BST Bu Linda Fin
BST Bu Linda Fin
NASKAH PSIKIATRI
BAGIAN PSIKIATRI
RSUP DR M. DJAMIL
PADANG
2019
KATA PENGANTAR
Penulis
2
BAB 1
PENDAHULUAN
3
kepada pasien dengan depresi post partum agar tidak menjadi beban bagi keluarga
ataupun masyarakat. Oleh karena itu penting bagi klinisi untuk memahami depresi
post partum mulai dari etiologi, gejala, sampai penatalaksanaan komprehensif.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Depresi post partum adalah suatu kondisi yang sering terjadi pada wanita
setelah melahirkan namun dapat diatasi dengan baik. Menurut DSM V bahwa
kriteria mayor dari depresi post partum adalah terdapat episode depresi pada pasien
dengan durasi lebih dari empat minggu pasca persalinan.5
2.2 Epidemiologi
Prevelansi depresi post partum di dunia terjadi sekitar 10% – 20%.2 World
Health Organization (WHO) menyatakan bahwa wanita setelah melahirkan lebih
beresiko terkena depresi tiga kali lipat.3 Prevalensi depresi post partum di Indonesia
diperkirakan sekitar 22,7%.Dalam berbagai studi yang dilakukan di Indonesia
bahwa terdapat faktor risiko depresi post partum yang signifikan yaitu faktor
demografi, komplikasi saat kehamilan, persalinan dan setelah melahirkan,
kehamilan pertama dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR).4
2.3 Etiologi
1. Faktor Hormonal
a. Hormon Steroid
5
bahwa peningkatan jumlah androgen dan estrogen pada saat 4 minggu
sebelum kelahiran akan menjadi faktor pencetus depresi post partum. 6
b. Glukokortikoid
c. Oksitosin
Oksitosin berperan dalam depresi post partum, hal ini terjadi karena
oksitosin merupakan hormon yang bisa berinteraksi dengan
glukokortikoid. Interaksi kedua hormon tersebut pada saat kehamilan dan
pasca melahirkan akan meningkatkan kerentanan seseorang menderita
depresi post partum.6
6
2. Jenis Kelamin Anak
Sylven et al tahun 2011 menyebutkan bahwa faktor jenis kelamin janin
sangat berpengaruh terhadap depresi post partum terutama pada anak laki-
laki dimana meningkatkan faktor risiko lima kali lipat dari perempuan.7
3. Genetik
Penelitian yang dilakukan oleh Guintivano pada tahun 2014 menyebutkan
bahwa terdapat pola berbeda antara DNA dengan depresi post partum dan wanita
eutim. Mereka melalukan studi dengan membagi 2 kelompok wanita dengan
riwayat depresi post partum dan tidak, dalam penelitiannya didapatkan modifikasi
gen CpG methylation pada dua lokus HP1NP3 dan TTC9B. Gen ini berperan
sebagai estradiol mediated signaling sehingga karena perubahan yang terjadi
menyebabkan plastisitas di hipokampus dengan penyebab awal pada ER.8
7
Gambar 2.x Diagnosis Depresi Post Partum
2.6 Tatalaksana
2.7 Prognosis
8
Gambar 2.x Prognosis dari Depresi Post partum
9
BAB 3
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny LS
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 29 Th
Tempat,Tanggal Lahir : Siantar, 24 September 1989
Agama : Kristen Protestan
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan terakhir: D3 Akademi Kebidanan
Status Pernikahan : Sudah menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat :Perumahan Cedoh, Koto Nan Ampek,BlokA,
Payakumbuh.
10
Pasien merasa cemas dan gelisah yang meningkat sejak 4 bulan yang lalu setelah
melahirkan.
4. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang
Pasien datang diantar keluarga karena Pasien merasa cemas dan gelisah yang
meningkat sejak 4 bulan yang lalu setelah melahirkan. Rasa cemas menetap
dirasakan 2 bulan setelah melahirkan. Pasien berusaha untuk bunuh diri sejak satu
minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit akibat rasa cemas yang tidak dapat
ditahan. Pasien merasa sedih karena merasa sulit untuk mengasuh anak karena
rewel dan tidak mau menyusu. Pasien tidak mampu merawat anaknya sehingga
anaknya dititipkan di saudara suami di Medan. Pasien dibawa ke rumah sakit oleh
suami.
