Anda di halaman 1dari 36

Bed Site Teaching

Hari/tanggal : Selasa / 17 April 2019

NASKAH PSIKIATRI

Depresi Post Partum

Oleh: Muhammad Fadhel 1840312618


Muhammad Gilang 1510311103

Pembimbing : Dr.dr.Yaslinda Yaunin, Sp.KJ (K)

BAGIAN PSIKIATRI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

RSUP DR M. DJAMIL

PADANG

2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji dan syukur penulis ucapkan kepada


Allah SWT dan shalawat beserta salam untuk Nabi Muhammad S.A.W, berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas bed site teaching
dengan judul “Depresi Post Partum” yang merupakan salah satu tugas dalam
kepaniteraan klinik Ilmu Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Andalas RSUP
Dr. M. Djamil Padang.
Dalam usaha penyelesaian tugas referat ini, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr.dr.Yaslinda Yaunin, Sp.KJ (K) selaku
pembimbing dalam penyusunan tugas ini.
Kami menyadari bahwa di dalam penulisan ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menerima semua saran dan
kritik yang membangun guna penyempurnaan tugas referat ini. Akhir kata, semoga
referat ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Padang, 16 April 2019

Penulis

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2018 menyatakan bahwa
angka kejadian gangguan mental emosional meningkat sebesar 3,8% dibandingkan
tahun 2013 dan angka kejadian depresi mencapai 6,1% dan hanya 9% pasien yang
berobat untuk mengatasi hal tersebut. Hal ini menjadi sebuah tren yang baru
mengingat terjadi peningkatan serta kejadian depresi yang cukup tinggi dalam 5
tahun terakhir dan masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk berobat.1
Gangguan mental dapat terjadi setelah melahirkan, terdapat tiga gangguan yaitu
baby/mother blues syndrome, depresi post partum dan psikosis post partum.
Depresi post partum menjadi masalah kesehatan masyarakat saat ini, dikarenakan
kejadiannya yang terus meningkat. Gejala khas yang muncul pada depresi post
partum adalah rasa sedih yang berlebihan, merasa tidak berguna, cemas berlebihan,
tidak nyaman dalam merawat anak, gangguan tidur, ide bunuh diri. Gejala ini dapat
muncul dalam waktu 1 bulan setelah melahirkan berbeda dengan baby blues
syndrome yang muncul hanya dalam waktu 1 minggu.2
Prevelansi depresi post partum di dunia terjadi sekitar 10% – 20%.2 World
Health Organization (WHO) menyatakan bahwa wanita setelah melahirkan lebih
beresiko terkena depresi tiga kali lipat.3 Prevalensi depresi post partum di Indonesia
diperkirakan sekitar 22,7%.Dalam berbagai studi yang dilakukan di Indonesia
bahwa terdapat faktor risiko depresi post partum yang signifikan yaitu faktor
demografi, komplikasi saat kehamilan, persalinan dan setelah melahirkan,
kehamilan pertama dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR).4
Depresi post partum merupakan sebuah keadaan depresi yang terjadi pasca
kelahiran. Semakin lama berangsur-angsur pasien semakin menarik diri dan
kehilangan fungsi psikososial lainnya dan juga menimbulkan deteriorasi pada
pasiennya. Prognosis pasien pun beragam tergantung dari faktor risiko yang miliki
oleh individu pasien itu sendiri. Penatalaksanaan secara komprehensif sampai ke
lingkungan tempat tinggal pasien sangat mempengaruhi proses perbaikan fungsi
pasien, sehingga dibutuhkan sekali dukungan dari keluarga ataupun masyarakat

3
kepada pasien dengan depresi post partum agar tidak menjadi beban bagi keluarga
ataupun masyarakat. Oleh karena itu penting bagi klinisi untuk memahami depresi
post partum mulai dari etiologi, gejala, sampai penatalaksanaan komprehensif.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan dari pembuatan laporan kasus ini adalah untuk mempelajari,
memahami, dan menelaah kasus yang berhubungan dengan definisi, epidemiologi,
etiologi, gambaran klinis, diagnosis, tatalaksana, dan prognosis depresi post
partum.

1.3 Metode Penulisan


Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan kepustakaan merujuk kepada
berbagai literatur seperti textbook dan jurnal.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan bed site teaching ini adalah menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai depresi post partum.

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Depresi post partum adalah suatu kondisi yang sering terjadi pada wanita
setelah melahirkan namun dapat diatasi dengan baik. Menurut DSM V bahwa
kriteria mayor dari depresi post partum adalah terdapat episode depresi pada pasien
dengan durasi lebih dari empat minggu pasca persalinan.5

2.2 Epidemiologi
Prevelansi depresi post partum di dunia terjadi sekitar 10% – 20%.2 World
Health Organization (WHO) menyatakan bahwa wanita setelah melahirkan lebih
beresiko terkena depresi tiga kali lipat.3 Prevalensi depresi post partum di Indonesia
diperkirakan sekitar 22,7%.Dalam berbagai studi yang dilakukan di Indonesia
bahwa terdapat faktor risiko depresi post partum yang signifikan yaitu faktor
demografi, komplikasi saat kehamilan, persalinan dan setelah melahirkan,
kehamilan pertama dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR).4
2.3 Etiologi
1. Faktor Hormonal
a. Hormon Steroid

Hormon steroid berperan penting dalam proses depresi termasuk depresi


post partum. Pada saat hamil dan melahirkan jumlah hormon steroid dan
peptide mengalami perubahan yang fluktuaktif yang bisa memicu
terjadinya depresi post partum. Perubahan jumlah hormon pada masa
gestasi adalah estradiol, cortikcosterone, corticotropic realeasing hormone
(CRH) dan oksitosin. Selain itu jumlah progesterone meningkat 20 kali
lipat saat masa kehamilan dan estradiol meningkat 200-300 kali pada umur
gestasi 20 minggu. Peningkatan tersebut tetap berjalan sampai trimester ke
tiga namun turun drastis ketika proses partus sehingga hipotesis yang
muncul adalah penururan tersebut memicu terjadinya depresi post partum.
Selain itu berdasarkan penelitian Parizek et al tahun 2014 menemukan

5
bahwa peningkatan jumlah androgen dan estrogen pada saat 4 minggu
sebelum kelahiran akan menjadi faktor pencetus depresi post partum. 6

