Anda di halaman 1dari 27

SALINAN

BUPATI LANDAK
PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERATURAN BUPATI LANDAK


NOMOR 58 TAHUN 2015

TENTANG
TATA KELOLA PADA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS)
SOMPAK
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

Menimbang: a. bahwa dengan diberlakukannya otonomi daerah maka kesehatan


merupakan salah satu bidang pemerintahan yang wajib
dilaksanakan oleh pemerintah daerah, sehingga pemerintah daerah
bertanggungjawab sepenuhnya dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan
diwilayahnya;
b. bahwa dalam rangka memperlancar dan meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan kepada masyarakat, perlu diberikan otonomi
kepada manajemen puskesmas berdasarkan prinsip efektifitas,
efisiensi dan produktifitas;
c. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) SOMPAK, maka dipandang
perlu menyusun Pola Tata Kelola Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) SOMPAK di Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten
Landak;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Bupati
tentang Tata Kelola Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
SOMPAK di Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Landak;
Mengingat: 1. Undang-Undang No 55 Tahun 1999 tentang Pembentukan
Kabupaten Landak (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun
1999 Nomor 183, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3904) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 55 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten
Landak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor
82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3970);
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
3. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);
4. Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5063);
5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5234) ;
6. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494);
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5589);Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 298);
8. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 307);
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74
Tahun 2012 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 23
Tahun 2005 tentang Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum;
10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2005
tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 150, Tambahan Lemabaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4593);
11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Rpublik Indonesia Tahun 2007
Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4741);
13. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Percepatan Pemberantasan Korupsi;
14. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 28
Tahun 2004 tentang Akuntabilitas Pelayanan Publik;
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah;
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 32);
17. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun
2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas;
18. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun
2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
19. Peraturan Daerah Kabupaten Landak Nomor 9 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja PerangkatDaerah Kabupaten Landak
(Lembaran daerah Kabupaten LandakTahun 2008) Nomor 9),
Tambahan Lembaran Daerah Nomor 8 sebagaimana diubah
terakhir dengan peraturan daerah Kabupaten Landak Nomor 18
Tahun 2013 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah
Kabupaten Landak Nomor 9 Tahun 2008 tentang Susunan
Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Landak, (Lembaran
Daerah Kabupaten Landak Tahun 2014 Nomor 1 Tambahan
Lembaran Daerah Kabuoaten Landak Nomor 37);
20. Peraturan Daerah Kabupaten Landak Nomor 15 Tahun 2008
tentang Penetapan urusan Pemerintah yang menjadi kewenangan
Pemerintah Kabupaten Landak (Lembaran Daerah Kabupaten
Landak tahun 2008 Nomor 15, Tambahan Lembaran daerah
kabupaten Landak Nomor 13);
21. Peraturan Bupati Landak Nomor 13 Tahun 2008 tentang Tugas
Pokok,Fungsi,Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan
Kabupeten Landak( Berita Daerah Kabupaten Landak Tahun 2008
Nomor 13);
22. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA KELOLA PADA PUSAT


KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS) SOMPAK.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:


1. Daerah adalah Kabupaten Landak.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Landak
3. Bupati adalah Bupati Landak.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD
adalah DPRD Kabupaten Landak.
5. Dinas Kesehatan Daerah adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Landak.
6. Pusat Kesehatan Masyarakat selanjutnya disingkat Puskesmas adalah
Puskesmas SOMPAK.
7. Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BLUD adalahUnit
Kerja pada Dinas Kesehatan untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya
didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
8. Pola Pengelolaan Keuangan BLUD yang selanjutnya disingkat PPK-BLUD
adalah pola pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa
keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai
pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan daerah pada umumnya.
9. Pola Tata Kelola Puskesmas adalah aturan dasar yang mengatur tata cara
penyelenggaraan Puskesmas antara Bupati yang diwakili oleh Dinas
Kesehatan, Pejabat Pengelola dan Komite Klinik yang ditetapkan oleh Bupati.
10. Remunerasi adalah imbalan kerja yang dapat berupa gaji, tunjangan tetap,
honorarium, insentif, bonus atas prestasi, pesangon dan atau pensiun.
11. Kepala adalah Kepala Puskesmas SOMPAK.
12. Komite Klinik adalah Komite Klinik Puskesmas SOMPAK.
13. Staf Medis adalah dokter umum, dokter gigi yang bekerja di Puskesmas
SOMPAK baik sebagai dokter tetap, dokter mitra, dokter purna waktu,
dokter paruh waktu.
14. Fleksibilitas adalah keleluasaan pengelolaan keuangan/barang BLUD pada
batas-batas tertentu yang dapat dikecualikan dari ketentuan yang berlaku
umum.
15. Peningkatan status BLUD adalah meningkatnya status unit kerja yang
menerapkan PPK-BLUD bertahap menjadi unit kerja yang menerapkan PPK-
BLUD penuh.
16. Unit Kerja pada SKPD yang menerapkan PPK-BLUD selanjutnya disingkat
BLUD-Puskesmas adalah Unit Kerja pada Dinas Kesehatan Kabupaten
Landak yang menerapkan PPK- BLUD.
17. Pejabat pengelola BLUD adalah pimpinan BLUD yang bertanggung jawab
terhadap kinerja operasional BLUD yang terdiri atas pemimpin, pejabat
keuangan dan pejabat teknis yang sebutannya disesuaikan dengan
nomenklatur yang berlaku pada BLUD yang bersangkutan.
18. Pendapatan adalah semua penerimaan dalam bentuk kas dan tagihan BLUD
(Piutang) yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode anggaran
bersangkutan.
19. Biaya adalah sejumlah pengeluaran dalam bentuk kas dan utang yang
mengurangi ekuitas dana lancar untuk memperoleh barang dan/atau jasa
untuk keperluan operasional BLUD.
20. Investasi adalah pengeluaran untuk mendapatkan aset dalam rangka
memperoleh manfaat ekonomis yang dapat meningkatkan kemampuan
BLUD dalam pelayanan kepada masyarakat.
21. Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan
peristiwa lainnya pada saat pelayanan terjadi, tanpa memperhatikan saat
kas atau setara kas diterima atau dibayar.
22. Rekening Kas BLUD adalah rekening tempat penyimpanan uang BLUD yang
dibuka oleh pemimpin BLUD pada bank umum untuk menampung seluruh
penerimaan dan pengeluaran BLUD.
23. Laporan keuangan konsolidasian adalah suatu laporan keuangan yang
merupakan gabungan keseluruhan laporan keuangan entitas akuntansi
sehingga tersaji sebagai satu entitas pelaporan.
24. Rencana Bisnis dan Anggaran BLUD yang selanjutnya disingkat RBA adalah
dokumen perencanaan bisnis dan penganggaran tahunan yang berisi
program, kegiatan, target kinerja dan anggaran BLUD.
25. Dokumen Pelaksanaan Anggaran BLUD yang selanjutnya disingkat DPA-
BLUD adalah dokumen yang memuat pendapatan dan biaya, proyeksi arus
kas, jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa yang akan dihasilkan dan
digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh BLUD.
26. Rencana Strategis Bisnis BLUD yang selanjutnya disingkat Renstra Bisnis
BLUD adalah dokumen lima tahunan yang memuat visi, misi, program
strategis, pengukuran pencapaian kinerja dan arah kebijakan operasional
BLUD.
27. Standard Pelayanan Minimal adalah spesifikasi teknis tentang tolok ukur
layanan minimal yang diberikan oleh BLUD kepada masyarakat.
28. Praktek bisnis yang sehat adalah penyelenggaraan fungsi organisasi
berdasarkan kaidah- kaidah manajemen yang baik dalam rangka pemberian
layanan yang bermutu dan berkesinambungan.
29. Satuan Pengawas Internal adalah perangkat BLUD yang bertugas
melakukan pengawasan dan pengendalian internal dalam rangka membantu
pimpinan BLUD untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan dan
pengaruh lingkungan sosial sekitarnya (socialresponsibility) dalam
menyelenggarakan bisnis sehat.
30. Tarif adalah imbalan atas barang dan/atau jasa yang diberikan oleh BLUD
termasuk imbal hasil yang wajar dari investasi dana, dapat bertujuan untuk
menutup seluruh atau sebagian dari biaya per unit layanan.

