Anda di halaman 1dari 25

MANAJEMEN PEMASARAN

TENTANG
PRODUK BARU DALAM ISLAM

DISUSUN OLEH :

NURMI 1642000012

PERBANKAN SYARIAH A-PAGI

UNIVERSITAS POTENSI UTAMA

T.A 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjat kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin
dankehendaknya-lah sehingga makalah presentasi Manajemen Pemasaran tetang
“Produk baru dalam islam” dapat kami selesaikan.
Penulisan dan pembuatan makalah presentasi ini bertujuan agar kami
terlatih membuat sebuah makalah dan terlatih dalam mempersentasikan hasil
makalah kami. Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karenaitu kritik dan saran yang bersifat membangun dari Ibu
Talia Yudrieka, BM, M.E.I selaku pengampuh mata kuliah ini dan teman-teman
sekalian. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Medan, 21 April 2019

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan...................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Produk ...................................................................................................... 2
B. Kinerja Produk ....................................................................................................... 3
C. Orientasi Inovasi .................................................................................................... 3
D. Konsep Produk Menurut Islam .............................................................................. 8
E. Pengembangan Produk ......................................................................................... 11
F. Efektifitas Promosi ............................................................................................... 12
G. Pengembangan Jasa Baru ..................................................................................... 13
H. Produk Baru Dalam Pemasaran Global................................................................ 17

BAB III PENUTUP


KESIMPULAN ................................................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 22


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka meningkatkan pendapatan atau laba perusahaan. Perusahaan
melakukan pengembangan dan promosi produk baru. Pengembangan produk baru
adalah suatu alat strategis suatu perusahaan untuk bertahan atau bahkan
memenangkan kompetisi pasar yang ketat dengan cara menghasilkan suatu
produk yang memiliki keunggulan-keunggulan kompetitif (Yuktyanta, 1998).
Untuk mencapai pengembangan produk yang efektif dan sekaligus
memenangkan kompetisi pasar, suatu perusahaan seharusnya mempertimbangkan
implementasi "lima inisiatif strategis" menurut Yuktyanta (1998), yaitu
memperbaiki conformance quality, memperbaiki mutu produk, mengurangi biaya-
biaya persatuan produk, mengurangi biaya overhead dan mengurangi "siklus
pengembangan produk baru".
Keberhasilan suatu produk baru tergantung pada kemampuan perusahaan dan
dipengaruhi oleh lingkungan strategisnya, yaitu seberapa jauh produk mampu
memuaskan kebutuhan yang dirasakan pelanggan, keunggulan relatif
dibandingkan para pesaingnya, kecenderungan pesaing untuk mempertahankan
pasarnya, besarnya segmen pasar dan laju pertumbuhan dari segmen pasar
(Urban dan Hauser, 1993).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan produk baru?
2. Bagaimana konsep produk dalam islam?
3. Bagaimana cara mengembangkan produk baru?

C. TUJUAN
1. Agar mengetahui apa yang dimaksud dengan produk baru.
2. Agar mengetahui konsep produk dalam islam.
3. Agar mengetahui bagaimana proses pengembangan produk baru
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP PRODUK
Produk adalah sifat yang kompleks baik dapat diraba, dirasa, tidak diraba,
warna, harga, prestise perusahaan dan pengecer, pelayanan perusahaan dan
pengecer yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan
(Dharmmesta, 1993). Berdasarkan tingkatannya, produk dibagi menjadi lima
tingkatan yaitu :
1. Produk inti, yang menawarkan manfaat atau kegunaan utama yang
dibutuhkan pelanggan.
2. Produk generik, yang mencerminkan versi dasar (fungsional) dari suatu
produk.
3. Produk yang diharapkan, yaitu sekumpulan atribut dan kondisi yang
diharapkan pelanggan pada saat membeli.
4. Produk tambahan, yaitu memberikan jasa dan manfaat tambahan sehingga
membedakan penawaran perusahaan dan penawaran perusahaan pesaing.
5. Produk potensial, yaitu segala tambahan dan transformasi pada produk yang
mungkin dilakukan di waktu yang akan datang.
Dalam perusahaan, produk merupakan elemen utama tawaran pasar (market
offering). Perencanaan bauran pemasaran dimulai dengan merumuskan tawaran
untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan pelanggan sasaran. Pelanggan ini akan
menilai tawaran tersebut berdasarkan tiga elemen dasar yaitu: keistimewaan dan
mutu produk, bauran dan kualitas pelayanan, dan harga.
Produk memiliki siklus hidup berarti menegaskan adanya 4 hal, yaitu :
1. Produk memiliki umur yang terbatas.
2. Penjualan produk melalui tahap-tahap yang berbeda yang khas, dimana
masing-masing memberikan tantangan, peluang dan masalah yang berbeda
bagi penjualnya.
3. Laba naik turun pada tahap yang berbeda selama siklus hidup produk.
4. Produk membutuhkan strategi pemasaran, keuangan, manufaktur, pembelian
dan sumber daya manusia yang berbeda dalam setiap tahapan dalam siklus
hidupnya.

