Anda di halaman 1dari 13

RASUL SEBAGAI SURI TAULADAN

Oleh:
Kelompok 4
Ike Astika
Nur Azyza Malik
Assalam Djihat
Lasmini
Arifuddin SDM

PROGRAM STUDI STRATA 1 (S1)


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2018
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang

Dalam sejarah peradaban Islam tidak dapat dipisahkan dari sejarah seorang tokoh agung yang
dilahirkan dalam lingkungan masyarakat jahiliah dan panganis di Jazirah Arab. Dia adalah
Muhammad bin ‘Abdullah, rasul terakhir dan penutup para nabi. Perjalanan kehidupannya adalah
sebuah sejarah kepemimpinan yang sangat penting bagi umat manusia, Suri teladan yang ada pada
diri Rasulullah S.A.W yang menjadi panutan umat islam. Sebagaimana firman allah : “Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah (Q.S. Al-Ahzab : 21)”.
Suri teladan yang ada pada diri Rasulullah S.A.W tidak akan bisa kita ketahui pada zaman sekarang
tanpa kita mengetahui dan mempelajari sejarah-Nya.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah menerapkan akhlak atau suri teladan rasulullah kedalam jiwa manusia ?

C. Tujuan Penulisan Makalah

a. Agar kita bisa mencontoh akhlak Rasulullah S.A.W.

b. Supaya anak - anak kita atau generasi yang akan datang bisa memahami karakter Rasulullah
S.A.W.

c. Supaya kita tahu peran dan akhlak Rasulullah S.A.W


BAB II

Pembahasan

A. Riwayat baginda Rasulullah S.A.W

Dikala manusia dalam kegelapan dan kehilangan pedoman hidupnya, maka lahirlah seorang bayi
dari keluarga yang sederhana yang akan memberikan cahaya di dalam peradaban manusia. Bayi itu
yatim, karena ayahnya meninggal dunia pada saat ia berada di dalam kandungan ibunya (2 bulan).
Ayahnya bernama Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdumanaf bin Qusai bin Kilab bin
Murrah dari golongan arab bani Ismail. Ibunya bernama Aminah binti Wahab bin Abdumanaf bin
Zuhrah bin Kilab bin Murrah. Silsilah ini memperjelas bahwa beliau adalah keturunan bangsawan dan
terhormat di dalam kabilah - kabilah arab pada saat itu.

Dalam perjalanan hidupnya dari kanak-kanak hingga dewasa dan sampai diangkat menjadi
seorang rasul, beliau dikenal sebagai pribadi yang jujur, bersahaja, berbudi luhur dan memiliki
kepribadian yang sangat tinggi. Sangat berbeda dengan kebiasaan pemuda - pemuda arab pada saat itu
yang gemar mabuk - mabukan dan berfoya – foya, Sehingga masyarakat quraisy memberi julukan
kepada beliau Al - Amin artinya orang yang dapat dipercaya.

Beliau tidak pernah menyembah berhala, tidak pernah memakan daging sesembahan berhala yang
biasa dilakukan oleh masyarakat jahiliyah pada saat itu dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
beliau berdagang karena orang tuanya tidak meninggalkan warisan yang cukup dan bahkan kebiasaan
berdagang tetap beliau lakukan meskipun telah menikah dengan seorang Siti Khodijah seorang janda
kaya dan terhormat. Nama Muhammad S.A.W kian bersinar karena kepribadiaannya yang tinggi dan
kejujurannya. Tetapi hati nuraninya berontak karena melihat kebiasaan masyarakat quraisy pada saat
itu yang senang menyembah berhala, mabuk - mabukan, foya - foya dan bahkan mereka bangga
memasang berhala sesembahan mereka pada dinding ka’bah.

