Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KEGIATAN KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

UPTD PUSKESMAS KOPELMA DARUSSALAM


PERIODE 8 APRIL – 20 APRIL 2019

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik


di SMF/Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

Disusun Oleh:

AGUNG PRABOWO
1607101030128

Pembimbing:

dr. Amalia
dr. Oryza Savitri
dr. Zuhaira
dr. Dian Safira
dr. Syarifah Srimulayasih

SMF/BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KEGIATAN KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


UPTD PUSKESMAS KOPELMA DARUSSALAM
PERIODE 8 APRIL – 20 APRIL 2019

Disusun Oleh:

Agung Prabowo
NIM: 1607101030128

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik


Senior pada Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Unsyiah
di UPTD Puskesmas Kopelma Darussalam Kota Banda Aceh

Disahkan Oleh:
Banda Aceh, 18 April 2019
Pembimbing I Pembimbing II Pembimbing III Pembimbing IV

dr. Oryza Savitri dr. Zuhaira dr.Dian Safira dr. Syarifah Srimulasiyah
NIP. 19840529 201412 NIP. 19850805 201412 NIP. 19841001 201412
2 001 2 001 2 002

Mengetahui
Kepala UPTD Puskesmas Kopelma Darussalam

dr. Amalia
NIP. 19800428 201001 2 2014

Kepala Bagian Family Medicine

KATA PENGANTAR
Rina Suryani Oktari, S.Kep., M.Si
NIP. 19831012 201404 2 001
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikanberkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian Ilmu Kedokteran
Keluarga Fakultas Kedokteran Unsyiah di Puskesmas Kopelma Darussalam
periode 8 April – 20 April 2019.Shalawat dan salam kami haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman
islamiyah juga kepada sahabat dan keluarga beliau.
Penyusunan laporan ini berdasarkan data-data yang ada, bimbingan dan
hasil pengamatan yang dilakukan di Puskesmas Kopelma Darussalam selama
mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Unsyiah.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada Kepala
Puskesmas Kopelma Darussalam, dr. Amalia dan seluruh staf yang telah banyak
membimbing kami mulai pelaksanaan tugas hingga pembuatan laporan ini, juga
kepada teman sejawat dokter muda yang telah turut memberikan kontribusinya
berupa ide, semangat dan dukungan moral, tak lupa pula kepada semua pihak yang
telah membantu sehingga semua tugas dapat dilaksanakan dengan baik.
Kami menyadari dengan segala kerendahan hati bahwa tulisan ini masih
jauh dari sempurna. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangundemi kesempurnaan dan perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat.

Banda Aceh, April 2019

Penulis
LAMPIRAN I
PENYULUHAN KESEHATAN
LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG
GASTRITIS DI UPTD PUSKESMAS KOPELMA DARUSSALAM
BANDA ACEH

I. PENDAHULUAN
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung paling sering
diakibatkan oleh ketidakteraturan diet, misalnya makan terlalu banyak dan cepat
atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau terinfeksi oleh penyebab yang
lain seperti alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi.1
Gastritis berarti peradangan mukosa lambung. Peradangan dari gastritis
dapat hanya superficial atau dapat menembus secara dalam ke dalam mukosa
lambung, dan pada kasus-kasus yang berlangsung lama menyebabkan atropi
mukosa lambung yang hampir lengkap. Pada beberapa kasus, gastritis dapat
menjadi sangat akut dan berat, dengan ekskoriasi ulserativa mukosa lambung oleh
sekresi peptik lambung sendiri.1

Berdasarkan penelitian dan pengamatan yang dilakukan oleh Departemen


Kesehatan RI, angka kejadian gastritis pada tahun 2012-2013 di beberapa Kota di
Indonesia ada yang tinggi mencapai 91,6% yaitu kota Medan, Surabaya (31,4),
Denpasar (46%), Jakarta (50%), Bandung (30,5), Palembang (35,5), Pontianak
31,5, hal tersebut disebabkan oleh pola makan yang kurang sehat. Presentase dari
angka kejadian penyakit asam lambung di Indonesia menurut WHO tahun 2014
adalah 45,9%. Berdasarkan data di Aceh sendiri angka penyakit asam lambung
(Gastritis) mencapai 34,7%.2

II. NAMA KEGIATAN


Penyuluhan kesehatan tentang gastritis/maag

III. TUJUAN KEGIATAN


1. Memperkenalkan kepada masyarakat tentang pengertian dan proses
terjadinya gastritis.
2. Menjelaskan kepada masyarakat tentang gejala, cara mengobati secara
mandiri di rumah dan bagaimana mencegahnya.
3. Sebagai wahana mempererat tali silaturahmi antara mahasiswa kedokteran
dengan masyarakat wilayah kerja UPT Puskesmas Kopelma Darussalam.
4. Mengaplikasikan ilmu yang didapat oleh mahasiswa selama pendidikan
profesi dokter kepada masyarakat.