BAB II
TATA KELOLA
Bagian Kesatu
Identitas Puskesmas
Pasal 2

(1) Puskesmas SOMPAK merupakan Puskesmas Rawat Inap yang terletak di


Jalan Raya Sompak, Desa Sompak, Kecamatan Sompak, Kabupaten Landak, dan
alamat email : puskesmas, www.sompakbisa@gmail.com
(2) Lambang Puskesmas SOMPAK

PUSKESMAS SOMPAK
Arti dari lambang tersebut adalah :
a. Bentuk segi enam (hexagonal), melambangkan:
1) keterpaduan dan kesinambungan yang terintegrasi dari 6 prinsip yang
melandasi penyelenggaraan Puskesmas.
2) makna pemerataan pelayanan kesehatan yang mudah di akses
masyarakat.
3) pergerakan dan pertanggung jawaban Puskesmas di wilayah
kerjanya.
b. Irisan dua buah bentuk lingkaran melambangkan dua unsur upaya
kesehatan, yaitu:
1) Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi
timbulnya masalah kesehatan masyarakat.
2) Up aya Kese h ata n Per seor a nga n ( UKP) u n t uk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi
timbulnya masalah kesehatan perorangan.
3) Stilasi bentuk sebuah bangunan, melambangkan Puskesmas
sebagai tempat/wadah diberlakukannya semua prinsip dan upaya
dalam proses penyelenggaraan kesehatan.
4) Bidang segitiga mewakili tiga faktor yang mempengaruhi status derajat
kesehatan masyarakat yaitu genetik, lingkungan, dan perilaku.
5) Bentuk palang hijau didalam bentuk segi enam melambangkan
pelayanan kesehatan yang mengutamakan promotif preventif.
6) Warna hijau melambangkan tujuan pembangunan kesehatan yang
diselenggarakan Puskesmas, dalam rangka mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.
7) Warna putih melambangkan pengabdian luhur Puskesmas.
8) Tulisan Puskesmas SOMPAK menunjukkan nama Puskesmas.

Bagian Kedua
Visi, Misi,Motto dan Nilai-Nilai
Pasal 3

(1) Visi Puskesmas SOMPAK adalah: “TERWUJUDNYA MASYARAKAT SEHAT


DAN MANDIRI DI WILAYAH KECAMATAN SOMPAK "
(2) Misi Puskesmas SOMPAK adalah:
a. Menggerakkan dan meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam
pembangunan berwawasan kesehatan;
b. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga,
masyarakat, dan lingkungan.Memelihara dan meningkatkan pelayanan
kesehatan;
c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
profesional, bermutu, terjangkau, merata, dan berkeadilan;
d. Mengoptimalkan peran dan fungsi puskesmas pembantu guna
kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan;
e. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan secara berkelanjutan sesuai
kompetensi yang dibutuhkan;
f. Meningkatkan kemandirian masyarakat melalui pemberdayaan UKBM;
g. Menyelenggarakan pencegahan dan penanggulangan penyakit serta
penyehatan lingkungan yang paripurna;
h. Memfasilitasi ketersediaan upaya kesehatan bagi usila dan remaja;
i. Meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak;
j. Mengembangkan sistem management puskesmas.
(3).Motto Puskesmas : “Kita SEHAT masyarakat SEHAT”
a. S = Santun (sopan dalam tutur kata dan perilaku);
b. E = Empati (melayani sepenuh hati);
c. H = Handal (memberikan pelayanan oleh tenaga professional);
d. A = Adil (pelayanan yang merata dan tidak membeda bedakan);
e. T = Teladan (menjadi panutan masyarakat dalam berperilaku sehat.
(4). Nilai-nilai dasar Puskesmas :
a. Meberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan tulus dan
ikhlas;
b. Mengutamakan keselamatan diri dan pasien dalam memberikan
pelayanan medis;
c. Bekerja sama dan sama-sama kerja;
d. Menjaga komunikasi yang baik antar sesama;
e. Menjaga dan merawat aset puskesmas.

Bagian Ketiga
Kedudukan Puskesmas
Pasal 4

Puskesmas SOMPAK merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan.

Bagian Keempat
Tujuan, Tugas dan Fungsi Puskesmas
Pasal 5

(1) PPK-BLUD bertujuan meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat


untuk mewujudkan penyelenggaraan tugas-tugas pemerintah dan/atau
pemerintah daerah dalam memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa;
(2) Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya Kecamatan Sehat;
(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Puskesmas menyelenggarakan fungsi:
a. penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan
b. penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Bagian Kelima
Kedudukan Pemerintah Daerah
Pasal 6

Pemerintah Kabupaten Landak adalah pemilik Puskesmas SOMPAK

Pasal 7

Bupati sebagai pimpinan Pemerintah Daerah memiliki kewajiban sebagai


berikut :
a. menjaga pelayanan Puskesmas agar masyarakat tetap memiliki akses pada
pelayanan Puskesmas;
b. menjaga kesinambungan pelayanan Puskesmas sebagai bagian dari
pelayanan umum;
c. mengembangkan Puskesmas sesuai dengan perkembangan ilmu dan
teknologi;
d. melengkapi tenaga, sarana dan prasarana Puskesmas dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan; dan
e. melakukan pembinaan dan pengawasan kepada Puskesmas BLUD melalui
Dinas Kesehatan.
Pasal 8

(1) Pemerintah Kabupaten sebagai pemilik Puskesmas bertanggung jawab :


a. terhadap kemajuan dan perkembangan Puskesmas sesuai dengan
harapan masyarakat;
b. terhadap tercapainya pelayanan yang bermutu di Puskesmas;
c. menutup defisit anggaran Puskesmas yang bukan karena kesalahan
dalam pengelolaan yang dibuktikan dengan audit secara independen.
(2) Pemerintah Kabupaten bertanggung-gugat atas terjadinya kerugian pasien
yang ditimbulkan akibat kelalaian staf Puskesmas secara berjenjang sesuai
dengan hierarki Pemerintah Daerah.