Maka mulailah beliau melakukan persiapan diri dengan mengasingkan diri keluar dari masyarakat
jahiliyah untuk mencari kebenaran yang hakiki yakni pergi ke gua hira yang terletak pada sebuah
bukit yang bernama Jabal Nur yang berjarak sekitar 5 km sebelah utara kota Mekah. Allah Swt
berfirman dalam Al - qur’an:

“Dan Dia dapati kamu dalam kebingungan, lalu diberi hidayah (QS. Adh Dhuha : 7)”

“Dan begitulah telah kami wahyukan kepadamu suatu ruh (Al quran) dari perintah kami, belum
pernah mengetahui apakah kitab, apakah iman… (QS. Asy Syura : 52)”

Dari situ dimulailah pembersihan hati, penyucian jiwa, pencerahan daya pikir oleh Allah S.W.T
melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad S.A.W sehingga dia mendapat tugas dari Allah
S.W.T sebagai orang yang terpilih untuk membawa manusia dari alam kegelapan ke alam cahaya
Ilahi, menyampaikan tanda - tanda kekuasaan Allah, membersihkan kotoran hati manusia dan
memberikan hikmah tentang isi ayat - ayat Al-quran. Maka terpancarlah suri tauladan dari dalam diri
Muhammad saw untuk dijadikan sebagai pedoman hidup bagi manusia. Allah S.W.T berfirman :
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu ; (yaitu) bagi orang
- orang yang mengharap (ridho) Allah dan (kedatangan) hari kiamat, dan banyak berzikir kepada
Allah (QS. Al Ahzab : 21)”

Bukti kabar gembira kedatangan Nabi Muhammad S.A.W sebagai seorang Nabi dan Rasul
sudah sampai keterangan atau buktinya kepada Nabi terdahulu. Hal ini disebutkan di dalam ayat Al-
qur’an di bawah :“ Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang
akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Quran dan
Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi
Maha Bijaksana.” (QS. Al Baqarah : 129)”

“(yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, nabi yang ummi yang mereka dapati tertulis di
dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan
melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik
dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan
belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya.
memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al
Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung (QS. Al A’raaf : 157)”

Nabi Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras
terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang terhadap sesama mereka. kamu lihat mereka ruku’
dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka
dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu
seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu Kuat lalu
menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya tanaman itu menyenangkan hati penanam-
penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-
orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang
saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar (QS. Al Fath : 29)”

B. Sifat - Sifat dan keteladanan Rasulullah S.A.W

a. Fathonah

Salah satu dari sifat wajib para Nabi dan Rasul yang wajib dipercayai oleh setiap muslim
adalah fathonah. Sebagai orang yang terpilih untuk menyampaikan kebenaran yang hakiki, serta
tanda-tanda kekuasaan Allah, maka dia haruslah seorang yang cerdas. Fathonah artinya bijaksana
dalam mengambil sikap, perkataan dan perbuatan atas dasar kecerdasan akal fikir. Cerdas tidak
hanya secara intelektual (IQ), tapi juga cerdas secara emosional dan spiritual (ESQ). Sifat
fathonah (kecerdasan) di dalam diri Rasulullah lebih dimatangkan oleh kecerdasan emosional dan
spiritual, karena beliau tidak pernah melewati pendidikan formal khusus untuk mengasah
intelektualnya. Allah S.W.T menurunkan ilmu laduni kepada beliau untuk memberikan
pencerahan kepada umat manusia melalui akhlak dan ilmu pengetahuan. Allah S.W.T berfirman :

“ Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul diantara mereka…(QS. Al-
Jumu’ah : 2)”
Oleh karena itu, apabila seseorang ingin meningkatkan performa dalam bidang
pekerjaannya, maka dimulailah dengan meningkatkan pengendalian emosi dan kualitas spiritual
melalui suatu mekanisme D.U.K.U.N (Duduk berzikir dan teKun bertafakur cerdas dalam setiap
langkah membina hubungan baik kepada Allah dan sesama manusia).

Bukti seorang muslim yang cerdas dalam membina hubungan baik kepada sesama
tercermin dalam :

a. Berani mengakui kelebihan dan jasa orang lain

b. Bijaksana terhadap kesalahan dan kekurangan orang lain

c. Lupakan jasa dan kelebihan diri

d. Lihat kesalahan dan kekurangan diri

e. Do’a

Do’a adalah inti dan ruhnya ibadah, dan ibadah dapat dibagi menjadi dua bagian besar,
yakni ibadah kepada Allah (maghdhoh) dan ibadah kepada sesama manusia (ghoiru maghdhoh).
Seorang muslim dalam melakukan suatu pekerjaannya selalu memulai dengan do’a (diawali
dengan membaca basmallah) karena pekerjaan yang dilakukan tanpa diawali dengan basmallah
tidak akan membawa keberkahan, Nabi S.A.W bersabda: “Tiap-tiap pekerjaan penting yang tidak
dimulai dengan bismillah, maka pekerjaan itu terputus (kurang berkah)” (HR. Abu Dawud).