IV. WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN


Kegiatan penyuluhan kesehatan dilakukan pada tanggal:
Hari/Tanggal : Senin, 15 April 2019
Waktu : 08.30 WIB s/d selesai
Tempat : Puskesmas Kopelma Darussalam
Topik : Gastritis

V. PESERTA KEGIATAN
Kegiatan ini diikuti oleh pasien dan keluarga pasien yang ikut serta datang
menemani pasien ke UPTD Puskesmas Kopelma Darussalam.

VI. METODE PENYULUHAN


Adapun metode penyuluhan yang dilakukan yaitu dengan cara presentasi
kepada masyarakat tentang materi penyuluhan yang sudah dipersiapkan
sebelumnya dan memberikan kesempatan interaksi tanya jawab sesudah materi
penyuluhan selesai disampaikan. Metode kegiatan penyuluhan dibagi menjadi 3
tahap, yaitu:
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon Media
1 Pembukaan a. Memberi salam a. Warga Leaflet
(1 menit) b. Memperkenalkan diri menjawab salam
c. Menyampaikan tujuan b. Warga
penyuluhan memahami
maksud dan
tujuan
2 Pelaksanaan Menyampaikan materi Mendenganrkan Leaflet
(15 menit) materi penyuluhan
yang disampaikan
3 Penutup a. Menyimpulkan materi Mendengarkan, Leaflet
(5 menit) b. Mengevaluasi dengan menjawab
menanyakan kepada pertanyaan, dan
sasaran tentang materi menjawab salam
yang telah diberikan
c. Mengakhiri
pertemuan dengan
mengucapkan salam
dan terima kasih

VII. MATERI PENYULUHAN


1. Definisi Gastritis
Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung dan itis yang berarti
inflamasi/peradangan. Menurut Hirlan dalam Suyono, gastritis adalah proses
inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung, yang berkembang bila
mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan
lain. Secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel.3
Sedangkan, menurut Lindseth dalam Prince, gastritis adalah suatu keadaan
peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis,
difus, atau lokal.4
2. Epidemiologi
World Health Organization (WHO) mengadakan tinjuan terhadap beberapa
negara dunia dan mendapatkan hasil persentase dari angka kejadian asam lambung
(Gastritis) du dunia, diantara Inggris (22%), China (31%), Jepang (14%), Kanada
(35%), dan Prancis (29,5%), di dunia insiden penyakit asam lambung sekitar
sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah dari jumlah penduduk setiap tahun. Insiden
terjadinya gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap
tahunnya. 5
Angka kejadian penyakit asam lambung (gastritis) pada beberapa daerah di
Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa
penduduk.2 Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2014 penyakit asam
lambung merupakan salah satu penyakit di dalam sepuluh besar penyakit
terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah
45,154 kasus (5,6%). Berdasarkan data di Aceh sendiri angka penyakit asam
lambung (Gastritis) mencapai 34,7%, ini disebabkan oleh pola makan yang
tidak baik dan kurang sehat.2
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Asosiasi Dokter
Gastrointestinal Indonesia (2013) menyatakan bahwa timbulnya gangguan pada
saluran cerna cukup sering dikeluhkan dan menjadi masalah kesehatan dalam
masyarakat. Penyakit-penyakit yang timbul pada saluran cerna, selain disebabkan
oleh adanya faktor organik (kelainan struktur saluran cerna, infeksi) ternyata 40-
60% merupakan sindrom fungsional. Penderita dapat mengalami gangguan
pencernaan walaupun penyebab dan mekanisme terjadinya gangguan tersebut
secara pasti belum diketahui secara pasti, namun gangguan tersebut sangat
dipengaruhi oleh faktor psikologis.

