah tanpa merasa jemu dan
bosan. Kehadiran peserta secara rutin penting artinya dalam menjaga kekompakkan halaqah agar tetap
produktif untuk mencapai tujuannya.

Halaqah sekarang ini dan di masa mendatang menjadi alternatif sistem pendidikan Islam yang cukup
efektif untuk membentuk muslim berkepribadian Islami (syakhsiyah Islamiyah). Hal ini dapat terlihat dari
hasil pembinaannya yang berhasil membentuk sekian banyak muslim yang serius mengamalkan Islam.
Jumlah mereka makin lama makin banyak seiring semakin bertambahnya jumlah halaqah yang terbentuk
di berbagai kalangan.

Kini, fenomena halaqah menjadi umum dijumpai di lingkungan kaum muslimin di mana pun mereka
berada termasuk di lingkungan kampus. Walau mungkin dengan nama yang berbeda-beda. Penyebaran
halaqah yang pesat tak bisa dilepaskan dari keberhasilannya dalam mendidik pesertanya menjadi
mukmin yang bertaqwa kepada Allah SWT, tanpa melihat apakah seseorang yang ingin mengikuti
halaqah tersebut memiliki latar belakang pendidikan agama Islam atau tidak. Halaqah telah menjadi
sebuah wadah pendidikan Islam (tarbiyah Islamiyah) yang semakin inklusif saat ini.

Keberadaan halaqah sangat penting untuk keberadaan umat Islam itu sendiri. Dengan terbentuknya
kader-kader Islami melalui sistem pendidikan halaqah, maka di dalam tubuh umat akan lahir orang-orang
yang senantiasa berdakwah kepada kebenaran. Jika jumlah mereka semakin banyak seiring dengan
merebaknya sistem halaqah, maka umat Islam akan menjadi ‘sebenar-benarnya umat’. Bukan lagi
sekedar bernama ‘umat Islam’ tapi esensinya jauh dari nilai- nilai Islam seperti yang kita saksikan saat ini.

Dengan merebaknya sistem pendidikan halaqah proses pembentukan umat yang Islami (takwinul
ummah) akan mengalami akselarasi, hingga umat yang benar-benar Islami akan menjadi kenyataan
dalam waktu yang lebih cepat. Hal ini akan berdampak pada kehidupan manusia secara menye1uruh
yang lebih berpihak pada nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Halaqah juga bermanfaat bagi
pengembangan pribadi (self development) para pesertanya. Halaqah yang berlangsung secara rutin
dengan peserta yang tetap biasanya berlangsung dengan semangat kebersamaan (ukhuwwah Islamiyah).
Dengan nuansa semacam itu, peserta belajar bukan hanya tentang nilai-nilai Islam, tapi juga belajar
untuk bekerjasama, saling memimpin dan dipimpin, belajar disiplin terhadap aturan yang mereka buat
bersama, belajar berdiskusi, menyampaikan ide, belajar mengambil keputusan dan juga belajar
berkomunikasi. Semua itu sangat penting bagi kematangan pribadi seseorang untuk mencapai tujuan
hidupnya, yakni sukses di dunia dan akhirat.

Umat Islam akan mengalami kerugian yang besar jika sistem halaqah tidak berkembang dan punah. Hal
ini karena halaqah merupakan sarana efektif untuk melahirkan kader-kader Islam yang tangguh dan siap
berkorban memperjuangkan Islam. Bahkan, mungkin dapat disebut, jika sistern halaqah tumpul dan
mandul, maka umat akan mengalami situasi lost generation (kehilangan generasi pelanjut) yang
berkarakter Islami.

Pentingnya mempertahankan sistem halaqah dalam mencetak kader-kader Islam yang tangguh sudah
teruji dalam perjalanan panjang kehadiran halaqah di berbagai negara. Apalagi sampai saat ini
para mufakir (pemikir) da’wah juga belum dapat menemukan sistem alternatif lain yang sama efektifnya
dalam mencetak kader Islam yang tangguh seperti yang telah dihasilkan oleh halaqah. Bahkan yang
terjadi sebaliknya, kini semakin banyak para da’i dan ulama yang mendukung tarbiyah mela!ui sistem
halaqah. Sebagian dari mereka bahkan menulis buku yang menganalisa kehandalan sistem
halaqah/usroh dalam mencetak kader-kader Islam. Termasuk menganalisanya dari sisi syar’i, sejarah dan
sunnah Rasul.

