Anda di halaman 1dari 26

BAB 1

PENDAHULUAN

Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian yang lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Setelah appendisitis, hernia
inguinalis merupakan kasus bedah terbanyak. Lebih dari 1 juta hernia abdominalis di
Amerika Serikat menjalani perbaikan, diantaranya terhadap hernia inguinalis sebanyak
770.000 kasus.

Hampir 75 % dari hernia abdomen merupakan hernia ingunalis. Untuk memahami lebih
jauh tentang hernia diperlukan pengetahuan tentang kanalis inguinalis. Hernia inguinalis dibagi
menjadi hernia ingunalis lateralis dan hernia ingunalis medialis dimana hernia ingunalis lateralis
ditemukan lebih bany dari hernia ingunalis medial. Sekitar 75 % dari hernia inguinal merupakan
hernia inguinal lateralis dan 25% merupakan hernia inguinalis medialis. Hernia ingunalis lebih
banyak ditemukan pada pria daripada wanita, untuk hernia femoralis sendiri lebih sering
ditemukan pada wanita. Perbandingan antara pria dan wanita untuk hernia ingunalis 7 : 1.
Prevalensi hernia ingunalis pada pria dipengaruhi oleh umur

Hernia inguinalis hingga saat ini masih merupakan tantangan dalam peningkatan status
kesehatan masyarakat akibat besarnya biaya yang dip erlukan dalam penanganan serta
hilangnya tenaga kerja akibat lambatnya pemulihan dan angka rekurensi. Hernia inguinalis sudah
dicatat sebagai penyakit pada manusia sejak tahun 1500 sebelum Masehi dan mengalami banyak
sekali perkembangan seiring bertambahnya pengetahuan struktur anatomi pada regio inguinal
Hernia merupakan keadaan yang lazim terlihat oleh semua dokter, sehingga pengetahuan
umum tentang manifestasi klinis, gambaran fisik dan penatalaksaan hernia penting

1
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi

Keberhasilan operasi hernia inguinal tergantung akan pengetahuan tentang dinding


abdomen,kanalis inguinalis,.lapisan-lapisan dinding abdomen Regio inguinal merupakan
batas bawah abdomen dengan fungsi yang terdiri atas lapisan miopaneurotis. Penamaan
struktur anatomi di daerah ini banyak memakai nama penemunya sebagai pengakuan atas
kontribusi mereka. Dalam bukunya Skandalakis (1995), dinding abdomen pada dasar
inguinal terdiri dari susunan multi laminer dan seterusnya.

Pada dasarnya inguinal dibentuk dari lapisan:

1. Kulit (kutis)

2. Jaringan sub kutis (Camper’s dan Scarpa’s) yang berisikan lemak. Fasia ini terbagi dua

bagian, superfisial (Camper) dan profundus (Scarpa). Bagian superfisial meluas ke depan

dinding abdomen dan turun ke sekitar penis, skrotum, perineum, paha, bokong. Bagian

yang profundus meluas dari dinding abdomen kearah penis (Fasia Buck)

3. Innominate fasia (Gallaudet) : lapisan ini merupakan lapisan superficial atau lapisan luar
dari fasia muskulus obliqus eksternus. Sulit dikenal dan jarang ditemui.
4. Apponeurosis muskulus obliqus eksternus, termasuk ligamentum inguinal (Poupart)
merupakan penebalan bagian bawah aponeurosis muskulus obliqus eksternus. Terletak
mulai dari sias sampai ke ramus superior tulang pubis. Lakunare (Gimbernat) merupakan
paling bawah dari ligamentum inguinal dan dibentuk dari serabut tendon obliqus
eksternus yang berasal dari daerah sias. Ligamentum ini membentuk sudut kurang dari 45
derajat sebelum melekat pada ligamentum pektineal. Ligamentum ini membentuk pinggir
medial kanalis femoralis.
5. Spermatik kord pada laki-laki, ligamen rotundum pada wanita.
6. Muskulus transversus abdominis dan aponeurosis muskulus obliqus internus, falx

inguinalis (Henle) dan konjoin tendon.

2
7. Fasia transversalis dan aponeurosis yang berhubungan dengan ligamentum pectinea
(Cooper), iliopubic tract, falx inguinalis dan fasia transversalis.
8. Preperitoneal connective tissue dengan lemak.
9. Peritoneum
10. Superfisial dan deep inguinal ring.

