Anda di halaman 1dari 24

PELAPORAN KEUANGAN SYARIAH

Akad-Akad Syariah

1
2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................... 1

Daftar Isi ............................................................................................................................. 2

BAB 1 PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 3


Rumusan Masalah ................................................................................................... 3
Tujuan ..................................................................................................................... 3
BAB 2 PEMBAHASAN

Praktik Pasar Modal Syariah di Indonesia .............................................................. 4


Sumber Hukum Syariah Tentang Pasar Modal ....................................................... 5
Kriteria Efek Syariah .............................................................................................. 6
Jenis-jenis Efek Syariah .......................................................................................... 8
Saham Syariah ........................................................................................................ 11
Reksa Dana Syariah ................................................................................................ 13
Obligasi Syariah ..................................................................................................... 18
Surat Berharga Syariah Negara (SUKUK) ............................................................. 19
Perlakuan Akuntansi SUKUK ................................................................................ 24
Sumber Hukum Asuransi Syariah ........................................................................... 26
Perlakuan Akuntansi Transaksi Asuransi ............................................................... 29

BAB 3 PENUTUP

Kesimpulan ............................................................................................................. 31

Daftar Pustaka .................................................................................................................. 32

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu Islam sudah sangat lama berkembang, namun karena runtuhnya kekuasaan Islam pada
masa lampau, telah juga menghilangkan praktik – praktik tentang ekonomi Islam yang baik dan
benar di dalam masyarakat. Sehingga yang berkembang yakni paham – paham yang berasal dari
bangsa Barat yang bersifat liberalis dan materialistis. Ilmu ekonomi Islam muncul kembali pada
abad ke-20 dengan munculnya bank bagi hasil. Praktik ekonomi Islam resmi disahkan pada
Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang berlangsung di Jedah 1976.

Berbagai krisis ekonomi yang telah melanda dunia saat ini, para ahli berupaya mencari
alternatif pemecahan masalah menggunakan ilmu ekonomi Islam. Ilmu Islam pada dasarnya
bersifat adil dan tidak memihak sebelah pihak, dan oleh sebab itu kebanyakan orang – orang
ataupun lembaga – lembaga yang memakai ilmu ekonomi Islam tidak merasa dirugikan. Untuk itu
sebaiknya dalam menjalankan suatu lembaga keuangan lebih baik kita menggunakan ilmu
ekonomi Islam. Makalah ini berisi tentang definisi dari akad yang ada di dalam ilmu keuangan
syariah, dan juga apa saja jenis – jenis dari akad itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian akad?
2. Apa saja jenis-jenis akad?

C. Tujuan Masalah
1. Memenuhi nilai tugas mata kuliah Pelaporan Keuangan Syariah
2. Menjelaskan mengenai Akad-Akad Syariah
3. Menambah wawasan mengenai Akad-Akad Syariah

4
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Akad
Akad dalam bahasa arab ‘al-aqd, jamaknya al-‘ukud, berarti ikatan atau mengikat. Menurut
terminologi hukum Islam akad adalah pertalian antara penyerahan (ijab) dan penerimaan (qobul)
yang dibenarkan oleh syariah yang menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya.

Jenis – Jenis Akad


Berikut merupakan jenis-jenis akad :

1. Akad Wadiah
Wadiah merupakan simpanan (deposit) barang atau dana kepada pihak yang bukan pemiliknya,
untuk tujuan keamanan. Wadiah adalah akad penitipan dari pihak yang mempunyai uang/barang
kepada pihak yang menerima titipan dengan catatan kapanpun titipan diambil pihak penerima
titipan wajib menyerahkan kembali uang/barang titipan tersebut dan yang menjadi penjamin
pengembali barang titipan. Sumber hukum dari akad wadiah terdapat pada Al-Qur’an (Qs 4:58)
yang artinya “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amat kepada yang berhak
menerimanya dan As-Sunnah yang berbunyi “Tunaikan amanat itu kepada orang yang member
amanat kepadamu dan jangan kamu mengkhianati orang yang mengkhianatimu”(HR. Abu Dawud
dan Al Tirmidzi).

