DEFINISI
Rumah sakit bersih adalah tempat pelayanan kesehatan yang dirancang, dioperasikan,
dan dipelihara dengan sangat memperhatikan aspek kebersihan bangunan dan halaman,
baik fisik, sampah, limbah cair, air bersih, dan serangga/binatang pengganggu. Namun
menciptakan kebersihan di rumah sakit merupakan upaya yang cukup sulit dan bersifat
kompleks berhubungan dengan berbagai aspek antara lain budaya/kebiasaan, perilaku
masyarakat, kondisi lingkungan, sosial dan teknologi.
Jika di bandingkan dengan institusi lain, jenis sampah dan limbah rumah sakit adalah
yang terkomplit. Tempat yang paling banyak di kunjungi oleh masyarakat ketika sakit ini
mengeluarkan berbagai jenis sampah dan limbah. Masyarakat di dalam lingkungan rumah
sakit yang terdiri dari pasien, pengunjung dan karyawan memberikan kontribusi kuat
terhadap pengotoran lingkungan rumah sakit. Aktivitas pelayanan dan perkantoran,
pedagang asongan, perilaku membuang sampah dan meludah sembarangan, perilaku
merokok dan sejumlah barang atau bingkisan yang dibawa oleh pengunjung/tamu
menambah jumlah sampah dan mengotori lingkungan rumah sakit.
Limbah rumah sakit menurut Permenkes RI nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari
kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas. Mengingat dampak limbah rumah
sakit terhadap lingkungan dan kesehatan sangat besar, dan bahwa sarana pelayanan
kesehatan harus menjadi tempat yang aman bagi para pekerjanya, pasien, dan masyarakat
sekitarnya maka perlu dibuat panduan pengelolaan limbah.
BAB II
TATA LAKSANA
c. Pengangkutan
1) Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan internal dan
eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik pemisahan ke
penampungan awal (sementara). Pengangkutan eksternal adalah
pengangkutan limbah infekisus dari tempat penampungan sementara ke
tempat pemusnahan atau ke incinerator. Pengangkutan internal
menggunakan kereta dorong yang didesain sedemikian rupa.
2) Kantong limbah infekisus padat harus aman dari jangkauan manusia maupun
binatang.
3) Petugas yang menangani limbah, menggunakan APD yang terdiri dari:
Masker
Pelindung kaki (sepatu)
Sarung tangan
d. Pengolahan dan Pembuangan Akhir Limbah Padat
1) Limbah Infeksius dan Benda Tajam
a) Benda tajam harus diolah dengan incinerator bila memungkinkan, dan
dapat diolah bersama dengan limbah infeksius lainnya.
b) Setelah incinerasi atau desinfeksi, residunya dapat dibuang ke tempat
pembuangan B3 atau dibuang ke landfill jika residunya sudah aman.
c) Menurut KLH Nomor B-6251/Dep.IV/LH/PDAL/05/2013 limbah botol
infus bekas yang berasal dari infus makanan dan/atau obat dapat
dilakukan pemanfaatan kembali (daur ulang) dan dinyatakan sebagai
limbah non B3 dengan syarat:
(1) Telah dilakukan disinfeksi kimiawi dan/atau termal dan dicacah dan;
(2) Tidak dilakukan pemanfaatan kembali (daur ulang) untuk produk
yang dikonsumsi.
Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 1 di atas tidak
dapat dipenuhi, pengelolaan limbah botol infus bekas wajib dilakukan
sesuai ketentuan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun.
(Sebagaimana terlampir).
2) Limbah Farmasi
a) Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan incinerator atau
dikubur secara aman.
b) Limbah farmasi dalam jumlah besar harus dikembalikan kepada
distributor, sedangkan bila dalam jumlah sedikit dan tidak memungkinkan
dikembalikan, supaya dimusnahkan melalui incinerator pada suhu diatas
10000C.
3) Limbah Sitotoksis
a) Limbah sitotoksis sangat berbahaya dan tidak boleh dibuang dengan
penimbunan atau ke saluran limbah umum.
b) Pembuangan yang dianjurkan adalah dikembalikan ke perusahaan
penghasil atau distribusinya, insenerasi pada suhu tinggi. Bahan yang
belum dipakai dan kemasannya masih utuh karena kadalaluarsa harus
dikembalikan ke distributor apabila tidak ada insenerator dan diberikan
keterangan bahwa obat tersebut sudah kadaluarsa atau tidak lagi dipakai.
c) Insenerasi pada suhu tinggi sekitar 1.2000C dibutuhkan untuk
menghancurkan semua bahan sitotoksik. Insenerasi pada suhu rendah
dapat menghasilkan uap sitotosik yang berbahaya ke udara.
