Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
1. Tuberkulosis
1.1. Pengertian
penyakit parenkim paru (Brunner & Suddarth, 2002). Tuberkulosis adalah suatu
penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang secara khas ditandai oleh
menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain (Santa, dkk, 2009).
kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
1.2. Etiologi
bersifat aerob sehingga sebagian besar kuman menyerang jaringan yang memiliki
sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut
sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman ini cepat mati dengan sinar matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup sampai beberapa jam di tempat yang gelap
dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dorman (tertidur lama) selama
Gejala utama penderita TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur
darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang
Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain
TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain.
Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang
yang datang ke UPK dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang
tersangka (suspek) penderita TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara
atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak
(droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.
Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam
waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar
beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.Daya penularan seorang
ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara
tersebut.
penularan lebih besar dari penderita TB paru dengan BTA negatif. Risiko
Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu
tahun. ARTI sebesar 1%, berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk
2007).
dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat,
terhadap kontak penderita TB, terutama mereka yang BTA positif dan pada
keluarga anak yang menderita TB yang menunjukkan gejala sama, harus diperiksa
dahaknya. Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah, dianggap tidak cost efektif
(Depkes,2007).
Jenis OAT terdiri dari Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z),
yaitu tahap intensif dan lanjutan, Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat
obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya
resistensi obat, bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat,
biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu,
sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2
bulan. Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun
dalam jangka waktu yang lebih lama, tahap lanjutan penting untuk membunuh
Tuberkulosis di Indonesia:
• Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
sementara ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak. Tablet OAT KDT ini
terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan
dengan berat badan penderita. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu
penderita. Paket kombipak adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid,
penderita yang mengalami efek samping OAT KDT. Paduan Obat Anti
pengobatan sampai selesai. Satu paket untuk satu penderita dalam satu masa
pengobatan.
Paduan OAT Sisipan (HRZE), Bila pada akhir tahap intensif pengobatan
penderita baru BTA positif dengan kategori 1 atau penderita BTA positif
pengobatan ulang dengan kategori 2, hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif,
diberikan obat sisipan (HRZE) setiap hari selama 1 bulan (Depkes, 2007).
pengobatan lengkap, meninggal, pindah (Transfer Out), default (lalai)/ Drop Out
lengkap dan pemeriksaan ulang dahak (follow-up) hasilnya negatif pada akhir
lengkap tetapi tidak memenuhi persyaratan sembuh atau gagal. Meninggal adalah
penderita yang meninggal dalam masa pengobatan karena sebab apapun. Pindah
adalah penderita yang pindah berobat ke unit dengan register TB 03 yang lain dan
yang tidak berobat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya
selesai. Gagal adalah penderita yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau
kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
yang dilakukan dengan strategi DOTS dan Penyuluhan Kesehatan. Pada tahun
dan dilaksanakan di Puskesmas secara bertahap. Sejak tahun 2000 strategi DOTS
tipe menular. Strategi ini akan memutuskan penularan TB dan dengan demikian
penderita merupakan cara terbaik dalam upaya pencegahan penularan TB. WHO
TB sejak tahun 1995. Bank Dunia menyatakan strategi DOTS sebagai salah satu
keseluruhan.
