Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PEMANTAUAN DOSIS RADIASI INTERNAL PENCACAH LANGSUNG (IN-VIVO)


MENGGUNAKAN ALAT PENCACAH WHOLE BODY COUNTER (WBC)

Dosen Pengampu : Nurhasanah, M.Si

DISUSUN

Kelompok 1 :

Alfiarani Medina (H1021161040)

Yera Carolina (H1021161024)

Program Studi : Fisika

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-
Nya dengan diberikan kesehatan oleh Tuhan, penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “PEMANTAUAN DOSIS RADIASI INTERNAL PENCACAH LANGSUNG (IN-
VIVO) MENGGUNAKAN ALAT PENCACAH WHOLE BODY COUNTER (WBC)” ini
tepat pada waktunya. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Nurhasannah,M.si selaku
dosen pengampu mata kuliah Proteksi Radiasi yang telah membantu kami dalam memberikan
pemahaman tentang Proteksi Raiasi secara ringkas. Pada dasarnya tujuan penulis membuat
makalah ini untuk memenuhi tugas terstruktur yang diberikan oleh dosen pengampu dan
supaya penulis bisa memahami materi “Pemantauan radiasi” sesuai dengan pembelajaran yang
telah diberikan.

Apabila dalam makalah ini belum sempurna, penulis membutuhkan perbaikan dari
pembaca untuk makalah selanjutnya supaya melengkapi kekurangan yang terdapat dalam
makalah ini. Kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangatpenulis perlukan untuk
kesempurnaan makalah ini. Atas kerja sama dari pembaca, penulis ucapkan terima kasih

Pontianak, 20 April 2019


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1
BAB II. PEMBAHASAN 2-5
BAB III. PENUTUP 6
DAFTAR PUSTAKA 7

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Petugas radiologi mempunyai risiko untuk terpapar radiasi. Pemantauan kesehatan dan
dosis para petugas radiologi wajib dilakukan untuk mengidentifikasi adanya gejala awal atau
tanda kerusakan awal akibat paparan radiasi dan untuk menjamin keselamatan dan kesehatan
petugas radiologi. Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 2007 Keselamatan Radiasi Pengion dan
Keamanan Sumber Radioaktif dan Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 2008 tentang Perizinan
Pemanfaatan Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir dan Peraturan Kepala BAPETEN No.
04 tahun 2013 tentang Proteksi dan Keselamatan Radiasi Dalam Pemanfaatan Tenaga Nuklir
serta sebagai sarana pembuktian bahwa pekerja radiasi menerima dosis radiasi dibawah Nilai
Batas Dosis (NBD) yang diperkenankan, juga agar efek deterministik (non stokastik) tidak
diterima oleh pekerja radiasi dan probabilitas efek stokastik ditekan serendah mungkin dengan
memperhatikan aspek sosial dan ekonomi.
Dosis radiasi serendah apapun dapat menimbulkan perubahan pada sistem biologi, baik
pada tingkat molekul maupun sel. Sel yang mengalami modifikasi mempunyai peluang untuk
loos dari sistem pertahanan tubuh yang berusaha untuk menghilangkan sel tersebut sehingga
perlu adanya dilakukan pemantuan radiasi baik secara internal maupun eksternal. Pemantauan
internal terhadap pekerja radiasi dapat dilakukan dengan cara pengukuran langsung aktivitas
radionuklida di dalam tubuh pekerja radiasi dengan teknik whole body counter (WBC). Whole
Body Counter (WBC) adalah suatu alat yang digunakan untuk pengukuran langsung pajanan
sinar gamma dari radionuklida dalam tubuh. Radiasi internal terjadi akibat masuknya unsur
radioaktif ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan/inhalasi, pencernaan, atau melalui
penyerapan kulit. Layanan pemantauan dosis radiasi internal dilakukan secara in-vivo dan in-
vitro.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka diperoleh rumusan masalah yaitu bagaimana
pemantauan radiasi dengan pengukuran cacah radiasi secara in-vivo tiap pekerja radiasi
menggunakan alat Whole Body Counter (WBC) ?
C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dosis radiasi secara in-vivo
yang diterima oleh tubuh pekerja akibat masuknya radionuklida (pemancar sinar gamma)
menggunakan alat pencacah langsung Whole Body Counter (WBC).

