Anda di halaman 1dari 27

RESUME

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI APOTEK KIMIA FARMA 43 BUAH BATU BANDUNG
NOVEMBER 2017

I. PENDAHULUAN
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek, dinyatakan bahwa pelayanan kefarmasian pada
saat ini telah mengacu pada pelayanan yang semula hanya berfokus kepada
pengolahan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif (produk
oriented ke pasien oriented) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien. Sebagai konsekuensi perubahan tersebut diperlukan sarana dan prasarana
Apotek. Apotek wajib menyediakan obat-obatan dan perbekalan farmasi serta
seorang Apoteker sebagai penanggung jawab apotek yang memiliki peran besar
dalam menjalankan fungsi apotek berdasarkan nilai bisnis maupun fungsi sosial,
terutama perannya dalam mengupayakan kesehatan dan sebagai penyalur
perbekalan farmasi kepada masyarakat. Apoteker harus mampu memberikan
informasi, konsultasi, dan evaluasi mengenai obat yang dibutuhkan oleh
masyarakat sehingga tujuan pembangunan kesehatan dapat terwujud.
Adanya peran yang harus dijalankan secara bersamaan dalam pelayanannya oleh
seorang apoteker membuat calon-calon apoteker perlu dilatih agar dapat
melakukan peran tersebut dengan tepat. Kesiapan institusi pendidikan dalam
menyediakan sumber daya manusia melahirkan apoteker masa depan yang
profesional dan berwawasan serta keterampilan yang cukup. Melalui Praktek
Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma 43 Bandung ini, diharapkan dapat
menghasilkan seorang apoteker yang handal dan profesional dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawab sebagai Apoteker Penanggung Jawab Apotek (APA).

II. TINJAUAN PUSTAKA KHUSUS


2.1 Gambaran Umum Apotek Kimia Farma 43 Buah Batu Bandung
Apotek Kimia Farma 43 merupakan apotek kelas I dengan jam pelayanan 24 jam.
dipimpin oleh Pharmacy Manager (PhM) yang berperan sebagai Apoteker
Pengelola Apotek (APA) dan didampingi oleh 3 orang Apoteker Pendamping
(Aping) yang berperan dalam PIO (Pelayanan Informasi Obat), 8 orang Asisten
Apoteker (TTK), dan 2 orang karyawan non farmasi, 2 orang Office Boy (OB),
dan satpam, terletak di jalanBuah Batu No. 259 Bandung, Bangunan apotek
terdiri dari dua lantai yang dilengkapi dengan pendingin ruangan.Lantai dasar
terdiri dariruang Apoteker Penanggungjawab, swalayan farmasi yang terdiri dari
tempat penjualan obat bebas (OTC) dan alat kesehatan, tempat obat ethical.
Terdapat pula tempat operator dan kasir penjualan, ruang peracikan, ruang
tunggu, tempat penyerahan obat, gudang obat, gudang arsip, ruang loker pegawai,
ruang praktek dokter umum, dokter kulit, dokter penyakit dalam, dokter spesialis
anak, gudang dan kamar mandi. Sedangkan di lantai dua terdiri dari ruang
Laboratorium, Optik, kamar mandi dan mushola.Ruangan yang berada di apotek
juga dilengkapi dengan pendingin udara dan penerangan yang baik.