Gambar 1. Dinding Anterolateral Abdomen

A. Bagian-bagian hernia :
a. Pintu hernia adalah lapisan-lapisan dinding perut dan panggul. Hernia dinamai
berdasarkan dari pintunya
b. Kantung hernia adalah peritoneum parietalis, bagiannya adalah kolum, korpus dan
basis
c. Isi hernia, berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia,
misalnya usus, ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum)
d. Leher hernia, bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia

3
Gambar 2. Bagian-Bagian dari Hernia

B. Kanalis inguinalis

Kanalis inguinalis adalah saluran yang berjalan oblik (miring) dengan panjang 4

cm dan terletak 2-4 cm di atas ligamentum inguinal. Dinding yang membatasi


kanalis inguinalis adalah

- Anterior: Dibatasi oleh aponeurosis muskulus obliqus eksternus dan 1/3

lateralnya muskulus obliqus internus.


- Posterior: Dibentuk oleh aponeurosis muskulus transversus abdominis yang
bersatu dengan fasia transversalis dan membentuk dinding posterior dibagian
lateral.
- Bagian medial: dibentuk oleh fasia transversa dan konjoin tendon,
dinding posterior berkembang dari aponeurosis muskulus transversus abdominis
danfasia transversal.
- Superior: Dibentuk oleh serabut tepi bawah muskulus obliq us internus
dan muskulus transversus abdominis dan aponeurosis.
- Inferior: Dibentuk oleh ligamentum inguinale dan lakunare.

4
Gambar 3. Kanalis inguinalis

5
Bagian ujung atas dari kanalis inguinalis adalah internal inguinal ring. Ini
merupakan defek normal dan fasia transversalis dan berbentuk huruf “U” dan
“V” dan terletak di bagian lateral dan superior. Batas cincin interna adalah
pada bagian atas muskulus transversus abdominis, iliopublik tract dan
interfoveolar (Hasselbach) ligament dan pembuluh darah epigastrik inferior di
bagian medial. External inguinal ring adalah daerah pembukaan pada aponeurosis
muskulus obliqus eksternus, berbentuk “U” dangan ujung terbuka ke arah inferior
dan medial.
Isi kanalis inguinalis pria :
a. Duktus deferens
b. 3 arteri yaitu : 1. Arteri spermatika interna
2. Arteri diferential
3.Arteri spermatika eksterna
c. Plexus vena pampiniformis
d. 3 nervus: 1. Cabang genital dari nervus genitofemoral
2. Nervus ilioinguinalis
3. Serabut simpatis dari plexus hipogastrik
e. 3 lapisan fasia: 1. Fasia spermatika eksterna, lanjutan dari fasia innominate
2. Lapisan kremaster, berlanjut dengan serabut- serabut muskulus
obliqus internus dan fasia otot
3. Fasia spermatika interna, perluasan dari fasia transversal
f. Selubung hernia merupakan lapisan –lapisan yang menyelubungi hernia.
C. Fruchaud Myopectineal Orifice
Daerah ini dibatasi oleh ligamentum inguinalis, pada bagian posterior dibatasi
oleh traktus iliopubis. Bagian medial dibatasi oleh bagian lateral musculus rectus
abdominis. Bagian superior dibatasi oleh lengkungan serabut otot abdominis
transversus dan otot obliquus internus, pada bagian lateral bebatas dengan musculus
iliopsoas dan bagian inferior oleh ligamentum cooper. Lubang ini ditembus oleh
funiculus spermaticus, dan bagian bawah oleh pembuluh darah vena dan arteri
femoralis. Lubang myopectineal dilindungi oleh aponeurosis transversus abdominis
dan fascia transversalis.

6
2.2 Definisi
Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang keluar dari rongga peritoneum
melalui annulus inguinalis internus yang ada di sebelah lateral vasa epigastrika inferior,
menyelusuri canalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui annulus inguinalis
eksternus. Hernia ini disebut juga hernia inguinalis indirect. Apabila hernia ini berlanjut,
tonjolan akan sampai ke scrotum, ini disebut hernia scrotalis. Kantong hernia berada di
dalam m. cremaster, yang terletak anteromedial terhadap vas deferens dan struktur lain
dalam funikulus spermatikus.
Pada hernia lateralis bayi dan anak, hernia disebabkan oleh kelainan bawaan
berupa tidak menutupnya processus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses
penurunan testis ke scrotum. Hernia geser dapat terjadi di sebelah kanan atau kiri. Hernia
yang di kanan berisi saekum dan sebagian colon ascendens sedangkan yang di kiri berisi
sebagian colon descendens.

