PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut
1.2.1 Apakah pengertian dari Odha dan Ohida ?
1.2.2 Bagaimana Terjadi Infeksi Nosokomial ?
1.2.3 Bagaimana asuhan Keperawatan ODHA dan OHIDA ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Agar kita sebagai mahasiswa mengerti bagaimana asuhan keperawatan pasien
denganOdha dan Ohida
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui pengertian dari Odha dan Ohida
1.3.2.2 Untuk mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan Odha dan Ohida
2
BAB II
PEMBAHASAN
ODHA adalah singkatan dari Orang Dengan HIV/AIDS, sebagai pengganti istilah
penderita yang mengarah pada pengertian bahwa orang tersebut secara positif didiagnosa
terinfeksi HIV. HIV adalah virus penyebab AIDS yang menyerang sistem kekebalan tubuh
(Diane,2002:1). Fungsi dari sistem kekebalan tubuh itu sendiri sangat vital karena
melindungi terhadap segala penyakit. Bila sistem kekebalan tubuh tidak berfungsi dengan
baik atau dirusak oleh virus maka akan berakibat kematian.HIV adalah sejenis parasit yang
hanya dapat hidup dalam sel tubuh manusia. Ukuran virus HIV kecil sekali, untuk dapat
menutupi satu titik saja, dibutuhkan sekitar 500.000.000 lebih virus HIV. Hal yang perlu
diperhatikan adalah bahwa tidak semua orang yang menderita infeksi HIV akan langsung
menunjukan gejala klinis, dan ini menyebabkan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) bahkan
orang-orang yang berada didekat mereka tidak mengetahui bahwa ia sudah terinfeksi virus
tersebut.
Menurut Kristina 2005 yang dikutip Syaiful 2000 mengatakan bahwa Dalam
bahasa inggris orang yang terinfeksi HIV/AIDS itu disebut PLWHA (People Living with
HIV/AIDS), sedangkan di Indonesia kategori ini diberi nama ODHA (Orang dengan
HIV/AIDS) dan OHIDA (Orang yang hidup dengan HIV/AIDS) baik keluarga serta
lingkungannya.
3
2.2 Nosokomial
2.2.1 Pengertian
Infeksi nosocomial adalah peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme di dalam tubuh
pejamu yang mampu menyebabkan sakit. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat
seseorang dalam waktu 3x24 jam sejak mereka masuk rumah sakit. Infeksi nosokomial
diakibatkan oleh pemberian layanan kesehatan dalam fasilitas perawatan kesehatan. Rumah sakit
merupakan satu tempat yang paling mungkin mendapat infeksi karena mengandung populasi
mikroorganisme yang tinggi dengan jenis virulen yang mungkin resisten terhadap antibiotic.
2.2.2 Etiologi
a. Conventional pathogens
Menyebabkan penyakit pada orang sehat, karena tidak adanya kekebalan terhadap kuman
tersebut: Staphylococcus aureus, streptococcus, salmonella, shigella, virus influenza, virus
hepatitis.
b. Conditional pathogens
Penyebab penyakit pada orang dengan penurunan daya tahan tubuh terhadap kuman langsung
masuk dalam jaringan tubuh yang tidak steril: pseudomonas, proteus, klebsiella, serratia, dan
enterobacter.
c. Opportunistic pathogens
Menyebabkan penyakit menyeluruh pada penderita dengan daya tahan tubuh sangat menurun:
mycobacteria, nocardia, pneumocytis.
2.2.3 Patogenesis
Nosokomial disebabkan oleh virus, jamur, parasit; dan bakteri merupakan patogen paling
sering pada infeksi nosokomial. Patogen tersebut harus diperiksa pada semua pasien dengan
demam yang sebelumnya dirawat karena penyakit tanpa gejala demam.8 Faktor predisposisi
terjadinya infeksi nosokomial pada seseorang antara lain :
a. Status imun yang rendah (pada usia lanjut dan bayi prematur).
b. Tindakan invasif, misalnya intubasi endotrakea, pemasangan kateter, pipa saluran bedah, dan
trakeostomi.
4
c. Pemakaian obat imunosupresif dan antimikroba.
Penularan oleh patogen di rumah sakit dapat terjadi melalui beberapa cara :
1. Penularan melalui kontak merupakan bentuk penularan yang sering dan penting infeksi
a. Penularan melalui kontak langsung: melibatkan kontak tubuh dengan tubuh antara pejamu
yang rentan dengan yang terinfeksi.
b. Penularan melalui kontak tidak langsung: melibatkan kontak pada pejamu yang rentan dengan
benda yang terkontaminasi misalnya jarum suntik, pakaian, dan sarung tangan.
c. Penularan melalui droplet, terjadi ketika individu yang terinfeksi batuk, bersin, berbicara, atau
melalui prosedur medis tertentu, misalnya bronkoskopi.