Disamping itu do’a yang dipanjatkan kepada Allah yang bernafaskan peng-Esaan,
pengharapan dan perlindungan dari Sang Pencipta Alam Semesta sehingga dari dalam dirinya
terpancar motivati - motivasi yang didorong oleh nilai - nilai ketaqwaan untuk bersugguh -
sungguh melakukan ikhtiar dengan sempurna, tanpa mengesampingkan nilai tawakal sebagai
hasil akhir (bismillahi tawakaltu ‘alallah, laa haula wa laa kuwwata illa billah).

b. Usaha

Ada usaha untuk selalu melakukan yang terbaik dengan kekuatan do’a dan memperbaiki
segala kekurangan di dalam diri, mau belajar dari kesalahan serta memiliki kemauan untuk tampil
sebagai seorang professional yang berkarakter dan menggantungkan tawakal sebagai hasil akhir.

Allah S.W.T berfirman : “Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekadmu, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal
kepada-Nya.(QS. Ali ‘Imran : 159)”

c. Shiddiq

Shiddiq adalah salah satu sifat-sifat wajib bagi Rasul yang harus dipercaya oleh setiap
muslim. Artinya mempercayai bahwa Rasul itu, wajib bersifat benar, baik dalam ucapannya
maupun baik dalam perbuatannya yang sejalan dengan ajaran yang dibawanya. Kata shiddiq
berasal dari kata shidiq (kejujuran), kata shiddiq adalah bentuk penekanan (mubalaghah) dari
shadiq yang berarti orang yang didominasi oleh kejujuran. Menjunjung tinggi kejujuran di atas
segalanya adalah prinsip hidup Rasulullah S.A.W. Nabi Muhammad Saw bersabda : “Jika seorang
hamba tetap bertindak jujur dan berteguh hati untuk bertindak jujur, maka ia akan ditulis di sisi
Allah sebagai orang yang jujur, dan jika ia tetap berbuat dusta dan berteguh hati untuk berbuat
dusta, maka ia akan ditulis di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).
Seorang muslim yang teguh keimanannya, menjadikan kejujuran (shidiq) sebagai landasan untuk
mencapai kesuksesan. Dia selalu memperhatikan etika profesi dan moral serta rambu - rambu
agama, sehingga halalan thoyyiban menjadi proses perjalanannya untuk meniti karir meraih
sukses. Jujur lisannya, jujur hatinya dan jujur geraknya. Itulah sosok seorang muslim dalam
genggaman kasih sayang Allah.

Allah S.W.T berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah,
dan ikuti langkah orang-orang yang jujur.” [QS. At Taubah : 119].

d. Tabligh

Tabligh artinya menyampaikan. Salah satu sifat yang wajib bagi Rasul, yakni bahwa para
Rasul wajib menyampaikan kebenaran ajaran Allah dengan segala perintah atau larangan,
teguran, dan anjuran kepada keluarga dan umatnya, meskipun hal itu membahayakan bagi
dirinya. Menyampaikan kebenaran ajaran islam baik kepada mereka yang telah islam maupun
yang belum. Allah S.W.T berfirman : “Hai Rasul sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu
dari Tuhanmu, dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak
meyampaikan amanat-Nya (QS. Al Maidah : 67)”.

Seorang muslim dengan aqidahnya yang kuat untuk memegang teguh aturan Allah, selalu
merealisasikan sifat dan keteladanan rasulullah, maka sifat tabligh (dakwah) ini akan tergambar
di dalam profesi seorang muslim tersebut. Dari lisannya akan selalu keluar kata - kata yang baik
dan terasa sejuk didengar, kalimatnya berisikan nasehat bila ada yang salah atau keliru dan
penghargaan pada setiap hasil pekerjaan orang lain walaupun hasilnya tidak sepenuhnya
sempurna, serta berani mengatakan yang benar walaupun itu pahit rasanya untuk diterima. Dari
geraknya tergambar kesholehannya karena selalu menunjukkan identitasnya sebagai seorang
muslim. Tugas pekerjaannya dilakukan penuh dedikasi dan loyalitas yang tinggi.

