Anda di halaman 1dari 21

Skenario 3

Bayi Disandera

Malang, 1 September 2015. Sepasang bayi kembar di Kabupaten Malang, Jawa


Timur, terpaksa “disandera” pihak Rumah Sakit Umum Daerah Kanjuruhan,
Kapanjen. Hal ini disebabkan orang tuanya tidak mampu melunasi biaya
persalinan. Sang ibu melahirkan bayi kembar tersebut secara normal namun tidak
diperbolehkan segera membawa pulang kedua bayinya meskipun kondisi
kesehatannya normal dan tidak ada kelainan. Ia sendiri diizinkan pulang setelah
pihak keluarga member uang jaminan sebesar Rp.500.000,- kepada pihak rumah
sakit. Sementara itu bayi kembarnya tetap ditahan di RSUD karena biaya
persalinannya Rp.5.000.000,- belum dilunasi dan bayinya belum terdaftar sebagai
penerima jaminan kesehatan Nasional. Hal ini menuai kritik masyarakat karena
tindakan pihak RS tersebut tidak mencerminkan Nilai-Nilai Pancasila.

STEP 1
1. Disandera : Penahanan sebagai jaminan
2. Kelainan : Perbedaan atau keadaan yang menyimpang
3. JKN : Program pemerintah yang bertujuan untuk memberikan jaminan
kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia agar hidup sehat
4. Persalinan : Proses dimana bayi, plasenta, serta selaput ketuban keluar
5. Kritik : masalah penganalisaan untuk meningkatkan pemahaman
6. Tindakan : sesuatu yang dilakukan

STEP 2
1. Faktor apa yang menyebabkan bayi tersebut ditahan dan tidak boleh
dibawa pulang?
2. Siapa yang berhak menerima jaminan kesehatan nasional?
3. Apa tujuan dan manfaat jaminan kesehatan nasional?
4. Apa hak dan kewajiban rumah sakit serta pasien?
5. Apakah tindakan rumah sakit ini termasuk pelanggaran HAM?

1
6. Apa saja UU yang mengatur tentang kesehatan?
7. Nilai pancasila apa yang di atur dalam kasus tersebut?

STEP 3
1. Faktor yang menyebabkan bayi tersebut ditahan dan tidak boleh dibawa
pulang adalah Karena orang tua bayi belum membayar registrasi dengan
orang tua bayi belum mendaftar jkn.
2. Yang berhak menerima jaminan kesehatan nasional
 Fakir miskin dan orang mampu
 Pekerja penerima upah dan pekerja tidak menerima upah.
3. Tujuan jaminan kesehatan nasional, yakni:
 untuk memenuhi kebutuhan dasar
 Kesehatan yang layak
Manfaat jaminan kesehatan nasional, yakni:
 medis pemeriksaan penunjang dan diagnosis
 Non medis : Layanan rawat inap
4. Hak rumah sakit
 tindakan pelayanan kesehatan perseorangan harus mendapat
persetujuan.
Hak pasien
 memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku dirs.
 Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien
5. Termasuk pelanggaran HAM , adapun yang berpendapat tidak termasuk
pelanggaran HAM.
6. UU yang mengatur tentang kesehatan
 UU no 36 tahun 2009
 UU pasal 28 H
7. Nilai pancasila yang mengatur kasus tersebut terdapat pada Sila ke 3 dan
sila ke 5.

