Anda di halaman 1dari 20

BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan studi yang telah dilakukan penulis dengan memberikan asuhan

kebidanan komprehensif pada Ny. “N” sejak usia kehamilan 34 minggu sampai 6

minggu post partum yang dilakukan di BPM “T” Walantaka – Serang pada

tanggal 11 Januari 2018 sampai dengan 13 Maret 2019, penulis membuat

pembahasan yang menggabungkan teori dengan kasus yang dialami oleh Ny. “N”.

4.1 Antenatal Care (ANC)

4.1.1 Antenatal Care (ANC) Pertama Trimester III

Pada pengkajian riwayat kehamilan Ny.”N” pada kunjungan (ANC)

pertama tanggal 11 Januari 2019 didapatkan HPHT tanggal 15 Mei 2018,

taksiran persalinan tanggal 22 Februari 2019. Dinyatakan umur kehamilan

34 minggu. Hal ini sesuai dengan teori Benson (2008) untuk menghitung

usia kehamilan dilakukan dengan menggunakan rumus Neagle yaitu: TTP =

(HPHT + 7 hari) – 3 bulan + 1 tahun.

Dilakukan pemeriksaan laboratoriun dan didapatkan Hb 11,2 gr% hal

ini menunjukkan bahwa ibu tidak mengalami anemia pada kehamilan. Pada

kunjungan pertama ibu mengatakan tidak ada keluhan. Penatalaksanaan

yang diberikan adalah menganjurkan ibu untuk memenuhi nutrisi dengan

gizi seimbang hal ini sesuai dengan pernyataan Saifuddin (2014) kalori yang

diperlukan bagi ibu hamil untuk setiap harinya adalah 2.500 kalori. Jumlah

bertambahnya berat badan ibu hamil sebaiknya tidak melebihi 10 – 12 kg

78
79

selama hamil. Protein yang diperlukan oleh ibu hamil adalah 85 gram

perhari. Sumber protein dapat diperoleh dari tumbuh – tumbuhan (kacang –

kacangan) atau hewani (ikan, ayam, keju, susu, telur). Kalsium 1,5 gram

perhari. Zat besi 30 – 60 mg/hari. Memberikan informasi 6 tanda bahaya

kehamilan yaitu muntah terus menerus dan tidak mau makan, demam tinggi,

bengkak kaki, tangan dan wajah, gerak janin berkurang, perdarahan pada

hamil muda dan tua, keluarnya air ketuban sebelum waktunya, hal ini sesuai

dengan pernyataan dari Kemenkes RI (2016) segera bawa ibu hamil ke

puskesmas, rumah sakit, dokter dan bidan bila dijumpai keluhan tanda –

tanda seperti : muntah secara terus menerus disertai hilangnya nafsu makan,

demam tinggi, bengkak pada daerah kaki, tangan dan wajah atau sakit

kepala disertai kejang, pergerakan janin berkurang dibandingkan

sebelumnya atau tidak ada, perdarahan pada hamil muda dan hamil tua, air

ketuban keluar sebelum waktunya. Memberitahu ibu manfaat tablet

penambah darah (Fe) dan memberikan obat penambah darah (Fe) hal ini

sesuai dengan pernyataan Saifuddin (2010) untuk menjaga konsentrasi

hemoglobin yang normal, diperlukan asupan zat besi bagi ibu hamil dengan

jumlah 30-60 mg/hari. Setiap tablet Fe mengandung ferrosulfat (FeSO4) 320

mg, zat besi 60 mg, dan asam folat 500 mg, minimal masing-masing 90

tablet, tablet Fe sebaiknya tidak diminum bersamaan dengan teh atau kopi

karena akan mengganggu penyerapan. Dan memberikan kalsium 3x500 mg

hal ini sesuai dengan pernyataan Saifuddin (2014) kebutuhan kalsium pada

ibu hamil adalah 1,5 gram per hari. Kalsium dibutuhkan untuk pertumbuhan
80

janin, terutama bagi otot dan rangka. Sumber kalsium yang mudah diperoleh

adalah susu, keju, yogurt, dan kalsium karbonat. Menganjurkan ibu untuk

kunjungan ulang dua minggu kemudian atau segera jika ada keluhan.

