Anda di halaman 1dari 10

Naskah Drama Bawang Merah Bawang Putih

17MAY
Dahulu kala, ada sebuah desa yang bernama Desa “BUMBU”. Desa ini sangat subur, pepohonan
lebat tumbuh di sana, air yang melimpah dan jernih mengalir dari sungai di desa ini. Penduduknya
pun hidup makmur dan sangat ramah. Di desa di hilir sungai ini tinggalah sebuah keluarga kecil yang
bahagia dan sejahtera. Keluarga tersebut adalah Ayah Bawang, Ibu bawang daun,
dan putrinya, Bawang putih. Ayah Bawang bekerja di lapak miliknya di pasar. Bawang Putih sendiri
adalah seorang anak yang baik, dia rajin dan selalu membantu orang tuanya. Keluarga ini sangat
harmonis. Berbeda dengan tetangganya yang bernama Bawang Merah, dia sangat malas dan manja.
Dia hanya hidup bersama Ibunya karena ayahnya sudah lama meninggal.

(di teras rumah – pagi hari)


Ayah Bawang : istriku
Ibu Bawang Daun : iyaaa
Ayah bwang : Ayah pamit kerja ya
Ibu bawang Daun : Iya suamiku
Ayah Bawang : loh, mana putri kita si putih?
Ibu Bawang Daun : nah itu dia lagi nyapu di depan, putiih…
Bawang Putih : ada apa ibu?
Ibu Bawang Daun : itu nak ayahmu mau pamit kerja, ayah jadi berangkat sekarang?
Ayah Bawang : iya bu, kalian hati-hati di rumah ya
Ibu Bawang Daun : oh iya yah, nanti Putih akan mengantarkan makan siang ayah.
Ayah Bawang : baiklah, ayah tunggu nanti siang. kalo begitu ayah pergi dulu ya..assalamualaikum.
(salim)
Ibu Bawang Daun + Bawang Putih : waalaikumsalam.

Ayah bawang putih pun pergi ke pasar. Dia berjualan di lapak miliknya. Tinggallah bawang putih dan
ibunya di rumah tersebut. Karena tidak tega melihat ibunya yang sedang sakit itu mencuci di sungai,
bawang putih pun menggantikan ibunya.

Ibu Bawang Daun : Putih, ibu mau mencuci baju di sungai. Kamu jaga rumah ya nak…
Bawang Putih : biar Putih saja buk yang pergi ke sungai, ibu di rumah saja.
Ibu Bawang Daun : tapi nak…
Bawang Putih : tidak apa-apa bu, ibu istirahat saja di rumah.
Ibu Bawang Daun : kau memang anak yang sangat baik, ibu bangga punya anak sepertimu (membelai
Bawang Putih)
Bawang Putih : Putih juga senang punya orang tua seperti ayah dan ibu (memeluk ibunya)
Ibu Bawang Daun : ibu sayang sekali sama kamu nak. Ya sudah, pergilah sebelum matahari terlalu
terik.
Bawang Putih : baiklah bu, Putih ambil baju kotornya dulu. (mengambil baju kotor)
Ibu Bawang Daun : iya nak.
Bawang Putih : Putih pergi dulu bu, assalamualaikum.
Ibu Bawang Daun : waalaikumsalam, hati-hati di jalan. Putih…putih tidak terasa kini kau telah
tumbuh dewasa. Cantik, baik, dan berbakti pada orang tua. Betapa bahagianya aku. Terima kasih Tuhan,
dia adalah anugerah terindah dalam hidup hamba.

Bawang putih pun pergi ke sungai untuk mencuci. Ternyata bawang merah dan ibunya sudah
mengintai dari balik pohon dan merencanakan hal buruk.

Ibu Bawang Merah : hahaha. bagus, Ini saatnya kita menjalankan rencana anakku.
Bawang Merah : benar mah ! ayo cepat mumpung ibu bawang daun lagi sendirian tuh!

Akhirnya bawang merah dan ibunya datang ke rumah bawang putih dengan membawa kue yang
telah dicampur dengan racun.

Ibu Bawang Merah : selamat pagi bu.