2
STEP 4
1. Faktor yang menyebabkan bayi tersebut ditahan yaitu :
Faktor ekonomi
 Pada saat orang tua bayi ke rs belum terdaftar jkn dan masih
sebagai pasien umum
 Jaminan bayi lahir anak ke 1 sampai 3 sudah terjamin jkn,
sedangkan untuk anak ke 4 berikutnya harus didaftarkan kembali.
2. Syarat menerima jaminan kesehatan yaitu sebagai berikut :
 Untuk orang yang tidak mampu biasanya untuk penerima honor
sudah didata perusahaan untuk masuk jkn, yang bertujuan untuk
keselamatan kerja dan keluarganya
 Penerima bantuan iuran ( PBI) yang iurannya dibayar oleh
pemerintah yaitu fakir miskin, orang tidak kerja.
 Bukan penerima bantuan iuran dibagi menjadi dua yaitu :
a. Pekerja penerima upah (PNS, TNI, POLRI) yang dipotong
dari gaji bulanan.
b. Bukan penerima upah ( Pensiun, pekerja mandiri) dibayar
oleh peserta yang bersangkutan.
Prosedur pendaftaran JKN
1) Calon peserta mendaftar secara perorangan dikantor BPJS
kesehatan.
2) Mengisi formulir daftar isian peserta dan melampirkan
fotokopi kartu keluarga (kk), fotokopi ktp, paspor dan pas
foto 3x4 sebanyak 1 lembar.Untuk anggota keluarga
menunjukkan kartu keluarga, surat nikah, akte kelahiran
3) Setelah mendaftar caln peserta memperoleh virtual account
4) Melakukan pembayaran iuran ke bank yang bekerja sama (
BRI,MANDIRI, BNI )
5) Bukti pembayaran iuran diserahkan ke kantor BPJS untuk
dicetakkan kartu jkn.

3
Prinsip Jkn yaitu
1) Prinsip kegotongroyongan
Gotong-royong sesungguhnya sudah menjadi salah satu prinsip dalam
hidup bermasyarakat dan juga merupakan salah satu akar dalam
kebudayaan kita. Dalam SJSN, prinsip gotong royong berarti peserta
yang mampu membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang
sehat membantu yang sakit atau yang berisiko tinggi, dan peserta yang
sehat membantu yang sakit.
2) Prinsip nirlaba
Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) adalah nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented).
Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya
kepentingan peserta. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah
dana amanat, sehingga hasil pengembangannya, akan di manfaatkan
sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta.
3) Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan
efektivitas. Prinsip-prinsip manajemen ini mendasari seluruh kegiatan
pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil
pengembangannya.
4) Prinsip portabilitas
Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan
jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka
berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
5) Prinsip kepesertaan bersifat wajib
Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta
sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi
seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan
ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan
program.
6) Prinsip dana amanat

4
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada
badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam
rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.
7) Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial
Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan
program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.
3. Tujuan jkn yaitu sebagai berikut :
 Menjamin peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan
dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.
 Untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat yang layak yang
diberikan setiap orang yang telah membayar iurannya / iurannya
dibayar oleh pemerintah seperti fakir miskin / orang yang tidak
mampu.
Manfaat dari jkn, yakni:
 Medis : Konsultasi pemeriksaan penunjang diagnosis, tindakan
medis , perawatan obat dan peralatan kesehatan.
 Non medis : Akomodasi rawat inap dan ambulance.
4. Hak dan kewajiban rs dan pasien
Menurut UU RI no 36 tahun 2014 pasal 68 ayat 1 tentang hak dan
kewajiban tenaga kesehatan perseorangan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan harus mendapat persetujuan.
UU RI pasal 25 no 44 tahun 2009 tentang rs ayat 1 kewajiban rs
 Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan rs terhadap
masyarakat
 Menyediakan sarana bagi masyarakat tidak mampu
 Menghormati dan melindungi hak pasien
Pasal 30 ayat 1 tentang hak rs
 Menentukan jumlah, jenis dan kualisifikasi sumber daya manusia
dengan kualifikasi rs

5
 Menerima imbalan jasa pelayanan serta menentukan komunikasi,
insentik , penghargaan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan .
5. Tindakan rs termasuk pelanggaran HAM karena bayi yang baru lahir
membutuhkan peraturan serta kasih sayang orang tua,serta hak orang tua
menjadi terbatas .
Tidak sepenuhnya melanggar HAM karena pihak rs sendiri memiliki hak
untuk mendapat imbalan.
UU RI setiap orang yang tidak mampu dipelihara oleh pemerintah negara
bertanggung jawab mengenai fasilitas kesehatan
6. UU yang mengatur tentang kesehatan
 UU RI no 36 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan
 UU RI tahun 2009 tentang rs
 UU RI no 36 tahun 2009 pasal 5 yang berbunyi bahwa setiap orang
mempunyai hak yang sama dalam memperoleh jaminan kesehatan.
7. Memang semua sila saling berkaitan, tetapi untuk skenario ini yang paling
pas adalah sila ke 2 yakni nilai kemanusiaan dimana salah satu
implementasinya adalah melakukan musyawarah, melakukan suatu
pertimbangan dan mengembangkan setiap tenggang rasa.