11
a) Identitas orang tua
IDENTITAS Orang tua/ Pengganti Keterangan
Bapak Ibu
Almarhum Almarhum
Kewarganegaraan Indonesia Indonesia
Suku bangsa Batak Batak
Agama Kristen Protestan Kristen Protestan
Pendidikan - -
Pekerjaan - -
Ket : * coret yang tidak perlu
b) Sifat/ Perilaku Orang tua kandung/ pengganti............. :
- Bapak (Dijelaskan oleh ibu kandung pasien dapat dipercaya/ diragukan)
Pemalas ( - ), Pendiam ( - ), Pemarah ( -), Mudah tersinggung ( - ), Tak suka
Bergaul ( - ), Banyak teman ( - ), Pemalu ( - ), Perokok berat ( - ), Penjudi ( -
), Peminum ( - ), Pecemas ( - ), Penyedih ( - ), Perfeksionis ( - ), Dramatisasi ( -
), Pencuriga ( - ), Pencemburu ( - ), Egois ( - ), Penakut ( - ), Tak bertanggung
jawab ( - ).
- Ibu ( Dijelaskan oleh ibu kandung pasien dapat dipercaya/ diragukan )
Pemalas ( - ), Pendiam ( - ), Pemarah ( - ), Mudah tersinggung ( - ), Tak suka
Bergaul ( - ), Banyak teman ( - ), Pemalu ( - ), Perokok berat ( - ), Penjudi (
- ), Peminum ( - ), Pecemas ( - ), Penyedih ( - ), Perfeksionis ( - ),
Dramatisasi ( - ), Pencuriga ( - ), Pencemburu ( - ), Egois ( - ), Penakut ( - ),
Tak bertanggung jawab ( - ), perhatian (+)
c) Saudara
Pasien anak ke empat dari enam bersaudara.
d) Urutan bersaudara dan cantumkan usianya dalam tanda kurung untuk pasien
sendiri lingkari nomornya.*
1. Lk/ Pr (35 Th) 2. Lk/ pr ( 33 Th)
3. Lk/Pr (31 Th) 4. Lk/ Pr (29 Th)
5. Lk/Pr ( 27 Th) 6. Lk/Pr ( 25 Th)
12
e) Gambaran sikap/ perilaku masing-masing saudara pasien dan hubungan pasien
terhadap masing-masing saudara tersebut, hal yang dinyatakan serupa dengan
yang dinyatakan pada gambaran sikap/ perilaku pada orang tua.*
Saudara Gambaran sikap Kualitas hubungan dengan saudara
ke dan perilaku (akrab/ biasa,/kurang/tak peduli)
1 Emosi tinggi, suka Baik
bergaul
2 Biasa, suka bergaul Akrab
3 Biasa, suka bergaul Baik
5 Biasa, suka bergaul Akrab
6 Biasa, suka bergaul Baik
f) Orang lain yang tinggal di rumah pasien dengan gambaran sikap dan tingkah
laku dan bagaimana pasien dengan mereka.*
No Hubungan dengan Gambaran sikap Kualitas hubungan
pasien dan tingkah laku (akrab/biasa,/kurang/tak
peduli)
1 - - -
13
Skema Pedegree
Keterangan
Pasien Laki-laki
Meninggal Perempuan
1. Kampung - - + -
Halaman
(Siantar)
2 Kontrakan - - - +
(Payakumb
uh)
14
- Keadaan ibu sewaktu hamil (sebutkan penyakit-penyakit fisik dan
atau kondisi- kondisi mental yang diderita si ibu )
Kesehatan Fisik : Sehat
Kesehatan Mental : Sehat
- Keadaan melahirkan :
Aterm (+), partus spontan (+), partus tindakan (-) sebutkan
jenis tindakannya
Pasien adalah anak yang direncanakan/ diinginkan (ya/tidak)
Jenis kelamin anak sesuai harapan (ya/tidak)
b) Riwayat masa bayi dan kanak-kanak : tidak dinilai
Pertumbuhan Fisik : baik, biasa, kurang*
Minum ASI : sampai umur 3 tahun
Usia mulai bicara : tidak dinilai
Usia mulai jalan : tidak dinilai
Sukar makan (-), anoreksia nervosa (-), bulimia (-), pika (-),
gangguan hubungan ibu-anak (-), pola tidur baik (-), cemas terhadap
orang asing sesuai umum (-), cemas perpisahan (-), dan lain-lain
c) Gejala-gejala sehubungan dengan problem perilaku yang dijumpai pada
masa kanak-kanak, misalnya: mengisap jari (-), ngompol (-), BAB di tempat
tidur (-), night teror (-), temper tantrum (-), gagap (-), tik (-), masturbasi (-),
mutisme selektif (-), dan lain-lain.