2.2 Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
1. Perencanaan
Apotek Kimia Farma 43 melakukan perencanaan berdasarkan:
a. Metode konsumsi : melihat history penjualan tiga bulan sebelumnya,
menggunakan analisis pareto, yaitu :
Pareto A : 20 % dari jumlah jenis barang, bernilai 80% dari nilai persediaan
Pareto B : 30% dari jumlah jenis barang, bernilai 15% dari nilai persediaan
Pareto C : 50% dari jumlah jenis barang, bernilai 5% dari nilai persediaan
b. Pola penyakit (penyakit musiman)
c. Budaya (musim liburan, naik haji)
2. Pengadaan
dua jenis pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
di Apotek Kimia Farma 43, antara lain:
A. Sistem Minmax
Di apotek kimia farma, pengadaan dilakukan dengan cara:
1. Hari senin:
a) Bagian pengadaan akan memproses kebutuhan sediaan farmasi, alat kesehatan
dan bahan medis habis pakai setiap Apotek Pelayanan (APP) dengan
menggunakan program minmax
b) Output minmax ada 2:
1) Surat pemberitahuan pesanan yang akan di emailkan langsung ke
distributor
2) Surat pesanan yang diemailkan ke APP untuk di cetak dan di tandatangani
oleh Pharmacy Manager(PhM)/Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang
akan diambil oleh distributor pada saat sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai diantar. Surat Pesanan (SP) diberi nomor pada saat
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai diantar.
Nomor SP ini bisa diperlukan oleh petugas entry faktur.
c) PhM/APA segera menganalisa hasil perhitungan minmax, keperluan
tambahan akan diakomodir lewat BPBA tambahan.
2. Hari Selasa:
a) Bagian pengadaan sudah memastikan semua SP sudah diterima dan diproses
oleh distributor (pending atau tidak pending)
b) SP dari hasil perhitungan minmax sudah dianalisa di APP
c) APP membuat BPBA tambahan (semua sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai dalam satu BPBA) untuk memenuhi kekurangan
kebutuhan obat / sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
dikarenakan:
1) Bila jumlahnya kurang dari kebutuhan
2) Bila itemnya belum ada di SP hasil perhitungan minmax
3) Obat / sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai cito
(janji/hutang)
d) BPBA tambahan sudah divalidasi paling lambat sebelum tutup shift
malam/terakhir.
3. Hari rabu :
a) Bagian pengadaan akan mengolah BPBA tambahan semua APP menjadi SP
b) SP tersebut dikirimkan ke distributor dan kesetiap APP untuk dicetak dan
ditandatangani oleh APA
c) Bagian pengadaan sudah memastikan semua SP sudah diterima dan diproses
distributor (pending atau tidak pending).
B. Pengadaan non rutin
1. Dropping
Dropping antar apotek yaitu pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai antara sesama apotek kimia farma, bila sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang diminta pasien tidak
ada, apotek kimia farma dapat memesan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai tersebut ke apotek kimia farma terdekat.
2. Mendesak
Pembelian mendesak yaitu pengadaan yang dilakukan ketika dropping tidak
bisa dilakukan karena obat tidak tersedia diseluruh apotek kimia farma, oleh
karena itu apotek membeli sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai tersebut ke apotek lain selain apotek kimia farma.
3. Cito
Pengadaan cito merupakan pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai melalui BM untuk dipesankan ke Pedagang Besar
Farmasi (PBF) dan diantarkan secepat mungkin karena sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai tersebut sangat dibutuhkan pasien atau
ditunggu oleh pasien.
4. Konsinyasi
Konsinyasi merupakan suatu bentuk kerjasama antara apotek kimia farma
dengan suatu perusahaan atau distributor yang ingin menitipkan produkdi
apotek.
Pemesanan obat narkotika dan psikotropikamenggunakan surat pesanan khusus
yang ditandatangani oleh APA. Surat pesanan narkotika menggunakan SP model
N.9 rangkap 4 yang 3 (tiga) lembar untuk PBF Kimia Farma, dan 1 (satu) untuk
arsip apotekdan surat pesanan psikotropika menggunakan SP model khusus
rangkap 2 (dua).SP model N.9 untuk obat golongan narkotika hanya berlaku
untuk pemesanan satu jenis obat narkotika saja, sedangkan SP khusus untuk obat
psikotropika dapat digunakan untuk pemesanan beberapa jenis obat. Pemesanan
obat golongan narkotika hanya dilakukan ke distributor Kimia Farma yang
bertindak sebagai distributor tunggal.
3. Penerimaan
Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang telah dipesan
akan dikirim ke apotek kimia farma disertai faktur dan diterima oleh tenaga teknis
kefarmasian/apoteker. Tenaga teknis kefarmasian/apoteker kemudian melakukan
pengecekan kesesuaian terhadap faktur beserta sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai yang diterima dengan surat pesanan. Pengecekan
dilakukan terhadap alamat penerima, kondisi fisik, kesesuaian nama, jumlah,
tanggal kadaluarsasediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis hapis pakai.
Jika sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai telah sesuai
maka faktur diberi tanda terima berupa stempel apotek dan ditandatangani oleh
petugas penerima (tanggal, bulan, tahun dan nama jelas) serta diberi nomor urut
penerimaan.
4. Penyimpanan
Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang telah diterima
kemudian disimpan dalam rak-rak obat yang tersedia secara alfabetis dan
menuliskan tanggal pemasukan, nomor urut penerimaan/faktur dan jumlah,
tanggal kadaluarsa pada kartu stok.Jika jumlah obat yang diterima cukup banyak
dan tidak seluruhnya dapat disimpan dalam rak-rak obat, maka sisa obat tersebut
disimpan dalam lemari buffer stok.Penyimpanan di apotek kimia farma 43
disusun berdasarkan suhu penyimpanan, jenis/bentuk sediaan, farmakologi, FIFO
(First In First Out) sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
yang pertama kali datang adalah sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
hapis pakai yang harus pertama keluar, dan FEFO (First Expired First Out)
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang pertama
mendekati waktu kadaluarsa yang harus pertama keluar dan alfabetis.
Obat narkotika dan psikotropika disimpan pada lemari khusus terpisah dengan
obat lainnya yang terbuat dari bahan yang kuat, tidak mudah dipindahkan dan
mempunyai dua buah kunci yang berbeda serta diletakkan ditempat yang aman
dan tidak terlihat oleh umum.
5. Penarikan dan Pemusnahan
A. Penarikan
Penarikan sediaan farmasi untuk obat yang tidak memenuhi standard/ketentuan
peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan
perintah penarikan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (mandatory recall)
atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan
tetap memberikan laporan kepada Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Penarikan alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dilakukan terhadap produk
yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.
B. Pemusnahan terhadap obat kadaluarsa atau rusak :
a. Narkotika atau psikotropika : dilaksanakan oleh apoteker dan disaksikan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Dalam melakukan pemusnahan terdiri dari beberapa tahapan yaitu:
1. Pembuatan berita acara
2. Mengirimkan berita acara pemusnahan yang ditujukan kepada :
a) Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan
b) Dinas Kesehatan Dati II/Kodya/Propinsi dan Arsip
b. Non narkotika atau psikotropika : dilaksanakan oleh apoteker dan disaksikan
tenaga kefarmasian lain.Pemusnahan dilakukan untuk obat-obat yang telah
melewati tanggal kadaluarsa atau obat yang telah rusak. Obat tersebut
dikumpulkan di unit BM untuk selanjutnya dimusnahkan.Pemusnahan ini
dilakukan dengan membuat berita acara dan diwakili oleh masing-masing
utusan dari setiap apotek yang melakukan pemusanahan.
6. Pengendalian
Pengendalian sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di
Apotek Kimia Farma 43 dilakukan dengan beberapa cara diantaranya :
a. Pencatatan kartu stok
b. Penandaan tanggal expired date sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai dilakukan dengan menggunakan label warna yang
menunjukkan tahun expired date.
c. Sistem pengeluaran sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai dengan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First
Out).
d. Uji petik
e. Stock opname
7. Pencatatan dan pelaporan
Kegiatan pencatatan dan pelaporan yang dilakukan meliputi :
1. Pencatatan rekap resep
2. Pencatatan kartu stok
3. Pencatatan defekta dan surat pesanan (SP)
4. Laporan administrasi keuangan
a. Bukti setoran kas apotek
Berisi jumlah penerimaan uang yang berasal dari penjualan obat dengan
resep dokter dan tanpa resep dokter, penjualan alat kesehatan dan dari
bagian swalayan.Juga jumlah uang yang dikeluarkan untuk kepentingan
operasional.Hasil penjualan dikurangi pengeluaran adalah jumlah uang
yang disetorkan ke bagian administrasi keuangan untuk dimasukkan ke
bank yang ditunjuk, disertai dengan buku setoran kasir apotek.Penyetoran
uang dilakukan pada saat pergantian waktu kerja.
b. Laporan ikhtisar penjualan harian (LIPH)
Laporan ikhtisar penjualan harian merupakan laporan harian yang terdiri
dari kumpulan bukti setoran kas apotek dalam satu hari.
c. Laporan pengeluaran penggunaan operasional sehari-hari atau rutin,
seperti pembelian alat tulis kantor, fotokopi, bayar parkir, jasa pengiriman
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai.
Apotek yang melakukan produksi, penyaluran, atau penyerahan narkotika,
psikotropika, dan prekursor farmasi wajib membuat pencatatan mengenai
pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi.
Pencatatan terdiri dari:
a. Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan sediaan narkotika, psikotropika, dan
prekursor farmasi dan jumlah persediaan
b. Tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan dan jumlah yang diterima
c. Tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyaluran/penyerahan dan jumlah yang
disalurkan/diserahkan
d. Nomor batch dan kadaluarsa setiap penerimaan atau penyaluran/penyerahan
e. Paraf atau identitas petugas yang ditunjuk.
Pelaporan narkotik dan psikotropika dilakukan setiap bulannya sebelum tanggal
10 (sepuluh)dan ditujukan ke Dinas Kesehatan Kota Bandung, tembusan Kepala
Dinas Kesehatan Pronvinsi Jawa Barat, Kepala Balai Besar POM Bandung dan
Penanggung jawab narkotika PT. Kimia Farma (Persero) Tbk pusat, pelaporan
penggunaan narkotika dan psikotropika memakai program Sistem Pelaporan
Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP).