Hernia inguinalis lateralis Hernia inguinalis medialis

Disebut juga hernia indirect Disebut juga hernia direct

Lateral vasa epigastrika inferior Medial vasa epigastrika inferior

Bentuk lonjong Bentuk bulat

Finger test (+) massa teraba di ujung- Finger test (+) massa teraba di sisi
jari jari

Melalui canalis inguinalis Tidak melalui canalis inguinalis

Biasa karena proc. vaginalis yang Biasa karena adanya lokus minoris
terbuka resistant

Tabel 1. Perbedaan Antara Hernia Ingunalis Lateralis dan Hernia Inguinalis


Medial

7
Gambar 4. Hernia Inguinalis Lateralis dan Hernia Inguinalis Medial

2.3 Epidemiologi
Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen muncul
didaerah sekitar lipat paha.
Insidensi hernia inguinalis belum diketahui secara pasti. Menurut Abrahamson
(1997), pada usia anak- anak, ditemukan antara 10 - 20 per 1000 kelahiran hidup. Di
belahan dunia bagian barat insiden hernia inguinalis pada usia dewasa bervariasi antara
10 % dan 15 %. Sedangkan Zimmerson dan Anson cit Schwartz (1994), melaporkan
kejadian hernia adalah 5 % dari populasi laki- laki dewasa. Hernia inguinalis terjadi
lebih banyak pada laki- laki daripada wanita dengan perbandingan 7 : 1. Pada laki- laki
umur 25 - 40 tahun insidensinya bervariasi antara 5 - 8 %, sedangkan pada umur lebih
dari 75 tahun mencapai 45 %.
Hernia indirect lebih banyak daripada hernia direct yaitu 2:1. Hernia sisi kanan
lebih sering terjadi daripada di sisi kiri. Sedangkan untuk Hhrnia femoralis kejadiannya
kurang dari 10 % dari semua hernia.
Hernia terdapat 6 kali lebih banyak pada pria dibandingkan wanita. Pada pria,
97% dari hernia terjadi di daerah inguinalis, 2% sebagai hernia femoralis dan 1% sebagai
hernia umbilicalis. Pada wanita variasinya berbeda, yaitu 50% terjadi pada daerah I
nguinalis, 34% pada canalis femoralis dan 16% pada umbilicus.

8
Frekuensi Relatif Hernia Abdominal
Eksternal
Tipe Hernia Insidens (%)
Epigastric 1
Umbilical 3
Insisional 10
Inguinal 78
Femoral 7
Lain-lain (jarang) 1

Tabel 2. Frekuensi Relatif Hernia Abdominal Eksternal

2.4 Etiologi dan Faktor Resiko


Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau didapat. Hernia
dapat dijumpai pada segala usia, dan lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan.
Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia di anulus
internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu
diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah
terbuka cukup lebar itu.
Faktor yang dipandang berperan dalam terjadinya hernia ingunalis antara lain:
o Prosessus vaginalis persisten

Hernia mungkin sudah tampak sejak bayi tetapi lebih banyak yang baru
terdiagnosis sebelum pasien mencapai usia 50 tahun. Analisis dari data statistik otopsi
dan pembedahan menunjukkan bahwa 20 % laki-laki yang masih mempunyai prosesus
vaginalis hingga saat dewasanya merupakan predisposisi hernia inguinalis.

Sebelum lahir, prosesus vaginalis normalnya akan mengalami obliterasi sehingga


menutup pintu masuk kanalis inguinalis dari kavum abdomen. Penyebab obliterasi
tersebut tidak diketahui dengan pasti, tetapi beberapa penelitian menyatakan bahwa
calcitonin gene related peptide (CGRP) yang dikeluarkan oleh nervus genitofemoralis,
berperan dalam proses tersebut.