3. Etiologi dan Proses Terjadinya Gastritis


Menurut Yayuk Farida Baliwat, terjadinya gastritis dapat disebabkan oleh
pola makan yang tidak baik dan tidak teratur, yaitu frekuensi makan, jenis, dan
jumlah makanan, sehingga lambung menjadi sensitif bila asam lambung
meningkat.6
1. Frekuensi Makan
Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari baik kualitatif
dan kuantitatif. Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat
pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus. Lama makanan dalam
lambung tergantung sifat dan jenis makanan. Jika rata-rata, umumnya
lambung kosong antara 3-4 jam. Maka jadwal makan ini pun menyesuaikan
dengan kosongnya lambung.7
Orang yang memiliki pola makan tidak teratur mudah terserang penyakit
gastritis. Pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong, atau ditunda
pengisiannya, asam lambung akan mencerna lapisan mukosa lambung,
sehingga timbul rasa nyeri.8
2. Jenis Makanan
Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau dimakan,
dicerna, dan diserap akan menghasilkan paling sedikit susunan menu sehat dan
seimbang. Menyediakan variasi makanan bergantung pada orangnya,
makanan tertentu dapat menyebabkan gangguan pencernaan, seperti halnya
makanan pedas.7
Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan merangsang sistem
pencernaan, terutama lambung dan usus untuk berkontraksi. Hal ini akan
mengakibatkan rasa panas dan nyeri di ulu hati yang disertai dengan mual dan
muntah. Gejala tersebut membuat penderita makin berkurang nafsu
makannya. Bila kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas lebih dari satu
kali dalamseminggu selama minimal 6 bulan dibiarkan terus-menerus dapat
menyebabkan iritasi pada lambung yang disebut dengan gastritis.7
3. Porsi Makan
Porsi atau jumlah merupakan suatu ukuran maupun takaran makanan yang
dikonsumsi pada tiap kali makan. Setiap orang harus makan makanan dalam
jumlah benar sebagai bahan bakar untuk semua kebutuhan tubuh. Jika
konsumsi makanan berlebihan, kelebihannya akan disimpan di dalam tubuh
dan menyebabkan obesitas (kegemukan). Selain itu, Makanan dalam porsi
besar dapat menyebabkan refluks isi lambung, yang pada
akhirnya membuat kekuatan dinding lambung menurun. Kondisi seperti
ini dapat menimbulkan peradangan atau luka pada lambung.6
3.2 Kopi
Menurut Warianto, kopi adalah minuman yang terdiri dari berbagai jenis
bahan dan senyawa kimia; termasuk lemak, karbohidrat, asam amino, asam
nabati yang disebut dengan fenol, vitamin dan mineral.9
Kopi diketahui merangsang lambung untuk memproduksi asam lambung
sehingga menciptakan lingkungan yang lebih asam dan dapat mengiritasi
lambung. Ada dua unsur yang bisa mempengaruhi kesehatan perut dan lapisan
lambung, yaitu kafein dan asam chlorogenic.9
3.3 Rokok
Rokok adalah silinder kertas yang berisi daun tembakau cacah. Dalam
sebatang rokok, terkandung berbagai zat-zat kimia berbahaya yang berperan
seperti racun. Dalam asap rokok yang disulut, terdapat kandungan zat-zat
kimia berbahaya seperti gas karbon monoksida, nitrogen oksida, amonia,
benzene, methanol, perylene, hidrogen sianida, akrolein, asetilen,
bensaldehid, arsen, benzopyrene, urethane, coumarine, ortocresol,nitrosamin,
nikotin, tar, dan lain-lain. Selain nikotin, peningkatan paparan hidrokarbon,
oksigen radikal, dan substansi racun lainnya turut bertanggung jawab pada
berbagai dampak rokok terhadap kesehatan.10
Kebiasaan merokok menambah sekresi asam lambung, yang
mengakibatkan bagi perokok menderita penyakit lambung (gastritis) sampai
tukak lambung. Penyembuhan berbagai penyakit di saluran cerna juga lebih
sulit selama orang tersebut tidak berhenti merokok.11
3.5 Stress
Stress merupakan reaksi fisik, mental, dan kimia dari tubuh terhadap
situasi yang menakutkan, mengejutkan, membingungkan, membahayakan dan
merisaukan seseorang. Definisi lain menyebutkan bahwa stress merupakan
ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi mental, fisik, emosional,
dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan
fisik manusia tersebut.12