Menjunjung tinggi kejujuran di atas segalanya dan pantang untuk berbohong atau berkhianat.
Melaksanakan seluruh aktivitasnya dengan penuh keikhlasan dan cerdas dalam menanggulangi
setiap persoalan tanpa ada yang harus merasa tersinggung atau sakit hati. Itulah sosok seorang
muslim dengan akhlak yang mulia (akhlakul karimah) yang akan memberikan cahaya dan
kesejukan di lingkungannya serta memberi dan menjadi contoh dengan akhlaknya, sehingga
memberi nilai tabligh kepada lingkungannya dimanapun ia berada.

e. Amanah

Amanah artinya kepercayaan atau dipercayakan kepada seseorang yang harus ditunaikan
sesuai dengan kewajiban yang dibebankan. Amanah adalah termasuk akhlakul karimah, termasuk
sifat wajib bagi Rasul, bahwa para Nabi dan Rasul itu bersifat jujur dan terpelihara dari
melakukan hal - hal yang dilarang Allah, baik lahir maupun bathin. Mustahil sifatnya bagi Nabi
dan Rasul mengkhianati ajaran Allah yang diwahyukan kepada dirinya. Rasulullah S.A.W
mendapat tugas dari Allah untuk menyampaikan pesan atau wahyu kepada manusia.

Pesan itu beliau sampaikan tanpa menambah atau mengurangi maksud serta isi dari pada
pesan itu agar sesuai dengan hawa nafsunya, sehingga yang sampai kepada manusia murni
sebagai wahyu Allah . Allah Swt berfirman: “Tidaklah ucapan (Muhammad) itu dari hawa
nafsunya, kecuali wahyu yang diwahyukan. (QS. An Najm : 3-4)”. Tugas sebagai pembawa pesan
beliau laksanakan penuh dedikasi, karena semata - mata amanah dari Allah S.W.T. Sifat amanah
tersebut juga tercermin dalam hubungan beliau dengan sesama manusia. Sebagai contoh
manakala terjadi hubungan dagang dengan seorang yahudi, dimana beliau dipesan untuk
menjualkan seekor unta miliknya dengan harga jual yang diamanahkan. Yahudi itu menaruh
hormat karena walaupun hasil penjualan unta itu melampaui harga sebenarnya tapi beliau tetap
melaporkan hasil penjualannya. Seorang muslim ketika diamanahkan oleh suatu perusahaan
untuk menduduki posisi tertentu haruslah dilaksansakan dengan rasa penuh tanggung jawab dan
bersungguh - sungguh.

Dia tidak mau menerima yang bukan haknya dan tidak pula menahan hak oranglain karena
dia sadar bahwa pekerjaan, jabatan yang dia beban adalah hakekatnya amanah dari Allah. Dia
tembuskan pengabdian pekerjaannya itu karena Allah Swt, dan dia sadar bahwa pekerjaan,
jabatannya sewaktu-waktu akan lepas dari genggamannya karena ia menyadari bahwa Allah-lah
Yang Maha Kekal dan Abadi dan akan melakukan pergiliran diantara manusia. Allah Swt
berfirman :

“Apa yang ada padamu hilang-sirna dan apapun yang di sisi Allah kekal abadi (QS. An Nahl :
96)”.

C. Akhlak Rasulullah saw

1. Akhlak Rasulullah saw. sebagai pribadi

a) Pemalu

Pemalu adalah sifat yang mendorong seseorang untuk menjauhi hal yang buruk dan
menghalanginya untuk mengambil hak orang lain.

Imam Tirmidzi meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah saw.
bersabda,

‫ِ فوالبففذاءء رمفن اللفجففاَّرء فواللفجففاَّءء رفيِ النناَّرر‬،‫ِ فوا ل رلليفماَّءن رفيِ اللفجننرة‬،‫افللفحيفاَّءءرمفن لارلليفماَّرن‬

"Malu adalah sebagian dari iman dan iman itu di surga. Sedangkan sikap tidak sopan adalah
bagian dari buruknya perangai, dan perangai yang buruk adalah di neraka."