Gambar 2.1 Grafik Perubahan Hormon Saat Kehamilan dan Pasca


Persalinan6

b. Glukokortikoid

Glukokortikoida dapat menjadi penyebab terjadinya depresi. Stres dan


axis HPA sangat berkaitan satu sama lain. Pada pasien dengan depresi
maupun depresi post partum terdapat abnormalitas pada axis HPA dengan
terjadinya hipersekresi kortisol dan abnormalitas pada sekresi diurnal
kortisol.6

c. Oksitosin

Oksitosin berperan dalam depresi post partum, hal ini terjadi karena
oksitosin merupakan hormon yang bisa berinteraksi dengan
glukokortikoid. Interaksi kedua hormon tersebut pada saat kehamilan dan
pasca melahirkan akan meningkatkan kerentanan seseorang menderita
depresi post partum.6

6
2. Jenis Kelamin Anak
Sylven et al tahun 2011 menyebutkan bahwa faktor jenis kelamin janin
sangat berpengaruh terhadap depresi post partum terutama pada anak laki-
laki dimana meningkatkan faktor risiko lima kali lipat dari perempuan.7

3. Genetik
Penelitian yang dilakukan oleh Guintivano pada tahun 2014 menyebutkan
bahwa terdapat pola berbeda antara DNA dengan depresi post partum dan wanita
eutim. Mereka melalukan studi dengan membagi 2 kelompok wanita dengan
riwayat depresi post partum dan tidak, dalam penelitiannya didapatkan modifikasi
gen CpG methylation pada dua lokus HP1NP3 dan TTC9B. Gen ini berperan
sebagai estradiol mediated signaling sehingga karena perubahan yang terjadi
menyebabkan plastisitas di hipokampus dengan penyebab awal pada ER.8

2.4 Gambaran Klinis


2.5 Pedoman Diagnosis

7
Gambar 2.x Diagnosis Depresi Post Partum
2.6 Tatalaksana
2.7 Prognosis

8
Gambar 2.x Prognosis dari Depresi Post partum

9
BAB 3
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny LS
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 29 Th
Tempat,Tanggal Lahir : Siantar, 24 September 1989
Agama : Kristen Protestan
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan terakhir: D3 Akademi Kebidanan
Status Pernikahan : Sudah menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat :Perumahan Cedoh, Koto Nan Ampek,BlokA,
Payakumbuh.

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Keterangan/ anamnesis di bawah ini diperoleh dari (lingkari angka di bawah ini)
1. Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 16 April 2019 di bangsal jiwa
RSUP Dr. M. Djamil Padang
2. Alloanamnesis dengan :
1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan (lingkari pada huruf yang
sesuai
a. Sendiri
b. Keluarga
c. Polisi
d. Jaksa/ Hakim
e. Dan lain-lain
2. Sebab Utama
Pasien merasa sedih dan cemas saat teringat anaknya serta usaha bunuh diri.
3. Keluhan Utama

10
Pasien merasa cemas dan gelisah yang meningkat sejak 4 bulan yang lalu setelah
melahirkan.
4. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang
Pasien datang diantar keluarga karena Pasien merasa cemas dan gelisah yang
meningkat sejak 4 bulan yang lalu setelah melahirkan. Rasa cemas menetap
dirasakan 2 bulan setelah melahirkan. Pasien berusaha untuk bunuh diri sejak satu
minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit akibat rasa cemas yang tidak dapat
ditahan. Pasien merasa sedih karena merasa sulit untuk mengasuh anak karena
rewel dan tidak mau menyusu. Pasien tidak mampu merawat anaknya sehingga
anaknya dititipkan di saudara suami di Medan. Pasien dibawa ke rumah sakit oleh
suami.

5. Riwayat Penyakit Sebelumnya


a. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien telah dikenal menderita gangguan jiwa sejak tahun 2016 pada
saat kelahiran pertama. Pasien pertama kali dibawa ke RSUD Dr. Adnan
Payakumbuh karena cemas dan sedih yang mendalam serta ide bunuh diri.
Pada tahun 2019 bulan Februari pasien dibawa ke RSUD Dr. Adnan
Payakumbuh, tetapi pasien langsung dirujuk ke RSUP Dr. M. Djamil
dikarenakan rasa cemas dan hebat yang lebih hebat serta ada usaha untuk
bunuh diri . Pasien dirawat di RSUP Dr. M. Djamil Padang selama 14 hari.
Setelah 15 hari dirawat, pasien pulang kembali ke rumah. Pasien rutin
kontrol dan minum obat setiap bulannya. Pada bulan April pasien kembali
mengeluhkan hal yang sama dikarenakan sedih jauh dari anaknya dan
pasien cemas yang tidak bisa tertahankan suami pasien melihat pasien
memegang pisau ditangannya sehingga oleh suaminya langsung dibawa dan
dirujuk ke RSUP Dr. M Djamil kembali.
b. Riwayat Gangguan Medis
Pasien tidak ada menderita hipertensi, DM, trauma, tumor, kejang, gangguan
kesadaran, HIV.
c. Riwayat Merokok, Penggunaan Alkohol dan Zat Adiktif lain
Pasien tidak ada riwayat merokok, penggunaan alkohol dan zat adiktif lain.
6. Riwayat keluarga

11
a) Identitas orang tua
IDENTITAS Orang tua/ Pengganti Keterangan
Bapak Ibu
Almarhum Almarhum
Kewarganegaraan Indonesia Indonesia
Suku bangsa Batak Batak
Agama Kristen Protestan Kristen Protestan
Pendidikan - -
Pekerjaan - -
Ket : * coret yang tidak perlu
b) Sifat/ Perilaku Orang tua kandung/ pengganti............. :
- Bapak (Dijelaskan oleh ibu kandung pasien dapat dipercaya/ diragukan)
Pemalas ( - ), Pendiam ( - ), Pemarah ( -), Mudah tersinggung ( - ), Tak suka
Bergaul ( - ), Banyak teman ( - ), Pemalu ( - ), Perokok berat ( - ), Penjudi ( -
), Peminum ( - ), Pecemas ( - ), Penyedih ( - ), Perfeksionis ( - ), Dramatisasi ( -
), Pencuriga ( - ), Pencemburu ( - ), Egois ( - ), Penakut ( - ), Tak bertanggung
jawab ( - ).
- Ibu ( Dijelaskan oleh ibu kandung pasien dapat dipercaya/ diragukan )
Pemalas ( - ), Pendiam ( - ), Pemarah ( - ), Mudah tersinggung ( - ), Tak suka
Bergaul ( - ), Banyak teman ( - ), Pemalu ( - ), Perokok berat ( - ), Penjudi (
- ), Peminum ( - ), Pecemas ( - ), Penyedih ( - ), Perfeksionis ( - ),
Dramatisasi ( - ), Pencuriga ( - ), Pencemburu ( - ), Egois ( - ), Penakut ( - ),
Tak bertanggung jawab ( - ), perhatian (+)
c) Saudara
Pasien anak ke empat dari enam bersaudara.