Tanda dan gejala sistemik infeksi nosokomial sama dengan infeksi lainnya, yaitu demam,
takikardia, takipneu, ruam kulit, dan malaise.8 Gejala dan tanda tersebut timbul dalam waktu 48
jam atau lebih setelah pasien di rawat di rumah sakit, atau dalam 30 hari setelah pasien keluar
dari rumah sakit. Sumber infeksi nosokomial dapat dicurigai jika terdapat penggunaan alat dalam
prosedur medis, sebagai contoh pemasangan pipa endotrakeal yang dapat dihubungkan dengan
sinusitis, otitis, trakeitis, dan pneumonia; pemasangan kateter intravaskular dapat menyebabkan
flebitis; kateter Foley dapat dihubungkan dengan infeksi saluran kemih oleh karena kandida.
5
Semua manusia rentan terhadap infeksi bakteri dan sebagian besar jenis virus. Jumlah (dosis)
mikroorganisme yang diperlukan untuk menyebabkan infeksi pada pejamu/host yang rentan
bervariasi sesuai dengan lokasi. Risiko infeksi cukup rendah ketika mikroorganisme kontak
dengan kulit yang utuh dan setiap hari manusia menyentuh benda di mana terdapat sejumlah
mikroorganisme di permukaannya. Risiko infeksi akan meningkat bila area kontak adalah
membran mukosa atau kulit yang tidak utuh. Risiko infeksi menjadi sangat meningkat ketika
mikroorganisme berkontak dengan area tubuh yang biasanya tidak steril, sehingga masuknya
sejumlah kecil mikroorganisme saja dapat menyebabkan sakit. Agar bakteri, virus dan penyebab
infeksi lain dapat bertahan hidup dan menyebar, sejumlah faktor atau kondisi tertentu harus
tersedia. Faktor-faktor dalam penularan Faktor-faktor penting dalam penularan mikroorganisme
yang dapat menyebabkan penyakit dari orang ke orang dapat dilihat dalam gambar di bawah ini.
a. Reservoir Agen
Reservoir adalah tempat mikroorganisme patogen mampu bertahan hidup tetapi dapat atau tidak
dapat berkembang biak. Pseudomonas bertahan hidup dan berkembang biak dalam reservoir
nebuliser yang
digunakan dalam perawatan pasien dengan gangguan pernafasan. Resevoir yang paling umum
adalah tubuh manusia. Berbagai mikroorganisme hidup pada kulit dan rongga tubuh, cairan, dan
keluaran. Adanya mikroorganisme tidak selalu menyebabkan seseorang menjadi sakit. Carrier
6
(penular) adalah manusia atau binatang yang tidak menunjukan gejala penyakit tetapi ada
mikroorganisme patogen dalam tubuh mereka yang dapat ditularkan ke orang lain. Misalnya,
seseorang dapat menjadi carrier virus hepatitis B tanpa ada tanda dan gejala infeksi. Binatang,
makanan, air, insekta, dan benda mati dapat juga menjadi reservoir bagi mikroorganisme
infeksius. Untuk berkembang biak dengan cepat, organisme memerlukan lingkungan yang
sesuai, termasuk makanan, oksigen, air, suhu yang tepat, pH, dan cahaya
b. Portal keluar (Port of exit)
Setelah mikrooganisme menemukan tempat untuk tumbuh dan berkembang biak, mereka harus
menemukan jalan ke luar jika mereka masuk ke pejamu lain dan menyebabkan penyakit. Pintu
keluar masuk mikroorganisme dapat berupa saluran pencernaan, pernafasan, kulit, kelamin, dan
plasenta
c. Cara penularan (Mode of transmision)
Cara penularan bisa langsung maupun tidak langsung. Secara langsung misalnya; darah/cairan
tubuh, dan hubungan kelamin, dan secara tidak langsung melalui manusia, binatang, benda-
benda mati, dan udara.
2.2.5 Pencegahan
7
2. Mengontrol risiko penularan dari lingkungan.
3. Melindungi pasien dengan penggunaan antibiotik profilaksis yang tepat, nutrisi yang cukup,
dan vaksinasi.
4. Mengurangi risiko infeksi endogen dengan cara mengurangi prosedur invasif dan
menggunakan
antimikroba secara optimal.