6
Mind map

BPJS

PRINSIP
KENDALA

JKN
TUJUAN
MANFAAT

SYARAT

JAMSOSTEK JAMKESMAS JAMKESDA

FASILITAS
HAK KEWAJIBAN
KESEHATAN

PUSKESMAS RUMAH SAKIT KLINIK

HAK PASIEN KEWAJIBAN

UUD PANCASILA
HAM

7
STEP 5
1. Penjelasan JKN, Jamsostek, Jamkesda, dan BPJS serta hubungannya
2. Hak dan kewajiban pasien, hak dan kewajiban rumah sakit yang
berhubungan dengan JKN
3. Kendala penerapan JKN
4. Peraturan yang mengatur mengenai Hak Asasi Manusia
5. Butir butir Pancasila dalam bidang kesehatan

STEP 6
Belajar Mandiri

STEP 7
1. Jaminan sosial adalah bentuk perlindungan social untuk menjamin
seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang
layak. Dengan demikian jaminan kesehatan nasional (JKN) yang
dikembang di Indonesia merupakan bagian dari sistem jaminan sosial
nasional (SJSN). Sistem jaminan social nasional ini diselenggarakan
mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib berdasarkan
Undang Undang No 40 Tahun 2004 tentang sistem jaminan social
nasional. Tujuannya adalah agar semua penduduk Indonesia terlindung
dalam sistem asuransi, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan masyarakat yang layak (buku pegangan sosialisasi JKN, 2011).
Pengertian Jamsostek secara resmi yang diatur dan ditegaskan dalam Pasal
1 Ayat (1) Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 kemudian dapat diuraikan
lebih rinci sehingga ditemukan beberapa aspek dari Jamsostek tersebut,
meliputi :
a. Jamsostek memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi
kebutuhan hidup minimal untuk tenaga kerja serta keluarganya.
b. Jamsostek merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah
menyumbangkan tenaga dan pikirannya kepada perusahaan tempat
mereka bekerja.

8
c. Dengan adanya upaya perlindungan dasar tersebut maka Jamsostek
akan memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan
penghasilan, sebagai pengganti atau seluruh penghasilan yang
hilang.
d. Jamsostek menciptakan ketenangan kerja karena adanya upaya
perlindungan terhadap risiko ekonomi maupun sosial (Pasal 1 Ayat
(1) Undang-Undang No. 3 Tahun 1992).
JAMKESDA adalah program jaminan bantuan pembayaran biaya
pelayanan kesehatan yang diberikan Pemerintah Daerah Kabupaten kepada
masyarakat Kabupaten. Sasaran Program Jamkesda adalah seluruh
masyarakat Kabupaten yang belum memiliki jaminan kesehatan berupa
Jamkesmas, ASKES dan asuransi kesehatan lainnya (Dinas Kesehatan
Kabupaten Balangan, 2011).
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang
dibentuk dengan Undang-Undang untuk menyelenggarakan program
jaminan sosial. BPJS menurut UU SJSN adalah transformasi dari badan
penyelenggara jaminan sosial yang sekarang telah berjalan dan di
mungkinkan untuk membentuk badan penyelenggara baru sesuai dengan
dinamika perkembangan jaminan sosial. BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan adalah badan hukum publik menurut UU BPJS (Asih Eka
Putri, 2014).
Hubungannya:
Jaminan Kesehatan Nasional itu program Jaminan Kesehatan, dan
penyelenggaranya adalah BPJS yang memberikan Jaminan Kesehatan,
Sosial, dan Ekonomi. Sedangkan Jamkesda adalah warga kurang mampu
yang sudah mendapat Jaminan Kesehatan yang dapat dikategorikan
sebagai peserta BPJS. Yang memiliki kartu Jamkesda, Jamsostek, sudah
dipastikan ia anggota BPJS.

