Askep BPH Tn. S
Askep BPH Tn. S
Pada bab ini, penulis akan membahas tentang laporan kasus asuhan
operasi BPH dengan kegel exercise di Ruang Edelweis RSUD Prof. Dr.
selama 3 hari di Rumah Sakit yaitu pada Tn. S tanggal 10 April 2019 sampai
12 April 2019 dan Tn. A pada tanggal 12 April 2019 sampai 14 April 2019
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
anggota tim medis lainnya dan status pasien diperoleh data bahwa
anggota tim medis lainnya dan status pasien diperoleh data bahwa
b. Riwayat Penyakit
1) Keluhan utama
a) Tn. S (Pasien I)
2) Keluhan tambahan
a) Tn. S (Pasien I)
150cc selama 3 jam dari jam 04.30 sampai jam 07.30 berwarna
a) Tn. S (Pasien I)
a) Tn. S (Pasien I)
sakit, setelah BAK tidak merasa plong dan ketika keluar terasa
panas dan bercampur darah. Hal ini terjadi ± 1 tahun yang lalu.
makanan.
a. Tn. S (Pasien I)
1) Tn. S (Pasien I)
Tn. S terbangun.
terbangun.
8
d. Pemeriksaan Fisik
1) Tn. S (Pasien I)
sebelah kiri.
e. Pemeriksaan Penunjang
1) Tn. S (Pasien I)
tampak massa
tampak massa.
2. Masalah Keperawatan
3. Perencanaan
4. Pelaksanaan
(konsistensi, bau, volume dan warna) dengan hasil konsistensi keruh, bau
khas, volume 120 cc/ 2 jam (jam 07.30 sampai 08.30) (Tn. S) dan volume
13
150 cc/3 jam (jam 04.30 sampai 07.30) (Tn. S), warna urin merah terang
(Tn. S) dan merah tidak begitu terang (Tn. A). Memberikan terapi
dan haluaran yang seimbang, dan diperoleh hasil balance cairan + 962, 5
cc/24 jam sedangkan pada Tn. A diperoleh balance cairan + 982, 5 cc/24
jam.
bau, volume dan warna) dengan hasil konsistensi keruh, bau khas, warna
menghitung balance cairan, dan diperoleh hasil + 762, 5 cc/24 jam (Tn.
bau, volume dan warna) dengan hasil konsistensi tidak terlalu keruh, bau
didapatkan hasil observasi Tn. S dan Tn. A masih terpasang DC three way,
konsistensi jernih, warna kuning jernih, bau khas, dan jumlah urin 1300 cc/ 6
jam (Tn. S) dan 1200 cc/ 6 jam (Tn. A). Menanyakan penggunaan kegel
22 April 2019 kepada Tn.S dan pada tanggal 24 April kepada Tn. A.
10 (Tn. S) dan hari ke 12 (Tn. A), kedua pasien sudah lepas kateter di Rumah
monitoring eliminasi urin dan didapatkan hasil konsistensi jernih, bau khas
dan berwarna kuning, tetapi Tn. S dan Tn. A belum mampu mengontrol
3 kali sehari.
5. Evaluasi
sakit dan dilanjutkan dirumah yang telah dilakukan kepada Tn. S dan Tn. A
DC, masih terasa sakit dan panas ketika kencing keluar. Aliran urin lancar
namun masih berwarna merah terang, urin masih keruh dan berbau khas.
menggunakan selang DC, masih terasa sakit dan panas ketika kencing keluar.
Aliran urin lancar namun masih berwarna merah tidak begitu terang, urin
masih keruh dan berbau khas. Pasien mampu melakukan kegel exercise
dibantu dengan DC, ketika urin keluar masih terasa panas. Kedua pasien
masih tepasang DC three way dan selang irigasi 0,9%, aliran urin
mengalir lancar namun warna urin keruh, berbau khas dan warna urin
mengatakan kencing masih dibantu DC, masih terasa panas ketika urin
sedang keluar. Tn. S dan Tn. A terpasang DC three way, aliran urin lancar
berwarna kuning jernih , namun sudah tidak terlalu pekat, berbau khas
kuning jernih, berbau khas dan berjumlah 1300 cc/ 6jam (Tn.S) dan 1200/
6 jam (Tn. A). Tn. S dan Tn. A mengatakan selama dirumah masih tetap
B. Pembahasan
Pengkajian pada Tn. S dan Tn. A diapat data yaitu pasien kencing
post operasi hari ke 2, hasil urin kedua pasien masih berwarna merah
terang, berbau khas dan konsistensi Tn. S 120cc/ 2 jam sedangkan Tn.A
150cc/ 3 jam. Hal ini sesuai dengan pendapat Smeltzer & Bare, 2002
dan aliran yang lemah. Pasien terpasang DC three way + irigasi NaCl
yang dipakai pada pasien post operasi BPH terutama operasi TURP adalah
kateter three way. Pada kasus ini kedua pasien tidak mengalami dribbling,
aliran urin pasien lancar, dan tidak terjadi retensi urin. Kondisi itu tidak
sesuai dengan yang dikatakan Laberge, 2000 (dalam Majid 2009) bahwa
17
salah satu komplikasi pasca TURP adalah tidak mampu mengontrol urin
setelah miksi yang ditandai dengan aliran yang menetes setelah miksi yang
disebut dribbling
eliminasi urin pada pasien post operasi prostat, yang paling sering (64%)
adalah inkontinensia urin. Hal ini terjadi karena adanya kelemahan otot
berkemih. Oleh karena perlu dilakukan latihan otot dasar pelvic secara dini
inkontinensia urin.
dasar pelvic atau kegel exercise. Seperti yang dikatakan Majid (2009)
operasi TURP. Latihan ini dapat dilakukan dengan posisi berbaring dan
lutut ditekuk tanpa saling berdekatan. Latihan bisa dilakukan meski pasien
inkontinensia retention urin dan pasien post operasi. Menurut Wallace &
3-5 menit dan dilakukan pagi, siang, sore. Sebelum dilakukan latihan,
pasien selalu dipantau oleh penulis, keluarga dan perawat ruangan. Tn. S
telah melakukan kegel exercise selama 10 hari dan Tn. A telah melakukan
kegel exercise selama 12 hari mulai dari hari kedua post operasi TURP
pasca operasi TURP (Hall & Brody, 2005 dalam Majid, 2009).
kegel exercise pada Tn. S tercapai pada hari ke 10 sedangkan Tn. A belum
tidak rutin dalam melakukan latihannya dan durasi atau sesi latihan tidak
rutin dan durasi serta sesi latihan sesuai dengan yang ditetapkan. Pada
laporan kasus ini keberhasilan kegel exercise adalah karena pasien mau
menjadi responden dan mau melakukan latihan secara rutin dan sesuai
tidak merasakan sakit atau panas ketika miksi, mampu mencapai toilet
ketika ingin berkemih, pengeluaran urin lancar, merasa lega setelah miksi
dan tidak terdapat sisa pengeluaran urin, serta urin berwarna kuning jernih
dan mempunyai bau yang khas. Hal tersebut didukung oleh teori menurut
pengeluaran urin, urin keluar lancar, aliran tidak terhambat, tidak terdapat
sisa pengeluaran urin, urin berwarna jernih dengan bau yang khas. Kendala
tercapai pada minggu ketiga setelah latihan. Hal tersebut seperti dikatakan
kemampuan berkemih dengan resiko yang lebih kecil dengan lama waktu