Pasal 9

Dalam menjaga tanggung jawabnya, Bupati sebagai pimpinan Pemerintah


Kabupaten memiliki wewenang sebagai berikut:
a. menetapkan peraturan tentang tata kelola dan SPM Puskesmas serta
perubahannya;
b. mengangkat dan memberhentikan Pejabat Pengelola dan Pejabat
Struktural;
c. menetapkan atau mencabut status PPK-BLUD pada Puskesmas;
d. mengangkat dan memberhentikan Tim Penilai dalam rangka menilai
usulan penetapan atau pencabutan PPK- BLUD Puskesmas dan
penilaian kinerja Puskesmas;
e. menetapkan tarif layanan Puskesmas BLUD;
f. menyetujui dan mengesahkan Rencana Bisnis dan Anggaran
Puskesmas;
g. menetapkan sistem remunerasi Pejabat Pengelola dan Pegawai
Puskesmas;
h. memberikan sanksi kepada pegawai yang melanggar ketentuan yang
berlaku danmemberikan penghargaan kepada pegawai yang berprestasi;
i. kewenangan lain sesuai peraturan perundangan.

BAB III
SUSUNAN ORGANISASI PUSKESMAS
Bagian Kesatu
Struktur Organisasi
Pasal 10

KEPALA PUSKESMAS

KEPALA SUBAG
TATA USAHA

PENANGGUNG PENANGGUNG PENANGGUNG


JAWAB UKM JAWAB JARINGAN JAWAB UKP
PELAYANAN

PUSKESMAS PUSKESMAS POLINDES POLINDES POLINDES


PEMBANTU KELILING

(1) Organisasi Puskesmas SOMPAK terdiri atas :


a. Kepala Puskesmas;
b. Kepala Subbagian Tata Usaha;
c. Penanggungjawab Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan
Keperawatan Kesehatan Masyarakat;
d. Penanggungjawab Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP), kefamasian
dan Laboratorium;
e. Penanggungjawab jaringan Pelayanan Puskesmas, dan jejaring fasilitas
pelayanan kesehatan.
(2) Kepala Puskesmas merupakan seorang Tenaga Kesehatan dengan kriteria
sebagai berikut :
a. tingkat pendidikan paling rendah sarjana dan memiliki kompetensi
manajemen kesehatan masyarakat;
b. masa kerja di Puskesmas minimal 2 (dua) tahun; dan
c. telah mengikuti pelatihan manajemen Puskesmas.
(3) Kepala Puskesmas bertanggungjawab atas seluruh kegiatan di Puskesmas.
(4) Dalam melaksanakan tanggung jawab Kepala Puskesmas merencanakan
dan mengusulkan kebutuhan sumber daya Puskesmas kepada dinas
kesehatan kabupaten.
(5) Kepala Sub Bagian Tata Usaha, membawahi beberapa kegiatan diantaranya
Sistem Informasi Puskesmas, kepegawaian, rumah tangga, dan keuangan;
(6) Penanggungjawab UKM dan keperawatan kesehatan masyarakat yang
membawahi:
a. pelayanan promosi kesehatan termasuk UKS;
b. pelayanan kesehatan lingkungan;
c. pelayanan KIA-KB yang bersifat UKM;
d. pelayanan gizi yang bersifat UKM;
e. pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit;
f. pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat.
(7) Penanggung jawab UKP, kefarmasian, dan laboratorium Membawahi
beberapa kegiatan, yaitu :
a. pelayanan pemeriksaan umum;
b. pelayanan kesehatan gigi dan mulut;
c. pelayanan KIA-KB yang bersifat UKP;
d. pelayanan gawat darurat;
e. pelayanan gizi yang bersifat UKP;
f. pelayanan persalinan;
g. pelayanan rawat inap;
h. pelayanan kefarmasian;
i. pelayanan laboratorium.
(8) Penanggungjawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas
pelayanan kesehatan, yang membawahi:
a. Puskesmas Pembantu;
b. Puskesmas Keliling;
c. Bidan Desa;
d. Jejaring fasilitas pelayanan kesehatan.
(9) Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama
dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama.
(10)Upaya kesehatan dilaksanakan secara terintegrasi dan berkesinambungan.

Bagian Kedua
Pejabat Pengelola
Pasal 11

Pejabat pengelola BLUD terdiri atas :

a. pemimpin;
b. pejabat keuangan;
c. pejabat teknis (penanggung jawab program).

Bagian Ketiga
Pengangkatan Pejabat Pengelola
Pasal 12

(1) Pejabat pengelola BLUD diangkat dan diberhentikan oleh Bupati.


(2) Pemimpin BLUD bertanggungjawab kepada Bupati melalui Kepala Dinas
Kesehatan.
(3) Pejabat Keuangan dan Pejabat Teknis BLUD bertanggung jawab kepada
pemimpin BLUD.

Bagian Keempat
Persyaratan sebagai Pejabat Pengelola
Pasal13
(1) Pengangkatan dalam jabatan dan penempatan pejabat pengelola BLUD
sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 ayat (1), ditetapkan berdasarkan
kompetensi dan kebutuhan praktek bisnis yang sehat.
(2) Kompetensi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), merupakan kemampuan
dan keahlian yang dimiliki oleh pejabat pengelola BLUD berupa
pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan dalam
pelaksanaan tugas jabatannya.
(3) Kebutuhan praktek bisnis yang sehat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
merupakan kepentlngan BLUD untuk meningkatkan kinerja keuangan dan
non keuangan berdasarkan kaidah kaidah manajemen yang baik.

Bagian Kelima
Tanggung Jawab Pejabat Pengelola
Pasal 14

(1) Pemimpin BLUD bertangung jawab terhadap operasional dan keuangan


BLUD secara umum.
(2) Pejabat Keuangan BLUD bertanggung jawab terhadap keuangan BLUD.
(3) Pejabat Teknis BLUD bertanggung jawab terhadap mutu, standarisasi,
administrasi, peningkatan kualitas sumber daya manusia dan peningkatan
sumber daya lainnya.

Bagian Keenam
Hak dan Kewajiban Pejabat Pengelola dan Pegawai
Pasal 15

Pemimpin BLUD sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 huruf a, mempunyai


tugas dan kewajiban :
a. memimpin, mengarahkan, membina, mengawasi, mengendalikan
danmengevaluasi penyelenggaraan kegiatan BLUD;
b. menyusun renstra bisnis BLUD;
c. menyiapkan RBA;
d. mengusulkan calon pejabat pengelola keuangan dan pejabat teknis kepada
Bupatimelalui Dinas Kesehatan sesuai ketentuan;
e. menetapkan pejabat lainnya sesuai kebutuhan BLUD selain pejabat yang
telahditetapkan dengan peraturan perundangan-undangan; dan
f. menyampaikan dan mempertanggungjawabkan kinerja operasional serta
keuanganBLUD kepada Bupati melalui Dinas Kesehatan.