dan adanya dukungan dana dari jajaran pemerintahan atau pengambil keputusan
reformasi sektor kesehatan secara umum, setidaknya meliputi dua hal penting,
kesehatan karena keluhan paru dan pernapasan. Pendekatan ini disebut sebagai
passive case finding. Hal ini dipilih mengingat secara umum pemeriksaan
mikroskopis merupakan cara yang paling cost effective dalam menemukan kasus
TB Paru. Dalam hal ini, pada keadaan tertentu dapat dilakukan pemeriksaan
radiografi, seperti rontgen dan kultur dapat dilaksanakan pada unit pelayanan
Menelan Obat (PMO). Penderita diawasi secara langsung ketika menelan obatnya,
obat yang diberikan harus sesuai standar dan diberikan seyogiyanya secara gratis
pada seluruh penderita tuberkulosis yang menular dan yang kambuh. Pengobatan
tuberkulosis memakan waktu 6 bulan. Setelah makan obat dua atau tiga bulan
tidak jarang keluhan penderita menghilang, ia merasa dirinya telah sehat, dan
menghentikan pengobatannya. Karena itu harus ada suatu sistem yang menjamin
teratur, menyeluruh dan tepat waktu dengan mutu terjamin. Masalah utama dalam
hal ini adalah perencanaan dan pemeliharaan stok obat pada berbagai tingkat
daerah. Untuk ini diperlukan pencatatan dan pelaporan penggunaan obat yang
baik, seperti misalnya jumlah kasus pada setiap kategori pengobatan, kasus yang
ditangani dalam waktu yang lalu (untuk forecasting), data akurat stok dimasing-
Setiap penderita TB Paru yang diobati harus mempunyai satu kartu identitas
Kemanapun penderita ini pergi dia harus menggunakan kartu yang sama sehingga
dapat melanjutkan pengobatan dan tidak sampai tercatat dua kali (Depkes RI,
dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan maupun penderita, selain itu harus
penderita, bersedia membantu penderita dengan sukarela dan bersedia dilatih atau
Perawat, Pekarya, Sanitarian, Juru Immunisasi, dan lain lain. Bila tidak ada
petugas kesehatan yang memungkinkan, PMO dapat berasal dari kader kesehatan,
menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatan, memberi dorongan kepada
penderita agar mau berobat teratur, mengingatkan penderita untuk periksa ulang
dahak pada waktu yang telah ditentukan, memberi penyuluhan pada anggota
segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan Kesehatan, dan tugas seorang PMO
pelayanan kesehatan.
secara teratur, kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera
sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan melakukan suatu anjuran yang ada
individu, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan dapat hidup sehat dengan
2002;Effendy, 1998).
menggunakan media seperti: bahan cetak seperti leaflet, poster atau spanduk,
sedangkan bentuk media massa dapat berupa koran, majalah, radio dan televisi
kesehatan, para kader dan PMO. Pada kunjungan pertama ada beberapa informasi
pengertian atau arti TB Paru, penyebab TB Paru, cara penularan TB Paru dan
adalah cara menelan obat, jumlah obat dan frekuensi menelan obat, efek samping
dari OAT, pentingnya jadwal pemeriksaan ulang dahak, apa yang dapat terjadi
bila pengobatan tidak teratur atau tidak lengkap. Penyuluhan ini selain ditujukan
penderita menjalani pengobatan secara teratur sampai sembuh dan bagi anggota
untuk dapat menjangkau masyarakat yang lebih luas, untuk mengubah persepsi
disembuhkan dan memalukan, menjadi suatu penyakit yang berbahaya tapi dapat
3. Kepuasan
3.1. Pengertian
perihal (hal yang bersifat puas, kesenangan, kelegaan dan sebagainya). Kepuasan
didefinisikan sebagai penilaian pasca konsumsi, bahwa suatu produk yang dipilih
(Sudibyo, 2008).
Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai
pasien timbul karena terjadinya kesenjangan antara harapan pasien dengan kinerja
tidak mematuhi rencana pengobatan, tidak mematuhi nasihat, berganti dokter atau
b. Empati (sikap peduli) yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan. Sikap ini
akan menyentuh emosi pasien. Faktor ini akan berpengaruh pada tingkat
yang dimiliki oleh pihak klien dan keluarganya tentang perawatan yang
faktor ini.
memberikan perawatan.
(responsiveness).
bertanya, ketersediaan obat, privasi atau keleluasaan pribadi dalam kamar periksa,
waktu tunggu, kesinambungan layanan oleh petugas yang sama, tersedianya toilet,
a) Sangat Memuaskan
b) Memuaskan
sesuai kebutuhan atau keinginan seperti tidak terlalu bersih (untuk sarana),
c) Tidak Memuaskan
keinginan seperti tidak terlalu bersih (untuk sarana), agak lambat (untuk