Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. T

DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELITUS

DI RUANG FLAMBOYAN RSUD. KABUPATEN BULELENG

PADA TANGGAL 22 APRIL 2019

OLEH :

NI LUH PUTU EKA SAPTARINI

17089014104

SEKOLAH TINGGAI ILMU KESEHATAN BULELENG

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN 2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi Diabetes Melitus

Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena sekresi insulin, kerja insulin atau

kedua-duanya.

Menurut WHO Diabetes Melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu

penyakit atau gangguan metabolism kronis dengan gangguan multi etiologi

ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan

metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat dari insufisiensi fungsi

insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh gangguan produksi insulin oleh

sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurang

responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin. (Depkes, 2008).

Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan

klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi

karbohidrat, jika telah berkembang penuh secara klinis maka diabetes melitus

ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial aterosklerosis dan penyakit

vascular mikroangiopati

(Fatimah, 2015).

2. Epidemiologi

Pada Negara berkembang, diabetes melitus cenderung diderita oleh

penduduk usia (45-64 tahun), sedangkan pada Negara maju penderita diabetes

melitus cenderung diderita oleh penduduk usia diatas 64 tahun. Penderita DM


Tipe I biasanya berumur ˂ 40 tahun dan penderita DM Tipe II biasanya berumur

≥40 tahun. Diabetes melitus sendiri merupakan penyakit kronis yang akan

diderita seumur hidup sehingga progresifitas penyakit akan terus berjalan pada

suatu saat dapt menimbulkan komplikasi.

(Depkes, 2008).

3. Penyebab atau Faktor Predisposisi

Etiologi atau faktor penyebab penyakit Diabetes Melitus bersifat heterogen,

akan tetapi dominan genetik atau keturunan biasanya menjanai peran utama dalam

mayoritas Diabetes Melitus (Rendy dan Margareth, 2012)

Faktor lain yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :

1) Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan

sel beta melepas insulin.

2) Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen

yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula

yang diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan.

3) Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang

disertai pembentukan sel – sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan

kerusakan sel - sel penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel

beta oleh virus.

4) Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan

terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada

membran sel yang responsir terhadap insulin.

4. Patofisiologi
Pada diabetes tipe ini terdapat dua masalah utama yang berhubungan

dengan insulin itu sendiri, antara lain: resisten insulin dan gangguan sekresi

insulin. Normalnya insulin terikat pada reseptor khusus di permukaan sel. Akibat

dari terikatnya insulin tersebut maka, akan terjadi suatu rangkaian reaksi dalam

metabolism glukosa dalam sel tersebut. Resisstensi glukosa pada diabetes mellitus

tipe II ini dapat disertai adanya penurunan reaksi intra sel atau dalam sel. Dengan

hal – hal tersebut insulin menjadi tidak efektif untuk pengambilan glukosa oleh

jaringan tersebut. Dalam mengatasai resistensi insulin atau untuk pencegahan

terbentuknya glukosa dalam darah, maka harus terdapat peningkatan jumlah

insulin dalam sel untuk disekresikan.

Pada pasien atau penderita yang toleransi glukosa yang terganggu,

keadaan ini diakibatkan karena sekresi insulin yang berlebihan tersebut, serta

kadar glukosa dalam darah akan dipertahankan dalam angka normal atau sedikit

meningkat. Akan tetapi hal-hal berikut jika sel-sel tidak mampu mengimbangi

peningkatan kebutuhan terhadap insulin maka, kadar glukosa dalam darah akan

otomatis meningkat dan terjadilah Diabetes Melitus Tipe II ini.

Walaupun sudah terjadi adanya gangguan sekresi insulin yang merupakan

cirri khas dari diabetes mellitus tipe II ini, namun masih terdapat insulin dalam sel

yang adekuat untuk mencegah terjadinya pemecahan lemak dan produksi pada

badan keton yang menyertainya. Dan kejadian tersebut disebut

ketoadosisdiabetikum, akan tetapi hal ini tidak terjadi pada penderita diabetes

melitus tipe II.


WOC

Umur

Penurunan fungsi Penurunan fungsi


indra pengecap pankreas

Konsumsi Penurunan
makanan kualitas dan
manis berlebih kuantitas insulin Gaya Hidup

HIPERGLIKEMIA

Penurunan glukosa Kerusakan vasskuler


dalam sel

Cadangan Neuropati
perifer
lemak dan
protein turun ULKUS

BB turun Ketidakseimbangan Kerusakan integritas kulit


nutrisi dari
kebutuhan
Pembedahan ( Debridement )

Adanya perlukaan pada kaki

Luka insisi tidak terawat


Peningkatan leukosit

Resiko infeksi

5. Klasifikasi Diabetes Melitus

1) Diabetes tipe 1

Diabetes tipe 1 biasanya terjadi pada remaja atau anak, dan terjadi karena

kerusakan sel β (beta) (WHO, 2014). Canadian Diabetes Association (CDA) 2013

juga menambahkan bahwa rusaknya sel β pankreas diduga karena proses

autoimun, namun hal ini juga tidak diketahui secara pasti. Diabetes tipe 1 rentan

terhadap ketoasidosis, memiliki insidensi lebih sedikit dibandingkan diabetes tipe

2, akan meningkat setiap tahun baik di Negara maju maupun di negara

berkembang (IDF, 2014).

