Di Susun Oleh :
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan izin dan
kekuatan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa tanpa bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah
sulit bagi kami untuk menyelesaikan makalah studi akuntansi internasional ini.Oleh karena itu,
kami mengucapkan terima kasih kepada dosen studi akuntansi internasional dan rekan anggota
mahasiswa yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membantu dalam
penyusunan proposal ini.
Meski dalam penyusunan proposal ini kami telah berusaha dengan maksimal, namun
kami menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.Akhir kata, kami berharap semoga proposal ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi
diri kami sendiri.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Para eksekutif keuangan diseluruh dunia menghargai cara-cara baru dan imaginative
untuk meminimalkan eksposur yang dihadapi atas volatilitas kurs valuta asing, harga
komoditas, tingkat suku bunga, dan harga sekuritas. Industry jasa keuangan saat ini
menawarkan banyak produk lindung nilai keuangan, termasuk swap mata uang, swap suku
bunga, dan opsi.
Tujuan utama manajemen risiko keuangan adalah untuk meminimalkan potensi
kerugian yang timbul dari perubahan tak terduga dalam harga mata uang, kredit, komoditas,
dan ekuitas. Resiko volatilitas harga yang dihadapi ini dikenal sebagai risiko pasar. Resiko
pasar terdapat dalam berbagai bentuk. Meskipun focus terhadap volatilitas harga atau tingkat,
akuntan manajemen perlu mempertimbangkan resiko lainnya. Resiko likuiditas timbul karena
tidak semua produk manajemen resiko keuangan dapat diperdagangkan secara bebas.
Diskontinuitas pasar mengacu pada resiko bahwa pasar tidak selalu menimbulkan perubahan
harga secara bertahap. Resiko kredit merupakan kemungkinan bahwa pihak lawan dalam
kontrak manajemen resiko tidak dapat memenuhi kewajibannya. Resiko regulasi adalah resiko
yang timbul karena pihak otoritas public melarang penggunaan suatu produk keuangan untuk
bertujuan tertentu. Resiko pajak merupakan resiko bahwa transaksi lindung nilai tertentu tidak
dapat memperoleh perlakuan pajak yang diinginkan. Resiko akuntansi adalah peluang bahwa
suatu transaksi lindung nilai tidak dapat dicatat sebagai bagian dari transaksi hendak dilindung
nilai
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
C. Peran Akuntansi
Akuntansi manajemen membantu mengenali risiko pasar yang mungkin terjadi,
mengukur trade-offs yang berhubungan dengan strategi alternatif untuk merespon suatu risiko,
mengukur peluang suatu perusahaan terhadap risiko-risiko tertentu, memberi penjelasan atas
produk-produk pencegahan risiko tertentu, dan menilai keefektifan program pencegahan risiko
ini.
1. Menilai/Identifikasi Risiko Pasar
Kerangka dasar yang bermanfaat untuk mengidentifikasikan berbagai jenis risiko
market yang berpotensi dapat disebut sebagai pemetaan risiko. Kerangka ini diawali
dengan pengamatan atas hubungan berbagai risiko pasar terhadap pemicu nilai
suatu perusahaan dan pesaingnya. Dan biasanya disebut sebagai kubus pemetaan
risiko. Istilah pemicu nilai mengacu pada kondisi keuangan dan pos-pos kinerja
operasi keuangan utama yang mempengaruhi nilai suatu perusahaan. Risiko pasar
mencakup risiko kurs valuta asing dan suku bunga, serta risiko harga komoditas dan
ekuitas. Dimensi ketiga dari kubus pemetaan risiko, melihat kemungkinan
hubungan antara risiko pasar dan pemicu nilai untuk masing-masing pesaing utama
perusahaan.
2. Mengukur Trade-offs
Mengukur trade-offs yang berhubungan dengan strategi alternatif dalam merespons
suatu risiko. Manajemen dapat memilih untuk tetap menghadapi risiko daripada
melakukan pencegahan bila biaya perlindungan risiko lebih tinggi daripada
keuntungannya. Seorang akuntan akan mengukur keuntungan dari pencegahan
risiko dan biaya yang dikeluarkan, juga biaya-biaya dan keuntungan terdahulu
dengan cara mengamati pergerakan pasar.
