Anda di halaman 1dari 12

SEJARAH ARSITEKTUR NUSANTARA

BANGUNAN KOLONIAL DI KOTA MANADO

DISUSUN
OLEH :

NAMA KELOMPOK : 1. NURUL FADHILLAH ( G1E017005)


2. DWI MELANI SHALEHA ( G1E01707 )
3. ANDRE FIRMANSYAH ( G1E017022 )
4. ARIENDA ROBIH ( G1E017040 )
5. MHD. IRVAN ELVANDI ( G1E017041 )

DOSEN : RISQIYAH SAFITRI J, S.T.,M.Sc.

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BENGKULU
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah
memberi kesempatan, taufik dan hidayah, serta inayahnya sehingga tugas makalah
Sejarah Arsitektur Nusantara dengan judul ‘’ Bangunan Kolonial di Kota Manado” ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW. keluarganya berserta para sahabatnya yang telah membimbing kita dari
jalan yang gelap gulita menuju jalan yang terang benderang yang diridhoi oleh allah SWT.

Tak lupa pula kami mengucapkan banyak terimah kasih kepada teman-teman kami
yang telah memberikan petunjuk dalam terselesaikannya tugas makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan kami telah
berusaha semaksimal mungkin dalam menyusun tugas makalah yang sangat sederhana
ini. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik, saran dan nasehat yang baik demi
perbaikan tugas makalah ini kedepannya. Semoga makalah ini dapat berguna dan
bemanfaat untuk kita semua. Aamiin..

Bengkulu, Maret 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………...i

DAFTAR ISI……………………… …………………………………………………….…………...ii

BAB 1
PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………..………………..1

BABII
PEMBAHASAN………………………………………………………………………...……….…. .2

 Gaya Arsitektur Indische Empire…………………………………… ………………….....2


 Gaya Arsitektur Transisi (1890-1915)……………………………………………………..2
 Gaya Arsitektur Indo-Eropah (1920-
1930)………………………………………………………………………………………….2
 Bangunan bersejarah di Kawasan Kota Lama Manado .. ……………………………...3
 Bank Indonesia (ex Javasche Bank)………………………………………………….…..3

 Bangunan ex Bioskop Benteng………………………………………………….. ……….5


 Bangunan Minahasaraad ………………………………………………………….
 Bangunan Gereja Santu Ignatius (Kompleks Persekolahan Don Bosco Manado)
 Denah………………………………………………………………………………………...7
 ……………………………………………………………………...…..…………………….

BAB IV PENUTUP…………………….. ……………………………………. …………….. ..…8

 Kesimpulan……………………………………………………………………………….. ..8
 Saran……………………………………………………………………………. ……... …..8

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………. …....9

ii
BAB I

PENDAHULUAN
Kota Manado merupakan salah satu lokasi kegiatan Vereenigde Oostindische
Compagnie (VOC) di Indonesia Timur di mana wajah bangunan yang dibangun pada
waktu itu sangat dipengaruhi oleh gaya arsitektur kolonial Belanda. Ada 3 bangunan
bersejarah di sana dan masih berfungsi, meskipun tidak lagi berfungsi sebagai mana
tujuan bangunan itu dibangun. Bangunan-bangunan bersejarah tersebut, adalah: a) Bank
Indonesia (sebelumnya Javasche Bank); b) ex Bioskop "Benteng"; dan c) bangunan
Minahasaraad. Penelitian ini menggunakan pendekatan tipologi, melalui tahapan
penelitian sebagai berikut: (a) pengamatan pada lokasi pengamatan; (b)
mengidentifikasi setiap bangunan berdasarkan gaya arsitektur dan kemudian
menyesuaikan dengan teori yang berkaitan dengan tipologi wajah bangunan; (c)
diklasifikasikan gaya bangunan; dan (d) mengambil kesimpulan. Dari hasil analisis
disimpulkan bahwa ternyata gaya arsitektur transisi adalah gaya arsitektur kolonial
Belanda yang dominan memengaruhi 3 gaya bangunan bersejarah, melalui elemen yang
berbeda, yaitu: 67% elemen denah pada bangunan Bank bangunan Bank Indonesia
(Javasche Bank) dan bangunan ex Bioskop Benteng, dan 67% elemen tampak pada
bangunan Minahasaraad.

