Akad-Akad Syariah
1
2
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan ............................................................................................................. 31
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Islam sudah sangat lama berkembang, namun karena runtuhnya kekuasaan Islam pada
masa lampau, telah juga menghilangkan praktik – praktik tentang ekonomi Islam yang baik dan
benar di dalam masyarakat. Sehingga yang berkembang yakni paham – paham yang berasal dari
bangsa Barat yang bersifat liberalis dan materialistis. Ilmu ekonomi Islam muncul kembali pada
abad ke-20 dengan munculnya bank bagi hasil. Praktik ekonomi Islam resmi disahkan pada
Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang berlangsung di Jedah 1976.
Berbagai krisis ekonomi yang telah melanda dunia saat ini, para ahli berupaya mencari
alternatif pemecahan masalah menggunakan ilmu ekonomi Islam. Ilmu Islam pada dasarnya
bersifat adil dan tidak memihak sebelah pihak, dan oleh sebab itu kebanyakan orang – orang
ataupun lembaga – lembaga yang memakai ilmu ekonomi Islam tidak merasa dirugikan. Untuk itu
sebaiknya dalam menjalankan suatu lembaga keuangan lebih baik kita menggunakan ilmu
ekonomi Islam. Makalah ini berisi tentang definisi dari akad yang ada di dalam ilmu keuangan
syariah, dan juga apa saja jenis – jenis dari akad itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian akad?
2. Apa saja jenis-jenis akad?
C. Tujuan Masalah
1. Memenuhi nilai tugas mata kuliah Pelaporan Keuangan Syariah
2. Menjelaskan mengenai Akad-Akad Syariah
3. Menambah wawasan mengenai Akad-Akad Syariah
4
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Akad
Akad dalam bahasa arab ‘al-aqd, jamaknya al-‘ukud, berarti ikatan atau mengikat. Menurut
terminologi hukum Islam akad adalah pertalian antara penyerahan (ijab) dan penerimaan (qobul)
yang dibenarkan oleh syariah yang menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya.
1. Akad Wadiah
Wadiah merupakan simpanan (deposit) barang atau dana kepada pihak yang bukan pemiliknya,
untuk tujuan keamanan. Wadiah adalah akad penitipan dari pihak yang mempunyai uang/barang
kepada pihak yang menerima titipan dengan catatan kapanpun titipan diambil pihak penerima
titipan wajib menyerahkan kembali uang/barang titipan tersebut dan yang menjadi penjamin
pengembali barang titipan. Sumber hukum dari akad wadiah terdapat pada Al-Qur’an (Qs 4:58)
yang artinya “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amat kepada yang berhak
menerimanya dan As-Sunnah yang berbunyi “Tunaikan amanat itu kepada orang yang member
amanat kepadamu dan jangan kamu mengkhianati orang yang mengkhianatimu”(HR. Abu Dawud
dan Al Tirmidzi).
a) Wadiah amanah, yaitu wadiah di mana uang/barang yang dititipkan hanya boleh disimpan
dan tidak boleh didayagunakan. Contohnya: Titipan barang di pusat perbelanjaan.
b) Wadiah yadh dhamanah, yaitu wadiah di mana si penerima titipan dapat
memanfaatkanbarang titipan tersebut dengan seizing pemiliknya dan meminjam untuk
mengembalikan titipan tersebut secara utuh setiap saat, saat pemilik menghendakinya.
Contohnya: Tabungan
Rukun wadiah ada tiga diantaranya pelaku terdiri dari: pemilik barang/pihak yang menitip
(muwaddi’) dan pihak yang menyimpang (mustawda’), objek wadiah berupa barang yang
dititipkan (wadian), dan ijab Kabul/serah terima. Sedangkan ketentuan syariah yaitu: pelaku harus
cakap hukum, balig serta mampu memelihara barang titipan; objek wadiah, benda yang dititipkan
5
tersebut jelas dan diketahui spesifikasinya oleh pemilik dan penyimpan; ijab kabul/serah terima,
adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan
secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
Pencatatan akuntansi wadiah bagi pihak pemilik barang dan bagi pihak penyimpan barang adalah
sebagai berikut :
Kas xxx
Utang xxx
3) Pada saat mengambil barang dan membayar kekurangan biaya penitipan, jurnal :
Utang xxx
Kas xxx
Kas xxx
6
Piutang xxx
3) Pada saat menyerahakan barang dan menerima pembayaran kekuranag pendapatan penitipan,
jurnal :
Kas xxx
Piutang xxx
Rukun wakalah ada tiga, yaitu; pelaku yang terdiri dari pihak pemberi kuasa/muwakil dan pihak
yang diberi kuasa/wakil, objek akad berupa barang atau jasa, ijab Kabul/serah terima. Sedangkan
ketentuan syariah, yaitu:
A. Pelaku
Pihak pemberi kuasa/pihak yang meminta diwakilkan adalah pemilik sah yang dapat
bertindak terhadap sesuatu yang diwakilkan; orang mukalaf atau anak mumayyi dalam
batas-batas tertentu, yakni dalam hal yang bermanfaat baginya seperti mewakilkan untuk
menerima hibah, menerima sedekah dan sebagainya.