d) Urutan bersaudara dan cantumkan usianya dalam tanda kurung untuk pasien
sendiri lingkari nomornya.*
1. Lk/ Pr (35 Th) 2. Lk/ pr ( 33 Th)
3. Lk/Pr (31 Th) 4. Lk/ Pr (29 Th)
5. Lk/Pr ( 27 Th) 6. Lk/Pr ( 25 Th)

12
e) Gambaran sikap/ perilaku masing-masing saudara pasien dan hubungan pasien
terhadap masing-masing saudara tersebut, hal yang dinyatakan serupa dengan
yang dinyatakan pada gambaran sikap/ perilaku pada orang tua.*
Saudara Gambaran sikap Kualitas hubungan dengan saudara
ke dan perilaku (akrab/ biasa,/kurang/tak peduli)
1 Emosi tinggi, suka Baik
bergaul
2 Biasa, suka bergaul Akrab
3 Biasa, suka bergaul Baik
5 Biasa, suka bergaul Akrab
6 Biasa, suka bergaul Baik

f) Orang lain yang tinggal di rumah pasien dengan gambaran sikap dan tingkah
laku dan bagaimana pasien dengan mereka.*
No Hubungan dengan Gambaran sikap Kualitas hubungan
pasien dan tingkah laku (akrab/biasa,/kurang/tak
peduli)
1 - - -

g) Apakah ada riwayat penyakit jiwa, kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik (


yang ada kaitannya dengan gangguan jiwa) pada anggota keluarga o.s :
Anggota Penyakit Kebiasaan- Penyakit
keluarga jiwa kebiasaan fisik
Bapak - - -
Ibu - - -
Saudara
1
2
3
5
6

13
Skema Pedegree

Keterangan

Pasien Laki-laki

Meninggal Perempuan

h) Riwayat tempat tinggal yang pernah didiami pasien:


No Rumah Keadaan rumah
tempat
Tenang Cocok Nyaman Tidak
tinggal
Nyaman

1. Kampung - - + -
Halaman
(Siantar)
2 Kontrakan - - - +
(Payakumb
uh)

7. Gambaran seluruh faktor-faktor dan mental yang bersangkut paut dengan


perkembangan kejiwaan pasien selama masa sebelum sakit (premorbid)
yang meliputi :
a) Riwayat sewaktu dalam kandungan dan dilahirkan.

14
- Keadaan ibu sewaktu hamil (sebutkan penyakit-penyakit fisik dan
atau kondisi- kondisi mental yang diderita si ibu )
 Kesehatan Fisik : Sehat
 Kesehatan Mental : Sehat
- Keadaan melahirkan :
 Aterm (+), partus spontan (+), partus tindakan (-) sebutkan
jenis tindakannya
 Pasien adalah anak yang direncanakan/ diinginkan (ya/tidak)
 Jenis kelamin anak sesuai harapan (ya/tidak)
b) Riwayat masa bayi dan kanak-kanak : tidak dinilai
 Pertumbuhan Fisik : baik, biasa, kurang*
 Minum ASI : sampai umur 3 tahun
 Usia mulai bicara : tidak dinilai
 Usia mulai jalan : tidak dinilai
 Sukar makan (-), anoreksia nervosa (-), bulimia (-), pika (-),
gangguan hubungan ibu-anak (-), pola tidur baik (-), cemas terhadap
orang asing sesuai umum (-), cemas perpisahan (-), dan lain-lain
c) Gejala-gejala sehubungan dengan problem perilaku yang dijumpai pada
masa kanak-kanak, misalnya: mengisap jari (-), ngompol (-), BAB di tempat
tidur (-), night teror (-), temper tantrum (-), gagap (-), tik (-), masturbasi (-),
mutisme selektif (-), dan lain-lain.
d) Toilet training
Umur : 2 tahun
Sikap orang tua :(memaksa/menghargai/membiarkan/memberikan
arahan)
Perasaan anak untuk toilet training ini: baik
e) Kesehatan fisik masa kanak-kanak : demam tinggi disertai menggigau (-
), kejang-kejang (-), demam berlangsung lama (-), trauma kapitis disertai
hilangnya kesadaran (-), dan lain-lain.
f) Temperamen sewaktu anak-anak : pemalu (-), gelisah (-) overaktif (-),
menarik diri (-), suka bergaul (+), suka berolahraga (-), dan lain-lain
g) Masa Sekolah

15
Perihal SD SMP SMA PT
Umur 6 tahun - - -
Prestasi* Baik Baik Baik Baik
Sedang Sedang Sedang Sedang
Kurang Kurang Kurang Kurang
Aktifitas Sekolah* Baik Baik Baik Baik
Sedang Sedang Sedang Sedang
Kurang Kurang Kurang Kurang
Sikap Terhadap Teman * Baik Baik Baik Baik
Kurang Kurang Kurang Kurang
Sikap Terhadap Guru Baik Baik Baik Baik
Kurang Kurang Kurang Kurang
Kemampuan Khusus (Bakat) ( - ) ( - ) ( - ) ( - )
Tingkah Laku ( baik ) ( baik ) ( baik ) ( baik )

h) Masa remaja: Fobia ( - ), masturbasi ( - ), ngompol ( - ), lari dari rumah ( -


