Anda di halaman 1dari 27

REFRAT

GONORE
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Halaman Judul

Disusun Oleh :
Yovanda Putri P A, S.Ked J510185016
Rifda El Mahroos, S.Ked J510185041
Novit Nurul Fitriana, S.Ked J510185013

Pembimbing
dr. Sri Hastuti, Sp. KK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RSUD IR. SOEKARNO SUKOHARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

REFRAT

GONORE
Lembar Pengesahan
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun Oleh:
Yovanda Putri P A, S.Ked J510185016
Rifda El Mahroos, S.Ked J510185041
Novit Nurul Fitriana, S.Ked J510185013

Telah dipresentasikan, disetujui dan di sahkan oleh bagian Program Pendidikan


Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Pada hari .............., ........................2019

Dipresentasikan kepada :
dr. Sri Hastuti, Sp. KK (........................................)

Pembimbing:
dr. Sri Hastuti, Sp. KK (........................................)

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul......................................................................................................... 1
Lembar Pengesahan ................................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 3
A. Definisi Gonore ............................................................................................ 3
B. Epidemiologi Gonore ................................................................................... 3
C. Etiologi Gonore ............................................................................................ 5
D. Patogenesis Gonore ...................................................................................... 6
E. Manifestasi Klinis Gonore ........................................................................... 7
F. Diagnosis Gonore ......................................................................................... 8
G. Diagnosis Banding Gonore ........................................................................ 11
H. Komplikasi Gonore .................................................................................... 12
I. Penatalaksanaan Gonore ............................................................................ 13
J. Pencegahan ................................................................................................. 20
K. Prognosis .................................................................................................... 21
BAB III. KESIMPULAN ...................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang ditularkan


melalui hubungan seksual, walaupun tidak ada gejala yang timbul di organ
genitalia. IMS perlu mendapatkan perhatian karena dapat menyebabkan
infeksi alat reproduksi yang serius. Bila tidak diobati secara tepat, infeksi
dapat menjalar dan menyebabkan penderitaan, sakit berkepanjangan,
kemandulan, dan bahkan kematian. Untuk remaja perempuan, resiko untuk
terkena IMS lebih besar dari pada laki-laki sebab alat reproduksinya lebih
rentan. Seringkali berakibat lebih parah karena gejala awal tidak segera
dikenali, sedangkan penyakit menjadi lebih parah.1
Gonore ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879 dan baru diumumkan
pada tahun 1882. Kuman Neisseria gonorrhoeae dimasukkan dalam
kelompok Neisseria. Selain spesies itu, terdapat 3 spesies lain, yaitu N.
meningitidis dan 2 lainnya yang bersifat komensal N, catarrhalis serta N.
Pharyngis sicca.2
Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
bakteri. Neisseria gonorhoeae yang menginfeksi lapisan dalam saluran
kandung kemih, leher rahim, rektum, tenggorokan, serta bagian sklera.
Penyakit gonore ini dapat menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh
lainnya terutama pada kulit dan persendian.3
Peningkatan insiden infeksi menular seksual dan penyebarannya
diseluruh dunia tidak dapat diperkirakan secara tepat. Dibeberapa negara
disebutkan bahwa pelaksanaan program penyuluhan yang insentif akan
menurunkan insiden infeksi menular seksual atau paling tidak insidennya
relative tetap. Namun demikian, disebagian besar negara, insiden infeksi
menular seksual relatif masih tinggi, dan setiap tahun beberapa juta kasus baru
beserta komplikasi medisnya.4
Di wilayah selatan memiliki tingkat tertinggi kasus gonore yang
dilaporkan (194,0 kasus per 100.000 populasi) di antara empat wilayah

1
Amerika Serikat pada tahun 2017, diikuti oleh Midwest (170,6 kasus per
100.000 populasi), Barat (169,0 kasus per 100.000 populasi), dan Timur Laut
(129,6 kasus per 100.000 populasi). Selama 2016-2017, tingkat gonore
meningkat di keempat wilayah: 19,9% di Barat, 19,5% di Midwest, 19,0% di
wilayah timur laut, dan 17,4% di Selatan. Selama 2013-2017, tingkat gonore di
wilayah barat meningkat 104,4% (82,7 menjadi 169,0 kasus per 100.000
populasi), sementara daerah lain mengalami peningkatan keseluruhan yang
lebih rendah selama periode waktu ini (yaitu, 57,7% di Midwest, 52,3% di
Selatan, dan 52,1% di Timur Laut).5

