Anda di halaman 1dari 40

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Tubuh manusia tidak mungkin terhindar dari lingkungan yang mengandung mikroba
pathogen disekelilingnya. Mikroba tersebut dapat menimbulkan penyakit infeksi pada manusia.
Mikroba patogen yang ada bersifat poligenik dan kompleks. Oleh karena itu respon imun tubuh
manusia terhadap berbagai macam mikroba patogen juga berbeda. Umumnya gambaran biologic
spesifik mikroba menentukan mekanisme imun mana yang berperan untuk proteksi. Begitu juga
respon imun terhadap bakteri khususnya bakteri ekstraseluler atau bakteri intraseluler mempunyai
karakteriskik tertentu pula.
Seperti yang diketahui, AIDS adalah suatu penyakit yang belum ada obatnya dan belum
ada vaksin yang bisa mencegah serangan virus HIV, sehingga penyakit ini merupakan salah satu
penyakit yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia baik sekarang maupun waktu yang
datang. Selain itu AIDS juga dapat menimbulkan penderitaan, baik dari segi fisik maupun dari
segi mental. Mungkin kita sering mendapat informasi melalui media cetak, elektronik, ataupun
seminar-seminar, tentang betapa menderitanya seseorang yang mengidap penyakit AIDS. Dari
segi fisik, penderitaan itu mungkin, tidak terlihat secara langsung karena gejalanya baru dapat kita
lihat setelah beberapa bulan. Tapi dari segi mental, orang yang mengetahui dirinya mengidap
penyakit AIDS akan merasakan penderitaan batin yang berkepanjangan. Semua itu menunjukkan
bahwa masalah AIDS adalah suatu masalah besar dari kehidupan kita semua. Dengan
pertimbangan-pertimbangan dan alasan itulah kami sebagai pelajar, sebagai bagian dari anggota
masyarakat dan sebagai generasi penerus bangsa, merasa perlu memperhatikan hal tersebut.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apakah HIV/AIDS itu?

2. Bagaimana penyebaran dan tanda-tanda terserang HIV/AIDS tersebut?

3. Bagaimana mencegah dan menanggulangi HIV/ AIDS ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulis mengangkat masalah AIDS dalam Makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui HIV/AIDS tersebut.

2. Agar mengerti tentang penyebaran dan tanda-tanda terserang HIV/AIDS.

3. Supaya memahami cara pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS tersebut.

4. Memberi saran agar tidak terkena HIV/AIDS

BAB II

2
PEMBAHASAN

1.1 DEFINISI
HIV atau Human Immunodeficiency Virus, adalah virus yang menyerang sistem kekebalan
tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel – sel
darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk limfosit yang
disebut sel T-4 atau disebut juga sel CD-4.
Kebanyakan orang yang terinfeksi HIV tidak mengetahui bahwa dirinya telah terinfeksi.
Segera setelah terinfeksi, beberapa orang mengalami gejala yang mirip gejala flu selama beberapa
minggu. Selain itu tidak ada tanda infeksi HIV. Tetapi, virus tetap ada di tubuh dan dapat
menularkan orang lain.
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan
kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV,
seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi
melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang
terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk
kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
HIV merupakan suatu virus yang material genetiknya adalah RNA (asam ribonukleat) yang
dibungkus oleh suatu matriks yang sebagian besar terdiri atas protein. Untuk tumbuh, materi
genetik ini perlu diubah menjadi DNA (asam deoksiribonukleat), diintegrasikan ke dalam DNA
inang, dan selanjutnya mengalami proses yang akhirnya akan menghasilkan protein. Protein-
protein yang dihasilkan kemudian akan membentuk virus-virus baru.
2. AIDS
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan
dampak atau efek dari perkembang biakan virus hiv dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV
membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya.
Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang
tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV.
AIDS merupakan penyakit yang paling ditakuti pada saat ini. HIV, virus yang menyebabkan
penyakit ini, merusak sistem pertahanan tubuh (sistem imun), sehingga orang-orang yang

3
menderita penyakit ini kemampuan untuk mempertahankan dirinya dari serangan penyakit
menjadi berkurang. Seseorang yang positif mengidap HIV, belum tentu mengidap AIDS. Banyak
kasus di mana seseorang positif mengidap HIV, tetapi tidak menjadi sakit dalam jangka waktu
yang lama. Namun, HIV yang ada pada tubuh seseorang akan terus merusak sistem imun.
Akibatnya, virus, jamur dan bakteri yang biasanya tidak berbahaya menjadi sangat berbahaya
karena rusaknya sistem imun tubuh.
Karena ganasnya penyakit ini, maka berbagai usaha dilakukan untuk mengembangkan obat-
obatan yang dapat mengatasinya. Pengobatan yang berkembang saat ini, targetnya adalah enzim-
enzim yang dihasilkan oleh HIV dan diperlukan oleh virus tersebut untuk berkembang. Enzim-
enzim ini dihambat dengan menggunakan inhibitor yang nantinya akan menghambat kerja enzim-
enzim tersebut dan pada akhirnya akan menghambat pertumbuhan virus HIV.

2.2 ETIOLOGI

4
Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali diisolasi oleh Montagnier dan kawan-
kawan di Prancis pada tahun 1983 dengan nama Lymphadenopathy Associated Virus (LAV),
sedangkan Gallo di Amerika Serikat pada tahun 1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas
kesepakatan internasional pada tahun 1986 nama firus dirubah menjadi HIV.
Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis Retrovirus RNA. Dalam bentuknya yang
asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau melukai sampai ia masuk ke sel
target. Sel target virus ini terutama sel Lymfosit T, karena ia mempunyai reseptor untuk virus HIV
yang disebut CD-4. Didalam sel Lymfosit T, virus dapat berkembang dan seperti retrovirus yang
lain, dapat tetap hidup lama dalam sel dengan keadaan inaktif. Walaupun demikian virus dalam
tubuh pengidap HIV selalu dianggap infectious yang setiap saat dapat aktif dan dapat ditularkan
selama hidup penderita tersebut.
Secara mortologis HIV terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti (core) dan bagian
selubung (envelop). Bagian inti berbentuk silindris tersusun atas dua untaian RNA (Ribonucleic
Acid). Enzim reverce transcriptase dan beberapa jenis prosein. Bagian selubung terdiri atas lipid
dan glikoprotein (gp 41 dan gp 120). Gp 120 berhubungan dengan reseptor Lymfosit (T4) yang
rentan. Karena bagian luar virus (lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, maka HIV termasuk virus
sensitif terhadap pengaruh lingkungan seperti air mendidih, sinar matahari dan mudah dimatikan
dengan berbagai disinfektan seperti eter, aseton, alkohol, jodium hipoklorit dan sebagainya, tetapi
telatif resisten terhadap radiasi dan sinar ultraviolet.
Virus HIV hidup dalam darah, savila, semen, air mata dan mudah mati diluar tubuh. HIV
dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrotag dan sel glia jaringan otak.

1. Masa Inkubasi Aids

5
Masa inkubasi adalah waktu yang diperlukan sejak seseorang terpapar virus HIV sampai
dengan menunjukkan gejala-gejala AIDS. Waktu yang dibutuhkan rata-rata cukup lama dan
dapat mencapai kurang lebih 12 tahun dan semasa inkubasi penderita tidak menunjukkan
gejala-gejala sakit.

Selama masa inkubasi ini penderita disebut penderita HIV. Pada fase ini terdapat masa
dimana virus HIV tidak dapat terdeteksi dengan pemeriksaan laboratorium kurang lebih 3 bulan
sejak tertular virus HIV yang dikenal dengan “masa wndow periode”.
Selama masa inkubasi penderita HIV sudah berpotensi untuk menularkan virus HIV kepada
orang lain dengan berbagai cara sesuai pola transmisi virus HIV. Mengingat masa inkubasi yang
relatif lama, dan penderita HIV tidak menunjukkan gejala-gejala sakit, maka sangat besar
kemungkinan penularan terjadi pada fase inkubasi ini.

2. Cara Penularan

Secara umum ada 5 faktor yang perlu diperhatikan pada penularan suatu penyakit yaitu
sumber infeksi, vehikulum yang membawa agent, host yang rentan, tempat keluar kuman dan
tempat masuk kuman (port’d entrée).
Virus HIV sampai saat ini terbukti hanya menyerang sel Lymfosit T dan sel otak sebagai
organ sasarannya. Virus HIV sangat lemah dan mudah mati diluar tubuh. Sebagai vehikulum yang
dapat membawa virus HIV keluar tubuh dan menularkan kepada orang lain adalah berbagai cairan
tubuh. Cairan tubuh yang terbukti menularkan diantaranya semen, cairan vagina atau servik dan
darah penderita.
Banyak cara yang diduga menjadi cara penularan virus HIV, namun hingga kini cara
penularan HIV yang diketahui adalah melalui :
a. Transmisi Seksual
Penularan melalui hubungan seksual baik Homoseksual maupun Heteroseksual merupakan
penularan infeksi HIV yang paling sering terjadi. Penularan ini berhubungan dengan semen dan
cairan vagina atau serik. Infeksi dapat ditularkan dari setiap pengidap infeksi HIV kepada
pasangan seksnya. Resiko penularan HIV tergantung pada pemilihan pasangan seks, jumlah
pasangan seks dan jenis hubungan seks. Pada penelitian Darrow (1985) ditemukan resiko

6
seropositive untuk zat anti terhadap HIV cenderung naik pada hubungan seksual yang dilakukan
pada pasangan tidak tetap. Orang yang sering berhubungan seksual dengan berganti pasangan
merupakan kelompok manusia yang berisiko tinggi terinfeksi virus HIV.
1) Homoseksual
Didunia barat, Amerika Serikat dan Eropa tingkat promiskuitas homoseksual menderita AIDS,
berumur antara 20-40 tahun dari semua golongan rusial. Cara hubungan seksual anogenetal
merupakan perilaku seksual dengan resiko tinggi bagi penularan HIV, khususnya bagi mitra
seksual yang pasif menerima ejakulasi semen dari seseorang pengidap HIV. Hal ini sehubungan
dengan mukosa rektum yang sangat tipis dan mudah sekali mengalami pertukaran pada saat
berhubungan secara anogenital.
2) Heteroseksual
Di Afrika dan Asia Tenggara cara penularan utama melalui hubungan heteroseksual pada
promiskuitas dan penderita terbanyak adalah kelompok umur seksual aktif baik pria maupun
wanita yang mempunyai banyak pasangan dan berganti-ganti.
b. Transmisi Non Seksual
1) Transmisi parentral
Yaitu akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya (alat tindik) yang telah
terkontaminasi, misalnya pada penyalah gunaan narkotik suntik yang menggunakan jarum suntik
yang tercemar secara bersama-sama. Disamping dapat juga terjadi melaui jarum suntik yang
dipakai oleh petugas kesehatan tanpa disterilkan terlebih dahulu. Resiko tertular cara transmisi
parental ini kurang dari 1%.
Transmisi melalui transfusi atau produk darah terjadi di negara-negara barat sebelum tahun 1985.
Sesudah tahun 1985 transmisi melalui jalur ini di negara barat sangat jarang, karena darah donor
telah diperiksa sebelum ditransfusikan. Resiko tertular infeksi/HIV lewat trasfusi darah adalah
lebih dari 90%.
2) Transmisi transplasental
Penularan dari ibu yang mengandung HIV positif ke anak mempunyai resiko sebesar 50%.
Penularan dapat terjadi sewaktu hamil, melahirkan dan sewaktu menyusui. Penularan melalui air
susu ibu termasuk penularan dengan resiko rendah.

Cairan Tubuh yang tidak mengandung Virus HIV pada penderita HIV+ :

7
1. Air liur / air ludah / saliva
2. Feses / kotoran / tokai / bab / tinja
3. Air mata
4. Air keringat
5. Air seni / air kencing / air pipis / urin / urine

2.3 PATOFISIOLOGI
HIV tergolong dalam retro virus ini menyebabkan membawa genetic dalam RNA
(Ribonukleat acid) bukan DNA (Deoxiribonukleat acid). Virions HIV (partikel virus yang lengkap
dibungkus oleh selubung pelindung) mengandung RNA dalam inti bentuk peluru yang terpancing
dimana P24 merupakan komplikasi structural utama . Tombd (knod) yang menonjol lewat dinding
virus terdiri dari protein gp120 yang terkait pada procing p41 bagian yang secara selektif berkaitan
dengan sel CD4 positif (D4 + ) adalah gp 120 dari HIV. Sel Cd4 mencakup monosit, makrofag
dan limfosit T4 helper ( yang dinamakan sel CD4 kalau dikaitkan dengan infeksi HIV), limfosit
T4 helper merupakan sel terbanyak, sesudah terikat dengan membrane sel T4 helper HIV akan
menginjeksikan dua utas bengan RNA yang identik kedalam sel T4 helper. Dengan menggunakan
enzim reverse transcriptase HIV melakukan pemograman ulang materi genetic sel T4 yang
terinfeksi untuk membuat double-strandet DNA (DNA utas gonad. DNA akan disatukan ke
nukleus T4sebagai sebuah pro virus dan terjadi infeksi permanent siklus replikasi HIV dibatasi
dalam stadium ini sampai sel yang terinfeksi diaktifkan. Aktivasi sel yang terinfeksi dilaksanakan
antigen, mitogen sitokin CTNF alfa atau interleukin V atau produk gen virus seperti :
cytomegalovirus (Cm V ), epsten Bam Virus, Herpes simplek atau hepatic, akibatnya sel T4 yang
terinfeksi diaktifkan, replikasi serta pembentukan tunas HIV terjadi sel T4 dapt dihancurkan HIV
baru dibentuk dan dilepaskan dari darah dan menginfeksi sel Cd4+ lainnya.
Infeksi monosit dan makrofag tampaknya berlangsung persisiten dan tidak mengakibatkan
kematian sel yang bermakna, tetapi sel ini menjadi reservoir HIV sehingga virus dapat
bersembunyi dan sisitem imun yang terangkut ke seluruh tubuh lewat system ini dan menginfeksi
jaringan tubuh. Sebagian besar jaringan ini mengandung molekul CD4 + yang lain. Siitem imun
pada infeksi HIV lebih aktif dari yang diperkirakan sebelumnya dan terproduksikan sebesar 2
milyar limfosit CD4+ yang lain. Keseluruhan populasi sel Cd4+ perifer akan mengalami
pergantian (turn over) tiap 15 hari sekali.

8
Kecepatan produksi HIV terkait dengan status kesehatan orang yang terjangkit infeksi
tersebut jika orang tersebut tidak sedang terperangi melawan infeksi HIV lain, reproduksi HIV
akan alambat. Reproduksi HIV akan dipercepat kalau penderita sedang menghadapi infeksi lain/
system imun terstimulasi. Reaksi ini dapat menjelaskan periode laten yang diperlihatkan sebagian
penderita yang terinfeksi HIV simtomatik 10 tahun sesudah terinfeksi. Dalam respon imun,
limfosit T4 berperan penting mengenali antigen asing mengaktifkan limfosit B yang memproduksi
antibody, menstimulasi limfosit sitotoksik, memproduksi limfokin pertahanan tubuh terhadap
infeksi, T4 terganggu mikroorganisme yang menimbulkan penyakit akan berkesempatan
menginvasi dan menyebabakan sakit seirus. Injeksi dan melignasi timbul akibat gangguan system
imun ( infeksi oportunistik ).

2.4 MANIFESTASI KLINIS


Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 – 2 minggu pasien akan merasakan
sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami
demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit,
limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral.

Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS
(bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi
opurtunistik, yang paling umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang
disebabkan suatu protozoa, infeksi lain termasuk menibgitis, kandidiasis, cytomegalovirus,
mikrobakterial, atipikal.

1. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala
penyakit biasa seperti demam berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit
leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak merah ditubuh.

2. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala Diketahui oleh pemeriksa kadar
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah akan diperoleh hasil positif.

3. Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala pembengkakan kelenjar
getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3 bulan.

9
Sejak 1 januari 1993, orang-orang dengan keadaan yang merupakan indicator AIDS
(kategori C) dan orang yang termasuk didalam kategori A3 atau B3 dianggap menderita AIDS.
Ada beberapa klasifikasi tanda/keadaan klinis seseorang dikatakan menderita AIDS yaitu :

1. Kategori Klinis A

Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja dengan infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) yang sudah dapat dipastikan tanpa keadaan dalam kategori klinis
B dan C yaitu :

a. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang simptomatik.

b. Limpanodenopati generalisata yang persisten ( PGI : Persistent Generalized Limpanodenophaty )

c. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut dengan sakit yang menyertai atau
riwayat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang akut.

2. Kategori Klinis B

Contoh-contoh keadaan dalam kategori klinis B mencakup :

a. Angiomatosis Baksilaris

b. Kandidiasis Orofaring/ Vulvavaginal (peristen,frekuen / responnya jelek terhadap terapi

c. Displasia Serviks ( sedang / berat karsinoma serviks in situ )

d. Gejala konstitusional seperti panas ( 38,5o C ) atau diare lebih dari 1 bulan.

e. Leukoplakial yang berambut

f. Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang bebeda / terjadi pada lebih dari satu dermaton saraf.

g. Idiopatik Trombositopenik Purpura

h. Penyakit inflamasi pelvis, khusus dengan abses Tubo Varii.

3. Kategori Klinis C

Contoh keadaan dalam kategori pada dewasa dan remaja mencakup :

a. Kandidiasis bronkus,trakea / paru-paru, esophagus

10
b. Kanker serviks inpasif

c. Koksidiomikosis ekstrapulmoner / diseminata

d. Kriptokokosis ekstrapulmoner

e. Kriptosporidosis internal kronis

f. Cytomegalovirus (bukan hati,lien, atau kelenjar limfe)

g. Refinitis Cytomegalovirus ( gangguan penglihatan )

h. Enselopathy berhubungan dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV)

i. Herpes simpleks (ulkus kronis, bronchitis, pneumonitis / esofagitis )

j. Histoplamosis diseminata / ekstrapulmoner

k. Isoproasis intestinal yang kronis

l. Sarkoma Kaposi

m. Limpoma Burkit , Imunoblastik, dan limfoma primer otak

n. Kompleks mycobacterium avium ( M.kansasi yang diseminata / ekstrapulmoner

o. M.Tubercolusis pada tiap lokasi (pulmoner / ekstrapulmoner )

p. Mycobacterium, spesies lain,diseminata / ekstrapulmoner

q. Pneumonia Pneumocystic Cranii

r. Pneumonia Rekuren

s. Leukoenselophaty multifokal progresiva

t. Septikemia salmonella yang rekuren

u. Toksoplamosis otak

v. Sindrom pelisutan akibat Human Immunodeficiency Virus ( HIV)

2.5 KOMPLIKASI

1. Oral Lesi

11
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human
Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan,
keletihan dan cacat.

2. Neurologik
a. Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada
sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia,
dan isolasi social.
b. Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit,
meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
c. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis.
d. Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus (HIV)

3. Gastrointestinal
a. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi.
Dengan efek, penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.
b. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan
anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
c. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat
infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.

4. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan
strongyloides dengan efek nafas pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.

5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi
otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan
sepsis.

12
6. Sensorik
a. Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
b. Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek nyeri.

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Tes Laboratorium
Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat penelitian. Tes
dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human Immunodeficiency Virus
(HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta responnya terhadap terapi Human
Immunodeficiency Virus (HIV)
a. Serologis
1) Tes antibody serum
Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes positif, tapi bukan
merupakan diagnosa
2) Tes blot western
Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV)
3) Sel T limfosit
Penurunan jumlah total
4) Sel T4 helper
Indikator system imun (jumlah <200>
5) T8 ( sel supresor sitopatik )
Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper ( T8 ke T4 )
mengindikasikan supresi imun.
6) P24 ( Protein pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus (HIV )
Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi

7) Kadar Ig
Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati normal
8) Reaksi rantai polimerase
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler.

13
9) Tes PHS
Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif
2. Neurologis
EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)

3. Tes Lainnya
a. Sinar X dada
Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap lanjut atau adanya komplikasi lain

b. Tes Fungsi Pulmonal


Deteksi awal pneumonia interstisial
c. Skan Gallium
Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk pneumonia lainnya.
d. Biopsis
Diagnosa lain dari sarcoma Kaposi
e. Brankoskopi / pencucian trakeobronkial
Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan kerusakan paru-paru

4. Tes HIV
Banyak orang tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi virus HIV.[51] Kurang dari 1%
penduduk perkotaan di Afrika yang aktif secara seksual telah menjalani tes HIV, dan
persentasenya bahkan lebih sedikit lagi di pedesaan. Selain itu, hanya 0,5% wanita mengandung
di perkotaan yang mendatangi fasilitas kesehatan umum memperoleh bimbingan tentang AIDS,
menjalani pemeriksaan, atau menerima hasil tes mereka. Angka ini bahkan lebih kecil lagi di
fasilitas kesehatan umum pedesaan.[51] Dengan demikian, darah dari para pendonor dan produk
darah yang digunakan untuk pengobatan dan penelitian medis, harus selalu diperiksa kontaminasi
HIV-nya.
Tes HIV umum, termasuk imunoasai enzim HIV dan pengujian Western blot, dilakukan
untuk mendeteksi antibodi HIV pada serum, plasma, cairan mulut, darah kering, atau urin pasien.
Namun demikian, periode antara infeksi dan berkembangnya antibodi pelawan infeksi yang dapat
dideteksi (window period) bagi setiap orang dapat bervariasi. Inilah sebabnya mengapa dibutuhkan

14
waktu 3-6 bulan untuk mengetahui serokonversi dan hasil positif tes. Terdapat pula tes-tes
komersial untuk mendeteksi antigen HIV lainnya, HIV-RNA, dan HIV-DNA, yang dapat
digunakan untuk mendeteksi infeksi HIV meskipun perkembangan antibodinya belum dapat
terdeteksi. Meskipun metode-metode tersebut tidak disetujui secara khusus untuk diagnosis infeksi
HIV, tetapi telah digunakan secara rutin di negara-negara maju.

2.7 PENATALAKSANAAN
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human Immunodeficiency Virus
(HIV), bisa dilakukan dengan :
1. Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan pasangan yang tidak terinfeksi.
2. Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks terakhir yang tidak
terlindungi.
3. Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas status Human
Immunodeficiency Virus (HIV) nya.
4. Tidak bertukar jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya.
5. Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir.

Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terpinya yaitu :


1. Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik,nasokomial,
atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan
komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.
2. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS,
obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan
menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4
nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3

3. Terapi Antiviral Baru

15
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat
replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
a. Didanosine
b. Ribavirin
c. Diedoxycytidine
d. Recombinant CD 4 dapat larut
e. Vaksin dan Rekonstruksi Virus

Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka
perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan
dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
a. Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan sehat,hindari
stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan yang mengganggu fungsi imun.
b. Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat reflikasi
Human Immunodeficiency Virus (HIV).

2.8 PENCEGAHAN
Tiga jalur utama (rute) masuknya virus HIV ke dalam tubuh ialah melalui hubungan
seksual, persentuhan (paparan) dengan cairan atau jaringan tubuh yang terinfeksi, serta dari ibu ke
janin atau bayi selama periode sekitar kelahiran (periode perinatal). Walaupun HIV dapat
ditemukan pada air liur, air mata dan urin orang yang terinfeksi, namun tidak terdapat catatan kasus
infeksi dikarenakan cairan-cairan tersebut, dengan demikian resiko infeksinya secara umum dapat
diabaikan.
1. Hubungan seksual
Mayoritas infeksi HIV berasal dari hubungan seksual tanpa pelindung antarindividu yang
salah satunya terkena HIV. Hubungan heteroseksual adalah modus utama infeksi HIV di dunia.
Selama hubungan seksual, hanya kondom pria atau kondom wanita yang dapat mengurangi
kemungkinan terinfeksi HIV dan penyakit seksual lainnya serta kemungkinan hamil. Bukti terbaik
saat ini menunjukan bahwa penggunaan kondom yang lazim mengurangi resiko penularan HIV
sampai kira-kira 80% dalam jangka panjang, walaupun manfaat ini lebih besar jika kondom
digunakan dengan benar dalam setiap kesempatan. Kondom laki-laki berbahan lateks, jika

16
digunakan dengan benar tanpa pelumas berbahan dasar minyak, adalah satu-satunya teknologi
yang paling efektif saat ini untuk mengurangi transmisi HIV secara seksual dan penyakit menular
seksual lainnya. Pihak produsen kondom menganjurkan bahwa pelumas berbahan minyak seperti
vaselin, mentega, dan lemak babi tidak digunakan dengan kondom lateks karena bahan-bahan
tersebut dapat melarutkan lateks dan membuat kondom berlubang. Jika diperlukan, pihak produsen
menyarankan menggunakan pelumas berbahan dasar air. Pelumas berbahan dasar minyak
digunakan dengan kondom poliuretan.
Kondom wanita adalah alternatif selain kondom laki-laki dan terbuat dari poliuretan, yang
memungkinkannya untuk digunakan dengan pelumas berbahan dasar minyak. Kondom wanita
lebih besar daripada kondom laki-laki dan memiliki sebuah ujung terbuka keras berbentuk cincin,
dan didesain untuk dimasukkan ke dalam vagina. Kondom wanita memiliki cincin bagian dalam
yang membuat kondom tetap di dalam vagina — untuk memasukkan kondom wanita, cincin ini
harus ditekan. Kendalanya ialah bahwa kini kondom wanita masih jarang tersedia dan harganya
tidak terjangkau untuk sejumlah besar wanita. Penelitian awal menunjukkan bahwa dengan
tersedianya kondom wanita, hubungan seksual dengan pelindung secara keseluruhan meningkat
relatif terhadap hubungan seksual tanpa pelindung sehingga kondom wanita merupakan strategi
pencegahan HIV yang penting.
Penelitian terhadap pasangan yang salah satunya terinfeksi menunjukkan bahwa dengan
penggunaan kondom yang konsisten, laju infeksi HIV terhadap pasangan yang belum terinfeksi
adalah di bawah 1% per tahun. Strategi pencegahan telah dikenal dengan baik di negara-negara
maju. Namun, penelitian atas perilaku dan epidemiologis di Eropa dan Amerika Utara
menunjukkan keberadaan kelompok minoritas anak muda yang tetap melakukan kegiatan beresiko
tinggi meskipun telah mengetahui tentang HIV/AIDS, sehingga mengabaikan resiko yang mereka
hadapi atas infeksi HIV. Namun demikian, transmisi HIV antarpengguna narkoba telah menurun,
dan transmisi HIV oleh transfusi darah menjadi cukup langka di negara-negara maju.
Pada bulan Desember tahun 2006, penelitian yang menggunakan uji acak terkendali
mengkonfirmasi bahwa sunat laki-laki menurunkan resiko infeksi HIV pada pria heteroseksual
Afrika sampai sekitar 50%. Diharapkan pendekatan ini akan digalakkan di banyak negara yang
terinfeksi HIV paling parah, walaupun penerapannya akan berhadapan dengan sejumlah isu
sehubungan masalah kepraktisan, budaya, dan perilaku masyarakat. Beberapa ahli

17
mengkhawatirkan bahwa persepsi kurangnya kerentanan HIV pada laki-laki bersunat, dapat
meningkatkan perilaku seksual beresiko sehingga mengurangi dampak dari usaha pencegahan ini.
Pemerintah Amerika Serikat dan berbagai organisasi kesehatan menganjurkan Pendekatan
ABC untuk menurunkan resiko terkena HIV melalui hubungan seksual. Adapun rumusannya
dalam bahasa Indonesia:

Anda jauhi seks,


“ Bersikap saling setia dengan pasangan, ”
Cegah dengan kondom.

2. Kontaminasi cairan tubuh terinfeksi


Wabah AIDS di Afrika Sub-Sahara tahun 1985-2003. Pekerja kedokteran yang mengikuti
kewaspadaan universal, seperti mengenakan sarung tangan lateks ketika menyuntik dan selalu
mencuci tangan, dapat membantu mencegah infeksi HIV.
Semua organisasi pencegahan AIDS menyarankan pengguna narkoba untuk tidak berbagi
jarum dan bahan lainnya yang diperlukan untuk mempersiapkan dan mengambil narkoba
(termasuk alat suntik, kapas bola, sendok, air pengencer obat, sedotan, dan lain-lain). Orang perlu
menggunakan jarum yang baru dan disterilisasi untuk tiap suntikan. Informasi tentang
membersihkan jarum menggunakan pemutih disediakan oleh fasilitas kesehatan dan program
penukaran jarum. Di sejumlah negara maju, jarum bersih terdapat gratis di sejumlah kota, di
penukaran jarum atau tempat penyuntikan yang aman. Banyak negara telah melegalkan
kepemilikan jarum dan mengijinkan pembelian perlengkapan penyuntikan dari apotek tanpa perlu
resep dokter.
3. Penularan dari ibu ke anak
Penelitian menunjukkan bahwa obat antiretrovirus, bedah caesar, dan pemberian makanan
formula mengurangi peluang penularan HIV dari ibu ke anak (mother-to-child transmission,
MTCT). Jika pemberian makanan pengganti dapat diterima, dapat dikerjakan dengan mudah,
terjangkau, berkelanjutan, dan aman, ibu yang terinfeksi HIV disarankan tidak menyusui anak
mereka. Namun demikian, jika hal-hal tersebut tidak dapat terpenuhi, pemberian ASI eksklusif
disarankan dilakukan selama bulan-bulan pertama dan selanjutnya dihentikan sesegera mungkin.
Pada tahun 2005, sekitar 700.000 anak di bawah umur 15 tahun terkena HIV, terutama melalui

18
penularan ibu ke anak; 630.000 infeksi di antaranya terjadi di Afrika. Dari semua anak yang diduga
kini hidup dengan HIV, 2 juta anak (hampir 90%) tinggal di Afrika Sub Sahara.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Fokus pengkajian
Pengkajian umum pasien AIDS
a. Aktivitas/istirahat

19
 Gejala : mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, progresi
kelelaha/malaise. Perubahan pola tidur.
 Tanda : kelelahan otot, menurunya masa otot. Respon fisiologis terhadap aktivitas seperti
perubahan dalam TD, frekuensi jantung, pernafasan.
b. Sirkulasi
 Gejala : proses penyembuhan luka yang lambat; perdarahan lama pada cedera.
 Tanda : takikardia, perubahan TD postural, menurunnya volume nadi perifer, pucat atau sianosis;
parpanjangan pengisian kapiler.
c. Integritas ego
 Gejala : faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan (keluarga, pekerjan, gaya hidup,dll),
mengkuatirkan penampilan (menurunyya berat badan,dd), mengingkari diagnosa, merasa tidak
berdaya,putus asa, tidak berguna, rasa bersalah, dan depresi.
 Tanda : mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri.perilaku marah, menangis, kontak mata
yang kurang.
d. Eliminasi
 Gejala : diare yang intermiten, terus menerus, sering atau tanpa disertai kram abdominal. Nyeri
panggul, rasa terbakar saat miksi.
 Tanda : feses enter atau tanpa disertai mucus atau darah. Diare pekat yang sering, nyeri tekan
abdominal, lesi atau abses rectal, perianal. Perubahan dalam jumlah, warna, sdan karakteristik
urine.
e. Makanan/cairan
Gejala : tidak nafsu makan, perubahan dalam mengenali makanan, mual/muntah. Disfagia, nyeri
retrosternal saat menelan. penurunan berat badan yang progresif.
 Tanda : Penurunan berat badan, dapat menunjukkan adanya bising usus hiperaktif, turgor kulit
buruk, lesi pada rongga mulut, adanya selaput puih dan perubahan warna, edema.

f. Hygiene
 Gejala :tidak dapat menyelesaikan AKS
 Tanda :memperlihatkan penampilan yang tidak rapih. Kekurangan dalam banyak atau semua
perawatan diri, aktivitas perawatan diri.
g. Neurosensori

20
 Gejala :pusing/pening, sakit kepala. Perubahan status mental, kehilangan ketajaman/
kemampuan diri untukmengawasi masalah, tidak mampu mrngingat/ konsentrasi
menurun.kelemahan otot, tremor, dan perubahan ketajaman penglihatan. Kebas, kasemutan pada
ekstremiats(kaki menunjukkan perubahan paling awal).
 Tanda : perubahan status mental, dngan rentang antara kacau mental sampai demensia, lupa,
konsentrasi buruk, tingkat kasadaran menurun, apatis, retardasi psikomotor/respon lambat. Ide
paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis. Timbul reflek tidak
normal, menurunnya kekuatan otot, dan gaya berjalan ataksia.tremor pada motorik kasar/halus,
menurunnya motorik fokalis. Hemoragi retina dan eksudat.
h. Nyeri/kenyamanan
 Gejala : nyeri umu /local, sakit, rasa terbakar pada kaki. Sakit kepala, nyeri dada pleuritis.
 Tanda : pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan. Penurunan rentang gerak,
perubahan gaya berjalan/pincang, gerak otot melindungi yang sakit.
i. Pernapasan
 Gejala : ISK sering, menetap. Napas pendek yang progresif. Batuk (mulai dari sedang sampai
parah), produktif/non-produktif sputum. Bendungan atau sesak pada dada.
 Tanda : takipneu, disters pernapasan. Perubahan bunyi npas/bunyi napas adventius. Sputum
j. Keamanan
 Gejala : riwayat jath, terbakar, pingsan, luka yang lambat penyembuhannya. Riwayat menjalani
tranfusi darah yang sering atau berulang. Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap
lanjut. Demam berulang: suhu rendah, peningkatan suhu intermitetn/memuncak; berkeringat
malam.
 Tanda : perubahan integritas kulit : terpotong, ram, mis. Eczema, eksantem, psoriasis, perubahan
warna, perubahan ukuran/ mola warna mla,; mudah terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan
sebabnya. Rectum, luka-luka perianal/abses,.timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar linfe pada
dua area tubuh/lebih (leher, ketiak, paha).menurunnya kekebalan imim, tekanan otot, perubahan
pada gaya berjalan.
k. Seksualitas
 Gejala : riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksual deang pasangan
yang positif HIV, pasangan seksual mltipel, aktivitas seksual yang tidak terlindung, dan seks anal.

21
Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan seks.penggunaan kondom yang tidak
konsisten. Menggunakan pil pencegah kehamilan.
 Tanda : kehamilan atau resiko terhadap hamil. Genetalia : manifestasi kulit(mis. Kutil, herpes)
l. Interaksi social
 Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,mis. Kehilangan karabat/orang terdekat,
teman, pendukung.rasa takut untuk mengungkapkannya pada orang lain, takut akan
penolakan/kehilangan pendapatan. Isolasi, keseian, teman dekat ataupun pasangan yang
meninggal karena AIDS. Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu
membuat rencana.
 Tanda : perubahan oada interaksi keluarga/ orang terdekat.aktivitas yang tak terorganisasi.
m. Penyuluhan/pembelajaran
 Gejala :kegagalan untuk mengikuti perwatan, melanjutkan perilaku beresiko
tinggi(seksual/penggunaan obat-obatan IV). Penggunaan/ penyalahgunaan obat-obatan IV, sast ini
merokok, penyalahgunaan alcohol.
 Pertinbangan rencana pemulangan: memerlukan bantuan keuangan, obat-obatan/tindakan,
perawatan kulit/luka, peralatan/bahan, transpotasi, belanja makanan dan persiapan ; perawatan
diri, prosedur perawatan teknis,dll.

B. Diagnos Keperawatan
a. RESTI infeksi berhubungan dengan respon imunitas yang berkurang ( Immuno supresi).
b. Kurang pengetahuan berhubungan dengan cara pencegahan penularan HIV.
c. Isolasi social berhubungan dengan mudahnya transmisi atau proses penularan penyakit

22
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan

1 Resiko tinggi Setelah dilakukan


- Pantau adanya infeksi- Deteksi dini
infeksi tindakan keperawatan, ( demam, menggigil, terhadap infeksi
berhubungan infeksi bisa pada klien diaporesis, batuk, nafas penting untuk
dengan respon bisa diatasi dengan pendek, nyeri oral atau melakukan
imunitas yang kriteria hasil : nyeri menelan , bercak tindakan segera .
berkurang -( Tidak ada demam dan berwarna crem infeksi lama dan
Immuno bebas dari pengeluaran dirongga oral, sering berulang
supresi). / sekresi purulen dan berkemih, disuria, memperberat

tanda-tanda lain dari kemerahan, bengkak, kelemahan pasien .

kondisi infeksi. drainase dari lkua, lesi

- Bisa mencapai masa vesicular diwajah, - Esofagitis

penyembuhan luka / bibir, area perianal ). mungkin terjadi

lesi. - Pantau keluhan nyeri sekunder akibat


ulu hati, disfagia, sakit kandidiasis oral
retrosternal pada waktu atapun herpes.
menelan, peningkatan Kriptosporidiosis
kejang abdominal, adalah infeksi
diare hebat. parasit yang
menyebabkan diare
encer (seringkali
lebih besar dari 15
lt/hari.
- Identifikasi atau
perawatan awal
dari infeksi
sekunder dapat
- Periksa adanya luka
atau lokasi alat invasif,

23
perhatikan tanda-tanda mencegah
inflamasi/infeksi lokal. terjadinya sepsis.
- berikan deteksi
dini terhsadap
infeksi.
- Ajarkan pasien atau
pemberi perawatan
tentang perlunya
melaporkan
kemungkinan infeksi .
-

2 Kurang Setelah dilakukan


- Instruksikan pasien, - Pngetahuan
pengetahuan tindakan keperawatan. keluarga, teman, tentang penularan
berhubungan Klien diharapkan bisa tentang rute penularan penyakit
dengan cara mengetahui bagaimana HIV. membantu
pencegahan pencegahan penularan mencegah
penularan HIV, HIV, dan juga pasien penyabaran
dan kebutuhan bisa memulai penyakit, dan
pengobatan. perubahan gaya hidup mencegah rasa
yang perlu, dan ikut takut.
serta dalam -
aturan Berikan informasi - Memberikan
perawatan. penatalaksanaan gejala pasien peningkatan
yang melengkapi kontrol, atau
aturan medis, misal mengurangi risiko
pada diare intermiten rasa malu dan
gunakan lomotil meningkatkan
sebelum pergi kenyamanan.
kekegiatan sosial. - Merangsang
pelepasan endorfin
pada otak,

24
- Dorong aktivitas atau meningkatkan rasa
latihan pada tingkat sejahtera
yang dapat ditoleransi- Memberi
pasien. kesempatan untuk
mengubah aturan
untuk memenuhi
kebutuhan
- Tekankan perlunya
perubahan
melanjutkan perawatan
individual.
kesehatan dan
- Mencegah atau
evaluasi.
mengurangi
kepenatan,
meningkatkan
kemampuan

- Tekankan pentingnya
istirahat yang adekuat
3 Isolasi social Setelah dilakukan
- Kaji pola interaksi - menetapkan dasar
berhubungan tindakan keperawatan social yang lazim. untuk intervensi
dengan Klien bisa individual.
mudahnya menunjukkan - Dorong adanya - Membantu
transmisi atau peningkatan perasaan hubungan yang aktif memamntapkan
proses penularan harga diri dan dengan orang terdekat partisifasi pada
penyakit. berpartisifasi dalam hubungan sosial.
aktivitas atau program Dapat mengurangi
pada tingkat kemungkinan
kemampuan/hasrat. upaya bunuh diri.
- Indikasi bahwa
putus asa dan ide
untuk bunuh diri

25
- Waspadai gejala- sering muncul ;
gejala ketika tanda-tanda
verbal/nonverbal, ini diketahui oleh
misalnya menarik diri, pemberi
putus asa, perasaan perawatan, pasien
kesepian. Tanyakan umumnya ingin
kepada klien apakah bicara mengenai
pernah berfikir untuk perasaan ingin
bunuh diri. bunuh diri,
terisolasi dan putus
asa.

26
A. Masalah Yang lazim muncul pada klien

1. Kelelahan b/d status penyakit, anemia, malnutrisi

2. Nyeri akut/kronis b/d infeksi, nyeri abdomen

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan pencernaan

4. Diare b/d proses pemyakit

B. Discharge Planning

1. Ajarkan pada anak dan keluarga untuk menghubungi tim kesehatan bila terdapat tanda tanda atau gejala infeksi

2. Ajarkan pada anak dan keluarga untuk mengamati respon terhadap pengobatan dan memberitahu dokter
tentangadanya efek samping

3. Ajarkan pada anak dan keluarga tentang penjadwalan pemeriksaan lebih lanjut.

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Kelelahan b/d status NOC : NIC :


penyakit, anemia,
 Endurance Energy Management
malnutrisi
 Concentration  Observasi adanya pembatasan klien
dalam melakukan aktivitas
 Energy conservation
 Dorong anal untuk mengungkapkan
 Nutritional status : energy
perasaan terhadap keterbatasan
Kriteria Hasil :
 Kaji adanya factor yang
 Memverbalisasikan peningkatan menyebabkan kelelahan
energi dan merasa lebih baik
 Monitor nutrisi dan sumber energi
 Menjelaskan penggunaan energi tangadekuat
untuk mengatasi kelelahan

27
 Monitor pasien akan adanya
kelelahan fisik dan emosi secara
berlebihan

 Monitor respon kardivaskuler


terhadap aktivitas

 Monitor pola tidur dan lamanya


tidur/istirahat pasien

2 Nyeri akut/kronis b/d NOC :


infeksi, nyeri abdomen
 Pain Level, Pain Management
Definisi :  Lakukan pengkajian nyeri secara
 Pain control,
komprehensif termasuk lokasi,
Sensori yang tidak
 Comfort level karakteristik, durasi, frekuensi,
menyenangkan dan
kualitas dan faktor presipitasi
pengalaman emosional yang Kriteria Hasil :
muncul secara aktual atau  Observasi reaksi nonverbal dari
 Mampu mengontrol nyeri (tahu
potensial kerusakan jaringan ketidaknyamanan
penyebab nyeri, mampu
atau menggambarkan adanya
menggunakan  Gunakan teknik komunikasi terapeutik
tehnik
kerusakan (Asosiasi Studi
nonfarmakologi untuk mengurangi untuk mengetahui pengalaman nyeri
Nyeri Internasional): serangan
nyeri, mencari bantuan) pasien
mendadak atau pelan
intensitasnya dari ringan  Kaji kultur yang mempengaruhi respon
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang
sampai berat yang dapat dengan menggunakan manajemen nyeri
diantisipasi dengan akhir yang nyeri
 Evaluasi pengalaman nyeri masa
dapat diprediksi dan dengan
 Mampu mengenali nyeri (skala, lampau
durasi kurang dari 6 bulan.
intensitas, frekuensi dan tanda
 Evaluasi bersama pasien dan tim
Batasan karakteristik : nyeri)
kesehatan lain tentang
- Laporan secara verbal atau  Menyatakan rasa nyaman setelah ketidakefektifan kontrol nyeri masa
non verbal nyeri berkurang lampau

- Fakta dari observasi  Tanda vital dalam rentang normal  Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan dukungan

28
- Posisi antalgic untuk  Kontrol lingkungan yang dapat
menghindari nyeri mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan
- Gerakan melindungi
kebisingan

- Tingkah laku berhati-hati


 Kurangi faktor presipitasi nyeri

- Muka topeng  Pilih dan lakukan penanganan nyeri


(farmakologi, non farmakologi dan
- Gangguan tidur (mata sayu,
inter personal)
tampak capek, sulit atau
gerakan kacau, menyeringai)  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
- Terfokus pada diri sendiri
 Ajarkan tentang teknik non farmakologi
- Fokus menyempit (penurunan
persepsi waktu, kerusakan  Berikan analgetik untuk mengurangi
proses berpikir, penurunan nyeri
interaksi dengan orang dan
 Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
lingkungan)
 Tingkatkan istirahat
- Tingkah laku distraksi, contoh
: jalan-jalan, menemui orang  Kolaborasikan dengan dokter jika ada
lain dan/atau aktivitas, keluhan dan tindakan nyeri tidak
aktivitas berulang-ulang) berhasil

- Respon autonom (seperti  Monitor penerimaan pasien tentang


diaphoresis, perubahan manajemen nyeri
tekanan darah, perubahan
Analgesic Administration
nafas, nadi dan dilatasi pupil)
 Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
- Perubahan autonomic dalam
dan derajat nyeri sebelum
tonus otot (mungkin dalam
pemberian obat
rentang dari lemah ke kaku)
 Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
- Tingkah laku ekspresif (contoh
dosis, dan frekuensi
: gelisah, merintih, menangis,

29
waspada, iritabel, nafas  Cek riwayat alergi
panjang/berkeluh kesah)
 Pilih analgesik yang diperlukan atau
- Perubahan dalam nafsu kombinasi dari analgesik ketika
makan dan minum pemberian lebih dari satu

Faktor yang berhubungan :  Tentukan pilihan analgesik tergantung


tipe dan beratnya nyeri
Agen injuri (biologi, kimia, fisik,
psikologis)  Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal

 Pilih rute pemberian secara IV, IM


untuk pengobatan nyeri secara
teratur

 Monitor vital sign sebelum dan


sesudah pemberian analgesik
pertama kali

 Berikan analgesik tepat waktu


terutama saat nyeri hebat

 Evaluasi efektivitas analgesik, tanda


dan gejala (efek samping)

3 Ketidakseimbangan nutrisi NOC : Nutrition Management


kurang dari kebutuhan
 Nutritional Status :  Kaji adanya alergi makanan
tubuh b/d gangguan
pencernaan  Nutritional Status : food and Fluid  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Intake menentukan jumlah kalori dan nutrisi
Definisi : Intake nutrisi tidak yang dibutuhkan pasien.
cukup untuk keperluan  Nutritional Status : nutrient Intake

metabolisme tubuh.  Anjurkan pasien untuk meningkatkan


 Weight control
intake Fe
Batasan karakteristik :
Kriteria Hasil :
 Anjurkan pasien untuk meningkatkan
protein dan vitamin C

30
- Berat badan 20 % atau lebih  Adanya peningkatan berat badan  Berikan substansi gula
di bawah ideal sesuai dengan tujuan
 Yakinkan diet yang dimakan
- Dilaporkan adanya intake  Beratbadan ideal sesuai dengan mengandung tinggi serat untuk
makanan yang kurang dari tinggi badan mencegah konstipasi
RDA (Recomended Daily
 Mampumengidentifikasi kebutuhan Berikan makanan yang terpilih ( sudah
Allowance)
nutrisi dikonsultasikan dengan ahli gizi)
- Membran mukosa dan
 Tidk ada tanda tanda malnutrisi  Ajarkan pasien bagaimana membuat
konjungtiva pucat
catatan makanan harian.
 Menunjukkan peningkatan fungsi
- Kelemahan otot yang
pengecapan dari menelan  Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
digunakan untuk kalori
menelan/mengunyah  Tidak terjadi penurunan berat badan
yang berarti  Berikan informasi tentang kebutuhan
- Luka, inflamasi pada rongga nutrisi
mulut
 Kaji kemampuan pasien untuk
- Mudah merasa kenyang, mendapatkan nutrisi yang
sesaat setelah mengunyah dibutuhkan
makanan
Nutrition Monitoring
- Dilaporkan atau fakta adanya
 BB pasien dalam batas normal
kekurangan makanan
 Monitor adanya penurunan berat
- Dilaporkan adanya perubahan
badan
sensasi rasa
 Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
- Perasaan ketidakmampuan
biasa dilakukan
untuk mengunyah makanan
 Monitor interaksi anak atau orangtua
- Miskonsepsi
selama makan
- Kehilangan BB dengan
 Monitor lingkungan selama makan
makanan cukup
 Jadwalkan pengobatan dan tindakan
- Keengganan untuk makan
tidak selama jam makan

31
- Kram pada abdomen  Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
- Tonus otot jelek
 Monitor turgor kulit
- Nyeri abdominal dengan atau
tanpa patologi  Monitor kekeringan, rambut kusam,
dan mudah patah
- Kurang berminat terhadap
makanan  Monitor mual dan muntah

- Pembuluh darah kapiler mulai  Monitor kadar albumin, total protein,


Hb, dan kadar Ht
rapuh

 Monitor makanan kesukaan


- Diare dan atau steatorrhea

 Monitor pertumbuhan dan


- Kehilangan rambut yang
perkembangan
cukup banyak (rontok)
 Monitor pucat, kemerahan, dan
- Suara usus hiperaktif
kekeringan jaringan konjungtiva
- Kurangnya informasi,
 Monitor kalori dan intake nuntrisi
misinformasi
 Catat adanya edema, hiperemik,
Faktor-faktor yang
hipertonik papila lidah dan cavitas
berhubungan :
oral.
Ketidakmampuan pemasukan
 Catat jika lidah berwarna magenta,
atau mencerna makanan atau
scarlet
mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan faktor
biologis, psikologis atau
ekonomi.

4 Diare b/d proses NOC: NIC :


pemyakit
 Bowel elimination Diarhea Management

 Fluid Balance  Evaluasi efek samping pengobatan


terhadap gastrointestinal

32
 Hydration  Ajarkan pasien untuk menggunakan
obat antidiare
 Electrolyte and Acid base Balance
 Instruksikan pasien/keluarga
untukmencatat warna, jumlah,
Kriteria Hasil : frekuenai dan konsistensi dari feses

 Evaluasi intake makanan yang


 Feses berbentuk, BAB sehari sekali-
tiga hari masuk

 Identifikasi factor penyebab dari diare


 Menjaga daerah sekitar rectal dari
iritasi
 Monitor tanda dan gejala diare
 Tidak mengalami diare
 Observasi turgor kulit secara rutin
 Menjelaskan penyebab diare dan
 Ukur diare/keluaran BAB
rasional tendakan
 Hubungi dokter jika ada kenanikan
 Mempertahankan turgor kulit
bising usus

 Instruksikan pasien untukmakan


rendah serat, tinggi protein dan
tinggi kalori jika memungkinkan

 Instruksikan untuk menghindari


laksative

 Ajarkan tehnik menurunkan stress

 Monitor persiapan makanan yang


aman

33
D. EVALUASI DATA

Hasil yang diharapkan :

1. Mempertahankan integritas kulit

2. Mendapatkan kembali kehiasaan defeksasi yang normal

3. Tidak mengalami infeksi

4. Mempertahankan tingkat toleransi yang memadai terhadap aktivitas

5. Mempertahankan tingkat proses berfikir yang lazim

6. Mempertahankan klirens saluran napas yang efektif

7. Mengalami peningkatan rasa nyaman, penurunan rasa nyeri

8. Mdempertahankan teknik relaksasi

9. Mempertahankan status nutrisi yang mernadai

34
BAB IV

CONTOH KASUS

Tn W dirawat diruang medikal bedah karena diare sudah sebulan tak sembuh-sembuh meskipun
sudah berobat ke dokter. Pekerjaan Tn W adalah supir truk dan dia baru saja menikah dua tahun
yang lalu. Tn W mengatakan bahwa dia diare cair ±15 x hari dan BB menurun 7 kg dalam satu
bulan serta sariawan mulut tak kunjung sembuh meskipun telah berobat dan tidak nafsu makan.
Hasil foto thorax ditemukan pleural effusi kanan,hasil laboratorium sebagai berikut : Hb 11
gr/dL, leukosit 20.000/Ul, trombosit 160.000/UL, LED 30 mm, Na 8 mmol/L, K 2,8 mmol/L, Cl
11o mmol/L, protein 3,5. Hasil pemeriksaan ditemukan TD 120/80 mmHg, N 120x/mnt, P
28x/menit, S 390C, konjungtiva anemis, sklera tak ikterik, paru-paru : ronchi +/+ dan wheezing
+/-.

Diagnosa Medis pada kasus diatas adalah AIDS

Pengkajian

Data dasar :

Nama : Tn. W

Umur : 40 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Jakarta

Analisa Data

DS : - diare sudah 1 bulan tak sembuh-sembuh meskipun sudah berobat kedokter.

- Tn. W mengatakan bahwa dia diare cair kurang lebih 15x/hari

DO : - hasil foto thorax, pleural effusion kanan

Hasil LAB :

35
- Hb 11 gr/dl

- Leukosit 20.000/uL

- Trombosit 160.000/uL

- LED 30 mm

- Na 98 mmoL/L

- K 2,8 mmol/L

- Cl 110 mmol/L

2. Diagnosa keperawatan

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang berlebih

2. Resiko terhadap infeksi b.d imunodefisiensi

Analisa data

No Data Etiologi Masalah


1 DS : Output yang berlebih Kekurangan volume
diare sudah 1 bulan tak sembuh-sembuh cairan
meskipun sudah berobat kedokter.

Tn. W mengatakan bahwa dia diare cair


kurang lebih 15x/hari

DO :

- Na 98 mmoL/L

- K 2,8 mmol/L

- Cl 110 mmol/L

2 DS : Imunodefisiensi Resiko infeksi

36
Tn.W mengatakan BB menurun 7 kg
dalam 1 bulan serta sariawan mulut tak
kunjung sembuh.

DO :

- Leukosit 20.000/uL

- Trombosit 160.000/uL

- LED 30 mm

37
Rencana asuhan keperawatan

Dx : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang berlebih

Tujuan : – mempertahankan hidrasi cairan yang dibuktikan oleh normalnya kadar elektrolit

Kriteria hasil : – Terpenuhinya kebutuhan cairan secara adekuat

- Defekasi kembali normal, maksimal 2x sehari

Intervensi Rasional
Mandiri  Indikator tidak langsung dari status
cairan.
 Kaji turgor kulit,membran mukosa, dan
 Mempertahankan keseimbangan cairan,
rasa haus
mengurangi rasa haus, melembabkan
 Pantau masukan oral dan memasukkan
mukosa.
cairan sedikitnya 2500 ml/hari
 Mungkin dapat mengurangi diare.
 Hilangkan makanan yang potensial
menyebabkan diare, yakni yang pedas/  Meningkatkan asupan nutrisi secara
makanan berkadar lemak tinggi, adekuat.
kacang, kubis, susu.
 Mengurangi insiden muntah,
 Berikan makanan yang membuat pasien
menurunkan jumlah keenceran feses
berselera.
mengurangi kejang usus dan peristaltik.
Kolaborasi  Mewaspadai adanya gangguan
elektrolit dan menentukan kebutuhan
 Berikan obat-obatan sesuai indikasi :
elektrolit.
antiemetikum, antidiare atau
 Diperlukan untuk mendukung volume
antispasmodik.
sirkulasi, terutama jika pemasukan oral
tidak adekuat.
 Pantau hasil pemeriksaan laboratorium.

38
 Berikan cairan/elektrolit melalui selang
makanan atau IV.

Dx : Resiko infeksi b.d imunodefisiensi

Tujuan : – Mengurangi resiko terjadinya infeksi

- Mempertahankan daya tahan tubuh

Kriteria hasil: – Infeksi berkurang

- Daya tahan tubuh meningkat

Intervensi Rasional
Mandiri  Deteksi dini terhadap infeksi penting
untuk melakukan tindakan segera.
 Pantau adanya infeksi : demam,
Infeksi lama dan berulang memperberat
mengigil, diaforesis, batuk, nafas
kelemahan pasien.
pendek, nyeri oral atau nyeri menelan.
 Berikan deteksi dini terhadap infeksi.
 Ajarkan pasien atau pemberi perawatan
tentang perlunya melaporkan  Peningkatan SDP dikaitkan dengan
kemungkinan infeksi. infeksi
 Pantau jumlah sel darah putih dan  Memberikan informasi data dasar,
diferensial peningkatan suhu secara berulang-ulang
 Pantau tanda-tanda vital termasuk dari demam yang terjadi untuk
suhu. menunjukkan bahwa tubuh bereaksi
pada proses infeksi ang baru dimana
 Awasi pembuangan jarum suntik dan
obat tidak lagi dapat secara efektif
mata pisau secara ketat dengan
mengontrol infeksi yang tidak dapat
menggunakan wadah tersendiri.
disembuhkan.
 Mencegah inokulasi yang tak disengaja
Kolaborasi
dari pemberi perawatan.
 Beriakan antibiotik atau agen
antimikroba, misal : trimetroprim

39
(bactrim atau septra), nistasin,  Menghambat proses infeksi. Beberapa
pentamidin atau retrovir. obat-obatan ditargetkan untuk
organisme tertentu, obat-obatan lainya
ditargetkan untuk meningkatkan fungsi
imun

DAFTAR PUSTAKA

(www.medicastore.com)
(http://www.caaip.net/v3/view-article-22-59.html)
(http://id.wikipedia.org/wiki/AIDS.)
(http://japanwatergirl.blogspot.com/2008/07/pengertian-definisi-dan-cara-penularan.html)
(http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/berita/adakah_obat_untuk_hivaids_saat_ini/.)
(http://asuhan-keperawatan.blogspot.com/2006/05/aids.html)

40

Anda mungkin juga menyukai