4.1.2 Antenatal Care (ANC) Kedua Trimester III

Pada kunjungan ANC kedua ibu mengatakan lebih sering buang air

kecil pada malam hari dan nyeri pada bokong. Penatalaksanaan yang

diberikan yaitu memberikan informasi tentang keluhan ibu yang sering

buang air kecil dan nyeri bokong yang dialami ibu adalah keadaan yang

wajar dialami pada kehamilan trimester III, hal ini sesuai dengan pernyataan

dari Mendforth (2013) karena gejala sering berkemih pada kehamilan sering

terjadi selama 4 minggu terakhir kehamilan, saat bagian presentasi janin

memasuki pelvis dan menciptakan tekanan pada kandung kemih. Adapun

asuhan yang diberikan adalah menganjurkan ibu untuk lebih sering minum

pada pagi hari dan mengurangi minum pada malam hari untuk mengurangi

buang air kecil pada malam hari.

Memberitahukan kepada ibu jika nyeri bokong yang dialami ibu

merupakah ketidaknyamanan fisiologis pada kehamilan trimester III, maka

asuhan yang diberikan adalah menganjurkan ibu untuk memperhatikan

postur tubuhnya saat beraktivitas seperti menghindari berjalan membungkuk

atau membawa beban berat, hal ini sesuai dengan pernyataan dari Saifuddin

(2014) nyeri bokong yang dialami ibu disebabkan oleh berat uterus yang

semakin membesar. Sendi sakroiliaka, sakrokoksigis dan pubis akan

meningkat mobilitasnya, yang diperkirakan karena pengaruh hormonal.


81

Mobilitas tersebut dapat mengakibatkan perubahan sikap ibu dan pada

akhirnya menyebabkan ketidaknyamanan pada bagian bawah punggung

terutama pada akhir kehamilan. Mengingatkan kembali 6 tanda bahaya pada

kehamilan. Memberikan informasi tanda – tanda persalinan seperti hal yang

dikatakan Manuaba (2010) tanda – tanda persalinan adalah terjadinya his

dengan interval semakin pendek dan kuat, terjadinya pengeluaran lendir dan

darah, pengeluaran cairan (ketuban). Memberitahu ibu tentang persiapan

persalinan. Dan memberikan tablet Fe 1x60mg 10 tablet dan Ca 3x500 mg.

Menganjurkan kepada ibu untuk kunjungan ulang pada satu minggu

kemudian atau jika ada keluhan.

4.2 Intranatal Care (INC)

4.2.1 Kala I

Pada tanggal 30 Januari 2019 pukul 19.00 WIB ibu datang ke BPM

“T” dengan keluhan mulas dan sudah keluar air-air sejak pukul 18.00 WIB,

serta adanya his dan lendir bercampur darah merupakan tanda – tanda

persalinan, hal ini sesuai dengan teori Manuaba (2010) bahwa tanda-tanda

persalinan yaitu his (kontraksi) yang sifatnya teratur, interval makin pendek,

dan kekuatannya makin besar, mempunyai pengaruh terhadap perubahan

serviks yang menimbulkan pendataran dan pembukaan, pembukaan

menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas.

Hasil pemeriksaan DJJ positif frekuensi 140 x/menit, kuat dan teratur

hal ini sesuai pernyataan Saifuddin (2014) nilai normal denyut jantung janin

antara 120 – 160 dpm. Punctum maksimum sebelah kiri bawah pusat ibu,
82

hasil observasi his 4x dalam 10 menit selama 40 detik. Hasil pemeriksaan

dalam vulva dan vagina tidak ada kelainan, portio tipis lunak, pembukaan

4cm, ketuban (+), presentasi kepala, bagian terendah teraba kepala, ubun –

ubun kecil (UUK) kiri depan, penurunan kepala Hodge II, tidak terdapat

molase. ibu telah memasuki kala I fase aktif, hal ini sesuai dengan JNPK-

KR (2014) bahwa kala 1 fase aktif dimulai saat serviks 4 cm sampai 10 cm.

Penatalaksanaan yang diberikan yaitu mengobservasi kemajuan

persalinan antara lain DJJ, kontraksi uterus, tanda – tanda vital dengan

menggunakan partograf, tujuannya untuk memantau kemajuan persalinan

dan informasi untuk membuat keputusan klinik apabila terjadi keadaan

darurat, menurut Saiffudin (2009) partograf di pakai untuk memantau

kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam menentukan

keputusan dalam penatalaksanaan. Partograf memberi peringatan pada

petugas kesehatan apabila dalam keadaan persalinan berlangsung lama,

adanya gawat janin, sehingga ibu mungkin perlu dirujuk.