4) Limbah Bahan Kimia
a) Pembuangan Limbah Kimia Biasa
Limbah seperti gula, asam amino, dan garam tertentu dapat dibuang
ke saluran air kotor.
Limbah berbahaya yang komposisinya berbeda harus dipisahkan
untuk menghindari reaksi kimia yang tidak diinginkan.
b) Pembuangan Limbah Kimia Berbahaya
Limbah bahan berbahaya dalam jumlah kecil seperti residu yang
terdapat dalam kemasan sebaiknya di insenerasi atau ditimbun (landfill).
Sedangkan untuk limbah bahan berbahaya dalam jumlah besar seperti
pelarut halogenida yang mengandung klorin atau florin boleh di
insenerasi dengan syarat insineratornya dilengkapi dengan alat pembersih
gas. Dan tidak boleh ditimbun karena dapat mencemari air tanah.
c) Cara lain adalah dengan mengembalikan bahan kimia berbahaya tersebut
ke distributornya yang akan menanganinya dengan aman.
5) Limbah Kontainer Bertekanan
Limbah container bertekanan yang masih dalam kondisi utuh
dikembalikan ke distributor untuk pengisian ulang gas.
6) Limbah Radioaktif
Pengelolaan limbah radioaktif dikategorikan dan dipilah berdasarkan
ketersediaan pilihan cara pengolahan, pengkondisian, penyimpanan, dan
pembuangan.
e. Pemusnahan
Untuk proses pemusnahan limbah infeksisus, RSI Muhammadiyah
Sumberrejo mengadakan kerja sama dengan pihak ketiga.
2. Limbah Cair
Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) bertujuan untuk mengolah air limbah
yang mengandung polutan BOD, COD, dan TSS dan lain-lain. RSI Muhammadiyah
Sumberrejo mempunyai instalasi pengolahan limbah cair yang di desain untuk 200
TT. Sistem pengolahan yang digunakan adalah aerob-anaerob. Berikut ini merupakan
proses pengolahan limbah cair meliputi:
a) Proses Anaerob
Air limbah dari buangan di alirkan masuk ke bak equalisasi. Bak equalisasi
berfungsi untuk menghandel kotoran padat dan kotoran yang melayang/scum
serta mempunyai fungsi untuk proses anaerobic dan homogenisasi air limbah.
Pada proses anaerobic terjadi pemecahan ikatan polyphosphate
deterjen/sabun. Dari bak equalisasi air limbah dipompa masuk ke reactor
proses aerob dan mengalir ke separator aerob kemudian mengalir ke saluran
(selokan).
b) Proses Aerob
Reactor aerob terdiri dari 3 stage. Di dalam reactor air limbah mengalir dari
bawah ke atas yang di distribusikan oleh pipa distributor yang terletak di dasar
reactor. Polutan air limbah akan diuraikan oleh bakteri yang melekat di media
dan bakteri yang membentuk flok di antara media. Di dalam reactor terjadi
proses reduksi BOD, COD, NH3 dan polutan lain oleh bakteri aerob. Untuk
kebutuhan oksigen bakteri di reactor di suplai oleh udara dari blower yang di
distribusikan sparger yang terletak di dasar reactor. Dari reactor air limbah
mengalir ke separator. Pada proses separator biofilter terdiri dari dua
kompartemen di pisahkan oleh sekat. Air limbah mengalir dari bawah keatas
yang didistribusikan oleh pipa distributor yang terletak di dasar separator
reactor. Di dalam proses separator terjadi proses pemisahan solid/kotoran air
limbah. Sludge/kotoran yang terkumpul di bagian bawah akan di kembalikan ke
bak equalisasi untuk dip roses kembali. Untuk proses terakhir dari reactor
yakni water sterilizer adalah proses pelumpuhan bakteri-bakteri dengan cara
merusak DNA bakteri menggunakan sinar Ultra Violet sehingga apabila
terdapat bakteri yang terbawa tidak lagi berbahaya.
c) Kolam Parameter
Kolam parameter adalah kolam ikan yang berdesain khusus sesuai
kebutuhan proses limbah yang memiliki fungsi-fungsi, diantaranya:
(1) Kolam parameter berfungsi sebagai parameter awal tentang hasil
pemrosesan pada system IPAL apakah telah layak buang atau belum. Oleh
karena itu, maka sebagai parameter digunakan ikan berjenis sensitive ikan
Koi atau ikan Mas.
(2) Aksesoris-aksesoris yang ada (dinding air, air mancur dll) selain berfungsi
sebagai estetika juga bermanfaat untuk membantu proses pelepasan kadar
gas dalam air.
(3) Untuk membunuh bakteri/kuman, pada pipa effluent di injeksi kaporit
tablet.