9
PROSEDUR PENDAFTARAN PESERTA JKN BPJS KESEHATAN
a. Pendaftaran Bagi Penerima Bantuan Iuran / PBI
Pendataan Fakir Miskin dan Orang Tidak mampu yang menjadi
peserta PBI dilakukan oleh lembaga yang menyelenggarakan urusan
Pemerintahan di bidang statistik (Badan Pusat Statistik) yang
diverifikasi dan divalidasi oleh Kementerian Sosial.
Selain peserta PBI yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, juga
terdapat penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah
berdasarkan SK Gubernur/Bupati/Walikota bagi Pemda yang
mengintegrasikan program Jamkesda ke program JKN.
b. Pendafataran Bagi Peserta Pekerja Penerima Upah / PPU
1. Perusahaan / Badan usaha mendaftarkan seluruh karyawan beserta
anggota keluarganya ke Kantor BPJS Kesehatan dengan
melampirkan :
a) Formulir Registrasi Badan Usaha / Badan Hukum Lainnya
b) Data Migrasi karyawan dan anggota keluarganya sesuai
format yang ditentukan oleh BPJS Kesehatan.
2. Perusahaan / Badan Usaha menerima nomor Virtual Account
(VA) untuk dilakukan pembayaran ke Bank yang telah bekerja
sama (BRI/Mandiri/BNI)
3. Bukti Pembayaran iuran diserahkan ke Kantor BPJS Kesehatan
untuk dicetakkan kartu JKN atau mencetak e-ID secara mandiri
oleh Perusahaan / Badan Usaha.
c. Pendaftaran Bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah / PBPU
dan Bukan Pekerja
Pendaftaran PBPU dan Bukan Pekerja
1. Calon peserta mendaftar secara perorangan di Kantor BPJS
Kesehatan
2. Mendaftarkan seluruh anggota keluarga yang ada di Kartu
Keluarga

10
3. Mengisi formulir Daftar Isian Peserta (DIP) dengan
melampirkan :
- Fotokopi Kartu Keluarga (KK)
- Fotokopi KTP/Paspor, masing-masing 1 lembar
- Fotokopi Buku Tabungan salah satu peserta yang ada
didalam Kartu Keluarga
- Pasfoto 3 x 4, masing-masing sebanyak 1 lembar.
4. Setelah mendaftar, calon peserta memperoleh Nomor Virtual
Account (VA)
5. Melakukan pembayaran iuran ke Bank yang bekerja sama
(BRI/Mandiri/BNI)
6. Bukti pembayaran iuran diserahkan ke kantor BPJS Kesehatan
untuk dicetakkan kartu JKN. Pendaftaran selain di Kantor
BPJS Kesehatan, dapat melalui Website BPJS Kesehatan
Pendaftaran Bukan Pekerja Melalui Entitas Berbadan Hukum
(Pensiunan BUMN/BUMD)
Proses pendaftaran pensiunan yang dana pensiunnya dikelola oleh
entitas berbadan hukum dapat didaftarkan secara kolektif melalui
entitas berbadan hukum yaitu dengan mengisi formulir registrasi dan
formulir migrasi data peserta.
2. Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran juga
merupakan Undang-Undang yang bertujuan untuk memberikan
perlindungan bagi pasien. Hak-hak pasien diatur dalam pasal 52 UU No.
29/2004 adalah:
a) mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis
sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 ayat (3);
b) meminta pendapat dokter atau dokter lain;
c) mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;
d) menolak tindakan medis;
e) mendapatkan isi rekam medis.

11
Perlindungan hak pasien juga tercantum dalam pasal 32 Undang-Undang
No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, yaitu:
a) memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di Rumah Sakit;
b) memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;
c) memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa
diskriminasi;
d) memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur operasional;
e) memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien
terhindar dari kerugian fisik dan materi;
f) mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;
g) memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya
dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
h) meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada
dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam
maupun di luar Rumah Sakit;
i) mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita
termasuk data-data medisnya;
j) mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan
medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan
komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan
yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan;
k) memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang
dideritanya;
l) didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
m) menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang
dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya;
n) memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di Rumah Sakit;