2.2 Pelayanan farmasi klinik


1. Pengkajian dan pelayanan resep
Kegiatan pengkajian resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik, dan
pertimbangan klinis. Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian
maka apoteker menghubungi dokter penulis resep. Pelayanan resep di mulai dari
penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, penyiapan sediaan farmasi, alat kesehatan
dan bahan medis habis pakai termasuk peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan
disertai pemberian informasi, pada setiap alur pelayanan resep dilakukan upaya
pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat (medication error).
2. Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi obat,
Setelah melakukan pengkajian resep dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Menghitung kebutuhan jumlah obat sesuai dengan resep
2. Mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik obat.
3. Melakukan peracikan obat bila diperlukan
4. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi: warna putih untuk obat
dalam/oral, warna biru untuk obat luar dan suntik dan menempelkan label
“kocok dahulu” pada sediaan bentuk suspensi atau emulsi.
5. Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat yang
berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari penggunaan yang salah.
3. Pelayanan informasi obat
Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh apoteker
dalam pemberian informasi mengenai obat meliputi informasi dosis, bentuk
sediaan, rute pemberian, cara pemberian, indikasi dan efek samping dengan
penyampaian pada pasien yang mudah dimengerti.
4. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara apoteker dengan pasien/keluarga
untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan kepatuhan
sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan menyelesaikan
masalah yang dihadapi pasien.
5. Pelayanan kefarmasian dirumah (home care pharmacy)
Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan pelayanan
kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia
dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya.
6. Pemantauan terapi obat dan Monitoring efek samping obat
Proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan terapi obat yang
efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek
samping. Monitoring efek samping obat (MESO) merupakan kegiatan
pemantauan terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi
pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis,
diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis. Biasanya dilakukan
dengan telepharma untuk pasien-pasien yang perlu dimonitoring.

