Anda di halaman 1dari 10

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Pengertian Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


Secara entimologis, “filsafat” berasal dari bahasa Yunani phile yang berarti cinta dan sophia yang berarti kebijaksanaan.
Jadi filsafat berarti cinta kebijaksanaan.
Perbedaan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya:
Filsafat:
 Objeknya seluruh realitas
 Mencari sebab-sebab yang terdalam
Ilmu pengetahuan lain:
 Objeknya khusus dan terbatas
 Menyelidiki struktur obyek

Pancasila Disebut Filsafat


Karena Pancasila memenuhi ciri-ciri sebagai filsafat, yaitu:
1. Pancasila tersusun secara harmonis dalam suatu sistem filsafat (Muh. Yamin)
2. Ajaran Pancasila adalah suatu sistem filsafat sesuai dengan dialektik Neo Halegian.
3. Pancasila sebagai filsafat Bangsa Indonesia berdasarkan ucapan Bung Karno yang menyatakan bahwa Pancasila
adalah isi jiwa Bangsa Indonesia (Soedirman Karto Hadiprojo)
4. Pancasila sebagai dalil-dalil filsafat dengan hanya mengakui orang masih tinggal di dalam lingkungan filsafat
(Drijarkoro)
5. Kedudukan Pancasila dalam negara Indonesia adalah sebagai dasar negara, dengan pergertian sebagai dasar filsafat
(Notonagoro)
6. Pancasila adalah filsafat negara yang lahir sebagai collective ideologies dari seluruh bangsa Indonesia (Roeslan
Abdoelgani)
Intinya Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa dan tumbuh serta lahir dalam kehidupan sehari-hari Bangsa
Indonesia (pengkajian mendalam dari dalam diri Bangsa Indonesia).

Pengertian Sistem
Pancasila adalah sebuah sistem karena Pancasila merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Esensi
seluruh sila-silanya merupakan suatu kesatuan.
Inti dari Pancasila:
1. Ketuhanan
2. Kemanusiaan
3. Kesatuan
4. Kerakyatan
5. Keadilan
Pancasila sebagai dasar negara, ideologi, kepribadian, jiwa, pandangan hidup bangsa Indonesia.

Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


Pancasila menunjukkan terjadinya proses ilmu pengetahuan, validitas dan hakikat ilmu pengetahuan (teori ilmu
pengetahuan).
Pancasila menjadi daya dinamis yang meresapi seluruh tindakan kita, dan kita harus merenungkan dan mencerna arti
tiap-tiap sila dengan berpedoman pada uraian tokoh-tokoh nasional, agar kita tidak memiliki tafsiran yang bertentangan.
Dengan Pancasila sebagai filsafat negara dan bangsa Indonesia, kita dapat mencapai tujuan bangsa dan negara kita.

Kesatuan Nilai-nilai Pancasila Sebagai Filsafat


Pancasila merupakan kesatuan, di mana sila Ketuhanan Yang Maha Esa mempunyai ruang lingkup seluruh Indonesia.
Hendaknya Negara Indoneia adalah negara di mana warga negaranya dapat menjalankan ibadah agamanya secara
leluasa.

PANCASILA SEBAGAI ETIKA

Pengertian Nilai, Moral, dan Norma

Pengertian Nilai
Pancasila yang ditetapkan oleh para pendiri negara memuat nilai-nilai luhur dan mendalam, yang menjadi pandangan
hidup dan dasar negara. Nilai-nilai Pancasila secara bertahap harus benar-benar diwujudkan dalam perilaku kehidupan
negara dan masyarakat.
Di dalam tatanan hidup bernegara, ada yang disebut sebagai nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praksis.
a. Nilai dasar adalah asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang kurang lebih mutlak. Nilai dasar berasal dari nilai-
nilai kultural atau budaya yang berasal dari bangsa Indonesia itu sendiri, yaitu berakar dari kebudayaan, sesuai
dengan UUD 1945 yang mencerminkan hakikat nilai kultural.
b. Nilai instrumental adalah pelaksanaan umum nilai-nilai dasar, biasanya dalam wujud norma sosial atau norma
hukum, yang selanjutnya terkristalisasi dalam lembaga-lembaga yang sesuai dengan kebutuhan tempat dan waktu.
c. Nilai praksis adalah nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan. Semangatnya nilai praksis ini
seyogyanya sama dengan semangat nilai dasar dan nilai instrumental.
Berikut ini adalah ilustrasi hubungan ketiga nilai tersebut seperti yang dikemukakan Dardji Darmodihardjo.

