Light Detection And Ranging (LiDAR)

Light Detection And Ranging (LiDAR) merupakan teknologi penginderaan jauh yang relatif baru. Dengan
menggunakan LiDAR memungkinkan untuk memperoleh data topografi yang akurat dan beresolusi tinggi
(sekitar 1-4 m) menembus tutupan hutan lebat. Kemampuan LiDAR dalam mendeteksi multiple return dari
laser pulse dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan Digital Elevation Model (DEM) dari permukaan di
bawah kanopi hutan. Airborne LiDAR adalah alat penting untuk penelitian geosain dengan spektrum yang
lebar dapat diaplikasikan untuk pemetaan geologi, geological hazard assessment, dan untuk pemetaan
dan perencanaan penggunaan lahan.

Dalam metode pemetaan geologi sebelumnya, kombinasi pemetaan lapangan konvensional dan
interpretasi foto udara memiliki perbedaan yang signifikan dan tidak cukup merepresentasikan
kompleksitas geologi secara detail. Perspektif yang baru, semi-automated alogarithm untuk pemetaan
litologi rinci dapat menggunakan data topografi LiDAR resolusi tinggi (4 m) di mana fitur non-tanah seperti
pohon dan bangunan telah dihapus. Perbedaan karakteristik geomorfologi dari masing-masing unit
litologi utama menghasilkan bentuk topografi yang khas dalam bare-Earth LiDAR DEM. Peta tematik
(slope, curvature dan surface roughness) dari DEM LiDAR dimaksudkan untuk menggambarkan bentuk
topografi yang terkait dengan masing-masing satuan litologi.

Meskipun demikian, pengunaan teknologi LiDAR masih mahal karena harus mengakomodir biaya
penyewaan pesawat. Salah satu afternatif pemetaan permukaan bumi dengan teknologi yang sebanding
tapi berbiaya lebih murah adalah teknik fotogrametri menggunakan drone. Citra yang dihasilkan
fotogrametri drone adalah orthophoto yang dapat diproses lebih lanjut menjadi Digital Elevation Model
(DEM) dengan akurasi 1- 4 m. Meskipun demikian, kelemahan teknik fotogrametri ini dibandingkan
dengan LiDAR adalah tidak dapat menembus awan karena menggunakan kamera optik, tidak bisa
dilakukan pada malam hari, dan tidak dapat menjangkau area yang sangat luas.