5. Pengamatan infeksi, identifikasi, dan pengendalian wabah.
6. Pencegahan infeksi pada tenaga medis.
7. Edukasi terhadap tenaga medis.
Pengurangan penularan infeksi dari orang ke orang dapat melalui :
1. Mencuci tangan. Tangan tidak pernah bebas dari berbagai macam kuman. Kuman tersebut
dapat
berasal dari benda atau alat yang terkontaminasi, atau merupakan flora normal. Kebiasaan cuci
tangan sebelum melakukan suatu pekerjaan menjadi penting dalam upaya pencegahan infeksi.
Kepatuhan mencuci tangan pada tenaga medis belum optimal karena beberapa alasan, yaitu
kurangnya peralatan yang tersedia, alergi terhadap bahan pembersih tangan, kurangnya
pengetahuan tenaga medis mengenai prosedur cuci tangan, dan lamanya waktu yang dibutuhkan
untuk mencuci tangan.
2. Higiene personal. Kuku harus bersih dan dipotong pendek, kumis, dan janggut harus dipotong
pendek dan bersih serta rambut harus diikat.
3. Pakaian. Bahan pakaian harus dari bahan yang mudah dicuci dan didekontaminasi. Pakaian
harus diganti setelah terpajan darah, menjadi basah karena keringat berlebihan, atau terpajan
cairan lainnya.
4. Penggunaan masker bertujuan untuk melindungi pasien dan tenaga medis. Penggunaan masker
oleh tenaga medis saat bekerja di ruang operasi dan saat merawat pasien imunokompromais
memberikan perlindungan untuk pasien. Tenaga medis harus memakai masker ketika merawat
pasien dengan infeksi yang ditularkan melalui udara, atau ketika melakukan bronkoskopi. Pasien
dengan infeksi yang ditularkan melalui udara harus menggunakan masker ketika berada di luar
ruang isolasi.
5. Penggunaan sarung tangan perlu saat melakukan tindakan bedah, merawat pasien
imunokompromais, dan saat melakukan tindakan invasif.
8
6. Tindakan injeksi yang aman dengan menggunakan jarum dan spuit steril; jika mungkin
gunakan yang sekali pakai.
c. meningkatkan keamanan dalam ruang operasi dan area berisiko tinggi lainnya sebagaiman
kecelakaan perlukaan yang sangat serius dan paparan pada agen penyebab infeksi sering terjadi
2.3.1.Pengkajian
2.3.1.1 Identifikasi Klien :
a.Nama : Tn.A
b.No. MR :969457
c.Tempat/ Tgl Lahir :Lubuk Basung, 13 Februari 1988
d.Umur : 29 tahun
e.Jenis Kelamin : Laki –Laki
f.Status Kawin : Belum Kawin
g.Agama : Islam
h.Pendidikan terakhir : Perguruan Tinggi
i.Pekerjaan : Guru honorer
j.Tanggal Masuk : 19 Mei 2017
k.Alamat : Jorong V Sungai Jaring Lubuk Basung
9
l.Diagnosa Medis : Sepsis ec BP droplet CAP SIDA putus
obat,susp TB, condidiasis oral, Diare
kronis Gangguan Faal hepar
3. Riwayat Kesehatan
a.Riwayat Kesehatan Sekarang
1. Keluhan Utama
Pasien masuk RSUP Dr. M. Djamil Padang melalui IGD dirujuk dari
RSUD Lubuk Basung pada tanggal 19 Mei 2017 jam 14.30 WIB,dengan
keluhan demam tinggi terus menerus sejak 1 minggu yang lalu, diare, badan
terasa lemah dan letih, nafsu makan menurun, sariawan,bibir kering dan
pecah-pecah serta kehilangan berat badan yang signifikan.
2. Keluhan Saat Dikaji
Pada saat pengkajian tanggal 23 Mei 2017 jam 10.00 WIB didapatkan
pasien dengan kesadaran komposmentis, keadaan umum klien tampak lemah
dan letih. Pasien mengatakan demam tidak ada lagi, pasien mengatakan masih
diare, BAB cair dengan frekuensi 2-3 kali sehari konsistensi cair, bewarna
kuning.Pasien mengatakan nyeri dada disebelah kanan bagian bawah dan
punggung kanan, nyeri terasa seperti mendesak, pasien mengatakan skala
nyeri berkirasar antara 6 sampai 7, nyeri di rasakan hilang timbul. Pasien juga
mengatakan nafsu makan menurun, Sariawan di mulut, bibir kering dan pecah
pecah. Pasien mengatakan tidak ada keluhan pada paru
b.Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien pernah dirawat 3 bulan yang lalu dan di diagnosa HIV AIDS,
pasien mendapat terapi ARV namun dihentikan karena pasien mengeluh mual
10
saat makan obat tersebut. Pasien merupakan mahasiswa tamatan tahun 2012,
pasien mengaku sejak tinggal di Riau untuk kuliah terpengaruh dengan
lingkungan,pasien mengaku sering keluar malam, pasien berhubungan seksual
dengan sesama jenis atau yang di sebut dengan homoseksual. Pasien
mengatakan tidak minum alkohol, merokok, ataupun narkoba.