2.3 Pelayanan kefarmasian


1. Pelayanan obat resep tunai
Alur pelayanan resep tunai di Apotek Kimia Farma 43 yaitu pasien datang
membawa resep kemudian oleh petugas melakukan skrining resep jika lengkap
maka data di input kemudian chek harga dan ketersediaan obat, jika resep tidak
lengkap maka menghubungi dokter penulis resep. Selanjutnya dilakukan
konfirmasi kepada pasien mengenai harga dan ketersediaan obat dan jika pasien
setuju maka pasien membayar sesuai dengan harga obat dalam resep, obat
disiapkan sesuai dengan resep, dichek kembali kesesuaian resep, obat, dan etiket
serta copy resep dan kwitansi jika ada atau diminta oleh pasien, kemudian obat
diserahkan kepada pasien oleh apoteker disertai dengan pemberian informasi obat.
2. Pelayanan obat resep kredit
Alur pelayanan resep kredit di Apotek Kimia Farma 43 yaitu pasien datang
membawa resep kemudian dilakukan skrining resep oleh petugas jika lengkap
maka input data serta chek ketersediaan obat. Petugas apotek meminta fotocopy
kartu asuransi pasien dan fotocopy kartu identitas pasien, kemudian obat disiapkan
sesuai dengan resep setelah selesai disiapkan chek kembali kesesuaian resep
dengan obat dan etiket, kemudian obat diserahkan kepada pasien oleh apoteker
disertai dengan pemberian informasi obat. Resep diarsip terpisah untuk
selanjutnya dibuat laporan ke pihak business manager(BM).
3. Pelayanan obat tanpa resep dokter
1. Handverkoop (HV)
Penjualan bebas (HV) meliputi penjualan obat bebas, obat bebas terbatas,
perlengkapan bayi, kosmetik, alat kesehatan dan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai lainnya.Alat kesehatan meliputi pispot,
tabung oksigen, kursi roda, kapas, kain kasa dan tongkat pembantu berjalan.
2. Upaya pengobatan diri sendiri (UPDS)
Pelayanan obat tanpa resep dokter atau disebut juga upaya pengobatan diri
sendiri (UPDS). Alur pelayanan atau tahap-tahap yang dilakukan ketika akan
melakukanUPDS yaitu diawali dengan mendengarkan keluhan pasien yang
ingin melakukan UPDS kemudian menggali informasi lebih lanjut dari pasien
setelah mendapatkan data tersebut barulah memilihkan obat sesuai dengan
kerasionalan dan kemampuan ekonomi pasien dengan menggunakan obat
bebas, bebas terbatas, dan obat wajib apotek (DOWA), setelah itu informasikan
harga kepada pasien jika pasien setuju dan membayar, kemudian obat
disiapkan dan diserahkan kepada pasien.
4. Pelayanan narkotika dan psikotropika
Pelayanan resep narkotika dan psikotropika yang dilakukan di Apotek Kimia
Farma 43 hanya untuk resep asli atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek
Kimia Farma 43 sendiri yang baru diambil sebagian. Pada resep yang
mengandung narkotika dan psikotropika dicantumkan tanggal, nama obat, tanda
tangan dokter pada tiap perintah R/, jumlah obat, nama dan alamat praktek dokter
serta pasien. Jika obat tidak dibeli seluruhnya, makadibuat salinan resep. Pasien
yang mengambil obat narkotika dan psikotropik menyertakan fotocopi identitas.
5. Pelayanan swalayan farmasi
Apotek Kimia Farma43 juga melakukan penjualandi luar sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai, seperti minuman, makanan ringan, sabun,
shampo dan lain-lain.Obat dan makanan tersebut diatur sedemikian rupa sehingga
konsumen dapat memilih dengan leluasa. Pembayaran dilakukan di kasir disertai
dua bukti pembayaran (struk), yaitu satu untuk pembeli dan satu lagi untuk
arsip.Selain pelayanan kefarmasian di atas, Apotek Kimia Farma43 juga
menyediakan sistem penghantaran obat ke rumah atau instansi (delivery service),
yang dilakukan oleh petugas apotek tanpa dikenakan biaya tambahan.
6. Pemusnahan resep
Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan oleh apoteker disaksikan oleh
sekurang-kurangnya petugas lain di apotek dengan cara dibakar atau cara
pemusnahan lain yang dibuktikan dengan berita acara pemusnahan resep.

