Abstrak
Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi di dunia, berbagai hal baru muncul
di dalam kehidupan kita sehari-hari. Salah satunya adalah konsep jual beli secara online
melalui internet dengan menggunakan E-Commerce. Dengan E-Commerce konsep jual beli
tradisonal yang mempertemukan pembeli dan penjual dalam satu ruangan berubah menjadi
konsep jual beli jarak jauh atau telemarketing. Dengan adanya konsep ini, tentu saja baik
penjual dan pembeli akan merasa di untungkan, karena transaksi jual beli yang terjadi dapat
dilakukan 24 jam penuh dengan tidak dibatasi oleh wilayah tertentu. Akan tetapi selain
memberikan keuntungan, tentu saja konsep jual beli jarak jauh melalui E-Commerce juga
dapat menimbulkan banyak resiko kerugian, salah satunya adalah serangan cyber crime yang
dapat menyebabkan penyalahgunaan data para pihak dalam e-commerce sehingga mengalami
kerugian.
Metode penelitian yang di pakai dalam penulisan makalah ilmiah ini adalah metode Penelitian
hukum normatif yang bertujuan untuk menemukan landasan hukum yang jelas dalam
meletakkan persoalan yang diangkat, dalam perspektif Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang, khususnya yang terkait dengan masalah penerapan asuransi dalam transaksi
E-Commerce.
Hasil penelitian terungkap bahwa dari pengertian dan batasan tentang asuransi di dalam
KUHD, transaksi E-Commerce merupakan obyek yang dapat di asuransikan, karena segala
kegiatan didalam transaksi E-Commerce, dapat menimbulkan kehilangan atau kerusakan
bagi para pihak yang ada didalamnya.
Pengaturan asuransi mengenai E-Commerce di dalam KUHD sebenarnya perlu diatur secara
rinci, sehingga pemerintah hendaknya melakukan revisi Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2014 tentang Perasuransian, sehingga dapat memberikan pengaturan jelas mengenai asuransi
dalam transaksi bisnis E-Commerce atau cyber insurance.
Abstract
Along with the development of technology and information in the world, new things arise in our daily
lives. One is the concept of buying and selling online through the Internet using ecommerce. With
e-commerce site selling the traditional concept together buyers and sellers in one room transformed
into the concept of distance selling or telemarketing. In this concept, both sellers and buyers will
IHHODWSURÀWDEOHEHFDXVHWKHVDOHDQGSXUFKDVHWUDQVDFWLRQVWKDWRFFXUGRDIXOOKRXUVZLWKQRW
limited by a particular region. However, in addition to providing the advantages, of course, the
concept of distance selling via e-commerce can also cause a lot of risk of loss, one of which is the
crime of cyber attacks that could lead to misuse of the data of the parties in the e-commerce making
a loss.
Research methods in use in the writing of this paper is the normative legal research method aims to
ÀQGDFOHDUOHJDOEDVLVLQSXWWLQJWKHLVVXHVUDLVHGLQSDUWLFXODU.8+'SHUVSHFWLYHRQLVVXHVUHODWHG
to the implementation of the insurance business transactions through the Internet (E-Commerce).
maupun Secure Electronic Transaction (SET) masyarakat yang membutuhkan ikut campur
yang di buat oleh penyedia electronic commerce tangan negara melalui produk hukum.