d) Toilet training
Umur : 2 tahun
Sikap orang tua :(memaksa/menghargai/membiarkan/memberikan
arahan)
Perasaan anak untuk toilet training ini: baik
e) Kesehatan fisik masa kanak-kanak : demam tinggi disertai menggigau (-
), kejang-kejang (-), demam berlangsung lama (-), trauma kapitis disertai
hilangnya kesadaran (-), dan lain-lain.
f) Temperamen sewaktu anak-anak : pemalu (-), gelisah (-) overaktif (-),
menarik diri (-), suka bergaul (+), suka berolahraga (-), dan lain-lain
g) Masa Sekolah
15
Perihal SD SMP SMA PT
Umur 6 tahun - - -
Prestasi* Baik Baik Baik Baik
Sedang Sedang Sedang Sedang
Kurang Kurang Kurang Kurang
Aktifitas Sekolah* Baik Baik Baik Baik
Sedang Sedang Sedang Sedang
Kurang Kurang Kurang Kurang
Sikap Terhadap Teman * Baik Baik Baik Baik
Kurang Kurang Kurang Kurang
Sikap Terhadap Guru Baik Baik Baik Baik
Kurang Kurang Kurang Kurang
Kemampuan Khusus (Bakat) ( - ) ( - ) ( - ) ( - )
Tingkah Laku ( baik ) ( baik ) ( baik ) ( baik )
16
k) Situasi sosial saat ini:
1. Tempat tinggal : rumah sendiri (-), rumah kontrak (+), rumah susun (-
), apartemen (-) , rumah orang tua (-), serumah dengan mertua (-), di
asrama (-) dan lain-lain (-).
2. Polusi lingkungan : bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (-) dan lain-lain.
No Jenis Umur Pendidikan Sikap dan Kesehatan Sikap pada
Kelamin Perilaku Fisik dan anak
Mental
17
patologik ( - ), hipersensifitas ( - ), keterbatasan kehidupan afektif ( -
).
Skizotipal Pikiran gaib ( - ), ideas of reference ( - ), isolasi sosial ( - ), ilusi
berulang ( - ), pembicaraan yang ganjil ( - ), bila bertatap muka dengan
orang lain tampak dingin atau tidak acuh ( - ).
Siklotimik Ambisi berlebihan ( - ), optimis berlebihan ( - ), aktivitas seksual yang
berlebihan tanpa menghiraukan akibat yang merugikan ( - ),
melibatkan dirinya secara berlebihan dalam aktivitas yang
menyenangkan tanpa menghiraukan kemungkinan yang merugikan
dirinya ( - ), melucu berlebihan ( - ), kurangnya kebutuhan tidur ( - ) ,
pesimis ( - ), putus asa ( - ), insomnia ( + ), hipersomnia ( - ) sejak 2
minggu setelah dirawat di Rumah Sakit, kurang bersemangat ( - ), rasa
rendah diri ( - ), penurunan aktivitas ( + ), mudah merasa sedih dan
menangis ( + ), dan lain-lain.