Asuhan yang diberikan adalah memberikan dukungan mental dan

moril kepada ibu, menganjurkan ibu tidak menahan BAK, menurut teori

Saifuddin (2014) karena kandung kemih yang penuh akan memperlambat

turunnya bagian terbawah janin dan mungkin menyebabkan partus macet.

Mengajarkan teknik relaksasi yang baik yaitu dengan menarik nafas pelan-

pelan lewat hidung dan mengeluarkannya melalui mulut, menganjurkan ibu

untuk istirahat ketika tidak ada his, menganjurkan ibu untuk memenuhi

nutrisi dan cairan, untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah


83

dehidrasi, menganjurkan ibu untuk memilih posisi persalinan senyaman

mungkin. Selanjutnya melakukan persiapan partus set, obat uterotonika,

perlengkapan ibu dan bayi.

4.2.2 Kala II

Pukul 22.30 WIB, ibu mengatakan mulas semakin sering dan seperti

ingin BAB, kemudian dilakukan pemeriksaan his 5x10’x50”, pemeriksaan

dalam dengan hasil portio tidak teraba, pembukaan lengkap (10 cm),

ketuban negative, presentasi kepala, UUK di depan, penurunan kepala di

hodge IV, tidak ada molase. Sehingga penulis dapat menyimpulkan diagnosa

Ny. “N” inpartu kala II hal ini sesuai dengan teori JNPK-KR(2014) bahwa

gejala dan tanda kala II persalinan adalah ibu ingin meneran bersamaan

dengan terjadinya kontraksi, ibu merasa adanya peningkatan tekanan pada

rektum dan atau vaginanya, perineum menonjol, vulva – vagina dan sfingter

ani membuka, pembukaan 10 cm.

Penatalaksanaan yang diberikan adalah memberikan support kepada

ibu dan keluarga bahwa ibu bisa melahirkan dengan selamat, memberikan

nutrisi yang cukup untuk ibu apabila memungkinkan, mengatur posisi ibu

senyaman mungkin, mengajarkan teknik meneran yang benar saat ada his

dan istirahat saat tidak ada his, memimpin ibu meneran saat ada his dan

menganjurkan ibu istirahat saat tidak ada his, mengobservasi DJJ ketika

tidak ada his, menolong persalinan dengan teknik Asuhan Persalinan

Normal (APN), hal ini sesuai dengan Saifuddin (2014) bahwa tindakan yang

dilakukan selama kala II persalinan adalah memberikan dukungan terus-


84

menerus kepada ibu, memberikan dukungan mental, mengatur posisi ibu,

memberikan cukup minum, memimpin mengedan, menolong persalinan

dengan teknik Asuhan Persalinan Normal, dan melahirkan bayi.

Pukul 22.45 WIB bayi lahir spontan menangis kuat, pergerakan aktif

warna kulit kemerahan hal ini sesuai dengan pernyataan Ai Yeyeh (2012)

bayi baru lahir normal dikatakan normal jika mempunyai beberapa tanda

antara lain : kulit seluruh tubuh berwarna merah, menangis kuat, tonus otot

baik, gerakan aktif. Jenis kelamin Perempuan, berat badan 3000 gram, hal

ini sesuai dengan pernyataan Rukiyah (2012) bayi baru lahir normal adalah

bayi yang lahir dalam keadaan presentasi kepala melalui vagina tanpa

memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42

minggu, dengan berat badan 2500 – 4000 gram. Panjang badan 52 cm, anus

(+) cacat (-).

4.2.3 Kala III

Pukul 22.47 WIB ibu masih merasakan mulas. Selanjutnya dilakukan

pemeriksaan dengan hasil TFU sepusat, uterus globuler, kontraksi uterus

baik, kandung kemih kosong, pada genetalia terlihat semburan darah, tali

pusat memanjang saat diregangkan, sesuai dengan teori Sondakh (2013)

bahwa tanda kala III adalah uterus globuler, tali pusat memanjang, dan

adanya semburan darah.