III. PEMBAHASAN
Menurut Permenkes No. 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Apotek yang meliputi pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan farmasi
klinik. Apotek Kimia Farma 43 Buah Batu dalam melakukan pelayanan
kefarmasian telah sesuai dengan peraturan.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan
Dari hasil Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang dilaksanakan di Apotek
Kimia Farma 43 Buah Batu Bandung, maka dapat diambil kesimpulan, yaitu:
Pelaksanaan PKPA memberikan pemahaman untuk mahasiswa calon apoteker
mengenai tugas, peran, posisi dan tanggung jawab apoteker dalam pelaksanaan
pelayanan kefarmasian di Apotek yaitu berhubungan dengan penggunaan obat dan
bertanggung jawab dalam pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai serta pelayanan farmasi klinik, Seorang Apoteker Pengelola
Apotek (APA) harus mampu menerapkan pengetahuan dan keahliannya dalam
pengelolaan apotek. Sebagai APA diperlukan pengetahuan dan kemampuan
melakukan pelayanan kefarmasian, baik di bidang klinis maupun nonklinis.
Pelayanan kefarmasian non klinis meliputi pengadaan perbekalan kefarmasian
hingga pemusnahan beserta pelaporannya, administrasi, dan keuangan sedangkan
pelayanan kefarmasian klinis meliputi pengkajian resep hingga pelayanan
informasi obat.
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan sebagai masukan yang kiranya dapat
bermanfaat bagi Apotek Kimia Farma 43 Buah Batu Bandung yaitu dibuatnya
ruangan khusus konseling untuk memenuhi salah satu aspek Standar Pelayanan
Kefarmasian sehingga kegiatan konseling bisa dilakukan dan diterapkan sesuai
dengan Standar Pelayanan Kefarmasian serta menempatkan kasir di bagian
swalayan agar pelayanan lebih maksimal dan dapat memuaskan pelanggan.
V. TUGAS KHUSUS PELAYANAN FARMASI DI RUMAH (Home
Pharmacy Care)

5.1 PENDAHULUAN
Pelayanan kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya berfokus
kepada pengelolaan obat (drug oriented) berkembang menjadi pelayanan
komprehensif meliputi pengelolaan obat dan juga pelayanan farmasi klinik.
Perluasan paradigma ini menuntut apoteker untuk bermitra dan berinteraksi
dengan profesi kesehatan lainnya dalam memberikan pelayanan dengan tujuan
akhir untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (patient oriented)
Keterlibatan dalam proses terapi merupakan fungsi klinik apoteker yang paling
penting, untuk memenuhi permintaan dan tanggung jawab pemantauan terapi obat
secara berhasil apoteker perlu mengembangkan keterampilan kliniknya.
Pemantauan terapi obat adalah proses yang memastikan bahwa seorang pasien
diobati dengan terapi yang paling tepat, efektif dan memaksimalkan efikasi serta
meminimalkan efek samping obat.Dalam proses mengadakan terapi obat yang
tepat seorang pasien harus tepat didisgnosis, berikutnya obat yang paling tepat
untuk kondisinya di seleksi dan dikonsumsikan dan respon pasien terhadap obat
tersebut yang kemudian dipantau, apakah terdapat efek samping atau efek lain
yang merugikan pasien
5.2 PASIEN MEDICAL RECORD (PMR)

Tanggal Nama Dokter


Tanggal obat Tanggal obat
Resep Nama pasien/ Obat Yang Diberikan Dosis sehari Frekuensi
mulai habis
(Konsul) Alamat/telpon
03/11/2017 Dr. TT Amlodipin - 10 mg - Sehari 1 x 1 02/11/2017 03/12/2017
Kusna / 030 Captopril - 25 mg - Sehari 2 x 1
Bubat Metformin - 500 mg - Sehari 3 x 1
(telp. 022 xxx)

24/10/ 2017 Dr. RS Co Aprovel 150 - 150 mg - Sehari 1 x 1 24/10/2017 24/11/2017


Etty S/ 009 Trolip - 300 mg - Sehari 1 x 1
Batu indah 1/ 43 Arcoxia - 90 mg - Sehari 1 x 1
(Telp. 753xxx) For neuro - Sehari 1 x 1
5.3 ALUR DISPENSING PELAYANAN RESEP

Konsumen / Pasien

R/ diterima Apoteker atau Ttk

R/ Tunai Tidak
Dilayani

Pemeriksaan kelengkapan
Obat tidak ada R/ (Skrining resep)
diapotik KF yang
lain atau apotik
swasta yang lain R/ Lengkap R/ Tidak lengkap
dan pasien tidak Konfirmasi
mau di subtitusi ke dokter
dengan obat yang Pemeriksaan ketersediaan
lain dan tidak obat
mau diantar
kerumahnya.
Obat tidak tersedia / Obat tersedia
Tidak lengkap
R/ Tunai
Dropping antar
Apotek KF Penginformasian Harga
Beli mendesak
ke apotek lain
Pesan cito ke Pembayaran dan pemberian
PBF struk kepada pasien
Substitusi
Penyiapan atau Peracikan Obat