Histrionik Dramatisasi ( - ), selalu berusaha menarik perhatian bagi dirinya ( - ),
mendambakan ransangan aktivitas yang menggairahkan ( - ), bereaksi
berlebihan terhadap hal-hal sepele ( - ), egosentris ( - ), suka menuntut
( - ), dependen ( - ), dan lain-lain.
Narsisistik Merasa bangga berlebihan terhadap kehebatan dirinya ( - ), preokupasi
dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan dan kecantikan ( - ),
ekshibisionisme ( - ), membutuhkan perhatian dan pujian yang terus
menerus ( - ), hubungan interpersonal yang eksploitatif ( - ), merasa
marah, malu, terhina dan rendah diri bila dikritik ( - ) dan lain-lain.
Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain ( - ), sikap yang amat tidak
bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus ( - ), tidak mampu
mengalami rasa bersalah dan menarik manfaat dari pengalaman ( - ),
tidak peduli pada norma-norma, peraturan dan kewajiban sosial ( - ),
tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama ( - ),
iritabilitas ( - ), agresivitas ( - ), impulsif ( - ), sering berbohong ( - ),
sangat cendrung menyalahkan orang lain atau menawarkan
rasionalisasi yang masuk akal, untuk perilaku yang membuat pasien
konflik dengan masyarakat ( - )
18
Ambang Pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak stabil ( - ),
kurangnya pengendalian terhadap kemarahan(-), gangguan identitas (
- ), afek yang tidak mantap ( - ),tidak tahan untuk berada sendirian ( -
), tindakan mencederai diri sendiri ( - ), rasa bosan kronik ( - ), dan lain-
lain
Menghindar Perasaan tegang dan takut yang pervasif ( - ), merasa dirinya tidak
mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain ( - ),
keengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin
disukai ( - ), preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan
dalam situasi sosial ( - ), menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan
yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena takut dikritik,
tidak didukung atau ditolak ( - )
Anankastik Perasaan ragu-ragu yang hati-hati yang berlebihan ( - ), preokupasi
pada hal-hal yang rinci (details), peraturan, daftar, urutan, organisasi
dan jadwal ( - ), perfeksionisme ( - ), ketelitian yang berlebihan ( - ),
kaku da keras kepala ( - ), pengabdian yang berlebihan terhadap
pekerjaan sehingga menyampingkan kesenangan dan nilai-nilai
hubungan interpersonal ( - ), pemaksaan yang berlebihan agar orang
lain mengikuti persis caranya mengerjakan sesuatu ( - ), keterpakuan
yang berlebihan pada kebiasaan sosial ( - ) dan lain-lain.
Dependen Mengalami kesuitan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa
nasehat dan masukan dari orang lain ( - ), membutuhkan orang lain
untuk mengambil tanggung jawab pada banyak hal dalam hidupnya
( - ), perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena
ketakutan yang dibesar-besarkan tentang ketidakmampuan mengurus
diri sendiri ( - ), takut ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya(
-)
19
orang tua ( - ), persoalan dengan mertua ( - ), masalah dengan teman dekat ( - ),
masalah dengan atasan/ bawahan ( - ), mulai pertama kali bekerja ( -), masuk
sekolah ( - ), pindah kerja ( - ), persiapan masuk pension ( - ), pensiun ( - ),
berhenti bekerja ( - ), masalah di sekolah ( - ), masalah jabatan/ kenaikan pangkat
( - ), pindah rumah ( - ), pindah ke kota lain ( - ), transmigrasi ( - ), pencurian
( - ), perampokan ( - ), ancaman ( - ), keadaan ekonomi yang kurang ( - ),
memiliki hutang ( - ), usaha bangkrut ( - ), masalah warisan ( - ), mengalami
tuntutan hukum (-), masuk penjara ( - ), memasuki masa pubertas( - ), memasuki
usia dewasa ( - ), menopause ( - ), mencapai usia 50 tahun ( - ), menderita
penyakit fisik yang parah ( - ), kecelakaan ( - ), pembedahan ( - ), abortus ( - ),
hubungan yang buruk antar orang tua ( - ), terdapatnya gangguan fisik atau
mental dalam keluarga ( - ), cara pendidikan anak yang berbeda oleh kedua orang
tua atau kakek nenek ( - ), sikap orang tau yang acuh tak acuh pada anak ( - ),
sikap orang tua yang kasar atau keras terhadap anak ( - ), campur tangan atau
perhatian yang lebih dari orang tua terhadap anak ( - ), orang tua yang jarang
berada di rumah ( - ), terdapat istri lain ( - ), sikap atau kontrol yang tidak
konsisten ( - ), kontrol yang tidak cukup ( - ), kurang stimulasi kognitif dan sosial
( - ), bencana alam ( - ), amukan masa ( - ), diskriminasi sosial ( - ), perkosaan (
- ), tugas militer ( - ), kehamilan ( + ), melahirkan di luar perkawinan ( - ),
masalah dengan teman sepergaulan (-), masalah dengan saudara (-)
9. Pernah suicide (+)
kemungkinan sebab suicide karena rasa sedih yang cemas yang tidak
tertahankan
10. Riwayat pelanggaran hukum
Tidak pernah ada riwayat pelanggaran hukum
11. Riwayat agama
Pasien beragama Kristen Protestas, , pasien sering ke gereja.