Pejabat keuangan BLUD sebagaimana dimasud pada Pasal 11 huruf b,


mempunyai tugas dan kewajiban :

a. mengkoordinasikan penyusunan RBA;


b. menyiapkan DPA-BLUD;
c. melakukan pengelolaan pendapatan dan biaya;
d. menyelenggarakan pengelolaan kas;
e. melakukan pengelolaan utang-piutang;
f. menyusun kebijakan pengelolaan barang, aset tetap dan investasi;
g. menyelenggarakan sistim informasi manajemen keuangan; dan
h. menyelenggarakan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan.

Pejabat teknis BLUD sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 huruf c, mempunyai


tugas dan kewajiban:
a. menyusun perencanaan kegiatan teknis di bidangnya;
b. melaksanakan kegiatan teknis sesuai RBA; dan
c. mempertanggungjawabkan kinerja operasional di bidangnya.

Bagian Ketujuh
Larangan dan Pemberhentian Pejabat Pengelola dan Pegawai

Pasal 16

Pengangkatan dan pemberhentian pejabat pengelola BLUD disesuaikan dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB IV
PENGELOMPOKAN FUNGSI
Pasal 17

Fungsi pelayanan Puskesmas SOMPAK didasarkan pada kelompok fungsi 2


(dua): fungsi pelayanan meliputi Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM), Upaya
Kesehatan Perseorangan (UKP), Komite Klinik dan fungsi pendukung pelayanan.
Pasal 18

Fungsi pendukung sebagaimana tersebut pada pasal 17 meliputi fungsi


manajemen Puskesmas dan Satuan Pengawas Internal.

Pasal 19

(1) Tugas pokok Satuan Pengawas Internal adalah :


a. mengawasi terhadap pelaksanaan dan operasional BLUD Puskesmas;
b. menilai pengendalian pengelolaan dan pelaksaaan kegiatan BLUD
Puskesmas; dan
c. memberikan saran perbaikan kepada Kepala Puskesmas.
(2) Fungsi Satuan Pengawas Internal adalah :
a. pelaksanapengawasan terhadap segala kegiatan BLUD Puskesmas
keuangan dan pelayanan;
b. penelusuran kebenaran laporan atau informasi tentang penyimpangan
yang terjadi; dan
c. pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat pengawas
fungsional.
(3) Satuan Pengawas Internal dibentuk dan di tetapkan dengan keputusan
Kepala Puskesmas;
Satuan Pengawas internal berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Puskesmas;
(4) Satuan Pengawas Internal diangkat dan diberhentikan oleh Kepala
Puskesmas.

BAB V
PROSEDUR KERJA
Pasal 20

Prosedur kerja setiap proses pengelolaan manajerial dan pelayanan telah


didokumentasikan dalam Standard Operating Procedure (SOP). SOP
merupakan acuan bagi seluruh petugas di Puskesmas SOMPAK dalam
melaksanakan pekerjaan. Acuan pelaksanaan pekerjaan merupakan bagian vital
dalam pengelolaan Puskesmas SOMPAK dan diharapkan merupakan suatu
standar baku dalam proses bisnis puskesmas sehingga pelayanan kepada
seluruh pengguna dapat mencapai standar yang diinginkan.

BAB VI
ESELONISASI
Pasal 21

(1) Eselonisasi Pejabat Pengelola Puskesmas BLUD disesuaikan dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan;
(2) Jika Pejabat Pengelola Puskesmas BLUD sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), berasal dari Non Pegawai Negeri Sipil maka hak-hak yang menyangkut
tunjangan jabatan disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang–
undangan yang berlaku.
BAB VII
PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA
Pasal 22

(1) Pengelolaan sumber daya manusia sebagaimana dimaksud merupakan


pengaturan dan kebijakan yang jelas mengenai sumber daya manusia yang
berorientasi pada pemenuhan secara kuantitatif dan kualitatif/kompeten
untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi secara efisien, efektif, dan
produktif.
(2) Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas tenaga kesehatan dan tenaga
non kesehatan.
(3) Jenis dan jumlah tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan dihitung
berdasarkan analisis beban kerja, dengan mempertimbangkan jumlah
pelayanan yang diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya,
karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah kerja dan
pembagian waktu kerja.
(4) Jenis tenaga kesehatan paling sedikit terdiri atas:
a. dokter atau dokter layanan primer;
b. dokter gigi;
c. perawat / perawat gigi;
d. bidan;
e. tenaga kesehatan masyarakat;
f. tenaga kesehatan lingkungan;
g. ahli teknologi laboratorium medik;
h. tenaga gizi;
i. tenaga kefarmasian; dan
j. perekam medik.
(5) Tenaga non kesehatan harus dapat mendukung kegiatan ketatausahaan,
administrasi keuangan, sistem informasi dan kegiatan operasional lain di
Puskesmas.
(6) Tenaga kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar
profesi, standar pelayanan, standar prosedur operasional, etika
profesi, menghormati hak pasien, serta mengutamakan kepentingan dan
keselamatan pasien dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan
dirinya dalam bekerja.
(7) Setiap Tenaga Kesehatan yang bekerja di Puskesmas harus memiliki surat
izin praktik sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(8) Ketentuan mengenai pengelolaan SDM non PNS diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Bupati mulai dari rekrutmen, seleksi,pengangkatan, penempatan,
mutasi, promosi, reward punishment, sampai dengan pemutusan hubungan
kerja termasuk pensiun.
BAB VIII
REMUNERASI
Pasal 23