), kenakalan remaja ( - ), perokok berat ( - ), penggunaan obat terlarang ( -
), peminum minuman keras ( - ), problem berat badan ( - ), anoreksia nervosa
( - ), bulimia ( - ), perasaan depresi ( - ), rasa rendah diri ( - ), cemas ( - ),
gangguan tidur ( - ), sering sakit kepala ( - ), dan lain-lain.
Ket: * coret yang tidak perlu
** ( ) diisi (+) atau (-)
i) Riwayat Pekerjaan ( - )
Usia mulai bekerja 22 tahun, kepuasan kerja (+),pindah-pindah kerja (+),
pekerjaan yang pernah dilakukan (+)

Keadaan ekonomi*: baik,sedang, kurang


j) Percintaan, Perkawinan, Kehidupan Seksual dan Rumah Tangga
 Menstruasi (sudah), usia 12 tahun, persepsi biasa saja
 Awal pengetahuan tentang seks 14 tahun.
 Hubungan seks sebelum menikah (-)
 Riwayat pelecehan seksual (-)
 Orientasi seksual (normal)

16
k) Situasi sosial saat ini:
1. Tempat tinggal : rumah sendiri (-), rumah kontrak (+), rumah susun (-
), apartemen (-) , rumah orang tua (-), serumah dengan mertua (-), di
asrama (-) dan lain-lain (-).
2. Polusi lingkungan : bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (-) dan lain-lain.
No Jenis Umur Pendidikan Sikap dan Kesehatan Sikap pada
Kelamin Perilaku Fisik dan anak
Mental

1 Laki- 2 tahun - Penurut biasa Sangat


laki sayang
dan
peduli.

2 Laki- 4 bulan - - - Sangat


laki sayang
dan
peduli.

l) Ciri Kepribadian sebelumnya/ Gangguan kepribadian (untuk axis II)


Kepribadian Gambaran Klinis
Skizoid Emosi dingin ( - ), tidak acuh pada orang lain ( - ), perasaan hangat atau
lembut pada orang lain ( - ), peduli terhadap pujian maupun kecaman (
- ), kurang teman ( - ), pemalu ( - ), sering melamun ( + ), kurang
tertarik untuk mengalami pengalaman seksual ( - ), suka aktivitas yang
dilakukan sendiri (-)
Paranoid Merasa akan ditipu atau dirugikan ( - ), kewaspadaan berlebihan ( - ),
sikap berjaga-jaga atau menutup-nutupi ( - ), tidak mau menerima
kritik ( - ), meragukan kesetiaan orang lain ( - ), secara intensif mencari-
cari kesalahan dan bukti tentang prasangkanya ( - ), perhatian yang
berlebihan terhadap motif-motif yang tersembunyi ( -), cemburu

17
patologik ( - ), hipersensifitas ( - ), keterbatasan kehidupan afektif ( -
).
Skizotipal Pikiran gaib ( - ), ideas of reference ( - ), isolasi sosial ( - ), ilusi
berulang ( - ), pembicaraan yang ganjil ( - ), bila bertatap muka dengan
orang lain tampak dingin atau tidak acuh ( - ).
Siklotimik Ambisi berlebihan ( - ), optimis berlebihan ( - ), aktivitas seksual yang
berlebihan tanpa menghiraukan akibat yang merugikan ( - ),
melibatkan dirinya secara berlebihan dalam aktivitas yang
menyenangkan tanpa menghiraukan kemungkinan yang merugikan
dirinya ( - ), melucu berlebihan ( - ), kurangnya kebutuhan tidur ( - ) ,
pesimis ( - ), putus asa ( - ), insomnia ( + ), hipersomnia ( - ) sejak 2
minggu setelah dirawat di Rumah Sakit, kurang bersemangat ( - ), rasa
rendah diri ( - ), penurunan aktivitas ( + ), mudah merasa sedih dan
menangis ( + ), dan lain-lain.
Histrionik Dramatisasi ( - ), selalu berusaha menarik perhatian bagi dirinya ( - ),
mendambakan ransangan aktivitas yang menggairahkan ( - ), bereaksi
berlebihan terhadap hal-hal sepele ( - ), egosentris ( - ), suka menuntut
( - ), dependen ( - ), dan lain-lain.
Narsisistik Merasa bangga berlebihan terhadap kehebatan dirinya ( - ), preokupasi
dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan dan kecantikan ( - ),
ekshibisionisme ( - ), membutuhkan perhatian dan pujian yang terus
menerus ( - ), hubungan interpersonal yang eksploitatif ( - ), merasa
marah, malu, terhina dan rendah diri bila dikritik ( - ) dan lain-lain.
Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain ( - ), sikap yang amat tidak
bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus ( - ), tidak mampu
mengalami rasa bersalah dan menarik manfaat dari pengalaman ( - ),
tidak peduli pada norma-norma, peraturan dan kewajiban sosial ( - ),
tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama ( - ),
iritabilitas ( - ), agresivitas ( - ), impulsif ( - ), sering berbohong ( - ),
sangat cendrung menyalahkan orang lain atau menawarkan
rasionalisasi yang masuk akal, untuk perilaku yang membuat pasien
konflik dengan masyarakat ( - )

18
Ambang Pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak stabil ( - ),
kurangnya pengendalian terhadap kemarahan(-), gangguan identitas (
- ), afek yang tidak mantap ( - ),tidak tahan untuk berada sendirian ( -
), tindakan mencederai diri sendiri ( - ), rasa bosan kronik ( - ), dan lain-
lain
Menghindar Perasaan tegang dan takut yang pervasif ( - ), merasa dirinya tidak
mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain ( - ),
keengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin
disukai ( - ), preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan
dalam situasi sosial ( - ), menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan
yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena takut dikritik,
tidak didukung atau ditolak ( - )
Anankastik Perasaan ragu-ragu yang hati-hati yang berlebihan ( - ), preokupasi
pada hal-hal yang rinci (details), peraturan, daftar, urutan, organisasi
dan jadwal ( - ), perfeksionisme ( - ), ketelitian yang berlebihan ( - ),
kaku da keras kepala ( - ), pengabdian yang berlebihan terhadap
pekerjaan sehingga menyampingkan kesenangan dan nilai-nilai
hubungan interpersonal ( - ), pemaksaan yang berlebihan agar orang
lain mengikuti persis caranya mengerjakan sesuatu ( - ), keterpakuan
yang berlebihan pada kebiasaan sosial ( - ) dan lain-lain.
Dependen Mengalami kesuitan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa
nasehat dan masukan dari orang lain ( - ), membutuhkan orang lain
untuk mengambil tanggung jawab pada banyak hal dalam hidupnya
( - ), perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena
ketakutan yang dibesar-besarkan tentang ketidakmampuan mengurus
diri sendiri ( - ), takut ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya(
-)