4. Gejala Gastritis
Sindrom dispepsia berupa berupa nyeri epigastrium, mual, kembung dan
muntah merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula
perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena, kemudian disesuaikan
dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan. Biasanya, jika dilakukan anamnesis
lebih dalam, tanpa riwayat penggunaan obat-obatan atau bahan kimia tertentu.2
Ulserasi superfisial dapat terjadi dan dapat menimbulkan hemoragi,
ketidaknyamanan abdomen (dengan sakit kepala, mual dan anoreksia) dan dapat
terjadi muntah, serta cegukan beberapa pasien adalah asimtomatik, kolik dan diare
dapat terjadi jika makanan pengiritasi tidak dimuntahkan, tetapi jika
sudah mencapai usus besar, pasien biasanya sembuh kira-kira dalam sehari
meskipun nafsu makan kurang atau menurun selama 2 sampai 3 hari.8
5. Tatalaksana Secara Mandiri
Menurut Hirlan dalam Suyono, penatalaksanaan non medikamentosa untuk
gastritis akut adalah dengan menghilangkan etiologinya, diet lambung dengan
posisi kecil dan sering.2 Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh masyarakat
untuk merawat sakit maag secara mandiri di rumah:
1. Segera makan jika timbul keluhan
2. Minum air hangat
3. Makan makanan yang agak lunak
4. Makan dengan porsi sedikit namun sering
5. Minum susu untuk menetralkan asam lambung

Selain itu, masyarakat juga dapat mencegah terjadinya gastritis dengan beberapa
cara mudah, antara lain:
1. Makan teratur 2-4 kali sehari
2. Mengurangi makanan yang dapat merangsang peningkatan asam lambung
seperti makanan pedas, asam dan bergas
3. Menyediakan makanan ringan
4. Mengurangi stress dan berhenti merokok.2

VIII. TANYA JAWAB DENGAN PESERTA


1. Saya konsumsi obat-obatan dalam 1 tahun terakhir ini, kemudian tiba-tiba
saya menderita gejala seperti maag, apakah ada hubungannya
- Ada hubungannya (ternyata pasien mengkonsumsi obat anti nyeri
NSAID untuk penyakit OA yang dideritanya), dimana obat anti nyeri
tersebut dapat menipiskan lapisan lambung, sehingga lambung rentan
terluka oleh asam lambung.
2. Saya dengar, gejala sakit jantung bisa mirip dengan gejala maag, kira-kira
beda nya seperti apa?
- Sakit jantung bisa memiliki gejala seperti sakit maag, yaitu sakit ulu
hati. Namun sakit jantung memiliki ciri khas berupa nyeri bersifat
berat, dimana pasien akan merasakan sulit bernafas dan nyeri akan
menjalar ke bahu, leher dan tangan. Sedangkan sakit maag tidak
menjalar dan nyeri nya seperti ditusuk atau terbakar.
IX. PENUTUP
Target penyuluhan kesehatan ini adalah pasien dan keluarga pasien yang
ikut serta datang menemani pasien ke UPTD Puskesmas Kopelma Darussalam.
Adapun tujuan dari penyuluhan kesehatan ini yaitu meningkatkan pengetahuan
masyarakat mengenai gastiritis atau maag. Diharapkan masyarakat dapat
memahami bahwa tidak semua sakit perut merupakan suatu gejala gastritis, serta
menekankan kepada masyarakat bahwa gastritis dapat diatasi secara mandiri
dengan beberapa langkah sederhana. Selain itu masyarakat juga harus mengetahui
faktor pencetus gastritis, sehingga kedepannya dapat menghindari hal-hal yang
dapat memicu atau memperburuk keadaan gastritis.

X. DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton C, Arthur. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta. EGC. 2001


2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Data Kesehatan Indonesia.
Jakarta. 2015
3. Suyono, Slamet. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbitan
FKUI. 2001
4. Prince, Sylvia A., Lorraine McCarty Wilson. Patofisiologi : Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC. 2005
5. World Health Organization. World Health Statistics. Jakarta. 2015
6. Baliwati, Yayak F. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya.
2004
7. Okviani, Wati. Pola Makan
Gastritis. http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1keperawatan/20531204/
pdf Diakses tanggal 15 April 2019, 21:10 WIB
8. Ester, Monica. Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta: EGC. 2001.
9. Warianto, Chaidar. 2011. Minum Kopi Bisa Berakibat Gangguan
Pencernaan. http://www.griyawisata.com/pdf. php ? url pdf = 28640
Diakses tanggal 15 April 2019, 21:05 WIB.
10. Budiyanto, Carko. 2010. Merokok Memang Ternyata
Nikmat. http://nina9yuli.student.umm.ac.id/2010/02/11/Merokok-
Memang-Ternyata-Nikmat/. Diakses tanggal 15 April 2019, 21:40 WIB
11. Departemen Kesehatan RI. 2001. Rencana Pengembangan Lima Tahun VI
Bidang Kesehatan. http://www.depkes.go.id. Diakses tanggal 15 April
2019, 21:35 WIB
12. Potter, Patricia A. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses
dan Praktek. Jakarta: EGC. 2005.

XI. DOKUMENTASI KEGIATAN PENYULUHAN


Disahkan Oleh:
Banda Aceh, 18 April 2019
Pembimbing I Pembimbing II Pembimbing III Pembimbing IV

dr. Oryza Savitri dr. Zuhaira dr.Dian Safira dr. Syarifah Srimulasiyah
NIP. 19840529 201412 NIP. 19850805 201412 NIP. 19841001 201412
2 001 2 001 2 002

Mengetahui
Kepala UPTD Puskesmas Kopelma Darussalam

dr. Amalia
NIP. 19800428 201001 2 2014
Leaflet Penyuluhan Gastritis
LAPORAN KEGIATAN KEPANITERAAN KLINIK SENIOR
UPTD PUSKESMAS KOPELMA DARUSSALAM
PERIODE 8 APRIL – 20 APRIL 2019
HOME VISITE

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik


di SMF/Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

Disusun Oleh:

AGUNG PRABOWO
1607101030128

Pembimbing:

dr. Amalia
dr. Oryza Savitri
dr. Zuhaira
dr. Dian Safira
dr. Syarifah Srimulayasih

SMF/BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2019
LAMPIRAN II
HOME VISIT
BerkasPasien

I. Data Administrasi
Nama Fasilitas Pelayanan Kesehatan Puskesmas Kopelma
Tanggal Kunjungan 13 April 2019
Diisioleh (Nama) Agung Prabowo

II. Data Pasien


Nama An.MAA
Umur/Tanggal lahir 2 tahun
Alamat Dusun Barat, Lr. Tengah No.2,
Kopelma, Darussalam
Jenis Kelamin Laki-laki
Agama Islam
Pendidikan Belum sekolah
Pekerjaan Belum bekerja
Status perkawinan Belum menikah
Kedatangan yang ke 1
Pengobatan sebelumnya Belum ada
Alergi obat Tidak ada