Ibu Bawang Daun : eh ibu, selamat pagi.
Ibu Bawang Merah : Lagi sendirian ya? Kemana si putih?
Ibu Bawang Daun : si putih sedang mencuci baju di sungai. Oh iya ngomong-ngomong ada apa ibu
datang kemari?
Bawang Merah : ini loh bik, kami bawakan kue yang sangaaat enak!
Ibu Bawang Daun : wah ada acara apa ini?
Ibu Bawang Merah : tidak ada acara apa-apa sih buk. Kebetulan saya lagi mencoba resep baru.
Ibu Bawang Daun : sepertinya enak sekali ya bu. Terima kasih ya. Ayo buk, mari kita makan bersama.
Bawang Merah : oh tidak- tidak bik, terima makasih, tadi kami sudah makan di rumah. Yang ini kta
bawakan khusus untuk bibik.
Ibu Bawang Daun : oh, begitu. Sekali lagi terima kasih yaa
Bawang Merah : sama- sama
Ibu Bawang Merah : yasudah buk, kalo begitu kita pulang dulu ya. Asalamualaikum.
Ibu Bawang Daun : walaikumsalam. Tapi aneh sekali, tidak biasanya mereka bersikap baik. Ah tidak,
mungkn ini hanya perasaanku saja. Aku tidak boleh berprasangka buruk.

Ibu bawang daun pun memakan kue yang pemberian Bawang Merah dan Ibunya.

Ibu Bawang Daun : ahh… kenapa ini, tolong…tolong..(sekarat)


Ibu Bawang Merah : HAHAHAHAHA rasain kamu ! sebentar lagi kau akan mati, dan suamimu akan
menikah denganku ! otomatis seluruh hartanya akan menjadi milikku!
Bawang Merah : benar mah ! setelah ini kita akan jadi kaya raya!

Akhirnya ibu bawang daun menghembuskan napas terakhirnya. Beberapa saat kemudian Bawang
Putih pulang dari sungai. Dia sangat terkejut melihat ibunya tergeletak di lantai dan sudah tak
bernyawa. Bawang Putih menjatuhkan keranjang cuciannya dan berteriak histeris.
Bawang Putih : Ibu !!!! IBU !!! ibuku kenapa? IBUUUUUUUUUUUUUUU!!! Bangun!!!

Sejak kehilangan sosok ibu yang sangat menyayanginya, bawang putih amat merasa
kesepian dan kerap menyendiri di kamarnya. Pada saat itu Ibu Bawang Merah sering berkunjung ke
rumahnya untuk membawa makanan, bahkan membantu bawang putih membersihkan rumah dan
memasak. Hal itulah yang membuat Ayah Bawang tertarik untuk menikahi Ibu Bawang Merah agar
putrinya tidak kesepian lagi. Pernikahan dirayakan dengan sangat sederhana. Hanya beberapa
tetangga dan keluarga yang datang menghadari acara ini.

Ibu Bawang Merah : aduuuh, penghulunya kemana sih? Lama banget.


Ayah Bawang : mungkin penghulunya masih di perjalanan.
Ibu Bawang Merah : ah, emang dasar malas tu penghulu. (sambil berdiri mondar
mandir).
Ayah Bawang : duduklah, sabarlah dulu.

Setelah menunggu lama akhirnya penghulu datang juga. Dia datang dengan tergopoh-gopoh.

Penghulu : assalamualaikum, maaf saya terlambat. (logat madura)


Ibu Bawang Merah : bapak ini dari mana aja sih. (sambil berlari
menghampiri penghulu)
Penghulu : maaf buk maaf
Ibu Bawang Merah : ah alasan saja
Penghulu : sekali lagi maaf buk.
Ibu Bawang Merah : sudahlah, kita mulai saja sekarang (sambil
menarik penghulu).
Penghulu : ya saya nikkahkan pak bappaknya bawang putih ngan dengan buk ibuknya
bawang merah, ngan dengan mas kawin sepperangkat bu bumbu dappur di bayar tunai.
Ayah Bawang : saya terima nikahnya Ibu bawang merah dengan mas kawin seperangkat bumbu
dapur di bayar tunai.
Penghulu : na bagaimana si saksi ? sah apa nggak ini??
Saksi : saaaaaah~ alhamdulilah.

Setelah acara pernikahan itu, Ayah Bawang, ibu bawang merah, bawang putih, dan bawang
merah hidup bersama di rumah bawang putih. Ketika Ayah Bawang di rumah, mereka
memeperlakukan bawang putih dengan sangat baik. Namun, ketika ayah keluar rumah mereka
berlaku buruk pada Bawang Putih. Mereka kerap memarahi Bawang Putih dan memberinya pekerjaan
berat.