Imam Malik meriwayatkan dengan sanadnya dari Zaid bin Thalhah bin Rukanah r.a bahwa
Rasulullah saw. bersabda,

‫إن لكل دين خلقاَّ وخلق السالما الحياَّء‬


"Semua agama mempunyai ajaran akhlak, dan akhlak dalam Islam adalah sifat malu."

Dalam kitab Akhlaaqun Nabi, al-Ashbahani meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu
Sa'id al-Khudri r.a berkata, "Rasulullah saw. lebih pemalu dari perawan yang dipingit, jika beliau
tidak menyukai sesuatu kami dapat mengetahuinya dari raut wajah beliau."

b) Menjaga Amanah, Memenuhi Janji, dan Jujur

Al-Kharaithi meriwayatkan dengan sanadnya dari Ubadah bin Shamit r.a. bahwa Rasulullah saw.
bersabda,

‫ليِ بست أتقبل لكم الخنةتقبلوا‬

"Kabulkanlah enam hal dariku, maka aku akan mengabulkan surga bagi kalian."

Lalu para sahabat bertanya, "Apa enam hal tersebut wahai Rasulullah?"

Rasulullah saw. menjawab,

‫ِ وكفوا أيديكم‬،‫ِ وغضوا أبصاَّر كم واحفضوا فروجكم‬،‫ِ وإذا اؤتمن فل يخن‬،‫ِ وإذا وعد فل يخلف‬،‫إذا حدث أحدكم فل يكذب‬

"Apabila kalian berbicara janganlah berdusta, jika berjanji janganlah tidak menepati, jika diberi
amanah janganlah berkhianat dan jagalah mata kalian, kemaluan kalian serta tahanlah tangan
kalian."

Imam Ahmad dalam musnadnya meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah r.a bahwa
Rasulullah saw. bersabda yang artinya,

"Tiga hal ada dalam diri seorang munafik: jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari
dan jika diberi amanah ia berkhianat. Ia adalah seorang munafik walaupun menunaikan shalat,
berpuasa dan mengaku sebagai seorang muslim."

c) Pemaaf dan Tawadhu

Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah
saw. bersabda,

‫ماَّ نقصت صدقة من ماَّل وماَّ زاد ا رجل يعفو إل عزا وماَّ من أحد تواضع ا إل رفعه ا عز وجل‬

"Harta tidaklah berkurang karena disedekahkan, orang yang pemaaf akan semakin dimuliakan
oleh Allah dan orang tawadhu akan diangkat derajatnya oleh-Nya."

Imam Tirmidzi meriwayatkan bahwa Abu Abdullah al-Jadali r.a berkata, "Suatu hari aku
bertanya kepada Aisyah r.a tentang akhlak Nabi saw." Ia menjawab, "Beliau tidak pernah bersikap
kasar, tidak pernah berteriak di pasar, dan tidak pernah membalas keburukan dengan keburukan,
akan tetapi belaiau selalu memaafkan."

Al-Ashbahani meriwayatkan bahwa asy-Syifa' berkata, "Suatu hari aku mendatangi


Rasulullah saw. untuk meminta sesuatu, lalu beliau meminta maaf kepadaku karena tidak
mempunyai apa-apa untuk diberikan kepadaku."
d) Dermawan, Murah Hati, Rela Berkorban, dan Lapang Dada

Al-Baghawi dalam kitab Syarhus Sunnah meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu
Hurairah r.a bahwa Rasulullah saw. bersabda,

‫ِ ويد ا ملليأ ل يغيضهاَّ نفقة ساحاَّء الليل واللنهاَّر‬،‫ أنفق عليك‬:‫إن ا عز وجل قاَّل‬

"Allah azza wa jalla befirman, 'Bersedekahlah niscaya aku akan memberi sedekah kepadamu.'
Sesungguhnya tangan Allah itu penuh, tidak berkurang dengan memberi nafkah kepada peminta-
minta di malam hari dan di siang hari."

Al-Kharaithi meriwayatkan dengan sanadnya dari Ubadah ibnush-Shamit r.a bahwa sesorang
datang kepada Rasulullah saw. dan berkata, "Wahai Rasulullah, perbuatan apa yang paling
utama ?"

Rasulullah menjawab, "Iman kepada Allah, membenarkan-Nya, dan jihad di jalan-Nya."

Laki-laki tersebut berkata, "Saya ingin yang lebih ringan wahai Rasulullah."