KUNJUNGAN PERTAMA
Sabtu, 13 April 2019

III. Data Pelayanan


1. Anamnesis
a. Alasan Kedatangan/keluhan utama: gatal-gatal
b. Keluhan lain/tambahan: luka di kulit, benjolan berair
c. Riwayat perjalanan penyakit sekarang:
Pasien datang dibawa oleh ibunya dengan keluhan gatal-gatal.
Keluhan dialami sejak 10 hari yang lalu. Menurut ibu pasien, keluhan
mulai dialami sejak pasien bermain dengan teman-teman sebayanya 10
hari yang lalu. Gatal hanya dirasakan dibeberapa tempat. Keluhan juga
disertai dengan adanya benjolan berair di tangan, kaki, wajah, dan
bokong pasien. Awalnya benjolan berair berukuran biji jagung dan
hanya terdapat di kaki. Lama kelamaan benjolan tersebut pecah dan
menjadi luka akibat digaruk oleh pasien. Saat ini, benjolan dan luka di
kulit semakin meluas. Keluhan demam disangkal oleh ibu pasien.
Beberapa hari yang lalu, pasien dibawa ke dokter kulit dan telah
mendapatkan terapi. 3 hari terakhir keluhan gatal dan benjolan berair
mulai berkurang.
d. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama
dengan pasien
e. Riwayat penyakit dahulu dan pengobatan
Sebelumnya, pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini.
Riwayat alergi disangkal oleh ibu pasien
f. Riwayat Penggunaan Obat
Selama seminggu terakhir, ibu pasien memberikan bedak gatal kepada
pasien.
g. Riwayat kebiasaan
Pasien tinggal bersama orang tua, nenek dan saudara kandung nya.
Sehari-hari pasien sering bermain dengan anak-anak seumurannya di
sekitar rumah.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum, tanda vital, dan status gizi
KU: TD: tidak diukur BB: 11 kg
Suhu: 37,3oC TB: 90 cm
Nadi: 102 x/i IMT: 13,6 kg/m2
RR: 24 x/i Status gizi: Normal
b. Status Generalis
Mata : Konj.Pal. Inf. Pucat (-/-)
THT : dalam batas normal
Paru : vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung : bising (-), BJ 1> BJ 2
Abdomen : Soepel, peristaltik normal
Ekstremitas :
atas : edema (-/-), sianosis (-/-)
bawah : edema (-/-), sianosis (-/-)
c. Status Lokalis/Status Neurologis/Status Dermatologis
Status Dermatologis :
Tampak gambaran lesi pustula pada paha kanan pasien, lesi bula di
perut pasien, dan bula yang sudah pecah di kedua kaki serta tangan
pasien. pada ujung jari tangan tampak kulit pasien seperti melepuh.
Sensorik : sulit dinilai
d. Riwayat kehamilan, persalinan, dan vaksinasi (khusus pasien
anak)
- Pasien mendapatkan vaksinasi lengkap sesuai dengan usianya

IV. Diagnosis Holistik (Assessment)


1. Aspek Personal : Ibu pasien mengatakan, pasien memiliki keluhan
muncul luka di beberapa anggota tubuh, disertai rasa gatal yang cukup
mengganggu.
2. Aspek Klinik : Pomfoliks
3. Aspek Resiko Internal : Pasien sebelumnya tidak memiliki riwayat
alergi.
4. Aspek Resiko Eksternal : pasien sering bermain dengan teman
sebayanya di sekitar rumah. 3 orang teman pasien yang sering bermain
dengan pasien juga memiliki keluhan yang sama dengan pasien.
mencari tau faktor resiko penyebab keluhan pasien. lingkungan tempat
tinggal pasien tidak terlalu bersih. Keadaan air dan sanitasi yang
dimiliki keluarga pasien cukup bersih dan baik.
5. Derajat Fungsional
Derajat 1 : Pasien tidak memiliki keterbatasan aktifitas dan dapat
melakukan aktivitas seperti biasanya

V. Genogram

Keterangan AAM 2th

Kematian Individu
Perempuan
Laki-laki
Pasien

VI. Pemeriksaan Anggota Keluarga


Pemeriksaan juga dilakukan pada ibu, nenek dan saudara kandung pasien.
Dari hasil anamnesis, anggota keluarga lain tidak memiliki keluhan seperti yang
dialami oleh pasien. Riwayat alergi disangkal oleh seluruh anggota keluarga
pasien. Dari hasil pemeriksaan fisik, tidak ditemukan ada benjolan berair dan luka
di kulit seperti yang dialami pasien.

VII. Rencana Penatalaksanaan Pasien


1. Health promotion :
 Mengedukasi anggota keluarga pasien, bahwa keluhan yang
dialami pasien kemungkinan besar disebabkan oleh virus
 Mengedukasi anggota keluarga pasien bahwa penyakit ini bisa
menular, terutama apabila sistem imunitas tubuh sedang menurun.
 Mengedukasi pasien dan anggota keluarga pasien untuk membatasi
pasien bermain atau beraktifitas diluar untuk mencegah
penyebaran penyakit
 Mengedukasi pasien dan anggota keluarga pasien untuk mencegah
pasien menggaruk benjolan atau luka agar proses penyembuhan
dapat berlangsung dengan baik
 Mengedukasi ibu pasien agar dapat memberikan obat kepada
pasien secara rutin
2. Spesific Protection :
- Mengobati pasien dan teman-teman pasien untuk membatasi
penyebaran penyakit
- Mengedukasi anggota keluarga pasien untuk menjaga kebersihan diri
3. Promt treatment :
- Loratadin sirup 2x1/2 sendok teh
- Salap campuran antara betamethasone dan gentamicin
4. Rehabilitation :
Pada pasien ini tidak perlu dilakukan rehabilitasi.