12. Persepsi Dan Harapan Keluarga
Keluarga berharap agar pasien dapat sehat kembali dan dapat beraktivitas
seperti biasa.
13. Persepsi Dan Harapan Pasien
20
Pasien menyadari penyakit jiwa yang dialaminya, pasien berharap segera
sembuh dan dapat segera pulang ke rumah untuk bertemu keluarga.
21
III. STATUS INTERNUS
Keadaan umum : Tidak tampak sakit
Kesadaran : Komposmentis kooperatif
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : Teraba kuat, teratur, frekuensi 98x / menit
Nafas : Pernafasan teratur, frekuensi 19x permenit,
jenis pernafasan abdominotorakal
Suhu : 36,50C
Tinggi Badan : 165 cm
Berat badan : 63 kg
Status gizi : overweight
Sistem Respiratorik : dalam batas normal
Sistem Kardiovaskular : Bunyi jantung normal, bising tidak ada
Sistem Gastrointestinal : Hepar dan Lien tidak teraba, bising usus
(+) normal
Kelainan khusus : Tidak ditemukan kelainan khusus
22
V. STATUS MENTAL
STATUS MENTAL(Pemeriksaan tanggal 16 April 2019)
A. Keadaan Umum
1. Kesadaran/ sensorium : compos mentis (+ ), apatis ( - ), somnolen (
- ), stupor ( - ), kesadaran berkabut ( - ), konfusi ( - ), koma ( - ), delirium (
- ), kesadaran berubah ( - ), dan lain-lain
2. Penampilan
Sikap tubuh: biasa ( + ), diam ( - ), aneh ( - ), sikap tegang ( - ), kaku ( - ),
gelisah ( - ), kelihatan seperti tua (-), kelihatan seperti muda ( - ),
berpakaian sesuai gender ( + ).
Cara berpakaian : rapi ( - ), biasa ( + ), tak menentu ( - ), sesuai dengan
situasi ( - ), kotor ( - ), kesan ( dapat mengurus diri )*
Kesehatan fisik : sehat ( + ), pucat ( - ), lemas ( - ), apatis ( - ), telapak tangan
basah ( - ), dahi berkeringat ( - ), mata terbelalak ( - ).
3. Kontak psikis
dapat dilakukan ( + ), tidak dapat dilakukan ( - ), wajar (+), kurang wajar
( - ), sebentar ( - ), lama ( + ).
4. Sikap
Kooperatif ( + ), penuh perhatian ( - ), berterus terang ( - ), menggoda ( -
), bermusuhan ( - ), suka main-main ( - ), berusaha supaya disayangi ( - ),
selalu menghindar ( - ), berhati-hati ( - ), dependen ( - ), infantil ( - ), curiga
( - ), pasif ( - ), dan lain-lain.