pada website mereka dengan tujuan, untuk Tentunya untuk membahas lebih
melindungi para konsumen. Akan tetapi, lanjut tidak dapat dilepaskan dari sejarah
berbagai solusi keamanan tersebut tidak hukum asuransi di Indonesia, maka dapat
memberikan jaminan sepenuhnya kepada dijelaskan yang ditarik dari akar sistem
perusahaan penyedia electronic commerce hukum Indonesia, oleh Liliana Tedjosaputro
untuk terbebas dari kerugian. Tidak adanya disampaikan bahwa sistem hukum Indonesia
jaminan bahwa transaksi ecommerce terbebas berasal dari Hukum Perdata yang dibawa
dari upaya perusakan/manipulasi data tentu oleh oleh pemerintah kerajaan Belanda
akan berdampak pada turunnya kepercayaan ke Indonesia pada masa penjajahan. Dan
masyarakat terhadap system ini. Padahal hukum perdata tersebut dapat ditelusuri
dalam trasaksi bisnis di era global seperti akarnya ke Hukum Perdata Prancis ke
sekarang, kepastian dan keamanan Hukum Romawi1. Keberadaan hukum
merupakan salah satu pilar penompang DVXUDQVLGL,QGRQHVLDEHUDNDUGDUL.RGLÀNDVL
berkembangnya aktivitas ekonomi. Hukum Perdata (Code Civil) dan Hukum
Sesuai dengan yang disebutkan atas, Dagang (Code de Commerce) pada
secara teoritis apapun resiko yang muncul permulaan abad ke-19 semasa pemerintah
dan mampu menimbulkan kerugian dapat Kaisar Napoleon di Perancis. Pada waktu
dijadikan obyek asuransi atau dengan kata itu, Hukum Dagang Belanda hanya
lain dapat diasuransikan. Ini berarti, segala memuat pasal-pasal mengenai asuransi laut
bentuk transaksi didalam electronic commerce sampai diundangkannya rancangan Kitab
seharusnya dapat di asuransikan untuk dapat Undang-Undang Hukum Dagang (Wet
menjamin kepastian dan keamanannya Boek vanKoopenhandelWDKXQ\DQJ
dalam bertransaksi, serta memperkecil memuat peraturan-peraturan mengenai
resiko kerugian yang dapat terjadi. Namun, asuransi kebakaran, asuransi hasil bumi dan
regulasi yang ada di Indonesia saat ini asuransi jiwa. Sistem inilah yang juga dianut
belum secara jelas mengatur tentang adanya untuk Hindia Belanda dahulu yang sampai
asuransi yang berkaitan dengan electronic sekarang masih berlaku di Indonesia2.
commerce atau yang kita kenal dengan istilah Asuransi atau pertanggungan timbul
cyber insurance. Hal ini dikarenakan Negara karena kebutuhan manusia. Seperti
Indonesia sampai saat ini masih memakai telah dimaklumi, bahwa dalam
peraturan perundang-undangan lama mengarungi hidup dan kehidupan ini,
SHQLQJJDODQ 1HJDUD %HODQGD GHQJDQ D]DV manusia selalu dihadapkan kepada
konkordasi. sesuatu yang tidak pasti, yang
Perasuransian dalam perspektif hukum mungkin menguntungkan, tetapi
di Indonesia menjadi suatu hal yang menarik mungkin pula sebaliknya. Manusia
untuk diperdalam kaitanya fenomena bahwa mengharapkan keamanan atas
dari satu sisi bisnis atau industri asuransi harta benda mereka, mengharapkan
menempatkan posisi regulasi market kesehatan dan kesejahteraan tidak
dalam ruang kehidupan ekonomi namun kurang sesuatu apa pun, namun
pada sisi lain regulasi state ditempatkan
pada posisi pengaturan untuk menjaga 1 Liliana Tedjosaputro, Materi Kuliah Kebijakan Hukum
ruang keseimbangan dalam konteks antara Ekonomi, Pada Program Doktor Ilmu Hukum Untag
Semarang, 2016
pergerakan kehidupan ekonomi ataupun 2 Wirjono Prodjodikoro, Hukum Asuransi di Indonesia,
pasar dengan kepentingan perlindungan Internesa 1986, hal 15.
asuransi, karena segala kegiatan didalam melaksanakan jasa profesinya atau oleh
transaksi elektronik atau e-commerce, dapat siapapun tertanggung dianggap bertanggung
menimbulkan kehilangan, kerusakan, atau jawab secara hukum atas jasa.