Rasulullah saw. pun menjawab, "Bersikap toleran dan sabar."

e) Lemah Lembut, Penyayang, dan Penyabar

Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari Jarir bin Abdullah r.a bahwa Rasulullah saw.
bersabda,

‫ق ليلحفرءما اللفخليفر‬
‫فملن يءلحفرءما الررلف ف‬

"Orang yang tidak mempunyai sikap lemah lembut tidakklah mempunyai kebaikan sama sekali."

Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibnu Abbas r.a bahwa Rasulullah saw. pernah
bersabda kepada Asyaj Abdul Qais,

‫فيك خصلتين يحبهماَّ ا الحلم والناَّةان‬

"Engkau mempunyai dua sifat yang disukai Allah, yaitu penyabar dan toleran."

f) Berlaku Adil Kepada Orang Lain

Al-Kharaithi meriwayatkan dengan sanadnya dari Amar bin Yasir r.a. bahwa Rasulullah saw.
bersabda,

‫ليستكمل العبد اليماَّن حتى يكون فيه ثلث خصاَّل‬

"Tidak sempurna iman seorang hamba hingga ia mempunyai tiga perilaku."

Kemudian Amar bertanya, "Apa ketiga perilaku itu ?"

Rasulullah saw. pun menjawab,

‫النفاَّق من القتاَّر والءنصاَّف من نفسه وبذل السلما‬


"Memberi sedekah dalam keadaan susah, berlaku adil terhadap diri sendiri, dan menebarkan
salam."

2. Akhlak Rasulullah saw. dalam rumah tangga

a) Mudah tersenyum dan tertawa

Di rumahnya, Rasululloh SAW. menjadi teladan yang patut ditiru bagi para suami, ayah
dan kakek. Di rumahnya beliau merupakan manusia yang paling mudah tersenyum dan tertawa.
Beliau berdialog dan bercengkrama bersama para istrinya. Mereka pun tak segan berdialog den
bercengkrama dengan beliau. Tetapi bila waktu shalat tiba, beliau bergegas melaksanakan shalat.
Beliau bersikap lemah lembut dengan para istrinya, dan memperlakukan dengan adil diantara
mereka.

Ibnu Sa'ad meriwayatkan dalam kitab ath-Thabaqaat al-Kubraa dengan sanadnya dari Amrah
bertanya kepada Aisyah r.a. "Bagaimana Rasulullah saw. ketika berada di rumah ?"

Aisyah menjawab, "Beliau adalah orang yang paling lembut dan paling dermawan, beliau juga
sama dengan suami-suami kalian hanya saja beliau banyak tersenyum."

Al-Hakim dalam al-Mustadrak meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibnu Abbas r.a. bahwa
Rasulullah saw. bersabda,

‫خير كم خير كم للنساَّء‬

"Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik terhadap istri-istrinya."

b) Mandiri

Untuk hal-hal yang berkenaan dengan pekerjaan rumah tangga , beliau memerah susu
kambingnya, menambal bajunya, dan menjahit sandalnya. Juga mengerjakan urusan pribadinya
sendiri, menyapu rumah, memberikan minum ke hewan ternaknya, dan makan bersama para
pembantunya.

c) Tegas dan bijaksana

Beliau bermain riang bersama para cucunya, mempersilahkan punggung beliau yang
mulia untuk ditunggangi mereka. Beliau bercanda, tertawa, mengajarkan ilmu dan akhlak,
mengajak musyawarah, tegas dan bijaksana, menganggap baik sesuatu, dan berhias diri. Juga
perbuatan lainya yang termasuk dalam sifat ketinggian budi pekerti, keindahan, kerendahan hati
dan keindahan dalam bersikap.