B. Kinerja Produk
Kinerja produk merupakan suatu persepsi atas nilai lebih atau superior value
yang relatif melekat pada produk sebagai alat keunggulan kompetitif. Nilai lebih
atau superior value dapat dilihat dari kualitas produk dan hal yang bersifat teknik
yang sesuai dengan apa yang diharapkan dan dibutuhkan konsumen. Kinerja
produk di pasar ditentukan dan didukung oleh beberapa faktor. Gatignon dan
Huereb (dalam Wind dan Mahajan, 1997) menunjukkan bahwa kinerja produk
dipengaruhi oleh perbedaan orientasi strategi (pelanggan, daya saing dan
teknologi) perusahaan.
Menurut Voss dan Voss (2000), mencapai kinerja produk dengan
membangun kualitas produk, merupakan langkah strategis yang harus ditempuh
oleh perusahaan. Hal tersebut disebabkan bahwa kualitas produk merupakan nilai
lebih atau superior value dimata pelanggan . Pencapaian nilai kualitas diwujudkan
dengan membangun suatu proses yang lebih baik dan sistem produksi yang
mampu menekan biaya relatif lebih murah. Oleh karena itu, kualitas produk
merupakan alat kompetitif yang efektif dalam mencapai keunggulan bersaing.1

C. Orientasi Inovasi
Peluncuran dalam rangka perkenalan produk baru membutuhkan ‘kerjasama’
konsumen tipe inovator yang identik dengan menginginkan sesuatu yang baru.
Hanya saja menghadirkan sesuatu yang baru tidak selalu punya makna adanya hal
yang ‘benar-benar’ baru. Bisa juga produknya lama tapi cara pandang
konsumennya saja yang dirubah sehingga melihat yang lama tadi sebagai sesuatu
yang baru.

1
Prof. Soedharto SH “JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI” Volume 3, Nomor 2, Juli, Tahun 2006, Halaman

89
Cooper (1998) mendefinisikan inovasi sebagai suatu ide, praktek, proses, atau
produk baru (penggunaan) yang dianggap sebagai inovasi. Inovasi juga
didefinisikan sebagai proses pemindahan teknologi baru ke dalam kegunaan.
Inovasi dapat diartikan juga sebagai sesuatu yang dapat berubah, karena inovasi
sangat dipengaruhi perubahan dalam penggunaan sehari-hari, produk, teknologi
dan pasar. Banyak produk baru, yang kelihatannya menjadi gagasan-gagasan yang
sangat bagus, ternyata gagal menghasilkan profit di dalam pasar.
Cooper (1998) mengidentifikasi enam faktor sukses untuk menciptakan
product leadership:
1. Diferensiasi, produk superior
2. Jelas dan tajam untuk sebuah definisi produk awal
3. Memiliki respon yang kuat terhadap persaingan, pasar, teknikal, dan finansial
4. Aksi pemasaran yang berjalan baik
5. Aksi teknologi yang berjalan baik
6. Tim cross-functional yang benar
Product leadership adalah satu dari trilogi konsep disciplines of market
leader. Product leadership bertumpu pada prinsip-prinsip, pertama, inovasi produk
yang akhirnya dapat mengendalikan pasar (market driving). Kedua, perusahaan
yang meluncurkan produk harus memperhitungkan risiko tidak diterima pasar.
Ketiga, perusahaan harus mengerahkan sumber daya manusianya untuk menggali
kreasi-kreasi baru. Dan keempat, perusahaan harus memahami kebutuhan dan
mampu mengedukasi pasar.
Product leadership memiliki karakteristik :
1. produk unggul, Produk unggul merupakan produk yang superior dan
memiliki diferensiasi di atas produk yang ditawarkan kompetitor. Produk
juga meluas dimana produk dirasakan dapat memuaskan
2. kebutuhan pelanggan. produk yang dapat mempertemukan kebutuhan
konsumen,
3. harga produk yang tepat, Harga produk juga dirasa pelanggan sesuai
dengan value yang dimiliki produk.
4. produk dengan teknologi yang sempurna, dan keinovatifan produk itu
sendiri. Kesempurnaan teknologi produk dapat ditinjau dari apakah
produk memakai high-tech atau low-tech. Sedangkan keinovatifan produk
meliputi kebaharuan produk, keaslian, keunikan dan keradikalan produk.
5. Pada saat awal merk memang membutuhkan konsep yang unik untuk
bertahan. Ia harus menjadi yang pertama dalam kategori produknya dan
memiliki nama yang menancap di benak konsumen. Tetapi dalam jangka
panjang konsep unik akan dilupakan pelanggan, apalagi jika ada dua atau
tiga merk dengan kategori yang sama, maka yang tertinggal hanyalah
perbedaan nama merk suatu perusahaan dengan pesaingnya.
Contohnya adalah mesin fotokopi. Hampir semua mesin fotokopi
memiliki kualitas yang sebanding dalam hal hasil fotokopian. Satusatunya
yang membedakan adalah nama merk mesinnya. Nama ‘Xerox’ bernilai
tinggi dibanding nama merk pesaingnya.

