I. PENDAHULUAN
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek, dinyatakan bahwa pelayanan kefarmasian pada
saat ini telah mengacu pada pelayanan yang semula hanya berfokus kepada
pengolahan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif (produk
oriented ke pasien oriented) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien. Sebagai konsekuensi perubahan tersebut diperlukan sarana dan prasarana
Apotek. Apotek wajib menyediakan obat-obatan dan perbekalan farmasi serta
seorang Apoteker sebagai penanggung jawab apotek yang memiliki peran besar
dalam menjalankan fungsi apotek berdasarkan nilai bisnis maupun fungsi sosial,
terutama perannya dalam mengupayakan kesehatan dan sebagai penyalur
perbekalan farmasi kepada masyarakat. Apoteker harus mampu memberikan
informasi, konsultasi, dan evaluasi mengenai obat yang dibutuhkan oleh
masyarakat sehingga tujuan pembangunan kesehatan dapat terwujud.
Adanya peran yang harus dijalankan secara bersamaan dalam pelayanannya oleh
seorang apoteker membuat calon-calon apoteker perlu dilatih agar dapat
melakukan peran tersebut dengan tepat. Kesiapan institusi pendidikan dalam
menyediakan sumber daya manusia melahirkan apoteker masa depan yang
profesional dan berwawasan serta keterampilan yang cukup. Melalui Praktek
Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma 43 Bandung ini, diharapkan dapat
menghasilkan seorang apoteker yang handal dan profesional dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawab sebagai Apoteker Penanggung Jawab Apotek (APA).
2.2 Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
1. Perencanaan
Apotek Kimia Farma 43 melakukan perencanaan berdasarkan:
a. Metode konsumsi : melihat history penjualan tiga bulan sebelumnya,
menggunakan analisis pareto, yaitu :
Pareto A : 20 % dari jumlah jenis barang, bernilai 80% dari nilai persediaan
Pareto B : 30% dari jumlah jenis barang, bernilai 15% dari nilai persediaan
Pareto C : 50% dari jumlah jenis barang, bernilai 5% dari nilai persediaan
b. Pola penyakit (penyakit musiman)
c. Budaya (musim liburan, naik haji)
2. Pengadaan
dua jenis pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
di Apotek Kimia Farma 43, antara lain:
A. Sistem Minmax
Di apotek kimia farma, pengadaan dilakukan dengan cara:
1. Hari senin:
a) Bagian pengadaan akan memproses kebutuhan sediaan farmasi, alat kesehatan
dan bahan medis habis pakai setiap Apotek Pelayanan (APP) dengan
menggunakan program minmax
b) Output minmax ada 2:
1) Surat pemberitahuan pesanan yang akan di emailkan langsung ke
distributor
2) Surat pesanan yang diemailkan ke APP untuk di cetak dan di tandatangani
oleh Pharmacy Manager(PhM)/Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang
akan diambil oleh distributor pada saat sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai diantar. Surat Pesanan (SP) diberi nomor pada saat
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai diantar.
Nomor SP ini bisa diperlukan oleh petugas entry faktur.
c) PhM/APA segera menganalisa hasil perhitungan minmax, keperluan
tambahan akan diakomodir lewat BPBA tambahan.
2. Hari Selasa:
a) Bagian pengadaan sudah memastikan semua SP sudah diterima dan diproses
oleh distributor (pending atau tidak pending)
b) SP dari hasil perhitungan minmax sudah dianalisa di APP
c) APP membuat BPBA tambahan (semua sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai dalam satu BPBA) untuk memenuhi kekurangan
kebutuhan obat / sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
dikarenakan:
1) Bila jumlahnya kurang dari kebutuhan
2) Bila itemnya belum ada di SP hasil perhitungan minmax
3) Obat / sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai cito
(janji/hutang)
d) BPBA tambahan sudah divalidasi paling lambat sebelum tutup shift
malam/terakhir.
3. Hari rabu :
a) Bagian pengadaan akan mengolah BPBA tambahan semua APP menjadi SP
b) SP tersebut dikirimkan ke distributor dan kesetiap APP untuk dicetak dan
ditandatangani oleh APA
c) Bagian pengadaan sudah memastikan semua SP sudah diterima dan diproses
distributor (pending atau tidak pending).
B. Pengadaan non rutin
1. Dropping
Dropping antar apotek yaitu pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai antara sesama apotek kimia farma, bila sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang diminta pasien tidak
ada, apotek kimia farma dapat memesan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai tersebut ke apotek kimia farma terdekat.