9
o Naiknya tekanan intraabdominal secara berulang

Naiknya tekanan intra abdominal biasa disebabkan karena batuk atau tertawa
terbahak-bahak, partus, prostate hipertrofi, vesikulolithiasis, karsinoma kolon, sirosis
dengan asites, splenomegali masif merupakan faktor resiko terjadinya hernia inguinalis.
Merokok lama bisa menjadi sebab direk hernia inguinalis dengan mekanisme, terjadinya
pelepasan serum elasytyolitik yang menyebabkan terjadinya penipisan fascia
transversalis. Pada asites, keganasan hepar, kegagalan fungsi jantung, penderita yang
menjalani peritoneal dialisa menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal sehingga
membuka kembali prosesus vaginalis sehingga terjadi indirek hernia.

o Lemahnya otot-otot dinding abdomen

Akhir-akhir ini beberapa peneliti sepakat bahwa lemahnya otot-otot dan fascia
dinding perut pada usia lanjut, kurangnya olahraga, adanya timbunan lemak, serta
penurunan berat badan dan fitness memungkinkan adanya angka kesakitan hernia.
Abnormalitas struktur jaringan kolagen dan berkurangnya konsentrasi hidroksi prolin
berperan penting terhadap berkurangnya daya ikat serabut kolagen dan ini ada
hubungannya dengan mekanisme rekurensi hernia ataupun adanya kecenderungan sifat-
sifat familier dari hernia. Hernia rekuren terjadi kurang dari 6 bulan hal tersebut
disebabkan oleh karena kesalahan teknik, tetapi bila terjadi setelah 6 bulan pasca operasi
maka hal tersebut disebabkan oleh penipisan dari fascia.

10
2.5 Patofisiologi
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah
faktor congenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu kehamilan
yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga pertu melalui kanalis inguinalis faktor
yang kedua adalah faktor yang di dapat seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan
mengangkat benda berat dan factor usia, masuknya isi rongga perut melalui kanal
ingunalis, jika cukup panjang maka akan menonjol keluar dari annulus ingunalis
ekstermus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum karena kanal
inguinalis berisi talis perma pada laki-laki, sehingga menyebakan hernia. Hernia ada
yang dapat kembali secara spontan maupun manual juga ada yang tidak dapat kembali
secara spontan ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara isi hernia dengan
dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan
ini akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau berpindah sehingga aktivitas
akan terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka isi hernia akan
mencekik sehingga terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan gejala illeus
yaitu gejala abstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu yang
akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa menyebabkan iskemik. Isi
hernia ini akan menjadi nekrosis. Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi
perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses local atau prioritas jika terjadi
hubungan dengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan
peristaltikusus yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate akan
timbul gejala illeus yaitu perut kembung, muntahdan obstipasi pada strangulasi nyeri
yang timbul lebih berat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah.

11
Gambar 5. Proses Terjadinya Hernia Inginalis Lateralis

2.6 Gejala dan Tanda Klinik


 Gejala
Pasien mengeluh ada tonjolan di lipat paha, pada beberapa orang adanya nyeri
dan membengkak pada saat mengangkat atau ketegangan. Seringnya hernia
ditemukan pada saat pemeriksaan fisik misalnya pemeriksaan kesehatan sebelum
masuk kerja. Beberapa pasien mengeluh adanya sensasi nyeri yang menyebar
biasanya pada hernia ingunalis lateralis, perasaan nyeri yang menyebar hingga ke
scrotum. Dengan bertambah besarnya hernia maka diikuti rasa yang tidak nyaman dan
rasa nyeri, sehingga pasien berbaring untuk menguranginya.
Pada umumnya hernia direct akan memberikan gejala yang sedikit
dibandingkan hernia ingunalis lateralis dan juga kemungkinannya lebih berkurang
untuk menjadi inkarserasi atau strangulasi.
 Tanda
Pada pemeriksaan hernia pasien harus diperiksa dalam keadaan berdiri dan
berbaring dan juga diminta untuk batuk pada hernia yang kecil yang masih sulit
untuk dilihat. Kita dapat mengetahui besarnya cincin eksternal dengan cara
memasukan jari ke annulus jika cincinnya kecil jari tidak dapat masuk ke kanalis
inguinalis dan akan sangat sulit untuk menentukan pulsasi hernia yang sebenarnya