Studi yang dilakukan oleh Gardner et. al (dalam Henard dan Szymanski,
2001) juga menunjukkan bahwa nama merk dapat menjadi petunjuk yang kuat
daripada harga untuk menilai kualitas keseluruhan suatu produk. Konsumen
ketika menilai mutu suatu produk, ingin mengetahui nama merk lebih sering
daripada informasi lainnya dari sebuah produk.
Inovasi produk dapat dipisah ke dalam 3 kategori dasar :
1. Perluasan lini (line extension), extensions adalah produk-produk yang
dikenal bagi organisasi bisnis tapi baru bagi pasar.
2. Mee too products, dianggap baru bagi organisasi bisnis tapi terkenal
dipasar; yaitu tiruan produk-produk competitor.
3. New-to-the-world products, dianggap baru diantara organisasi bisnis dan
pasar (Lukas dan Ferrel, 2000).
Inovasi produk baru yang akan dilakukan oleh perusahaan dapat melalui
pentahapan sebagai berikut ini (Joewono, H.H, 2006):
1. Merancang, menentukan dan memilih sekumpulan proyek pengembangan
produk baru yang diperkirakan mampu menciptakan produk unggulan.
2. Mengintegrasikan dan mengoordinir tugas-tugas fungsional, teknikal, dan
unit-unit organisasi yang terlibat dalam aktivitas pengembangan produk
dari waktu ke waktu.
3. Memantau usaha-usaha pengembangan agar mampu memenuhi tujuan
perusahaan dengan cara seefektif dan seefisien mungkin.
4. Merancang dan mengembangkan berbagai kapabilitas yang dibutuhkan
agar dalam jangka panjang usaha pengembangan produk dapat menjadi
keunggulan tersendiri bagi perusahaan.
Kerangka awal inovasi sebuah produk biasanya dimulai dari dua elemen
strategi utama, yaitu teknologi dan kondisi pasar. Dengan mengetahui seberapa
besar kekuatan teknologi yang dimiliki saat ini dan membuat perkiraan tingkat
teknologi yang dimiliki dimasa depan, serta dengan mengetahui di mana posisi
pasar saat ini dan membuat perkiraan posisi yang ingin dicapai di masa depan,
maka manajemen dapat menetapkan tujuan perusahaan dengan jelas.
Ada tiga hal yang tidak bisa ditawar dalam menyikapi kompetisi yaitu :
speed, efficiency dan quality. Dan untuk itu perusahaan perlu mempunyai
beberapa kapabilitas sebagai berikut :
1. Fast Response
Siklus pengembangan produk yang lebih cepat melalui penyederhanaan
proses pengembangan produk baru, atau empowering para personil yang
terlibat dalam penciptaan produk baru mutlak perlu dilakukan.
2. Responsiveness
Terus memonitor perkembangan penerimaan produk baru yang diluncurkan
perusahaan maupun kompetitornya, merupakan sikap penting yang harus
dimiliki oleh personil terkait dengan pengembangan produk baru.
3. Productivity
Kecepatan proses pengembangan tidak selalu berujung dengan kecepatan
dihasilkannya produk baru. Para pengembang produk baru harus berorientasi
pada output yang berarti produktivitas dalam hal kuantitas dan kualitas.
4. Distinctive Product
Meskipun kebanyakan produk baru hanya berupa ‘polesan’ dari produk yang
sudah ada sebelumnya, tetap saja produk baru harus ‘beda’. Semangat tampil
beda merupakan ‘instruksi tidak terbantahkan’ untuk menyikapi kompetisi
yang semakin ketat.
5. Integration
Pengembangan produk baru merupakan hasil integrasi pemikiran yang
multidimensional. Pengembangan produk baru harus menggunakan kerangka
berpikir integratif yang memperhatikan sekaligus aspek pemasaran, keuangan
produksi, teknologi dan keuangan. Pengembangan produk baru tidak boleh
ditempatkan dengan prinsip ‘asal ada produk baru’ untuk ‘mengejar setoran’
jumlah produk baru yang ditargetkan perusahaan.

Dalam mensikapi kondisi persaingan yang semakin kompetitif, juga


diperlukan semangat untuk bisa ‘terus baru’ yang diimplementasikan dalam
pengembangan produk baru juga perlu diimbangi dengan kemauan untuk masuk
ke pasar baru. Masuk ke pasar yang baru seperti itu tentu akan berimbas pada
hadirnya kebutuhan akan produk baru lainnya. Ketika semuanya bergulir terus
maka tercapai keseimbangan dan keberlanjutan pengembangan produk baru,
sehingga produk dan perusahaan bisa ‘terus inovatif’.
Produk yang baru tidak harus produknya yang benar-benar baru tetapi ada
karakteristik tertentu yang benar-benar baru. Disinilah diperlukan adanya
‘imajinasi tingkat tinggi’ untuk dapat menghasilkan sebuah produk yang kreatif.
Produk yang kreatif merupakan hasil dari kerja bersama antara berbagai instrumen
penting dalam perusahaan. Produk kreatif membutuhkan personnel kreatif, proses
kreatif dan lingkungan yang kreatif. Personnel yang kreatif diharapkan mampu
menghasilkan produk kreatif.
Dengan dukungan dari personel yang kreatif, proses kreatif dan lingkungan
kreatif diharapkan dapat lahir sebuah produk kreatif, yang bisa sampai ke level
produk yang benarbenar baru. Selain itu penyegaran produk yang inovatif secara
berkelanjutan bisa berupa perbaikan kualitas yang berkesinambungan,
pengurangan biaya, atau mode baru yang kesemuanya mengarah kepada
memodifikasi sebuah produk.
Dikenal ada tiga tipe dalam memodifikasi produk, yaitu :
1. Lebih baik secara jelas (dilakukan up grade)
Pada produk-produk fashion berupa pakaian bisa dilakukan dengan
peningkatan kualitas bahan baku.
2. Berbeda
Berupa pemunculan produk atau mode yang sama sekali baru. Pada
produk fashion dilakukan dengan mode, warna atau aksesoris baru.
3. Inferior
Berupa substitusi dari produk yang ada dengan menawarkan produk baru
yang lebih murah. Tentu saja dengan mengurangi fitur dan manfaat. Pada
produk fashion biasanya dilakukan dengan menekan biaya kemasan.

D. Konsep Produk dalam Islam


Produk menurut Islam adalah semua produk yang halal yang memenuhi
syarat kehalalan sesuai dengan syariat Islam. Disinilah perbedaan antara prinsip
lainnya. Islam dalam hal pembuatan produk sangat mengedepankan moralitas dan
menyentuh nilai dasar kebutuhan manusia (riel needs). Tidak harus selalu
merespon kebutuhan konsumen, karena Islam akan menyaring keinginan orang
dalam mengkonsumsi sebuah produk.
Produk dalam Islam tidak mengatakan bahwa konsumen adalah raja, atau
apapun yang diminta konsumen asal konsumen puas akan dilayani oleh
perusahaan. Islam dalam hal ini sangat menghargai keinginan konsumen dan
berusaha untuk menyenangkannya, tetapi Islam akan menyaring hal-hal yang
tidak sesuai dengan Islam untuk tidak diproduksi. Batasan yang diberikan Islam
dalam membuat sebuah produk sangat jelas, yang benar tidak bisa dicampurkan
dengan yang salah atas alasan apapun. Islam juga sangat menekankan kualitas
pelayanan tetapi kepuasan konsumen dibatasi dalam bingkai syari’ah Islam.
Produk dalam Islam tidak boleh sekedar merespon permintaan pasar begitu
saja, Tetapi juga mengedepankan pemenuhan moralitas. Sehingga tujuan produsen
dalam Islam tidak cukup hanya mencari keuntungan maksimum belaka, tetapi
juga menghasilkan barang dan jasa yang kemudian dimanfaatkan oleh konsumen
untuk mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat. Produk yang dilarang keras
beredar ialah produk yang merusak akidah, etika dan moral manusia.
Dalam Islam juga dilarang investasi harta dengan cara membahayakan
masyarakat, karena merugikan kepentingan umum. Firman Allah:
ُ‫ان ۚ ِإنَّه‬
ِ ‫ط‬َ ‫ش أي‬
َّ ‫ت ال‬ ُ ‫ط ِيباا َو ًَل تَت َّ ِبعُوا ُخ‬
ِ ‫ط َوا‬ ِ ‫اس ُكلُوا ِم َّما ِفي أاْل َ أر‬
َ ‫ض َح ََل اًل‬ ُ َّ‫َيا أَيُّ َها الن‬
َ ‫لَ ُك أم‬
‫عد ٌُّو ُم ِبين‬

”Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat
dibumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena
sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”.(QS. Al-Baqarah:
168).
Etika produksi dalamlingkungan halal dan haram adalah seorang muslim
harus menanam apa-apa yang memberikan kemaslahatan dan apa-apa yang
dihalalkan, baik halal dikenakan ataupun halal dikoleksi. Diantara produk yang
dianjurkan beredar ialah produk yang menguatkan akidah, etika dan moral
manusia. Fatwa tentang pengembangan produk sesuai syariah yang ditetapkan
oleh DSN-MUI selain dibangun di atas manhaj tertentu juga tidak terlepas dari
landasan umum hukum ekonomi syariah.
Setidaknya ada tujuh prinsip yang harus dijadikan landasan dalam
penetapan fatwa ekonomi syariah, yaitu :
1. Maslahah
Artinya aktifitas ekonomi syariah harus dilakukan atas dasar
pertimbangan mendatangkan manfaat dan menghindarkan mudharat (jalb
al-mashalih wa daru al-mafasid).
2. Ridha
Artinya aktifitas perekonomian syariah harus dilakukan atas dasar
sukarela (taradhi), dengan tanpa mengandung unsur paksaan (ikrah).
Kaidah saling sukarela antara pihak yang melakukan transaksi ini
merupakan prinsip yang fundamental dalam setiap aktifitas perekonomian
syariah, sehingga kedua belah pihak dapat terhindar dari aktifitas ekonomi
yang di dalamnya terdapat unsur tekanan, paksaan, penipuan atau
ketidakjujuran.
Namun demikian, semua aktifitas perekonomian yang didasarkan
atas prinsip saling rela itu tidak secara otomatis dianggap sah secara syar’i,
karena pada dasarnya saling rela merupakan prinsip dalam aktifitas
perekonomian, bukan menjadi penyebab dibolehkannya sesuatu yang
dilarang (ar-ridha ruknun li al-aqdi wa laisa sababan li al-hilli).
Selain itu, aktifitas ekonomi syariah juga harus didasarkan atas
prinsip dasar dalam fiqih muamalat dan merupakan prinsip dasar pula
dalam hukum perjanjian (akad). Pihak-pihak yang melakukan akad
mempunyai kebebasan untuk membuat suatu perjanjian, baik dalam
menentukan yang diperjanjikan (obyek perjanjian) maupun
syaratsyaratnya,termasuk menetapkan cara-cara penyelesaikan jika terjadi
sengketa. Kebebasan menentukan syarat-syarat ini dibenarkan selama
tidak bertentangan dengan ketentuan syariah lainnya.
3. Gharar
Artinya praktik perekonomian syariah harus jauh dari tipu daya,
saya setuju dengan Al-imam al-Khitabi yang menyatakan bahwa setiap
jual-beli yang tidak diketahui maksutnya dan tidak bisa diukur maka itu
termasuk gharar. Misalnya menjual ikan yang masih di lautan, atau
menjual burung yang masih terbang di udara, atau menjual barang dalam
bungkus yang tidak diketahui kondisinya. Setiap transaksi ekonomi yang
mengandung penipuan, maka dianggap tidak sah.
4. Khidmah
Artinya aktifitas ekonomi syariah harus mampu mewujudkan
pelayanan sosial. Aktifitas ekonomi syariah harus diorientasikan pada
terciptanya pelayanan sosial yang bisa meringankan beban kaum yang
lemah secara ekonomi. Prinsip ini harus menjadi tujuan dari setiap
aktifitas ekonomi syariah, karena dalamekonomi syariah selain
diperbolehkan untuk menambah keuntungan dan kekayaan yang
berlimpah, juga harus memperhatikan kondisi sosial di sekitarnya.
5. Adil
Setiap aktifitas ekonommi harus mengarah pada terciptanya
keadilan dan keseimbangan. Ekonomi syariah harus dilaksanakan dengan
memelihara nilai keadilan dan menghindari unsur-unsur kedzaliman.
Segala bentuk aktifitas ekonomi yang mengandung unsur penindasan
tidaklah dibenarkan. Setiap aktifitas ekonomi harus memperhatikan
keseimbangan antara pihak-pihak yang melakukan transaksi. Prinsip ini
menekankan perlu adanya keseimbangan sikap dalam melakukan aktifitas
perekonomian.
Misalnya, setiap upaya untuk mendapatkan keuntungan tentu saja
di situ ada resiko-resiko kerugian yang harus ditanggungnya. Jika
keuntungan yang diharapkan lebih besar, di situ faktor resiko kerugiannya
juga lebih besar. Sebaliknya, setiap transaksi bisnis yang mempunyai
resiko besar, biasanya juga menjanjikan keuntungan yang besar pula.
Harus ada sikap proposional antara upaya meraih keuntungan dan
kesiapan untuk menanggung kerugian, sesuai kaidah al-ghunmu bil-
ghurmi wal-ghurmu bil-ghurmi.
6. Mubah
Segala bentuk aktifitas dalam ekonomi (mu’amalat) pada dasarnya
hukumnya adalah boleh (mubah), kecuali jika ditentukan lain oleh suatu
dalil. Prinsip (kaidah) ini merupakan landasan dalam menentukan hukum
suatu traansaksi ekonomi. Saya tidak sependapat dengan pihak yang
beranggapan bahwa praktik ekonomi syariah banyak membawa kesulitan.
Menurut saya, kaidah ini menunjukkan bahwa hukum Islam memberi
kesempatan luas bagi perkembangan bentuk dan macam muamalat baru
sesuai dengan perkembangan kebutuhan hidup masyarakat.
7. Istirbah
Aktifitas ekonomi syariah juga harus memperhatikan prinsip profitable (al-
istirbah), karena setiap kegiatan ekonomi tentunya mengharapkan adanya
keuntungan. Jadi, tidak logis jika transaksi ekonomi tidak mengharapkan
keuntungan