Keterangan:
1 1. Nilai Obyektif
2. Nilai Intrinsik
3. Nilai Positif
4 2
4. Nilai Transenden
3

Nilai Dasar
Nilai instrumental

Praksis

Nilai Dalam Kehidupan Berbangsa


Sumber nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia adalah sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila ini juga merupakan norma
dasar yang mengatur hubungan antara manusia sebagai individu dan anggota kelompok dan sesamanya, negara,
pemerintah serta bangsa lain di dunia.
Nilai-nilai yang terkandung dalam kehidupan berbangsa adalah:
1. Nilai ideal 6. Nilai logis
2. Nilai material 7. Nilai etis
3. Nilai spiritual 8. Nilai estetis
4. Nilai pragmatis 9. Nilai sosial
5. Nilai positif 10. Nilai religius atau keagamaan
Nilai lainnya yang terkandung di dalam Pancasila dan UUD 1945 adalah nilai perjuangan bangsa Indonesia dalam
merebut kemerdekaan RI.
Nilai dalam pengembangan Pancasila adalah antara lain:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa:
a. Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Masing-masing atas dasar kemanusiaan yang beradab.
c. Membina adanya kerjasama dan toleransi antara sesama pemeluk agama dan penganut kepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab:
a. Tidak saling membedakan warna kulit.
b. Saling menghormati dengan bangsa lain.
c. Saling bekerjasama dengan bangsa lain.
d. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
3. Persatuan Indonesia:
a. Menempatkan persatuan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
b. Menempatkan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
c. Bangga berkebangsaan Indonesia.
d. Memajukan pergaulan untuk persatuan bangsa.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan:
a. Mengakui manusia Indonesia memiliki kedudukan dan hak yang sama.
b. Melaksanakan keputusan bersama dengan penuh tanggung jawab dan iktikad baik.
c. Mengambil keputusan yang harus sesuai dengan nilai kebenaran dan keadilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia:
a. Adanya hak yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa atau
dalam kehidupan sehari-hari, dan kehidupan bernegara.
b. Menjunjung tinggi sifat dan suasana gotong royong dengan rasa kekeluargaan dan penuh kegotongroyongan.
Pengertian Moral
Moral adalah ajaran baik dan buruk tentang perbuatan dan kelakukan (akhlak). Jadi, moral adalah tingkah laku manusia
yang dilakukan dengan sadar dipandang dari sudut baik dan buruknya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
Pancasila sebagai moral peorangan, moral bangsa, dan moral negara mempunyai pengertian:
1. Dasar negara Republik Indonesia, yang merupakan sumber dari segala sumber hukum yang ada.
2. Pandangan hidup bangsa Indonesia yang dapat mempersatukan dan memberi petunjuk dalam mencapai
kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan batin dalam masyarakat yang beraneka ragam sifatnya.
3. Jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia bangsa Indonesia karena Pancasila merupakan ciri khas bangsa Indonesia
yang tidak dapat dipisahkan dari bangsa Indonesia serta membedakan bangsa Indonesia dari bangsa lain.

Pengertian Norma
a. Pancasila sebagai Sumber Perubahan Hukum
Dalam negara terdapat suatu dasar fundamental atau pokok kaidah yang merupakan sumber hukum positif, yaitu
Pancasila. Pancasila merupakan:
1. Cita-cita hukum,
2. Kerangka berfikir,
3. Sumber nilai,
4. Sumber arah penyusunan dan perubahan hukum positif di Indonesia.
Pancasila dipandang sebagai cita-cita hkum dapat memenuhi fungsi konstitutif dan regulatif.
 Fungsi konstitutif:
Pancasila menentukan dasar suatu tata hukum yang memberi arti dan makna bagi hukum itu sendiri. Tanpa
dasar yang diberikan oleh Pancasila, hukum itu akan kehilangan arti dan maknanya.
 Fungsi regulatif
Pancasila menentukan apakah suatu hukum positif itu merupakan produk yang adil atau tidak adil.
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber peraturan peurndang-undangan di Indonesia karena ia adalah pangkal
derivasi (sumber penjabaran) dari tertib hukum di Indonesia termasuk UUD 1945, yaitu pasal 27 (1).
Sumber hukum Pancasila meliputi dua pengertian:
1. Sumber formal hukum, yaitu sumber hukum ditinjau dari bentuk dan tata cara penyusunan hukum, yang
mengingat terhadap komunitasnya, misalnya UU, PERMEN, PERDA.
2. Sumber material hukum, yaitu sumber hukum yang menentukan materi atau isi suatu norma hukum.

