I. PENDAHULUAN
2. Gangguan Perhatian
Perhatian /atensi adalah usaha yang dilakukan untuk memusatkan pada bagian
tertentu dari pengalaman ; kemampuan untuk mempertahankan perhatian pada
satu aktivitas, kemampuan untuk berkonsentrasi.
Bentuk –bentuk gangguan perhatian :
- Distraktibilitas : ketidakmampuan untuk mempertahankan
perhatian ; mudah teralih kepada rangsang eksternal yang tidak
penting atau tidak relevan.
- Inatensi selektif : hambatan hanya terbatas pada hal-hal yang
menimbulkan kecemasan.
- Hipervigilensi : atensi edan pemusatan yang berlebihan pada
semua rangsang internal dan eksternal, biasanya sekunder dari
keadaan delusional atau paranoid.
- Trace : perhatian yang terpusat dan kesadaran yang berubah,
biasanya terlihat pada hipnosis , gangguan disosiatif, dan
pengalaman religius yang luar biasa.
3. Gangguan Daya Ingat
Daya ingat ( memory) adalah fungsi di mana informasi disimpan di
otak dan selanjutnya diingat kembali ke kesadaran.
Ingatan adalah kesanggupan seseorang untuk mencamkan (registration),
menyimpan (storage ) dan memproduksi (recall) informasi yang diterima..
4. Gangguan Asosiasi
Asosiasi adalah : suatu keadaan dimana suatu pikiran, perasaan, ingatan dapat
menimbulkan pemanggilan kembali gambaran atau konsep lain yang sebelumnya
berhubungan dengannya.
5. Gangguan Pikiran
Pikiran adalah tujuan yang terarah dari arus ide-ide, simbol dan hubungan-
hubngan yang ditimbulkan oleh suatu masalah / tugas yang mengarah ke
kesimpulan orientasi riil. dan ketika suatu urutan yang logis terjadi, berpikir
adalah normal.
Gangguan pikiran :
1. gangguan bentuk pikiran
2. gangguan jalan pikiran
3. gangguan isi pikiran
6. Gangguan Kesadaran
Dalam keadaan normal kesadaran disebut komposmentis, yaitu mengetahui
dan menyadari apa yang terjadi di sekelilingnya dan dialami dirinya.
- Sopor : seperti orang yang tidur sangat nyenyak, rangsang yang kuat
hanya membuat rangsang sedikit.
- Koma : dengan rangsang yang bagaimanapun kuatnya tak ada reaksi
b. Kesadaran kwalitatif:
- Stupor : Tidak bergerak-gerak, tidak bereaksi atas segala rangsang
yang dilakukan pada dirinya
- Delirium : suatu sindrom yang terdiri dari pengaburan kesadaran
ribut, gelisah , orientasi terganggu.
- Twilight state ( keadaan temaram ) : gangguan kesadaran dengan
halusinasi.
- Confusion (kebingungan ) ; gangguan kesadaran yang ditandai dengan
tidak sesuainya reaksi terhadap stimulus lingkungan ;
dimanifestasikan dengan adanya gangguan orientasi yang
berkaitan dengan tempat, waktu dan orang.
- Drowsiness (mengantuk) ; gangguan kesadaran yang berkaitan dengan
suatu keinginan atau kecenderungan untuk tidur.
- Sundowning ; sindroma pada lansia yang terjadi pada malam hari yang
ditandai dengan adanya gejala drowsiness, confusion,
ataksia, dan terjatuh sebagai akibat pemberian medikasi
yang mencetuskan rasa kantuk yang berlebihan, disebut
juga Sundowner’s syndrome.
Gangguan konasi:
- Echopraxia : peniruan pergerakan yang patologis seseorang pada
orang lain
- Katatonia : kelainan motorik dalam gangguan non organik.
- Furor katatonik (catatonic exitement) :aktivitas motorik yang
terintegrasi, tidak bertujuan dan tidak dipengaruhi oleh stimuli
eksternal.
- Stupor katatonik : penurunan aktivitas motorik yang nyata,
seringkali sampai titik imobilitas dan tampaknya tidak menyadari
sekeliling.
- Rigiditas katatonik : penerimaan postur yang kaku yang disadari,
menuntun usaha untuk di gerakkan.
- Posturing katatonik : penerimaan postur yang tidak sesuai atau
aneh yang disadari, biasanya dipertahankan dalam waktu yang
lama.
- Cerea flexibilitas ( fleksibilitas lilin): seseorang dapat diatur dalam
suatu posisi yang kemudian dipertahankannya ; jika pemeriksaan
menggerakkan anggota tubuh pasien, anggota tubuh terasa seakan
terbuat dari lilin.
- Akinesia, berkurangnya pergerakan fisik, sebagaimana dapat di
temukan pada skizofrenia katatonia yang mengalami imobilitas
ekstrim, dapat juga terjadi sebagai suatu efek samping extra
piramidal akibat pemberian obat anti psikotik.
- Negativisme : tahanan tanpa motivasi terhadap semua usaha untuk
digerakan atau tahanan tanpa motivasi terhadap semua intruksi
Aktif : melakukan sebaliknya dari apa yang diperintahkan
Pasif : tidak melakukan apa yang disuruh
- Katalepsi : hilangnya tonus otot dan kelemahan secara sementara
yang dicetuskan oleh berbagai keadaan emosional.