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Gonore
Gonore didefinisikan sebagai infeksi bakteri yang disebabkan oleh
kuman Neisseria gonorrhoea, suatu diplokokus gram negatif. Infeksi
umumnya terjadi pada aktivitas seksual secara genito-genital, namun dapat
juga kontak seksual secara oro-genital dan ano-genital.6
Infeksi purulen pada gonore terjadi pada permukaan membrane
mucosa. N. gonorrhoeae disebarkan oleh kontak seksual atau melewati
transmisi selama melahirkan. CDC (The Center for Disease Control)
merekomendasikan bahwa pasien dengan infeksi gonorrhea juga harus
diobati dengan infeksi yang menyertai misalnya Chlamydia trachomatis.7
Gonore adalah penyakit infeksi yang menular secara seksual yang
dapat menginfeksi pria dan wanita. Penyakit ini dapat menginfeksi genital,
rektum, dan tenggorokan. Ini merupakan infeksi umum, setiap orang yang
aktif seksual dapat menderita gonore. Banyak orang yang menderita
gonore tidak menyadarinya khusunya wanita yang tidak mempunyai
gejala. Gonore dapat disembuhkan dengan pengobatan yang tepat dan
apabila tidak diobati maka dapat menimbulkan masalah kesehatan yang
serius.8

B. Epidemiologi Gonore
Di Amerika Serikat, diperkirakan 820.000 infeksi N. gonorrhoeae
baru terjadi setiap tahun (533). Gonore adalah penyakit menular kedua yang
paling sering dilaporkan (118). Infeksi uretra yang disebabkan oleh N.
gonorrhoeae di antara pria dapat menghasilkan gejala yang menyebabkan
mereka mencari pengobatan kuratif segera untuk mencegah gejala sisa, tetapi
seringkali tidak cukup cepat untuk mencegah penularan kepada orang lain. Di
antara wanita, infeksi gonokokal biasanya tanpa gejala atau mungkin tidak
menghasilkan gejala yang dapat dikenali sampai terjadi komplikasi (mis.,

3
PID). PID dapat menyebabkan jaringan parut tuba yang dapat menyebabkan
infertilitas dan kehamilan ektopik.9
Lebih dari 70.000 dilaporkana adanya infeksi baru gonorea di United
States setiap tahun. Estimasi infeksi gonore baru di USA (United States
American) dengan kurang dari setengah dilaporkan. Pada tahun 2009,
301.174 kasus gonore yang dilaporkan ke CDC (Center for Disease
Control dan Prevention) US. Rata-rata negara pada tahun 2009 adalah 99.1%
kasus per 100.000 populasi, 10.5% menurun pada tahun 2008 dengan variasi
antar negara. Beberapa ahli mengestimasi biaya gonore dan
komplikasinya mencapai 1.1 milyar.Pada anak yang terlibat kekerasan
seksual, rata-rata penyembuhan gonore berkisar antara 1% sampai 30%. Pada
wanita remaja yang aktif seksual, asimtomatik gonore muncul 1-5%. Tapi
jumlah ini semakin menurun dengan adanya skrining.7
Rasio antara pria dan wanita adalah 1:1.2, namun, wanita biasanya
asimtomatik. Wanita yang umurnya lebih muda dari 25 tahun mempunyai
resiko paling tinggi infeksi gonore. Pria yang melakukan hubungan seks
dengan pria biasanya telah terinfeksi oleh gonore dan mempunyai
kemungkinan rata-rata yang sangat tinggi dalam resistan antibiotic
terhadap bakteri. Pada tahun 1980, prevalansi antara pria dan wanita sudah
hampir sama pada semua kelompok umur.10
Menurut CDC Pada tahun 2017, tingkat kasus gonore yang dilaporkan
terus menjadi yang tertinggi di antara remaja dan dewasa muda (Gambar 1
dan 2). Pada tahun 2017, tingkat tertinggi di antara perempuan diamati di
antara mereka yang berusia 20-24 tahun (684,8 kasus per 100.000
perempuan) dan 15–19 tahun (557,4 kasus per 100.000 perempuan). Di antara
laki-laki, angka ini tertinggi di antara mereka yang berusia 20-24 tahun (705,2
kasus per 100.000 pria) dan 25–29 tahun (645,9 kasus per 100.000 pria).5
Pada usia 15-44 tahun menyumbang 91,8% dari kasus gonore yang
dilaporkan dengan usia yang diketahui. Di antara usia 15-19 tahun, tarif
meningkat 15,5% selama 2016–2017. Tingkat gonore juga meningkat di
antara kelompok usia lainnya selama 2016-2017: 12,8% di antara mereka

4
yang berusia 20-24 tahun, 20,3% di antara mereka yang berusia 25-29 tahun,
24,2% di antara mereka yang berusia 30-34 tahun, 28,6% di antara mereka
yang berusia 35-34 tahun. –39 tahun, dan 26,2% di antara mereka yang
berusia 40-44 tahun. Di antara orang berusia 15-44 tahun, peningkatan
diamati pada semua kelompok umur untuk pria dan wanita selama 2016-
2017.5