b. Pancasila sebagai Nilai Pertahanan dan Keamanan


Integritas dan moralitas para aparat penegak hukum dengan sendirinya harus berlandaskan nilai-nilai serta norma
yang bersumber pada landasan filosofis negara, Pancasila. Dan hal ini juga berlaku bagi kalangan politisi dan
intelektual.
Nilai-nilai yang Terkandung dalam Pancasila
Darjidarmodihardjo, dkk. (1991:52) merumuskan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai berikut:
1. Dalam sila I Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai-nilai religius antara lain:
a. Keyakinan terhadap adanya Tuhan Yang Maha esa dengan sifat-sifatnya Yang Maha sempurna, yakni Maha
kasih, Maha Kuasa, Maha Adil, Maha Bijaksana, dan sifat suci lainnya;
b. Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yakni menjalankan semua perintahNya dan menjauhi segala
laranganNya.
c. Nilai sila I ini meliputi dan menjiwai sila-sila II, III, IV, dan V.
2. Dalam sila II Kemanusiaan Yang adil dan beradab, terkandung nilai-nilai kemanusiaan, antara lain:
a. Pengakuan terhadap adanya martabat manusia;
b. Perlakuan yang adil terhadap sesama manusia;
c. Pengertian manusia yang beradab yang memiliki daya cipta, rasa, karsa, dan keyakinan sehingga jelas adanya
perbedaan antara manusia dan hewan.
d. Nilai sila II meliputi dan menjiwai sila III, IV, dan V.
3. Dalam sila III yang berbunyi Persatuan Indonesia terkandung nilai persatuan bangsa, antara lain:
a. Persatuan indonesia adalah persatuan bangsa yang mencakup seluruh wilayah Indonesia;
b. Bangsa Indonesia adalah persatuan suku-suku bangsa yang mendiami wilayah Indonesia;
c. Pengakuan terhadap ke-“bhinneka Tunggal Ika”-an suku bangsa dan kebudayaan bangsa (berbeda-beda namun
satu jiwa) yang memberikan arah pembinaan kesatuan bangsa;
d. Nilai sila III ini meliputi dan menjiwai sila IV dan V.
4. Dalam sila IV Kerakayatan Yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
terkandung nilai kerakyatan, antara lain:
e. Kedaulatan negara adalah ditangan rakyat;
f. Pemimpin kerakyatan adalah hikmat kebijaksanaan yang dilandasi oleh akal sehat;
g. Manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan
kewajiban yang sama;
h. Musyawarah untuk mufakat dicapai dalam permusyawaratan wakil-wakil rakyat;
i. Nilai sila IV meliputi dan menjiwai sila V.
5. Dalam sila V Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia terkandung nilai keadilan sosial, antara lain;
a. Perwujudan keadilan sosial dalam kehidupan sosial atau kemasyarakatan meliputi seluruh rakyat Indonesia;
b. Keadilan dalam kehidupan sosial terutama meliputi bidang-bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial,
kebudayaan, dan pertahanan keamanan nasional (Ipoleksosbudhankamnas);
c. Cita-cita masyarakat adil dan makmur secara material dan spiritual bagi seluruh rakyat Indonesia;
d. Keseimbangan antara hak dan kewajiban, dan menghormati hak orang lain;
e. Cinta akan kemajuan pembangunan;
f. Nilai sila V ini diliputi dan dijiwai sila I, II, III, dan IV.

Pengertian Etika dan Pancasila Sebagai Etika Politik


Setiap orang pasti mempunyai moral, tetapi belum tentu setiap orang berfikiran kritis tentang moralnya. Pemikiran yang
kritis tentang moral inilah yang disebut etika (Dardji Darmodihardjo, 1996: 33).
Pancasila sebagai etika, mengajak kita untuk berfikir kritis, otokritik, kaji banding sehingga Pancasila yang kita terima
sebagai dasar negara dan dasar kehidupan berbangsa benar-benar hasil pilihan bangsa dan negara Indonesia, bukan
sesuatu yang dipaksakan.