5. Mengukur Pemajanan.
Proses penyusunan permasalahan perusahaan untuk mengurangi akibat perubahan
nilai tukar yang merugikan memerlukan informasi mengenai pemajanannya
terhadap risiko kurs valuta asing. Pengukuran akuntansi tradisional terhadap
eksposur valuta asing memusatkan pada dua jenis pemajanan besar yaitu translasi
dan transaksi. Pemajanan translasi mengukur dampak perubahan kurs valuta asing
terhadap kesetaraan mata uang dalam negeri dari aset dan kewajiban mata uang
asing suatu perusahaan. Berikut ini merupakan tampilan dari pemajanan translasi.
Kelebihan aset terbuka akan kewajiban terbuka (yaitu perihal mata uang asing yang
ditranslasikan pada nilai tukar terkini) menyebabkan posisi aset terbuka bersih. Hal
ini terkadang dianggap sebagai pemajanan positif. Devaluasi mata uang asing yang
terhadap mata uang pelaporan menghasilkan kerugian translasi. Revaluasi mata
uang asing menghasilkan keuntungan translasi. Sebaliknya, suatu perusahaan
memiliki posisi kewajiban terbuka bersih, atau pemajanan negatif, ketika kewajiban
terbuka melebihi asset terbuka. Dalam keadaan ini, devaluasi mata uang asing
menyebabkan keuntungan translasi. Revaluasi mata uang asing menyebabkan
kerugian translasi. Pemajanan transaksi berhubungan dengan laba dan rugi kurs
yang muncul dari transaksi penyelesaian yang disebut dalam mata uang asing.
Berbeda dengan laba-rugi translasi, laba-rugi transaksi memiliki dampak yang
berbeda terhadap arus kas karena laba-rugi transaksi merupakan hasil dari proses
konversi mata uang.
E. Strategi Perlindungan
Setelah pemajanan valuta asing diukur, langkah selanjutnya adalah merancang strategi
pencegahan risiko yang akan mengurangi atau menghilangkan pemajanan tersebut. Strategi ini
terdiri dari atas pencegahan risiko neraca, operasional, dan kontraktual.
1. Lindung Nilai Neraca
Lindung nilai neraca dapat mengurangi pemajanan suatu perusahaan dengan
menyesuaikan level dan denominasi moneter dari asset dan kewajiban perusahaan.
Contohnya, meningkatnya neraca kas dalam mata uang asing dapat mengganti
kerugian penurunan suku bunga dan pendapatan pada instrument pendapatan tetap
dalam negeri.
2. Lindung Nilai Operasional
Bentuk perlindungan risiko ini berfokus pada variabel – variabel yang
mempengaruhi pendapatan dan beban dalam mata uang asing.
3. Lindung Nilai Struktural
Lindung nilai ini mencakup relokasi tempat manufaktur untuk mengurangi potensi
risiko yang dihadapi perusahaan.
4. Lindung Nilai Kontraktural
Lindung nilai kontraktural ini memberikan fleksibilitas yang lebih besar kepada
para manajer dalam mengelola potensi risiko valuta asi ng yang dihadapi
G. Perlakuan Akuntansi
Badan Standar Akuntansi Keuangan mengeluarkan FAS No. 133, dan diamandemen
oleh FAS 138 dan diperjelas oleh FAS 149, untuk memberikan sebuah pendekatan yang
menyeluruh terhadap akuntansi untuk transaksi derivatif dan lindung nilai. IAS 39, yang baru
saja direvisi, berisi panduan yang untuk pertama kalinya memberikan tuntunan yang universal
terhadap akuntansi untuk derivatif keuangan. Sebelum kedua standar ini dibuat standar
akuntansi global untuk produk tidak lengkap, tidak konsisten dan dikembangkan secara
bertahap. Sebagian besar instrumen derivatif, yang berperan sebagai pelaksana, dianggap
sebagai pos di neraca. Suasana caveat emptor (melihat sebelum membeli) berlaku untuk
pembaca yang berusaha untuk menaksir volume dan risiko penggunaan derivatif. Provisi dasar
standar-standar ini adalah:
1. Semua instrumen derivatif harus dilaporkan dalam neraca sebagai asset dan
kewajiban. Pos-pos tersebut harus dicatat dengan nilai wajar, termasuk pos-pos
yang disimpan dalam kontrak penyelenggara yang tidak dijabarkan dengan nilai
yang seimbang.