Gambar 1. Rata-rata kasus pada wanita berusia 15-44 tahun pada tahun 2008-2017 5

Gambar 2. Rata-rata kasus pada wanita berusia 15-44 tahun pada tahun 2008-2017 5

C. Etiologi Gonore
Penyebab gonore adalah gonokokok yang ditemukan oleh Albert
Ludwig Siegmund Neisser berkebangsaan Jerman, melalui pengecatan
hapusan duh tubuh uretra, vagina dan konjungtiva dan pertama kali di kultur
in vitro tahun 1882 oleh Leistikow. Bakteri Neisseria gonorrhoeae adalah
bakteri diplokokus gram negatif yang aerob dan berbentuk seperti biji kopi.
Terletak intraselular yang biasanya terdapat di dalam leukosit
polimorfonuklear. Bakteri tersebut memilki diameter sekitar 0,8 μm. Selain

5
itu, kuman ini tidak motil dan tidak berspora. Suhu 35°C-37°C dan pH 7,2-
7,6 merupakan kondisi optimal untuk bakteri Neisseria gonorrhoeae tumbuh.
Secara morfologik gonokokok ini terdiri atas 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang
mempunyai pili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak
mempunyai pili dan bersifat non virulen. Pili akan melekat pada mukosa
epitel dan akan menimbulkan reaksi radang.2

D. Patogenesis Gonore
Neisseria gonorrhoeae dapat ditularkan melalui kontak seksual atau
melalui penularan vertikal pada saat melahirkan. Bakteri ini terutama
mengenai epitel kolumnar dan epitel kuboidal manusia. Patogenesis gonore
terbagi menjadi 5 tahap sebagai berikut:2,11
1. Fase 1 adalah bakteri Neisseria gonorrhoeae menginfeksi permukaan
selaput lendir dapat ditemukan di uretra, endoserviks dan anus.
2. Fase 2 adalah bakteri ke microvillus sel epitel kolumnar untuk kolonisasi
selama infeksi, bakteri dibantu oleh fimbriae, pili. Fimbriae terutama
terdiri dari protein pilin oligomer yang digunakan untuk melekatkan
bakteri ke sel-sel dari permukaan selaput lendir. Protein membran luar
PII Oppacity associated protein (OPA) kemudian membantu bakteri
mengikat dan menyerang sel inang.
3. Fase 3 adalah masuknya bakteri ke dalam sel kolumnar dengan proses
yang disebut endositosis di mana bakteri yang ditelan oleh membran sel
kolumnar, membentuk vakuola.
4. Fase 4 adalah vakuola ini kemudian dibawa ke membran basal sel inang,
dimana bakteri berkembang biak setelah dibebaskan ke dalam jaringan
subepitel dengan proses eksositosis. Peptidoglikan dan bakteri LOS (Lipo
Oligo Sakharida) dilepaskan selama infeksi. Gonococcus dapat memiliki
dan mengubah banyak jenis antigen dari Neisseria LOS. LOS
merangsang tumor necrosis factor, atau TNF, yang akan mengakibatkan
kerusakan sel.
5. Fase 5 reaksi inflamasi yang dihasilkan menyebabkan infiltrasi neutrofil.
Selaput lendir hancur mengakibatkan akumulasi Neisseria gonorrhoeae

6
dan neutrofil pada jaringan ikat subepitel. Respon imun host memicu
Neisseria gonorrhoeae untuk menghasilkan protease IgA ekstraseluler
yang menyebabkan hilangnya aktivitas antibodi dan mempromosikan
virulensi.

Gambar 3. Patogenesis Gonore2

E. Manifestasi Klinis Gonore


Manifestasi mayor pada pria berupa uretritis akut. Masa inkubasi
setelah terpapar hingga memberikan manifestasi klinis rata-rata 2-5 hari
dalam kurun waktu hingga 14 hari. Gejala awal dapat berupa nyeri dan rasa
terbakar pada saat buang air kecil serta discharge mukoid. Beberapa hari
kemudian discharge bertambah banyak, purulen dan kadang bersama sedikit
darah segar. Pemeriksaan fisik pada pasien dengan uretritis akut akan
ditemui adanya discharge purulen atau mukopurulen pada uretra yang dapat
dilakukan dengan teknik milking. Selain itu untuk memeriksa manifestasi lain
yang dapat terjadi bisa dengan melakukan pemeriksaan pada epididimis,
dimana bila terjadi epididimitis maka akan menunjukkan adanya rasa nyeri
dan edema pada epididimis unilateral, dengan atau tanpa discharge, serta
disuria.2,8

7
Infeksi yang terjadi pada wanita sering bersifat asimtomatis dengan
gejala mayor berupa discharge vagina yang didapatkan dari endoserviks (cair,
purulen, bau tak sedap), disuria, perdarahan intermestrual, dispareuni (nyeri
saat berhubungan seksual), dan nyeri abdomen bawah ringan. Pemeriksaan
fisik yang dilakukan akan menunjukan tanda-tanda seperti discharge purulen
atau mukopurulen pada vagina atau pada servikal, perdarahan vagina, nyeri
gerakan sekviks saat pemeriksaan palpasi bimanual, rasa penuh pada adneksa
bisa unilateral maupun bilateral, nyeri pada abdominal bawah baik dengan
maupun tanpa rebound tenderness.2,8
Infeksi pada neonatal dapat menyebabkan ophtalmia neonatorum
yang merupakan infeksi pada okuler. Infeksi pada okuler ini biasanya
didapatkan pembengkakan yang jelas dari kelopak mata, hiperemia hebat dan
kemosis, serta discharge yang banyak dan purulen. Bila konjungtiva ikut
terinflamasi dapat menyebabkan ulserasi pada kornea dan menimbulkan
perforasi.2,8