Asuhan yang diberikan pada kala III adalah memastikan janin tunggal,

menyuntikkan oksitosin 10 iu secara IM dipaha kiri luar ibu 1/3


85

anterolateral, melakukan peregangan tali pusat terkendali dengan tangan

kanan dan tangan kiri mendorong uterus secara dorsokranial, melahirkan

plasenta secara spontan dengan teknik Brand Andrew, melakukan masase

fundus selama 15 detik, hal ini sesuai dengan pernyataan JNPK-KR (2014)

yaitu manajemen aktif kala III adalah pemberian oksitoksin 10 iu,

penyuntikkan dilakukan pada 1/3 paha bagian luar, peregangan tali pusat

terkendali, dan masase fundus selama 15 detik untuk mencegah terjadinya

perdarahan.

Pukul 22.55 WIB plasenta lahir spontan selaput dan kotiledon lengkap,

insersi tali pusat sentralis, ketebalan tali pusat 3 cm, diameter 15 cm,

panjang tali pusat 52 cm, berat 500 gram, hal ini sesuai dengan pernyataan

Mochtar (2011) Plasenta berbentuk bundar atau oval, berdiameter 15 –

20cm, memiliki tebal 2 – 3 cm dan berat 500 – 600 gram, Panjangnya rata –

rata 50 – 55 cm, sebesar jari (diameter 1 – 2,5 cm), insersi sentralis

(ditengah plasenta). Tidak ada kelainan bilobata atau anak plasenta.

4.2.4 Kala IV

Pukul 22.55 WIB Ny “N” masih dalam pengawasan kala IV. Hal ini

sesuai teori Manuaba (2010, hal: 174) selama kala IV petugas harus

memantau ibu setiap 15 menit pada 1 jam pertama setelah kelahiran plasenta

dan setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan. Hal ini didukung

oleh teori Manuaba (2010, hal: 174) bahwa kala IV (Observasi) dimaksud

untuk melakukan observasi karena perdarahan postpartum paling sering

terjadi pada 2 jam pertama.


86

Dari hasil pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas normal.

Kontraksi baik, TFU dua jari dibawah pusat. Hal ini merupakan kondisi

yang normal sesuai teori JNPK-KR (2014, hal: 106) bahwa ukuran uterus

pada saat kala empat adalah dua jari dibawah pusat.

Dan pada pemeriksaan ginetalia, terdapat robekan pada perineum

yang terdapat pada mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot

perineum sesuai teori Midwifery Update (2016, hal: 90) bahwa robekan

perineum ini terjadi pada kategori derajat 2, dan bidan berwewenang untuk

melakukan penjahitan pada perineum.

Adapun penatalaksanaan yang dilakukan pada Ny. “N” adalah

melakukan informed consent untuk dilakukan penjahitan agar dapat

menghentikan perdarahan. Hal ini sesuai dengan teori Midwifery Up date

(2016, hal: 84) bahwa perdarahan pada robekan perineum akan menjadi

hebat khususnya pada robekan derajat 2 dan 3 sehingga harus dilakukan

penjahitan pada robekan perineum tersebut.

Menyuntikan Lidocain 1 % pada luka laserasi untuk mengurangi rasa

sakit. Hal ini sesuai dengan teori Manuaba (2010, hal: 198) bahwa berikan

anastesi lokal pada setiap ibu yang memerlukan penjahitan laserasi.

Penjahitan sangat menyakitkan dan menggunakan anastesi lokal merupakan

asuhan sayang ibu. Injeksi lokal dilakukan dengan teknik ”seperti kipas”.

Melakukan hecting dengan teknik jelujur dan subkutikuler. Hal ini sesuai

dengan teori Manuaba (2010, hal: 200) bahwa pada robekan perineum

derajat II dilakukan dengan teknik jelujur dan subkutikuler.


87

Asuhan selanjutnya yaitu membersihkan dan rapihkan ibu.

Membersihkan dan merapihkan partus set. Memenuhi kebutuhan nutrisi dan

cairan ibu dengan memberikan ibu makan dan minum. Memberitahu ibu

untuk tidak menahan BAK. Menganjurkan ibu untuk istirahat. Melakukan

asuhan kala IV lainnya yaitu melakukan masase uterus. Mengobservasi

tinggi fundus uteri, kontraksi dan perdarahan. Hal ini sesuai dengan JNPK-

KR (2014, hal: 106) bahwa asuhan yang diberikan yaitu lakukan rangsang

(masase) uterus untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat.

Memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan. Memeriksa

kemungkinan perdarahan dari robekan (laserasi atau episiotomi) perineum.