c.Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit
HIV AIDS. Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai
penyakit keturunan seperti Hipertensi, DM, Jantung serta penyakit TBC
11
1. Sehat
BAB : pada saat sehat pasien BAB 1 kali sehari dengan konsistensi
lunak bewarna kecoklatan. BAK : pada saat sehat pasien BAK lebih kurang 5
kali sehari, pasien BAK dengan lancar
2. Sakit
BAB : pasien mengatakan diare sejak 1 minggu sebelum masuk rumah
sakit frekuensi hilang timbul, jika diare 3-4 kali dalam sehari, bewarna
kuning, konsistensi cair.
c.Pola Tidur dan Istirahat
1. Sehat
Saat sehat pasien tidur 7 sampai 8 jam pada malam hari dan tidur siang 1-2
jam.
2. Sakit
Selama sakit jam tidur pasien meningkat, waktu pasien lebih banyak
digunakan untuk tidur dan istirahat. Masalah yang ditemukan pasien saat tidur
yaitu pada malam hari terbangun karena BAB, demam serta berkeringat
malam.
d.Pola Aktivitas dan Latihan
1. Sehat
Saat sehat pasien mampu melakukan aktifitas sehari hari secara mandiri
2. Sakit
Saat sakit aktivitas pasien lebih banyak di tempat tidur dan bergerak di
dalam kamar. Aktivitas pasien sering dibantu orang tua untuk aktivitas makan
dan minum, mandi serta toileting.
e.Pola bekerja
1. Sehat
Saat sehat pasien bekerja sebagai guru honorer di MTSn selama 6 kali
dalam seminggu
2. Sakit
12
Pada saat sakit pasien tidak bekerja karena tubuh terasa lemah dan
letih, pasien mengatakan sudah 2 bulan tidak lagi mengajar
b.Wajah
Simetris kiri dan kanan, tampak pucat, tidak ada lesi dan tidak ada udema.
c.Kepala
Kepala simetris, tidak ada pembengkakan pada kepala dan tidak ada lesi.
d.Rambut
Rambut bewarna pirang, distribusi rambut tidak merata, rambut mudah rontok,
berketombe.
e.Mata
Mata simetris kiri dan kanan, terdapat kantung mata, konjungtiva anemis, sklera
tidak ikhterik,reflek cahaya positik kiri dan kanan, reflek pupil isokor, ukuran
pupil 2mm/2mm
f.Hidung
Hidung simetris, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, tidak terdapat
pembengkakan, tidak terdapat nyeri tekan.
g.Mulut
13
Bibir tampak kering dan pecah-pecah, terdapat condidiasis oral, terdapat
sariawan, terdapat gigi yang berlubang
h.Telinga
Telinga simetris, tidak terdapat pembengkakan di area telinga, terdapat serumen
di kedua telinga
i.Leher
Leher simetris, tidak ada pembengkakan kelenjer getah bening, dan tidak terdap
bendungan vena jugularis.
j.Paru-Paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, tidak terdapat
retraks dinding dada
Palpasi : Premitus kiri dan kanan sama
Perkusi : Sonor
Auskultasi :Bronko vasikuler
k.Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi :Ikhtus kordis teraba
Perkusi : batas-batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : reguler
l.Abdomen
Inspeksi : terdapat distensi abdomen, tidak terdapat udema
dan juga lesi
Ausklutasi : bising usus 20 x/m
Palpasi : hepar teraba dan terdapat nyeri tekan
Perkusi : saat dilakukan perkusi hepar didapatkan suara pekak
m.Kulit
Kulit terlihat kering, tidak terdapat tanda-tanda lesi (sarkoma kaposi) terdapat
sarkoma kaposi, turgor kulit jelek.
n.Genitalia
Pasien mengatakan tidak ada keluhan di area kemaluan.
o.Ekstremitas
14
pasang IVFD Wida KN-2 8 tetes/menit di tangan sebelah kanan, akral teraba
dingin, tidak ada udema, CRT > 3 detik, tonus otot melemah
Bawah : tidak terdapat udema, akral teraba dingin, CRT > 3 detik, tonus otot
melemah .