(di ruang tamu – pagi hari)


Ibu Bawang Merah : hey kau bawang merah, sapu sapu dong yang rajin kayak bawang putih. Sapu
sampai bersih.
Bawang Merah : iya iya bu!
Bawang Putih : biar aku bantu yaaa..
Bawang Merah : tidak usah!
Ibu Bawang Merah : sudah sudah, bawang putih sini nak. Kamu duduk bersama ibu dan ayah.
Bawang Putih : baik bu
Ibu Bawang Merah : eh sebentar, ibu buatkan teh dulu
Ayah Bawang : aku harus pergi ke pasar bu.
Ibu Bawang Merah : nanti dulu lah yah, minum teh dulu (bergegas menuju dapur)
Ayah Bawang : baiklah kalau begitu.
Bawang Putih : ayah, putih boleh bantu ayah di pasar?
Ayah Bawang : nggak usah lah nak. Kamu di rumah saja. Meraaah, kemarilah, duduklah di sini.
Bawang Merah : sebentar yah, aku selesaikan dulu pekerjaanku.
Ayah Bawang : kalian memang anak-anak ayah yang rajin, ayah bangga dengan kalian.
Bawang Merah : oh iya putih, setelah ini kamu bisa membantuku mencuci di sungai?
Bawang Putih : oh dengan senang hati, aku ambil baju kotor dulu ya.. (mengambil baju kotor)
Bawang Merah : yasudah cepat ………………. ayah, kami berangkat ya
Ayah Bawang : iya, hati-hati di jalan nak.
Ibu Bawang Merah : kemana anak-anak yah?
Ayah Bawang : mereka pergi ke sungai bu.
Ibu Bawang Merah : o begitu. Ini diminum dulu tehnya yah.
Ayah Bawang : terima kasih bu (meminum teh)

Ayah bawang meminum teh yang ternyata telah dicampur dengan racun oleh ibu bawang
merah.Beberapa saat kemudian dia merasakan perutnya sangat sakit. Ayah bawang mengalami
nasib yang sama seperti istrinya, ia meninggal dunia di racun oleh Ibu Bawang Merah.

Ayah Bawang : aduh, kenapa perutku sakit sekali.


Ibu Bawang Merah : kenapa yah? Kau baik-baik saja kan? (berpura-pura peduli)
Ayah Bawang : sakit sekali, aku tidak tahan lagi..aduh, ahh (terjatuh di lantai)
Ibu Bawang Merah : ayah, ayah kenapa? (menggoyang-gayangkan tubuh suaminya sambil memastikan
apakah suaminya sudah meninggal). Hahaha….RASAIN KAU !! sekarang semuanya menjadi miliku ! haha.

Beberapa saat kemudian Bawang Putih pulang dari sungai. Namun, dia mendapati ayahnya telah tak
bernyawa. Ketika mengetahui ayahnya telah tiada, ia menangis tersedu-sedu.

Bawang putih : AYAAAAAAAAAAAH !!! ayah bangun – bangun !!


Bawang Merah : Ayaaaaaaaaahhhhh !!!!! ayah kenapa ??
Peri : lihat saja. Kelak akan ada bencana yang menghampiri bawang merah dan ibunya.
Karna semua yang mereka perbuat akan mendapat balasan yang setimpal. *triiiing.
Kini ayah dan ibu bawang putih telah tiada. Bawang putih sangat merasa sedih, dia selalu dijadikan
pembantu oleh ibu tirinya dan bawang merah.

Bawang Merah : Putiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiihhhh !!!!!


Bawang Putih : iya kak, ada apa??
Ibu Bawang Merah : heh kamu! Cepat siapkan makanan !
Bawang Putih : iya bu, akan putih siapkan
(meletakkan makanan di meja )
Bawang Putih : (duduk )
Bawang Merah : ngapain kamu duduk disini ??
Bawang Putih : putih ingin makan bersama ibu dan kakak
Ibu Bawang Merah : enak aja! Kamu tuh ngga pantes duduk disini. Sudah sana bersihkan rumah.
Bawang Merah : tau nih, sana sana ! ngilangin selera makan aja .
Ibu Bawang : heh heh ! putihhhhh, tuh masih ada yang kotor ! yang bener doong !!!!
Bawang Merah : gimana sih? Nyapu aja nggak becuss ! ( sambil menjatuhkan tisu di lantai )
Bawang Putih : bawang merah, hentikan. Lantai tak akan bersih jika kau terus mengotorinya seperti
ini.
Ibu Bawang : berani kau !! diam ! kerjakan yang benar!!
Bawang Merah : dan jangan lupa nanti cucikan semua bajuku !