Melakukan evaluasi keadaan ibu dan mendokumentasikan semua asuhan

dan temuan selama persalinan kala empat di bagian belakang partograf.

Memberikan vitamin A 200.000 IU sebanyak 2 kapsul dengan

pemberian 1 kapsul pada saat segera setelah melahirkan dan 1 kapsul selang

24 jam setelah melahirkan. Hal ini sesuai dengan teori Saifuddin (2014, hal:

127) bahwa merekomendasikan pemberian 2 dosis vitamin A 200.000 IU

dalam selang waktu 24 jam pada ibu pascabersalin untuk memperbaiki

kadar vitamin A pada ASI dan mencegah terjadinya lecet puting susu.

Selain itu suplementasi vitamin A akan meningkatkan daya tahan ibu

terhadap infeksi perlukaan atau laserasi akibat proses persalinan.

4.3 Postnatal Care (PNC)

Pada kunjungan nifas pada Ny “N” dilakukan 3 kali yaitu 6 jam

postpartum, 6 hari postpartum, dan 6 minggu postpartum. Hal ini sesuai


88

dengan teori Saifuddin (2014 hal: 123) yaitu kunjungan nifas dilakukan tiga

kali yaitu kunjungan 6 jam, kunjungan 6 hari, dan kunjungan 6 minggu.

Kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir

juga untuk mencegah, mendeteksi serta menangani masalah-masalah yang

terjadi.

4.3.1 Postnatal Care (PNC) 6 Jam

Tanggal 31 Januari 2019 jam 04.45 WIB dilakukan kunjungan nifas 6

jam. Dari hasil anamnesa ibu mengatakan senang atas kelahirkan bayinya 6

jam yang lalu, ini menunjukan bahwa ibu mengalami perubahan psikologis

dimana perasaan cemas yang ibu rasakan saat proses persalinan kini sudah

tidak dirasakan lagi. Hal ini sesuai dengan teori Walyani (2015, hal: 78)

bahwa perubahan mood seperti sedih, menangis, atau cepat berubah menjadi

senang merupakan manisfestasi dari emosi yang stabil.

Ibu masih merasa mulas, ini merupakan kondisi yang normal. Hal ini

sesuai dengan teori Walyani (2015, hal: 65) bahwa uterus secara berangsur-

angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum

hamil. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan

hal ini menyebabkan ibu postpartum mengeluh mules pada perutnya.

Ibu mengaku sudah bisa turun dari tempat tidur dan BAK ke kamar

mandi. Hal ini merupakan kondisi yang normal dan mempunyai manfaat

bagi kesehatan ibu sesuai dengan teori Midwifery Update (2016, hal: 115)

bahwa manfaat dari ambulasi dini yaitu ibu merasa lebih sehat dan kuat

serta fungsi usus dan kandung kemih lebih baik.


89

Pada pemeriksaan fisik didapatkan bahwa keadaan umum baik, dan

tanda-tanda vital normal. Pada abdomen TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi

uterus baik, kandung kemih kosong. Hal ini sesuai dengan teori Walyani

(2015, hal: 65) bahwa setelah kala IV tinggi fundus uteri 2 jari di bawah

pusat.

Pada genitalia inspeksi pengeluaran lochea rubra sesuai teori Walyani

(2015, hal: 66) bahwa inilah lochia yang akan keluar selama 1 sampai 2 hari

postpartum. Perdarahan ± 40 cc, ini merupakan hal yang normal sesuai

dengan teori Manuaba (2010 hal: 174) bahwa perdarahan dianggap masih

normal bila jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.

Adapun penatalaksanaan yang dilakukan pada Ny.”N” adalah

menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK/BAB, hal ini sesuai dengan

teori Midwifery Update (2016, hal: 115) yang menyatakan bahwa ibu

diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum dan diharapkan

dapat buang air besar (defekasi) setelah hari kedua postpartum.

Mengajarkan pada ibu untuk menjaga kelembaban yaitu dengan cara

sering ganti pembalut atau celana dalam minimal 2x sehari. Hal ini sesuai

dengan teori Walyani (2015, hal: 65) yang menyatakan bahwa ibu

dianjurkan untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum,

mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun

dan air yaitu membersihkan daerah sekitar vulva terlebih dahulu dari depan

ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus,

membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil atau besar, sarankan
90

ibu untuk mengganti pembalut setidaknya dua kali sehari, sarankan ibu

untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah

membersihkan daerah kemaluannya.

Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi makanan dengan gizi

seimbang dan mengonsumsi makanan yang kaya akan serat, serta tidak ada

pantangan makanan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Saifuddin (2014, hal:

127) bahwa pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang

serius, karena dengan nutrsi yang baik dapat mempercepat penyembuhan

ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus

bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak

mengandung cairan.

Memberikan tablet multivitamin (Etabion) yang mengandung (Ferrous

Glukonat 250 mg, Vitamin C 50 mg, Asam Folat 1 mg, Vitamin B12 7,5

mg, Cupri Sulfat 0,2 mg, Mangan Sulfat 0,2 mg, Sorbitol 25 mg) dengan

dosis 2x1 secara teratur selama 40 hari. Hal ini sesuai dengan teori

Saifuddin (2014, hal: 128) bahwa pil zat besi harus diminum untuk

menambah zat gizi, setidaknya selama 40 hari pascapersalinan. Adapun

pada pemberian zat besi menurut teori Betram (2008, hal: 367) yaitu dengan

memberikan Ferrous Gluconate 2 x 325 mg/hari setara dengan elemen besi

72 mg/hari.

Memberikan antibiotik (Amoxicillin) 3x500 mg, dan memberikan

analgesik (Paracetamol) 3x500 mg, hal ini diberikan karena ibu mengalami

luka laserasi pada perineum sesuai dengan teori Saifuddin (2014, hal: 75)
91

menyatakan bahwa antibiotik yang efektif secara tunggal dan mempunyai

efek aditif apabila digunakan secara kombinasi untuk mengobati sepsis atau

infeksi berat yang disebabkan infeksi yang masuk melalui jalan lahir atau

pelvic.

4.3.2 Postnatal Care (PNC) 6 Hari

Tanggal 06 Februari 2019 WIB pukul 15.00 WIB, didapatkan hasil

anamnesa ibu mengatakan saat ini tidak ada keluhan yang dirasakan.

Hasil pemeriksaan KU: Baik, TTV dalam batas normal. TFU

pertengahan antara simfisis dan pusat. Hal ini merupakan kondisi yang

normal sesuai dengan teori Walyani (2015, hal: 65) bahwa TFU pada satu

minggu adalah pertengahan pusat simfisis dengan berat uterus 750 gram.

Pada genitalia terdapat Lochea Sanguilenta, Hal ini merupakan

kondisi yang normal sesuai dengan teori Walyani (2015, hal: 66) bahwa

pengeluaran pada genitalia pada hari ke-3 sampai hari ke-7 pascapersalinan

adalah Lochea Sanguinolenta. Berwarna kuning berisi darah dan lendir.

Penatalaksanaan yang diberikan pada Ny.”N” adalah memberikan

penyuluhan tentang gizi seimbang pada ibu nifas. Hal ini merupakan asuhan

yang diberikan pada kunjungan nifas 6 hari sesuai dengan teori Saifuddin

(2014, hal: 123) bahwa pada kunjungan nifas 6 hari bertujuan untuk

memastikan ibu mendapat cukup nutrisi.


92

Asuhan lainnya pada ibu nifas 6 hari adalah memastikan ibu menyusui

bayinya dengan baik dan tidak ada komplikasi, serta menyusui bayinya

secara eksklusif. Hal ini dilakukan agar ibu dapat menyusui bayinya dengan

baik sesuai teori Saifuddin (2014, hal: 123) bahwa pada kunjungan nifas 6

hari bertujuan untuk memastikan ibu menyusui bayinya dengan baik dan

tidak ada komplikasi.

Memberikan konseling KB hal ini sesuai dengan teori Saifuddin

(2014, hal:123) bahwa pada periode late postpartum (1 minggu-5 minggu)

pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-

hari serta prakarsa KB.

Memberikan tablet multivitamin (Etabion) yang mengandung (Ferrous

Glukonat 250 mg, Vitamin C 50 mg, Asam Folat 1 mg, Vitamin B12 7,5

mg, Cupri Sulfat 0,2 mg, Mangan Sulfat 0,2 mg, Sorbitol 25 mg) dengan

dosis 2x1 secara teratur selama 40 hari. Hal ini sesuai dengan teori

Saifuddin (2014, hal: 128) bahwa pil zat besi harus diminum untuk

menambah zat gizi, setidaknya selama 40 hari pascapersalinan.