12
pada saat batuk. Lain halnya pada cincin yang lebar hernia dapat dengan jelas terlihat
dan jaringan tissue dapat dirasakan pada tonjolan di kanalis ingunalis pada saat
batuk dan hernia dapat didiagnosa.
Perbedaan hil dan him pada pemeriksaan fisik sangat sulit dlakukan dan ini
tidak terlalu penting mengingat groin hernia harus dioperasi tanpa melihat jenisnya.
Hernia ingunalis pada masing-masing jenis pada umumnya memberikan gambaran
yang sama. Hernia yang turun hingga ke skrotum hampir sering merupakan hernia
ingunalis lateralis.
Pada inspeksi, saat pasien berdiri dan tegang, pada hernia direct kebanyakan
akan terlihat simetris, dengan tonjolan yang sirkuler di cicin eksterna. Tonjolan akan
menghilang pada saat pasien berbaring.
Pada palpasi, dinding posterior kanalis ingunalis akan terasa dan adanya
tahanan pada hernia inguanalis lateralis. Sedangkan pada hernia direct tidak akan
terasa dan tidak adanya tahanan pada dinding posterior kanalis ingunalis. Jika pasien
diminta untuk batuk pada pemeriksaan jari dimasukan ke annulus dan tonjolan terasa
pada sisi jari maka itu hernia direct. Jika terasa pada ujung jari maka itu hernia
ingunalis lateralis. Penekanan melalui cincin interna ketika pasien mengedan juga
dapat membedakan hernia direct dan hernia inguinalis lateralis. Pada hernia direct
benjolan akan terasa pada bagian depan melewati Trigonum Hesselbach’s dan
kebalikannya pada hernia ingunalis lateralis. Jika hernianya besar maka perbedaan
dan hubungan secara anatomi antara cincin dan kanalis inguinalis sulit dibedakan.
Pada kebanyakan pasien, jenis hernia inguinal tidak dapat ditegakkan secara akurat
sebelum dilakukan operasi.

2.7 Diagnosis
Untuk menegakkan suatu diagnosis diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang cermat dan teliti.

a. Anamnesis
Gejala dan tanda klinik hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia.
Sebagian besar hernia asimptomatik dan kebanyakan ditemukan pada pemeriksaan
fisik rutin dengan palpasi pada annulus inguinalis superfisialis. Pada hernia
reponibel, keluhan satu- satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul
pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengejan, dan menghilang setelah berbaring.

13
Setelah beberapa tahun, sejumlah hernia turun ke dalam scrotum sehingga scrotum
membesar. Omentum yang terperangkap di dalam kantong hernia dapat
menyebabkan nyeri abdomen yang kronis. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada
biasanya dirasakan didaerah epigastrium atau para umbilikal berupa nyeri visceral
karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk kedalam
kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi
incarserata karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau ganggren. Pasien
sering mengeluh tidak nyaman dan pegal pada daerah inguinal, dan dapat
dihilangkan dengan reposisi manual kedalam cavitas peritonealis. Tetapi dengan
berdiri atau terutama dengan gerak badan, maka biasanya hernia muncul lagi.

Keadaan umum pasien biasanya baik. Bila benjolan tidak nampak, pasien
dapat disuruh mengejan dengan menutup mulut dalam keadaan berdiri. Bila ada
hernia maka akan tampak benjolan. Bila memang sudah tampak benjolan, harus
diperiksa apakah benjolan dapat dimasukkan kembali. Pasien diminta berbaring,
bernapas dengan mulut untuk mengurangi tekanan intra abdominal, lalu scrotum
diangkat perlahan.

b. Pemeriksaan fisik
Hernia yang melalui annulus inguinalis abdominalis (lateralis/internus) dan
mengikuti jalannya spermatid cord di canalis inguinalis serta dapat melalui annulus
inguinalis subkutan (externus) sampai skrotum. Mempunyai LMR (Locus Minoris
Resistentic) secara klinis HIL dan HIM dapat dibedakan dengan tiga teknik
pemeriksaan sederhana yaitu finger test, Ziemen test, dan Tumb test. Cara
pemeriksaannya sebagai berikut:

1. Pemeriksaan Finger Test :


- Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5
- Dimasukkan lewat skrotum melalui annulus eksternus ke kanal inguinal
- Penderita disuruh batuk. Bila impuls diujung jari berarti Hernia Ingunalis
Lateralis
- Bila impuls disamping jari Hernia Inguinalis Medialis

14
Gambar 6. Pemeriksaan Fisik Finger Test

2. Pemeriksaan Ziemen Test :


- Posisi berbaring bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh penderita)
- Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan
- Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada
 Jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis
 Jari ke 3 : Hernia Inguinalis Medialis
 Jari ke 4 : Hernia femoralis