2.3.1.3 Data Psikologis
a.Status Emosional
Pasien mampu untuk mengontrol emosi. Pasien tampak murung dan lesu. Pasien
mengatakan badan terasa leamah dan letih.
b.Kecemasan
Pasien mengatakan cemas karena merasa kondisinya semakin memburuk dan
belum merasakan perubahan dari kesehatannya.
c.Pola Koping
Koping pasien baik namun pasien tampak kurang bersemangat dalam menjalani
pengobatannya, dan merasa pasrah terhadap penyakit yang di deritanya.
d.Gaya Komunikasi
Pasien mampu diajak berkomunikasi. Saat pengkajian pasien lebih banyak
merunduk, saat bicara pasien sesekali menatap ke lawan bicara.
e.Konsep diri diurai untuk komponen gambaran diri, harga diri, peran,
identitas, dan ideal diri.
Pasien merupakan seorang laki –laki yang berusia 29 tahun, belum menikah dan
merupakan seorang guru agama. Pasien mengatakan merasa malu dengan
kondisinya saat ini, pasien tidak percaya diri dengan tubuhnya saat ini dan malu
jika bertemu dengan orang lain. Pasien mengatakan pasrah dengan penyakit yang
di deritanya saat in
2.3.1.4 Data Spiritual
melaksanakan shalat namun saat sakit klien tidak tampak melaksanakan shalat.
15
b.Tempat pembuangan sampah : dikumpulkan lalu dibakar
d.Sumber air minum : klien minum dengan air galon dan kadang-kadang air
sumur dengan di masak terlebih dahulu
16
g. N = 89 x/i
h. Pasien mendapatkan
terapi IVFD Wida
KN-2
17
timbul
e. Pasien mengatakan
posisi tidur lebih
senang miring ke kiri,
agar tidak terasa nyeri
Do:
a. Pasien tampak tidak
bersemangat
b. Pasien tampak
melindungi area nyeri
c. Nyeri pada abdomen
kuadran atas
d. TD : 80/60 mmHg
e. N : 89 x/i
18
d. N : 89 x/i
19
d. IMT
e. Porsi makan tampak
tidak habis
f. Bising usus 20 x/i
Bibir kering
g. Terdapat sariawan
h. Tonus otot melemah
20
menjalani
pengobatannya
c. Saat berkomunikasi
pasien lebih banyak
merunduk
d. Saat bicara pasien
sesekali menatap ke
lawan bicara
2.3.3 Intervensi
21
Kekurangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Menajemen
volume cairan diharapkan keseimbangan cairan tidak cairan:
berhubungan terganggu dengan 1)Jaga intake/
dengan kriteria hasil : asupan
Kehilangan 1. Tekanan darah tidak terganggu yang akurat dan
cairan aktif 2. Denyut nadi radial tidak terganggu catat
3. Keseimbangan intake dan output ouput
dalam 24 jam tidak terganggu pasien
4. Berat badan stabil Turgor kulit tidak 2)Monitor status
terganggu hidrasi
(misalnya
kriteria hasil : membran
1. Turgor kulit tidak terganggu mukosa lembab,
2. Membran mukosa lemba tidak denyut nadi
terganggu adekuat,
3. Intake cairan tidak terganggu dan tekanan darah
4. Output cairan tidak terganggu ortostatik)
5. Perfusi jaringan tidak terganggu 3)Monitor tanda
6. Tidak ada nadi cepat dan lemah tanda
7. Tidak ada kehilangan berat badan vital
4)Beri terapi IV,
seperti
yang ditentukan
5)Distribusi
cairan
selama 24 jam
Monitor cairan :
1)Tentukan
jumlah dan jenis
intake/asupan
22
cairan serta
kebiasaan
eliminasi
2)Tentukan faktor
faktor yang
menyebabkan
ketidak
seimbangan
cairan
3)Periksa isi
ulang kapiler
4)Periksa turgor
kulit
5)Monitor berat
badan
6)Monitor kadar
serum albumin
dan protein total
7)Monitor
membran
mukosa, turgor
kulit dan respon
haus
23
menggunakan tindakan pengurangan kualitas
.