1
BAB II

PEMBAHASAN

Dalam pemantauan dosis radiasi internal in-vivo, dilakukan dengan metode langsung dengan
menggunakan alat cacah seluruh tubuh Whole Body Counter. Tujuan dilakukan pemantauan terhadap
pekerja radiasi dengan metode in-vivo ini untuk mengetahui dosis radiasi internal in-vivo yang diterima
pekerja akibat masuknya radionuklida (radionuklida pemancar γ) ke dalam tubuh dengan mengukur
pancaran radiasi γ dari radionuklida yang ada didalam tubuh. Berbeda dengan in-vitro dimana dalam
pengukuran dosis radiasinya melalui metode bioassay melalui sampel ekskresi tubuh (urin), proses
pengukuran dosis radiasi in-vivo berdasarkan radiasi yang terpancar dari dalam tubuh akibat terpapar
sinar radiasi sebelumnya. Whole Body Counter atau WBC digunakan untuk menganalisa besar radiasi
yang terpapar oleh tubuh, lebih tepatnya ialah suatu alat yang digunakan untuk pengukuran langsung
pancaran sinar-γ dari radionuklida dalam tubuh.

Whole Body Counter mengungkapkan jenis dan jumlah zat radioaktif yang terakumulasi dalam
tubuh dari sumber alami, dari man-mad fallout, atau dari pelacak isotop yang diberikan untuk tujuan
medis. WBC biasanya digunakan untuk menentukan total beban radioaktivitas di semua bagian tubuh
manusia. Posisi yang dapat diterapkan oleh pasien ialah duduk, berdiri, maupun berbaring. Ketika alat
mulai bekerja dan memindai, radiasi yang terpancar oleh tubuh adalah sinar radiasi yang berupa sinar γ
akan menumbuk detektor pemindai. Bahan yang paling umum digunakan sebagai detektor radiasi ialah
kristal natrium iodida. WBC yang menggunakan kristal natrium iodida, kemampuan dalam
membedakan antara sinar gamma dari energi yang sedikit berbeda terbilang tinggi, namun
sensitivitasnya realtif rendah. Setelah pasien sudah dipindai menggunakan alat WBC maka alat akan
meneruskan ke sistem komputasinya yang nantinya hasil dari proses pemrograman berupa grafik.

Sinar gamma yang terpancar dari dalam tubuh, diukur oleh baris-baris
detektor (kristal sodium iodida).

Secara natural, radiasi


gamma keluar dari tubuh
yang dihasilkan dari isotop
kalium (potasium)

Detektor dipasang pada bagian atas dan


bawah agar sinar gamma dapat ditangkap
di segala arah

Gambar 1. Posisi Detektor

2
Dalam setiap penggunaan alat harus selalu dikalibrasi agar dalam proses pengukuran, hasil yang
diterima akan lebih akurat. Pada Whole Body Counter memiliki 2 tahap dalam pengkalibrasian alat,
yakni kalibrasi energi dan kalibrasi efisiensi. Kalibrasi energi dilakukan untuk mendapatkan hubungan
antara nomor saluran (channel) dengan energi sinar-γ. Kalibrasi efisiensi dilakukan menggunakan
boneka (phantom) yang berbentuk manusia dengan distribusi sumber standar di seluruh tubuh atau suatu
organ. Penggunaan data pengukuran phantom yang diisi sumber standar akan diperoleh efisiensi deteksi
dari radionuklida dalam tubuh. Pengolahan data semua kalibrasi dilakukan menggunakan perangkat
lunak (software). Pemantauan personal dilakukan dengan menggunakan alat cacah WBC, dengan waktu
pencacahan 10 menit per orang. Spektrum hasil pencacahan yang diperoleh, dianalisis dengan
menggunakan perangkat lunak Apex Invivo sehingga dari hasil analisis ini akan diperoleh jenis dan
jumlah aktivitas radionuklida yang terdeteksi yang ada dalam tubuh pekerja.

Gambar 2. Phantom

Gambar 3. Bagian – bagian dari Bed Whole Body Counter

3
Pada bagian detektor alat terdapat kristal memiliki diameter kristal 81,5 mm dan panjang 81,1 mm
dalam geometri pemindaian shadow shield. Detektor dikonfigurasi dalam pengaturan cryostat tipe U
terbalik yang terintegrasi dengan 30 L Dewar. Detektor ini didinginkan oleh Dewar nitrogen cair yang
memiliki waktu penahanan sekitar 15 hari. Output detektor terhubung ke preamplifier, multi-channel
analyzer (MCA) dan komputer. Shadow shield dirancang untuk melindungi detektor HPGe di
sekitarnya. Perisai dibuat menggunakan pelat baja ringan dengan ketebalan 1,27 cm, lebar 40,6 cm dan
panjang yang bervariasi, ditumpuk untuk membentuk perisai sisi panjang WBC 365 cm. Pelindung
bawah berfungsi sebagai platform untuk menggerakan tempat tidur untuk gerakan terus menerus. Total
perisai dibuat lebih dari 208 piring dengan 13 ukuran berbeda, beratnya sekitar 4,5 ton. Ketebalan
perisai di tengah sekitar 15,2 cm dan secara bertahap berkurang ke ujung, pada ujung ekstrem
ketebalannya sekitar 3,8 cm. Di bagian bawah, ketebalan perisai adalah 20,3 cm di tengah dan 3,8 cm
di ujung ekstrem. Detektor dilengkapi dengan pelindung baja ringan 15 cm di sekeliling kecuali jendela
detektor. Desain pelindung sedemikian sehingga tidak ada foton sinar gamma dari lingkungan yang
dapat mencapai detektor secara langsung tanpa melewati ketebalan pelindung efektif 15 cm.