Pihak penerima kuasa: harus cakap hukum, dapat mengerjakan tugas yang diwakilkan
kepadanya.
7
C. Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad
yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara
komunikasi modern.
Sementara itu akad wakalah dapat berakhir dikarenakan hal-hal sebagai berikut:
Kas xxx
Kas xxx
3) Pada saat diterima pendapatan untuk jangka waktu dua tahun di muka, jurnal :
Kas xxx
8
Bagi pihak yang meminta diwakilkan
Pada saat membayar ujr/komisi, jurnal :
Kas xxx
Rukun kafalah ada tiga, yaitu; pelaku yang terdiri atas pihak peminjam, pihak yang beruntung, dan
pihak yang berutang; objek akad berupa tanggungan pihak yang berutang baik berupa barang, jasa
maupun pekerjaan; ijab Kabul/serah terima. Sedangkan ketentuan syariah, yaitu :
A. Pelaku
Pihak penjamin (kafiil): baligh dan berakal sehat, berhak penuhuntuk melakukan tindakan
hukum dalam urusan hartanya dan rela dengan tanggungan kafalah tersebut.
Pihak orang yang berhutang (Ashiil, Makful’anhu): sanggup menyerahkan tanggungannya
(utang) kepada peminjaman, dikenal oleh penjamin.
Pihak orang yang berpiutang (mahful lahu): diketahui identitasnya, dapat hadir pada waktu
akad atau memberikan kuasa, berakal sehat.
C. Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad
yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara
komunikasi modern.
9
Sementara itu berakhirnya akad kafah karena benerapa hal berikut:
1) Ketika utang telah diselesaikan, baik oleh orang yang berutang atau oleh penjamin, atau jika
kreditor menghadiahkan atau membebaskan utangnya kepada orang yang berutang.
2) Kreditor melepaskan utangnya kepada orang yang berutang, tidak pada penjamin. Mka
penjamin juga bebas untuk tidak menjamin utnag tersebut. Namun jika kreditor melepaskan
jaminan dari penjamin, bukan berarti orang yang berutang telah terlepas dari utang tersebut.
3) Ketika utang tersebut telah dialihkan (hawalah)
4) Ketika penjamin menyelesaikan ke pihak lain melalui arbitrase dengan kreditor
5) Kreditor dapat mengakhiri kontrak kafalah walaupun penjamin tidak menyetujuinya.
6) Pencatatan akuntansi wadiah bagi pihak pemilik barang dan bagi pihak penyimpan barang
adalah sebagai berikut :
Kas xxx
Kas xxx
4. Qardhul Hasan
Qardhul hasan adalah pinjaman tanpa dikenai biaya (hanya wajib membayar sebesar pokok
utangnya). Pinjaman qardh bertujuan diberikan pada orang yang membutuhkan atau tidak
memiliki kemampuan finansial, untuk tujuan social atau kemanusiaan. Sumber hukumnya terdapat
pada Al-Qur’an (Qs 2:280) dan As-Sunah. Rukun dan ketentuan syariah dalam qardhul hasan
sebagai berikut. Rukun qardhul hasan ada tiga diantaranya: pelaku yang terdiri dari pemberi dan
10
penerima pinjaman; objek akad, berupa uang yang dipinjamkan; ijab Kabul/serah terima.
Sedangkan ketentuan syariahnya yaitu:
2) Peminjam diwajibkan membayar pokok pinjaman pada waktu yang telah disepakati.
1. Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi
modern.