12
o) mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit
terhadap dirinya;
p) menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan
agama dan kepercayaan yang dianutnya;
q) menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit
diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar
baik secara perdata ataupun pidana; dan
r) mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan
standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Setiap pasien mempunyai kewajiban terhadap Rumah Sakit atas pelayanan
yang diterimanya sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pelayanan
Medik No.YM02.04.3.5.2504 Tahun 1997 tentang pedoman Hak dan
Kewajiban Pasien, Dokter dan Rumah Sakit yaitu:
1. Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan dan
tata tertib rumah sakit;
2. Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter dan perawat
dalam pengobatannya;
3. Pasien berkewajiban memberikan informasi dengan jujur dan
selengkapnya tentang penyakit yang diderita kepada dokter yang merawat;
4. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban untuk melunasi semua
imbalan atas jasa pelayanan rumah sakit/dokter;
5. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban memenuhi hal-hal yang
telah disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya

Rumah sakit sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan mempunyai hak-


hak dan kewajiban-kewajban dalam hubungan hukum perjanjian terapeutik
dengan pasien sebagaimana yang diatur dalalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah sakit yaitu :
a. Hak-Hak Rumah Sakit ( Pasal 30 UU No.44 tahun 2009)

13
1. Menentukan jumlah , jenis dan kualifikasi sumber daya
manusia sesuai dengan kualifikasi rumah sakit
2. Menerima imbalan jasa pelayanan serta menentukan
renumerasi,insentif dan penghargaan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam
rangka mengembangkan pelayanan
4. Menerima bantuan dari pihak lain sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan
5. Menggugat pihak yang mengakibatkan kerugian
6. Mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan
7. Mempromosikan layanan kesehatan yang ada di rumah
sakit sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
8. Mendapatkan insentif pajak bagi rumah sakit publik dan
rumah sakit yang ditetapkan sebagai rumah sakit
pendidikan.
b. Kewajiban-Kewajiban Rumah Sakit (Pasal 29 UU No.44 Tahun
2009)
1. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan
rumah sakit kepada masyarakat.
2. Memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
antidiskriminasi dan efektif dengan mengutamakan
kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah
sakit
3. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai
dengan kemampuan pelayanannya
4. Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan
pada bencana sesuai dengan kemampuan pelayanannya
5. Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak
mampu atau miskin

14
6. Melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan
fasilitas pelayanan pasien tidak mampu/miskin,pelayanan
gawat darurat tanpa uang muka,ambulance gratis,pelayanan
korban bencana dan kejadian luar biasa,atau bakti sosial
bagi misi kemanusiaan
7. Membuat, melaksanakan dan menjaga standar mutu
pelayanan kesehatan di rumah sakit sebagai acuan dalam
melayani pasien
8. Menyelenggarakan rekam medic
9. Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak
antara lain sarana ibadah, parker, ruang tunggu,sarana untuk
orang cacat, wanita menyusui,anak-anak, usai lanjut
10. Melaksanakan sistem rujukan
11. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan
standar profesi dan etika serta peraturan perundang-
undangan
12. Memberikan informasi yang benar,jelas dan jujur mengenai
hak dan kewajiban pasien.
13. Menghormati dan melindungi hak-hak pasien
14. Melaksanakan etika rumah sakit
15. Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan
penanggulangan bencana
16. Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan
baik secara regional maupun nasional
17. Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktek
kedokteran atau kedokteran gigi dan tenaga kesehatan
lainnya.
18. Menyusun dan melaksanakan peraturan internal rumah
sakit (hospital by laws)
19. Melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua
petugas rumah sakit dalam melaksanakan tugas

15
20. Memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai
kawasan tanpa rokok.
3. Kendala penerapan jaminan kesehatan nasional seperti:
 Tarif dan obat-obatan:
Menurut peraturan menteri kesehatan nomor 69 tahun 2013 tenntang
standar tarif pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama
dan fasilitas kesehatan tingkat lanjutan dalam penyelenggaraan progeram
jaminan kesehatan yaitu:
Pasal 1
1. Tarif Kapitasi adalah besaran pembayaran per-bulan yang dibayar
dimuka oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis
dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan.
2. Tarif Non Kapitasi adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS
Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama berdasarkan jenis
dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan.
3. Tarif Indonesian - Case Based Groups yang selanjutnya disebut Tarif
INA-CBG’s adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan
kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan atas paket layanan yang
didasarkan kepada pengelompokan diagnosis penyakit.
Pasal 2
(1) Tarif pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
meliputi:
a. Tarif Kapitasi
b. Tarif Non Kapitasi
(2) Tarif pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 3
(1) Tarif Kapitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a