Salah seorang pemikir dakwah, Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, mengemukan pendapatnya tentang sistern
halaqah yang tak tergantikan: “Tarbiyah melalui sistern halaqoh merupakan tarbiyah yang sesungguhnya
dan tak tergantikan, karena dalam sistem halaqoh inilah didapatkan kearifan, kejelian dan langsung di
bawah asuhan seorang murobbi yang ia adalah pemimpin halaqoh itu sendiri. Sedang program-
programnya bersumber dari Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya yang diatur dengan jadwal yang sudah
dikaji sebelumnya”.

Saat ini kita dapat menjumpai fenomana maraknya halaqah di mana-mana. Baik itu di kampus, sekolah,
kantor, pabrik, masjid, maupun di rumah-rumah penduduk. Ini bukan hanya fenomena yang terjadi
Indonesia, tapi juga di negara-negara Islam lainnya. Fenomena maraknya halaqah (di beberapa kalangan
disebut juga dengan usroh, mentoring, ta’lim, tarbiyah, pengajian kelompok, dan lain-lain), merupakan
fenomena yang wajar. Seiring dengan makin banyaknya orang yang kembali kepada Islam. Halaqah
diyakini oleh mereka yang mengikutinya sebagai sarana yang efektif untuk mempelajari dan
mengamalkan Islam secara rutin dan konsisten.

Dahulu, halaqah lebih banyak berjalan secara diam-diam, bahkan rahasia. Namun saat ini,
bersamaan dengan datangnya era reformasi, halaqah menjadi sesuatu yang inklusif dan terbuka. Semua
orang Islam bisa mempelajari dan mengikutinya, tanpa ada amniyah (rahasia informasi) yang banyak
seperti dulu lagi. Walau begitu, ciri khas halaqah tetap dipertahankan, yaitu peserta yang dikelompokkan
menurut tingkat pemahamannya terhadap Islam, jumlah peserta yang dibatasi, tetap, dan tidak berganti-
ganti. Dipimpin oleh seorang murobbi, berlangsung rutin, dan dengan materi terpadu.

Pentingnya halaqah meningkatkan produktivitasnya dan berjalan secara dinamis serta


menggairahkan tak perlu dipertanyakan lagi. Sebab secara fitrah, manusia memang tidak suka ‘berjalan
di tempat’ dan berada dalam suasana menjemukan. Mereka tak akan betah berlama-lama dalam
suasana seperti itu. Padahal di halaqah kita dituntut untuk betah berlama-lama. Hal ini terkait dengan
tujuan halaqah sebagai sarana pembelajaran Islam seumur hidup dalam rangka membentuk muslim
paripurna. Disinilah letaknya urgensi mengapa halaqah perlu senantiasa meningkatkan produktivitasnya
dan meningkatkan suasana yang menggairahkan. Dan kampus merupakan tempat yang paling afdol
untuk para mahasiswa belajar agama Islam lebih mendalam karena di masa-masa remaja, pemuda-
pemudi cenderung kritis dalam menghadapi suatu masalah.

Dakwah di kampus bertujuan membentuk potensi yang akan menambah kader penguat agama Islam.
Takwiniyah (pengkaderan) hendaknya tetap berlangsung bagi para mahasiswa yang terpilih. Namun
aktifitas dakwah takwiniyah ini tidak boleh tampak kecuali hasil-hasilnya. Kampus harus diwarnai dengan
dakwah umum yang digerakkan oleh para mahasiswa dalam pengkaderan kita dan terhindar dari bahaya
gerakan radikal baik dari luar Islam maupun dari kalangan kaum muslimin.

Adapun untuk mewujudkan halaqah yang muntijah (sukses) haruslah didasari oleh niat yang baik sebab
suasana jemu dapat berdampak pada tidak antusiasnya peserta dan murobbi (orang yang memimpin
halaqah) untuk mengikuti halaqah. Ujung-ujungnya akan berdampak pada ketiadaan dinamisasi dan
produktivitas halaqah. Hal ini tentu akan mengurangi makna dari keberadaan halaqah itu sendiri, yakni
sebagai sarana pembentukan syakhsiyah Islamiyah (pribadi-pribadi muslim) yang tangguh. Upaya-upaya
kearah sukses itu sangat penting agar semakin lebih terasa lagi kebutuhan akan pentingnya suasana
halaqah yang menggairahkan dan produktif.

Anda mungkin juga menyukai