4.3.3 Postnatal Care (PNC) 6 Minggu

Pada tanggal 13 Maret 2019 jam 15.00 WIB, didapatkan hasil

anamnesa yaitu saat ini ibu tidak ada keluhan pada dirinya dan tidak ada

masalah dalam menyusui bayinya, ibu ingin menjadi akseptor baru KB

suntik 3 bulan.
93

Hasil pemeriksaan fisik keadaan umum ibu baik dan tanda-tanda vital

dalam batas normal. Abdomen TFU sudah tidak teraba. Hal ini merupakan

kondisi yang normal sesuai dengan teori Walyani (2015 hal: 65) bahwa pada

postpartum 6 minggu tinggi fundus uteri normal yaitu sudah tidak teraba.

Pada ginetalia lochea sudah tidak ada, hal ini merupakan keadaan

yang normal sesuai dengan teori Walyani (2015, hal: 66) bahwa lochea alba

berlangsung dari hari ke-14 kemudian semakin lama semakin sedikit hingga

sama sekali berhenti sampai satu atau dua minggu berikutnya.

Penatalaksanaan yang diberikan pada Ny ”N” adalah memberikan

konseling KB, khususnya KB suntik 3 bulan yang sangat efektif untuk ibu

menyusui, dan menyuntikan KB suntik Depo Medroxy Progesterone Asetat

150 mg (3 cc) diberikan secara IM, hal ini sesuai dengan teori Midwifery

Update (2016, hal: 127) yang menyatakan bahwa kontrasepsi progestin

tidak mengandung estrogen sehingga sangat efektif, aman, dapat dipakai

oleh semua perempuan, cocok untuk masa laktasi karena tidak

mempengaruhi produksi ASI.

Kemudian menganjurkan kepada ibu untuk kunjungan ulang (suntik

KB) pada 3 bulan yang akan datang di bidan atau tenaga kesehatan lainnya

pada tanggal 08 Juni 2019, hal ini sesuai dengan teori Midwifery Update

(2016, hal: 128) yang menyatakan bahwa klien harus kembali ke tempat

pelayanan kesehatan atau klinik untuk mendapatkan suntikan kembali setiap

12 minggu untuk DMPA dengan rumus: tanggal (-7) bulan (+3).


94

4.4 Neonatal

4. 4.1Nenonatus (Bayi Baru Lahir)

Pada tanggal 30 Januari 2019 pukul 22.45 WIB, bayi lahir spontan,

dengan masa gestasi 37 minggu, bayi segera menangis kuat, pergerakan

aktif warna kulit kemerahan. Menurut Rukiyah (2012) penilaian bayi baru

lahir normal yaitu kulit seluruh tubuh berwarna merah, frekuensi jantung >

100 x/menit, reaksi terhadap rangsangan, menangis kuat, tonus otot baik,

gerakan aktif.

Penatalaksanaan yang diberikan adalah melakukan perawatan bayi

baru lahir yaitu menjaga kehangatan tubuh bayi, menjepit tali pusat,

memotong tali pusat, mengikat tali pusat. Menurut JNPK-KR (2014) asuhan

yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran

yaitu menjaga kehangatan bayi untuk mempertahankan suhu tubuh bayi,

keringkan dan tetap jaga kehangatan, memotong dan merawat tali pusat

dengan kassa steril.

Setelah melakukan perawatan bayi baru lahir, bayi langsung diletakkan

diatas perut ibu dan melakukan IMD pernyataan dari JNPK-KR (2014) yaitu

letakan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi bersentuhan langsung

dengan kulit ibu. Biarkan kontak kulit ke kulit ini berlangsung setidaknya 1

jam, bahkan biarkan sampai bayi dapat menyusu sendiri.

Bayi disuntik vit.K 1 mg 0,5 ml dipaha kiri secara IM satu jam setelah

bayi lahir, sesuai dengan pernyataan JNPK-KR (2014) memberikan vitamin


95

K dengan dosis 0,5 – 1 mg intramuscular di 1/3 anterolateral pada paha kiri

bayi setelah satu jam dilakukannnya IMD, untuk mencegah perdarahan BBL

akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL.

Asuhan selanjutnya memberikan salep mata tetrasiklin 1%, segera

setelah bayi lahir, tujuannya untuk mencegah infeksi, hal ini sesuai

pernyataan Saifuddin (2009) pemberian antibiotik profilaksis atau salep

mata segera setelah bayi lahir sangatlah diperlukan untuk mencegah infeksi

mata pada bayi.