F. Diagnosis Gonore
Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Dalam mendiagnosis penyakit ini kita membutuhkan
bukti klinis dan salah satunya dari hasil laboratorium berupa pewarnaan serta
kultur. Hasil lab dapat kita dapatkan gram-negatif diplococcus pada cairan
swab urethrae.2,12
1. Sediaan langsung/ Pewarnaan gram
Dapat ditemukan gram negatif diplococcus intraseluler dan
ekstraseluler dalam leukosit PMN pada eksudat. Bahan duh tubuh pria
diambil dari fossa navicularis sedangkan pada wanita diambil dari uretra,
muara kelenjar bartholin., serviks, untuk pasien dengan anamnesis
berisiko melakukan kontak seksual anogenital dan orogenital, maka
pengambilan duh tubuh dilakukan pada faring dan rektum. Sensitivitas
pemeriksaan langsung ini bervariasi, pada spesimen duh uretra pria
sensitivitasnya berkisar 90-95%, sedangkan pada endoserviks
sensitivitasnya hanya berkisar antara 45-65%, dengan spesifitasnya yang

8
tinggi yaitu 90-99%. GO dikatakan positif bila dijumpai adanya
diplokokus gram nrgatif dengan bentuk morfologinya yang khas dan
biasanya terdentifikasi di dalam sel leukosit polimorfonuklear
(intraselular) maupun dekat di sekitar sel leukosit (ekstraselular).2,12

Gambar 4. Gonococcus dengan leukosit PMN 2


2. Kultur
Identifikasi spesies perlu dilakukan pemeriksaan biakan
(kultur). Ada 2 macam media yang dapat digunakan:2,12
a. Media transport: Media stuart dan Transgrow
b. Media pertumbuhan: Mc Leod’s chocolate agar, Thayer Martin, dan
Modified Thayer Martin agar.
Media transgrow selektif dan nutritif untuk N. gonorrhoeaedan N.
meningiditis;dapat bertahan hingga 96 jam dan merupakan gabungan
media transport dan pertumbuhan sehingga tidak perlu ditanam kembali.
Media ini merupakan metode modifikasi Thayer Martin dengan
menambahkan trimetoprim untuk mematikan Proteus spp. 2,12
3. Tes Beta-Laktamse
Pemeriksaan ini menggunakan cefinase TM dis. BBL 961192 yang
mengandung chromogenic cephalosporin akan menyebabkan perubahan
warna dari kuning menjadi merah. 2,12
4. Tes Thomson
Tes ini berguna untuk mengetahui sampai mana infeksi telah
berlangsung. Dahulu pemeriksaan ini perlu dilakukan karena pengobatan

9
pada waktu itu ialah pengobatan setempat. Pada tes ini ada syarat yang
perlu diperhatikan yaitu: 2,12
a. Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi
b. Urin dibagi menjadi 2 gelas
c. Tidak boleh menahan kencing dari gelas I kegelas II
d. Syarat mutlak ialah kandung kencing harus mengandung air seni
paling sedikit 80-100 ml, jika air seni kurang dari 80 ml, maka
gelas II sukar dinilai baru menguras uretra anterior.
Hasil pembacaan:
Tabel 1. Rekomendasi pemeriksaan laboratorium12
Gelas 1 Gelas 2 Arti
Jernih Jernih Tidak ada infeksi
Keruh Jernih Infeksi uretritis anterior
Keruh Keruh Panuretritis
Jernih Keruh Tidak mungkin

5. Tes Identifikasi presumtif dan konfirmasi


a. Tes Oksidase
Reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil-p-
fenilendiamin hidroklorida 1% ditambahkan kepada koloni
gonococcus. Semua N. gonorrhoeae memberi reaksi positif dengan
perubahan warna koloni yang semula bening menjadi merah muda
sampai merah lembayung. 2,12
b. Tes Fermentasi
Tes dilanjutkan dengan memakai glukosa, sukrosa dan
maltosa. N. gonorrhoeae hanya meragikan glukosa. 2,12