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL

Pengertian Ideologi
Ideologi berasal dari kata Yunani idein yang berarti melihat atau idea yang berati raut muka, perawakan, gagasan, buah
pikiran, dan kata logia yang berarti ajaran. Dengan demikian ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah
pikiran atau science des ideas (AL Marsudi, 2001: 57).
Pengertian ideologi secara umum adalah suatu kumpulan gagasan, ide, keyakinan serta kepercayaan yang bersifat
sistematis yang mengarahkan tingkah laku seseorang dalam berbagai bidang kehidupan, seperti:
a. Bidang politik, termasuk bidang hukum, pertahanan dan keamanan.
b. Bidang sosial.
c. Bidang kebudayaan.
d. Bidang keagamaan.

Kekuatan Ideologi
Alfian (BP7 Pusat, 1991: 192) mengemukakan bahwa kekuatan ideologi tergantung pada kualitas tiga dimensi yang ada
pada ideologi tersebut:
a. Dimensi realita, yaitu bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung di dalam ideologi tersebut secara riil hidup di dalam
serta besumber dari budaya dan pengalaman sejarah masyarakat atau bangsanya (menjadi volkgeist/jiwa bangsa).
b. Dimensi Idealisme, yaitu bahwa nilai-nilai dasar ideologi tersebut mengandung idealisme yang memberi harapan
tentang masa depan yang lebih baik melalui pengalaman dalam praktek kehidupan sehari-hari.
c. Dimensi fleksibilitas/dimensi pengembangan, yaitu ideologi tersebut memiliki keluwesan yang memungkinkan
dan merangsang pengembangan pemikiran-pemikiran baru yang relevan dengan ideologi bersangkutan tanpa
menghilangkan atau mengingkari jati diri yang terkandung dalam nilai-nilai dasarnya. Dan menurut Alfian,
pancasila memenuhi ketiga dimensi tersebut.
Makna ideologi bagi Negara
Ideologi dalam arti cita-cita negara memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Mempunyai derajat yang tinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan.
b. Mewujudkan satu asas kerohanian pandangan dunia, pandangan hidup yang harus dipelihara, dikembangkan,
diamalkan, dilestarikan kepada generasi penerus bangsa, diperjuangkan, dan dipertahankan.

Perbandingan Ideologi Pancasila dan Ideologi Lain


Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi lain:
Ideologi LIBERALISME KOMUNISME SOSIALISME PANCASILA
Aspek Pancasila
Sebagai
POLITIK HUKUM  Demokrasi  Demokrasi  Demokrasi  Demokrasi Ideologi
liberal rakyat untuk Pancasila Terbuka
 Hukum untuk  Berkuasa kolektivitas  Hukum untuk Pancasila
melindungi mutlak satu  Diutamakan menjunjung tinggi
individu parpol kebersamaan keadilan dan
 Dalam politik  Hukum untu  Masyarakat keberadaban
mementingkan melanggengka sama dengan individu dan
individu n komunis negara masyarakat

EKONOMI  Peran negara ada


 Peran negara  Peran negara  Peran negara untuk tidak terjadi
kecil dominan untuk monopoli, dll.
 Swasta  Demim pemerataan Yang merugikan
mendominasi kolektivitas  Keadilan rakyat.
 Kapitalisme berarti demi distributif yang
 Monoplisme negara diutamakan
 Persaingan  Monopoli
bebas negara  Bebas memilih
salah satu agama
AGAMA  Agama harus  Agama harus
 Agama urusan  Agama candu mendorong menjiwai dalam
pribadi masyarakat berkembangny kehidupan
 Bebas beragama  Agama harus a kebersamaan bermasyarakat
 Bebas dijauhkan dari berbangsa dan
memlih masyarakat bernegara
agama  Atheis
 Bebas tidak
beragama  Individu diakui
keberadaannya
 Masysrakat  Masyarakat diakui
 Individu lebih  Individu tidak lebih penting keberadaannya
PANDANGAN
penting dari penting daripada  Hubungan
TERHADAP individu
pada masyarakat  Masyarakat individu dengan
INDIVIDU DAN
 Masyarakat tidak penting masyarakat
MASYARAKAT
diabdikan  Kolektivitas dilandasi 3 S
kepada individu yang dibentuk (Selaras, Serasi,
negara lebih Seimbang)
penting  Masyarakat ada
karena individu
 Individu akan
punya arti apabila
hidup di tengah
masyarakat.