(1) Pejabat pengelola BLUD dan pegawai BLUD dapat diberikan remunerasi
sesuai dengan tingkat tanggungjawab dan tuntutanprofesionalisme yang
diperlukan.
(2) Remunerasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), merupakan imbalan
kerja yang dapat berupa gaji, tunjangan tetap, honorarium, insentif, bonus
atas prestasi, pesangon dan/atau pensiun.
(3) Remunerasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), untuk BLUD-
Puskesmas ditetapkan oleh Bupati berdasarkan usulan pemimpin BLUD-
Puskesmas melalui Kepala Dinas Kesehatan.
(4) Penetapan remunerasi pemimpin BLUD, mempertimbangkan faktor-faktor
yang berdasarkan;
a. ukuran (size) dan jumlah aset yang dikelola BLUD, tingkat pelayanan
serta produktivitas;
b. pertimbangan persamaannya dengan industri pelayanan sejenis;
c. kemampuan pendapatan BLUD bersangkutan; dan
d. kinerja operasional BLUD yang ditetapkan oleh kepala daerah dengan
mempertimbangkan antara lain indikator keuangan, pelayanan, mutu
dan manfaat bagi masyarakat;
(5) Remunerasi pejabat keuangan dan pejabat teknis ditetapkan paling banyak
sebesar 90%(sembilan puluh persen) dari remunerasi pemimpin BLUD.
(6) Remunerasi bagi pejabat pengelola dan pegawai BLUD sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2), dapat dihitung berdasarkan indikator penilaian:
a. pengalaman dan masa kerja (basic index);
b. ketrampilan, ilmu pengetahuan dan perilaku (competency index);
c. resiko kerja (risk index);
d. tingkat kegawatdaruratan (emergency index);
e. jabatan yang disandang (position index); dan
f. hasil/capaian kinerja (performance index).
(7) Bagi pejabat pengelola dan pegawai BLUD yang berstatus PNS, gaji pokok
dan tunjangan mengikuti peraturan perundangan-undangan tentang gaji
dan tunjangan PNS serta dapat diberikan tambahan penghasilan sesuai
remunerasi yang ditetapkan oleh Bupati.
(8) Pejabat pengelola, yang dlberhentikan sementara darijabatannya
memperoleh penghasilan sebesar 50% ( lima puluh persen ) dari
remunerasi/honorarium bulan terakhir yang berlaku sejak tanggal
diberhentikan sampai dengan ditetapkannya keputusan definitif tentang
jabatan yang bersangkutan.
(9) Bagi pejabat pengelola berstatus PNS yang diberhentikan sementara dari
jabatannya sebagaimana dimaksud dalam ayat (8), memperoleh penghasilan
sebesar 50% (lima puluh persen) dari remunerasi bulan terakhir di BLUD
sejak tanggal diberhentikan atau sebesar gaji PNS berdasarkan surat
keputusan pangkat terakhir.
BAB IX
STANDAR PELAYANAN MINIMAL
Pasal 24

(1) Untuk menjamin ketersediaan, keterjangkauan dan kualitas pelayanan


umum yang diberikan oleh BLUD, Bupati menetapkan standar pelayanan
minimal BLUD dengan peraturan Bupati.
(2) Standar pelayanan minimal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat
diusulkan oleh pemimpin BLUD kepada Bupati melalui Kepala Dinas
Kesehatan.
(3) Standar pelayanan minimal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus
mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan, dan kesetaraan layanan
serta kemudahan untuk mendapatkan layanan.
(4) Standar pelayanan minimal harus memenuhi persyaratan:
a. fokus pada jenis pelayanan;
b. terukur;
c. dapat dicapai;
d. relevan dan dapat diandalkan; dan
e. tepat waktu.
(5) Fokus pada jenis pelayanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) huruf a,
mengutamakankegiatan pelayanan yang menunjang terwujudnya tugas dan
fungsi BLUD.
(6) Terukur sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) huruf b, merupakan
kegiatan yangpencapaiannya dapat dinilai sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
(7) Dapat dicapai sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) huruf c, merupakan
kegiatan nyata,dapat dihitung tingkat pencapaiannya, rasional, sesuai
kemampuan dan tingkatpemanfaatannya.
(8) Relevan dan dapat diandalkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) huruf
d, merupakankegiatan yang sejalan, berkaitan dan dapat dipercaya untuk
menunjang tugas dan fungsiBLUD.
(9) Tepat waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) huruf e, merupakan
kesesuaian jadwaldan kegiatan peiayanan yang telah ditetapkan.

BAB X
TARIF LAYANAN
Pasal 25

(1) BLUD dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas
barang dan/atau jasa layanan yang diberikan.
(2) Imbalan atas barang dan/atau jasa layanan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), ditetapkan dalam bentuk tarif yang disusun atas dasar perhitungan
biaya satuan per unit layanan atau hasil per investasi dana.
(3) Tarif sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), termasuk imbal hasil yang
wajar dari investasi dana dan untuk menutup seluruh atau sebagian dari
biaya per unit layanan.
(4) Tarif layanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), dapat berupa besaran
tarif atau pola tarif sesuai jenis layanan BLUD yang bersangkutan.
(5) Tarif layanan BLUD-Puskesmas diusulkan oleh pemimpin BLUD kepada
Bupati melalui Kepala Dinas Kesehatan.
(6) Tarif layanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5), ditetapkan dengan
peraturan Bupati dan disampaikan kepada pimpinan DPRD.
(7) Penetapan tarif layanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6),
mempertimbangkankontinuitas dan pengembangan layanan, daya beli
masyarakat serta kompetisi yang sehat.
(8) Bupati dalam menetapkan besaran tarif sebagaimana dimaksud dalam ayat
(6),dapat membentuk Tim Tarif.
(9) Pembentukan tim sebagaimana dimaksud dalam ayat (8), ditetapkan oleh
Bupatiyang keanggotaannya dapat berasal dari:
a. pembina teknis;
b. pembina keuangan;
c. unsur perguruan tinggi;
b. lembaga profesi.
(10)Peraturan Bupati mengenai tarif layanan BLUD dapat dilakukan perubahan
sesuai kebutuhan dan perkembangan keadaan.
(11)Perubahan tarif sebagaimana dimaksud dalam ayat (10), dapat dilakukan
secara keseluruhan maupun per unit layanan.
(12)Penetapan tarif layanan mempertimbangkan kontinuitas dan pengembangan
layanan, daya beli masyarakat, serta kompetisi yang sehat.

BAB XI
PENGELOLAAN KEUANGAN
Bagian Kesatu
Pendapatan
Pasal 26

(1) Pendapatan BLUD dapat bersumber dari:


a. jasa layanan;
b. hibah;
c. hasil kerjasama dengan pihak lain;
d. APBD;
e. APBN; dan
f. lain-lain pendapatan BLUD yang sah.
(2) Pendapatan BLUD yang bersumber dari jasa layanan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf a, berupa imbalan yang diperoleh dari jasa
layanan yang diberikan kepada masyarakat.
(3) Pendapatan BLUD yang bersumber dari hibah sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf b, dapat berupa hibah terikat dan hibah tidak terikat.
(4) Hasil kerjasama dengan pihak lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf c, dapat berupa perolehan dari kerjasama operasional, sewa menyewa
dan usaha lainnya yang mendukung tugas dan fungsi BLUD.
(5) Pendapatan BLUD yang bersumber dari APBD sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf d, berupa pendapatan yang berasal dari otorisasi kredit
anggaran pemerintah daerah bukan dari kegiatan pembiayaan APBD.
(6) Pendapatan BLUD yang bersumber dari APBN sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf e, dapat berupa pendapatan yang berasal dari pemerintah
dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi dan/atau tugas pembantuan dan
lain-lain.
(7) BLUD dalam melaksanakan anggaran dekonsentrasi dan/atau tugas
pembantuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6), proses pengelolaan
keuangan diselenggarakan secara terpisah berdasarkan ketentuan yang
berlaku dalam pelaksanaan APBN.
(8) Lain-lain pendapatan BLUD yang sah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf f, antara lain:
a. hasil penjualan kekayaan yang didapat berasal dari pendapatan non
APBD/non APBN;
b. hasil pemanfaatan kekayaan;
c. jasa giro;
d. pendapatan bunga;
e. keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;
f. komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan/ataupengadaan barang dan/atau jasa oleh BLUD;
g. hasil investasi.
(9) Seluruh pendapatan BLUD sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) kecuali
yang berasal dari hibah terikat, dapat dikelola langsung untuk membiayai
pengeluaran BLUD sesuai RBA.
(10)Hibah terikat sebagaimana dimaksud dalam ayat (9), diperlakukan sesuai
peruntukannya.
(11)Seluruh pendapatan BLUD sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)huruf a,
huruf b, hurufc, dan huruf f, dilaksanakan melalui rekening kas BLUD dan
dicatat dalam kode rekeningkelompok pendapatan asli daerah pada jenis
lain-lain pendapatan asli daerah yang sahdengan obyek pendapatan BLUD.
(12)Seluruh pendapatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (11) dilaporkan
kepada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) setiap triwulan.