10
G. Diagnosis Banding Gonore
Beberapa diagnosis banding untuk penyakit N. gonorrhoeae:
1. Candidia
Penyakit ini akan memberikan manifestasi klinis berupa duh tubuh,
gatal digenital, panas, nyeri sesudah miksi dan dispareunia. Penyakit ini
disebabkan oleh candida albicans. Tanda yang khas adalah disertai
gumpalan-gumpalan sebagai kepala susu berwarna puitih kekuningan.8,11
2. Chlamydia
Infeksi Chlamydia merupakan infeksi paling umum yang
disebabkan oleh bakteri yang dapat disembuhkan. Manifestasi klinisnya
berupa pengeluaran duh tubuh disertai dengan urethritis pada pria dan
endocervicitis pada wanita. Jika tidak diobati maka dapat menimbulkan
epididymitis dan prostatitis. Walalupun pada wanita biasanya asimtomatik
tapi biasanya koimplikasinya akan berat yaitu pelvic inflammatory disease
(PID), kemandulan dan kehamilan ectopic. 8,11
3. Vaginosal Bakteri
Merupakan sidrom klinis, yang disebabkan oleh bertambah
banyaknya organisme komensal dalam vagina (yaitu Gardnerella
vaginalis, Preevotella, Mobiluncus spp) serta berkurangnya organisme
Lactobacillus yang menghasilkan hidrogen peroksida. Pada keadaan
normal bakteri ini yang mempertahankan suasana asam dan aerob di
vagina. Sebanyak 50% yang menderita penyakit ini tidak mengalami
keluhan atau asimtomatik. Bila ada keluhan, umumnya berupa duh tubuh
vagina normal, yang terjadi setelah hubungan seksual. 8,11
Pada pemeriksaan klinis duh tubuh berwarna abu-abu homogen,
viskositas rendah atau normal, berbau amis, melekat didinding vagina,
seringkali terlihat di labia dan fourchette. pH sekret vagina berkisar 4,5-
5,5. 8,11
4. Trikomoniasis
Trikomoniasis pada saluran urogenital dapat menyebabkan
vaginitis dan sistitis. Walaupun sebagian besar tanpa gejala, tetapi dapat

11
menimbulkan masalah kesehatan yang cukup berat. Pada laki-laki
biasanya mengalami urethritis. Trikomoniasis pada wanita asimtomatik.
Pada kasus akut biasanya terlihat sekret vagina seropurulen sampai
mukopurulen berwarna kekuningan, sampai kuning kehijauan, berbau
tidak enak(malodor) dan berbusa.
Trikomoniasis pada laki-laki menyerang uretra, kelenjar prostat,
dan kadang-kadang preputium, vesika seminalis dan epididimis. Pada
umumnya gejala lebih ringan daripada wanita. Bentuk akut gejalanya
adalah mirip urethritis non-gonore, misalnya disuria, poliuria, disertai
sekret uretra mukoid dan mukopurulen. 8,11

H. Komplikasi Gonore
Komplikasi GO terbagi menjadi dua yaitu komplikasi lokal dan
sistemik. Komplikasi lokal pada pria dapat berupa tysonitis, parauretritis,
litritis, dan cowperitis. Selain itu infeksi juga dapat menjalar ke atas
(asendens), sehingga terjadi prostatitis, vesikulitis, funikulitis, epididimitis,
13,14
yang dapat menimbulkan infertilitas. Infeksi pada uretra pars posterior
dapat mengenai trigonum vesika urinaria menimbulkan trigonitis dengan
gejala poliuria, disuria terminal, dan terminal hematuria.13
Pada wanita, infeksi serviks asendens dapat menimbulkan komplikasi
salpingitis, ataupun penyakit radang panggul (PRP). Selain itu, apabila
mengenai uretra dapat terjadi parauretritis, sedangkan pada kelenjar
bartholini akan terjadi batholinitis. 13
Infeksi yang berlangsung lama dan tetap tidak diobati akan
menyebabkan infeksi sistemik lewat sirkulasi (terjadi bakteriuria)
mengakibatkan komplikasi desiminata. Komplikasi desiminata dapat berupa
arteritis, miokarditis, perkarditis, meningitis dan dermatitis.14
Penderita gonokokus akut, dapat terjadi koinfeksi dengan kuman lain
penyebab PMS. Bakteri yang paling sering adalah Clamydia trachomatis.
Sementara pada wanita, sering juga mengalami koinfeksi Trichomonas
vaginalis.13

12
I. Penatalaksanaan Gonore
1. Pengobatan duh tubuh uretra
Tabel 2. Pengobatan duh tubuh uretra15

Pengobatan duh tubuh uretra pada laki-laki yakni dengan


pengobatan gonore tanpa komplikasi yang ditambahkan dengan
pengobatan klamidiosis. Tujuh hari setelah pengobatan, pasien disarankan
untuk kembali kontrol. Siprofloksasin dan ofloksasin sudah menunjukkan
angka resistensi yang tinggi di beberapa kota, sehingga tidak dianjurkan
lagi. 15