2. Mendesak
Pembelian mendesak yaitu pengadaan yang dilakukan ketika dropping tidak
bisa dilakukan karena obat tidak tersedia diseluruh apotek kimia farma, oleh
karena itu apotek membeli sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai tersebut ke apotek lain selain apotek kimia farma.
3. Cito
Pengadaan cito merupakan pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai melalui BM untuk dipesankan ke Pedagang Besar
Farmasi (PBF) dan diantarkan secepat mungkin karena sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai tersebut sangat dibutuhkan pasien atau
ditunggu oleh pasien.
4. Konsinyasi
Konsinyasi merupakan suatu bentuk kerjasama antara apotek kimia farma
dengan suatu perusahaan atau distributor yang ingin menitipkan produkdi
apotek.
Pemesanan obat narkotika dan psikotropikamenggunakan surat pesanan khusus
yang ditandatangani oleh APA. Surat pesanan narkotika menggunakan SP model
N.9 rangkap 4 yang 3 (tiga) lembar untuk PBF Kimia Farma, dan 1 (satu) untuk
arsip apotekdan surat pesanan psikotropika menggunakan SP model khusus
rangkap 2 (dua).SP model N.9 untuk obat golongan narkotika hanya berlaku
untuk pemesanan satu jenis obat narkotika saja, sedangkan SP khusus untuk obat
psikotropika dapat digunakan untuk pemesanan beberapa jenis obat. Pemesanan
obat golongan narkotika hanya dilakukan ke distributor Kimia Farma yang
bertindak sebagai distributor tunggal.
3. Penerimaan
Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang telah dipesan
akan dikirim ke apotek kimia farma disertai faktur dan diterima oleh tenaga teknis
kefarmasian/apoteker. Tenaga teknis kefarmasian/apoteker kemudian melakukan
pengecekan kesesuaian terhadap faktur beserta sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai yang diterima dengan surat pesanan. Pengecekan
dilakukan terhadap alamat penerima, kondisi fisik, kesesuaian nama, jumlah,
tanggal kadaluarsasediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis hapis pakai.
Jika sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai telah sesuai
maka faktur diberi tanda terima berupa stempel apotek dan ditandatangani oleh
petugas penerima (tanggal, bulan, tahun dan nama jelas) serta diberi nomor urut
penerimaan.
4. Penyimpanan
Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang telah diterima
kemudian disimpan dalam rak-rak obat yang tersedia secara alfabetis dan
menuliskan tanggal pemasukan, nomor urut penerimaan/faktur dan jumlah,
tanggal kadaluarsa pada kartu stok.Jika jumlah obat yang diterima cukup banyak
dan tidak seluruhnya dapat disimpan dalam rak-rak obat, maka sisa obat tersebut
disimpan dalam lemari buffer stok.Penyimpanan di apotek kimia farma 43
disusun berdasarkan suhu penyimpanan, jenis/bentuk sediaan, farmakologi, FIFO
(First In First Out) sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
yang pertama kali datang adalah sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
hapis pakai yang harus pertama keluar, dan FEFO (First Expired First Out)
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang pertama
mendekati waktu kadaluarsa yang harus pertama keluar dan alfabetis.
Obat narkotika dan psikotropika disimpan pada lemari khusus terpisah dengan
obat lainnya yang terbuat dari bahan yang kuat, tidak mudah dipindahkan dan
mempunyai dua buah kunci yang berbeda serta diletakkan ditempat yang aman
dan tidak terlihat oleh umum.
5. Penarikan dan Pemusnahan
A. Penarikan
Penarikan sediaan farmasi untuk obat yang tidak memenuhi standard/ketentuan
peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan
perintah penarikan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (mandatory recall)
atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan
tetap memberikan laporan kepada Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Penarikan alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dilakukan terhadap produk
yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.
B. Pemusnahan terhadap obat kadaluarsa atau rusak :
a. Narkotika atau psikotropika : dilaksanakan oleh apoteker dan disaksikan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Dalam melakukan pemusnahan terdiri dari beberapa tahapan yaitu:
1. Pembuatan berita acara
2. Mengirimkan berita acara pemusnahan yang ditujukan kepada :
a) Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan
b) Dinas Kesehatan Dati II/Kodya/Propinsi dan Arsip
b. Non narkotika atau psikotropika : dilaksanakan oleh apoteker dan disaksikan
tenaga kefarmasian lain.Pemusnahan dilakukan untuk obat-obat yang telah
melewati tanggal kadaluarsa atau obat yang telah rusak. Obat tersebut
dikumpulkan di unit BM untuk selanjutnya dimusnahkan.Pemusnahan ini
dilakukan dengan membuat berita acara dan diwakili oleh masing-masing
utusan dari setiap apotek yang melakukan pemusanahan.
