Perkerasan lentur adalah perkerasan yang menggunakan penahan ikat aspal yang
sifatnya lentur terutama pada saat panas. Aspal dan agregat ditebar dijalan pada suhu
tinggi (sekitar 1000C). Perkerasan lentur menyebabkan beban lalu lintas ke tanah dasar
yang dipadatkan melalui beberapa lapisan stuktur perkerasan lentur, baik untuk
kontruksi jalan maupun kontruksi landas pacu. Agar diatas stuktur perkerasan itu dapat
dilalui setiap saat, oleh karena itu lapis permukaan perkerasan harus kedap air,
melindungi lapis tanah dasar sehingga kedap air lapis tanah dasar tidak mudah berubah.
Lapis permukaan dari stuktur perkerasan lentur ini merupakan campuran agregat yang
bergradasi rapat dan aspal, atau disebut juga campuran beraspal. Kedua bahan ini
dicampur dalam keadaan panas (sehingga dikenal dengan nama hotmix), di hamparkan
serta dipadatkan dalam keadaan panas pula. Lapis permukaan ini harus kedap air,
permukaannya adalah lapis pondasi, dan dibuat dari batu pecah.
Lapis di bawahnya adalah lapis pondasi bawah dan dibuat dari pasir batu (sirtu). Lapis
pondasi atau lapis pondasi bawah ini juga dapat dibuat dari bahan lain seperti material
yang distabilitasi dengan Portland semen, kapur, aspal, maupun bahan pengikat lainya.
Semua lapisan ini di kontruksi di lapis tanah dasar, yaitu tanah yang telah di padatkan
sebagaimana terlihat pada Gambar 2.1 berikut.
II-1
Esa Karya Utama
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN JALAN LINGKUNGAN PERUMAHAN WILAYAH KOTA SERANG
II-2
Esa Karya Utama
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN JALAN LINGKUNGAN PERUMAHAN WILAYAH KOTA SERANG
II-3
Esa Karya Utama
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN JALAN LINGKUNGAN PERUMAHAN WILAYAH KOTA SERANG
2. Sebagai lapisan tidak tembus air untuk melindungi badan jalan dari kerusakan
akibat cuaca.
3. Sebagai lapisan aus (wearing course)
Bahan untuk lapis permukaan umumnya sama dengan bahan untuk lapis pondasi
dengan persyaratan yang lebih tinggi.
Penggunaan bahan aspal diperlukan agar lapisan dapat bersifat kedap air, disamping
itu bahan aspal sendiri memberikan bantuan tegangan tarik, yang berarti
mempertinggi daya dukung lapisan terhadap beban roda.
Pemilihan bahan untuk lapis permukaan perlu mempertimbangkan kegunaan, umur
rencana serta pentahapan konstruksi agar dicapai manfaat sebesar-besarnya dari biaya
yang dikeluarkan.
II-4
Esa Karya Utama
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN JALAN LINGKUNGAN PERUMAHAN WILAYAH KOTA SERANG
Arteri 80 – 99 75 – 95
Kolektor 80 – 95 75 – 95
Lokal 50 – 80 50 – 80
II-5
Esa Karya Utama
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN JALAN LINGKUNGAN PERUMAHAN WILAYAH KOTA SERANG
50 0,000
60 - 0,253
70 - 0,524
75 - 0,674
80 - 0,841
85 - 1,037
90 - 1,282
91 - 1,340
92 - 1,405
93 - 1,476
94 - 1,555
95 - 1,645
96 - 1,751
97 - 1,881
98 - 2,054
99 - 2,327
99,9 - 3,090
99,99 - 3,750
II-6
Esa Karya Utama
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN JALAN LINGKUNGAN PERUMAHAN WILAYAH KOTA SERANG
1 100
2 80 – 100
3 60 – 80
4 50 – 75
( 1 - g )n - 1
Wt = w18 x
g
dengan :
Wt = Jumlah beban gandar tunggal standar kumulatif
W18 = beban gandar tunggal kumulatif selama 1 tahun
n = umur rencana (tahun)
g = perkembangan lalu lintas (%)
II-7
Esa Karya Utama
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN JALAN LINGKUNGAN PERUMAHAN WILAYAH KOTA SERANG
Tabel 2.5 Koefisien Drainase (m) Untuk Memodifikasi Koefisien Kekuatan Relatif
Material Untreated Base Dan Subbase Pada Perkerasan Lentur.
II-8
Esa Karya Utama
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN JALAN LINGKUNGAN PERUMAHAN WILAYAH KOTA SERANG
Klasifikasi Jalan
Dalam menentukan indeks permukaan pada awal umur rencana (IP0) perlu
diperhatikan jenis lapis permukaan perkerasan pada awal umur rencana sesuai
dengan Tabel 2.7.
II-9
Esa Karya Utama
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN JALAN LINGKUNGAN PERUMAHAN WILAYAH KOTA SERANG
modulus beton aspal yang lebih tinggi, lebih kaku, dan lebih tahan terhadap
lenturan, akan tetapi lebih rentan terhadap retak fatigue.