2. Pengobatan duh tubuh uretra persisten


Gejala ureteritis yang menetap (setelah pengobatan satu periode
selesai) atau rekuren (setelah dinyatakan sembuh, dan muncul lagi dalam
waktu 1 minggu tanpa hubungan seksual), kemungkinan disebabkan oleh
resistensi obat, atau sebagai akibat kekurang patuhan minum obat, atau
reinfeksi. Namun pada beberapa kasus hal ini mungkin akibat infeksi oleh
Trichomonas vaginalis (Tv). Sebagai protozoa diperkirakan bahwa Tv
memakan kuman gonokok tersebut (fagositosis), sehingga kuman gonokok
tersebut terhindar dari pengaruh pengobatan. Setelah Tv mati maka kuman
gonokok tersebut kembali melepaskan diri dan berkembang biak. 15
Ada temuan baru yang menunjukkan bahwa di daerah tertentu bisa
dijumpai prevalensi Tv yang tinggi pada laki-laki dengan keluhan duh
tubuh uretra. Bilamana gejala duh tubuh tetap ada atau timbul gejala

13
kambuhan setelah pemberian pengobatan secara benar terhadap gonore
maupun klamidiosis pada kasus indeks dan pasangan seksualnya, maka
pasien tersebut harus diobati untuk infeksi Tv. Hal ini hanya dilakukan
bila ditunjang oleh data epidemiologis setempat. Bilamana simtom
tersebut masih ada sesudah pengobatan Tv, maka pasien tersebut harus
dirujuk. Sampai saat ini data epidemiologi trikomoniasis pada pria di
Indonesia sangat sedikit, oleh karena itu bila gejala duh tubuh uretra masih
ada setelah pemberian terapi awal sebaiknya penderita dirujuk pada tempat
dengan fasilitas laboratorium yang lengkap. 15
Tabel 3. Pengobatan duh tubuh uretra perisiten15

3. Pengobatan pembengkakan skrotum


Pada laki-laki berumur kurang dari 35 tahun, pembengkakan
skrotum lebih sering disebabkan oleh organisme menular seksual
dibandingkan dengan laki-laki berusia lebih dari 35 tahun. Bila terjadi
radang epididimis disertai duh tubuh uretra, maka hampir dapat dipastikan
bahwa penyebabnya adalah IMS, yang umumnya berupa gonore dan atau
klamidiosis. Pada laki-laki yang lebih tua tanpa indikasi penularan lewat
hubungan seksual, sering ditemukan penyebab infeksi umum lainnya,
misalnya Escherichia coli, Klebsiella spesies, atau Pseudomonas
aeruginosa. Bilamana radang epididimis yang berkaitan dengan IMS tidak
mendapatkan pengobatan yang efektif, maka akan menyebabkan
infertilitas (kemandulan). Pembengkakan skrotum perlu diobati dengan

14
obat untuk gonore dengan komplikasi bersama dengan obat untuk
klamidosis.
Tabel 4. Pengobatan pembengkakan skrotum15

4. Pengobatan duh tubuh vagina karena servisitis


Duh tubuh pada wanita biasanya berasal dari infeksi vagina dan
infeksi serviks. Infeksi vagina biasanya disebabkan oleh trikomoniasis,
kandidiasis, dan vaginosis bakterial; sedangkan infeksi serviks disebabkan
oleh N.gonorrhoeae dan C.trachomatis. Wanita dengan faktor risiko IMS
lebih cenderung menunjukkan infeksi serviks dibandingkan dengan
mereka yang tidak berisiko. Pengobatan sindrom duh tubuh vagina karena
servisitis diberikan pengobatan untuk gonore tanpa komplikasi ditambah
dengan pengobatan untuk klamidiosis. 15

15
Tabel 5. Pengobatan duh tubuh vagina karena servisitis15

5. Pengobatan nyeri perut bawah karena gonore dengan komplikasi pada


pasien rawat jalan
Kuman penyebab PRP meliputi N.gonorrhoeae, C.trachomatis, dan
bakteri anaerob, (Bacteroides spesies, dan kokus Gram positif). Kuman
berbentuk batang Gram negatif dan Mycoplasma hominis dapat juga
menjadi penyebab PRP. Secara klinis penyebab tersebut sulit dibedakan,
dan pemeriksaan mikroskopik juga sulit dilakukan, oleh karena itu cara
pengobatan yang diberikan harus efektif dan memiliki spektrum yang luas
terhadap semua kuman penyebab tersebut. Pengobatan pasien dengan
nyeri perut bawah adalah dengan pemberian obat gonore, klamidiosis, dan
bakteri anaerob. 15
Tabel 6. pengobatan nyeri perut bawah karena gonore dengan komplikasi pada pasien
rawat jalan15

16
Anjuran tambahan: bila pasien merupakan akseptor alat kontrasepsi
dalam rahim / intrauterine device (AKDR/IUD) agar dilakukan
pengangkatan alat kontrasepsi tersebut, segera sesudah pengobatan dengan
antimikroba dimulai. Bila AKDR sudah diangkat, perlu diberikan
konseling mengenai cara kontrasepsi selanjutnya. Tindak lanjut pasien
PRP rawat jalan perlu dilakukan sesudah 72 jam, dan lakukan rawat inap
bila belum menunjukkan perbaikan.15