Ibu bawang dan bawang merah pun pergi jalan – jalan ke pasar sedangkan bawang putih
harus membereskan pekerjaan rumah. Beberapa saat kemudian, datanglah cabe ijo..
Cabe ijo : bawang putih – bawang putih, kau tak kenapa – kenapa kan?
Bawang Putih : aku baik – baik saja. Ada apa cabe ijo?
Cabe ijo : ini aku mengantarkan undangan pesta panen dari pangeran. Pangeran
mengundang semua warga di desa bumbu ini. Kau jangan lupa datang ya. Kalau bisa kau jangan beritahu
bawang merah dan ibunya ! biar mereka tau rasa.
Bawang Merah : apa kau bilang ?? berikan undangan itu padaku !!
Ibu Bawang Merah : hey bocah ingusan ! berani – beraninya kau !! pergi sana !!
Cabe ijo : kalian memang benar – benar jahat..
Bawang Putih : sudah cabe ijo ayo kita pergi, antarkan aku ke sungai.
(Bawang putih dan cabe ijo pun pergi ke sungai.)
Ibu Bawang Merah : hanya kita berdua saja yang boleh datang ke pesta panen ini. Dan biarkan bawang
putih sendirian disini !
Bawang Merah : betul itu mah !

Saat di sungai bawang putih dan cabe ijo bertemu dengan bawang bombay, bawang bombay
adalah teman baik bawang merah.

Bawang Putih : apa kabar bawang bombay ?


Bawang Bombay : tadinya baik. Karna ada kau jadi buruk deh!
Cabe Ijo : biasa aja deh ! bawang putih kan nanya baik – baik !
Bawang Bombay : diem deh kamu ! heh bawang putih, itu baju milik ibu tirimu ya ?
Bawang Putih : iya memangnya kenapa ?
Bawang Bombay : pinjam dong.
Bawang Putih : untuk apa ?
Bawang Bombay : untuk di hanyutkan. (menghanyutkan baju milik ibu bawang )
Cabe Ijo : hey kau !! apa salah bawang putih !!
Bawang Putih : kenapa kau melakukannya ? cabe ijo bantu aku mengejar baju itu.
Bawang Bombay : maaf ya bawang putih yang malang. Ini perintah dari bawang
merah. Sekarang aku akan menemui bawang merah untuk
melaporkannya.

Bawang putih dan cabe ijo pun terus mengejar baju yang hanyut itu tapi sayangnya baju itu
sudah menghilang entah hanyut kemana.

Cabe Ijo : kau pasti akan kena marah oleh ibu tiri mu.
Bawang Putih : bagaimana ini, aduuh ibu akan sangat marah besar padaku. (nangis)
Cabe Ijo : sudahlah lebih baik kita pulang dulu.

Bawang putih pun pulang ke rumah dan menceritakan kepada ibunya tentang baju yang
hanyut itu.
Bawang Putih : ibu…. maafkan putihh
Ibu Bawang Merah : tunggu tunggu… ada apa ini ??
Bawang utih : baju ibuuu……
Ibu bawang Merah :kenapa bajuku?
Bawang Merah : Pasti hilang deh
Bawang Putih : maafkan putih bu, putih tidak sengaja
Ibu Bawang : DASAR ANAK CEROBOH, bodoh sekali kau !! (menyeret bawang putih)
Bawang Putih : maafkan saya bu ! maaf (nangis, bersujud)
Bawang Merah : maaf maaf ! enak aja kamu minta maaf. Kamu tahu nggak? Itu baju tuh mahal! cari
baju itu sampai ketemu !!
Bawang Putih : baiklah kakak
Ibu Bawang : heh ! jangan pulang sampai BAJU ITU DITEMUKAN, NGERTIII !!
Bawang Merah : ya sudah lah ma, kita masuk saja.

Akhirnya bawang putih pergi ke sungai, dengan sedih bawang putih terus mencari baju itu sampai
larut malam. Disana dia ditemui oleh seorang peri .