(nyeri) tanpa analgesik dan keparahan
2. Secara konsisten menunjukkan nyeri
Menggunakan analgesik yang sebelum
direkomendasikan mengobati
3. Melaporkan nyeri terkontrol pasien
2)Cek perintah
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pengobatan
tingkat nyeri dapat diatasi: meliputi obat,
1. Nyeri yang dilaporkan tidak ada dosis, dan
2. Mengerang dan meringis tidak ada frekuensi obat
3. Menyeringit tidak ada analgesik yang
4. Ketegangan otot tidak ada diresepkan
5. Tanda –tanda vital tidak 3)Cek adanya
mengalami devisiasi riwayat
alergi obat
4)Pilih analgesik
atau kombinasi
analgesik yang
sesuai ketika
lebih dari satu
diberikan
Menajemen nyeri
:
1)Lakukan
pengkajian
Nyeri
komprehensif
yang meliputi
lokasi,
24
karakteristik,
onset/durasi,
frekuensi,
kualitas,
intensitas atau
beratnya nyeri
dan faktor
pencetus
2)Observasi
adanya petunjuk
nonverbal
mengenai
ketidaknyamanan
3)Gunakan
strategi
komunikasi
terapeutik
Untuk
mengetahui
pengalaman nyeri
dan
sampaikan
penerimaan
pasien
terhadap nyeri
4)Kaji bersama
pasien
faktor-faktor yang
dapat
menurunkan
atau
25
memberatkan
nyeri
5)Ajarkan
penggunaan
teknik non
farmakologilan
nyeri
6)Evaluasi
keefektifan
dari tindakan
pengontrolan
7)Mendukung
istirahat tidur
8)Memberikan
informasi terkait
dengan diagnosa
dan keperawatan
9)Mendorong
keluarga
menemani pasien
10) Kaji tanda
verbal dan
non verbal dari
ketidak nyamanan
Monitor tanda
tanda vital :
1)Monitor
tekanan darah,
nadi, suhu, dan
26
Status pernafasan
dengan tepat
27
frekuensi, dan
konsistensi tinja
4)Identifikasi
faktor
yang bisa
menyebabkan
diare (misalnya
medikasi, bakteri,
dan
pemberian makan
lewat selang)
5)Amati turgor
kulit secara
berkala
Monitor Elektrolit
1)Monitor serum
elektrolit
2)Memonitor
serum albumin
dan kadar
protein total,
sesuai
dengan indikasi
3)Memonitor
ketidak
seimbangan asam
basa
4)Identifikasi
ketidak
seimbangan
28
elektrolit
5)Monitor ketidak
seimbangan asam
basa
6)Identifikasi
kemungkinan
penyebab ketidak
seimbangan
elektrolit
7)Monitor adanya
mual,
muntah dan diare
Terapi Intravena
(IV)
1)Berikan
pengobatan
IV, sesuai yang
diresepkan, dan
monitor untuk
hasilnya
2)Monitor
kecepatan
aliran intravena
dan
area intravena
selama
pemberian
infus
3)Monitor tanda
vital
29
Ketidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan Menajemen
seimbangan nutrisi diharapkan status nutrisi :
kurang nutrisi dapat ditingkatkan dengan 1)Tentukan status
dari kebutuhan kriteria hasil : gizi pasien dan
tubuh berhubungan 1. Asupan nutrisi tidak menyimpang dari Kemampuan
dengan faktor rentang normal pasien
biologis 2. Asupan makanan tidak menyimpang untuk memenuhi
dari rentang normal kebutuhan gizi
3. 2)Identifikasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan adanya alergi atau
diharapkan status nutrisi : Asupan nutrisi intolerasi
dapat ditingkatkan dengan kriteria hasil : makanan yang
1. Asupan kalori sebagian besar adekuat dimiliki pasien
2. Asupan protein sebagian besar 3)Monitor kalori
adekuat dan asupan
3. Asupan lemak sebagian besar adekuat makanan
4. Asupan karbohidrat sebagian besar
adekuat Monitor nutrisi :
5. Asupan vitamin sebagian besar 1)Lakukan
adekuat Pengukuran
6. Asupan mineral sebagian besar antropometri pada
adekuat komposisi
tubuh (misalnya
Setelah dilakukan tindakan keperawatan indeks masa
diharapkan terjadi peningkatan nafsu tubuh)
makan dengan kriteria hasil : 2)Monitor
1. Intake makanan tidak terganggu kecendrungan
2. Intake nutrisi tidak terganggu turun dan naiknya
3. Intake cairan tidak terganggu berat badan
3)Identifikasi
30
Setelah dilakukan tindakan keperawatan perubahan
diharapkan terjadi peningkatan status nutrisi : berat badan
