ARK
i
DAFTAR ISI
ii
LEMBAR PENGESAAN
Dr.JOHNI RIBO TANDISAU Sp.B-KBD Direktur BLUD RSUD Nabire 5 november 2018
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Area Pelaksanaan Skrining
Pelaksanaan skrining dilakukan pada area
1. Parkir dan security
2. Receptionist/pendaftaran
3. Poliklinik
4. IGD
B. Tahap Skrining
Tahap skrining dilakukan melalui :
1. Kriteria Triase
2. Evaluasi visual atau pengamatan
3. Pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik, psikologik
4. Pemeriksaan Laboratorium atau diagnostik imajing sebelumnya
2
BAB III
TATA LAKSANA
A. Triase
Triase adalah seleksi pasien sesuai tingkat kegawat daruratan sehingga pasien terseleksi
dalam mendapatkan pertolongan sesuai dengan tingkat kegawat daruratannya. Triase di
BLUD RSUD NABIRE
menggunakan sistem labeling warna, pasien ditentukan apakah gawat darurat, gawat
tidak darurat, atau darurat tidak gawat atau tidak gawat tidak darurat. Pasien yang telah di
seleksi dipindahkan ke bed sesuai dengan kriteria triase (keterangan : labeling triase dapat
dilihat ditirai IGD).
Adapun pemberian labeling warna sesuai dengan tingkat kegawatannya, sebagai berikut :
1. Pasien gawat darurat diberi label warna merah
2. Pasien gawat tidak darurat atau darurat tidak gawat diberi label warna kuning
3. Pasien tidak gawat dan tidak darurat diberi warna hijau
4. Pasien yang telah dinyatakan meninggal diberi label warna hitam
B. Initial Assesment (Penilaian Awal)
Pasien yang masuk melalui IGD (Instalasi Gawat Darurat) maupun poliklinik
memerlukan penilaian dan pengelolaan yang cepat dan tepat. Waktu berperan sangat penting,
oleh karena itu diperlukan cara yang mudah, cepat dan tepat. Proses awal ini dikenal dengan
initial assessment (penilaian awal).
Untuk di Triase IGD petugas melakukan penilaian kesadaran dengan menggunakan
kriteria AVPU :
A : Alert
V : Respon to verbal
P : Respon to pain
U : Unrespon
Inti dari penilaian awal ini adalah :
1. Primary Survey yaitu penanganan ABCDE dan resusitasi. Disini dicari keadaan yang
mengancam nyawa dan apabila menemukan harus dilakukan resusitasi. Penanganan
ABCDE yang dimaksud adalah :
3
A : Airway dengan control cervical
B : Breathing dan ventilasi
C : Circulation dengan control perdarahan
D : Disability, status neurologis dan nilai GCS
E : Exposure buka baju penderita tapi cegah hipotermi
Langkah selanjutnya harus dipertimbangkan pemakaian kateter urin (olley catheter),
kateter lambung (NGT), pemasangan heart monitor dan pemeriksaan laboratorium
atau rontgen.
2. Secondary survey yaitu pemeriksaan teliti yang dilakukan dari ujung rambut sampai
ujung kaki, dari depan sampai belakang dan setiap lubang dimasukan jari (tub finger
in every orifice).
a. Anamnesis melalui pasien, keluarga atau petugas pra hospital yang meliputi:
A : Alergi
M : Medikasi / obat-obatan
P : Past illness / penyakit sebelumnya yang menyertai
L : Last meal / terakhir makan jam berapa bukan makan apa
E : Event / hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera
b. Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi. Periksa
dengan teliti apakah ada perubahan bentuk, tumor, luka dan sakit (BTLS).
Pemeriksaan punggung dilakukan dengan log roll (memiringkan penderita
dengan tetap menjaga kesegarisan tubuh). Cek tanda-tanda vital.
C. Evaluasi Visual atau Pengamatan
Proses evaluasi visual atau pengamatan dilakukakan jika :
1. Pasien yang secara pengamatan visual dalam keadaan gawat dan memerlukan
pertolongan segera langsung diarahkan ke IGD
2. Pasien yang secara pengamatan visual tidak memerlukan pertolongan segera akan di
arahkan ke poliklinik
3. Jika RS belum mempunyai pelayanan spesialistik tertentu maka pasien disarankan
untuk di rujuk.
D. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik head to toe meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi, termasuk
juga pemeriksaan psikologik.
E. Laboratorium atau pemeriksaan imaging (penunjang)
4
Sebelumnya pasien yang sudah membawa hasil laboratorium atau pemeriksaan imaging
akan tetap di periksa, kemudian jika memerlukan penanganan lebih lanjut akan di konsulkan
ke dokter spesialis sesuai penyakit. Konsultasi bisa di lakukan melalui IGD atau diarahkan ke
praktek di poliklinik.
F. Proses Skrining
1. Proses skrining terdiri dari dua tahap :
a. Melakukan pemeriksaan terhadap kelompok atau individu dianggap mempunyai
risiko tinggi menderita penyakit dan bila hasil tes negatif maka dianggap orang
tersebut tidak menderita penyakit.
b. Bila hasil positif maka dilakukan pemeriksaan diagnostik, dan bila hasilnya
positif akan dilakukan pengobatan.
2. Pemeriksaan yang biasa digunakan Skrining dapat berupa pengamatan visual,
pemeriksaan laboratorium atau radiologi.
Pemeriksaan tersebut harus dapat dilakukan :
a. Dengan cepat dapat memilah sasaran untuk pemeriksaan lebih lanjut.
b. Tidak mahal.
c. Mudah dilakukan oleh petugas kesehatan.
d. Tidak membahayakan yang diperiksa maupun yang memeriksa.
3. Prinsip deteksi dini adalah :
a. Suatu kondisi yang menjadi problem kesehatan yang penting.
b. Bila terdeteksi dapat dilanjutkan dengan pengobatan yang dapat dilakukan.
c. Fasilitas untuk diagnosis dan pengobatan harus tersedia.
d. Didasari pengetahuan untuk dapat deteksi dini.
e. Harus ada pemeriksaan dan tes yang cocok.
f. Tes yang dilakukan harus dapat diterima masyarakat.
g. Riwayat penyakit harus secara rinci diketahui.
h. Harus ada kebijakan yang disetujui terhadap siapa yang akan merawat pasien.
i. Biaya yang diperlukan baik untuk diagnosa dan pengobatan diharapkan
terjangkau.
j. Penemuan kasus harus merupakan proses yang berkelanjutan.
G. Pelaksana Atau Tenaga Skrining :
1. Dokter Umum di Instalasi Rawat Jalan atau Instalasi Gawat Darurat atau Dokter
Spesialis
5
2. Tenaga Keperawatan yang sudah terlatih atau telah mengikuti pelatihan Skrining
Pasien atau PPGD
H. Waktu pelaksanaan Tatalaksana Skrining
1. Tempat Penerimaan Pasien
2. Instalasi Gawat Darurat
3. Instalasi Rawat Jalan
4. Permintaan Penjemputan Ambulan
6
BAB IV
DOKUMENTASI