E. Pengembangan Produk
Pada dasarnya kesempatan atau peluang suatu perusahaan di dalam
memutuskan untuk menciptakan produk baru didasarkan pada adanya
kesenjangan antara kepuasan pelanggan dengan harapan pelanggan terhadap suatu
produk.
Keberhasilan pengembangan produk ditentukan oleh empat faktor (four key
success factors), yaitu :
1. Tingginya kualitas proses produk baru
2. Pemahaman strategi produk baru di setiap level bisnis (perusahaan)
3. Komitmen sumber daya, yaitu sumber daya manusia dan dana
4. Kemampuan departemen research and development (R&D) dalam
menggagas pengembangan produk baru. Keberhasilan pengembangan
produk akan berdampak pada dihasilkannya produk yang lebih unggul.
Menurut Henard dan Szymanski (2001) proses pengembangan produk
menjadi faktor penting dalam membangun keunggulan produk. Pengembangan
produk dilakukan dengan menggunakan teknologi yang canggih dalam
menghasilkan produk yang berkarakteristik unggul. Produk akan unggul, selain
kesesuaian produk dengan kebutuhan pelanggan, juga ditentukan oleh harga, dan
keunikan produk. Keunggulan produk juga dilihat dari kelebihan dan perbedaan
(superiority and/or differentiation) produk, dibanding produk yang lain. Dengan
adanya suatu keunggulan produk yang dimiliki oleh perusahaan, akan membantu
perusahaan dalam menawarkan produknya secara lebih efektif.

F. Efektifitas Promosi
Pemasaran modern memerlukan lebih daripada sekedar mengembangkan
produk yang baik, menetapkan harga yang menarik, dan membuatnya dapat
terjangkau. Perusahaan-perusahaan juga harus berkomunikasi dengan pihak-pihak
yang berkepentingan sekarang dan yang akan datang, dan masyarakat umum.
Setiap perusahaan mau tidak mau harus terjun ke dalam peran komunikator dan
promotor. Bagi sebagian besar perusahaan, pertanyaannya bukanlah apakah
berkomunikasi, melainkan apa yang harus disampaikan, kepada siapa dan
seberapa sering.
Salah satu instrumen manajemen pemasaran yang paling popular adalah
promosi, khususnya bauran pemasaran. Berbagai studi dilakukan untuk
menjelaskan dan mengukur peran promosi terhadap variabilitas kinerja
pemasaran. Promosi telah sangat luas digunakan sebagai instrumen pemasaran
karena efektifitasnya dalam menciptakan dan mempertahankan loyalitas kinerja
produk. Dalam hal ini merek-merek yang baik dan lebih populer umumnya
membelanjakan dana yang lebih banyak dalam bidang iklan karena pentingnya
mempertahankan informasi kegunaan produk.
Gatignon (dalam Ferdinand, A.T, 2000) mengemukakan bahwa dalam pasar
yang bersifat competitive reactive, peranan promosi lebih sensitif dibanding
dengan pasar yang kurang reaktif terhadap promosi. Dampak promosi dapat
dilihat dari 2 hal, pertama dilihat dari dampaknya terhadap penjualan. Kedua,
gencarnya komunikasi promosi menimbulkan dampak yang baik terhadap
perubahan keyakinan konsumen atau sikap konsumen, dalam hal ini konsumen
menjadi senang atau tidak.
Hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan promosi dibutuhkan dalam
pemasaran suatu produk agar kehadiran produk tersebut dapat diketahui dan
diterima oleh lebih banyak lapisan masyarakat. Sementara dari sisi kepentingan
konsumen, promosi dapat digunakan sebagai medium untuk mengenali dan
mencocokkan barang dan jasa yang ada dipasaran dengan kebutuhan (needs) dan
keinginan (wants) mereka.
Penelitian Yoo, et. al (2000) memfokuskan pada beberapa elemen utama
dalam bauran pemasaran. Khususnya, memilih harga, citra toko, intensitas
distribusi, pengeluaran promosi, dan promosi harga (menjelaskan aktivitas
marketing mix) sebagai satuan perwakilan dari program pemasaran. Walaupun
variabel-variabel ini tidak mengkover wilayah penuh pemasaran, kinerja produk
mewakili aksi pemasaran yang sama. Dengan mengetahui bagaimana aktivitas
promosi tertentu yang dilakukan pesaing akan memberikan kontribusi positif atau
negatif terhadap kinerja produk. Oleh karena itu, memungkinkan manajer
pemasaran untuk mengembangkan perencanaan pemasaran yang efektif dan
menurunkan atau menghindari aktivitas yang merusak kinerja produk.