Terdapat dua jenis akad wadiah yang diantaranya :

a) Wadiah amanah, yaitu wadiah di mana uang/barang yang dititipkan hanya boleh disimpan
dan tidak boleh didayagunakan. Contohnya: Titipan barang di pusat perbelanjaan.
b) Wadiah yadh dhamanah, yaitu wadiah di mana si penerima titipan dapat
memanfaatkanbarang titipan tersebut dengan seizing pemiliknya dan meminjam untuk
mengembalikan titipan tersebut secara utuh setiap saat, saat pemilik menghendakinya.
Contohnya: Tabungan

Selain itu terdapat rukun dan ketentuan Syariah:

Rukun wadiah ada tiga diantaranya pelaku terdiri dari: pemilik barang/pihak yang menitip
(muwaddi’) dan pihak yang menyimpang (mustawda’), objek wadiah berupa barang yang
dititipkan (wadian), dan ijab Kabul/serah terima. Sedangkan ketentuan syariah yaitu: pelaku harus
cakap hukum, balig serta mampu memelihara barang titipan; objek wadiah, benda yang dititipkan

5
tersebut jelas dan diketahui spesifikasinya oleh pemilik dan penyimpan; ijab kabul/serah terima,
adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan
secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.

Pencatatan akuntansi wadiah bagi pihak pemilik barang dan bagi pihak penyimpan barang adalah
sebagai berikut :

Bagi pihak pemilik barang


1) Pada saat menyerahkan barang dan membayar biaya penitipan, jurnal :

Beban Wadiah xxx

Kas xxx

2) Jika biaya penitipan belum dibayar, jurnal :

Beban Wadiah xxx

Utang xxx

3) Pada saat mengambil barang dan membayar kekurangan biaya penitipan, jurnal :

Utang xxx

Kas xxx

 Bagi pihak penyimpan barang

1) Pada saat menerima barang dan penerimaan pendapatan penitipan, jurnal :

Kas xxx

Pendapatan Wadiah xxx

2) Jika biaya penitipan belum dibayar, jurnal :

6
Piutang xxx

Pendapatan Wadiah xxx

3) Pada saat menyerahakan barang dan menerima pembayaran kekuranag pendapatan penitipan,
jurnal :
Kas xxx

Piutang xxx

2. Akad Al-Wakalah (Agen/Wakil)


Al Wakalah atau Al Wikalah atau Tahwidh artinya penyerahan, pendelegasian, pemberian
mandate (Sabiq, 2008). Akad Wakalah adalah akad pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak kepada
pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan. Sumber hukum dari akad Al wakalah terdapat
pada Al-Qur’an (Qs 18:19) dan As-Sunah. Rukun dan ketentuan Syariah dalam akad ini adalah
sebagai berikut :

Rukun wakalah ada tiga, yaitu; pelaku yang terdiri dari pihak pemberi kuasa/muwakil dan pihak
yang diberi kuasa/wakil, objek akad berupa barang atau jasa, ijab Kabul/serah terima. Sedangkan
ketentuan syariah, yaitu:

A. Pelaku
 Pihak pemberi kuasa/pihak yang meminta diwakilkan adalah pemilik sah yang dapat
bertindak terhadap sesuatu yang diwakilkan; orang mukalaf atau anak mumayyi dalam
batas-batas tertentu, yakni dalam hal yang bermanfaat baginya seperti mewakilkan untuk
menerima hibah, menerima sedekah dan sebagainya.
 Pihak penerima kuasa: harus cakap hukum, dapat mengerjakan tugas yang diwakilkan
kepadanya.

B. Objek yang dikuasakan/diwakilkan


 Diketahui dengan jelas oleh orang yang mewakilkan
 Tidak bertentangan dengan syariah islam
 Dapat diwakilkan menurut syriah islam
 Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai
 Kontrak dapat dilaksanakan

7
C. Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad
yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara
komunikasi modern.