 Keselarasan
keseimbangan ,
dan keserasian
 Penghargaan dalam setiap
atas HAM 
Atheisme  Kebersamaan aspek kehidupan.
 Demokrasi 
Dogamtisme  Akomodasi
CIRI KHAS
 Negara hukum 
Otoriter  Jalan tengah
 Menolak 
Ingkar HAM
Dogmatis 
Reaksi
 Reaksi terhadap terhadap
absolutisme Liberalisme
dan
Kapitalisme
merupakan ideologi yang mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman tanpa pengubahan nilai dasarnya. Ini
bukan berarti bahwa Pancasila dapat diubah atau diganti dengan nilai dasar yang lain yang sama artinya dengan
meniadakan Pancasila atau meniadakan identitas/jati diri bangsa Indonesia (Al Marsudi, 2000: 62).
Beberapa faktor yang mendorong pemiiran Pancasila sebagai ideologi terbuka menurut Moerdiono (BP7 Pusat, 1992:
399):
1. Dalam proses pembangunan nasional berencana, dinamika masyarakat kita berkembang amat cepat. Dengan
demikian tidak semua persoalan kehidupan dapat ditemukan jawabannya secara ideologis dalam pemikiran
ideologi-ideologi sebelumnya.
2. Kenyataan bangkrutnya ideologi tertutup seperti marxisme-leninisme/komunisme. Dewasa ini kubu komunisme
dihadapkan pada pilihan yang amat berat, menjdai suatu ideologi terbuka atau tetap mempertahankan ideologi
lainnya.
3. Pengalaman sejarah politik kita sendiri dengan pengaruh komunisme sangat penting. Karena pengaruh ideologi
komunisme yang pada dasarnya bersifat tertutup, Pancasila pernah merosot menjadi semacam dogma yang kaku.
Pancasila tidak lagi tampil sebagai acuan bersama, tetapi sebagai senjata konseptual untuk menyerang lawan-lawan
politik. Kebijaksanaan pemerintah di saat itu menjadi absolut. Konsekuensinya, perbedaan-perbedaan menjadi
alasan untuk secara langsung dicap sebagai anti Pancasila.
4. Tekad kita untuk menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Sebagai catatan, istilah Pancasila sebagai satu-satunya asas telah dicabut berdasarkan Ketetapan MPR
tahun 1999, namun pencabutan ini kita artikan sebagai pengembalian fungsi Pancasila sebagai dasar negara. Dalam
kedudukannya sebagai dasar negara, Pancasila harus dijadikan jiwa (volkgeist) bangsa Indonesia dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, terutama dalam pengembangan Pancasila sebagai ideologi terbuka. Di samping itu, ada
faktor lain, yaitu adanya tekad bangsa Indonesia untuk menjadikan Pancasila sebagai alternatif ideologi dunia.

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN NASIONAL

Pengertian paradigma
Paradigma adalah cara pandang, nilai-nilai, metode-metode, prinsip dasar, atau cara memecahkan sesuatu masalah yang
dianut oleh suatu masyarakat pada masa tertentu (Al Marsudi, 2000: 69).

Makna dan Hakikat Pembangunan Nasional


Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan dan meliputi seluruh
kehidupan, masyarakat dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional yang termaktub dalam
Pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat
Indonesia seluruhnya dengan Pancasila sebagai dasar, tujuan, pedoman pembangunan nasional.

Tujuan Pembangunan Nasional


Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945 dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan
rakyat dalam suasana yang aman, tentram, tertib, serta dinamis dan dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka,
bersahabat, tertib, dan damai.

Asas Pembangunan Nasional


1. Asas manfaat.
2. Asas usaha bersama.
3. Asas demokrasi.
4. Asas adil dan merata.
5. Asas perikemanusiaan dan keseimbangan.
6. Asas kesadaran hukum.
7. Asas kepercayaan pada diri sendiri.

Modal Dasar dan Faktor Dominan

1. Modal Dasar
Modal dasar pembangunan nasional adalah keseluruhan sumber kekuatan nasional baik yang sudah maupun
akan dimiliki dan didayagunakan oleh bangsa Indonesia dalam pembangunan nasional, yaitu:

a. Kemerdekaan dan kedaulatan bangsa dan negara Indone sia sebagai hasil perjuangan seluruh rakyat
Indonesia.
b. Jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan bangsa.
c. Wilayah nusantara yang luas dan pada posisi silang antara dua benua dan dua samudera dengan
kondisi alamiah yang memiliki berbagai keunggulan.
d. Kekayaan alam yang beraneka ragam dan terdapat di darat maupun laut yang dapat digunakan secara
bertanggung jawab demi kemakmuran rakyat.
e. Jumlah penduduk yang besar sebagai sumber daya manusia yang potensial dan produktif bagi
pembangunan nasional.
f. Keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan tenaga penggerak yang tak
ternilai harganya bagi pengisian aspirasi bangsa. Kepercayaan dan ke yakinan bangsa atas kebenaran
falsafah Pancasila sebagai asas penting dalam kebidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
merupakan modal yang dapat membawa bangsa Indonesia mencapai cita-citanya.
g. Budaya bangsa Indonesia yang dinamis telah berkembang sepanjang sejarah bangsa yang bercirikan
kebhinekaan.
h. Potensi dan kekuatan efektif bangsa, yakni segala sesuatu yang secara potensial dan produktif menjadi
milik bangsa, termasuk kekuatan sosial politik.
i. ABRI sebagai kekuatan pertahanan keamanan dan kekuatan sosial politik yang tumbuh dari dan bersama
rakyat.

