BUPATI LANDAK
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
TENTANG
TATA KELOLA PADA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS)
SOMPAK
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
TATA KELOLA
Bagian Kesatu
Identitas Puskesmas
Pasal 2
PUSKESMAS SOMPAK
Arti dari lambang tersebut adalah :
a. Bentuk segi enam (hexagonal), melambangkan:
1) keterpaduan dan kesinambungan yang terintegrasi dari 6 prinsip yang
melandasi penyelenggaraan Puskesmas.
2) makna pemerataan pelayanan kesehatan yang mudah di akses
masyarakat.
3) pergerakan dan pertanggung jawaban Puskesmas di wilayah
kerjanya.
b. Irisan dua buah bentuk lingkaran melambangkan dua unsur upaya
kesehatan, yaitu:
1) Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi
timbulnya masalah kesehatan masyarakat.
2) Up aya Kese h ata n Per seor a nga n ( UKP) u n t uk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi
timbulnya masalah kesehatan perorangan.
3) Stilasi bentuk sebuah bangunan, melambangkan Puskesmas
sebagai tempat/wadah diberlakukannya semua prinsip dan upaya
dalam proses penyelenggaraan kesehatan.
4) Bidang segitiga mewakili tiga faktor yang mempengaruhi status derajat
kesehatan masyarakat yaitu genetik, lingkungan, dan perilaku.
5) Bentuk palang hijau didalam bentuk segi enam melambangkan
pelayanan kesehatan yang mengutamakan promotif preventif.
6) Warna hijau melambangkan tujuan pembangunan kesehatan yang
diselenggarakan Puskesmas, dalam rangka mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.
7) Warna putih melambangkan pengabdian luhur Puskesmas.
8) Tulisan Puskesmas SOMPAK menunjukkan nama Puskesmas.
Bagian Kedua
Visi, Misi,Motto dan Nilai-Nilai
Pasal 3
Bagian Ketiga
Kedudukan Puskesmas
Pasal 4
Bagian Keempat
Tujuan, Tugas dan Fungsi Puskesmas
Pasal 5
Pasal 7
Pasal 9
BAB III
SUSUNAN ORGANISASI PUSKESMAS
Bagian Kesatu
Struktur Organisasi
Pasal 10
KEPALA PUSKESMAS
KEPALA SUBAG
TATA USAHA
Bagian Kedua
Pejabat Pengelola
Pasal 11
a. pemimpin;
b. pejabat keuangan;
c. pejabat teknis (penanggung jawab program).
Bagian Ketiga
Pengangkatan Pejabat Pengelola
Pasal 12
Bagian Keempat
Persyaratan sebagai Pejabat Pengelola
Pasal13
(1) Pengangkatan dalam jabatan dan penempatan pejabat pengelola BLUD
sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 ayat (1), ditetapkan berdasarkan
kompetensi dan kebutuhan praktek bisnis yang sehat.
(2) Kompetensi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), merupakan kemampuan
dan keahlian yang dimiliki oleh pejabat pengelola BLUD berupa
pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan dalam
pelaksanaan tugas jabatannya.
(3) Kebutuhan praktek bisnis yang sehat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
merupakan kepentlngan BLUD untuk meningkatkan kinerja keuangan dan
non keuangan berdasarkan kaidah kaidah manajemen yang baik.
Bagian Kelima
Tanggung Jawab Pejabat Pengelola
Pasal 14
Bagian Keenam
Hak dan Kewajiban Pejabat Pengelola dan Pegawai
Pasal 15
Bagian Ketujuh
Larangan dan Pemberhentian Pejabat Pengelola dan Pegawai
Pasal 16
BAB IV
PENGELOMPOKAN FUNGSI
Pasal 17
Pasal 19
BAB V
PROSEDUR KERJA
Pasal 20
BAB VI
ESELONISASI
Pasal 21
(1) Pejabat pengelola BLUD dan pegawai BLUD dapat diberikan remunerasi
sesuai dengan tingkat tanggungjawab dan tuntutanprofesionalisme yang
diperlukan.
(2) Remunerasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), merupakan imbalan
kerja yang dapat berupa gaji, tunjangan tetap, honorarium, insentif, bonus
atas prestasi, pesangon dan/atau pensiun.
(3) Remunerasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), untuk BLUD-
Puskesmas ditetapkan oleh Bupati berdasarkan usulan pemimpin BLUD-
Puskesmas melalui Kepala Dinas Kesehatan.
(4) Penetapan remunerasi pemimpin BLUD, mempertimbangkan faktor-faktor
yang berdasarkan;
a. ukuran (size) dan jumlah aset yang dikelola BLUD, tingkat pelayanan
serta produktivitas;
b. pertimbangan persamaannya dengan industri pelayanan sejenis;
c. kemampuan pendapatan BLUD bersangkutan; dan
d. kinerja operasional BLUD yang ditetapkan oleh kepala daerah dengan
mempertimbangkan antara lain indikator keuangan, pelayanan, mutu
dan manfaat bagi masyarakat;
(5) Remunerasi pejabat keuangan dan pejabat teknis ditetapkan paling banyak
sebesar 90%(sembilan puluh persen) dari remunerasi pemimpin BLUD.