tidak mendapat keuntungan yang diharapkan Dalam secure electronic transaction objek
bagi para pihak yang ada didalamnya. \DQJGLPDNVXGDGDODKNXQFLNULSWRJUDÀ\DQJ
Asuransi dalam transaksi elektronik ini kita memiliki kemungkinan untuk dicuri. Apabila
kenal sebagai cyber assurance. dikaitkan dengan ketentuan yang tercantum
Apabila kita analisis dari pihak-pihak dalam Pasal 256 KUHD tentang polis
yang terlibat di dalam transaksi ecommerce asuransi, maka perjanjian asuransi antara
yang antara lain : pembeli, penjual SLKDN OHPEDJD RWRULWDV VHUWLÀNDW GHQJDQ
(merchant), issuer, acquirer, dan lembaga perusahaan asuransi harus menyatakan :7
RWRULWDV VHUWLÀNDW /26 VHVXQJJXKQ\D 1) Hari dibuatnya asuransi;
pihak yang paling bertanggung jawab
2) Nama orang yang menutup asuransi atas
atas adanya kerugian didalam transaksi
tanggungan sendiri atau atas tanggungan
electronic (e-commerce) adalah lembaga
orang ketiga;
RWRULWDV VHUWLÀNDW /26 \DQJ EHUSHUDQ
sebagai pengaman transaksi elektronik,
3) Suatu uraian yang cukup jelas mengenai
benda yang dipertanggungkan;
karena pihak perusahaan e-commerce akan
menyerahkan keamanan websitenya kepada 4) Jumlah uang untuk berapa diadakan
/HPEDJD 2WRULWDV 6HUWLÀNDW /26 XQWXN asuransi;
dapat memberikan perlindungan penuh 5) Bahaya-bahaya yang ditanggung oleh
terhadap website e-commerce yang dimilikinya penanggung;
dari serangan para cybercrime. 6) Saat bahaya mulai berlaku untuk
Hal inilah yang pada akhirnya tanggungan penanggung dan saat
PHQ\HEDENDQ /HPEDJD 2WRULWDV 6HUWLÀNDW berakhirnya bahaya dimaksud;
(LOS) mengalihkan resiko yang ia emban 7) Premi asuransi tersebut; dan Jumlah
kepada pihak perusahaan asuransi, premi asuransi tergantung pada objek
dengan perjanjian asuransi antara pihak yang diasuransikan.
/HPEDJD2WRULWDV6HUWLÀNDW/26WHUKDGDS
8) Pada umumnya, semua keadaan yang
perusahaan asuransi.
kiranya penting bagi penanggung untuk
Perjanjian asuransi antara lembaga diketahuinya dan segala syarat yang
RWRULWDV VHUWLÀNDW GHQJDQ SHUXVDKDDQ diperjanjikan antara para pihak
asuransi pada dasarnya merupakan asuransi
Objek dari perjanjian asuransi e-commerce
pertanggungjawaban (liability insurance)
adalah sistem keamanan jaringan yaitu
karena yang diasuransikan adalah tanggung
NXQFL NULSWRJUDÀ WDSL \DQJ GLDVXUDQVLNDQ
jawab dari LSO akibat terbongkarnya
adalah tanggung jawab, yaitu tanggung
pengamanan dalam e-commerce yang
jawab dari tertanggung yang dalam hal ini,
menyebabkan salah satu pihak mengalami
DGDODK /HPEDJD 6HUWLÀNDW 2WRULWDV /26
kerugian.
untuk mengganti kerugian apabila kunci-
Kewajiban penanggung memberikan kunci yang diterbitkannya dicuri atau
penggantian kepada tertanggung yaitu dipergunakan secara tidak sah oleh pihak
pemberian ganti rugi. Ganti rugi oleh yang tidak bertanggung jawab. Pengggunaan
penanggung dalam asuransi e-commerce
diberikan bila tertanggung mengalami 7 Elisatris Gultom, Perlindungan Transaksi Elektronic (
peristiwa di mana tertanggung gagal e-commerce ) Melalui Lembaga Asuransi, Eprint Artikel
Universitas Pajajaran, Bandung, 2011 hal 15
analisis, didalam pasal ini sudah jelas bahwa dalam Internet, antara lain pembobolan
KUHD tidak mengenal adanya asuransi kunci dan pencurian kunci. Pembobolan
yang berkaitan dengan e-commerce. Bahkan kunci mungkin saja terjadi. Besar kecilnya
regulasi terbaru yang dibuat oleh pemerintah kemungkinan ini ditentukan oleh panjangnya
Republik Indonesia yang mengatur tentang kunci. Semakin panjang kunci maka semakin
asuransi, yaitu Undang-Undang No. 40 sulit pula untuk membobolnya.