Bagian Kedua
Biaya
Pasal 27

(1) Biaya BLUD merupakan biaya operasional dan biaya non operasional.
(2) Biaya operasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), mencakup seluruh
biaya yangmenjadi beban BLUD dalam rangka menjalankan tugas dan
fungsi.
(3) Biaya non operasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), mencakup
seluruh biayayang menjadi beban BLUD dalam rangka menunjang
pelaksanaan tugas dan fungsi.
(4) Biaya BLUD sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dialokasikan untuk
membiayai programpeningkatan pelayanan, kegiatan pelayanan dan
kegiatan pendukung pelayanan.
(5) Pembiayaan program dan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4),
dialokasikansesuai dengan kelompok, jenis, program dan kegiatan.
(6) Biaya operasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), terdiri dari:
a. biaya pelayanan; dan
b. biaya umum dan administrasi.
(7) Biaya pelayanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) huruf a, mencakup
seluruh biayaoperasional yang berhubungan langsung dengan kegiatan
pelayanan.
(8) Biaya umum dan administrasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) huruf
b, mencakupseluruh biaya operasional yang tidak berhubungan langsung
dengan kegiatan pelayanan.
(9) Biaya pelayanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (7), terdiri dari;
a. biaya pegawai;
b. biaya bahan;
c. biaya jasa pelayanan;
d. biaya pemeliharaan;
e. biaya barang dan jasa; dan
f. biaya pelayanan lain-lain.
(10)Biaya umum dan administrasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (8), terdiri
dari:
a. biaya pegawai;
b. biaya administrasi kantor;
c. biaya pemeliharaan;
d. biaya barang dan jasa;
e. biaya promosi; dan
f. biaya umum dan administrasi lain-lain.
(11)Biaya non operasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), terdiri dari:
a. biaya bunga bank;
b. biaya administrasi bank;
c. biaya kerugian penjualan aset tetap;
d. biaya kerugian penurunan nilai; dan
e. biaya non operasional lain-lain.
(12)Seluruh pengeluaran biaya BLUD yang bersumber sebagaimana dimaksud
pada Pasal 26 ayat (1)huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf f disampaikan
kepada PPKD setiap triwulan.
(13)Seluruh pengeluaran biaya BLUD yang bersumber sebagaimana dimaksud
dalam ayat (12), dilakukan dengan menerbitkan SPM Pengesahan yang
dilampiri dengan Surat Pernyataan Tanggungjawab (SPTJ).
(14)Pengeluaran biaya BLUD diberikan fleksibilitas dengan mempertimbangkan
volume kegiatan pelayanan.
(15)Fleksibilitas pengeluaran biaya BLUD sebagaimana dimaksud dalam ayat
(14), merupakan pengeluaran biaya yang disesuaikan dan signifikan dengan
perubahan pendapatan dalam ambang batas RBA yang telah ditetapkan
secara definitif.
(16)Fleksibilitas pengeluaran biaya BLUD sebagaimana dimaksud dalam ayat
(14), hanya berlaku untuk biaya BLUD yang berasal dari pendapatan selain
dari APBN/APBD dan hibah terikat.
(17)Fleksibilitas pengeluaran biaya BLUD sebagaimana dimaksud dalam ayat
(14), tidak berlakuuntuk BLUD bertahap.
(18)Dalam hal terjadi kekurangan anggaran, BLUD mengajukan usulan
tambahan anggaran dari APBD kepada PPKD melalui Kepala Dinas
Kesehatan.
(19)Ambang batas RBA sebagaimana dimaksud dalam ayat (15), ditetapkan
dengan besaran persentase.
(20)Besaran persentase sebagaimana dimaksud dalam ayat (19), ditentukan
dengan mempertimbangkan fluktuasi kegiatan operasional BLUD.
(21)Besaran persentase sebagaimana dimaksud dalam ayat (20), ditetapkan
dalam RBA dan DPA-BLUD oleh PPKD.
(22)Persentase ambang batas tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (19),
merupakan kebutuhan yang dapat diprediksi, dapat dicapai, terukur,
rasional dan dapat dipertanggungjawabkan.

Bagian Ketiga
Perencanaan dan Penganggaran
Pasal 28

(1) BLUD menyusun Renstra Bisnis BLUD.