2) Diabetes tipe 2

Diabetes tipe 2 biasanya terjadi pada usia dewasa (WHO, 2014). Sering kali

diabetes tipe 2 didiagnosis beberapa tahun setelah onset, yaitu setelah komplikasi

muncul sehingga tinggi insidensinya sekitar 90% dari penderita DM di seluruh

dunia dan sebagian besar merupakan akibat dari memburuknya faktor risiko

seperti kelebihan berat badan dan kurangnya aktivitas fisik (WHO, 2014).

3) Diabetes gestational

Gestational diabetes mellitus (GDM) adalah diabetes yang didiagnosis selama

kehamilan (ADA, 2014) dengan ditandai dengan hiperglikemia (kadar glukosa

darah di atas normal) (CDA, 2013 dan WHO, 2014). Wanita dengan diabetes

gestational memiliki peningkatan risiko komplikasi selama kehamilan dan saat


melahirkan, serta memiliki risiko diabetes tipe 2 yang lebih tinggi di masa depan

(IDF, 2014).

4) Tipe diabetes lainnya

Diabetes melitus tipe khusus merupakan diabetes yang terjadi karena adanya

kerusakan pada pankreas yang memproduksi insulin dan mutasi gen serta

mengganggu sel beta pankreas, sehingga mengakibatkan kegagalan dalam

menghasilkan insulin secara teratur sesuai dengan kebutuhan tubuh.

6. Gejala Klinis

Seseorang dapat dikatakan menderita diabetes melitus apabila menderita gejala

yaitu:

1) Keluhan Trias : banyak makan, banyak kencing dan penurunan berat badan.

2) Kadar Glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 200 mg/dl

3) Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl. Keluhan

yang sering terjadi pada penderita Diabetes Melitus adalah poliuria

(pengeluaran urin), polidpsia (timbul rasa haus), berat badan menurun, lemah,

kesemutan, gatal, bisul, usus menurun, dan keputihan.

7. Pemeriksaan fisik

1) Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga

kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa


tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan

berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.

2) Sistem integument

Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,

kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada

kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.

3) Sistem pernafasan

Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah

terjadi infeksi.

4) Sistem kardiovaskuler

Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,

takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.

5) Sistem gastrointestinal

Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,

perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.

6) Sistem urinary

Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat

berkemih.

7) Sistem musculoskeletal

Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah,

lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.

8) Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek

lambat, kacau mental, disorientasi.

8. Pemeriksaan Diagostik/Penunjang

Untuk dapat menegakkan diagnosa Diabetes Mellitus perlu dilakukan

pemeriksaan diagnostik, diantaranya yaitu : Pemeriksaan glukosa darah :

meningkat secara abnormal. Kadar gula darah plasma pada waktu puasa (gula

darah nuchter) yang besarnya diatas 140 mg/dl (SI: 7,8 mmo/L) atau kadar

glukosa darah sewaktu (gula darah random) diatas 200 mg/dl (SI:11,1 mmol/L).

1. Pemeriksaan Tes Toleransi Glukosa Oral : memanjang (lebih dari 200 mg/dl).

Biasanya dianjurkan untuk pasien dengan kadar glukosa meningkat dibawah

kondisi stress.

1) Aseton plasma ( keton) : positif.

2) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat.

3) Osmolaritas serum: meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 Mosm/L.

4) Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/ penurunan

fungsi ginjal).

5) Kadar insulin darah: biasanya menunjukkan pH darah rendah dan

penurunan HCO2 (acidosis).

6) Trombosit darah : HT mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis,

hemokonsentrasi merupakan respon terhadap infeksi.

9. Diagnosis/ Kriteria diagnosis

a. Lemas

b. Penglihatan kabur

c. Penyembuhan luka yang buruk


d. Disfungsi pada pasien pria

e. Gatal pada kelamin pasien wanita

10. Therapy/ Tindakan Penanganan

Terapi dengan Insulin

Terapi farmakologi untuk pasien diabetes melitus geriatri tidak berbeda

dengan pasien dewasa sesuai dengan algoritma, dimulai dari monoterapi untuk

terapi kombinasi yang digunakan dalam mempertahankan kontrol glikemik.