Pengemasan dan pemberian etiket

Pemeriksaan kembali kelengkapan, kemasan dan etiket

Pelayanan Informasi Obat

Arsip
5.4 PENGKAJIAN RESEP
A. RESEP 1 (satu)
1. Resep

2. Pengkajian resep
a. Kajian administrasi
Nama dokter Ada
SIP Ada
Alamat dan no.telepon Ada
Paraf Tidak Ada
Nama pasien Ada
Umur Ada
Jenis kelamin Ada
BB Tidak Ada
Tanggal resep ditulis
03/11/2017
b. Kesesuaian farmaseutika

Nama obat Bentuk sediaan Kekuatan Stabilitas


Amlodipine Tablet 10 mg Disimpan pada suhu kamar 15-30 0C
Metformin Tablet 500 mg Disimpan pada suhu kamar 15-30 0C
Captopril Tablet 25 mg Disimpan pada suhu kamar 15-30 0C

c. Pengkajian klinis

Pengkajian Amlodipine Captopril Metformin


Tepat indikasi Antihipertensi Antihipertensi DM Tipe II
Dosis obat 2,5 mg 12,5 mg 500 mg
5 mg 25 mg 850 mg
10 mg 50 mg 1000 mg
100 mg
Aturan pakai 1 x sehari 1 tablet 2 x sehari 1 tablet 3 x sehari 1 tablet
Cara Per oral sebelum Per oral setelah Per oral setelah
penggunaan makan makan makan
Duplikasi - - -
ROTD Hipotensi Hipotensi Hipoglikemia
Pulmonary Edema Batuk kering Gangguan saluran
cerna
KI Hipersensitif Hipersensitif
terhadap terhadap ACE
dehidropiridin inhibitor
Interaksi obat
- Captopril vs metformin dimana captopril meningkatkan
toksisitas dari metformin sehingga resiko hipoglikemia dan
laktat asidosis
- Amlodipine vs metformin dimana amlodipine akan
menurunkan efek dari metformin monitoring gula darah
3. PEMANTAUAN TERAPI OBAT

DOKUMENTASI PEMANTAUAN TERAPI OBAT

Nama Pasien : KS
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur :-
Alamat : Batu Nunggal Mulya
No. Telepon : 022 xxxxxxx

No Tanggal Catatan Pengobatan Nama Obat, Dosis, Cara Identifikasi Masalah Rekomendasi/
Pasien Pemberian terkait Obat Tindak Lanjut
1 03/11/2017 Riwayat penyakit: R/ Amlodipine 10 mg no.XXX - Captopril vs metformin Monitoring
Diabetes mellitus S 1 dd 1 dimana captopril Gula Darah
hipertensi R/ Captopril 25 mg noLX meningkatkan toksisitas dari
S 2 dd 1 metformin sehingga resiko
R/ Metformin 500 mg no.XC hipoglikemia dan laktat
Riwayat penggunaan S 3 dd 1 asidosis
obat: - Amlodipine vs metformin
amlodipine dimana amlodipine akan
captopril menurunkan efek dari
metformin metformin monitoring gula
darah
Riwayat alergi
Tidak ada
4. PEMBERIAN INFORMASI OBAT

LEMBAR PELAYANAN INFORMASI OBAT

No: 01 Tgl:28/11/2017 Waktu:10.00 WIB Metode: per telpon


1. Identitas Penanya
Nama: Ny. KS Status: Pasien
No. Telp:022 xxxx
2. Data pasien
Umur: 72 tahun
Jenis Kelamin: Laki-laki

3. Pertanyaan
Uraian permohonan
Bagaimana seharus nya mengkonsumsi obat dengan benar, apakah bisa dimunum
sekaligus semuanya?

Jenis permohonan
 Identifikasi obat  Dosis
 Antiseptik  Interkasi obat
 Stabilitas  Farmakokinetik/Farmakodinamik
 Kontraindikasi  Keracunan
 Ketersediaan obat  Penggunaan Terapetik
 Harga obat  Cara pemakaian
 ESO  Lain-lain: ………………………..

4. Jawaban
o Penggunaan Obat Amlodipin sebagai antihipertensi sehari 1 x 1 diminum
sebelum makan pagi karena amlodipine diabsorpsi dengan baik pada keadaan
lambung kosong.
o Captopril sebagai antihipertensi sehari 2 x 1, diminum setelah makan
o Metformin sebagai anti diabetes, sehari 3 x 1 dminum setelah makan
5. Referensi
Medscape.com
6. Penyampaian Jawaban : Segera dalam 24 jam, > 24 jam
Apoteker yang menjawab: an. WAHID HASYIM ASY ARI
Tgl: 28 / 11 /2017 Waktu: 10.00 WIB
Metode Jawaban: pertelp
B. RESEP 2 (dua)
1. Resep