3. Akhlak Rasulullah saw. Dalam Kehidupan Sosial

a) Selalu Memiliki Sifat Lapang Dada, Keluesan, dan Kedamaian Hati

Rasulullah saw. merupakan makhluk yang paling sempurna di dalam kepemilikan sifat-
sifat yang menjadai faktor utama kelapangan dada, keluasan, dan kedamaian hati serta kehidupan
ruh. Beliau adalah makhluk yang paling sempurna di dalam merasakan kelapangan, keluasaan
dan kedamaian hati ini, di samping kelebihan yang diberikan kepada Beliau berupa keluasaan dan
kelapangan yang dapat dirasakan dengan indra.

b) Mendengarkan pendapat orang lain

Rasululloh saw. menjadi contoh yang patut di teladani dalam segala hal yang menyangkut
kehidupan sosial. Beliau selalu berusaha manyatukan manusia bukan mencerai-beraikan mereka
saling menghormati dan menghargai diantara para sahabat. Beliau selalu memberikan giliran para
pendengarnya untuk mengeluarkan pendapat dan membagi perhatian di antara mereka hingga
satu sama lainya menyangka bahwa dialah yang paling dimuliakan di sisi beliau dibanding lainya.

c) Menghargai kepada orang non muslim

Kepada orang-orang non muslim, beliau memperlakukan mereka dengan adil dan benar.
Memperlakukan dengan baik siapa saja yang berada dalam jaminan dan perjanjian dengan beliau.
Juga menepati janji diantara mereka. Beliau memberikan pesan kepada kaum muslimin untuk
menjaga orang-orang non muslim serta melarang menyakiti mereka. Namun jika mereka
mengkhianati dan melanggar perjanjian yang telah disepakati, maka beliau adalah orang yang
paling tegas dan keras kepada mereka.

D. Prinsip Kepemimpinan Rasulullah

Dijelaskan dalam surat Ali Imran ayat 159 bahwa : “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah
kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka, sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka mohonkanlah
ampun bagi mereka dan bermusyawarahkanlah dengan mereka dalam urusan itu, kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, maka bertakwallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang - orang yang bertawakal kepadanya”.

Ayat ini berhubungan dengan peristiwa pasca perang uhud. Dimana dalam hal kondisi evaluasi
kerja, tidak jarang seorang pemimpin terjebak dalam emosi bahkan dapat berbuat semena - mena
terhadap anggotanya yang dianggap sebagai penyebab kegagalan tersebut. Namun apa yang
dilakukan Rasulullah S.A.W dengan bimbingan dari Allah terhadap sahabatnya yang telah
memberikan contoh yang sungguh mulia bagi seorang pemimpin. Sikap beliau terhadap mereka
walaupn sebagian dari mereka telah lari dari medan perang tapi mereka tetap santun, tidak kasar,tidak
keras hati, mudah memaafkan dan meminta ampun atas dosa mereka kepada Allah. Bahkan untuk
mengembalikan kepercayaan mereka antara pemimpin dengan ntuk bumatnya, beliau tidak segan -
segan mengajak kembali mereka untuk memperbaiki kondisi dengan mengajak musyawarah.

Sikap mulia semacam itu ditegaskan sebagai rahmat Allah S.W.T yang diberikan kepada
Rasulnya untuk bisa menjadi contoh bagi seluruh umatnya. Allah berfirman : “Sungguh telah datang
kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat
menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasuhan lagi penyayang terhadap
orang - orang mukmin. (At-Taubah :128)”.
Diantara tujuan Rasulullah S.A.W mengajak para sahabatnya bermusyawarah adalah untuk
membangun kembali kepercayaan kepada mereka, agar mereka merasa masih dianggap oleh
Rasulullah S.A.W sehingga tidak ada yang merasa kecil hati ataupun putus asa. Akhlak semacam ini
perlu kita contoh, bila kita menjadi seorang pemimpin dan ada anggota yang mengecewakan
hendaklah jangan dijauhi namun bangunlah kembali kepercayaan kepada mereka, rangkullah kembali
dan selalu berkhusnudhon pada Allah dan hamba - hambanya, maka hendaklah kita meminta
pertolongan dan bimbingan kepada Allah S.W.T.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari sinilah kita bisa memahami akhlak dan sejarah tentang Rasulullah S.A.W mulai dari kecil
hingga dewasa, dalam perjalanan hidupnya beliau dia dikenal sebagai seorang sosok yang berpribadi
santun, lemah lembut, jujur, bersahaja, berbudi luhur dan memiliki kepribadian yang sangat tinggi
diasmping itu beliau juga dijuluki sebagai Al Amin. Beliau juga memiliki sifat - sifat yang teladan
yang dipercaya oleh setiap muslim, maka dari itu kita sebagai seorang muslim kita wajib meneladani
dan mengikuti jejak Rasulullah S.A.W.

Anda mungkin juga menyukai