(6) Remunerasi bagi pejabat pengelola dan pegawai BLUD sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2), dapat dihitung berdasarkan indikator penilaian:
a. pengalaman dan masa kerja (basic index);
b. ketrampilan, ilmu pengetahuan dan perilaku (competency index);
c. resiko kerja (risk index);
d. tingkat kegawatdaruratan (emergency index);
e. jabatan yang disandang (position index); dan
f. hasil/capaian kinerja (performance index).
(7) Bagi pejabat pengelola dan pegawai BLUD yang berstatus PNS, gaji pokok
dan tunjangan mengikuti peraturan perundangan-undangan tentang gaji
dan tunjangan PNS serta dapat diberikan tambahan penghasilan sesuai
remunerasi yang ditetapkan oleh Bupati.
(8) Pejabat pengelola, yang dlberhentikan sementara darijabatannya
memperoleh penghasilan sebesar 50% ( lima puluh persen ) dari
remunerasi/honorarium bulan terakhir yang berlaku sejak tanggal
diberhentikan sampai dengan ditetapkannya keputusan definitif tentang
jabatan yang bersangkutan.
(9) Bagi pejabat pengelola berstatus PNS yang diberhentikan sementara dari
jabatannya sebagaimana dimaksud dalam ayat (8), memperoleh penghasilan
sebesar 50% (lima puluh persen) dari remunerasi bulan terakhir di BLUD
sejak tanggal diberhentikan atau sebesar gaji PNS berdasarkan surat
keputusan pangkat terakhir.
BAB IX
STANDAR PELAYANAN MINIMAL
Pasal 24
BAB X
TARIF LAYANAN
Pasal 25
(1) BLUD dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas
barang dan/atau jasa layanan yang diberikan.
(2) Imbalan atas barang dan/atau jasa layanan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), ditetapkan dalam bentuk tarif yang disusun atas dasar perhitungan
biaya satuan per unit layanan atau hasil per investasi dana.
(3) Tarif sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), termasuk imbal hasil yang
wajar dari investasi dana dan untuk menutup seluruh atau sebagian dari
biaya per unit layanan.
(4) Tarif layanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), dapat berupa besaran
tarif atau pola tarif sesuai jenis layanan BLUD yang bersangkutan.
(5) Tarif layanan BLUD-Puskesmas diusulkan oleh pemimpin BLUD kepada
Bupati melalui Kepala Dinas Kesehatan.
(6) Tarif layanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5), ditetapkan dengan
peraturan Bupati dan disampaikan kepada pimpinan DPRD.
(7) Penetapan tarif layanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6),
mempertimbangkankontinuitas dan pengembangan layanan, daya beli
masyarakat serta kompetisi yang sehat.
(8) Bupati dalam menetapkan besaran tarif sebagaimana dimaksud dalam ayat
(6),dapat membentuk Tim Tarif.
(9) Pembentukan tim sebagaimana dimaksud dalam ayat (8), ditetapkan oleh
Bupatiyang keanggotaannya dapat berasal dari:
a. pembina teknis;
b. pembina keuangan;
c. unsur perguruan tinggi;
b. lembaga profesi.
(10)Peraturan Bupati mengenai tarif layanan BLUD dapat dilakukan perubahan
sesuai kebutuhan dan perkembangan keadaan.
(11)Perubahan tarif sebagaimana dimaksud dalam ayat (10), dapat dilakukan
secara keseluruhan maupun per unit layanan.
(12)Penetapan tarif layanan mempertimbangkan kontinuitas dan pengembangan
layanan, daya beli masyarakat, serta kompetisi yang sehat.
BAB XI
PENGELOLAAN KEUANGAN
Bagian Kesatu
Pendapatan
Pasal 26
Bagian Kedua
Biaya
Pasal 27
(1) Biaya BLUD merupakan biaya operasional dan biaya non operasional.
(2) Biaya operasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), mencakup seluruh
biaya yangmenjadi beban BLUD dalam rangka menjalankan tugas dan
fungsi.
(3) Biaya non operasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), mencakup
seluruh biayayang menjadi beban BLUD dalam rangka menunjang
pelaksanaan tugas dan fungsi.
(4) Biaya BLUD sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dialokasikan untuk
membiayai programpeningkatan pelayanan, kegiatan pelayanan dan
kegiatan pendukung pelayanan.
(5) Pembiayaan program dan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4),
dialokasikansesuai dengan kelompok, jenis, program dan kegiatan.
(6) Biaya operasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), terdiri dari:
a. biaya pelayanan; dan
b. biaya umum dan administrasi.