2. Faktor Dominan
Faktor dominan adalah segala sesuatu yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan
pembangunan untuk memperlancar pencapaian sasaran pembangunan nasional, yaitu:
a. Kependudukan dan sosial budaya, termasuk pergeseran nilai dan perkembangan
aspirasi rakyat yang dinamis.
b. Wilayah bercirikan kepulauan dan kelautan dengan lingkungan dan alam tropiknya.
c. Sumber daya alam yang beraneka ragam termasuk flora dan fauna.
d. Kualitas manusia dan masyarakat Indonesia dan penguasaannya terhadap ilmu
pengetahuan dan teknologi.
e. Disiplin nasional yang merupakan perwujudan kepatuhan dan ketaatan kepada
hukum dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
f. Manajemen nasional sebagai mekanisme penyelenggaraan negara dan pemerintahan.
g. Perkembangan regional dan global serta tatanan internasional yang selalu berubah
secara dinamis.
h. Kemungkinan pengembangan.

Visi dan Misi Pembangunan

Visi
Terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing,
maju, dan sejahtera dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh
manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, cinta tanah
air, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi,
memiliki etos kerja yang tinggi, dan berdisiplin.

Misi
Untuk mewujudkan visi bangsa Indonesia masa depan, misi yang ditetapkan adalah sebagai
berikut:
1. Pengamalan Pancasila secara konsisten dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.
2. Penegakan kedaulatan rakyat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara
3. Peningkatan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan
kualitas keimanan dan kerakwaan terhadap Tuhan YME dalam kehidupan persaudaraan
umat beragama yang berakhlak mulia, toleran, rukun, dan damai.
4. Penjaminan kondisi aman, damai, tertib, dan ketentraman masyarakat.
5. Perwujudan sistem hukum nasional, yang menjamin tegaknya supremasi hukum dan hak
asasi manusia berlandaskan keadilan dan kebenaran.
6. Perwujudan kehidupan sosial budaya yang berkepribadian, dinamis, kreatif, dan berdaya
tahan terhadap pengaruh globalisasi.
7. Pemberdayaan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional, terutama pengusaha
kecil, menengah, dan koperasi, dengan mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan
yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan, sumber daya alam, dan sumber
daya manusia yang produktif, mandiri, maju, berdaya saing, dan berwawasan
lingkungan.
8. Perwujudan otonomi daerah dalam rangka pembangunan daerah dan pemerataan
pertumbuhan dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia.
9. Perwujudan kesejahteraan rakyat yang ditandai oleh meningkatnya kualitas kehidupan
yang layak dan bermartabat serta perhatian utama pada tercukupinya kebutuhan dasar,
yaitu pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan dan lapangan kerja.
10. Perwujudan aparatur negara yang berfungsi melayani masyarakat, profesional, berdaya
guna, produktif, transparan yang bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.
11. Perwujudan sistem dan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu guna
memperteguh akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat,
berdisiplin, bertanggungjawab, berketerampilan serta menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam rangka mengembangkan kualitas manusia Indonesia.
12. Perwujudan politik luar negeri yang berdaulat, bermartabat, bebas dan proaktif bagi
kepentingan nasional dalam menghadapi perkembangan global.

Kebijakan Pembangunan Nasional


Titik tolak kita ketika membicarakan kebijakan pembangunan nasional adalah Garis-garis
Besar Haluan Negara (GBHN) yang berdasarkan Tap MPR No. IV/MPR/1999.
1. Bidang hukum
2. Ekonomi
3. Politik
4. Penyelenggara Negara
5. Komunikasi, Informasi, dan Media Massa.
6. Agama
7. Pendidikan.
8. Sosial dan Budaya.
9. Pembangunan daerah.
10. Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.
11. Pertahanan dan Keamanan.
c.
d.

Anda mungkin juga menyukai