6. Pengendalian
Pengendalian sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di
Apotek Kimia Farma 43 dilakukan dengan beberapa cara diantaranya :
a. Pencatatan kartu stok
b. Penandaan tanggal expired date sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai dilakukan dengan menggunakan label warna yang
menunjukkan tahun expired date.
c. Sistem pengeluaran sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai dengan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First
Out).
d. Uji petik
e. Stock opname
7. Pencatatan dan pelaporan
Kegiatan pencatatan dan pelaporan yang dilakukan meliputi :
1. Pencatatan rekap resep
2. Pencatatan kartu stok
3. Pencatatan defekta dan surat pesanan (SP)
4. Laporan administrasi keuangan
a. Bukti setoran kas apotek
Berisi jumlah penerimaan uang yang berasal dari penjualan obat dengan
resep dokter dan tanpa resep dokter, penjualan alat kesehatan dan dari
bagian swalayan.Juga jumlah uang yang dikeluarkan untuk kepentingan
operasional.Hasil penjualan dikurangi pengeluaran adalah jumlah uang
yang disetorkan ke bagian administrasi keuangan untuk dimasukkan ke
bank yang ditunjuk, disertai dengan buku setoran kasir apotek.Penyetoran
uang dilakukan pada saat pergantian waktu kerja.
b. Laporan ikhtisar penjualan harian (LIPH)
Laporan ikhtisar penjualan harian merupakan laporan harian yang terdiri
dari kumpulan bukti setoran kas apotek dalam satu hari.
c. Laporan pengeluaran penggunaan operasional sehari-hari atau rutin,
seperti pembelian alat tulis kantor, fotokopi, bayar parkir, jasa pengiriman
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai.
Apotek yang melakukan produksi, penyaluran, atau penyerahan narkotika,
psikotropika, dan prekursor farmasi wajib membuat pencatatan mengenai
pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi.
Pencatatan terdiri dari:
a. Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan sediaan narkotika, psikotropika, dan
prekursor farmasi dan jumlah persediaan
b. Tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan dan jumlah yang diterima
c. Tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyaluran/penyerahan dan jumlah yang
disalurkan/diserahkan
d. Nomor batch dan kadaluarsa setiap penerimaan atau penyaluran/penyerahan
e. Paraf atau identitas petugas yang ditunjuk.
Pelaporan narkotik dan psikotropika dilakukan setiap bulannya sebelum tanggal
10 (sepuluh)dan ditujukan ke Dinas Kesehatan Kota Bandung, tembusan Kepala
Dinas Kesehatan Pronvinsi Jawa Barat, Kepala Balai Besar POM Bandung dan
Penanggung jawab narkotika PT. Kimia Farma (Persero) Tbk pusat, pelaporan
penggunaan narkotika dan psikotropika memakai program Sistem Pelaporan
Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP).
III. PEMBAHASAN
Menurut Permenkes No. 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Apotek yang meliputi pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan farmasi
klinik. Apotek Kimia Farma 43 Buah Batu dalam melakukan pelayanan
kefarmasian telah sesuai dengan peraturan.
5.1 PENDAHULUAN
Pelayanan kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya berfokus
kepada pengelolaan obat (drug oriented) berkembang menjadi pelayanan
komprehensif meliputi pengelolaan obat dan juga pelayanan farmasi klinik.
Perluasan paradigma ini menuntut apoteker untuk bermitra dan berinteraksi
dengan profesi kesehatan lainnya dalam memberikan pelayanan dengan tujuan
akhir untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (patient oriented)
Keterlibatan dalam proses terapi merupakan fungsi klinik apoteker yang paling
penting, untuk memenuhi permintaan dan tanggung jawab pemantauan terapi obat
secara berhasil apoteker perlu mengembangkan keterampilan kliniknya.