Tahun 2014 tentang Perasuransian pun Di lain pihak khususnya di Indonesia,
belum mengatur asuransi yang berkaitan dalam konteks kekaburan hukum yang
dengan transaksi elektronik e-commerce. berkenaan dengan cyber insurance atau
Hal ini menurut penulis wajar, apabila asuransi yang berkaitan dengan transaksi
kita melihat realita yang terjadi saat ini, electronic commerce, bukan menjadikan
karena urgensinya, asuransi yang melindungi masalah yang menyebabkan penegak hukum
transaksi electronic commerce tetap disediakan untuk tidak menyelesaikan suatu perkara
oleh beberapa perusahaan asuransi, yang diberikan kepadanya, bagaimanapun
dengan alasan transaksi e-commerce dapat keadaannya sebagaimana yang tertuang
menimbulkan kerugian bagi para pihak yang dalam ketentuan pasal 22 AB dan pasal 14
ada di dalamnya dan segala bentuk obyek Undang-Undang No. 14 tahun tahun 1970
yang dapat menimbulkan kerugian berarti yang kemudian diubah dengan pasal 16
dapat di asuransikan. Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentang
Perdagangan melalui Internet dengan kekuasaan kehakiman mewajibkan “hakim
menggunakan electronic commerce seperti untuk tidak menolak mengadili perkara
dijelaskan sebelumnya memiliki banyak yang diajukan kepadanya dengan alasan
resiko. Resiko-resiko tersebut adalah : tidak lengkap, atau tidak jelas Undang-
penyadapan, penipuan, penggandaan Undang yang mengaturnya melainkan wajib
informasi transaksi, pencurian informasi mengadilinya.”
rahasia, dan sebagainya. Dalam transaksi Untuk mengatasinya dalam pasal 27
electronic commerce yang memanfaatkan Undang-Undang No. 14 tahun 1970 yang
NULSWRJUDÀ NHMDKDWDQ WHUVHEXW GDSDW NHPXGLDQ GLUXEDK GHQJDQ SDVDO D\DW
dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya 1 Undang-Undang No. 40 tahun 2004
adalah pembobolan kunci dan pencurian menyebutkan : “hakim sebagai penegak
kunci. hukum dan keadilan wajib menggali,
Pembobolan kunci yang dimaksud mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum
adalah ketika si pembobol memakai berbagai yang hidup di dalam masyarakat”. Artinya
cara untuk menemukan kunci yang sama seorang hakim harus memiliki kemampuan
dengan yang asli. Cara pembobolan yang dan keaktifan untuk menemukan hukum
paling umum digunakan adalah yang dikenal (rechtsvinding). Yang dimaksud dengan
dengan istilah brute force attack, dimana, rechtvinding adalah proses pembentukkan
si pelaku mencoba berbagai kemungkinan hukum oleh hakim / aparat penegak hukum
hingga akhirnya ia menemukan kunci yang lainnya dalam penerapan peraturan umum
cocok. terhadap peristiwa yang kongkrit. Dan hasil
penemuan hukum menjadi dasar baginya
Secure Electronic Transaction
untuk mengambil keputusan.
\DQJ PHQJJXQDNDQ NULSWRJUDÀ GDODP
pengamanannya adalah sistem perdagangan Namun, dalam penegakan hukum yang
Internet yang relatif paling aman dari berkenaan dengan perkembangan teknologi
serangan-serangan yang mungkin dilakukan dan informasi, seharusnya pengaturan
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Liliana Tedjosaputro, 2016, Materi Kuliah
Kebijakan Hukum Ekonomi, Pada
Program Doktor Ilmu Hukum Untag,
Semarang.
:LUMRQR 3URGMRGLNRUR Hukum
Asuransi di Indonesia, Penerbit PT
Intermasa, Bandung.
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, 1997,
Metode Penelitian, Bumi Pustaka,
Jakarta.
Johnny Ibrahim, 2007 Teori, Metode dan
Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia
Publising, Malang.
Yahya Ahmad Zein , 2009, Kontrak
Elektronik dan Penyelesaian Sengketa
Bisnis E-commerce, Penerbit Mandar
Maju, Bandung.
Artikel Ilmiah
Elisatris Gultom, Perlindungan Transaksi
Elektronic ( e-commerce ) Melalui Lembaga
Asuransi, Eprint Artikel Universitas
Pajajaran, Bandung
Direktorat Jenderal Perdagangan dalam
Negeri Republik Indonesia berkerja sama
dengan LKHT-FHUI, 2001, Laporan
Penelitian Tahap Pertama versi 1.04,
Jakarta.
Internet
Nanang Suryadi, 2011, Perkembangan
e-commerce di Indonesia dan di Dunia,
www.ecom.lecture.ub.ac.id/2011/11/ (16
November 2016 )
Peraturan Perundang-undangan