asupan makanan dan cairan dengan kriteria terakhir
hasil : 4)Monitor turgor
1. Asupan makanan secara oral sebagian kulit dan
besar adekuat mobilitas
2. Asupan cairan intravena sepenuhnya 5)Identifikasiadan
adekuat ya abnormalitas
rambut (misalnya
kering, tipis, kasar
dan mudah
patah)
6)Monitor adanya
mual muntah
7)Identifikasi
abnormalitas
eliminasi
bowel (misalnya
diare)
8)Monitor diet
dan asupan kalori
9)Identifikasi
penurunan
nafsu makan
10)Monitor
adanya warna
pucat, kemerahan
dan jaringan
konjungtiva
yang kering
31
11)Identifikasi
adanya
ketidak normalan
dalam rongga
mulut
(misalnya;inflama
si, kenyal,
ompong, gusi
berdarah; kering,
bibir pecah-pecah,
bengkak,
merah tua, lidah
kasar)
12)Lakukan
pemeriksaan
laboratorium,
monitor
hasilnya(misalnya
kolesterol, serum
albumin,nitrogen,
urin, selama 24
jam, hitung
limfosit total
dan nilai
elektrolit)
Pemberian nutrisi
total
parenteral :
1)Pastikan isersi
intravena cukup
32
paten untuk
memberikan
nutrisi intravena
2)Pertahankan
kecepatan aliran
yang konstan
3)Monitor
masukan dan
outputcairan
4)Monitor kadar
albumin, protein
total, elektrolit,
profil lipid,
glukosa darah dan
kimia darah
5)Monitor tanda
tanda vital
33
diri pasien
3)Bantu pasien
untuk
mendiskusikan
perubahan -
perubahan
(bagian tubuh)
disebabkan
adanya
penyakit dengan
cara yang tepat
4)Monitor
frekuensi dari
pernyataan
mengkritisi diri
5)Monitor
pernyataan yang
mengidentifikasi
citra tubuh
mengenai
ukuran dan berat
badan
Peningkatan
koping :
1)Gunakan
pendekatan
yang tenang dan
memberikan
jaminan
2)Berikan suasana
34
penerimaan
3)Sediakan
informasi
aktual mengenai
diagnosis,
penanganan
dan prognosis
Peningkatan harga
diri
1)Monitor
penerimaan
pasien mengenai
harga diri
2)Jangan
mengkritisi
pasien secara
negatif
2.3.4 Implementasi
35
(tekanan darah, nadi,
pernafasan, dan suhu
tubuh
4. Memberikan terapi IV
5. Menentukan faktor –
faktor yang
menyebabkan ketidak
seimbangan cairan
6. Memerika CRT
7. Memeriksa turgor kulit
8. Memonitor kadar
albumin
9. Memonitor memonitor
mokosa, turgor kulit,
dan respon haus
36
alergi obat
4. Pilih analgesik atau
kombinasi analgesik
yang sesuai jika lebih
dari satu diberikan
5. Melakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif meliputi
lokasi,
karakteristik,onset/dur
asi, frekuensi, kualitas,
intensitas, beratnya
nyeri dan faktor
pencetus
6. Penggunaan
komunikasi terapeutik
7. Mengkaji faktor –
faktor yang dapat
memperberat nyeri
8. Mengajarkan teknik
non farmakologi
seperti relaksasi.
9. Mengevaluasi
keefektifan dari
tindakan pengontrolan
nyeri
10. Menganjurkan
pasien untuk istirahat
dan tidur
11. Memberikan informasi
terkait diagnosa dan
37
keperawatan
12. Mendorong keluarga
menemani pasien
13. Mengkaji situasi yang
memicu kecemasan
14. Mengkaji tanda verbal
dan non verbal dari
ketidak nyamanan
15. Mengukur TTV, yaitu
tekanan darah, nadi,
pernafasan dan suhu
tubuh
38
8. Mengidentifikasi
ketidak seimbangan
elektrolit
9. Monitor adanya mual
muntah dan diare
10. Berikan terapi IV
11. Monitor kecepatan
aliran IV
12. Monitor tanda- tanda
vital
39
13. Mengidentifikasi
rongga mulut
14. Menilai hasil
laboratorium
(kolesterol, albumin,
nitrogen, limfosit, dan
nilai elektrolit)
15. Memastikan insersi
intravena cukup paten
16. Mempertahankan
kecepatan aliran infus
17. Memonitor intake dan
output cairan
18. Memonitor kadar
albumin, protein total,
elektrolit, profil lipid,
glukosa darah dan
kimia darah
19. Memonitor tanda-
tanda vital
40
mengkritisi diri
5)Memonitor pernyataan
pasien tentang berat badan
6)Menggunakan pendekatan
yang menenagkan
7)Menyediakan informasi
mengenai diagnosis pasien