4.4.2 Neonatus 6 Jam

Pada kunjungan neonatus 6 jam, dilakukan pemeriksaan pada bayi

baru lahir 6 jam. Didapatkan hasil keadaan umum bayi baik,. Antopometri

Berat Bayi Lahir 3000gr, Lingkar Kepala 33 cm, Lingkar Dada 32 cm,

Panjang Bayi Lahir 52 cm. tanda – tanda vital HR 148 x/menit, RR 56

x/menit, S 36,70 C. pada genital terdapat lubang uretra dan terdapat lubang

vagina, labia mayor menutupi labia minor. Refleks bayi baik, bayi sudah

mendapatkan ASI.

Pelaksanaan yang dilakukan adalah Memberikan imunisasi Hb0 0,05

ml secara IM dipaha kanan bayi. Manurut JNPK-KR (2014) pemberian

imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B

terhadap bayi, terutama jalur penularan antara ibu dan bayi, hepatitis B

pertama diberikan satu jam setelah pemberian vitamin K1 atau pada saat

bayi berumur dua jam. Menganjurkan ibu untuk menyelimuti bayi dengan
96

kain kering atau selimut untuk mempertahankan suhu tubuh bayi tetap

hangat dan terhindar dari hipotermi. Memberitahu ibu tentang perawatan

bayi baru lahir. Memberitahu ibu tentang perawatan tali pusat dan tidak

memperbolehkan ibu memberikan kopi atau yang lainnya ke tali pusat bayi.

Menjelaskan kepada ibu tanda bahaya bayi baru lahir, menurut JNPK-KR

(2014) tanda bahaya bayi baru lahir yaitu : tidak dapat menyusu, kejang,

mengantuk atau tidak sadar, napas bayi cepat (>60 kali permenit), merintih

dan terdapat retraksi dinding dada.

4.4.3 Neonatus 6 Hari

Pada kunjungan neonatus 6 hari, ibu mengatakan bayinya menyusui

dengan kuat, ibu tidak memberikan pengganti ASI maupun makanan lain.

Didapatkan hasil BB 3200 gram, tali pusat sudah lepas keadaan bersih dan

kering.

Penatalaksanaan BBL 6 hari yaitu menganjurkan ibu untuk tetap

memberikan ASI secara eksklusif tanpa pemberian jadwal, memberikan

penyuluhan imunisasi dasar pada bayi yaitu imunisasi BCG, Polio,

DPT/HB+HIB, dan Campak. Hal ini sesuai dengan pernyataan JNPK-KR

(2014) yaitu salah satu asuhan pada bayi usia 6 hari adalah ASI Eksklusif

diberikan oleh ibu untuk pemenuhan nutrisi bayi dan memberinya tanpa ada

jadwal atau diberikan saat bayi menginginkan, tanda – tanda bahaya bayi

baru lahir, dan memberi informasi imunisasi dasar lengkap untuk bayinya.
97

4.4.4 Neonatus 6 Minggu

Pada kunjungan neonatus 6 minggu, ibu mengatakan bayinya menyusu

dengan kuat, bayi sudah mendapatkan imunisasi BCG dan Polio 1, hal ini

sesuai dengan pernyataan JNPK-KR (2014) imunisasi BCG berguna untuk

mencegah penyakit TBC yang ditularkan oleh percikan udara yang

mengandung kuman TBC. Imunisasi ini cukup diberikan 1 kali saja pada

bayi baru lahir usia 1 bulan, tapi lebih baik diberikan pada usia kurang dari 1

bulan. Sedangkan imunisasi Polio diberikan pada usia 0-18 bulan dengan

frekuensi 3 kali pemberian dengan selang waktu 4 minggu sebanyak 2 tetes.

Berguna untuk mencegah penyakit polio.

Penulis menganjurkan ibu untuk membawa bayinya ke posyandu atau

puskesmas setiap bulannya untuk dilakukan imunisasi dan memantau

pertumbuhan serta perkembangan bayinya. Hal tersebut sesuai dengan

pernyataan Wahyuni (2011). pemberian imunisasi dasar yaitu imunisasi

BCG dan polio I. Menganjurkan ibu untuk membawa bayinya ke unit

kesehatan setempat (posyandu) untuk ditimbang dan imunisasi.

Anda mungkin juga menyukai