2. Pengkajian Resep

a. Kajian Administrasi
Nama dokter Ada
SIP Ada
Alamat dan no.telepon Ada
Paraf Tidak Ada
Nama pasien Ada
Umur Tidak Ada
Jenis kelamin Ada
BB Tidak Ada
Tanggal resep ditulis 28/10/2017
b. Kajian Farmasetika

Bentuk
Nama obat Kekuatan Stabilitas
sediaan
Co-Aprovel Tablet 150/12,5 mg Disimpan pada suhu kamar 15-30 0C

Trolip kapsul 300 mg Disimpan pada suhu kamar 15-30 0C


Arcoxia kapsul 90 mg Disimpan pada suhu kamar 15-30 0C
Forneuro kapsul Vit B1 100 mg Disimpan pada suhu kamar 15-30 0C
Vit B6 50 mg
Vit B12 100 mcg
Vit E 200 iu
As. folat 400 mcg

c. Pertimbangan Klinis

Pengkajian Co-Aprovel Trolip Arcoxia Forneuro


Tepat hipertensi hiperlipidemia Nyeri otot, sendi, Vitamin
indikasi dan nyeri ringan
setelh operasi
gigi
Dosis obat 150/12,5 mg Dewasa 300 kronik 60 mg Vit B1 100 mg
300/12,5 mg mg/hari 1x/hari Vit B6 50 mg
300/25 mg Pemeliharaan Vit B12 : 100 mcg
100 mg 2x/hari Vit E 200 iu
Anak> 10 tahun Folic acid 400
maks 5 mcg
mg/kg/hari

Aturan pakai 1 x sehari 1 1 x sehari 1 1 x sehari 1 1 x sehari 1


tablet kapsul kapsul kapsul
Cara Per oral setelah Per oral setelah Per oral setelah Per oral setelah
penggunaan makan makan makan makan
Duplikasi - - - -
ROTD Hipotensi, Gangguan rasa lelah, vitamin B6
,hypokalemia,dia saluran cerna, pusing, sindroma
re sakit kepala, dyspepsia, neuropati.
kram otot, reaksi asam folat:
alergi gangguan tidur,
lambung
KI Gangguan ginjal, Gangguan ginjal Gagal jantung Hipersensitif
hamil dan laktasi kosgestif,
Interaksi Hydrochlorthiazid vs etoricoxib dimana kombinasi keduanya akan
obat meningkatkan efek etoricoxib dan menurunkan efek Hydrochlorthiazid
sehingga perlu dilakukan monitoring tekanan darah
3. PEMANTAUAN TERAPI OBAT

DOKUMENTASI PEMANTAUAN TERAPI OBAT

Nama Pasien : ET
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur :-
Alamat : Batu Indah
No. Telepon : 753 xxx

No Tanggal Catatan Pengobatan Nama Obat, Dosis, Cara Identifikasi Masalah Rekomendasi/
Pasien Pemberian terkait Obat Tindak Lanjut
1 28/10/2017 Riwayat penyakit: R/Co-Aprovel 150 no XXX - Hydrochlorthiazid vs Monitoring
S 1 dd 1 minggu
hiperkolesterol etoricoxib dimana kombinasi tekanan darah
R/ Trolip 300 no XXX
hipertensi S 1 dd 1 keduanya akan meningkatkan da status
R/Arcoxia 50 no XXX
efek etoricoxib dan nyeri pasien.
S 1 dd 1
R/Forneuro no XXX menurunkan efek
S 1 dd 1(Vitamin)
Hydrochlorthiazid sehingga
perlu dilakukan monitoring
Riwayat penggunaan tekanan darah
obat: - HCT dapat menimbulkan
Co. Aprovel 150 mg menimbunan asam urat
Trolip 300 sehingga dapat menyebabkan
Arcoxia nyeri sendi.

Riwayat alergi
Tidak ada
4. PEMBERIAN INFORMASI OBAT

LEMBAR PELAYANAN INFORMASI OBAT


No: 02 Tgl:28/11/2017 Waktu: 11.00 WIB Metode: per telpon
1. Identitas Penanya
Nama: Ny. ET Status: Pasien
No. Telp: 735 xxxx
2. Data pasien
Umur: -
Jenis Kelamin: perempuan

3. Pertanyaan
Uraian permohonan
Jika tekanan darah saya sudah normal apakah saya bisa menghentikan
pengobatan yang saya jalani?

Jenis permohonan
 Identifikasi obat  Dosis
 Antiseptik  Interkasi obat
 Stabilitas  Farmakokinetik/Farmakodinamik
 Kontraindikasi  Keracunan
 Ketersediaan obat  Penggunaan Terapetik
 Harga obat  Cara pemakaian
 ESO  Lain-lain: ………………………..