5. Tingkah laku dan aktifitas psikomotor
Cara berjalan : biasa ( + ), sempoyongan ( - ), kaku ( - ), dan lain-lain
Ekhopraksia ( - ), katalepsi ( - ), luapan katatonik ( - ), stupor katatonik ( -
), rigiditas katatonik ( - ), posturing katatonik ( - ), cerea flexibilitas ( - ),
negativisme ( - ), katapleksi ( - ), stereotipik ( - ), mannerisme ( -),
otomatisme ( - ), otomatisme perintah ( - ), mutisme ( - ), agitasi psikomotor
( - ), hiperaktivitas/ hiperkinesis ( - ), tik ( - ), somnabulisme ( - ), akathisia
( - ), kompulsi( - ), ataksia ( - ), hipoaktivitas ( - ), mimikri ( - ), agresi ( -
), acting out ( - ), abulia ( - ), tremor ( - ), ataksia ( - ), chorea ( - ), distonia
23
( - ), bradikinesia ( - ), rigiditas otot ( - ), diskinesia ( - ), convulsi ( - ),
seizure ( - ), piromania ( - ), vagabondage ( - ).
Ket : ( ) diisi (+) atau (-)
C. Emosi
1. Hidup emosi*: stabilitas (stabil/ tidak), pengendalian (adekuat/tidak
adekuat), echt/unecht, dalam/dangkal, skala diffrensiasi (sempit/luas), arus
emosi (biasa/lambat/cepat)
2. Afek
Afek appropriate/ serasi ( + ), afek inappropriate/ tidak serasi ( - ), afek
tumpul ( - ), afek yang terbatas ( + ), afek datar ( - ), afek yang labil ( - ).
3. Mood
mood eutimik( + ), mood disforik ( - ), mood yang meluap-luap (expansive
mood) ( - ), mood yang iritabel ( - ), mood yang labil (swing mood) ( - ) sejak
2 minggu sebelum masuk Ruamh Sakit, mood meninggi (elevated mood/
hipertim) ( - ), euforia ( - ), ectasy ( - ), mood depresi (hipotim) ( + ) sejak
4 hari sebelum dilakukan pemeriksaan, anhedonia ( - ), dukacita ( - ),
aleksitimia ( - ), elasi ( - ), hipomania ( - ), mania ( - ), melankolia ( - ), La
belle indifference ( - ), tidak ada harapan ( - ).
4. Emosi lainnya
24
Ansietas ( + ), free floating-anxiety ( - ), ketakutan ( - ), agitasi ( - ), tension
(ketegangan) ( - ), panic ( - ), apati ( - ), ambivalensi ( - ), abreaksional ( - ),
rasa malu ( - ), rasa berdosa/ bersalah( - ), kontrol impuls ( - ).
5. Gangguan fisiologis yang berhubungan dengan mood
Anoreksia ( - ), hiperfagia ( - ), insomnia ( - ), hipersomnia ( - ), variasi
diurnal ( - ), penurunan libido ( - ), konstispasi ( - ), fatigue ( - ), pica ( - ),
pseudocyesis ( - ), bulimia ( - ).
D. Pikiran/ Proses Pikir (Thinking)
Kecepatan proses pikir (biasa/cepat/lambat)
Mutu proses pikir (jelas/ tajam)
1. Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran
Gangguan mental ( - ), psikosis ( - ), tes realitas ( terganggu/ tidak ), gangguan
pikiran formal ( - ), berpikir tidak logis ( - ), pikiran autistik ( - ), dereisme (
- ), berpikir magis ( - ), proses berpikir primer ( - ).
2. Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran
Neologisme ( - ), word salad ( - ), sirkumstansialitas ( - ), tangensialitas ( -
), inkohenrensia ( - ), perseverasi ( - ), verbigerasi ( - ), ekolalia ( - ),
kondensasi ( - ),jawaban yang tidak relevan ( - ), pengenduran asosiasi ( - ),
derailment ( - ), flight of ideas ( - ), clang association ( - ), blocking ( - ),
glossolalia ( - ).
3. Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran
Kemiskinan isi pikiran ( - ), Gagasan yang berlebihan ( - )
Delusi/ waham
waham bizarre ( - ),waham tersistematisasi ( - ), waham yang sejalan dengan
mood ( - ), waham yang tidak sejalan dengan mood ( - ), waham nihilistik (
- ), waham kemiskinan ( - ), waham somatik ( - ), waham persekutorik ( - ),
waham kebesaran ( - ), waham referensi ( - ), thought of withdrawal ( - ),
thought of broadcasting ( - ), thought of insertion ( - ), thought echo ( - ),
waham cemburu/ waham ketidaksetiaan ( - ), waham menyalahkan diri
sendiri ( - ), erotomania ( - ), pseudologia fantastika ( - ), delusion of control
( - ) delusion of influence ( - ), delusion of passivity ( - ), delusion perception
(-)
25
Idea of reference
Preokupasi pikiran ( - ), egomania ( - ), hipokondria ( - ), obsesi ( - ),
kompulsi ( - ), koprolalia ( - ), fobia ( - ), noesis ( - ), unio mystica ( - )
E. Persepsi
Halusinasi
Non patologis: Halusinasi hipnagogik ( - ), halusinasi hipnopompik ( - ),
Halusinasi auditorik ( - ), halusinasi visual ( - ), halusinasi olfaktorik ( - ),
halusinasi gustatorik ( - ), halusinasi taktil ( - ), halusinasi somatik ( - ),
halusinasi liliput ( - ), halusinasi sejalan dengan mood ( - ), halusinasi yang
tidak sejalan dengan mood ( - ), halusinosis ( - ), sinestesia ( - ), halusinasi
perintah (command halusination), trailing phenomenon ( - ).
Ilusi ( - )
Depersonalisasi ( - ), derealisasi ( - )
F. Mimpi dan Fantasi
Mimpi : -
Fantasi : -
G. Fungsi kognitif dan fungsi intelektual
1. Orientasi waktu (baik/ terganggu), orientasi tempat (baik/ terganggu),
orientasi personal (baik/ terganggu), orientasi situasi (baik/ terganggu).
2. Atensi (perhatian) ( - ), distractibilty ( - ), inatensi selektif ( - ),
hipervigilance ( - ), dan lain-lain
3. Konsentrasi (baik/terganggu), kalkulasi (baik/terganggu),
4. Memori (daya ingat) : gangguan memori jangka lama/ remote ( - ),
gangguan memori jangka menengah/ recent past ( - ), gangguan memori
jangka pendek/ baru saja/ recent ( - ), gangguan memori segera/ immediate
( - ).Amnesia ( - ), konfabulasi ( - ), paramnesia ( - ).
5. Luas pengetahuan umum: baik/ terganggu
6. Pikiran konkrit :baik/ terganggu
7. Pikiran abstrak : baik/ terganggu
8. Kemunduran intelek : (Ada/ tidak), Retardasi mental ( - ), demensia ( - ),
pseudodemensia ( - ).
H. Dicriminative Insight*
26
Derajat I (penyangkalan)
Derajat II (ambigu)
Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain)
Derajat IV ( sadar, tidak mengetahui penyebab)
Derajat V (tilikan intelektual)
Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya)
I. Discriminative Judgement :
Judgment tes : tidak terganggu
Judgment sosial : tidak terganggu
VI. Pemeriksaan Laboratorium dan diagnostik khusus lainnya
Tidak ada
VII. Pemeriksaan oleh Psikolog / petugas sosial lainnya
Tidak ada
VIII.IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien di bawa ke IGD RSUP Dr M. Djamil cemas dan sedih sejak 1 minggu
sebelum masuk rumah sakit, pasien dengan pisau ditangan sehingga suami
pasien langsung membawa ke IGD.
Selama 2 minggu terakhir, pasien nampak lebih sering menyendiri.
Pasien sering mondar-mandir tidak jelas di dalam rumah.
Pasien sudah dikenal menderita gangguan jiwa sejak tahun 2016
Pasien merupakan anak ke empat dari enam bersaudara.
Ayah pasien sudah bercerai dengan ibu pasien sejak pasien masih kecil.
Pasien merupakan bidan
27
mengenai gejala yang bermakna, jangka waktu, awitan, episode dan perjalan
penyakitnya.
Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien pernah didiagnosis depresi post
partum pada tahun 2016 pada kehamilan pertama. Sehingga diagnosis kearah F 53.0
Gangguan Mental dan Perilaku Ringan yang Berhubungan dengan Masa Nifas
YTK , Depresi Post Partum bisa ditegakkan karena sudah ada faktor risikonya yaitu
riwayat depresi post partum sebelumnya.
Pada riwayat pasien tidak didapatkan adanya gangguan kepribadian untuk
diagnosis Axis II. Pada pasien ini tidak ditemukan kondisi medis umum yang
bermakna sehingga tidak ada diagnosis pada axis III. Pada pasien ditemukan adanya
stressor berupa masalah keluarga. Saudara pertama pasien sering memarahi dan
bersikap keras pada pasien semenjak pasien masih kecil.
Pada axis V, menurut penilaian GAF (Global Assesment of Functional Scale)
saat ini pasien berada pada nilai 90-81 dimana terdapat gejala minimal dan dapat
diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dan lain-lain.
X. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Axis I : F 53.0 Gangguan Mental dan Perilaku Ringan yang Berhubungan
dengan Masa Nifas YTK , Depresi Post Partum
Axis II : Tidak ada diagnosis
Axis III : Tidak ada diagnosis
Axis IV : Masalah keluarga
Axis V : GAF 80-71
28
- Cemas dan sedih berlebihan
- Ide bunuh diri
c. Lingkungan dan psikososial : tidak ada
XIII. PENATALAKSANAAN
Terapi yang sudah diberikan
- Farmakologi:
Triheksilphenidil 2 x 2 mg PO
Merlopam 2 x 2 mg PO
Clobazam 2 x 10 mg PO
Vit B Kompleks 2 x 1 tab PO
Clozapine 1 x 25 mg PO
- Non farmakologi
ECT 3 kali
Istirahat yang sukup
Makan yang seimbang dan teratur
Olahraga teratur
29
Diberikan pengetahuan kepada keluarga mengenai penyakit yang
diderita pasien, terapi perilaku keluarga, dukungan, sosial, dan
perhatian dari keluarga kepada pasien dan terapi serta kepatuhan
minum obat pasien. Selain itu diberikan edukasi kepada keluarga
agar dapat membantu pasien dalam menjalani kehidupan yang lebih
produktif.
B. Elektro Convulsive Therapy
Jika pasien tidak mau minum obat/ tidak respon terhadap
pengobatan dengan medikamentosa/ adanya gejala psikiatri yang
membahayakan pasien dan orang lain
XIV. PROGNOSIS
Quo et vitam : bonam
Quo et fungsionam : bonam
Quo et sanctionam : bonam
30
BAB 4
DISKUSI
31
Gambar 1 : Algoritma Pemberian Antipsikotik7
Terapi non farmakologis memegang peranan yang juga penting pada pasien
ini. Jenis terapi non farmakologis yang bisa dilakukan terhadap pasien ini adalah
psikoterapi suportif, dan psikoedukasi. Psikoterapi suportif bertujuan untuk
memperlihatkan minat kita pada pasien, memberikan perhatian, dukungan, dan
optimis. Dalam psikoterapi suportif, terapis menunjukkan penerimaan terhadap
kasus dengan cara menunjukkan perilaku yang hangat, ramah namun tetap
berwibawa. Tujuannya adalah agar pasien merasa aman, diterima dan dilindungi.
Selain itu perlunya peran aktif dari keluarga dalam upaya meningkatkan
produktivitas hidup pasien.
Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad malam. Awitan muda, belum
menikah, awitan insidious, dan riwayat sosial buruk membuat pasien ini curiga
32
prognosis buruk tapi faktor prognosis lainnya seperti factor pencetus jelas, sistem
pendukung baik, dan gejala positif sehingga prognosis pasien ini ragu-ragu ke arah
baik. Pada saat ini, pasien terlihat tenang dan stabil.
33
Lampiran 2 : Tulisan Pasien
34
Lampiran 3 : Gambar Pasien
35
DAFTAR PUSTAKA
9.
10.
36