G. PENGEMBANGAN JASA BARU


Salah satu kemungkinan hasil analisis dan evaluasi terhadap bauran yang
sudah ada adalah kebutuhan untuk memperluas rentang jasa guna merespon
dinamika lingkungan bisnis organisasi jasa. Perluasan rentang jasa ini dilakukan
dengan mengembangkan jasa baru. Situasi-situasi yang menuntut
dikembangkannya jasa baru meliputi :2
1. Bisa jasa utama telah mencapai tahap kedewasaan dalam siklus hidupnya
dan kemungkinan besar bakal masuk tahap penurunan, sehingga jasa baru
dibutuhkan untuk mempertahankan tingkat penjualan.
2. Jasa baru dikembangkan sebagai wahana untuk memanfaatkan kapasitas
menganggur. Sebagai contoh, manajemen hotel bisa saja merancang jasa
baru ( seperti tempat retret dan konferensi/seminar/rafat/lokakarya) untuk
mengisi kamar hotel yang kosong selama periode sepi.
3. Jasa baru bisa berguna untuk menyeimbangkan portopolio penjualan
organisasi saat ini dan pada saat gilirannya menekan risiko ketergantungan
pada hanya sedikit jasa yang ditawarkan dalam rentang jasa
4. Dalam rangka menjalankan dan mempertahankan relasi dengan para
pelanggan, organisasi jasa harus meluncurkan jasa-jasa baru agar dapat
menyediakan portopolio jasa yang komprehenshif.
5. Ada peluang bagi organisasi untuk memuaskan kebutuhan yang belum
terpenuhi melalui suatu jasa baru. Peluang ini bisa muncul sebagai akibat
pesaing meninggalkan pasar tersebut atau karena adanya permintaan laten
tertentu yang berpotensi besar untuk direalisasikan.
Karakteristik intangibilitas jasa mengandung makna bahwa para penyedia
jasa cenderung dapat dengan mudah menghasilkan berbagai variasi jasa.
Moditifikasi atau perubahan penawaran jasa dapat dilakukan dengan mudan dan
cepat oleh setiap karyawan jasa individual ( bahkan tanpa persetujuan
manajemen). Modifikasi ini bisa berdampak pada kualitas layanan pelanggan.
Selain itu karakteristik intangibilitas juga memiliki imflikasi bahwa
pengembangan jasa bisa gampang ditiru oleh para pesaing. Karena umumnya
pengembangan jasa tidak dapat dipatenkan, maka peniruan/imitasi jarang dapat
dicegah. Dengan demikian istilah 'jasa baru' mengandung berbagai makna, mulai
dari perubahan minor atas jasa yang sudah ada hingga inovasi besar- besaran.
Paling tidak ada 5 type jasa baru :
1. Style change. Termasuk didalamnya perubahan dekor dan logo jasa.