16
merupakan rentang nilai yang besarannya untuk setiap Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama ditetapkan berdasarkan seleksi dan kredensial yang
dilakukan oleh BPJS Kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. (2) Tarif Kapitasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diberlakukan bagi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang
melaksanakan pelayanan kesehatan komprehensif kepada Peserta Program
Jaminan Kesehatan berupa Rawat Jalan Tingkat Pertama.
(3) Tarif Non Kapitasi sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (1) huruf b
merupakan nilai besaran yang sama bagi seluruh Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama yang melaksanakan pelayanan kesehatan kepada Peserta
Program Jaminan Kesehatan berupa Rawat Inap Tingkat Pertama dan
pelayanan Kebidanan dan Neonatal.
Saat masih peserta jaminan kesehatan sebelumnya (askes, jamsostek,
jamkesmas atau KJS) penyakit tertentu pengobatan untuk pasien dapat
terfasilitasi. Tetapi setelah diberlakukannya BPJS Kesehatan, pengobatan
tidak sepenuhnya terfasilitasi. Akibatnya, pasien harus membayar dengan
biaya pribadi atau biaya obat dibebankan kepada pasien.
 Kepesertaan:
Masih banyak penduduk miskin, seperti gelandangan, pengemis, anak
terlantar belum termasuk dalam kepesertaan PBI yang berjumlah 86,4 juta
jiwa. Karena data 86,4 juta tersebut adalah data peserta lama yang terdaftar
dalam Jamkesmas. Kendala lain dalam hal ini banyaknya masyarakat
yang tidak mengetaahui tata cara kepesertaan dari JKN. Syarat dari
kepesetraan yang dianggap rumit dan lama menjadikan masyarakat malas
untuk mengurus keikutsertaannya dalam JKN.
 Mutu pelayanan kesehatan:
Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan seperti Puskesmas dan Rumah
Sakit masih terdapat masalah. Kurangnya sejumlah fasilitas kesehatan
seperti kamar untuk pasien. Karena masih banyak fasilitas pelayanan
kesehatan non pemerintah yang belum bekerja sama dengan BPJS. Masih
kurangnya tenaga kesehatan yang tersedia di fasilitas kesehatan juga

17
menjadi persoalan. Disebabkan tenaga kesehatan di Indonesia masih
belum tersebar dengan merata. Keterbatasan tenaga kesehatan akan
berdampak terhadap kesehatan pasien karena tidak tertangani dengan
cepat.
 Rujukan:
Sistem rujukan yang semrawut, akibatnya peserta banyak yang tidak
mengetahui system rujukan sehingga mereka tidak mendapatkan
pelayanan sebagai mana mestinya. Pasien harus mendapat rujukan dari
fasilitas tingkat pertama (klinik atau puskesmas) sebelum ke tingkat
fasilitas kesehatan berikutnya (Rumah Sakit). Disinilah persoalan terjadi,
banyak peserta datang ke fasilitas tingkat kedua tanpa mendapat rujukan
dari fasilitas tingkat pertama (Panduan JKN).
Jadi seharusnya para tenaga medis maupun pemerintah harus lebih
mensosialisasikan bagaimana sistem rujukan yang sebenarnya. Kemudian
tenaga medispun harus bersikap tanggap dan cepat dalam menghadapi
kasus rujukan yang terjadi pada masyarakat.
4. Peraturan yang mengatur tentang HAM, diantaranya:
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 39 tahun 1999 Tentang HAM
Pasal 1 ayat 1
Hak asasi manusia ialah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai mahkluk tuhan yang maha esa.
Pasal 3 ayat 1 dan 2
(1). Setiap orang dilahirkan bebas dengan harkat dan martabat manusia
yang sama dan sederajat serta dikaruniai akal dan hati murni
(2). Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
perlakuanhukum yang adil serta mendapat kepastian hukum.
Pasal 9 ayat 1 Hak untuk hidup
(1). Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan
meningkatkan taraf kehidupanya.
Pasal 53 ayat 1