8. Stresor psikososial (axis IV)


Pertunangan ( - ), perkawinan ( - ), perceraian ( - ), kawin paksa ( - ), kawin lari
( - ), kawin terpaksa ( - ), kawin gantung ( - ), kematian pasangan ( - ), problem
punya anak ( + ), anak sakit ( - ), persoalan dengan anak ( - ), persoalan dengan

19
orang tua ( - ), persoalan dengan mertua ( - ), masalah dengan teman dekat ( - ),
masalah dengan atasan/ bawahan ( - ), mulai pertama kali bekerja ( -), masuk
sekolah ( - ), pindah kerja ( - ), persiapan masuk pension ( - ), pensiun ( - ),
berhenti bekerja ( - ), masalah di sekolah ( - ), masalah jabatan/ kenaikan pangkat
( - ), pindah rumah ( - ), pindah ke kota lain ( - ), transmigrasi ( - ), pencurian
( - ), perampokan ( - ), ancaman ( - ), keadaan ekonomi yang kurang ( - ),
memiliki hutang ( - ), usaha bangkrut ( - ), masalah warisan ( - ), mengalami
tuntutan hukum (-), masuk penjara ( - ), memasuki masa pubertas( - ), memasuki
usia dewasa ( - ), menopause ( - ), mencapai usia 50 tahun ( - ), menderita
penyakit fisik yang parah ( - ), kecelakaan ( - ), pembedahan ( - ), abortus ( - ),
hubungan yang buruk antar orang tua ( - ), terdapatnya gangguan fisik atau
mental dalam keluarga ( - ), cara pendidikan anak yang berbeda oleh kedua orang
tua atau kakek nenek ( - ), sikap orang tau yang acuh tak acuh pada anak ( - ),
sikap orang tua yang kasar atau keras terhadap anak ( - ), campur tangan atau
perhatian yang lebih dari orang tua terhadap anak ( - ), orang tua yang jarang
berada di rumah ( - ), terdapat istri lain ( - ), sikap atau kontrol yang tidak
konsisten ( - ), kontrol yang tidak cukup ( - ), kurang stimulasi kognitif dan sosial
( - ), bencana alam ( - ), amukan masa ( - ), diskriminasi sosial ( - ), perkosaan (
- ), tugas militer ( - ), kehamilan ( + ), melahirkan di luar perkawinan ( - ),
masalah dengan teman sepergaulan (-), masalah dengan saudara (-)
9. Pernah suicide (+)
kemungkinan sebab suicide karena rasa sedih yang cemas yang tidak
tertahankan
10. Riwayat pelanggaran hukum
Tidak pernah ada riwayat pelanggaran hukum
11. Riwayat agama
Pasien beragama Kristen Protestas, , pasien sering ke gereja.
12. Persepsi Dan Harapan Keluarga
Keluarga berharap agar pasien dapat sehat kembali dan dapat beraktivitas
seperti biasa.
13. Persepsi Dan Harapan Pasien

20
Pasien menyadari penyakit jiwa yang dialaminya, pasien berharap segera
sembuh dan dapat segera pulang ke rumah untuk bertemu keluarga.

GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT PASIEN

Tahun 2016, April Tahun


Februari Tahun
pasien 2019, pasien
2019, pasien
berusia 26 berusia 29
berusia 29
tahun tahun
tahun

Pasien cemas Februari


dan sedih Tahun 2019,
karena tidak 1 bulan
bisa setelah
mengasuh melahirkan
anak pasien cemas
Didiagnosis dan sedih
yang Pasien
depresi post
berlebihan kembali ke
partum
secara RSUP karena
Pasien sudah
mandiri ada tindakan
tenang dan
suicide
rutin minum
obat dapat
melaksanaka
n aktivitas
sehari-hari

21
III. STATUS INTERNUS
Keadaan umum : Tidak tampak sakit
Kesadaran : Komposmentis kooperatif
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : Teraba kuat, teratur, frekuensi 98x / menit
Nafas : Pernafasan teratur, frekuensi 19x permenit,
jenis pernafasan abdominotorakal
Suhu : 36,50C
Tinggi Badan : 165 cm
Berat badan : 63 kg
Status gizi : overweight
Sistem Respiratorik : dalam batas normal
Sistem Kardiovaskular : Bunyi jantung normal, bising tidak ada
Sistem Gastrointestinal : Hepar dan Lien tidak teraba, bising usus
(+) normal
Kelainan khusus : Tidak ditemukan kelainan khusus

IV. STATUS NEUROLOGIKUS


GCS : E4M6V5
Tanda ransangan Meningeal : tidak ada
Tanda-tanda efek samping piramidal :
● Tremor tangan : tidak ada
● Akatisia : tidak ada
● Bradikinesia : tidak ada
● Cara berjalan : tidak ada
● Keseimbangan : tidak ada
● Rigiditas : tidak ada
● Kekuatan motorik : baik
● Sensorik : baik
● Refleks :
Fisiologis : bisep (+/+), trisep(+/+), achiles(+/+), patella (+/+)
Patologis : Regresi (-), Babinsky group (-/-)