2
Fandy Tjiptono. Ph.D “Pemasaran Jasa” ( Yogyakarta : Andi Offset, 2014).hlm.130
2. Service improvement. Penyempurnaan atau perubahan aktual atas
karakteristik tertentu pada jasa yang telah tersedia bagi pasar saat ini.
Misalnya, sistem komputerisasi akademik menggantikan sistem manual.
3. Service line extension. Merupakan tambahan pada rentang produk jasa
yang ada saat ini. Misalnya, selain program regular, fakultas ekonomi juga
membuka program ekstensi dan study jarak jauh (e-class).
4. New service. Merupakan jasa baru yang ditawarkan suatu organisasi jasa
kepada para pelanggannya saat ini, sekalipun mungkin jasa baru tersebut
telah ditawarkan para pesaing. Misalnya, pasar swalayan memberikan
fasilitas produk lunak kepada para pelanggannya.
5. Majot innovation. Mencakup jasa yang sama sekali baru untuk di pasar
baru. Contohnya, penyediaan multi-user 'voice mail' recording service.
Pengembangan jasa baru tidak lepas dari biaya, ketidak pastian dan risiko
kegagalan. Menurut cooper (1993), mayoritas program pengembangan produk
baru gagal mencapai pasar sasaran dan dari produk baru yang benar- benar
mencapai pasar, mencapai 35% diantaranya mengalami kegagalan. Sejumlah
faktor telah diidentifikasi sebagai penyebab kegagalan pengembangan jasa baru,
diantaranya kurangnya komitmen (waktu, konsumen, persaingan,situasi
perekonomian), managemen yang buruk (seperti masalah koordinasi, rencana
strategik, manajemen biaya), kurangnya pengalaman dalam pengembangan
produk baru, dan kurangnya motivasi (Zeithami & Bitner, 2003).
Akan tetapi sejumlah riset menunjukkan bahwa risiko kegagalan
peluncuran produk baru dapat ditekan melalui penerapan proses pengembangan
secara sistematis. Sekalipun ada banyak variasi prosedur pengembangan jasa baru,
pada pronsipnya proses terdisi atas 6 tahap utama :
1. Pemunculan ide. Ide jasa baru bisa bersumber dari sumber internal (
misalnya dari manajemen puncak dan karyawan) maupun sumber
eksternal (konsultan, pelanggan, pemasok, distributor, publikasi, pesaing,
dan lain-lain. Pada umumnya pemunculan ide baru tidak terlalu menjadi
masalah bagi sebagian besar perusahaan jasa, meskipun dalam prakteknya
tingkat 'kebaruan'-nya cenderung relatif kecil ( berfokus pada modifikasi
minor, perluasan geografis maupun gagasan yang sifatnya 'me-too').
Inseparabilitas mengidentifikasikan bahwa staf lini depan memahami
secara mendalam operasi jasa dan kebutuhan pelanggan, karenanya staf
operasi dan pemasaran bisa menjadi salah satu sumber gagasan lainnya
yang tak kalah pentingnya. Identifikasi kebutuhan personal mereka bisa
menghasilkan banyak gagasan baru.
2. Penyaringan ide. Tahap ini meliputi aktivitas mengevaluasi ide-ide yang
muncul mengeliminasi gagasan-gagasan yang tidak sesuai dengan tujuan
dan sumber daya organisasi. Biasanya berbagai kriteria ditetapkan
(misalnya, relevansi dan kontribusi suatu gagasan terhadap citra
organisasi) agar ide yang beraneka ragam dapat dibandingkan. Akan
tetapi, setiap perusahaan beroperasi dalam lingkungannya masing-masing,
oleh sebab itu tidak ada standar khusus kriteria evaluasi yang berlaku
universal. Dengan kata lain, setiap perusahaan memiliki kebijakan
penyaringan ide tersendiri dan tingkat formalitasnya bervariasi atas
perusahaan.
3. Pengembangan dan pengujian konsep. Ide-ide yang lolos dari tahap
penyaringan perlu diterjemahkan kedalam konsep-konsep jasa yang
kemungkinan diujikan pada sekelompok pelanggan sasaran. Dalam tahap
ini,setiap konsep jasa perlu dilengkapi pula dengan positioning yang
mencakup penyajian visual atas citra jasa bersangkutan dibandingkan
dengan jasa pesaing dan jasa lainnya dalam bauran jasa organisasi
4. Analisi bisnis. Ide yang dikemukakan tersebut selanjutnya dituangkan
dalam proposal bisnis. Kemungkinan sukse/gagalnya dianalisis, demikian
pula sumber daya yang dibutuhkan (sumber daya manusia, sumber daya
fisik ekstra, dan lain-lain). Pada tahap ini banyak faktor -faktor penentu
sukses financial jasa baru yang tepat bersifat spekulatif. Salah satu
penyebabnya adalah aktivitas proses pengembangan jasa baru yang
berdampak besar atas pangsa pasar dan harga yang bisa ditetapkan untuk
jasa baru tersebut.
5. Pengembangan. Tahap ini merupakan tahap penerjemahan gagasan
kedalam aktual yang dapat ditawarkan kepada pelanggan. Unsur-unsur
tangible dan sistem penyampaian jasa yang melandasi penawaran jasa
keseluruhan harus dirancang dan diuji. Sayangnya, pengujian (testing)
tidak selalu mungkin dilakukan. Uji pemasaran umumnya sangat terbatas
dalam bisnis jasa. Salah satu alternatif yang bisa dilakukan adalah
mengintroduksi jasa baru dengan promosi yang terbatas untuk menguji
apakah jasa bersangkutan beroperasi sebagaimana yang diharapkan.
6. Komersialisasi. Dalam tahap ini, organisasi jasa harus memutuskan kapan,
dimana, kepada siapa, danbagaimana mengintroduksi jasa baru tersebut.
Untuk mendukung kesuksesan program pengembangan jasa baru,
dibutuhkan budaya organisasi yang kondusif bagi kondisi pasar yang
selalu berubah, dan dapat merespon perubahan- perubahan tersebut dengan
cepat.
Ditilik dari persfektif pelanggaran, proses keputusan pembeli jasa baru
umumnya melalui 5 tahap proses adopsi :
1. Awareness. Yaitu pelanggan mengetahui keberadaan jasa baru tertentu,
namun tidak memiliki informasi yang memadai tentang jasa tersebut.
2. Interest. Yakni pelanggan mencari dan mengumpulkan informasi tentang
jasa baru.
3. Evaluation. Yaitu pelanggan mempertimbangkan apakah perlu mencoba
jasa baru.
4. Trial. Yaitu pelanggan mencoba jasa baru dalam skala terbatas untuk
menilai estimasinya terhadap manfaat jasa baru bersangkutan.
5. Adoption. Yaitu pelanggan memutuskan untuk memakai jasa baru secara
penuh dan rutin.

H. PRODUK BARU DALAM PEMASARAN GLOBAL


Dalam lingkungan pasar yang hiperkompetitif, banyak perusahaan yang
menyadari bahwa pengembangan dan introduksi produk baru secara
berkesinambungan merupakan kunci untuk dapat bertahan dan tumbuh. Beberapa
perusahaan global yang sukses melakukan hal itu antara lain honda, sony,
compaq, motorola, canon, boing, merek, microsoft, intel dan toyota. Semua
perusahaan ini selalu berinovasi agar dapat menghasilkan produk baru kelas
dunia. Selain itu, karakteristik perusahaan perusahaan tersebut meliputi :
1. Berfokus pada satu atau hanya beberapa bisnis
2. Menejemen senior terlibat secara aktif dalam menentukan dan
menyempurnakan proses pengembangan produk.
3. Berkemampuan untuk merekrut dan mempertahankan karyawan terbaik
dalam bidangnya.
4. Menyadari sepenuhnya bahwa faktor kecepatan dan memasarkan produk
baru memperkuat kualitas produk.

Tingkat kebaruan (newness) dalam produk baru bisa ditinjau dari tiga konteks:
produk, organisasi dan pasar. Produk bisa berupa temuan atau inovasi yang benar
benar baru, seperti halnya telepon seluler dan compact disc. Bisa pula produk baru
berupa perluasan lini produk (modifikasi dari produk yang sudah ada), seperti
dietcoke. Derajat kebaruan bisa pula dilihat dari persfektif organisasi dimana
perusahaan menghasilkan produk tertentu yang sudah ada dipasar, namun
perusahaan sendiri belum pernah menghasilkannya. Selain itu, produk yang sudah
ada dan bukan hal baru bagi perusahaan bisa jadi merupakan produk baru bagi
pasar tertentu.
Ada 3 aspek penting yang perlu ditelaah dalam pengembangan produk
baru untuk pasar global.
1. Identifikasi ide produk baru, yang bisa bersumber dari pelanggan,
pemasok, pesaing, wiraniaga perusahaan, distributor dan agen, eksekutif
dan kantor cabang, ekskutif kantor pusat, sumber sumber dokumentasi
(seperti publikasi dan laporan jasa informasi), dan observasi langsung
dilingkungan pasar.
2. Pembentukan deparment produk baru international yang menjalankan 4
fungsi utama :
a. Memastikan bahwa semua sumber informasi yang relevan
dimanfaatkan secara berkesinambungan untuk ide produk baru
b. Menyaring ide ide tersebut untuk mengidentifikasi kandidat atau calon
yang bakal di teliti lebih lanjut
c. Menyelidiki dan menganalisis ide produk baru terseleksi
d. Memastikan bahwa organisasi memberikan komitmen sumberdayanya
bagi kandidat produk baru yang paling menjanjikan secara
berkesinambungan terlibat dalam program yang teratur untuk
memperkenalkan dan mengembangkan produk baru diseluruh dunia.
3. Pengujian produk baru dipasar nasional untuk mengantisipasi segala
kemungkinan masalah yang mungkin timbul. Pengujian produk dikondisi
pasar aktual sangat perlu dilakukan sebelum melangkah lebih lanjut
dengan sekala penuh introduksi produk baru.