Sementara itu akad wakalah dapat berakhir dikarenakan hal-hal sebagai berikut:

1) Salah seorang pelaku meninggal dunia atau hilang akal,


2) Pekerjaanyang diwakilkan sudah selesai
3) Pemutusan oleh orang yang mewakilkan
4) Wakil mengundurkan diri
5) Orang yang mewakilkan sudah tidak memiliki status kepemilikan atas sesuatu yang diwakilkan
6) Pencatatan akuntansi wadiah bagi pihak pemilik barang dan bagi pihak penyimpan barang
adalah sebagai berikut :

 Bagi pihak yang mewakilkan/wakil


1) Pada saat menerima imbalan tunai, jurnal :

Kas xxx

Pendapatan wakalah xxx

2) Pada saat membayar beban, jurnal :

Beban wakalah xxx

Kas xxx

3) Pada saat diterima pendapatan untuk jangka waktu dua tahun di muka, jurnal :

Kas xxx

Pendapatan wakalah diterima di muka xxx

4) Pada saat mengakui pendapatan wakalah diterima di muka, jurnal :

Pendapatan wakalah diterima di muka xxx

Pendapatan wakalah xxx

8
 Bagi pihak yang meminta diwakilkan
Pada saat membayar ujr/komisi, jurnal :

Beban wakalah xxx

Kas xxx

3. Akad Al-Kafalah (Jaminan)


Akad kafalah adalah suatu perjanjian pemberian jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafi’il)
kepada pihak ketiga (makful lahu) untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau pihak yang
ditanggung (makful anhul/ashil). Sumber hukum akad Al-Kafalah terdapat dalam Al-Qur’an dan
As-Sunah. Rukun dan ketentuan syariah dalam alkad Al-Kafalah yaitu:

Rukun kafalah ada tiga, yaitu; pelaku yang terdiri atas pihak peminjam, pihak yang beruntung, dan
pihak yang berutang; objek akad berupa tanggungan pihak yang berutang baik berupa barang, jasa
maupun pekerjaan; ijab Kabul/serah terima. Sedangkan ketentuan syariah, yaitu :

A. Pelaku
 Pihak penjamin (kafiil): baligh dan berakal sehat, berhak penuhuntuk melakukan tindakan
hukum dalam urusan hartanya dan rela dengan tanggungan kafalah tersebut.
 Pihak orang yang berhutang (Ashiil, Makful’anhu): sanggup menyerahkan tanggungannya
(utang) kepada peminjaman, dikenal oleh penjamin.
 Pihak orang yang berpiutang (mahful lahu): diketahui identitasnya, dapat hadir pada waktu
akad atau memberikan kuasa, berakal sehat.

B. Objek penjaminan (mahful bihi)


 Merupakan pihak atau orang yang berutang, baik berupa uang, benda maupun pekerjaan.
 Bisa dilaksanakna oleh penjamin.
 Harus merupakan utang mengikat , yang tidak mungkin hapus kecuali setelah dibayar atau
dibebaskan
 Harus jelas nilai, jumlah, dan spesifikasinya
 Tidak bertentangan dengan syariah

C. Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad
yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara
komunikasi modern.

9
Sementara itu berakhirnya akad kafah karena benerapa hal berikut:

1) Ketika utang telah diselesaikan, baik oleh orang yang berutang atau oleh penjamin, atau jika
kreditor menghadiahkan atau membebaskan utangnya kepada orang yang berutang.
2) Kreditor melepaskan utangnya kepada orang yang berutang, tidak pada penjamin. Mka
penjamin juga bebas untuk tidak menjamin utnag tersebut. Namun jika kreditor melepaskan
jaminan dari penjamin, bukan berarti orang yang berutang telah terlepas dari utang tersebut.
3) Ketika utang tersebut telah dialihkan (hawalah)
4) Ketika penjamin menyelesaikan ke pihak lain melalui arbitrase dengan kreditor
5) Kreditor dapat mengakhiri kontrak kafalah walaupun penjamin tidak menyetujuinya.
6) Pencatatan akuntansi wadiah bagi pihak pemilik barang dan bagi pihak penyimpan barang
adalah sebagai berikut :

 Bagi pihak penjamin


1) Pada saat menerima imbalan tunai, jurnal :
Kas xxx

Pendapatan kafalah xxx

2) Pada saat membayar beban, jurnal :

Beban kafalah xxx

Kas xxx

 Bagi pihak yang meminta jaminan


Pada saat membayar beban, jurnal:

Beban kafalah xxx

Kas xxx

4. Qardhul Hasan
Qardhul hasan adalah pinjaman tanpa dikenai biaya (hanya wajib membayar sebesar pokok
utangnya). Pinjaman qardh bertujuan diberikan pada orang yang membutuhkan atau tidak
memiliki kemampuan finansial, untuk tujuan social atau kemanusiaan. Sumber hukumnya terdapat
pada Al-Qur’an (Qs 2:280) dan As-Sunah. Rukun dan ketentuan syariah dalam qardhul hasan
sebagai berikut. Rukun qardhul hasan ada tiga diantaranya: pelaku yang terdiri dari pemberi dan

10
penerima pinjaman; objek akad, berupa uang yang dipinjamkan; ijab Kabul/serah terima.
Sedangkan ketentuan syariahnya yaitu:

1. Pelaku harus cakap hokum dan balig


2. Objek akad
1) Jelas nilai pinjamannya dan waktu pelunasannya

2) Peminjam diwajibkan membayar pokok pinjaman pada waktu yang telah disepakati.

3) Apabila peminjam mengalami kesulitan keuangan, maka watu peminjaman dapat


diperpanjang atau menghapuskan sebagian atau seluruh kewajibannya.

1. Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi
modern.
Pelaporan qardhul hasan disajikan tersendiri dalam laporan sumber dan penggunaan dana qardhul
hasan tersebut bukan aset perusahaan. Oleh sebab itu, seluruhnya dicatat dengan dana akun
kebajikan dan dibuat buku besar pembantu atas dana kebajikan berdasarkan jenis dana kebajikan
yang diterima atau yang dikeluarkan. Jadi pencatatannya sebagai berikut:

 Ø Bagi pemberi pinjaman


1. Saat menerima pinjaman dari pihak eksternal, jurnal:
Dana kebajikan-kas xxx

Dana kebajikan-infak/sedekah xxx

1. Untuk penerimaan dana yang berasal dari denda dan pendapatan nonhalal, jurnal:
Dana kebajikan-kas xxx

Dana kebajikan-denda/pendapatan nonhalal xxx

1. Untuk pengeluaran dalam rangka pengalokasian dana qardhul hasan, jurnal:


Dana kebajikan-dana kebajikan produktif xxx

Dana kebijakan-kas xxx

1. Untuk penerimaan saat pengembalian dari pinjaman qardhul hasan, jurnal:


Dana kebajikan-kas xxx
11
Dana kebajikan-dana kebajikan produktif xxx

 Ø Bagi pihak yang meminjam


1. Saat menerima uang pinjaman, jurnal:
Kas xxx

Utang xxx

1. Saat pelunasan, jurnal:


Utang xxx

Kas xxx

1. Akad Al-Hiwalah/Hawalah (Pengalihan)


Hawalah secara harfiah artinya pengalihan, pemindahan, perubahan warna kulit atau memikul
sesuatu diatas pundak. Objek yang dialihkan dapat berupa utang atau piutang. Pada dasarnya
adalah akad tabaruu’ yang bertujuan untuk saling menolong untuk mengharap ridho Allah.
Terdapat beberapa jenis akad hiwalah diantaranya dapat ditinjau dari:

 Segi objek akad, hiwalah dibagi menjadi dua:


1. Apabila yang dipindahkan itu merupakan hak menagih piutang, maka pemindahan itu disebut
hiwalah al haqq (pemindahan hak)/anjak piutang.
2. Apabila yang dipindahkan itu kewajiban untuk membayar utang, maka pemindahan itu disebut
hiwalah ad-dain (pemindahan utang).
 Sisi persyaratan, hiwalah terbagi menjadi dua:
1. Hawalah al-muqayyadah (pemindahan bersyarat)hawalah di mana muhil adalah pihak yang
berutang sekaligus berpiutang kepada muhal’alaih.
2. Hawalah al-muthlaqah (pemindahan mutlak) hawalah di mana muhil adalah pihak yang berutang,
tetapi tidak berpiutang kepada muhal’alaih.
Dasar hokum hiwalah adalah hadis Nabi Muhammad SAW sebagai berikut:

“Menunda pembayaran bagi orang yang mampu adalah kezaliman, dan jika salah seorang kamu
dialihkan (dihiwalahkan) kepada orang yang kaya yang mampu, maka turutlah (menerima
pengalihan tersebut).” (HR. Bukhari Muslim)

12
Rukun dan ketentuan syariah dalam hiwalah adalah sebagai berikut; Rukun hiwalah ada tiga, yaitu:
(1) Pelaku yang terdiri atas pihak yang berutang atau berpiutang atau muhil, pihak yang berpiutang
atau berutang atau muhal, pihak pengambil alih utang atau piutang atau muhal’alaih. (2) Objek
akad adalah adanya utang dan piutang. Selain itu yang (3) ijab Kabul/serah terima. Sementara itu
ketentuan syariah, yaitu:

1. Pelaku; sudah balig dan berakal sehat, berhak penuh untuk melakukan tindakan hokum dalam
urusan hartanya dan rela dengan pengalihan utang piutang tersebut, dan di ketahui identitasnya.
2. Objek penjamin (makful bihi); bisa dilaksanakan oleh pihak yang mengambil alih utang atau
piutang, harus merupakan utang atau piutang mengikatyang tak mungkin hapus kecuali setelah
dibayar atau dibebaskan.harus jelas nilai, jumlah dan spesifikasinya, tidak bertentangan dengan
syariat islam.
3. Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi
modern.
Pelakuan akuntansi hiwalah (ED PSK 110) adalah sebagai berikut:

 Akuntansi pihak yang mengalihkan utang/muhil


1. Ketika pengambilalihan utang di man muhal’alaih membayar utang muhil pada muhal, jurnal:
Utang-A (muhal) xxx

Utang-B (muhal’alaih) xxx

1. Jika utang yang dialihkan harus dilunasi dalam jangka pendek maka ujrah (fee) yang dibayarkan
diakui pada saat terjadinya, jurnal:
Beban hawalah xxx

Kas xxx

1. Jika utang yang dialihkan dilunasi dalam jangka pangka panjang maka ujrah (fee) yang dibayar
diakui sebagai beban tangguhan, jurnal:
Beban tangguhan hawalah xxx

Kas xxx

1. Beban diakui melalui amortisasi beban tangguhan secara garis lurus, jurnal:
Beban hawalah xxx

13
Beban tangguhan hawalah xxx

1. Biaya transaksi hawalah seperti biaya legal dan biaya administrasi diakui sebagai beban pada saat
terjadinya, jurnal:
Beban hawalah xxx

Kas xxx

1. Pelunasan utang oleh muhil pada muhal’alaih, jurnal:


Utang-B (muhal’alaih) xxx

Kas xxx

 Akuntansi pihak yang menerima pengalihan utang/muhal’alaih


1. Pada saat pembayaran kepada pihak muhal sebesar jumlah utang yang diambil alih, jurnal:
Piutang-C (muhil) xxx

Kas xxx

1. Jika piutang dari muhil akan dilunasi dalam jangka pendek, jurnal:
Kas xxx

Pendapatan hawalah xxx

1. Jika piutang dari muhil akan dilunasi dalam jangka panjang, ketika muhal’alaih
menerima feel ujrah sekaligus, jurnal:
Kas xxx

Pendapatan diterima dimuka xxx

1. Pendapatan diakui melalui amortisasi pendapatan diterima dimuka secara proporsional denagn
jumlah piutang yang tertagih, jurnal:
Pendapatan diterima dimuka xxx

Pendapatan hawalah xxx

14
1. Ketika menerima pelunasan piutang, jurnal:
Kas xxx

Piutang-C xxx

1. Akad Al-Rahn (Pinjaman dengan Jminan)


Rahn secara harfiah adalah tetap, kekal, dan jaminan. Secara istilah rahn adalah apa yang disebut
dengan barang jaminan, agunan, cagar, atau tanggungan. Rahn yaitu menahan barang sebagai
jaminanatas utang. Akad rahn bertujuan agar pemberi pinjaman lebih mempercayai pihak yang
berutang. Sumber hokum akad rah terdapat pada Al-Qur’an (Qs 2:283) dan As-Sunah. Rukun al-
rahn ada empat diantaranya sebagai berikut; (1) pelaku terdiria atas pihak yang menggadaikan
(rahin) dan pihak yang menerima gadai (murtahin), (2) objek akad berupa barang yang digadaikan
(marhun) dan utang (marhun bih), (3) ijab Kabul/serah terima. Sementara itu ketentuan syariah,
yaitu:

1. Pelaku, haruscakap hokum dan baliq


2. Objek yang digadaikan (marhun) terdiri dari (a) barang gadai; dapat dijual dan nialinya seimbang,
harus bernilai dan dapat dimanfaatkan, harus jelas dan dapat ditentukan secara spesifik, tidak
terkait dengan orang lain (dalam hal kepemilikan). (b) utang, nilai utang harus jelas demikian juga
tanggal jatuh temponya.
3. Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi
modern.
Perlakuan akuntansi rahn adlah sebagai berikut:

 Bagi pihak yang menerima gadai


Pada saat menerima barang gadai tidak dijurnal tetapi mebuat tanda terima atas barang

1. Pada saat menyerahakn uang pinjaman, jurnal:


Piutang xxx

Kas xxx

1. Pada saat menerima uang untuk biaya pemeliharaan dan penyimpanan, jurnal:
Kas xxx

15
Pendapatan xxx

1. Pada saat mengekluarkan biaya untuk biaya pemaliharaan dan penyimpanan, jurnal:
Beban xxx

Kas xxx

1. Pada saat pelunasan uang pinjaman, barang gadai dikembalikan dengan membuat tanda serah
terima barang, jurnal:
Kas xxx

Piutang xxx

1. Jika pada saat jatuh tempo, utang tidak dapat dilunasi dan kemudian gadai dijual oleh pihak yang
menggadaikan, jurnal:
Kas xxx

Piutang xxx

 Bagi pihak yang menggadaikan


Pada saat menyerahkan asset tidak dijurnal, tetapi menerima tanda terima atas penyerahan asset
serta membuat penjelasan atas catatan akuntansi atas barang yang digadaikan.

1. Pada saat menerima uang pinjaman, jurnal:


Kas xxx

Utang xxx

1. Bayar uang untuk biaya pemeliharaan dan penyimpanan, jurnal:


Beban xxx

Kas xxx

1. Ketika dilakukan pelunasan atas hutang, jurnal:


Utang xxx

Kas xxx

16
1. Jika pada saat jatuh tempo, uang tidak dapat dilunasi sehingga barang gadai dijual pada saat
penjualan barang gadai, jurnal:
Kas xxx

Akumulasi penyusutan (bila asset tetap) xxx

Kerugian xxx

Keuntungan xxx

Asset xxx

1. Pelunasan utang atas barang yang dijual pihak yang menggadai, jurnal:
Utang xxx

Kas xxx

1. Akad Jualah (Hadiah)


Ju’alah berasal dari kata ja’ala yang memiliki banyak arti yaitu jumlah imbalan, meletakkan,
membuat, menasabkan. Menurut fiqih diartikan sebagai suatu tanggung jawab dalam bentuk janji
memberikan hadiah tertentu secara sukarela terhadap orang yang berhasil melakukan perbuatan
atau memberikan jasa yang belum pasti dapat dilaksanakan atau sesuai dengan yang diharapkan.
Sumber hukum akad ini adalah Al-Qur’an (Qs 12:71) dan As-Sunah. Rukun yang terdapat pada
akad ini ada empat, yaitu: pihak yang membuat sayembara/penugasan (al aqid/al ja’il); objek akad
berupa pekerjaan yang harus dilakukan (al maj’ul), hadiah yang akan diberikan (al’jil); ada sighat
dari pihak yang menjanjikan (ijab). Sementara itu ketentuan syariah, yaitu: (a) pihak yang
membuat sayembara; cakap hukum dan balig, (b) objek yang harus dikerjakan; harus mengandung
manfaat yang jelas dan boleh dimanfaatkan sesuai syariah, (c)hadiah yang dinerikan harus sesuatu
yang bernilai (harta) dan jumlah harus jelas. (d) sah denagn ijab saja tanpa ada Kabul.

Pelakuan akuntansi untuk akad ju’alah adalah sebagai berikut:

 Bagi pihak yang membuat sayembara/membuat janji


Saat membuat janji tidak diperlukan pencatatan apa pun karena belum pasti atas sayembara
tersebut. Saat sayembara terpenuhi, jurnal:

17
Beban ju’alah xxx

Kas/asset nonkas lain xxx

 Bagi pihak yang menerima janji


Saat mendengar janji tidak diperlukan pencatatan apa pun karena belum pasti hasil atas sayembara
tersebut. Setelah sayembara tersebut terpenuhi, jurnal:

Kas/asset nonkas lain xxx

Pendapatan ju’alah xxx

1. 8. Charge Card dan Syariah Card (Kartu Kredit Syariah)


Charge Card dan Syariah Card merupakan salah satu produk dari perbankan syariah, sedangkan
yang digunakan adalah kombinasi dari akad-akad yang telah dijelaskan sebelumnya. Charge
Card adalah fasilitas kartu talangan yang dipergunakan oleh pemegang kartu (hamil al-bithaqah)
sebagai alat bayar atau pengambilan uang tunai pada tempat-tempat tertentu yang harus dibayar
lunas kepada pihak yang member tanlangan pada waktu aynga telah ditetapkan. (fatwa DSN MUI
No. 42/DSN MUI/V/2004)

Syariah Card adalah kartu yang berfungsi seperti kartu kredit hubungan hokum (berdasarkan
sistem yang sudah ada ) antara para pihak berdasarkan prinsip syariah. Kedua jenis kartu tersebut
merupakan pola pembiayaan seperti halnya kartu kredit dan kartu debit di bank konvensional.
Hanya saja charge dan syariah card tidak mengenakan bunga, tetapi mengenakan fee atas
kenaggotaan dan transaksi yang dilakukan.

1. Sumber Hukum
1) Al-Qur’an

“Dan janganlah kamu menhambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-


pemboros itu adalah saudara saudara syaitan dan syaitanitu sangatlah ingar kepada Tuhannya,”
(QS. Al-Isra’ (17) ; 26-27)

2) Hadist

1. Rukun dan Ketentuan Syariah


18
Transaksi ini merupakan implementasi dari gabungan akad, maka rukun dan ketentun syariahnya
akan merujuk pada rukun dan ketentuan syariah dari akad khafalah, ijarah, dan qard.

1. Perlakuan Akuntansi
Transaksi ini merupakan implementasi dari gabungan akad, maka rukun dan ketentuan syariahnya
akan merujuk pada perlakuan akuntansi dan akad khafalah, ijarah dan qard hasan.

1. Akad Sharf
Sharf menurut bahasa adalah penambahan, penukarn, pengindraan, atau transaksi jual-beli. Sharf
adalah transaksi jual beli valuta dengan valuta lainnya. Transaksi jual beli atau pertukaran mata
uangan dapat dilakukan baik dengan mata uang yang sejenis maupun yang tidak sejenis.

1. Sumber hukum akas Sharf


“Transaksi pertukaran emas dengan emas harus sama takaran, timbangan dan tangan ke tangan
(tunai), kelebihannya adalah riba, perak dengan perak harus sama takaran, timbanngan dan
tangan ke tangna (tunai), kelebihannya adalah riba, gandum dengan gandum harus sama takaran,
timbanngan dan tangan ke tangna (tunai), kelebihannya adalah riba, tepung dengan tepung harus
sama takaran, timbanngan dan tangan ke tangna (tunai), kelebihannya adalah riba, kurma dengan
kurma harus sama takaran, timbanngan dan tangan ke tangna (tunai), kelebihannya adalah riba,
garam dengan gram harus sama takaran, timbanngan dan tangan ke tangna (tunai), kelebihannya
adalah riba,” (HR. Muslim)

“Juallah emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, syair dengan syair,
kurma dengan kurma, dan garam dengan garam (dengan syarat harus) sama dan sejenis secara
tunai. Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan dengan tunai.” (HR. Muslim)

“Rasulullah SAW melarang menjual perak dengan emas secara piutang (tidak tunai).” (HR.
Muslim)

1. Jenis pertukaran transaksi valuta asing


1) Transaksi “spot” yaitu transaksi pembelin dan penjualan valas dan penyerahannya pada saat
itu atau penyelesaiannya maksimal dalam jangka waktu 2 hari, transaksi dibolehkan secara syariah
karena dianggap tunai.

2) Transaksi “foward” yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas yang nilainya ditetapkan
pada saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang akan datang.

19
3) Transaksi “swap” yaitu suatu kontrak pembelian atau penjualan valas yang sama dengan
harga foward, hukumnya haram karena ada unsur spekulasi/judi/maisir.

4) Transaksi “option” yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka membeli (call
option) atau hak untuk menjual (put option) yang tidak harus dilakukan atas sejumlah unit valas
pada harga dan jangka waktu atau tanggal tertentu, hukumnya haram karena ada unsur
spekulasi/judi/maisir.

1. Rukun dan ketentuan syariah


1) Rukun transaksi Shaf terdiri dari :

a) Pelaku terdiri atas pembeli dan penjual

b) Objek akad berupa mata uang

c) Ijab qobul (serah terima)

2) Ketentuan syariah, yaitu :

a) Pelaku harus cakap hukum dan baligh

b) Objek akad :

 Nilai tukar atau kurs mata uang yang telah diketahui oleh kedu belah pihak.
 Valuta yang diperjualbelikan telah dikuasai, baik oleh pembeli maupun penjual sebelum keduanya
berpisah.
 Apabila mata uang atau valuta yang diperjualbelikan itu dari jenis yang sama, maka jual beli mata
uang itu harus dilakukan dalam kuantitas yang sama, sekalipun model dari mata uang yang
berbeda.
 Dalam akad sharf tidak boleh ada hak khiyar syarat bagi pembeli.
 Dalam akad sharf tidak boleh terdapat tenggang waktu antara penyerahan mata uang yang saling
dipertukarkan, karena sharf dikatakan sah apabila penguasaan objek akad dilakukan secara tunai
atau dalam kurun waktu 2×24 jam (harus dilakukan seketika itu juga dan tidak boleh diutang) dan
perbuatan saling menyerahkan itu harus telah berlangsung sebelum kedua belah pihak yang
melakukan jual beli valuta itu berpisah.
3) Ijab qobul yaitu penyertaan dan ekspresi saling ridha atau rela diantara pihak-pihak pelaku
akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara
komunikasi modern.

20
1. Pelakuan akuntansi akad Sharf
1) Jurnal saat membeli valuta asing :

Kas (Dolar) xxx

Kas (Rp) xxx

2) Jurnal saat dijual :

Kas (Rp) xxx

Kerugian* xxx

Keuntungan** xxx

Kas (Dolar) xxx

Keterangan : * jika harga beli valas lebih besar dari harga jual

** jika harga beli valas lebih kecil dari harga jual

Untuk tujuan laporan keuangan akhir periode, aset moneter (piutang dan utang) dalam
suatu valuta asing akan dijabarkan dalam satuan rupiah dengan menggunakan nilai kurs tengah
Bank Indonesia pada tanggal laporan keuangan. Jurnal penyesuaiannya adalah sebagai berikut :

 Jika nilai kurs BI lebih kecil dari nilai kurs tanggal transaksi, jurnal pencatatannya :
Kerugian xxx

Piutang (valas) xxx

Utang (valas) xxx

Keuntungan xxx

 Jika nilai kurs BI lebih kecil dari nilai kurs tanggal transaksi, jurnal pencatatannya :
Piutang (valas) xxx

21
Keuntungan xxx

Kerugian xxx

Utang (valas) xxx

22
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pasar modal syariah sebagai lembaga intermediasi yang berprinsip pada nilai-nilai Islam memiliki
posisi strategis dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karenanya, perlu
keterlibatan banyak pihak agar perkembangannya lebih pesat mengikuti perkembangan lembaga
keuangan syariah lainnya, seperti perbankan syariah dan asuransi syariah.

Sedangkan asuransi syariah atau yang lebih dikenal dengan at-ta’min, takaful, atau tadhamun
adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang/pihak melalui
investasi dalam bentuk asset dan tabarru’ memberikan pola pengembalian untuk menghadapi
resiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah.

Al-Quran dan hadis merupakan sumber utama hokum Islam, namun dalam menerapkan prinsip-
prinsip maupun praktik dan operasional asuransi syariah, parameter yang senantiasa menjadi
rujukan adalah syariah Islam.

23
DAFTAR PUSTAKA

Sri Nurhayati & Wasilah. 2014. Akuntansi Syariah di Indonesia. (Edisi ke-6). Jakarta : Salemba
Empat.

24

Anda mungkin juga menyukai