Gambar 7. Pemeriksaan Fisik Ziemen Test

3. Pemeriksaan Thumb Test :


- Annulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan
- Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis
- Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis

15
Gambar 8. Pemeriksaan Fisik Thumb Test

c. Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium menunjukkan leukosit > 10.000-18.000/mm3 dengan shift
to the left yang menandakan strangulasi dan serum elektrolit meningkat. Tes
urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus genitourinarius yang
menyebabkan nyeri lipat paha.
Pemeriksaan radiologis tidak diperlukan pada pemeriksaan rutin hernia. Pada
pemeriksaan USG daerah inguinal, pasien dalam posisi supine dan posisi berdiri
dengan maneuver valsava dilaporkan memiliki sensitifitas dan spesifitas diagnosis
mendekati 90%.
Foto rontgen abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus atau
obstruksi usus. Kadang terdapat suatu yang tidak biasa terjadi, yaitu adanya suatu
gambaran massa. Gambaran ini dikenal dengan Spontaneus Reduction of Hernia en
Masse. Adalah suatu keadaan dimana berpindahnya secara spontan kantong hernia
beserta isinya ke rongga ekstraperitoneal. Ada 4 tipe pembagian reduction of hernia
en masse yaitu retropubic, intra abdominal, pre peritoneal dan pre peritoneal locule.

16
2.8 Diagnosis Banding
1. Hidrocele
Pasien diminta mengejan bila benjolan adalah hernia maka akan membesar, bila
hidrocele benjolan tetap tidak berubah. Bila benjolan terdapat pada skrotum,
maka dilakukan pada satu sisi, sedangkan disisi yang berlawanan diperiksa
melalui diapanascopy. Bila tampak bening berarti hidrocele (diaphanoscopy +).
2. Kriptokismus
Testis tidak turun sampai ke skrotum tetapi kemungkinannya hanya sampai
kanalis inguinalis.
3. Limfadenopati atau limfadenitis inguinalis
Perhatikan infeksi pada kaki sesisi. Varises vena saphena magna didaerah lipat
paha. Pada perkusi jika isinya gas pada usus akan terdengar bunyi timpani.

2.9 Penatalaksanaan
Penanganan di IGD
- Pasien pada posisi Trendelenburg dengan sudut sekitar 15-20° terhadap hernia
inguinalis serta kompres dengan kantung dingin untuk mengurangi pembengkakan
dan menimbulkan proses analgesia
- Melakukan pemberian infuse untuk mencegah dehidrasi, pemasangan NGT untuk
hernia inkarserata dengan tujuan dekompresi (menurunkan tekanan intraabdomen
akibat obstruksi), serta pemasanagan kateter untuk pemantauan balance cairan
- Memberikan sedasi yang adekuat dan analgetik untuk mencegah nyeri. Pasien harus
istirahat agar tekan intra abdominal tidak meningkat.
Terapi operatif jika:

- Reduksi hernia yang tidak berhasil


- Adanya tanda strangulasi dan keadaan umum yang memburuk
- Hernia inguinalis harus dioperasi meskipun ada sedikit beberapa kontraindikasi
penanganan ini teruntuk semua pasien tanpa pandang umur untuk inkarserata dan
strangulata
- Pada pasien geriatri sebaiknya dilakukan operasi elektif agar kondisi kesehatan saat
dilakukan operasi dalam keadaan optimal dan anestesi dapat dilakukan.

17
- Jika pasien menderita BPH, sebaiknya dilakukan penanganan untuk BPH terlebih
dulu. Mengingat tingginya resiko infeksi traktus urinarius dan retensi urin pada saat
operasi hernia.
- Karena kemungkinannya terjadi inkarserasi, strangulasi dan nyeri pada hernia maka
operasi cyto harus dilakukan.
- Operasi hernia dapat ditunda jika massa hernia dimanipulasi dan tidak ada gejala
strangulasi.
- Pada saat operasi harus dilakukan eksplorasi abdomen untuk memastikan usus masih
hidup, ada tanda-tanda leukositosis
- Gejala klinik peritonitis, kantung hernia berisi cairan darah yang berwarna gelap.

Indikasi operasi :
- Hernia inguinalis lateralis pada anak-anak harus dilakukan secara operatif tanpa
penundaan, karena adanya risiko komplikasi yang besar terutama inkarserata,
strangulasi, yang termasuk gangren alat-alat pencernaan (usus), testis, dan adanya
peningkatan risiko infeksi dan rekurensi yang mengikuti tindakan operatif.
- Pada pria dewasa, dilakukan operasi elektif atau cito terutama pada keadaan
inkarserata dan strangulasi. Pada pria tua, ada beberapa pendapat (Robaeck-Madsen,
Gavrilenko) bahwa lebih baik melakukan operasi elektif karena angka mortalitas,
dan morbiditas lebih rendah jika dilakukan operasi cito.
1. Konservatif :
- Reposisi bimanual : tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan
tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan lambat dan
menetap sampai terjadi reposisi
- Reposisi spontan pada anak : menidurkan anak dengan posisi Trendelenburg,
pemberian sedatif parenteral, kompres es di atas hernia, kemudian bila berhasil, anak
boleh menjalani operasi pada hari berikutnya.
- Bantal penyangga, bertujuan untuk menahan hernia yang telah direposisi dan harus
dipakai seumur hidup. Namun cara ini sudah tidak dianjurkan karena merusak kulit
dan otot abdomen yang tertekan, sedangkan strangulasi masih mengancam
2. Operatif
o Anak-anak  Herniotomy :
Karena masalahnya pada kantong hernia,maka dilakukan pembebasan kantong hernia
sampai dengan lehernya, dibuka dan dibebaskan isi hernia, jika ada perlekatan
18
lakukan reposisi, kemudian kantong hernia dijahit setinggi-tinggi mungkin lalu
dipotong.
Karena herniotomi pada anak-anak sangat cepat dan mudah, maka kedua sisi dapat
direparasi sekaligus jika hernia terjadi bilateral
o Dewasa  Herniorrhaphy :
Perawatan kantung hernia dan isi hernia

 Penguatan dinding belakang (secara Bassini, Marcy Ferguson, Halsted /


Kirchner, Lotheissen-Mc Vay (Cooper’s ligament repair), Shouldice, Tension
free herniorrhaphy)
 Berliner repair
 The Lichtenstein repair
 The Wilkinson Technique
 Abrahamson Nylon Darn Repair
 Lichtenstein Plastic Screen Reinforcement
 Klasifikasi dan terapi menurut Gilbert tipe I-IV
 Rutkow Mesh-plug hernioplasty
 Rives Prosthetic Mesh Repair
 Stoppa Gerat Prosthetic for Reinforcement of the Visceral Sac

o Minimally Invasive Surgery (Laparoscopy)


TAPP = Trans Abdominal Pre Peritoneal
TEP = Total Extra Peritoneal

Operasi Hernia Ingunalis Lateralis


Incisi 1-2cm diatas ligamentum inguinal sehingga tembus searah dengan
seratnya, sayatan diperluas dari lateral ingá cincin interna sampai tuberculum
pubicum. Pisahkan dan ligasi vena dari jaringan subkutan.
Pada saat ini, aponeurosis oblikuus eksternus akan terlihat dengan serat
berjalan ke bawah ke arah medial. Insisi aponeurosis searah dengan arah seratnya,
kemudian ditarik dengan hak. Gunakan forceps untuk mengangkat dan meretraksi
ujungnya, sambil insisi diperluas melewati sayatan. Cari nervus inguinal dan lindungi
selama operasi dengan menjauhkan dari lapangan operasi.

19
Kemudian sayat secara tumpul, keluarkan spermatic cord bersamaan dengan
kantung hernia yang merupakan satu massa dan masukkan jari di sekelilingnya.
Amankan massa dengan menggunakan gauze. Dan menggunakan sayatan tajam dan
tumpul, pisahkan kantung dari cord (vasa deferen dan pembuluh darah) lapis demi
lapis.
Perluas sayatan hingga leher kantung tepat di cincin interna, sehingga terlihat
lapisan peritoneal fat. Buka kantung diantara dua pasang forcep kecil, dan periksa
rongga abdomen dengan jari hingga membuka.
Terus putar kantung untuk memastikan isinya kosong. Lehar diikat dengan
benang 2/0, tahan ikatannya, dan kantung dieksisi. Perhatikan punctum untuk
memastikan ikatannya cukup kuat. Ketika ikatannya dipotong, maka punctum masuk
ke dalam cincin dan tidak terlihat.
Tujuan dari prosedur Bassini adalah untuk memperkuat dinding posterior.
Dengan cara menjahitkan M. transversus abdominis dan aponeurosis M. obliquus
abdominis internus atau conjoint tendon ke ligamentum inguinal. Prosedur ini juga
menyempitkan cincin interna.
Mulai perbaikan dengan menggunakan benang no.1. Jahitan silang harus
dimasukkan melewati ligamentum inguinalis pada jalur yang berbeda dengan arah
serat, serat dirawat terpisah sepanjang garis ligamentum. Masukkan jahitan silang
pertama ke ligamentum pectineal.
Masukkan jahitan berikutnya melalui conjoined tendon dan ligamentum
inguinal, teruskan ke arah lateral untuk memasukkan jahitan silang pada bagian ini.
Tinggalkan jahitan silang tanpa diikat sehingga semuanya masuk.
Kemudian jahitan silang didekatkan ke cincin sebelum jahitannya diikat, dan harus
masih bisa dilalui ujung jari melewati cincin sepanjang cord. Kemudian ikat jahitan
dimulai dari tengah dan potong ujungnya.
Dan terakhir, tambahkan tegangan sehingga cincin interna masih bisa dilalui
ujung jari. Tutup aponeurosis obliquus eksterna secara kontinyus dengan chromic cat
gut 0. Jahit kulit secara interrupted 2.0.

20
Gambar 9. Operasi Hernia Inguinalis Lateralis

2.10 Komplikasi
Hernia inkarserasi :
Hernia yang membesar mengakibatkan nyeri dan tegang
Tidak dapat direposisi
Adanya mual ,muntah dan gejala obstruksi usus.
Hernia strangulasi :
Gejala yang sama disertai adanya infeksi sistemik
Adanya gangguan sistemik pada usus.

Komplikasi setelah operasi herniorraphy biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri,
hematom dan infeksi luka adalah masalah yang paling sering terjadi. Komplikasi yang
lebih serius seperti perdarahan, osteitis atau atropy testis terjadi kurang dari 1
persen pada pasien yang menjalani herriorraphy. Perbandingan komplikasi berat dan
ringan dari teknik open dan laparoscopic herniorrhaphies.

21
Tabel 3. Komplikasi dari Open dan Laparoscopic Hernia Repair

2.11 Prognosis
Prognosis dari hernia jenis ini baik. Insidens residif bergantung pada umur,
letak hernia, teknik hernioplastik atau herniotomi yang dipilih. Hernia inguinalis
indirek pada bayi sangat jarang residif.
Sebenarnya residif lebih banyak terjadi pada hernia inguinalis medialis dibandingkan
hernia inguinalis lateralis. Penyebab hernia inguinalis residif antara lain:
- Kelemahan pada saat melakukan identifikasi kantong hernia
- Terjadinya infeksi pada luka operasi
- Kondisi yang menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan intra abdominal
- Kesalahan tehnik operasi, misalnya ketegangan penjahitan serta terjadinya
kekurangan dalam menutup annulus inguinalis internus.

22
BAB 3

KESIMPULAN

1. Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
yang lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Sebagian besar hernia timbul
dalam regio inguinalis, sekitar 75% merupakan hernia inguinalis lateral (indirek) dan
25% sebagai hernia inguinalis medialis (direk).
2. Penyebab hernia antara lain : processus vaginalis persisten, naik nya tekanan intra
abdominal dan lemahnya otot otot dinding abdomen.
3. Tatalaksana hernia tergantung derajat keparahan antara lain dapat dilakukan tindakan
konservatif dan tindakan operatif.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartz’s Principles of Surgery.


Eighth edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-1394.
2. Sjamsuhidajat, Wim De Jong, 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 3, penerbit EGC,
Jakarta.
3. Inguinal Hernia: Anatomy and Management
http://www.medscape.com/viewarticle/420354_4
4. Manthey, David. Hernias .2007.
http://www.emedicine.com/emerg/topic251.htm
5. Nadia, Tasya. 2010. Hernia Inguinalis Lateralis. FK USU
6. Mansjoer, A, dkk. 2010. Kapita Selekta Kedokteran, edisi III, Media Aesculapius,
Jakarta.

24
25
26

Anda mungkin juga menyukai