Pemantauan terapi obat adalah proses yang memastikan bahwa seorang pasien
diobati dengan terapi yang paling tepat, efektif dan memaksimalkan efikasi serta
meminimalkan efek samping obat.Dalam proses mengadakan terapi obat yang
tepat seorang pasien harus tepat didisgnosis, berikutnya obat yang paling tepat
untuk kondisinya di seleksi dan dikonsumsikan dan respon pasien terhadap obat
tersebut yang kemudian dipantau, apakah terdapat efek samping atau efek lain
yang merugikan pasien
5.2 PASIEN MEDICAL RECORD (PMR)
Konsumen / Pasien
R/ Tunai Tidak
Dilayani
Pemeriksaan kelengkapan
Obat tidak ada R/ (Skrining resep)
diapotik KF yang
lain atau apotik
swasta yang lain R/ Lengkap R/ Tidak lengkap
dan pasien tidak Konfirmasi
mau di subtitusi ke dokter
dengan obat yang Pemeriksaan ketersediaan
lain dan tidak obat
mau diantar
kerumahnya.
Obat tidak tersedia / Obat tersedia
Tidak lengkap
R/ Tunai
Dropping antar
Apotek KF Penginformasian Harga
Beli mendesak
ke apotek lain
Pesan cito ke Pembayaran dan pemberian
PBF struk kepada pasien
Substitusi
Penyiapan atau Peracikan Obat
Arsip
5.4 PENGKAJIAN RESEP
A. RESEP 1 (satu)
1. Resep
2. Pengkajian resep
a. Kajian administrasi
Nama dokter Ada
SIP Ada
Alamat dan no.telepon Ada
Paraf Tidak Ada
Nama pasien Ada
Umur Ada
Jenis kelamin Ada
BB Tidak Ada
Tanggal resep ditulis
03/11/2017
b. Kesesuaian farmaseutika
c. Pengkajian klinis
Nama Pasien : KS
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur :-
Alamat : Batu Nunggal Mulya
No. Telepon : 022 xxxxxxx
No Tanggal Catatan Pengobatan Nama Obat, Dosis, Cara Identifikasi Masalah Rekomendasi/
Pasien Pemberian terkait Obat Tindak Lanjut
1 03/11/2017 Riwayat penyakit: R/ Amlodipine 10 mg no.XXX - Captopril vs metformin Monitoring
Diabetes mellitus S 1 dd 1 dimana captopril Gula Darah
hipertensi R/ Captopril 25 mg noLX meningkatkan toksisitas dari
S 2 dd 1 metformin sehingga resiko
R/ Metformin 500 mg no.XC hipoglikemia dan laktat
Riwayat penggunaan S 3 dd 1 asidosis
obat: - Amlodipine vs metformin
amlodipine dimana amlodipine akan
captopril menurunkan efek dari
metformin metformin monitoring gula
darah
Riwayat alergi
Tidak ada
4. PEMBERIAN INFORMASI OBAT
3. Pertanyaan
Uraian permohonan
Bagaimana seharus nya mengkonsumsi obat dengan benar, apakah bisa dimunum
sekaligus semuanya?
Jenis permohonan
Identifikasi obat Dosis
Antiseptik Interkasi obat
Stabilitas Farmakokinetik/Farmakodinamik
Kontraindikasi Keracunan
Ketersediaan obat Penggunaan Terapetik
Harga obat Cara pemakaian
ESO Lain-lain: ………………………..
4. Jawaban
o Penggunaan Obat Amlodipin sebagai antihipertensi sehari 1 x 1 diminum
sebelum makan pagi karena amlodipine diabsorpsi dengan baik pada keadaan
lambung kosong.
o Captopril sebagai antihipertensi sehari 2 x 1, diminum setelah makan
o Metformin sebagai anti diabetes, sehari 3 x 1 dminum setelah makan
5. Referensi
Medscape.com
6. Penyampaian Jawaban : Segera dalam 24 jam, > 24 jam
Apoteker yang menjawab: an. WAHID HASYIM ASY ARI
Tgl: 28 / 11 /2017 Waktu: 10.00 WIB
Metode Jawaban: pertelp
B. RESEP 2 (dua)
1. Resep
2. Pengkajian Resep
a. Kajian Administrasi
Nama dokter Ada
SIP Ada
Alamat dan no.telepon Ada
Paraf Tidak Ada
Nama pasien Ada
Umur Tidak Ada
Jenis kelamin Ada
BB Tidak Ada
Tanggal resep ditulis 28/10/2017
b. Kajian Farmasetika
Bentuk
Nama obat Kekuatan Stabilitas
sediaan
Co-Aprovel Tablet 150/12,5 mg Disimpan pada suhu kamar 15-30 0C
c. Pertimbangan Klinis
Nama Pasien : ET
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur :-
Alamat : Batu Indah
No. Telepon : 753 xxx
No Tanggal Catatan Pengobatan Nama Obat, Dosis, Cara Identifikasi Masalah Rekomendasi/
Pasien Pemberian terkait Obat Tindak Lanjut
1 28/10/2017 Riwayat penyakit: R/Co-Aprovel 150 no XXX - Hydrochlorthiazid vs Monitoring
S 1 dd 1 minggu
hiperkolesterol etoricoxib dimana kombinasi tekanan darah
R/ Trolip 300 no XXX
hipertensi S 1 dd 1 keduanya akan meningkatkan da status
R/Arcoxia 50 no XXX
efek etoricoxib dan nyeri pasien.