6. Pengobatan nyeri perut bawah karena gonore dengan komplikasi pada


pasien rawat inap
Para ahli menganjurkan agar semua pasien dengan PRP harus
dirawat inap untuk mendapatkan pengobatan yang lebih baik. Rawat inap
pasien dengan PRP perlu dipertimbangkan dengan sungguh-sungguh pada
keadaan: 15
a. diagnosis tidak dapat dipastikan,
b. indikasi bedah darurat misalnya radang usus buntu (apendisitis), atau
kehamilan ektopik terganggu,
c. dugaan abses pada rongga panggul,
d. terdapat kemungkinan penyakit akan semakin parah bila dilakukan
rawat jalan,
e. pasien sedang hamil,
f. pasien tidak mau atau tidak menaati rejimen pengobatan bila
dilakukan rawat jalan, atau
g. kegagalan pengobatan saat rawat jalan.

17
Tabel 7. Pengobatan nyeri perut bawah karena gonore dengan komplikasi pada pasien
rawat inap15

Cara pengobatan di atas dilakukan sampai sekurang-kurangnya 2


hari sesudah pasien menunjukkan perbaikan, kemudian dilanjutkan dengan
salah satu obat di bawah ini:15
a. Doksisiklin* 2x100 g/hari, per oral, selama 14 hari ATAU
b. Tetrasiklin* 4x500 mg/hari, per oral selama 14 hari

7. Pengobatan bayi dengan konjungtivitis neonatorum


Tabel 8. Pengobatan bayi dengan konjungtivitis neonatorum15

Pengobatan pada bayi, terlebih dahulu diberikan pengobatan


gonore bila tidak ada perbaikan selam tiga hari, maka beri pengobatan
tambahan untuk klamidiosis.15

18
8. Pengobatan ibu dengan bayi yang menderita konjungtivitis neonatorum
Tabel 9. Pengobatan ibu dengan bayi yang menderita konjungtivitis neonatorum15

Pengobatan pada ibu yang bayinya mengalami konjungtivitis


gonore adalah pengobatan goonore tanpa konplikasi ditambah dengan
pengobatan untuk klamidiosis.15

Salah satu komponen penting dari paket kesehatan masyarakat ini


adalah penatalaksanaan kasus IMS secara paripurna, meliputi: 15
1. Identifikasi sindrom: Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan diagnosis
secara sindrom atau dengan bantuan laboratorium.
2. Edukasi pasien: kepada pasien dijelaskan tentang riwayat alamiah dari
infeksi yang dialaminya, serta pentingnya melaksanakan pengobatan secara
tuntas, serta hal-hal penting lainnya.
3. Pengobatan antibiotik terhadap sindrom: Cara apapun yang digunakan untuk
menegakkan diagnosis, baik dengan menggunakan bagan alur maupun
dengan bantuan laboratorium, secara mutlak diperlukan ketersediaan
antibiotik yang efektif. Obat yang diperlukan perlu disediakan pada saat
petugas kesehatan pertama kalinya kontak dengan pasien IMS. Cara
pengobatan yang efektif ini juga perlu disiapkan dan dilaksanakan pada
semua klinik swasta/ pribadi.

19
4. Penyediaan kondom: Dengan mendorong seseorang untuk menggunakan
kondom, maka Kepala Dinas Kesehatan perlu memberikan jaminan bahwa
kondom tersedia dalam jumlah yang cukup, berkualitas, dan dengan harga
yang terjangkau pada semua fasilitas kesehatan serta berbagai titik
pendistribusian lainnya. Pemasaran Sosial (Social marketing) kondom
adalah cara lain untuk meningkatkan jangkauan terhadap penjualan kondom.
5. Konseling: Fasilitas konseling disiapkan agar dapat dimanfaatkan oleh siapa
saja yang membutuhkannya, baik untuk perorangan maupun untuk mitra
seksualnya.
6. Pemberitahuan dan pengobatan pasangan seksual: Penting bagi setiap
program penanggulangan IMS adalah melakukan penatalaksanaan terhadap
setiap mitra seksual pasien IMS, dan menghimbau agar mereka sendiri lah
yang menghubungi tempat pelayanan IMS untuk mendapat pengobatan.
Upaya ini harus dilaksanakan dengan mempertimbangkan faktor sosial dan
budaya setempat, untuk menghindari masalah etis maupun masalah praktis
yang mungkin timbul, misalnya penolakan, dan kekerasan khususnya
terhadap wanita.

J. Pencegahan
Upaya pencegahan dan perawatan IMS yang efektif dapat dicapai dengan
melaksanakan “paket kesehatan masyarakat”. Komponen pokok paket ini
berupa:15
1. Promosi perilaku seksual yang aman.
2. Memprogamkan peningkatan penggunaan kondom, yang meliputi berbagai
aktifitas mulai dari promosi penggunaan kondom sampai melakukan
perencanaan dan manajemen pendistribusian kondom.
3. Peningkatan perilaku upaya mencari pengobatan.
4. Pengintegasian upaya pencegahan dan perawatan IMS ke dalam upaya
pelayanan kesehatan dasar, upaya kesehatan reproduksi, klinik pribadi/
swasta serta upaya kesehatan terkait lainnya.

