Pengertian Sistem
Pancasila adalah sebuah sistem karena Pancasila merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Esensi
seluruh sila-silanya merupakan suatu kesatuan.
Inti dari Pancasila:
1. Ketuhanan
2. Kemanusiaan
3. Kesatuan
4. Kerakyatan
5. Keadilan
Pancasila sebagai dasar negara, ideologi, kepribadian, jiwa, pandangan hidup bangsa Indonesia.
Pengertian Nilai
Pancasila yang ditetapkan oleh para pendiri negara memuat nilai-nilai luhur dan mendalam, yang menjadi pandangan
hidup dan dasar negara. Nilai-nilai Pancasila secara bertahap harus benar-benar diwujudkan dalam perilaku kehidupan
negara dan masyarakat.
Di dalam tatanan hidup bernegara, ada yang disebut sebagai nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praksis.
a. Nilai dasar adalah asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang kurang lebih mutlak. Nilai dasar berasal dari nilai-
nilai kultural atau budaya yang berasal dari bangsa Indonesia itu sendiri, yaitu berakar dari kebudayaan, sesuai
dengan UUD 1945 yang mencerminkan hakikat nilai kultural.
b. Nilai instrumental adalah pelaksanaan umum nilai-nilai dasar, biasanya dalam wujud norma sosial atau norma
hukum, yang selanjutnya terkristalisasi dalam lembaga-lembaga yang sesuai dengan kebutuhan tempat dan waktu.
c. Nilai praksis adalah nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan. Semangatnya nilai praksis ini
seyogyanya sama dengan semangat nilai dasar dan nilai instrumental.
Berikut ini adalah ilustrasi hubungan ketiga nilai tersebut seperti yang dikemukakan Dardji Darmodihardjo.
Keterangan:
1 1. Nilai Obyektif
2. Nilai Intrinsik
3. Nilai Positif
4 2
4. Nilai Transenden
3
Nilai Dasar
Nilai instrumental
Praksis
Pengertian Norma
a. Pancasila sebagai Sumber Perubahan Hukum
Dalam negara terdapat suatu dasar fundamental atau pokok kaidah yang merupakan sumber hukum positif, yaitu
Pancasila. Pancasila merupakan:
1. Cita-cita hukum,
2. Kerangka berfikir,
3. Sumber nilai,
4. Sumber arah penyusunan dan perubahan hukum positif di Indonesia.
Pancasila dipandang sebagai cita-cita hkum dapat memenuhi fungsi konstitutif dan regulatif.
Fungsi konstitutif:
Pancasila menentukan dasar suatu tata hukum yang memberi arti dan makna bagi hukum itu sendiri. Tanpa
dasar yang diberikan oleh Pancasila, hukum itu akan kehilangan arti dan maknanya.
Fungsi regulatif
Pancasila menentukan apakah suatu hukum positif itu merupakan produk yang adil atau tidak adil.
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber peraturan peurndang-undangan di Indonesia karena ia adalah pangkal
derivasi (sumber penjabaran) dari tertib hukum di Indonesia termasuk UUD 1945, yaitu pasal 27 (1).
Sumber hukum Pancasila meliputi dua pengertian:
1. Sumber formal hukum, yaitu sumber hukum ditinjau dari bentuk dan tata cara penyusunan hukum, yang
mengingat terhadap komunitasnya, misalnya UU, PERMEN, PERDA.
2. Sumber material hukum, yaitu sumber hukum yang menentukan materi atau isi suatu norma hukum.
Pengertian Ideologi
Ideologi berasal dari kata Yunani idein yang berarti melihat atau idea yang berati raut muka, perawakan, gagasan, buah
pikiran, dan kata logia yang berarti ajaran. Dengan demikian ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah
pikiran atau science des ideas (AL Marsudi, 2001: 57).
Pengertian ideologi secara umum adalah suatu kumpulan gagasan, ide, keyakinan serta kepercayaan yang bersifat
sistematis yang mengarahkan tingkah laku seseorang dalam berbagai bidang kehidupan, seperti:
a. Bidang politik, termasuk bidang hukum, pertahanan dan keamanan.
b. Bidang sosial.
c. Bidang kebudayaan.
d. Bidang keagamaan.
