Anda di halaman 1dari 4

UJI LATIH BEBAN JANTUNG /

TREADMILL TEST
A. Pengertian
Treadmill test adalah uji latih jantung beban dengan cara
memberikan stress fisiologi yang dapat menyebabkan
abnormalitas kardiovaskuler yang tidak ditemukan pada saat
istirahat.

Dasar – dasar fisiologi


Dasar fisiologi ULJB adalah latihan dinamik. Telah
diketahui latihan dinamik memberikan serial kompleks
penyesuaian kardiovaskuler yang terjadi akibat peningkatan
suplai darah ke otot gerak sesuai dengan kebutuhan metabolisme
yang terjadi, disamping upaya untuk mempertahankan suplai
darah ke organ vital seperti otak dan jantung.
Secara umum akibat latihan dinamik dapat terjadi :
 Peningkatan curah jantung (cardiac output)
 Tekanan darah arterial meningkat
 Tahanan/resistensi perifer meningkat
Apabila terjadi pengurangan suplai darah ke organ vital
seperti jantung akan mengakibatkan perubahan pada rekaman
listrik jantung (EKG) ataupun rekaman listrik ke otak (EEG.
Khusus pada EKG akan terlihat perubahan segmen ST berupa ST
depresi atau ST elevasi.
Respons denyut jantung.
Peningkatan denyut jantung merupakan respon dari sistem
kardiovaskuler terhadap latihan yang dapat diukur untuk
pertama kalinya dan merupakan mekanisme utama dari peningkatan
curah jantung (CO) dimana :
CO = HR X SV
Denyut jantung meningkat secara linier sesuai dengan beban
peningkatan beban kerja (work loads) dan peningkatan ambilan
oksigen (oksigen uptake)
Respons tekanan darah.
Tekanan darah meningkat dengan meningkatnya kerja dinamik yang
mengakibatkan peningkatan curah jantung (CO). Tekanan
sistolik meningkat segera dalam beberapa menit pertama dan
kemudian terjadi tingkat penyesuaian yang disebut “stedy
state“ (saat penyesuaian). Sedang tekanan diastolik tidak
mengalami perubahan yang nyata, bila terjadi peningkatan
tekanan diastolik (DBP) menandakan adanya hipertensi yang
labil .
B. Indikasi
 Untuk menegakkan diagnosa PJK.
 Untuk mengevaluasi keluhan : nyeri dada , sesak
nafas dll.
 Untuk mengevaluasi kapasitas kemampuan fungsional
 Untuk mengevaluasi adanya disritmia.
 Untuk mengevaluasi hasil pengobatan.
 Untuk menentukan prognosa dari kelainan kardiovaskuler
C. Kontra indikasi :
 Infark miokard akut < 5 hari.
 Unstable angina pectoris
 Hipertensi berat
 Aritmia yang berarti
 Sesak
 Vertigo
D.Komplikasi
 Hipotensi
 Disritmia yang berat
 Infark myocard acute
 Syncope dan stroke
 Trauma fisik (jatuh saat test)
 Henti jantung (cardiac arrest)
 Kematian
E. Indikasi penghentian test.
1. Keluhan subjektif
 Timbul nyeri dada yang hebat
 Sesak nafas
 Vertigo / pusing
 Nyeri pada persendian kaki
 Kelelahan/cape sekali
 Pasien minta agar test dihentikan
2. Objektif
 Respon hipertensi/hipotensi
 Timbul aritmia yang berarti
 ST depresi/ST elevasi >3 mm
 Timbul tanda- tanda perfusi yang buruk
(pucat,sianotik,ekstremitas dingin).
 Target HR maximal tercapai
F. Persiapan Tindakan Treadmill test ada 2 :
1. Persiapan untuk pasien
 Malamnya tidur cukup
 Sebaiknya dua jam sebelum dilakukan tindakan tidak boleh