Pelaporan qardhul hasan disajikan tersendiri dalam laporan sumber dan penggunaan dana qardhul
hasan tersebut bukan aset perusahaan. Oleh sebab itu, seluruhnya dicatat dengan dana akun
kebajikan dan dibuat buku besar pembantu atas dana kebajikan berdasarkan jenis dana kebajikan
yang diterima atau yang dikeluarkan. Jadi pencatatannya sebagai berikut:
1. Untuk penerimaan dana yang berasal dari denda dan pendapatan nonhalal, jurnal:
Dana kebajikan-kas xxx
Utang xxx
Kas xxx
“Menunda pembayaran bagi orang yang mampu adalah kezaliman, dan jika salah seorang kamu
dialihkan (dihiwalahkan) kepada orang yang kaya yang mampu, maka turutlah (menerima
pengalihan tersebut).” (HR. Bukhari Muslim)
12
Rukun dan ketentuan syariah dalam hiwalah adalah sebagai berikut; Rukun hiwalah ada tiga, yaitu:
(1) Pelaku yang terdiri atas pihak yang berutang atau berpiutang atau muhil, pihak yang berpiutang
atau berutang atau muhal, pihak pengambil alih utang atau piutang atau muhal’alaih. (2) Objek
akad adalah adanya utang dan piutang. Selain itu yang (3) ijab Kabul/serah terima. Sementara itu
ketentuan syariah, yaitu:
1. Pelaku; sudah balig dan berakal sehat, berhak penuh untuk melakukan tindakan hokum dalam
urusan hartanya dan rela dengan pengalihan utang piutang tersebut, dan di ketahui identitasnya.
2. Objek penjamin (makful bihi); bisa dilaksanakan oleh pihak yang mengambil alih utang atau
piutang, harus merupakan utang atau piutang mengikatyang tak mungkin hapus kecuali setelah
dibayar atau dibebaskan.harus jelas nilai, jumlah dan spesifikasinya, tidak bertentangan dengan
syariat islam.
3. Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi
modern.
Pelakuan akuntansi hiwalah (ED PSK 110) adalah sebagai berikut:
1. Jika utang yang dialihkan harus dilunasi dalam jangka pendek maka ujrah (fee) yang dibayarkan
diakui pada saat terjadinya, jurnal:
Beban hawalah xxx
Kas xxx
1. Jika utang yang dialihkan dilunasi dalam jangka pangka panjang maka ujrah (fee) yang dibayar
diakui sebagai beban tangguhan, jurnal:
Beban tangguhan hawalah xxx
Kas xxx
1. Beban diakui melalui amortisasi beban tangguhan secara garis lurus, jurnal:
Beban hawalah xxx
13
Beban tangguhan hawalah xxx
1. Biaya transaksi hawalah seperti biaya legal dan biaya administrasi diakui sebagai beban pada saat
terjadinya, jurnal:
Beban hawalah xxx
Kas xxx
Kas xxx
Kas xxx
1. Jika piutang dari muhil akan dilunasi dalam jangka pendek, jurnal:
Kas xxx
1. Jika piutang dari muhil akan dilunasi dalam jangka panjang, ketika muhal’alaih
menerima feel ujrah sekaligus, jurnal:
Kas xxx
1. Pendapatan diakui melalui amortisasi pendapatan diterima dimuka secara proporsional denagn
jumlah piutang yang tertagih, jurnal:
Pendapatan diterima dimuka xxx
14
1. Ketika menerima pelunasan piutang, jurnal:
Kas xxx
Piutang-C xxx
Kas xxx
1. Pada saat menerima uang untuk biaya pemeliharaan dan penyimpanan, jurnal:
Kas xxx
15
Pendapatan xxx
1. Pada saat mengekluarkan biaya untuk biaya pemaliharaan dan penyimpanan, jurnal:
Beban xxx
Kas xxx
1. Pada saat pelunasan uang pinjaman, barang gadai dikembalikan dengan membuat tanda serah
terima barang, jurnal:
Kas xxx
Piutang xxx
1. Jika pada saat jatuh tempo, utang tidak dapat dilunasi dan kemudian gadai dijual oleh pihak yang
menggadaikan, jurnal:
Kas xxx
Piutang xxx
Utang xxx
Kas xxx
Kas xxx
16
1. Jika pada saat jatuh tempo, uang tidak dapat dilunasi sehingga barang gadai dijual pada saat
penjualan barang gadai, jurnal:
Kas xxx
Kerugian xxx
Keuntungan xxx
Asset xxx
1. Pelunasan utang atas barang yang dijual pihak yang menggadai, jurnal:
Utang xxx
Kas xxx
17
Beban ju’alah xxx
Syariah Card adalah kartu yang berfungsi seperti kartu kredit hubungan hokum (berdasarkan
sistem yang sudah ada ) antara para pihak berdasarkan prinsip syariah. Kedua jenis kartu tersebut
merupakan pola pembiayaan seperti halnya kartu kredit dan kartu debit di bank konvensional.
Hanya saja charge dan syariah card tidak mengenakan bunga, tetapi mengenakan fee atas
kenaggotaan dan transaksi yang dilakukan.