(7) Biaya pelayanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) huruf a, mencakup
seluruh biayaoperasional yang berhubungan langsung dengan kegiatan
pelayanan.
(8) Biaya umum dan administrasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) huruf
b, mencakupseluruh biaya operasional yang tidak berhubungan langsung
dengan kegiatan pelayanan.
(9) Biaya pelayanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (7), terdiri dari;
a. biaya pegawai;
b. biaya bahan;
c. biaya jasa pelayanan;
d. biaya pemeliharaan;
e. biaya barang dan jasa; dan
f. biaya pelayanan lain-lain.
(10)Biaya umum dan administrasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (8), terdiri
dari:
a. biaya pegawai;
b. biaya administrasi kantor;
c. biaya pemeliharaan;
d. biaya barang dan jasa;
e. biaya promosi; dan
f. biaya umum dan administrasi lain-lain.
(11)Biaya non operasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), terdiri dari:
a. biaya bunga bank;
b. biaya administrasi bank;
c. biaya kerugian penjualan aset tetap;
d. biaya kerugian penurunan nilai; dan
e. biaya non operasional lain-lain.
(12)Seluruh pengeluaran biaya BLUD yang bersumber sebagaimana dimaksud
pada Pasal 26 ayat (1)huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf f disampaikan
kepada PPKD setiap triwulan.
(13)Seluruh pengeluaran biaya BLUD yang bersumber sebagaimana dimaksud
dalam ayat (12), dilakukan dengan menerbitkan SPM Pengesahan yang
dilampiri dengan Surat Pernyataan Tanggungjawab (SPTJ).
(14)Pengeluaran biaya BLUD diberikan fleksibilitas dengan mempertimbangkan
volume kegiatan pelayanan.
(15)Fleksibilitas pengeluaran biaya BLUD sebagaimana dimaksud dalam ayat
(14), merupakan pengeluaran biaya yang disesuaikan dan signifikan dengan
perubahan pendapatan dalam ambang batas RBA yang telah ditetapkan
secara definitif.
(16)Fleksibilitas pengeluaran biaya BLUD sebagaimana dimaksud dalam ayat
(14), hanya berlaku untuk biaya BLUD yang berasal dari pendapatan selain
dari APBN/APBD dan hibah terikat.
(17)Fleksibilitas pengeluaran biaya BLUD sebagaimana dimaksud dalam ayat
(14), tidak berlakuuntuk BLUD bertahap.
(18)Dalam hal terjadi kekurangan anggaran, BLUD mengajukan usulan
tambahan anggaran dari APBD kepada PPKD melalui Kepala Dinas
Kesehatan.
(19)Ambang batas RBA sebagaimana dimaksud dalam ayat (15), ditetapkan
dengan besaran persentase.
(20)Besaran persentase sebagaimana dimaksud dalam ayat (19), ditentukan
dengan mempertimbangkan fluktuasi kegiatan operasional BLUD.
(21)Besaran persentase sebagaimana dimaksud dalam ayat (20), ditetapkan
dalam RBA dan DPA-BLUD oleh PPKD.
(22)Persentase ambang batas tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (19),
merupakan kebutuhan yang dapat diprediksi, dapat dicapai, terukur,
rasional dan dapat dipertanggungjawabkan.
Bagian Ketiga
Perencanaan dan Penganggaran
Pasal 28
Bagian Keempat
Pelaksanaan Anggaran
Pasal 29
Bagian Kelima
Akuntansi, Pelaporan dan Pertanggungjawaban
Pasal 30
Pasal 31
BAB XII
PENGELOLAAN SUMBER DAYA LAIN
Pasal 32
(1) Sumber daya lain adalah seluruh aset dan kegiatan yang menghasilkan
pendapatan diluar pendapatan operasional dan dikelola oleh Puskesmas.
(2) Pengelolaan sumber daya lain diupayakan untuk meningkatkan mutu
pelayanan dan operasional serta kelancaran tugas pokok dan fungsi
Puskesmas.
(3) Pengelolaan sumber daya yang berupa alat kesehatan wajib dilakukan
kalibrasi alat secara berkala.
(4) Sistem pengelolaan sumber daya lain diusulkan oleh Kepala Puskesmas
melalui Kepala Dinas Kesehatan untuk ditetapkandengan Peraturan Bupati.
BAB XIII
PENGELOLAAN LINGKUNGAN
Pasal 33
Bagian Kesatu
Pembinaan
Pasal 34
Bagian Kedua
Pengawasan
Pasal 35
BAB XV
EVALUASI DAN PENILAIAN KINERJA
Pasal 36
BAB XVI
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 37
Pasal 38
Ditetapkan di Ngabang
pada tanggal 13 November 2015
BUPATI LANDAK,
Cap /ttd
Diundangkan di Ngabang
pada tanggal 13 November 2015
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN LANDAK
Cap / ttd
LUDIS
NIKOLAUS
Pembina
NIP. 19680225 199903 1003