Kekuatan Ideologi
Alfian (BP7 Pusat, 1991: 192) mengemukakan bahwa kekuatan ideologi tergantung pada kualitas tiga dimensi yang ada
pada ideologi tersebut:
a. Dimensi realita, yaitu bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung di dalam ideologi tersebut secara riil hidup di dalam
serta besumber dari budaya dan pengalaman sejarah masyarakat atau bangsanya (menjadi volkgeist/jiwa bangsa).
b. Dimensi Idealisme, yaitu bahwa nilai-nilai dasar ideologi tersebut mengandung idealisme yang memberi harapan
tentang masa depan yang lebih baik melalui pengalaman dalam praktek kehidupan sehari-hari.
c. Dimensi fleksibilitas/dimensi pengembangan, yaitu ideologi tersebut memiliki keluwesan yang memungkinkan
dan merangsang pengembangan pemikiran-pemikiran baru yang relevan dengan ideologi bersangkutan tanpa
menghilangkan atau mengingkari jati diri yang terkandung dalam nilai-nilai dasarnya. Dan menurut Alfian,
pancasila memenuhi ketiga dimensi tersebut.
Makna ideologi bagi Negara
Ideologi dalam arti cita-cita negara memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Mempunyai derajat yang tinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan.
b. Mewujudkan satu asas kerohanian pandangan dunia, pandangan hidup yang harus dipelihara, dikembangkan,
diamalkan, dilestarikan kepada generasi penerus bangsa, diperjuangkan, dan dipertahankan.
Keselarasan
keseimbangan ,
dan keserasian
Penghargaan dalam setiap
atas HAM
Atheisme Kebersamaan aspek kehidupan.
Demokrasi
Dogamtisme Akomodasi
CIRI KHAS
Negara hukum
Otoriter Jalan tengah
Menolak
Ingkar HAM
Dogmatis
Reaksi
Reaksi terhadap terhadap
absolutisme Liberalisme
dan
Kapitalisme
merupakan ideologi yang mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman tanpa pengubahan nilai dasarnya. Ini
bukan berarti bahwa Pancasila dapat diubah atau diganti dengan nilai dasar yang lain yang sama artinya dengan
meniadakan Pancasila atau meniadakan identitas/jati diri bangsa Indonesia (Al Marsudi, 2000: 62).
Beberapa faktor yang mendorong pemiiran Pancasila sebagai ideologi terbuka menurut Moerdiono (BP7 Pusat, 1992:
399):
1. Dalam proses pembangunan nasional berencana, dinamika masyarakat kita berkembang amat cepat. Dengan
demikian tidak semua persoalan kehidupan dapat ditemukan jawabannya secara ideologis dalam pemikiran
ideologi-ideologi sebelumnya.
2. Kenyataan bangkrutnya ideologi tertutup seperti marxisme-leninisme/komunisme. Dewasa ini kubu komunisme
dihadapkan pada pilihan yang amat berat, menjdai suatu ideologi terbuka atau tetap mempertahankan ideologi
lainnya.
3. Pengalaman sejarah politik kita sendiri dengan pengaruh komunisme sangat penting. Karena pengaruh ideologi
komunisme yang pada dasarnya bersifat tertutup, Pancasila pernah merosot menjadi semacam dogma yang kaku.
Pancasila tidak lagi tampil sebagai acuan bersama, tetapi sebagai senjata konseptual untuk menyerang lawan-lawan
politik. Kebijaksanaan pemerintah di saat itu menjadi absolut. Konsekuensinya, perbedaan-perbedaan menjadi
alasan untuk secara langsung dicap sebagai anti Pancasila.
4. Tekad kita untuk menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Sebagai catatan, istilah Pancasila sebagai satu-satunya asas telah dicabut berdasarkan Ketetapan MPR
tahun 1999, namun pencabutan ini kita artikan sebagai pengembalian fungsi Pancasila sebagai dasar negara. Dalam
kedudukannya sebagai dasar negara, Pancasila harus dijadikan jiwa (volkgeist) bangsa Indonesia dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, terutama dalam pengembangan Pancasila sebagai ideologi terbuka. Di samping itu, ada
faktor lain, yaitu adanya tekad bangsa Indonesia untuk menjadikan Pancasila sebagai alternatif ideologi dunia.
Pengertian paradigma
Paradigma adalah cara pandang, nilai-nilai, metode-metode, prinsip dasar, atau cara memecahkan sesuatu masalah yang
dianut oleh suatu masyarakat pada masa tertentu (Al Marsudi, 2000: 69).