1. Sumber Hukum
1) Al-Qur’an
2) Hadist
1. Perlakuan Akuntansi
Transaksi ini merupakan implementasi dari gabungan akad, maka rukun dan ketentuan syariahnya
akan merujuk pada perlakuan akuntansi dan akad khafalah, ijarah dan qard hasan.
1. Akad Sharf
Sharf menurut bahasa adalah penambahan, penukarn, pengindraan, atau transaksi jual-beli. Sharf
adalah transaksi jual beli valuta dengan valuta lainnya. Transaksi jual beli atau pertukaran mata
uangan dapat dilakukan baik dengan mata uang yang sejenis maupun yang tidak sejenis.
“Juallah emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, syair dengan syair,
kurma dengan kurma, dan garam dengan garam (dengan syarat harus) sama dan sejenis secara
tunai. Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan dengan tunai.” (HR. Muslim)
“Rasulullah SAW melarang menjual perak dengan emas secara piutang (tidak tunai).” (HR.
Muslim)
2) Transaksi “foward” yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas yang nilainya ditetapkan
pada saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang akan datang.
19
3) Transaksi “swap” yaitu suatu kontrak pembelian atau penjualan valas yang sama dengan
harga foward, hukumnya haram karena ada unsur spekulasi/judi/maisir.
4) Transaksi “option” yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka membeli (call
option) atau hak untuk menjual (put option) yang tidak harus dilakukan atas sejumlah unit valas
pada harga dan jangka waktu atau tanggal tertentu, hukumnya haram karena ada unsur
spekulasi/judi/maisir.
b) Objek akad :
Nilai tukar atau kurs mata uang yang telah diketahui oleh kedu belah pihak.
Valuta yang diperjualbelikan telah dikuasai, baik oleh pembeli maupun penjual sebelum keduanya
berpisah.
Apabila mata uang atau valuta yang diperjualbelikan itu dari jenis yang sama, maka jual beli mata
uang itu harus dilakukan dalam kuantitas yang sama, sekalipun model dari mata uang yang
berbeda.
Dalam akad sharf tidak boleh ada hak khiyar syarat bagi pembeli.
Dalam akad sharf tidak boleh terdapat tenggang waktu antara penyerahan mata uang yang saling
dipertukarkan, karena sharf dikatakan sah apabila penguasaan objek akad dilakukan secara tunai
atau dalam kurun waktu 2×24 jam (harus dilakukan seketika itu juga dan tidak boleh diutang) dan
perbuatan saling menyerahkan itu harus telah berlangsung sebelum kedua belah pihak yang
melakukan jual beli valuta itu berpisah.
3) Ijab qobul yaitu penyertaan dan ekspresi saling ridha atau rela diantara pihak-pihak pelaku
akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara
komunikasi modern.
20
1. Pelakuan akuntansi akad Sharf
1) Jurnal saat membeli valuta asing :
Kerugian* xxx
Keuntungan** xxx
Keterangan : * jika harga beli valas lebih besar dari harga jual
Untuk tujuan laporan keuangan akhir periode, aset moneter (piutang dan utang) dalam
suatu valuta asing akan dijabarkan dalam satuan rupiah dengan menggunakan nilai kurs tengah
Bank Indonesia pada tanggal laporan keuangan. Jurnal penyesuaiannya adalah sebagai berikut :
Jika nilai kurs BI lebih kecil dari nilai kurs tanggal transaksi, jurnal pencatatannya :
Kerugian xxx
Keuntungan xxx
Jika nilai kurs BI lebih kecil dari nilai kurs tanggal transaksi, jurnal pencatatannya :
Piutang (valas) xxx
21
Keuntungan xxx
Kerugian xxx
22
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pasar modal syariah sebagai lembaga intermediasi yang berprinsip pada nilai-nilai Islam memiliki
posisi strategis dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karenanya, perlu
keterlibatan banyak pihak agar perkembangannya lebih pesat mengikuti perkembangan lembaga
keuangan syariah lainnya, seperti perbankan syariah dan asuransi syariah.
Sedangkan asuransi syariah atau yang lebih dikenal dengan at-ta’min, takaful, atau tadhamun
adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang/pihak melalui
investasi dalam bentuk asset dan tabarru’ memberikan pola pengembalian untuk menghadapi
resiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah.
Al-Quran dan hadis merupakan sumber utama hokum Islam, namun dalam menerapkan prinsip-
prinsip maupun praktik dan operasional asuransi syariah, parameter yang senantiasa menjadi
rujukan adalah syariah Islam.
23
DAFTAR PUSTAKA
Sri Nurhayati & Wasilah. 2014. Akuntansi Syariah di Indonesia. (Edisi ke-6). Jakarta : Salemba
Empat.
24