Dalam hal inovasi produk baru, konsumen biasanya melewati proses adopsi yang
terdiri atas 5 tahap, yaitu:3
1. Kesadaran (awareness) ketika konsumen pertama kali mendapat informasi
atau mengetahui adanya produk dan inovasi baru
2. Minat (interest) ketika konsumen mulai tertarik untuk mencari informasi
lanjut, misalnya dengan memusatkan perhatiannya pada komunikasi
pemasaran berkaitan dengan produk inovasi tersebut atau mencari
informasi tambahan dari berbagai sumber lainnya.
3. Evaluasi, dimana konsumen menilai manfaat produk dalam kaitannya
dengan kebutuhan saat ini dan kebutuhan masa depan yang diantisipasi
dari sekarang. Berdasarkan penilaian ini, konsumen akan memutuskan
apakah ia akan mencoba nya atau tidak
4. Trial, yakni menguji coba produk baik dengan memanfaatkan produk
sampel, test drive, maupun membeli dalam jumlah terbatas.
5. Adopsi, dimana konsumen memutuskan untuk membeli atau setia pada
produk, merek, maupun produsen tertentu.
Secara umum tingkat adopsi dipengaruhi oleh 5 faktor utama:
a. Persepsi terhadap keunggulan relatif produk baru dibandingkan
produk atau metode yang sudah ada

3
Gregorius chandra, Fandy Tjiptono dan Yanto Chandra “Pemsaran Global: Internasionalisasi dan Internetisasi”
(yogyakarta : Andi Offset 2004),hlm, 322
b. kompatibilitas, artinya kesesuaian dengan nilai nilai yang ada dan
pengalaman konsumen dimasa lalu
c. Kompleksitas, yakni sejauh mana inovasi atau produk baru mudah
dipahami dan digunakan
d. Divisibility, menyangkut kemampuan produk untuk diuji dan
digunakan secara terbatas tanpa biaya besar (berkaitan dengan
kuantitas pembelian, ukuran penyajian, dan porsi produk)
e. Comumunicability, yaitu sejauh mana manfaat inovasi atau nilai
produk bisa dikomunikasikan kepada pasar potensial.
Semua faktor tersebut kecuali kompleksitas, berhubungan dengan
kecepatan tingkat adopsi. Sebaliknya, bila produk baru semakin kompleks, maka
tingkat adopsinya akan berlangsung semakin lambat.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Perusahaan atau organisasi saat ini sudah mungkin semakin meningkat


kesadarannya atas betapa penting dan bermanfaatnya pengembangan produk atau
jasa baru. Produk yang saat ini beredar di pasar menghadapi akhir tahap dalam
siklus hidup produk dan memang harus diganti dengan produk yang lebih baru.
Namun produk baru pun bisa gagal total. Selain menghadapi keberhasilan,
pembaruan produk pun ditantang oleh resiko yang tidak kalah besar. Kunci
kebrhasilan suatu pembaruan terletak pada pengelolaan organisator yang lebih
efektif dalam menangani gagasan produk baru, menyelenggarakan penelitian
mendalam dan prosedur pengambilan keputusan pada setiap tahap proses
pengembangan produk baru.
Proses pengembangan produk baru mencakup sembilan tahap. Tujuan
masing-masing tahapa adalah tercapainya keputusan mengenai diteruskan
tidaknya gagasan produk baru itu. Mengahadapi munculnya produk baru,
konsumen bereaksi dengan kadar yang berbeda tergantung pada karakteristik yang
ada pada konsumen sendiri atau yang ada pada produk. Pengusaha selalu berusaha
melempar prosuk atau jasa barunya kepada pengadopsi dini yang potensial,
terutama mereka yang memiliki sifat sebagai panutan.
Kreativitas adalah kunci ‘ampuh’ untuk menghadapi situasi persaingan
yang semakin kompetitif. Pemasar yang kreatif dan pintar bermain dengan
persepsi yang biasanya akan dapat memenangkan pertarungan pemasaran. Siklus
kehidupan biasanya berakhir pada ketiadaan. Demikian halnya perusahaan, jika
strategi yang dipilihnya salah, nantinys hanya akan membawa kepada
permasalahan yang sama. Dalam rangka meningkatkan daya saing perusahaan,
strategi yang dirumuskan tidak dapat berdiri sendiri. Strategi merupakan
rangkaian proses yang melibatkan konsumen, lingkungan dan kompetitor – dan
disusun agar perusahaan melakukan tindakan yang tepat dalam kondisi persaingan
yang dinamis.
DAFTAR PUSTAKA

Soedharto, Prof. SH . 2006 .“JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI”


.Semarang : Volume 3.Nomor 2.

Tjiptono,Fandy.Ph.D.2014. “Pemasaran Jasa Yogyakarta : Andi Offset.

chandra, Gregorius. Tjiptono, Fandy dan chandra, yanto. 2004. “pemsaran


global: internasionalisasi dan internetisasi” .yogyakarta : andi offset

Anda mungkin juga menyukai