makan
 Pada pagi harinya sebaiknya jangan olahraga dulu.
 Untuk diagnostic sebaiknya obat-obatan kardiovaskuler
(beta blocker) dihentikan sesuai dengan perintah dokter.
 Harus bawa surat consult dari dokter.
2. Persiapan Alat
 Satu set alat treadmill
 Kertas printer teradmill
 Emergencytroly lengkap dan defibilator
 Plester
 Elektrode
 Oksigen
 Tensimeter dan stetoscpoe
 jelly
 Alkohol 70 % dan kassa non steril
 Tissue/Handuk kecil
 Celana, baju dan sepatu yang layak dipakai untuk
treadmill.
G.Cara kerja
1. Pasien di anamnesa dan menjelaskan tentang tata
cara,maksud, manfaat dan resiko dari treadmill.
2. Menentukan target HR submaximal dan maximal (target
HR max : 220 dikurang umur dan submaximal adalah 85 %
dari target HR max)
3. Pasien menandatangani formulir informed consent.
4. Pasien dipersilahkan ganti pakaian, celana dan
sepatu treadmill yang telah disediakan.
5. Pasien berbaring denagn tenang di tempat tidur
6. Bersihkan tubuh pasien pada lokasi pemasangan
electrode dengan menggunakan kassa alkohol.
7. Tempelkan electrode sesuai dengan tempat yang sudah
ditentukan.
8. Sambungkan dengan kabel treadmill
9. Fiksasi electrode dengan sempurna
10. Masukkan data pasien ke alat treadmill
11. Ukur tekanan darah
12. Rekam EKG 12 leads
13. Jalankan alat treadmill dengan kecepatan sesuai
dengan prosedur.
14. Setiap tiga menit speed dan elevation akan bertambah
sesuai dengan prosedur yang sudah ditentukan.
15. Pantau terus perubahan EKG dan keluhan pasien selama
tets.
16. Rekam EKG 12 leads dan BP setiap tiga menit.
17. Hentikan test sesuai dengan prosedur.
H. Recovery
1. Rekam EKG 12 leads dan ukur tekanan darah setelah
test dihentikan.
2. Persilahkan pasien untuk duduk/berbaring.
3. Pantau terus gambaran EKG selama pemulihan.
4. Rekam EKG 12 leads dan ukur tekanan darah setiap
tiga menit.
5. Pemulihan biasanya selama enam menit/sembilan menit
(hingga gambaran EKG ,HR, dan tekanan darah kembali
seperti semula)
6. Menberitahukan pada pasien bahwa test sudah selesai.
7. Lepaskan elektrode dan manset BP.
8. Bersihkan jelly yang menempel di dada pasien .
9. Merapihkan kembali alat–alat pada tempatnya.
10. Sebaiknya selama 15 menit pasca treadmill test
pasien masih berada dalam pengawasan petugas.
Personal pelaksana ULJB.
1. Dua orang tenaga yang terlatih telah menguasai seluk
beluk alat dan prosedur treadmill.
2. Mempunyai pengetahuan tentang indikasi dan kontra
indikasi ULJB.
3. Mempunyai pengetahuan tentang dasar – dasar
fisiologi treadmill.
4. Mengetahui prinsip – prinsip interpretasi ULJB
5. Mampu melakukan prosedur penanganan emergency
termasuk kemampuan ACLS.
Protokol Bruce
Phase Speed Elevation
1 1,7 10
2 2,5 12
3 3,4 14
4 4,2 16
5 5 18
Setiap phase selama tiga menit.

Protokol Modifikasi Bruce


Phase Speed Elevation
1 1,7 0
2 1,7 5,0
3 1,7 10
4 2,5 12
5 3,4 14
Setiap phase selama tiga menit

DAFTAR PUSTAKA

Froelicher F V and Myers N Jonathan, (2007), Manual of


exercise testing, third edition, Mosby

Anda mungkin juga menyukai