Perkotaan Manado merupakan salah satu karesidenan di wilayah pesisir,


yang dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda pada periode pemerintahannya 1700-
1900. Menurut Rutz (1987), terdapat hampir 200 daerah perkotaan, didirikan setelah
1900 pada masuknya masa kolonial (1700-1900), di mana Karesidenan Manado
salah satu kota yang dibangun pada tahun 1824 (Parengkuan, et al 1986). Bangunan
bersejarah adalah bangunan yang memiliki nilai yang signifikan bagi sejarah, ilmu
pengetahuan dan kebudayaan serta dengan memperhatikan event nasional dan
internasional. Memiliki sifat rapuh, unik, langka, terbatas, dan tidak up to date, sehingga
untuk menjaga warisan ancaman pembangunan fisik, baik di perkotaan, pedesaan,
atau yang berada di air, perlindungan yang diperlukan, pengembangan dan
pemanfaatan. Dalam konvensi Granada, warisan arsitektur dibagi menjadi 3 kelompok:
monumen, bangun- an, dan lingkungan regional yang memiliki ornamen dalam hal
sejarah (Pickard 2001; Lalu Mulyadi & Gaguk Sukowiyono 2014).Penelitian ini bertujuan
untuk menentukan seberapa jauh pengaruh gaya arsitektur kolonial Belanda yang
dirumuskan oleh Handinoto pada bangunan bersejarah di kawasan kota tua Manado.

Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia meru- pakan fenomena budaya yang


unik, per- campuran budaya antara penjajah dan budaya Indonesia yang tidak ada
di tempat lain, termasuk negara-negara bekas jajahan lainnya (Sumalyo, 1995).
Keunikan bangunan ini dapat dilihat pada bangunan-bangunan peninggalan kolonial
Belanda, yang menurut hasil identifikasi dan analisis Handinoto (2010), gaya arsitektur
masa itu, dibagi menjadi tiga gaya arsitektur, yaitu:1) Indische Empire Style;2)
gaya "Arsitektur Transisi; dan 3) gaya" Indo-Eropa ".

1
BAB II

PEMBAHASAN

Gaya Arsitektur Indische Empire

Arsitektur Indische Empire adalah gaya yang berkembang di abad ke-19 di


Hindia Belanda. Gaya arsitektur dipopulerkan oleh Gubernur Jenderal HW Daendles
(1808-1811). Ciri-ciri gaya arsitektur Indische Empire, sebagai berikut (Hadinoto, 2010:
149):

a. Lantai berbentuk rencana simetri


b. Di tengah ada ruang tengah, yang terdiri dari kamar tidur utama dan kamar tidur
lain.
c. Kamar Central secara langsung berkaitan dengan teras depan dan belakang
(Voor Galerij dan Achter)
d. Teras biasanya sangat luas dan pada salah satu ujung ada deretan Yunani atau
kolom gaya Romawi (Doric, Ionic, Corinthian).
e. Dapur, kamar mandi/WC, penyimpanan dan area layanan lainnya adalah bagian
yang terpisah dari bangunan utama dan terletak di bagian belakang.
f. Rumah skala besar, biasanya terletak di sebidang tanah dengan taman depan
dan sisi belakang.

Gaya Arsitektur Transisi (1890-1915)

Arsitektur transisi plagiarisme Romatik gaya arsitektur Eropa (Handinoto,2010:125).


Bangun- an gaya arsitektur transisi sebagian besar dirancang oleh inspektur
bangunan yang bekerja ganda pada departemen pengembangan pemerintah Belanda
(Handinoto 2010: 128). Menurut Handinoto (2010: 1414) gaya arsitektur transisi tidak
hanya bangunan ala militer, tetapi juga gaya bangunan umum atau pemerintah lainnya
yang dibangun pada abad ke-19 sampai awal abad ke-20, seperti: bangunan kantor PTT
(Pos, Telegraaf en Telefoon) di Jogyakarta (dirancang pada tahun 1910 dan dibangun
pada tahun 1912); Kantor pos Medan (1909), dan markas "Nillmij" Jakarta (1909).