1. Modal Dasar
Modal dasar pembangunan nasional adalah keseluruhan sumber kekuatan nasional baik yang sudah maupun
akan dimiliki dan didayagunakan oleh bangsa Indonesia dalam pembangunan nasional, yaitu:
a. Kemerdekaan dan kedaulatan bangsa dan negara Indone sia sebagai hasil perjuangan seluruh rakyat
Indonesia.
b. Jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan bangsa.
c. Wilayah nusantara yang luas dan pada posisi silang antara dua benua dan dua samudera dengan
kondisi alamiah yang memiliki berbagai keunggulan.
d. Kekayaan alam yang beraneka ragam dan terdapat di darat maupun laut yang dapat digunakan secara
bertanggung jawab demi kemakmuran rakyat.
e. Jumlah penduduk yang besar sebagai sumber daya manusia yang potensial dan produktif bagi
pembangunan nasional.
f. Keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan tenaga penggerak yang tak
ternilai harganya bagi pengisian aspirasi bangsa. Kepercayaan dan ke yakinan bangsa atas kebenaran
falsafah Pancasila sebagai asas penting dalam kebidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
merupakan modal yang dapat membawa bangsa Indonesia mencapai cita-citanya.
g. Budaya bangsa Indonesia yang dinamis telah berkembang sepanjang sejarah bangsa yang bercirikan
kebhinekaan.
h. Potensi dan kekuatan efektif bangsa, yakni segala sesuatu yang secara potensial dan produktif menjadi
milik bangsa, termasuk kekuatan sosial politik.
i. ABRI sebagai kekuatan pertahanan keamanan dan kekuatan sosial politik yang tumbuh dari dan bersama
rakyat.
2. Faktor Dominan
Faktor dominan adalah segala sesuatu yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan
pembangunan untuk memperlancar pencapaian sasaran pembangunan nasional, yaitu:
a. Kependudukan dan sosial budaya, termasuk pergeseran nilai dan perkembangan
aspirasi rakyat yang dinamis.
b. Wilayah bercirikan kepulauan dan kelautan dengan lingkungan dan alam tropiknya.
c. Sumber daya alam yang beraneka ragam termasuk flora dan fauna.
d. Kualitas manusia dan masyarakat Indonesia dan penguasaannya terhadap ilmu
pengetahuan dan teknologi.
e. Disiplin nasional yang merupakan perwujudan kepatuhan dan ketaatan kepada
hukum dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
f. Manajemen nasional sebagai mekanisme penyelenggaraan negara dan pemerintahan.
g. Perkembangan regional dan global serta tatanan internasional yang selalu berubah
secara dinamis.
h. Kemungkinan pengembangan.
Visi
Terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing,
maju, dan sejahtera dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh
manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, cinta tanah
air, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi,
memiliki etos kerja yang tinggi, dan berdisiplin.
Misi
Untuk mewujudkan visi bangsa Indonesia masa depan, misi yang ditetapkan adalah sebagai
berikut:
1. Pengamalan Pancasila secara konsisten dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.
2. Penegakan kedaulatan rakyat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara
3. Peningkatan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan
kualitas keimanan dan kerakwaan terhadap Tuhan YME dalam kehidupan persaudaraan
umat beragama yang berakhlak mulia, toleran, rukun, dan damai.
4. Penjaminan kondisi aman, damai, tertib, dan ketentraman masyarakat.
5. Perwujudan sistem hukum nasional, yang menjamin tegaknya supremasi hukum dan hak
asasi manusia berlandaskan keadilan dan kebenaran.
6. Perwujudan kehidupan sosial budaya yang berkepribadian, dinamis, kreatif, dan berdaya
tahan terhadap pengaruh globalisasi.
7. Pemberdayaan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional, terutama pengusaha
kecil, menengah, dan koperasi, dengan mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan
yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan, sumber daya alam, dan sumber
daya manusia yang produktif, mandiri, maju, berdaya saing, dan berwawasan
lingkungan.
8. Perwujudan otonomi daerah dalam rangka pembangunan daerah dan pemerataan
pertumbuhan dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia.
9. Perwujudan kesejahteraan rakyat yang ditandai oleh meningkatnya kualitas kehidupan
yang layak dan bermartabat serta perhatian utama pada tercukupinya kebutuhan dasar,
yaitu pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan dan lapangan kerja.
10. Perwujudan aparatur negara yang berfungsi melayani masyarakat, profesional, berdaya
guna, produktif, transparan yang bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.
11. Perwujudan sistem dan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu guna
memperteguh akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat,
berdisiplin, bertanggungjawab, berketerampilan serta menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam rangka mengembangkan kualitas manusia Indonesia.
12. Perwujudan politik luar negeri yang berdaulat, bermartabat, bebas dan proaktif bagi
kepentingan nasional dalam menghadapi perkembangan global.