22
V. STATUS MENTAL
STATUS MENTAL(Pemeriksaan tanggal 16 April 2019)
A. Keadaan Umum
1. Kesadaran/ sensorium : compos mentis (+ ), apatis ( - ), somnolen (
- ), stupor ( - ), kesadaran berkabut ( - ), konfusi ( - ), koma ( - ), delirium (
- ), kesadaran berubah ( - ), dan lain-lain
2. Penampilan
 Sikap tubuh: biasa ( + ), diam ( - ), aneh ( - ), sikap tegang ( - ), kaku ( - ),
gelisah ( - ), kelihatan seperti tua (-), kelihatan seperti muda ( - ),
berpakaian sesuai gender ( + ).
 Cara berpakaian : rapi ( - ), biasa ( + ), tak menentu ( - ), sesuai dengan
situasi ( - ), kotor ( - ), kesan ( dapat mengurus diri )*
 Kesehatan fisik : sehat ( + ), pucat ( - ), lemas ( - ), apatis ( - ), telapak tangan
basah ( - ), dahi berkeringat ( - ), mata terbelalak ( - ).
3. Kontak psikis
dapat dilakukan ( + ), tidak dapat dilakukan ( - ), wajar (+), kurang wajar
( - ), sebentar ( - ), lama ( + ).
4. Sikap
Kooperatif ( + ), penuh perhatian ( - ), berterus terang ( - ), menggoda ( -
), bermusuhan ( - ), suka main-main ( - ), berusaha supaya disayangi ( - ),
selalu menghindar ( - ), berhati-hati ( - ), dependen ( - ), infantil ( - ), curiga
( - ), pasif ( - ), dan lain-lain.
5. Tingkah laku dan aktifitas psikomotor
 Cara berjalan : biasa ( + ), sempoyongan ( - ), kaku ( - ), dan lain-lain
 Ekhopraksia ( - ), katalepsi ( - ), luapan katatonik ( - ), stupor katatonik ( -
), rigiditas katatonik ( - ), posturing katatonik ( - ), cerea flexibilitas ( - ),
negativisme ( - ), katapleksi ( - ), stereotipik ( - ), mannerisme ( -),
otomatisme ( - ), otomatisme perintah ( - ), mutisme ( - ), agitasi psikomotor
( - ), hiperaktivitas/ hiperkinesis ( - ), tik ( - ), somnabulisme ( - ), akathisia
( - ), kompulsi( - ), ataksia ( - ), hipoaktivitas ( - ), mimikri ( - ), agresi ( -
), acting out ( - ), abulia ( - ), tremor ( - ), ataksia ( - ), chorea ( - ), distonia

23
( - ), bradikinesia ( - ), rigiditas otot ( - ), diskinesia ( - ), convulsi ( - ),
seizure ( - ), piromania ( - ), vagabondage ( - ).
Ket : ( ) diisi (+) atau (-)

B. Verbalisasi dan cara berbicara


 Arus pembicaraan* : biasa, cepat, lambat
 Produktivitas pembicaraan* : biasa, sedikit, banyak
 Perbendaharaan* : biasa, sedikit, banyak
 Nada pembicaraan* : biasa, sedikit, banyak
 Volume pembicaraan* : biasa, sedikit, banyak
 Isi pembicaraan* : sesuai/ tidak sesuai
 Penekanan pada pembicaraan* : ada/ tidak
 Spontanitas pembicaraan * : spontan/ tidak
 Logorrhea (-) , poverty of speech ( - ), diprosodi ( - ), disatria ( - ), gagap (
- ), afasia ( - ), bicara kacau ( - )

C. Emosi
1. Hidup emosi*: stabilitas (stabil/ tidak), pengendalian (adekuat/tidak
adekuat), echt/unecht, dalam/dangkal, skala diffrensiasi (sempit/luas), arus
emosi (biasa/lambat/cepat)
2. Afek
Afek appropriate/ serasi ( + ), afek inappropriate/ tidak serasi ( - ), afek
tumpul ( - ), afek yang terbatas ( + ), afek datar ( - ), afek yang labil ( - ).
3. Mood
mood eutimik( + ), mood disforik ( - ), mood yang meluap-luap (expansive
mood) ( - ), mood yang iritabel ( - ), mood yang labil (swing mood) ( - ) sejak
2 minggu sebelum masuk Ruamh Sakit, mood meninggi (elevated mood/
hipertim) ( - ), euforia ( - ), ectasy ( - ), mood depresi (hipotim) ( + ) sejak
4 hari sebelum dilakukan pemeriksaan, anhedonia ( - ), dukacita ( - ),
aleksitimia ( - ), elasi ( - ), hipomania ( - ), mania ( - ), melankolia ( - ), La
belle indifference ( - ), tidak ada harapan ( - ).
4. Emosi lainnya

24
Ansietas ( + ), free floating-anxiety ( - ), ketakutan ( - ), agitasi ( - ), tension
(ketegangan) ( - ), panic ( - ), apati ( - ), ambivalensi ( - ), abreaksional ( - ),
rasa malu ( - ), rasa berdosa/ bersalah( - ), kontrol impuls ( - ).
5. Gangguan fisiologis yang berhubungan dengan mood
Anoreksia ( - ), hiperfagia ( - ), insomnia ( - ), hipersomnia ( - ), variasi
diurnal ( - ), penurunan libido ( - ), konstispasi ( - ), fatigue ( - ), pica ( - ),
pseudocyesis ( - ), bulimia ( - ).
D. Pikiran/ Proses Pikir (Thinking)
 Kecepatan proses pikir (biasa/cepat/lambat)
 Mutu proses pikir (jelas/ tajam)
1. Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran
Gangguan mental ( - ), psikosis ( - ), tes realitas ( terganggu/ tidak ), gangguan
pikiran formal ( - ), berpikir tidak logis ( - ), pikiran autistik ( - ), dereisme (
- ), berpikir magis ( - ), proses berpikir primer ( - ).
2. Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran
Neologisme ( - ), word salad ( - ), sirkumstansialitas ( - ), tangensialitas ( -
), inkohenrensia ( - ), perseverasi ( - ), verbigerasi ( - ), ekolalia ( - ),
kondensasi ( - ),jawaban yang tidak relevan ( - ), pengenduran asosiasi ( - ),
derailment ( - ), flight of ideas ( - ), clang association ( - ), blocking ( - ),
glossolalia ( - ).
3. Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran
 Kemiskinan isi pikiran ( - ), Gagasan yang berlebihan ( - )
 Delusi/ waham
waham bizarre ( - ),waham tersistematisasi ( - ), waham yang sejalan dengan
mood ( - ), waham yang tidak sejalan dengan mood ( - ), waham nihilistik (
- ), waham kemiskinan ( - ), waham somatik ( - ), waham persekutorik ( - ),
waham kebesaran ( - ), waham referensi ( - ), thought of withdrawal ( - ),
thought of broadcasting ( - ), thought of insertion ( - ), thought echo ( - ),
waham cemburu/ waham ketidaksetiaan ( - ), waham menyalahkan diri
sendiri ( - ), erotomania ( - ), pseudologia fantastika ( - ), delusion of control
( - ) delusion of influence ( - ), delusion of passivity ( - ), delusion perception
(-)