VII. KUNJUNGAN II (Senin, 15 April 2019)

Pasien 1: An.MAA
I. Follow-Up

1. Keluhan : Keluhan gatal dan luka di tubuh pasien berkurang


2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum, tanda vital, dan status gizi
KU: baik TD: tidak diperiksa BB: 11 kg

Suhu: 37,10C TB: 90 cm

Nadi: 99 x/menit IMT: 13,6

RR: 23 x/menit Status gizi: Normal

a. Status Generalis
Mata : sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-)
THT : dbn
Paru :
Auskultasi : Vesikuler (normal/normal)
Rhonki (-/-)
Wheezing (-/-)
Jantung : bising jantung (-)
Ekstremitas : sianosis perifer (-/-), CRT < 2 detik

a. Status Lokalis/Status Neurologis/Status Dermatologis


Status Dermatologis :
Tampak gambaran lesi pustula pada paha kanan pasien, lesi bula di
perut pasien, dan bula yang sudah pecah di kedua kaki serta tangan
pasien. pada ujung jari tangan tampak kulit pasien seperti melepuh.
Sensorik : sulit dinilai

b. Pemeriksaan Laboratorium : pada saat kunjungan dilakukan,


pasien belum melakukan pemeriksaan laboratorium

II. Diagnosis Holistik (Assessment)


1. Aspek Personal
Keluhan gatal dan luka di kulit mulai berkurang
2. Aspek Klinik : pomfoliks
3. Aspek Resiko Internal
Pasien mengurangi keinginannya untuk menggaruk luka tersebut.
4. Aspek Resiko Eksternal
Ibu pasien mulai membatasi aktifitas pasien di luar rumah dan kontak
pasien dengan orang sekitar. Ibu pasien semakin memperhatikan
kebersihan lingkungan dan air.
5. Derajat Fungsional
Derajat fungsional pasien adalah derajat satu yaitu pasien tidak memiliki
hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

III. Rencana Penatalaksanaan Pasien


1. Health Promotion
 Tetap menganjurkan kepada ibu pasien untuk membatasi aktifitas
pasien di luar rumah
 Tetap menganjurkan kepada ibu pasien untuk selalu memberikan
obat kepada pasien agar keluhan semakin membaik
 Tetap menganjurkan untuk tidak menggaruk luka di kulit pasien
meskipun keluhan berangsur pulih
 Memastikan bahwa keluarga selalu menjaga kebersihan
lingkungan dan kebersihan diri
2. Spesific Protection
 Menyarankan pasien untuk tetap kontrol ke puskesmas atau dokter
kulit meskipun keluhan berkurang
 Mengedukasi keluarga pasien apabila mengalami keluhan yang
sama segera berobat ke dokter atau puskesmas
 Menyarankan ibu pasien untuk membawa teman-teman pasien ke
fasilitas kesehatan untuk dilakukan pemeriksaan
3. Promt Treatment
- Loratadin sirup 2x1/2 sendok teh
- Salap campuran antara betamethasone dan gentamicin
4. Disability limitation
Aktivitas pasien tidak terbatas.

5. Rehabilitation
Pada pasien ini tidak perlu dilakukan rehabilitasi
VI. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengobatan
1. Faktor pendukung
 Ibu pasien proaktif dalam menjaga agar keluhan yang diderita
pasien dapat berkurang
 Pasien memiliki kepatuhan yang baik terhadap penjelasan ibu
pasien meski baru berusia 2 tahun
 Ibu pasien rutin memberikan obat kepada pasien untuk mengatasi
keluhan pasien
2. Faktor penghambat
Tidak ada faktor penghambat

X. Dokumentasi
Gambar 1. Kunjungan Home Visite Pertama dan Kedua

Disahkan Oleh:
Banda Aceh, 18 April 2019

Pembimbing I Pembimbing II Pembimbing III Pembimbing IV

dr. Oryza Savitri dr. Zuhaira dr.Dian Safira dr. Syarifah Srimulasiyah
NIP. 19840529 201412 NIP. 19850805 201412 NIP. 19841001 201412
2 001 2 001 2 002

Mengetahui
Kepala UPTD Puskesmas Kopelma Darussalam

dr. Amalia
NIP. 19800428 201001 2 2014

Anda mungkin juga menyukai