Gaya Arsitektur Indo-Eropah (1920-1930)

Arsitektur Indo-Eropah diarahkan pada bangun- an yang memiliki bentuk campuran


arsitektur Nusantara dan arsitektur modern disesuaikan iklim, bahan bangunan dan
teknologi yang berkembang pada saat itu (Handinoto 2010:86). Gaya arsitektur Indo-
Eropa yang didirikan oleh arsitek Henri Maclaine Pont, Thomas Karsten, dan Hendrik
Petrus Berlage. Institut Teknologi Bandung adalah bangunan menganut gaya
arsitektur Indo-Eropa.

2
Bangunan bersejarah di Kawasan Kota Lama Manado

Pada kawasan kota tua Manado, terdapat 4 bangunan bersejarah bergaya arsitektur
kolonial Belanda kolonial, dan yang masih ada meskipun pemanfaatannyabangunan tidak
sesuai dengan fungsi awal bangunan direncanakan (Kumurur, et al 2013). Bangunan-
bangunan tersebut adalah: Minahasaraad, Bank Indonesia (ex Javasche Bank), Bangunan
Gereja Santu Ignatius (Kompleks Persekolahan Don Bosco Manado) dan bangunan ex
Bioskop "Benteng".

(Tabel 5).
Tabel 5. Bangunan Tahun Umur (tahun)
Tiga Bersejarah didirikan
Bangunan
Bersejarah
di Kota
Lama
Manado No
1 Bank 1910 105
Indonesia
(Javasche
Bank)
2 Minahasa 1930 85
Raad
3 Ex 1953 62
“Benteng”
Bioskop

Bank Indonesia (ex Javasche Bank)

Gedung Bank Indonesia memiliki dua lantai, di mana lantai pertama terdiri atas
pintu masuk, ruang tamu, kasir, ruang pembukuan, ruang kotak penyimpanan, dan
toilet (Gbr 2). Seluruh ruang di lantai dua digunakan sebagai ruang kantor. Denah
lantai simetri, tidak ada teras, dan menggunakan elemen penahan cahaya berben- tuk
atap datar yang terbuat dari beton. Dari hasil analisis elemen denah bangunan,
menun- jukkan bahwa 67% dipengaruhi oleh gaya arsitektur kolonial modern.

Tampak bangunan aslinya adalah simetri, tapi sekarang bangunan ditutupi


oleh sebuah bangunan tambahan yang memiliki bentuk yang tidak simetris. Di gedung
terlihat asli, kolom yang melekat pada dinding bangunan. Dari analisis variabel
tampak bangunan, diperoleh bahwa bangunan dipengaruhi oleh 33% gaya..

Bata adalah material utama kolom dan dinding bangunan. Penggunaan material kayu,
terutama pada rangka atap, pintu, dan kusen. Pada lantai dua bangunan Javasche Bank
sudah mengguna-kan material beton. Hasil analisis elemen mate-rial bangunan, diperoleh
bahwa Mina-hasaraad dipengaruhi oleh 33% gaya Indische Empire Style dan 33% gaya
Arsitektur Transisi. Menggunakan struktur rangka (kolom dan balok), dan dinding hanya
berfungsi sebagai penutup. Memiliki perisai dan konstruksi atap pelana, dimana bangunan
dua lantai yang menggunakan konstruksi beton (Gbr 3). Hasil analisis elemen konstruksi
bangunan, diperoleh bahwa bangunan dipengaruhi oleh 22% gaya Indische Empire dan
22% gaya Arsitektur Kolonial modern.

3
(Konstruksi Kolom dan Balok pada Bangunan Bank Indonesia)

(Bank Javasche Manado in 1922 (Sumber: Bank Indonesia Manado)

(Penggunaan material kayu pada jendelan dan pintu)

4
Bangunan ex Bioskop Benteng

Denah bangunan bioskop saat ini tidak simetris tetapi lebih bervariasi. Namun, jika
dilihat dalam bentuk awal, titik keseimbangan bangunan ex bioskop Benteng, terletak di sisi
kiri dan kanan gedung. Sejak sekitar tahun 1952 -1954, bangunan itu dibangun kembali dan
mengubah bentuk dengan meletakkan titik keseimbangan di tengah bangunan. Bangunan
dua lantai tanpa teras yang mengelilingi bangu-nan dan menggunakan penahan sinar
matahari meskipun tidak pada semua jendela. Dari analisis elemen denah lantai bangunan,
mem-bangun rencana menunjukkan bahwa ex bioskop “Benteng” dipengaruhi 67% gaya
arsitektur 8rnament modern.