25
 Idea of reference
 Preokupasi pikiran ( - ), egomania ( - ), hipokondria ( - ), obsesi ( - ),
kompulsi ( - ), koprolalia ( - ), fobia ( - ), noesis ( - ), unio mystica ( - )
E. Persepsi
 Halusinasi
Non patologis: Halusinasi hipnagogik ( - ), halusinasi hipnopompik ( - ),
Halusinasi auditorik ( - ), halusinasi visual ( - ), halusinasi olfaktorik ( - ),
halusinasi gustatorik ( - ), halusinasi taktil ( - ), halusinasi somatik ( - ),
halusinasi liliput ( - ), halusinasi sejalan dengan mood ( - ), halusinasi yang
tidak sejalan dengan mood ( - ), halusinosis ( - ), sinestesia ( - ), halusinasi
perintah (command halusination), trailing phenomenon ( - ).
 Ilusi ( - )
 Depersonalisasi ( - ), derealisasi ( - )
F. Mimpi dan Fantasi
Mimpi : -
Fantasi : -
G. Fungsi kognitif dan fungsi intelektual
1. Orientasi waktu (baik/ terganggu), orientasi tempat (baik/ terganggu),
orientasi personal (baik/ terganggu), orientasi situasi (baik/ terganggu).
2. Atensi (perhatian) ( - ), distractibilty ( - ), inatensi selektif ( - ),
hipervigilance ( - ), dan lain-lain
3. Konsentrasi (baik/terganggu), kalkulasi (baik/terganggu),
4. Memori (daya ingat) : gangguan memori jangka lama/ remote ( - ),
gangguan memori jangka menengah/ recent past ( - ), gangguan memori
jangka pendek/ baru saja/ recent ( - ), gangguan memori segera/ immediate
( - ).Amnesia ( - ), konfabulasi ( - ), paramnesia ( - ).
5. Luas pengetahuan umum: baik/ terganggu
6. Pikiran konkrit :baik/ terganggu
7. Pikiran abstrak : baik/ terganggu
8. Kemunduran intelek : (Ada/ tidak), Retardasi mental ( - ), demensia ( - ),
pseudodemensia ( - ).
H. Dicriminative Insight*

26
Derajat I (penyangkalan)
Derajat II (ambigu)
Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain)
Derajat IV ( sadar, tidak mengetahui penyebab)
Derajat V (tilikan intelektual)
Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya)
I. Discriminative Judgement :
 Judgment tes : tidak terganggu
 Judgment sosial : tidak terganggu
VI. Pemeriksaan Laboratorium dan diagnostik khusus lainnya
Tidak ada
VII. Pemeriksaan oleh Psikolog / petugas sosial lainnya
Tidak ada
VIII.IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
 Pasien di bawa ke IGD RSUP Dr M. Djamil cemas dan sedih sejak 1 minggu
sebelum masuk rumah sakit, pasien dengan pisau ditangan sehingga suami
pasien langsung membawa ke IGD.
 Selama 2 minggu terakhir, pasien nampak lebih sering menyendiri.
 Pasien sering mondar-mandir tidak jelas di dalam rumah.
 Pasien sudah dikenal menderita gangguan jiwa sejak tahun 2016
 Pasien merupakan anak ke empat dari enam bersaudara.
 Ayah pasien sudah bercerai dengan ibu pasien sejak pasien masih kecil.
 Pasien merupakan bidan

IX. FORMULASI DIAGNOSIS


Diagnosa pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan
penyakit dan pemeriksaan pada pasien, ditemukan adanya perubahan perilaku dan
persepsi yang secara klinis bermakna dan menimbulkan hendaya (disability) dalam
fungsi sosial. Dengan demikian berdasarkan PPGDJ III dapat disimpulkan bahwa
pasien mengalami suatu gangguan jiwa. Untuk memastikan diagnosis gangguan
jiwa, diperlukan wawancara yang baik untuk mengumpulkan data dan informasi

27
mengenai gejala yang bermakna, jangka waktu, awitan, episode dan perjalan
penyakitnya.
Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien pernah didiagnosis depresi post
partum pada tahun 2016 pada kehamilan pertama. Sehingga diagnosis kearah F 53.0
Gangguan Mental dan Perilaku Ringan yang Berhubungan dengan Masa Nifas
YTK , Depresi Post Partum bisa ditegakkan karena sudah ada faktor risikonya yaitu
riwayat depresi post partum sebelumnya.
Pada riwayat pasien tidak didapatkan adanya gangguan kepribadian untuk
diagnosis Axis II. Pada pasien ini tidak ditemukan kondisi medis umum yang
bermakna sehingga tidak ada diagnosis pada axis III. Pada pasien ditemukan adanya
stressor berupa masalah keluarga. Saudara pertama pasien sering memarahi dan
bersikap keras pada pasien semenjak pasien masih kecil.
Pada axis V, menurut penilaian GAF (Global Assesment of Functional Scale)
saat ini pasien berada pada nilai 90-81 dimana terdapat gejala minimal dan dapat
diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dan lain-lain.

X. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Axis I : F 53.0 Gangguan Mental dan Perilaku Ringan yang Berhubungan
dengan Masa Nifas YTK , Depresi Post Partum
Axis II : Tidak ada diagnosis
Axis III : Tidak ada diagnosis
Axis IV : Masalah keluarga
Axis V : GAF 80-71

XI. DIAGNOSIS BANDING


F 53.1 Gangguan Mental dan Perilaku Ringan yang Berhubungan dengan Masa
Nifas YTK , Psikosis Post Partum

XII. DAFTAR MASALAH


a. Organobiologik : tidak ada
b. Psikilogis:

28
- Cemas dan sedih berlebihan
- Ide bunuh diri
c. Lingkungan dan psikososial : tidak ada

XIII. PENATALAKSANAAN
 Terapi yang sudah diberikan
- Farmakologi:
Triheksilphenidil 2 x 2 mg PO
Merlopam 2 x 2 mg PO
Clobazam 2 x 10 mg PO
Vit B Kompleks 2 x 1 tab PO
Clozapine 1 x 25 mg PO
- Non farmakologi
ECT 3 kali
Istirahat yang sukup
Makan yang seimbang dan teratur
Olahraga teratur