Gambar 4. Hasil output dari Whole Body Counter

Hasil dalam pengukuran menggunakan Whole Body Counter akan terakumulasi di komputer
yang sudah di convert dalam bentuk grafik. Sebagai contoh seperti pada gambar 4. karena energi sinar-
diff berbeda dengan radionuklida, jika jumlah energi tertentu, misalnya 1,461 keV yang merupakan
energi sinar-dari kalium radioaktif (K-40) dihitung, ini dapat diartikan sebagai sinar-yang dipancarkan.
dari K-40 di badan. Energi γ-ray Cs-137 adalah 662 keV.

4
Gambar 6. Grafik Hasil

Dosis radiasi internal yang diukur secara in-vivo adalah Dosis Terikat Efektif E(50) yaitu
jumlah dosis terikat rata-rata dalam organ atau jaringan dengan memperhitungkan faktor bobot (WT)
masing-masing organ. Untuk menghitung dosis terikat efektif (commited effective dose) yang diterima
pekerja dari inhalasi (pernafasan) dan injesi (pecernaan) dari radionuklida yang masuk kedalam tubuh,
digunakan persamaan sebagai berikut:

E(50) = Σe(g)j,inh.Ij,inh + Σe(g)j,ing.Ij,ing .................... (1)


j j

dengan,
 E(50) : dosis terikat efektif
 e(g)j,inh : koefisien dosis terikat efektif persatuan masukan (intake) radionuklida j dari
inhalasi (Sv/Bq)
 e(g)j,ing : koefisien dosis terikat efektif persatuan masukan (intake) radionuklida j dari
inngesi (Sv/Bq)
 Ij,inh : pemasukan radionuklida j melalui inhalasi
 Ij,ing : pemasukan radionuklida j melalui ingesi

5
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pemantauan dosis radiasi internal dengan metode in-vivo untuk pekerja dapat disimpulkan
bahwa secara umum keselamatan pekerja terhadap radiasi harus berada dibawah NBD yang
diperkenankan, NBD merupakan Nilai batas dosis terbesar yang diizinkan sesuai peraturan yang dpat
diterima oleh pekerja radiasi atau anggota masyarakat, dalam jangka waktu tertentu tanpa menimbulkan
efek genetik atau somatik yang berarti akibat pemanfaatan tenaga nuklir. Nilai batas dosis untuk pekrja
radiasi dan masyarakat sesuai perka Bapeten No. 14 tahun 2013 dengan dosis efektif seluruh tubuh pada
pekerja radiasi 20 mSv, untuk masyarakat 1 mSv. Pada lensa mata untuk pekerja radiasi 20 mSv untuk
masyarakat 15 mSv. Pada kulit untuk pekerja radiasi 500 mSv untuk masyarakat 50 mSv. Pada kaki
dan tangan untuk pekerja radiasi 500 mSv dan untuk masyarakt 50 mSv. Namun, tetap harus
diperhatikan keselamatan pekerja saat bekrja di daerah radiasi, seperti sistem proteksi radiasi yang baik
sehingga akan relatif lebih kecil dalam penenrimaan dosisi.

6
DAFTAR PUSTAKA

Bento J, Teles P, Silva L, Nogueira P, Neves M, dan Vaz P. 2010. Performance parameters of a whole
body counter, 45: 190–195, Radiat Meas.
CANBERRA. 2009. Apex–InVivo productivity Software 1.0. Meriden USA: Canberra Industries Inc.
CANBERRA. 1990. Model 2280 Accuscan-II Germanium Vertical Scanning Whole Body Counter Cise
749. Canberra Industries Inc: Connectitut.
CANBERA. 2012. Introduction to IMBA Profesional.
External Counting Survey. 2016. Internal Exposure Measurement Using a Whole‐body Counter. Japan:
Ministry Of The Environment.
Frederick W. Lengemann and John H. Woodburn. 1967. Whole Body Counters. United States: U.S.
Atomic Energy Commission Division of Technical Information.
ICRP NO.68. 1994. Individual Monitoring for Intakes of Radionuclides by workers Design and
Interpretation. Pergamon Press.
IS Singh, Rajesh Sankhla, DD Rao, Abhay Kumar, AK Sinha, KS Pradeepkumar. 2016. Development
And Performance Evaluation Of HPGe Detector-Based Shadow Shield Bed Whole Body
Counter Volume 39, Issue 2, Page 68-74. India: Radiation Safety Systems Division.

Anda mungkin juga menyukai