(2) Renstra bisnis BLUD sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), mencakup
pernyataan visi, misi, program strategis, pengukuran pencapaian kinerja,
rencana pencapaian lima tahunan dan proyeksi keuangan lima tahunan
BLUD.
(3) Visi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), memuat suatu gambaran yang
menantang tentang keadaan masa depan yang berisikan cita dan citra yang
ingin diwujudkan.
(4) Misi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), memuat sesuatu yang harus
diemban atau dilaksanakan sesuai visi yang ditetapkan, agar tujuan
organisasi dapat terlaksana sesuai dengan bidangnya dan berhasil dengan
baik.
(5) Program strategis sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), memuat program
yang berisi proses kegiatan yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai
sampai dengan kurun waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun dengan
memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada atau mungkin
timbul.
(6) Pengukuran pencapaian kinerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (2),
memuat pengukuran yang dilakukan dengan menggambarkan pencapaian
hasil kegiatan dengan disertai analisis atas faktor-faktor internal dan
eksternal yang mempengaruhi tercapainya kinerja.
(7) Rencana pencapaian lima tahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2),
memuat rencana capaian kinerja pelayanan tahunan selama 5 (lima) tahun.
(8) Proyeksi keuangan lima tahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2),
memuat perkiraan capaian kinerja keuangan tahunan selama 5 (lima)
tahun.
(9) Renstra bisnis BLUD sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipergunakan
sebagai dasar penyusunan RBA dan evaluasi kinerja.
(10) BLUD menyusun RBA tahunan yang berpedoman kepada renstra bisnis
BLUD.
(11) Penyusunan RBA sebagaimana dimaksud dalam ayat (10), disusun
berdasarkan prinsip anggaran berbasis kinerja, perhitungan akuntansi biaya
menurut jenis layanan, kebutuhan pendanaan dan kemampuan pendapatan
yang diperkirakan akan diterima dari masyarakat, badan lain, APBD, APBN
dan sumber-sumber pendapatan BLUD lainnya.
(12) RBA merupakan penjabaran lebih lanjut dari program dan kegiatan BLUD
dengan berpedoman pada pengelolaan keuangan BLUD.
(13) RBA sebagaimana dimaksud dalam ayat (12), memuat:
a. kinerja tahun berjalan;
b. asumsi makro dan mikro;
c. target kinerja;
d. analisis dan perkiraan biaya satuan;
e. perkiraan harga;
f. anggaran pendapatan dan biaya;
g. besaran persentase ambang batas;
h. prognosa laporan keuangan;
i. perkiraan maju (forward estimate);
j. rencana pengeluaran investasi/modal; dan
k. ringkasan pendapatan dan biaya untuk konsolidasi dengan RKA
DinasKesehatan/APBD.
(14) RBA sebagaimana dimaksud dalam ayat (13), disertai dengan usulan
program, kegiatan, standar pelayanan minimal dan biaya dari keluaran yang
akan dihasilkan.
(15) Kinerja tahun berjalan sebagaimana dimaksud dalam ayat (13) huruf a,
meliputi:
a. hasil kegiatan usaha;
b. faktor yang mempengaruhi kinerja;
c. perbandingan RBA tahun berjalan dengan realisasi;
d. laporan keuangan tahun berjalan; dan
e. hal-hal lain yang perlu ditindaklanjuti sehubungan dengan pencapaian
kinerja tahun berjalan.
(16) Asumsi makro dan mikro sebagaimana dimaksud dalam ayat (13) huruf b,
antara lain:
a. tingkat inflasi;
b. pertumbuhan ekonomi;
c. nilai kurs;
d. tarif;
e. volume pelayanan.
(17) Target kinerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (13) huruf c, antara lain:
a. perkiraan pencapaian kinerja pelayanan; dan
b. perkiraan keuangan pada tahun yang direncanakan.
(18) Analisis dan perkiraan biaya satuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (13)
huruf d, merupakan perkiraan biaya per unit penyedia barang dan/atau jasa
pelayanan yang diberikan, setelah memperhitungkan seluruh komponen
biaya dan volume barang dan/atau jasa yang akan dihasilkan.
(19) Perkiraan harga sebagaimana dimaksud dalam ayat (13) huruf e, merupakan
estimasi harga jual produk barang dan/atau jasa setelah memperhitungkan
biaya persatuan dan tingkat kebijakan yang ditentukan seperti tercermin
dari tarif layanan.
(20) Anggaran pendapatan dan biaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (13)
huruf f, merupakan rencana anggaran untuk seluruh kegiatan tahunan yang
dinyatakan dalam satuan uang yang tercermin dari rencana pendapatan dan
biaya.
(21) Besaran persentase ambang batas sebagaimana dimaksud dalam ayat (13)
huruf g, merupakan besaran persentase perubahan anggaran bersumber
dari pendapatan operasional yang diperkenankan dan ditentukan dengan
mempertimbangkan fluktuasi kegiatan operasional BLUD.
(22) Prognosa laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (13) huruf
h, merupakan perkiraan realisasi keuangan tahun berjalan seperti tercermin
pada laporan operasional, neraca, dan laporan arus kas.
(23) Perkiraan maju (forward estimate) sebagaimana dimaksud dalam ayat (13)
huruf i, merupakan perhitungan kebutuhan dana untuk tahun anggaran
berikutnya dari tahun yang direncanakan guna memastikan kesinambungan
program dan kegiatan yang telah disetujui dan menjadi dasar penyusunan
anggaran tahun berikutnya.
(24) Rencana pengeluaran investasi/modal sebagaimana dimaksud dalam ayat
(13) huruf j, merupakan rencana pengeluaran dana untuk memperoleh aset
tetap.
(25) Ringkasan pendapatan dan biaya untuk konsolidasi dengan RKA-Dinas
Kesehatan/APBD sebagaimana dimaksud dalam ayat (13) huruf k,
merupakan ringkasan pendapatan dan biaya dalam RBA yang disesuaikan
dengan format RKA-Dinas Kesehatan/APBD.
(26) Untuk BLUD-Puskesmas, RBA sebagaimana dimaksud dalam ayat
(12)disusun dan dikonsolidasikan dengan RKA-Dinas Kesehatan.
(27) RBA sebagaimana dimaksud pada ayat (26), dipersamakan sebagai RKA-
Puskesmas.
(28) RBA sebagaimana dimaksud dalam ayat (26), disampaikan kepada kepala
Dinas Kesehatan untuk dibahas sebagai bagian dari RKA-Dinas Kesehatan.
(29) RKA-Dinas Kesehatan beserta RBA sebagaimana dimaksud pada ayat (28),
disampaikan kepada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD).
(30) RBA sebagaimana dimaksud dalam ayat (28)atau RKA-Dinas Kesehatan
beserta RBAsebagaimana dimaksud dalam ayat (29), oleh PPKD disampaikan
kepada Tim Anggaran dan Pendapatan Daerah (TAPD) untuk dilakukan
penelaahan.
(31) RBA yang telah dilakukan penelaahan oleh TAPD sebagaimana dimaksud
dalam ayat (30), disampaikan kepada PPKD untuk dituangkan dalam
Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD.
(32) Setelah Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD sebagaimana dimaksud
dalam ayat (31)ditetapkan menjadi Peraturan Daerah, pemimpin BLUD
melakukan penyesuaian terhadap RBA untuk ditetapkan menjadi RBA
definitif.
(33) RBA definitif sebagaimana dimaksud dalam ayat (32), dipakai sebagai dasar
penyusunan DPA-BLUD untuk diajukan kepada PPKD.

Bagian Keempat
Pelaksanaan Anggaran
Pasal 29

(1) DPA-BLUD sebagaimana dimaksud pada Pasal 28 ayat (33), mencakup


antara lain:
a. pendapatan dan biaya;
b. proyeksi arus kas;
c. jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa yang akan dihasilkan.
(2) PPKD mengesahkan DPA-BLUD sebagai dasar pelaksanaan anggaran.
(3) Pengesahan DPA-BLUD berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
(4) Dalam hal DPA-BLUD sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), belum
disahkan oleh PPKD, BLUD dapat melakukan pengeluaran uang setinggi-
tingginya sebesar angka DPA-BLUD tahun sebelumnya.
(5) DPA-BLUD yang telah disahkan oleh PPKD sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2), menjadi dasar penarikan dana yang bersumber dari APBD.
(6) Penarikan dana sebagaimana dimaksud dalam ayat (5), digunakan untuk
belanja pegawai,belanja modal, barang dan/atau jasa, dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.
(7) Penarikan dana untuk belanja barang dan/atau jasa sebagaimana dimaksud
dalam ayat (6),sebesar selisih (mismatch) jumlah kas yang tersedia ditambah
dengan aliran kas masuk yang diharapkan dengan jumlah pengeluaran yang
diproyeksikan, dengan memperhatikananggaran kas yang telah ditetapkan
dalam DPA-BLUD.
(8) DPA-BLUD menjadi lampiran perjanjian kinerja yang ditandatangani oleh
Bupati dengan pemimpin BLUD.
(9) Perjanjian kinerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (8), merupakan
manifestasi hubungan kerja antara Bupati dan pemimpin BLUD, yang
dituangkan dalam perjanjian kinerja (contractual performance agreement).
(10)Dalam perjanjian kinerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (8), Bupati
menugaskan pemimpin BLUD untuk menyeienggarakan kegiatan pelayanan
umum dan berhak mengelola dana sesuai yang tercantum dalam DPA-
BLUD.
(11)Perjanjian kinerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (8), antara lain
memuat kesanggupan untuk meningkatkan:
a. kinerja pelayanan bagi masyarakat;
b. kinerja keuangan;
c. manfaat bagi masyarakat.