 Terapi yang dianjurkan


A. Psikoterapi
- Kepada pasien
Psikoterapi suportif
Memberikan dukungan, kehangatan, empati dan optimistik kepada
pasien, membantu pasien mengidentifikasi faktor pencetus dan
membantu memecahkan permasalahan secara terarah
Psikoedukasi
Memberikan pengetahuan kepada pasien tentang gangguan yang
dialaminya, diharapkan pasien dapat secara efektif mengenali gejala
dan penyebab serta terapi yang dibutuhkanya untuk menghindari
kekambuhan atau terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan
- Kepada keluarga
Psikoedukasi

29
Diberikan pengetahuan kepada keluarga mengenai penyakit yang
diderita pasien, terapi perilaku keluarga, dukungan, sosial, dan
perhatian dari keluarga kepada pasien dan terapi serta kepatuhan
minum obat pasien. Selain itu diberikan edukasi kepada keluarga
agar dapat membantu pasien dalam menjalani kehidupan yang lebih
produktif.
B. Elektro Convulsive Therapy
Jika pasien tidak mau minum obat/ tidak respon terhadap
pengobatan dengan medikamentosa/ adanya gejala psikiatri yang
membahayakan pasien dan orang lain

XIV. PROGNOSIS
Quo et vitam : bonam
Quo et fungsionam : bonam
Quo et sanctionam : bonam

30
BAB 4
DISKUSI

Diagnosa pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan


penyakit dan pemeriksaan pada pasien, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada pasien
ini ditemukan gejala skizofrenia berdasarkan PPDGJ III yaitu adanya halusinasi
auditorik, dan telah berlangsung lebih dari satu bulan dan dapat ditegakkan
diagnosis skizofrenia. Pada skizofrenia menurut Eugene Bleuler, terdapat 6 gejala
skizofrenia yaitu gangguan asosiasi, afek, autisme, ambivalensi, halusinasi dan
delusi. Saat ini, pada pasien hanya ditemukan gejala halusinasi yaitu pasien
mendengar suara-suara perempuan yang dapat menaikkan nafsu laki-laki dan afek
terbatas pada pasien. Halusinasi merupakan salah satu gejala positif. Gejala positif
lain seperti waham, gaduh gelisah, rasa curiga, permusuhan, kekacauan isi pikir dan
merasa hebat (grandiosity) saat ini tidak ada pada pasien. Selain itu, gejala negatif
yang ditemukan pada pasien adalah adanya afek yang terbatas, dan gangguan
berfikir abstrak. Skizofrenia menurut PPDGJ III terbagi menjadi beberapa tipe.
Pada pasien ditemukan adanya kekacauan perilaku (disorganized behaviour)
berupa berbicara ngawur, sering tertawa dan senyum-senyum sendiri yang
mengarah pada diagnosis skizofrenia hebefrenik. Skizofrenia hebefrenik
ditegakkan apabila memenuhi kriteria umum skizofrenia, onset usia muda, dan
adanya kekacauan perilaku. Pasien tidak teratur lagi meminum obat dalam 5 bulan
terakhir ini. Hal ini dapat menjadi faktor kekambuhan/relaps pada pasien.
Pada pasien diberikan Risperidon 2x1 mg, Aripiprazole 1x5 mg,
Chlorpromazine 1x100 mg, Haloperidol 2x2,5 mg, THP 2x2 mg. Pada pasien ini
diberikan 2 antipsikotik atipikal dan 2 antipsikotik tipikal karena tidak respon lagi
bila diberikan farmakoterapi tunggal baik golongan antipsikotik tipikal maupun
antipsikotik atipikal.

31
Gambar 1 : Algoritma Pemberian Antipsikotik7

Terapi non farmakologis memegang peranan yang juga penting pada pasien
ini. Jenis terapi non farmakologis yang bisa dilakukan terhadap pasien ini adalah
psikoterapi suportif, dan psikoedukasi. Psikoterapi suportif bertujuan untuk
memperlihatkan minat kita pada pasien, memberikan perhatian, dukungan, dan
optimis. Dalam psikoterapi suportif, terapis menunjukkan penerimaan terhadap
kasus dengan cara menunjukkan perilaku yang hangat, ramah namun tetap
berwibawa. Tujuannya adalah agar pasien merasa aman, diterima dan dilindungi.
Selain itu perlunya peran aktif dari keluarga dalam upaya meningkatkan
produktivitas hidup pasien.
Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad malam. Awitan muda, belum
menikah, awitan insidious, dan riwayat sosial buruk membuat pasien ini curiga

32
prognosis buruk tapi faktor prognosis lainnya seperti factor pencetus jelas, sistem
pendukung baik, dan gejala positif sehingga prognosis pasien ini ragu-ragu ke arah
baik. Pada saat ini, pasien terlihat tenang dan stabil.

33
Lampiran 2 : Tulisan Pasien

34
Lampiran 3 : Gambar Pasien

35
DAFTAR PUSTAKA

1. Riset Kesehatan Dasar, 2018. Riset Kesehatan Dasar.


http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpop_20
18/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf Diunduh 16 April 2019, pukul 20.00
WIB.
2. Nurbaeti I, Deoisres W, Hengudomsub P. Association between Psychosocial
Factors and Postpartum Depression in South Jakarta, Indonesia. Sex Reprod
Healthc [Internet]. 2019; Available from:
https://doi.org/10.1016/j.srhc.2019.02.004
3. World Heath Organization. Mental Health Action Plan 2013 – 2020. Geneva: World
Health Organization. 2013
4. Idaiani S, Basuki B. Postpartum depression in Indonesian women : a national
study. 2012;3(1):3–8.
5. Wisner KL, Moses-Kolko EL, Sit DKY Postpartum depression: a disorder in search of a definition. Arch

Womens Ment Health 2010;13:37-40.


6. Brummelte S, Galea LAM. Hormones and Behavior Postpartum depression : Etiology ,


treatment and consequences for maternal care. Horm Behav [Internet]. 2016;77:153–
66. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.yhbeh.2015.08.008
7. Sylven, S.M., et al., Newborn gender as a predictor of postpartum mood
disturbances in a sample of Swedish women. Arch. Womens Ment. Health
2011;14:195–201.
8. Guintivano, J., et al., Antenatal prediction of postpartum depression with blood

DNA methylation biomarkers. Mol. Psychiatry 2014;19:560–567.


9.
10.

36

Anda mungkin juga menyukai