6. Jawaban
o Penghentian pengobatan pada pasien hipertensi dapat dilakukan dengan
pengurangan dosis secara bertahap, dan atas persetujuan dari dokter dengan
pemeriksaan rutin setiap bulan dan mengubah gaya hidup dengan pola gaya
hidup sehat DASH yaitu mengkonsumsi makanan yang rendah natrium, tidak
merokok dan minum minuman keras, makan buah yang cukup dan olah raga
secara teratur minimal 30 menit per hari.
7. Referensi
JNC-8
6. Penyampaian Jawaban : Segera dalam 24 jam, > 24 jam
Apoteker yang menjawab: an. WAHID HASYIM ASY ARI
Tgl: 28 / 11 /2017 Waktu: 11.00 WIB
Metode Jawaban: pertelp
5.5 PEMBAHASAN
Pelayanan kefarmasian di rumah oleh apoteker adalah pendampingan pasien oleh
apoteker dalam pelayanan kefarmasian di rumah dengan persetujuan pasien atau
keluarganya. Pelayanan kefarmasian di rumah terutama untuk pasien yang tidak
atau belum dapat menggunakan obat dan atau alat kesehatan secara mandiri, yaitu
pasien yang memiliki kemungkinan mendapatkan risiko masalah terkait obat
misalnya komorbiditas, lanjut usia, lingkungan sosial, karateristik obat,
kompleksitas pengobatan, kompleksitas penggunaan obat, kebingungan atau
kurangnya pengetahuan dan keterampilan tentang bagaimana menggunakan obat
dan atau alat kesehatan agar tercapai efek yang terbaik

Sebelum melakukan kunjungan ke rumah pasien hal yang terpenting adalah


melakukan pengkajian terhadap resep pasien untuk memastikan masalah yang
terjadi dalam pengobatan serta meminta izin kepada pasien untuk melakukan
kunjungan, namun jika pasien tidak bisa menerima kunjungan ke rumah, petugas
bisa meminta izin kepada pasien untuk melakukan wawancara di telepon sebagai
pengganti kunjungan.

Pada bulan November tahun 2017 diapotek kimia farma 43 jalan buah batu
bandung, didapat 2 (dua) pasien yang masuk kriteria untuk dilakukan home
pharmacy care, namun pasien hanya bersedia dilakukan pemantauan terapi obat
dengan cara wawancara melalui telepon, dan tidak bersedia untuk dilakukan
kunjungan ke rumah, oleh karena itu dilakukan wawancara secara telepharma
untuk mendapatkan informasi riwayat penggunaan obat pasien sesuai dengan
formulir monitoring penggunaan obat pasien (terlampir).

1. Pasien pertama (Resep 1) mengambil obat pada tanggal 3 november 2011,


dengan riwayat penyakit hipertensi dan Diabetes mellitus tipe II, dari
pengobatan pasien didapat interaksi Captopril dan metformin dimana captopril
meningkatkan toksisitas dari metformin sehingga resiko hipoglikemia dan
laktat asidosis dan Amlodipine dan metformin dimana amlodipine akan
menurunkan efek dari metformin sehingga perlu monitoring gula darah,
interaksi obat bersifat minor dan dapat diselesaikan dengan cara pemberian
jeda waktu meminum obat (dapat dilihat pada lembar PIO pasien), monitoring
gula darah harus dilakukan secara rutin dan berkala agar dapat memonitoring
kondisi pasien.
2. Pasien kedua (resep 2) mengambil obat pada tanggal 24 oktober 2017 dengan
riwayat penyakit hipertensi, hiperkolesterol dan nyeri pada sendi (gout), dari
pengobatan pasien didapat interaksi obat yaitu antara co. aprovel (kombinas
irbesartan 300 mg dan HCT 12.5 mg) dimana kombinasi keduanya akan
meningkatkan efek etoricoxib dan menurunkan efek Hydrochlorthiazid
sehingga perlu dilakukan monitoring tekanan darah, dan diuretic tiazid juga
dapat meningkatkan kadar purin didalam darah sehingga dapat menyebabkan
pasien mengalami nyeri sendi, pasien megatakan ada perbaikan selama
meminum obat, saat dilakukan wawancara tanggal 28 november 2017
seharusnya obat pasien sudah habis namun pasien belum datang untuk
memeriksa kesehatanny kembali, sehingga direkomendasikan kepada pasien
untuk lebih patuh terhadap pengobatan, datang kembali untuk memeriksakan
kesehatan dan mendapat pengobatan selanjutnya, dan memberitahu dokter
tentang interaksi obat dengan obat dan obat dengan penyakit yang
kemungkinan dapat terjadi pada pasien.

Pemantauan terapi obat pasien dengan cara home pharmacy care harus mendapat
persetujuan dari pasien jika ingin berkunjung ke rumah pasien, namun untuk
meningkatkan pelayanan kefarmasian kegiatan ini harus dilakukan, dan jika
pasien tidak bersedia untuk dikunjungi, petugas dapat meminta izin kepada pasien
untuk melakukan wawancara penggunaan obat pasien di rumah berdasarkan form
yang sudah disediakan (form pemantauan terapi obat dan pemberian informasi
obat) dan mendokumentasikan kegiatan dalam bentuk paper agar dapat digunakan
untuk pedoman pengobatan pasien selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai