Pengertian Campak Epm
Pengertian Campak Epm
Pencegahan campak :
Sumber : Cahyono, J.B Suharjo B. 2010. Vaksinasi, Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi.
Yogyakarta: Kanisius.
2. Pemberian Vitamin A Sesuai Dosis
Status imunisasi campak setiap individu akan berpengaruh terhadap perlindungan
kelompok dari serangan penyakit campak di wilayah tersebut. Dengan tersedianya vaksin
yang sangat poten maka imunisasi merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk
menanggulangi penyakit campak di masyarakat. Program imunisasi campak menganjurkan
pemberian vitamin A, karena infeksi campak juga dikaitkan dengan penurunan kadar vitamin
A, dan rendahnya kadar vitamin A dikaitkan dengan peningkatan mortalitas anak (Dian,
2012). Dari hasil penelitian terbukti vitamin A dapat menghambat replikasi virus vaksin
campak dengan peningkatan respons imun. Ternyata suplementasi vitamin A dosis tinggi
juga bermanfaat pada pasien campak.
Sumber : Dian Sari Nurani, Praba Ginanjar, LIntang Dian S. 2012. Gambaran Epidemiologi
Kasus Campak di Kota Cirebon Tahun 2004-2011 (Studi Kasus Data Epidemiologi Campak
di Dinas Kesehatan kota Cirebon). [Jurnal Kesehatan Masyarakat Volume 1, Nomor 2, tahun
2012]
https://media.neliti.com/media/publications/18799-ID-gambaran-epidemiologi-kasus-
campak-di-kota-cirebon-tahun-2004-2011-studi-kasus-d.pdf
https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/download/1025/955
Pengobatan campak :
1. Campak tanpa komplikasi
Perawatan penunjang
Kunjungan Ulang
Minta ibu untuk segera membawa anaknya kembali dalam waktu dua hari untuk melihat
apakah luka pada mulut dan sakit mata anak sembuh, atau apabila terdapat tanda bahaya.
Terapi Vitamin A: berikan vitamin A secara oral pada semua anak. Jika anak
menunjukkan gejala pada mata akibat kekurangan vitamin A atau dalam keadaan gizi
buruk, vitamin A diberikan 3 kali: hari 1, hari 2, dan 2-4 minggu setelah dosis kedua.
Berikan pengobatan sesuai dengan komplikasi yang terjad
Populasi berisiko
Populasi yang rentan terhadap penyakit campak adalah bayi berumur lebih dari 1 tahun, bayi
yang tidak mendapatkan imunisasi, serta remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan
imunisasi yang kedua. Menurut Achmadi (2006), anak yang mengalami penyakit ini akan
mengalami kekebalan seumur hidup. Sedangkan bayi yang ibunya menderita morbilli, akan
menerima kekebalan secara pasif, sampai umur empat hingga enam bulan. Setelah umur tersebut
kekebalan akan menurun sehingga anak dapat terkena penyakit campak. Bila ibu menderita
penyakit morbilli pada usia hamil muda, usia hamil 1-2 bulan, maka 50 persen akan mengalami
abortus. Bila ibu, menderita campak pada trimester pertama, kedua, dan ketiga, maka
kemungkinan akan mengalami cacat bawaan lahir, mati atau lahir dengan berat badan rendah.
Sumber : Eva Supriatin. 2015. Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Dengan
Ketepatan Waktu Pemberian Imunisasi Campak Di Pasir Kaliki Bandung. (Jurnal Ilmu
Keperawatan. Volume III, No. 1, April 2015)
https://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk/article/viewFile/147/111
Di Provinsi Gorontalo pada tahun 2013 terjadi KLB campak atau peningkatan jumlah
kasus baru campak 5 kali di suatu wilayah puskesmas dimana attack rate 45,9% dan CFR sebesar
2,4 % dengan jumlah kasus sebanyak 542 yang tersebar di 5 kabupaten/kota, dan jumlah
penderita Analisis Faktor Risiko KLB Campak Pada Balita di Kabupaten Gorontalo Irwan 1302
terbanyak berada di Kabupaten Gorontalo yakni sebesar 332 kasus. Distribusi kelompok
terbanyak pada kelompok umur balita.
Angka Serangan Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit campak di daerah Kabupaten
Gorontalo tersebar di 18 desa dan 8 wilayah puskesmas dengan jumlah penderita sebanyak 332
orang. Dimana penderita campak yang merupakan KLB tertinggi tersebar di wilayah Puskesmas
Tuladenggi yaitu sebanyak 155 penderita dan terbanyak pada kelompok umur balita yaitu 92
penderita.
Sumber : Irwan. 2017. Analisis Faktor Risiko Klb Campak Pada Balita Di Kabupaten Gorontalo.
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia (JKK1I) Volume 13 Nomor 1, Maret 2017
http://repository.ung.ac.id/karyailmiah/show/1470/irwan-
analisis-faktor-risiko-klb-campak-pada-balita-di-kabupaten-
gorontalo.html