Bagian Kelima
Akuntansi, Pelaporan dan Pertanggungjawaban
Pasal 30

(1) BLUD menyelenggarakan akuntansi dan laporan keuangan sesuai dengan


standarakuntansi keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi
Indonesia untukmanajemen bisnis yang sehat.
(2) Setiap transaksi keuangan BLUD dicatat dalam dokumen pendukung yang
dikelola secara tertib.
(3) Penyelenggaraan akuntansi dan Iaporan keuangan sebagaimana dimaksud
pada ayat(1), menggunakan basis akrual baik dalam pengakuan
pendapatan, biaya, aset, kewajiban danekuitas dana.
(4) BLUD mengembangkan dan menerapkan sistem akuntansi dengan
berpedoman padastandar akuntansi yang berlaku untuk BLUD yang
bersangkutan dan ditetapkan oleh Bupati.

Pasal 31

(1) Laporan keuangan BLUD terdiri dari:


a. neraca yang menggambarkan posisi keuangan mengenai aset,
kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu;
b. laporan operasional yang berisi informasi jumlah pendapatan dan biaya
BLUD selama satu periode;
c. laporan arus kas yang menyajikan informasi kas berkaitan dengan
aktivitas operasional, investasi, dan aktivitas pendanaan dan/atau
pembiayaan yang menggambarkan saldo awal, penerimaan,
pengeluaran dan saldo akhir kas selama periode tertentu; dan
d. catatan atas laporan keuangan yang berisi penjelasan naratif atau
rincian dari angka yang tertera dalam laporan keuangan.
(2) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disertai dengan
laporan kinerja yang berisikan informasi pencapaian hasil/keluaran BLUD.
(3) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diaudit oleh
pemeriksa eksternal sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(4) Setiap triwulan BLUD-Puskesmas menyusun dan menyampaikan laporan
operasional dan laporan arus kas kepada PPKD melalui Kepala Dinas
Kesehatan, paling lambat 15 (lima belas) hari setelah periode pelaporan
berakhir.
(5) Setiap semesteran dan tahunan BLUD-Puskesmas wajib menyusun dan
menyampaikan laporan keuangan lengkap yang terdiri dari laporan
operasional, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan
disertai laporan kinerja kepada PPKD melalui Kepala Dinas Kesehatan untuk
dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan Dinas Kesehatan dan
pemerintah daerah, paling lambat 2 (dua) bulan setelah periode pelaporan
berakhir.
(6) Penyusunan laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) dan
dalam ayat (5) untuk kepentingan konsolidasi, dilakukan berdasarkan
standar akuntansi pemerintahan.

BAB XII
PENGELOLAAN SUMBER DAYA LAIN

Pasal 32

(1) Sumber daya lain adalah seluruh aset dan kegiatan yang menghasilkan
pendapatan diluar pendapatan operasional dan dikelola oleh Puskesmas.
(2) Pengelolaan sumber daya lain diupayakan untuk meningkatkan mutu
pelayanan dan operasional serta kelancaran tugas pokok dan fungsi
Puskesmas.
(3) Pengelolaan sumber daya yang berupa alat kesehatan wajib dilakukan
kalibrasi alat secara berkala.
(4) Sistem pengelolaan sumber daya lain diusulkan oleh Kepala Puskesmas
melalui Kepala Dinas Kesehatan untuk ditetapkandengan Peraturan Bupati.

BAB XIII
PENGELOLAAN LINGKUNGAN

Pasal 33

(1) Dalam menjaga kelestarian lingkungan, Puskesmas wajib mengelola limbah


Puskesmas melalui penyusunan UKL (Upaya Pengelolaan Lingkungan) dan
UPL (Upaya Pemantauan Lingkungan) sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(2) Pengelolaan limbah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi
pengelolaan limbah padat dan cair, pengawasan dan pengendalian vektor.
(3) Pengelolaan limbah cair wajib memenuhi syarat baku mutu yang
ditetapkan secara nasional dan regional meliputi pengelolaan secara
kimiawi, fisik dan biologis sebelum dibuang ke lingkungan.
(4) Dalam mengelola limbah padat (sampah), Puskesmas wajib memisahkan
sampah medis dari sampah non medis.
(5) Pengelolaan sampah medis wajib mematuhi peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
BAB XIV
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Bagian Kesatu
Pembinaan
Pasal 34

(1) Pembinaan teknis Puskesmas dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan;


(2) Pembinaan keuangan Puskesmas oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
(PPKD).

Bagian Kedua
Pengawasan
Pasal 35

(1) Pengawasan Puskesmas dilakukan oleh Inspektorat Kabupaten Landak;


(2) Pengawasan operasional dapat dilakukan oleh Satuan Pengawas Internal
(SPI).

BAB XV
EVALUASI DAN PENILAIAN KINERJA

Pasal 36

(1) Evaluasi dan penilaian kinerja BLUD-Puskesmas dilakukan setiap tahun


oleh Bupati terhadap aspek keuangan dan non keuangan;
(2) Evaluasi dan penilaian kinerjasebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
bertujuan untuk mengukur tingkat pencapaian hasil pengelolaan BLUD
sebagaimana ditetapkan dalamRencana Strategis Bisnis (Renstra Bisnis) dan
Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA).

BAB XVI
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 37

Bupati berwewenang untuk menetapkan berbagai ketentuan dan peraturan


pelaksanaan untuk melaksanakan Pola Tata Kelola ini, yang meliputi Peraturan
Puskesmas, peraturan tentang ketenagaan, serta peraturan lain yang tidak
dicantumkan dalam Pola Tata Kelola ini atas usulan Kepala Puskesmas.
BAB XVII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 38

Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan
Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Landak.

Ditetapkan di Ngabang
pada tanggal 13 November 2015
BUPATI LANDAK,

Cap /ttd

ADRIANUS ASIA SIDOT

Diundangkan di Ngabang
pada tanggal 13 November 2015
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN LANDAK

Cap / ttd

LUDIS

BERITA DAERAH KABUPATEN LANDAK TAHUN 2015 NOMOR

Salinan sesuai dengan aslinya


KEPALA BAGIAN HUKUM DAN HAM
SETDA KABUPATEN LANDAK

NIKOLAUS

Pembina
NIP. 19680225 199903 1003

Anda mungkin juga menyukai