18
(1). Setiap anak sejak dalam kandungan, berhak untuk hidup,
mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf kehidupannya.
Pasal 56 ayat 1
(1). Setiap anak berhak untuk mengetahui siapa orang tuanya,
dibesarkannya, dan diasuh oleh orang tuanya sendiri.
Pasal 57 ayat 1
(1). Setiap anak berhak untuk dibesarkan, dirawat, dididik, diarahkan, dan
dibimbing kehidupannya oleh orang tua atau wali sampai dewasa
(Undang-Undang No.39, 1999).
5. Setiap dokter harus memberikan pelayanan yang terbaik dan professional
yang sesuai dengan sila – sila Pancasila.
Seorang dokter dikatakan professional apabila dalam melakukan
pekerjaannya sebagai seorang dokter, pelayanannya diakui oleh
masyarakat sekitarnya dan dia bisa hidup dari profesi kedokterannya
tersebut. Untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik dan
professional ini seorang dokter membutuhkan pedoman yang bisa
dijadikan acuan untuk menjalankan pelayanan kedokteran yang menjadi
profesinya tersebut, dan pedoman yang bisa digunakan adalah Pancasila
yang telah dijadikan pedoman dan pandangan hidup bangsa oleh bangsa
Indonesia yang nilai – nilai luhurnya juga diterapkan dalam kode etik
kedokteran Indonesia.
Berikut adalah contoh pengamalan sila – sila Pancasila dalam memberikan
pelayanan kedokteran kepada pasien, antara lain adalah :
a. Sila pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa
Perwujudan daripada Ketuhanan Yang Maha Esa berupa sikap dan
pandangan hidup, taat dan takzim kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan
dibimbing oleh ajaran – ajarannya, menjalankan perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya.
b. Sila kedua : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Wujud daripada Kemanusiaan yang Adil dan Beradab adalah seorang
dokter harus mengakui dan memperlakukan pasien sesuai dengan harkat

19
dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Dalam hal ini,
seorang dokter harus memenuhi hak dan kewajibannya sebagai dokter
serta harus mematuhi etik kedokteran.
Selain itu seorang dokter harus mengakui persamaan derajat, hak, dan
kewajiban asasi tiap pasien tanpa membedakan suku, keturunan, agama,
kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan social, warna kulit dan sebagainya.
c. Sila ketiga : Persatuan Indonesia
Perwujudan dari Persatuan Indonesia adalah dengan mengutamakan
kepentingan dan keselamatan pasien dari pada kepentingan pribadi, dan
mengembangkan kerjasama sebagai tim dalam pemberian pelayanan
kedokteran kepada para pasien di rumah sakit. Tim ini dapat berupa
dokter, bidan, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya.
d. Sila keempat : Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan Perwakilan
Wujud dari pengamalan Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan adalah seorang dokter
tidak boleh memaksakan kehendak kepada pasiennya, dan menghargai
serta menjunjung tinggi setiap hasil keputusan dan kesepakatan.
e. Sila kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Perwujudan dari Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia adalah
seorang dokter harus mengembangkan sikap adil terhadap semua
pasiennya, menghormati hak setiap orang, suka bekerja keras, meratakan
kemajuan dan mendukung keadilan social.

20
Daftar Pustaka
Asih,E.2014.seri buku saku-2 paham BPJS.Friedrich-Eber-Stiftung kantor
perwakilan Indonesia.7-8 hal.
Dinas Kesehatan kabupaten Balangan. 2011. JAMKESDA. Dinas Kesehatan,
Balangan.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.2011.buku pegangan sosialisasi
jaminan kesehatan nasional dalam sistem jaminan sosial nasional.16 hal.
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 3 Tahun 1992 Tentang Pengertian
Jamsostek.lembaga Negara Republik Indonesia,Jakarta.

21

Anda mungkin juga menyukai