Apabila terapi kombinasi oral gagal dalam mengontrol glikemik maka pengobatan

diganti menjadi insulin setiap harinya. Meskipun aturan pengobatan insulin pada

pasien lanjut usia tidak berbeda dengan pasien dewasa, prevalensi lebih tinggi dari

faktor-faktor yang meningkatkan risiko hipoglikemia yang dapat menjadi masalah

bagi penderita diabetes pasien lanjut usia. Alat yang digunakan untuk menentukan

dosis insulin yang tepat yaitu dengan menggunakan jarum suntik insulin premixed

atau predrawn yang dapat digunakan dalam terapi insulin Lama kerja insulin

beragam antar individu sehingga diperlukan penyesuaian dosis pada tiap pasien.

Oleh karena itu, jenis insulin dan frekuensi penyuntikannya ditentukan secara

individual. Umumnya pasien diabetes melitus memerlukan insulin kerja sedang

pada awalnya, kemudian ditambahkan insulin kerja singkat untuk mengatasi

hiperglikemia setelah makan. Namun, karena tidak mudah bagi pasien untuk

mencampurnya sendiri, maka tersedia campuran tetap dari kedua jenis insulin

regular (R) dan insulin kerja sedang

11. Tabel 1. Penggunaan Insulin Pada Pasien Diabetes Mellitus


Insulin long acting/ Glargine 10 U sebelum tidur

•5 U pada keadaan yang dikhawatirkan terjadi


hipoglikemia.
•15 U pada pasien DM tipe 2, obesitas,
infeksi, luka terbuka, dalam terapi steroid,
pasca CABG

Insulin Short/ Rapid acting 0,1 U/kg tiap makan

Sesuaikan atau berikan setelah makan pada


pola makan yang tidak teratur
Periksa glukosa saat makan dan sebelum makan-insulin tambahan

200-299 mg/dl Tambah insulin rapidacting0,075 U/kgBB

>300 mg/dl Tamba insulin rapidacting0,1 U/kgBB

Sesuaikan dosis glargine untuk mempertahankan glukosa darah puasa 80-110 mg/dl
Jika tercapai sesuaikan insulin rapidacting untuk mencapai kadar glukosa
darah sebelum makan dan sebelum tidur 120-200mg/

Jika dimulai dengan pemberian insulin kerja panjang (NPH) bukan

dlglargine/detemir, maka dosis yang diberikan 0,25 U/kgBB NPH saat makan

pagi dan sebelum tidur (0,15 U/kgBB bila takut terjadi hipoglikemia ; 0,35 U/kg

untuk kondisi dengan peningkatan kebutuhan insulin basal). Selain itu, tetap

diberikan 0,1 U/kgBBrapidacting insulin sebelum makan. Insulin analog kerja

panjang digunakan 2-4 kali sehari. Sementara itu, kebutuhan insulin prandial

dapat dipenuhi dengan insulin kerja cepat (insulin regular atau rapidacting insulin

analog). Insulin tersebut diberikan sebelum makan atau setelah makan (hanya

untuk penggunaan rapidacting insulin analog) Idealnya insulin digunakan sesuai

dengan keadaan fisiologis tubuh, terapi insulin diberikan sekali untuk kebutuhan
basal dan tiga kali dengan insulin prandial untuk kebutuhan setelah makan.

Namun demikian, terapi insulin yang diberikan dapat divariasikan sesuai dengan

kenyamanan penderita selama terapi insulin mendekati kebutuhan fisiologis

11. Komplikasi

1) Komplikasi akut DM : Hipoglikemia, Ketoasidosis Diabetik, dan Sindrom

HHNK (Hiperglikemia Hiperosmoler Non Ketotik).

2) Komplikasi kronis DM: Penyakit Makrovaskuler (penyakit Jantung dan

Pembuluh Darah), Penyakit Mikrovaskuler (Retinopati diabetik, Nefropati

Diabetik, Neuropati Diabetik).

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus

1. Pengkajian

1) Anamnese

a. Identitas penderita

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,

alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk

rumah sakit dan diagnosa medis.

b. Keluhan Utama

Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang

menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya

nyeri pada luka.

c. Riwayat kesehatan sekarang


Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka

serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.

d. Riwayat kesehatan dahulu

Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang

ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.

Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis,

tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa

digunakan oleh penderita.

e. Riwayat kesehatan keluarga

Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota

keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat

menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.

f. Riwayat psikososial

Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang

dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan

keluarga terhadap penyakit penderita.

g. Pola fungsi kesehatan (pola fungsional Gordon), meliputi kesehatan, pola

nutrisi/metabolik, pola eliminasi, pola aktivitas dan latihan, pola tidur dan

istirahat, pola kognitif perseptual, pola persepsi diri/ konsep diri, pola

seksual dan reproduksi, pola hubungan.

2) Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,

berat badan dan tanda – tanda vital.

b. Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,

telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah

sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi

mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia,

lensa mata keruh.

c. Sistem integumen

Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,

kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren,

kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.

d. Sistem pernafasan

Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM

mudah terjadi infeksi.

e. Sistem kardiovaskuler

Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,

takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.

f. Sistem gastrointestinal

Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,

dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.


g. Sistem urinary

Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat

berkemih.

h. Sistem muskuloskeletal

Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan,

cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.

i. Sistem neurologis

Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk,

reflek lambat, kacau mental, disorientasi.

2. Diagnosa Keperawatan

1) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakseimbangan insulin dan makanan ditandai dengan

penurunan glokusa.

2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan keterbatasan mobilitas

ditandai dengan luka pada kaki.

3) Resiko infeksi berhubungan dengan masuknya pathogen di tandai dengan

luka tidak terawatt akibat peningkatan leikosit.

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Perencanaan Keperawatan


Keperawatan
NOC NIC Rasional
Ketidakseimbanga NOC: Status nutrisi NIC : Nutrition 1. Mengetahui
n nutrisi kurang management kemampuan
Tujuan : setelah
dari kebutuhan 1. Kaji pasien
dilakukan tindakan
tubuh b/d kemampuan mendapatkan
ketidakseimbangan keperawatan selama ..x nutrisi sesuai
pasien untuk
insulin x makanan jam diharapkan nutrisi mendapatkan kebutuhan.
di tandai dengan pasien terpenuhi nutrisi yang 2. Agar pasien
penurunan glukosa dengan kriteria hasil. dibutuhkan . membuat
2. Ajarkan pasien catatan
1. Adanya bagaimana makanan
peningkatan membuat harian.
beratbadan sesuai catatan 3. Mengetahui
dengan tujuan. makanan harian. informasi
2. Tidak terjadi 3. Berikan
tentang
penurunan berat informasi
informasi.
badan yang berarti. tentang
4. Agar
kebutuhan
nutrisi jumblah
4. Kolaborasi kalori x
dengan ahli gizi nutrisi pasien
untuk sesuai
menentukan dengan
jumblah kalori x kebutuhan.
nutrisi yang
dibutuhkan
pasien.
kerusakan NOC: Tissue integrity NIC : Pressure 1. Agar kulit
integritas kulit management pasien tidak
Tujuan : setelah
berhubungan 1. Monitor kulit ada
dilakukan tindakan
dengan akan adanya kemerahan.
keterbatasan keperawatan selama ..x 2. Memantau
kemerahan.
mobilitas ditandai jam diharapkan kebersihan
keterbatasan mobilitas 2. Jaga kebersihan
dengan luka pada kulit agar
kulit agar tetap
kaki teratasi dengan kreteria tetap bersih
bersih dan
hasil : kering. dan kering.
3. Agar pasien
1. Integritas kulit yang 3. Anjurkan nyaman
baik bisa pasien utuk menggunaka
dipertahankan menggunakan
n pakaian.
2. Melaporkan adanya pakaian yang
4. Agar
gangguan sensai longgar .
kebersihan
atau nyeri pada 4. Memandikan pasien
daerah kulit yang pasien dengan terjaga.
dialami gangguan sabun dan air
3. Menunjukkan hangat.
pemahaman dalam
proses perbaikan
kulit dan mencegah
terjadinya cedera
tulang
4. Mampu
melindungui kulit
dan
mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan
alami

Risiko infeksi NOC : Knowledge : NIC : Infection 1. Mengetahu


berhubungan infection control control i tanda dan
dengan masuknya gejala
Tujuan : setelah 1. Monitor tanda
pathogen di tandai dan gejala infeksi
dengan luka tidak dilakukan tindakan 2. Agar
infeksi
terawat akibat keperawatan selama ..x sistemik dan pasien
peningkatan jam diharapkan infeksi local merasa
leukosit terteratasi dengan nyaman
2. Bersihkan
kreteria hasil : lingkungan dan tidak
setelah terinfeksi
1. Klien bebas dari
dipakai pasien 3. Memahami
tanda dan gejala
lain cara
infeksi
menghinda
2. Menunjukan 3. Ajarkan cara
ri infeksi
keamampuan menghindari
infeksi 4. Agar
untuk mencegah
pasien dan
timbulnya 4. Ajarkan keluarga
infeksi pasien dan pasien tahu
keluarga tanda
tentang
dan gejala
gejala
infeksi
infeksi
C. DAFTAR PUSTAKA

Hardhi Kusuma, 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Nanda NIC NOC. Edisi

Revisi Jilid 2. Mediaction. Jogjakarta

Rendy, Cleve M dan Margareth. 2012. Asuhan Keperawatan Medical Bedah

Penyakit Dalam, Yogjakarta : Nuhu Medika

Anda mungkin juga menyukai