2. Laba dan rugi dari perubahan-perubahan dalam nilai yang seimbang dari instrument
derivatif bukanlah termasuk asset dan kewajiban. Laba dan rugi secara otomatis
termasuk ke dalam pendapatan jika laba dan rugi tersebut tidak berperan sebagai
lindung nilai. Ada tiga jenis hubungan lindung nilai yang harus diakui, diukur, dan
diungkapkan : lindung nilai wajar yang terdiri atas asset dan kewajiban mata uang
asing yang berlaku dan kesepakatan mata uang asing dari perusahaan, lindung nilai
investasi bersih dalam operasional asing (NI), dan lindung nilai arus kas (CF) yang
terdiri atas transaksi perkir aan yang terbilang dalam valuta asing.
3. Lindung nilai haruslah sangat efektif untuk memenuhi syarat perlakuan akuntansi
khusus; yaitu laba dan rugi dari instrumen lindung nilai harus dengan tepat
mengompensasi laba dan rugi terhadap pos-pos yang nilainya dilindungi.
4. Hubungan lindung nilai harus dicatat secara keseluruhan untuk keuntungan
pembaca laporan. Untuk lindung nilai asset dan kewajiban mata uang asing yang
berlaku dan kesepakatan mata uang asing perusahaan yang tidak diakui, laba dan
rugi yang tumbuh dari perubahan nilai wajar dari instrumen derivatif (dan instrumen
keuangan nonderivatif) secara cepat termasuk ke dalam pendapatan. Perubahan
pada nilai asset, kewajiban atau kesepatan perusahaan akan mata uang asing yang
nilainya dilindungi juga dianggap dalam pendapatan saat ini.
5. Laba atau rugi dalam lindung nilai investasi bersih mata uang asing (posisi asset
atau kewajiban terbuka bersih) secara langsung dilaporkan dalam pendapatan
komprehensif lainnya. Laba atau rugi ini sesudah itu diklasifikasi lagi ke dalam
pemasukan saat ini ketika anak perusahaan terjual atau dilikuidasi.
6. Laba atau rugi dalam lindung nilai arus kas yang belum pasti, seperti penjualan
ekspor yang diperkirakan, secara langsung dianggap sebagai elemen pendapatan
komprehensif. Laba atau rugi termasuk ke dalam pendapatan ketika transaksi yang
diperkirakan memengaruhi pendapatan.
J. Sistem Pelaporan
Sistem pelaporan risiko keuangan harus dapat mendamaikan kedua sistem pelaporan
internal dan sistem pelaporan eksternal. Kegiatan manajemen risiko (yang biasanya diatur oleh
bendahara perusahaan) memiliki orientasi masa depan. Namun, manajemen risiko ini pada
akhirnya harus berdamai dengan pengukuran pemajanan dan akun keuangan untuk maksud
pelaporan eksternal. Biasanya jatuh di bawah yuridiksi departemen pengatur perusahaan.
Pendekatan tim bersifat paling efektif dalam menentukan tujuan risi ko keuangan, standar
kinerja, dan sistem pengawasan serta sistem pelaporan. Manajemen risiko keuangan
merupakan contoh utama dari hal di mana keuangan dan akuntansi perusahaan terkait erat.
Sistem pelaporan resiko keuangan harus dapat merekonsiliasikan sistem pelaporan internal dan
eksternal. Kegiatan manajemen resiko memiliki orientasi kedepan. Namun pada akhirnya
mereka harus merekonsiliasikan dengan pengukuran potensi resiko dan akun-akun keuangan
untuk keperluan pelaporan eksternal.
BAB III
PENUTUP