S 1 dd 1
R/Forneuro no XXX menurunkan efek
S 1 dd 1(Vitamin)
Hydrochlorthiazid sehingga
perlu dilakukan monitoring
Riwayat penggunaan tekanan darah
obat: - HCT dapat menimbulkan
Co. Aprovel 150 mg menimbunan asam urat
Trolip 300 sehingga dapat menyebabkan
Arcoxia nyeri sendi.
Riwayat alergi
Tidak ada
4. PEMBERIAN INFORMASI OBAT
3. Pertanyaan
Uraian permohonan
Jika tekanan darah saya sudah normal apakah saya bisa menghentikan
pengobatan yang saya jalani?
Jenis permohonan
Identifikasi obat Dosis
Antiseptik Interkasi obat
Stabilitas Farmakokinetik/Farmakodinamik
Kontraindikasi Keracunan
Ketersediaan obat Penggunaan Terapetik
Harga obat Cara pemakaian
ESO Lain-lain: ………………………..
6. Jawaban
o Penghentian pengobatan pada pasien hipertensi dapat dilakukan dengan
pengurangan dosis secara bertahap, dan atas persetujuan dari dokter dengan
pemeriksaan rutin setiap bulan dan mengubah gaya hidup dengan pola gaya
hidup sehat DASH yaitu mengkonsumsi makanan yang rendah natrium, tidak
merokok dan minum minuman keras, makan buah yang cukup dan olah raga
secara teratur minimal 30 menit per hari.
7. Referensi
JNC-8
6. Penyampaian Jawaban : Segera dalam 24 jam, > 24 jam
Apoteker yang menjawab: an. WAHID HASYIM ASY ARI
Tgl: 28 / 11 /2017 Waktu: 11.00 WIB
Metode Jawaban: pertelp
5.5 PEMBAHASAN
Pelayanan kefarmasian di rumah oleh apoteker adalah pendampingan pasien oleh
apoteker dalam pelayanan kefarmasian di rumah dengan persetujuan pasien atau
keluarganya. Pelayanan kefarmasian di rumah terutama untuk pasien yang tidak
atau belum dapat menggunakan obat dan atau alat kesehatan secara mandiri, yaitu
pasien yang memiliki kemungkinan mendapatkan risiko masalah terkait obat
misalnya komorbiditas, lanjut usia, lingkungan sosial, karateristik obat,
kompleksitas pengobatan, kompleksitas penggunaan obat, kebingungan atau
kurangnya pengetahuan dan keterampilan tentang bagaimana menggunakan obat
dan atau alat kesehatan agar tercapai efek yang terbaik
Pada bulan November tahun 2017 diapotek kimia farma 43 jalan buah batu
bandung, didapat 2 (dua) pasien yang masuk kriteria untuk dilakukan home
pharmacy care, namun pasien hanya bersedia dilakukan pemantauan terapi obat
dengan cara wawancara melalui telepon, dan tidak bersedia untuk dilakukan
kunjungan ke rumah, oleh karena itu dilakukan wawancara secara telepharma
untuk mendapatkan informasi riwayat penggunaan obat pasien sesuai dengan
formulir monitoring penggunaan obat pasien (terlampir).
Pemantauan terapi obat pasien dengan cara home pharmacy care harus mendapat
persetujuan dari pasien jika ingin berkunjung ke rumah pasien, namun untuk
meningkatkan pelayanan kefarmasian kegiatan ini harus dilakukan, dan jika
pasien tidak bersedia untuk dikunjungi, petugas dapat meminta izin kepada pasien
untuk melakukan wawancara penggunaan obat pasien di rumah berdasarkan form
yang sudah disediakan (form pemantauan terapi obat dan pemberian informasi
obat) dan mendokumentasikan kegiatan dalam bentuk paper agar dapat digunakan
untuk pedoman pengobatan pasien selanjutnya.