- Stereotipik : pola tindakan fisik atau bicara yang terfiksasi dan
berulang.
- Mannerisme : pergerakan tidak disadari yang mendarah daging dan
kebiasaan.
- Otomatisme : tindakan atau tindakan-tindakan yang otomatis yang
biasanya mewakili suatu aktivitas simbolik yang tidak disadari.
- Otomatisme perintah: otomatisme mengikuti sugesti (juga disebut
kepatuhan otomatik).
- Mutisme : tidak bersuara tanpa kelainan struktural
- Hipoaktivitas (hipokinesis) : penurunan aktivitas motorik dan
kognitif, seperti pada retardasi psikomotor, perlambatan pikiran,
pembicaraan dan pergerakan yang terlihat.
- Mimikri : aktivitas motorik tiruan dan sederhana pada anak-anak.
- Astasia abasia : ketidakmampuan untuk berdiri atau berjalan dalam
suatu gaya yang normal, sekalipun gerakan kaki yang normal dapat
dilakukan dalam posisi duduk atau berbaring. Gaya erjalan
terkesan aneh dan tidak terkesan adanya lesi organik yang spesifik.
Dapat dijumpai pada gangguan konversi.
- Coprolalia : bicara kotor, memakan kotoran .
- Twirling : gerakan yang terus menerus memutarkan kepala
menurut arah kemana kepala tersebut menoleh, suatu tanda pada
anak autisme.
- Overaktivitas: terbagi menjadi :
a. Agitasi psikomotor : overaktivitas motorik dan kognitif
yang berlebihan, biasanya tidak produktif dan sebagai
respons dari ketegangan dari dalam (inner tension.).
b. Hiperaktivitas (hiperkinesis) : kegelisahan, aktivitas
destruktif, sering kali berhubungan dengan patologis otak.
c. Tidur berjalan / sonambulisme : aktivitas motorik saat
tidur.
d. Kompulsi : impul yang tidak terkontrol untuk melakukan
suatu tindakan secara berulang-ulang , misal :
- Dipsomania : kompulsi untuk minum alkohol
- Kleptomania : kompulsi untuk mencuri
- Nimfomania : kompulsi untuk melakukan hubungan
seks dan kompulsi pada seorang wanita
- Satiriasis : kompulsi untuk melakukan hubungan seks
dan kompulsi pada laki-laki.
- Trikotilomania : kompulsi untuk mencabut rambutnya
sendiri.
V. Gangguan Pembicaraan
Pembicaraan adalah gagasan, pikiran, perasaan yang diekspresikan
melalui bahasa; atau komunikasi melalui penggunaan kata-kata dan
bahasa.
Gangguan bicara :
- Banyak bicara ( logorrhea ) : bicara banyak sekali, koheren dan
logis.
- Kemiskinan bicara ( poverty of speech ) : pembatasan jumlah
bicara yang digunakan ; jawaban mungkin hanya satu kata.
- Kemiskinan isi bicara : bicara adekuat dalam jumlah tetapi sedikit
mengandung informasi.
- Diprosodi : kehilangan irama bicara yang normal
- Disartia : kesulitan dalam artikulasi, bukan dalam penemuan kata
atau tata bahasa.
- Bicara yang keras atau lemah berlebihan : hilangnya modulasi
volume bicara normal.
- Gagap ( stuttering ) : cara berbicara yang diandai dengan
pengulangan suara atau suku kata atau kata, atau sering gugup atau
terhenti sehingga mengganggu irama alur bicara.
- Cluttering : cara berbicara cepat dengan gangguan kelancaran
alurnya, namun tanpa pengulangan atau kegugupan sehingga
menyebabkan kurang jelasnya ucapan. Bicaranya kurang menentu
dan kuranng berirama dengan letupan cepat, tersendat-sendat yang
biasanya melilputi pola pengungkapan yang keliru.
VI. Gangguan intelegensi
Adalah keahlian memecahkan masalah dan kemampuan untuk
beradaptasi, dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari. Bisa terjadi
pada gangguan retardasi.
VII. Gangguan Wawasan / Tilikan / Insight
Tilikan adalah kemampuan sesorang untuk memahami sebab
sesungguhnya dan arti dari suatu situasi (termasuk di dalamnya dari gejala
itu sendiri). Dalam arti luas, tilikan sering disebut sebagai wawasan diri
yaitu pemahaman seseorang terhadap kondisi dan situasi dirinya dalam
konteks rialitas sekitarnya. Dalam arti sempit, merupakan pemahaman
pasien terhadap penyakitnya.
Tilikan terganggu artinya, kehilangan kemampuan untuk memahami
kenyataan objektif akan kondisi dan situasi dirinya.
Jenis-jenis tilikan :
1. Tilikan derajat 1
Penyangkalan total terhadap penyakitnya.
2. Tilikan derajat 2
Ambivalensi terhadap penyakitnya.
3. Tilikan derajat 3
Menyalahkan faktor lain sebagai penyebab penyakitnya.
4. Tilikan derajat 4
Menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan, namun tidak
memahami penyebab sakitnya.
5. Tilikan derajat 5
Menyadari penyakitnya dan faktor-faktor yang berhubungan
dengan penyakitnya, namun tidak menerapkan dalam perilaku
praktisnya.
6. Tilikan derajat 6 (sehat)
Menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai dengan
motivasi untuk mencapai perbaikan.