20
5. Pelayanan khusus terhadap kelompok populasi berisiko tinggi, seperti
misalnya para wanita dan pria penjaja seks, remaja, pengemudi truk jarak
jauh, anggota militer termasuk anggota kepolisian, serta para narapidana.
6. Penatalaksanaan kasus IMS secara paripurna.
7. Deteksi dini terhadap infeksi yang bersifat simtomatik maupun yang
asimtomatik.

K. Prognosis
Prognosis umumnya baik jika infeksi diobati dengan antibiotik yang
sesuai.16 Sebagian besar infeksi pada pria menghasilkan gejala yang
menyebabkan orang tersebut segera mencari perawatan kuratif untuk
mencegah sekuele serius. Sementara pada wanita, biasanya gejala baru dapat
dikenali bila telah mengalami komplikasi seperti PID. Oleh sebab itu, di
Amerika Serikat untuk mengendalikan infeksi gonorea dilakukan skrining
terhadap wanita yang mengalami risiko.12

21
BAB III
KESIMPULAN

Gonore didefinisikan sebagai infeksi bakteri yang disebabkan oleh kuman


Neisseria gonorrhoea, suatu diplokokus gram negatif. Gonore adalah penyakit
infeksi yang menular secara seksual yang dapat menginfeksi pria dan wanita.
Sebagian besar infeksi pada pria menghasilkan gejala yang menyebabkan
orang tersebut segera mencari perawatan kuratif untuk mencegah sekuele serius.
Sementara pada wanita, biasanya gejala baru dapat dikenali bila telah mengalami
komplikasi.
Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Gonore dapat disembuhkan dengan pengobatan yang
tepat dan apabila tidak diobati maka dapat menimbulkan masalah kesehatan
yang serius. Upaya pencegahan dan perawatan IMS yang efektif dapat dicapai
dengan melaksanakan “paket kesehatan masyarakat”.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Nyoman K, Ni. Infeksi menular seksual dan infeksi saluran reproduksi. Diskes
Bali. Bali: 2011.
2. Fahmi, DS. Ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi ketujuh. Jakarta: FKUI.
2015.
3. Clevere S R dan Ari M. Penyakit Kulit dan Kelamin. Yogyakarta : Nuha
Medika. 2013.
4. Jawas FA, Murtiastutik D. Gonorrhoeae patient in sexually transmitted
disease division, dermato venerology departemen of Dr. Soetomo general
hospital in 2002-2006: An Update. 2008. Diakses pada tanggal 21 Februari
2019 dari(http://www.lib.ui.ac.id.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3818592/)
5. Center for Disease Control and Prevention (CDC). STD Surveillance 2017 :
Gonorrheae. 2017. Diakses pada 22 Februari 2019 dari
https://www.cdc.gov/std/stats17/gonorrhea.htm
6. Malik SR, Amin S, Anwar AI. Gonore. Dalam: Amiruddin MD, editor.
Penyakit Menular Seksual. Makassar: Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. 2004. p. 65–85.
7. Wong B. Drug & disease gonorrhoeae. Medscape (Online). 2015. Diakses pada
tanggal 22 Februari 2019 dari
(http://emedicine.medscape.com/article/218059-medication#showall)
8. MedlinePlus. Gonorrhoeae. 2019. Diakses pada tanggal 22 Februari 2019 dari
(https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/gonorrhea.html)
9. Center for Disease Control and Prevention (CDC). STD Treatment Guideline :
Gonococcal Infection. 2015. Diakses pada 22 Februari 2019 dari
https://www.cdc.gov/std/tg2015/gonorrhea.htm
10. Goldsmith L. A. dkk. Fitzpatrick Dermatology in General Medicine Eighth
Edition. New York: McGraw Hill. 2012.
11. Chandra B. Kontrol penyakit menular pada manusia. Jakarta: EGC. 2013.
Pp:42

23
12. Wolff K, Johnson R.A, Saavedra A.P. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis
of Clinical dermatologys Seventh Edition. New Yoark: Mc Graw Hill. 2013.
13. Jawas, FA., Murtiastuti, D. Penderita gonore di devisi penyakit menular
seksual unit rawat jalan ilmu ksehatan kulit dan kelamin RSU Ir.Soetomo
Surabaya tahun 2002-2006. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin.
2008;20(3):217-28
14. Kemenkes RI. Panduan Praktik Klinis Dokter di Fasyankes Primer. Jakarta:
Kemenkes RI; 2014.
15. Kemenkes RI. Pedoman nasional penanganan infeksi menular seksual.
Jakarta:Kemenkes RI: 2015
16. Hazlianda, CP. Penatalaksanaan uretritis gonore dengan sefiksim. FK USU.
2014. 1-6

24

Anda mungkin juga menyukai