Bawang Putih : bagaimana ini, sudah larut malah tapi baju itu belum di temukan.
Peri : tenanglah nak~ aku akan membantumu~
Bawang Putih : suara siapa itu ? siapa kau?
Peri : bawang putih. Aku adalah peri cantik, aku akan membantumu untuk menemukan
baju ibu tirimu.
Bawang Putih : kau peri ? peri ? perii.. tolong bantu aku.
Peri : tentu saja aku akan membantumu.
Bawang Putih : benarkah apa yang kau katakan itu?
Peri : yah, pasti.
Bawang Putih : terimakasih peri, apa yang harus ku lakukan?
Peri : sekarang pergilah ke sebuah rumah mewah. Disanalah kau akan menemukan baju
itu.
Bawang Putih : rumah pangeran yang akan mengadakan pesta panen itu ?
Peri : iya benar, disana tempatnya.
Bawang Putih : terima kasih peri.
Peri : baiklah putih, mari aku antar ke sana.

Bawang Putih pun pergi ke rumah pangeran yang sedang mengadakan pesta panen.

(Istana)
Bawang Putih : peri~ disinikah ? tapi bagaimana bisa ? aku dekil, pasti tidak di boleh kan untuk
masuk.
Peri : cobalah masuk.
Pengawal : heh ! mana undangannya ?
Bawang Putih : undangan apa ?
Pengawal : undangan pesta panen, jika kau punya undangan maka kau boleh masuk.
Bawang Putih : aku tak punya undangan yang kalian maksud!
Pengawal : dasar gembel ! pergi kau !!
Bawang Putih : tapi…tapi..
Pengawal : ah, sudahlah pergi kau !

Bawang Putih : peri~ bagaimana ini ? aku harus menemukan baju itu sekarang?
Peri : kemarilah~ pegang tanganku. Aku akan membuat pengawal itu mengijinkan mu
masuk. Aku akan menghipnotis dia.
1..2..3..4..5..

Pengawal : ah, apa ini ( menghindari terjangan angin)


Bawang Putih : permisi
Pengawal : oh nona kau cantik sekali.
Bawang Putih : bolehkah aku masuk?
Pengawal : tentu saja, silahkan.

Bawang putih pun masuk ke istana.

Peri : pergilah ke samping rumah ini tempat dimana air sungai mengalir, disana akan ada
baju ibumu.
Setelah berhasil masuk ke dalam rumah mewah itu, Bawang Putih pun pergi
ke samping rumah itu. Sedangkan bawang merah dan Ibunya sudah berada diantara ramainya tamu
yang datang. Bawang merah dan ibunya kemudian menemui pangeran.

Bawang Merah : halo pangeran tampan. Apa kabar ?


Bawang Bombay : waaaah, pangeran tampan sekali.
Pangeran : baik~ terimakasih atas kedatangan kalian.
Ibu Bawang Merah : wah wah. Kau sangat tampan malam ini. Begitu pulang dengan putriku yang cantik
jelita.
Pangeran : terimakasih. Kudengar kau mempunyai sudara bernama bawang putih. Dimana dia
?
Bawang Merah : apa ??? bawang putih ?? dia bukan saudaraku lagi !!
Pangeran : benarkah? Apa kau tak membohongiku??
Bawang Merah : sungguh ! aku tak membohongimu pangeran~ kalau kamu tak percaya tanya saja
pada bawang bombay.
Pangeran : bawang bombay, benar dia tak mempunyai saudara bernama bawang putih ?
Bawang Bombay : benar. Bawang putih hanyalah pesuruh.
Pangeran : baiklah aku percaya, sekarang silakan masuk.

Di sungai tepat di samping rumah itu, akhirnya bawang putih berhasil menemukan baju yang hanyut.
Bawang Putih : terimakasih peri. Kau sangat baik.
Peri : ini sudah menjadi tugasku. Ini aku punya beberapa perhiasan untukmu. Pakailah.
Jika ada oranglain yang memakainya, maka orang itu akan mendapatkan bahaya.
Bawang Putih : terimakasih peri.

Setelah menemukan baju ibunya. Bawang putihpun berjalan menuju gerbang keluar untuk
pulang. Pangeran melihat bawang putih yang berjalan terburu – buru menuju gerbang dan segera
mengejarnya. Akhirnya Pengeran berhasil mengejar bawang putih dan mereka saling bertatapan..

Pangeran : hei kau !! kau !! kau bawang putih kan??


Bawang Putih : pangeran? (mencoba berlari)
Pangeran : tunggu! Apa yang sedang kau lakukan ?
Bawang Putih : maaf pangeran. Tadi aku mengambil baju ibu tiriku yang hanyut di aliran sungai di
samping istana ini.

Tiba-tiba ibu bawang merah menghampiri mereka..