8)Memonitor peneriamaan
diri pasien
9)Tidak mengkritisi pasien
2.3.5 Evaluasi
Kekurangan volume S:
cairan berhubungan -Pasien mengatakan
dengan kehilangan badan terasa lemah
cairan aktif dan letih
-Pasien mengatakan
hari ini BAB 2 kali
-Pasien mengatakan
konsistensi masih
cair
-Paseien mengatakan
warna fases kuning
-Pasien mengatakan
badan terasa panas
O:
-Pasien tampak lemah
-BB
: 33 kg
-Tonus otot melemah
-Mukosa bibir kering
-Kulit tampak kering
-Denyut nadai cepat
41
N :102
TD : 80/70 mmHg
S : 37,8
o
c
RR : 19 x/i
-Pasien terpasang
infus WIDA KN-2,
-CRT > 3 detik
-Turgor kulit jelek
-Albumin 2,8 gr/dl
A : masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
Nyeri S:
akut -Pasien mengatakan
berhubungan dengan nyeri dada di sebelah
agen kanan bagian bawah
cedera; -Pasien mengatakan
biologis nyeri terasa seperti
mendesak
-Pasien mengtakan
skala nyeri berkisar
antara 4 sampai 5
-Pasien mengatakan
nyeri terasa hilang
timbul
-Pasien mengtakan
posisi tidur lebih
nyaman miring ke
kiri, agar tidak terasa
nyeri
O:
-Pasien tampak tidak
bersemangat
-Pasien tampak
meringis jika daerah
abdomen kuadran
atas saat di palpasi
-Pasien tampak
melindungi nyeri
-TD: 80/60 mmHg
-N : 102 x/i
A : masalah belum
42
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
Diare berhubungan S:
dengan -Pasien mengatakan
Proses BAB sudah 2 kali,
Infeksi konsistensi cair,
warna kuning, dan
volumenya sedang
-Pasien mengatakan
mengalami diare
sejak 1 minggu yang
lalu, diare hilang
timbul
-Pasien merasa mual
jika makan nasi
O:
-Pasien tampak
lemah
-TD : 90/60 mmHg
-N : 124 x/i
-Pasien tampak lemah
Bising usus 16 x/i
-Turgor kulit jelek
-PH : 7,46
-Pasien mendapat
terapi IVFD WIDA
KN-2
P : masalah belum
teratasi
A : Intervensi
dilanjutkan
43
Ketidak seimbangan S:
nutrisi kurang dari -Pasien mengatakan
kebutuhan tidak nafsu makan
tubuh -Pasien mengatakan
berhubungan dengan tidak merasa mual
faktor biologis dan muntah
-Pasien mengatakan
masih diare
O:
-BB : 31 kg
-TB :157 cm
-IMT : 12,19 (berat
badan kurang)
-Lingkar lengan : 19
cm
-Turgor kulit jelek
-Diit tampak tidak
dihabiskan
-Konjungtiva
anemis
-Bibir kering,
terdapat sariawan,
dan kondidiasis
oral
-Albumin 2,8
-Limfosit 9%
-Terpasang IVFD
WIDA KN-2 8
tetes/menit
Infuspaten
-Gula darah puasa
107 mg/dl
-TD : 80/60 mmHg
N: 102 x/i
RR : 19 x/i
S : 37,8
A: Masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
44
drastis
-
Pasien mengatakan
tidak percaya diri
dengan postur
tubuhnya saat ini
O:
-Pasien tampak
banyak diam
-Saat berbicara pasien
lebih banyak
menunduk
-Pasien hanya
sesekali menatap
lawan bicara
-Pasien belum bisa
berkomunikasi
terbuka
A:masalah belum
teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
45
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
ODHA kepanjangannya Orang Dengan HIV AIDS yakni sebutan Untuk orang-orang
yang telah dinyatakan positif terkena HIV AIDS.OHIDHA kepanjangannya Orang HIdup
Dengan HIV AIDS. Istilah ini mencangkup pada infected people (orang yang terinfeksi) dan
affected people (masyarakat yang terkena dampak).
3.2 Saran
Dengan disusunnya makalah ini kami mengharapkan kepada semua pembaca agar
dapat mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada odha dan ohida.Demikian saran
yang dapat penulis sampaikan semoga dapat membawa manfaat bagi semua pembaca.
46
DAFTAR PUSTAKA
http://prosiding.stikescendekiautamakudus.ac.id/index.php/pros/article/viewFile/323/103
http://repository.unpas.ac.id.pdf.com
Iswandi,F. asuhan keperawatan pada pasien dengan hiv aids di irna non bedah
.http://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id.respiratori.pdf.com. Diaskes pada tanggal 16 oktober 2018
47