(Bangunan Ex Bioskop “Benteng” Sumber: ANRI Jakarta)

Menggunakan batu bata sebagai pengisi dinding Material kayu hanya digunakan
pada jendela dan pintu. Tidak banyak penggunaan kaca pada jendela-jendela. Hasil
analisis elemen material pada bangunan Bank Indonesia, diperoleh bahwa bangunan
dipengaruhi oleh 33% gaya Indische Empriredan 33% gaya Arsitektur 8rnament modern.
Sistem konstruksi pada bangu-nan ex bioskop “Benteng” menggunakan 8rname kontruksi
kolom dan balok dengan atap beton datar. Dari analisis elemen 8rname konstruksi
menunjukkan bahwa 22% gaya arsitektur transisi (1890-1915).

Bangunan Minahasaraad

Minahasaraad memiliki denah lantai simetris, ada ruang tengah yang dikelilingi oleh
ruang utama. Menggunakan elemen penahan sinar di teras belakang dan jendela tapi tidak
pada seluruh jendela. Beberapa jendela tidak meng-gunakan unsur penahan cahaya
terutama pada jendela dibagian barat bangunan (Gambar.5). Dari analisis elemen denah
lantai, menunjukkan bahwa 50% dipengaruhi gaya arsitektur transisi (1890-1915).
Tampak bangunan simetris dan tidak meng-gunakan kolom, bangunan sederhana tidak
banyak menggunakan 8rnament rumit. Bang-unan Minahasaraad dibangun pada tahun
1930 (masuk pada abad ke-19). Menurut Soekiman (2014), abad ke-19 yang dikenal
sebagai periode eklektik, yaitu suatu periode, di mana gaya hidup menerapkan perspektif
praktis. Ketika itu, orang lebih peduli dengan fungsi dan bekerja tidak lagi menyajikan
keindahan tapi kegunaan karya. Demikian pula bangunan Minahasaraad, banguna yang
sangat sederhana namun masih ada 8rnament yang digunakan yaitu fasad (gevel).

5
(Bangunan Minahasaraad (Sumber: ANRI)

(Penggunaan Menara pada Bangunan ex Bioskop Benteng)

Terlihat keseluruhan bangunan Minahasaraad adalah desain yang bersih, yang


berarti tidak banyak menggunakan banyak ornamen. Dari analisis elemen tampak
bangunan, menunjukkan bahwa 67% dipengaruhi oleh gaya arsitektur transisi (1890-1915).
Bata merupakan bahan penting dalam membangun Minahasaraad, terutama dinding.
Sementara rangka atap, pintu kusen meng-gunakan dominan dari bahan kayu. Peng-
gunaan kaca masih sangat terbatas, hanya digunakan pada jendela-jendela. Dari analisis
elemen bahan bangunan pada, diperoleh bahwa bangunan Minahasaraad dipe-ngaruhi dua
gaya arsitektur kolonial dengan persentase yang sama, yaitu: 33% gaya Indische Emprire
dan 33% gaya arsitektur transisi. Sistem konstruksi pada sistem bangunan Minahasaraad
menggunakan struktur dinding penyangga. Atap pelana didominasi oleh atap sirap dan
kombinasi dengan gevel jenis Tuitgevel. Gevel/fasad terbuat dari batu, dan terdiri atas lima
model, yaitu: tuitgevel, trapgevel, halsgevel, verhoogde halsgevel dan klokgevel. Bangunan
Minahasaraad mengguna-kan Tuitgevel, model gevel dari bentuk segitiga dengan ujung kiri
dan kanan fasad ada ornamen. Dari analisis elemen sistem konstruksi, menunjukkan
bahwa 22% gaya arsitektur transisi.

