VARISELA
Tujuan Pembelajaran Umum Tujuan Pembelajaran Khusus Metoda Sarana dan Prasarana
Mahasiswa diharapkan dapat: Mahasiswa diharapkan dapat : BST Nara sumber :
Menjelaskan definisi, Menjelaskan patogenesis dan CRS dr. Dicky Santosa, SpA, MM., M.Kes.
etiologi, epidemiologi dan patofisiologi
patogenesis Melakukan anamnesis dan Sumber Pustaka :
Menegakkan diagnosis dan pemeriksaan fisik untuk 1. Myers MG, Seward JF, Larussa PS.
prognosis menetapkan diagnosis Varicella-Zooster Virus. Dalam: Behrman
Mengetahui penatalaksanaan Menetapkan diagnosis banding RE, Kliegman RM, Jenson HB,
dan pencegahan dari penyakit Mengusulkan pemeriksaan penyunting. Nelson textbook of
varisela penunjang untuk menegakkan pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia: WB
diagnosis Saunders Co; 2007. hlm. 1366-72.
Mengetahui tata laksana kasus 2. Levin MJ, Weinberg A. Infection: viral &
varisela rickettsial. Dalam: Hay WW, Levin MJ,
Mengetahui komplikasi dan Sondheimer JM, Deterding RR,
prognosis penyunting. Current diagnosis &
treatment. Edisi ke-19. Nort America:
Mengetahui pencegahan penyakit
Lange, Mcgraw-Hill Companies; 2009.
varisela
hlm. 1088-90.
Ruangan :
Poliklinik anak
Instalasi gawat darurat
Definisi
Cacar air/Varisela/Chikenpox adalah penyakit virus yang disebabkan oleh virus
Herpes varicella (aricella-zoster virus=VZV) dengan gambaran khas berupa
erupsi vesikel di seluruh tubuh yang timbul berurutan dengan gejala umum yang
ringan, serta sering menyerang anak. Herpes zoster atau shingles merupakan suatu
reaktivasi infeksi endogen pada periode laten VZV, umumnya menyerang orang
dewasa atau anak yang menderita defisiensi imun.
Etiologi
Varicella-zoster virus (VZV)
Patogenesis
Virus varicella-zoster adalah herpes virus dari famili herpesviridae, virus DNA
yang dapat menyerang manusia. VZV masuk tubuh melalui mukosa saluran nafas
bagian atas atau orofaring. Pada sel saluran nafas tersebut terjadi replikasi virus,
kemudian menyebar melalui pembuluh darah dan limfe (viremia pertama).
Selanjutnya virus berkembang biak di sel RES (retikulo-endotelial-system). Pada
kebanyakan kasus, VZV dapat mengatasi pertahanan nonspesifik. Satu minggu
kemudian virus kembali menyebar melalui pembuluh darah (viremia kedua),
terutama kulit dan mukosa, dan timbul demam, malaise, serta lesi.
Kriteria Diagnosis
Pada anamnesis: adanya kontak dengan penderita varisela, Prodormal (panas
ringan, malaise, anoreksia, sakit kepala), ruam 24 jam setelah gejala prodormal.
Pemeriksaan fisis: pada awalnya terjadi papula merah kemudian menjadi vesikel
(nonumbilicated), dalam 24 jam isinya mengeruh, mudah pecah krusta,
limfadenopati generalisata, varisela bulosa (anak < 2 tahun). Laboratorium:
lekositosis ringan, sel raksasa pada kerokan dasar vesikula yang baru, isolasi
virus, serologi; ELISA
Komplikasi
Infeksi bakteri sekunder (tersering), trombositopenia, pneumonia, laringitis,
miokarditis, perikarditis, endokarditis, scalded skin syndrome, toxic shock-like
syndrome, varisela bulosa, hepatitis, glomerulonefritis, miositis ekstremitas akut,
keratitis, konjungtivitis, artritis, ensefalitis.
Penatalaksanaan
- Simtomatik: lotion, antihistamin untuk gatal
- Antivirus: asiklovir 30 mg/kgbb/hari dibagi 4 dosis selama 5-7 hari
- Konsultasi bagian kulit
Pencegahan
- Isolasi
- Vaksinasi aktif: varilrix, okavax
- Vaksinasi pasif: varicella zoster immunoglobulin (VZIG) 1,25 mL/10 kgbb,
IM, maksimal 6,25 mL (5 vial), efektif bila diberikan dalam 72 jam setelah
kontak.
Sumber Pustaka
1. Myers MG, Seward JF, Larussa PS. Varicella-Zooster Virus. Dalam: Behrman
RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson textbook of pediatrics.
Edisi ke-18. Philadelphia: WB Saunders Co; 2007. hlm. 1366-72.
2. Levin MJ, Weinberg A. Infection: viral & rickettsial. Dalam: Hay WW, Levin
MJ, Sondheimer JM, Deterding RR, penyunting. Current diagnosis &