Ibu Bawang Merah : bawang putih? Kenapa kau ada di sini ? seharusnya kau membersihkan rumah!
Bawang Merah : dasar pemalas! Ngapain kamu disini? Pulang sana !
Bawang Putih : maafkan aku. Aku akan segera pulang bu.
Pangeran : oh jadi benar bawang putih adalah saudara kalian. Kenapa kalian
memperlakukannya seperti itu?
Bawang Bombay : tidak pangeran! Sungguh dia adalah pesuruh di rumah bawang merah.
Bawang merah : benar apa yang dikatakan bawang bombay! Lihatlah pengaran! Bawang putih
mencuri kotak perhiasanku, berikan perhiasan itu!!
Bawang Putih : jangan bawang merah , jangan ! (rebutan)
Ibu bawang Merah : dasar kau ! anak tak punya malu !!
Bawang Merah : lihat pangeran, perhiasan ini lebih cocok dipakai olehku dan ibu ku.
Ibu Bawang Merah : ini karna aku baik hati aku berikan satu perhiasan untukmu bawang bombay !
Bawang Bombay : oh~ terimakasih.

Bawang merah, ibu bawang, dan bawang bombay pun memakai perhiasan itu

Bawang Merah : ah tidak ! kenapa kulitku gatal gatal begini perih pula !! ada apa ini.
Ibu Bawang Merah : aduh kulitku gatal sekali !!
Bawang Bombay : aah~ kulitkuuuuu..
Pangeran : kalian pasti selalu jahat pada bawang putih. Dan itu ganjaran untuk kalian.
Sekarang cepat minta maaf pada bawang putih !!
Peri : apa yang kalian lakukan pada bawang putih selama ini sungguh sangat jahat. Dan
sekarang kalian telah mendapatkan balasan yang setimpal. Cepat minta maaf pada bawang putih, jika tidak
keadaan kalian akan terus seperti ini.
Pangeran : sungguh aku tak menyangka, kalian akan sejahat itu pada bawang putih.
Bawang Merah : bawang putih ! aku mohon maafkan aku. Maaf karna sikapku selalu jahat padamu.
Sungguh aku minta maaf.
Ibu Bawang Merah : maafkan ibu nak, ibu sudah berprilaku kasar padamu. Maafkan ibu.
Bawang Bombay : maafkan aku, aku sudah menjadi teman yang sangat jahat padamu.
Bawang Putih : sudahlah. Aku sudah memaafkan kalian. Aku yakin kalian bisa berubah.
Bawang Merah : terimakasih bawang putih. Kau memang sangat baik. (memeluk bawang putih)
Ibu Bawang Merah : maafkan kami pangeran, kami telah membuat kegaduhan di istana ini.
Pangeran : baiklah, aku maafkan asalkan kalian berjanji untuk tidak mengulaanginya lagi.
Sekarang kalian boleh pulang
Bawang Merah : baiklah
Pangeran : biar pengawalku mengantarkan kalian. Pengawal…
Pengawal : iya pangeran..
Pangeran : antarkan mereka pulang pastikan mereka selamat sampai di rumah.
Pengawal : baik pangeran

Pengawal mengantar Bawang Merah, Ibu Bawang Merah, dan Bawang Bombay pulang ke rumah.

Bawang Putih : baiklah, saya juga izin pulang pangeran


Pangeran : tunggu….(menarik tangan bawang putih)
Bawang Putih : ada apa pangeran
Pangeran : aku ingin mengatakan sesuatu padamu, maukah kau menjadi pendamping
hidupku…
Bawang Putih : (menunduk)
Pangeran : kenapa putih? Kau tidak bersedia?
Bawang Putih : maafkan saya pangeran, tapi saya hanya gadis desa, apa pantas saya menjadi istri
seorang pangeran.
Pangeran : kenapa tidak putih, kamu cantik dan kamu mempunyai hati yang baik, kamu layak
bersamaku, aku mohon..
Bawang Putih : (berfikir kemudian mengangguk) baiklah pangeran
Pangeran : terima kasih putih, aku akan segera datang ke rumahmu untuk melamarmu.
Bawang Putih : (tersenyum menatap pangeran).

Akhirnya Pangeran melamar bawang putih, dan meminta izin pada ibu tirinya untuk menikahi bawang
putih. Pada saat yang telah ditentukan, Bawang putih dan Pangeran menikah, pesta dansa pun
digelar cukup meriah, bunga berwarna-warni menghiasi setiap sudut rumah, beraneka macam
hidangan lezat disajikan, kebahagian tampak menyelimuti rumah mewah itu dan mereka hidup
bahagia selamanya.

Anda mungkin juga menyukai