6
Bangunan Gereja Santu Ignatius (Kompleks Persekolahan Don Bosco Manado)
Denah
Denah Gereja Santu Ignatius terdiri atas altar, ruang duduk jemaat, ruang
pengakuan dosa dan bentuknya simetris penuh. Tidak ada teras yang mengelilinginya,
namun pada pintu masuk menggunakan elemen penahan sinar atau kanopi.
Tampak
Tower sebagai massa independen dengan struktur yang berdiri sendiri maupun
menjadi satu dengan bangunan sebagai aksen bangunan. Tower ini dapat merupakan
massa massif tetapi juga dapat bersifat transparan sebagai konsekwensi fungsi
ruang yang berubah. Bentuk bangunan yang sesuai fungsinya, di mana terdapat
jendela yang hanya untuk memasukkan cahaya alami di dalam ruang gereja .
Terdapat lubang-lubang jendela yang berbentuk jendela untuk memasukkan sinar
alami.
Pemakaian Bahan Bangunan
Bangunan memakai batu bata sebagai bahan konstruksi utama baik kolom
maupun tembok, serta menggunakan bahan kayu terutama pada kuda-kuda, kosen
maupun dan pintu. Menggunakan bahan batu alam pada dinding luar, yang
berfungsi untuk melindungi dinding dari pengaruh sinar matahari dan hujan.
Pemakaian kaca masih sangat terbatas, dan hanya digunakan pada pintu dan jendela
dalam ukuran yang tidak lebar. Kaca-kaca hanya digunakan pada jendela yang
sekaligus berfungsi sebagai pencahayaan alami. Bahan kayu digunakan pada kosen
jendela maupun pintu, serta kuda- kuda.
Sistem Konstruksi
Menggunakan konstruksi beton dengan sistem rangka, di mana dinding
bangunan berfungsi sebagai dinding penutup. Atap didominasi bentuk atap
pelana dengan penutup atap sirap. Ada bagian bangunan menggunakan konstruksi
beton, menggunakan atap datar dari bahan beton, yang belum pernah ada, di
mana atap datar tersebut menjadi hiasan tambahan pada bangunan. Atap tersebut
berfungsi sebagai balkon pada gereja Ignasius .

(Konstruksi Kolom dan Balok pada Bangunan Bank Indonesia)

7
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Dari gaya arsitektur transisi dapat disimpulkan bahwa gaya arsitektur kolonial Belanda
yang dominan memengaruhi 3 gaya bangunan bersejarah, melalui elemen yang berbeda,
dan mendekati tipologi gaya Arsitektur Peralihan.

Saran

Dan diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun penyusun
dapat mengetahui tentang sejarah arsitektur nusantara mengenai bangunan colonial di
Kota Manado, supaya dapat di terapkan untuk ilmu pengetahuan khususnya arsitektur.

8
DAFTAR PUSTAKA

Antariksa. 2010. Tipologi Wajah Bangunan dan Riasan dalam


Arsitektur Kolonial Belanda.http://antariksaarticle.blogspot.com/2010/05/tipologi-
wajah-bangunan-dan-riasan.html (diakses pada tanggal 04 maret 2019)
Hadinoto. 2010. Arsitektur dan Kota-kota di Jawa pada Masa Kolonial.
GrahaIlmu. Yogyakarta Kumurur, V.dkk. 2013. Konservasi Bangunan dan Kawasan
Bersejarah Di Kota Lama

Imam Santoso & Beni G. Wulandanu. Studi Pengamatan Tipologi


Bangunan pada Kawasan Kauman Kota Malang. Local Wisdom – Jurnal Ilmiah Online, ISSN:
2086-3764. Volume: III, Nomor: 2, Halaman: 10 - 26 , Juli 2011

https://www.researchgate.net/publication/316668731_GAYA_BANGUNAN_ARSITEKT
UR_KOLONIAL_PADA_BANGUNAN_UMUM_BERSEJARAH_DI_KOTA_MANADO

https://temuilmiah.iplbi.or.id/wp-content/uploads/2015/11/TI2015-E-167-172-
Pengaruh-Gaya-Arsitektur-Kolonial-Belanda-pada-bangunan-bersejarah.pdf

Anda mungkin juga menyukai