II-10
Esa Karya Utama
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN JALAN LINGKUNGAN PERUMAHAN WILAYAH KOTA SERANG
Gambar 2.3 Variasi koefisien kekuatan relatif lapis pondasi granular (a2).
II-11
Esa Karya Utama
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN JALAN LINGKUNGAN PERUMAHAN WILAYAH KOTA SERANG
Gambar 2.4 Variasi koefisien kekuatan relatif lapis pondasi granular (a3)
II-12
Esa Karya Utama
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN JALAN LINGKUNGAN PERUMAHAN WILAYAH KOTA SERANG
Gambar 2.5 Variasi koefisien kekuatan relatif lapis pondasi bersemen (a2).
II-13
Esa Karya Utama
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN JALAN LINGKUNGAN PERUMAHAN WILAYAH KOTA SERANG
Gambar 2.6 Variasi koefisien kekuatan relatif lapis pondasi beraspal (a2)
II-14
Esa Karya Utama
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN JALAN LINGKUNGAN PERUMAHAN WILAYAH KOTA SERANG
Tabel 2.8 Tebal Minimum Lapis Permukaan Berbeton Aspal Dan Lapis Pondasi
Agregat
II-15
Esa Karya Utama
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN JALAN LINGKUNGAN PERUMAHAN WILAYAH KOTA SERANG
II-16
Esa Karya Utama
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN JALAN LINGKUNGAN PERUMAHAN WILAYAH KOTA SERANG
II-17
Esa Karya Utama
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN JALAN LINGKUNGAN PERUMAHAN WILAYAH KOTA SERANG
Angka 1, 2, dan 3, masing-masing untuk lapis permukaan, lapis pondasi, dan lapis
pondasi bawah. Selain menggunakan Gambar 2.7, ITP juga dapat dihitung dengan
menggunakan rumus berikut ini.
dengan :
W18 = Perkiraan jumlah beban sumbu standar ekivalen 18-kip
ZR = Deviasi normal standar
S0 = Gabungan standard error untuk perkiraan lalu-lintas dan kinerja
IP = Perbedaan antara initial design service ability index, IP0 dan
design terminal service ability index, IPt
MR = Modulus resilien
II-18
Esa Karya Utama
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN JALAN LINGKUNGAN PERUMAHAN WILAYAH KOTA SERANG
Pada perhitungan modulus resilien tanah dasar ini tidak dibutuhkan koreksi
temperatur karena lendutan yang digunakan hanya akibat deformasi tanah dasar.
Lendutan yang digunakan untuk perhitungan balik ini harus diukur cukup jauh
dari pusat pembebanan sehingga memberikan estimasi yang cukup akurat untuk
perhitungan modulus resilien tanah dasar. Jarak minimum pengukuran lendutan
untuk estimasi modulus resilien tanah dasar adalah :
r > 0.7 ae dan
II-19
Esa Karya Utama
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN JALAN LINGKUNGAN PERUMAHAN WILAYAH KOTA SERANG
dengan :
ae = jari-jari gelembung tegangan pada permukaan batas antara tanah dasar
dan struktur perkerasan, inci
P = tegangan pada pelat pembebanan, psi
a = jari-jari pelat pembebanan, inci
D = tebal total lapisan perkerasan di atas tanah dasar, inci
MR = modulus resilien tanah dasar, psi
Ep = modulus efektif seluruh lapisan struktur perkerasan di atas tanah
dasar, psi.
Sebelum modulus resilien tanah dasar ini digunakan dalam perencanaan, nilai ini
harus dikoreksi dulu menurut langkah 4 di bawah ini:
a. Temperatur perkerasan
Temperatur perkerasan saat pengukuran lendutan harus diukur. Temperatur
ini dapat diukur langsung atau diprediksi dari temperatur udara.
b. Modulus efektif perkerasan (Ep)
Apabila modulus resilien tanah dasar dan tebal total lapisan di atas tanah
dasar diketahui atau diasumsikan, maka modulus efektif seluruh lapisan
perkerasan di atas tanah dasar harus memenuhi persamaan berikut ini :
dengan
d0 = lendutan yang diukur pada pusat pembebanan dan untuk
temperatur standar 680F, inci
a = jari-jari pelat pembebanan, inci
D = tebal total lapisan perkerasan di atas tanah dasar, inci
Ep = modulus efektif seluruh lapisan perkerasan di atas tanah dasar,
psi.
Untuk pelat pembebanan yang berjari-jari 5.9 inci, Gambar 2.8 dapat
II-20
Esa Karya Utama
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN JALAN LINGKUNGAN PERUMAHAN WILAYAH KOTA SERANG
II-21
Esa Karya Utama
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN JALAN LINGKUNGAN PERUMAHAN WILAYAH KOTA SERANG
dengan :
C = 0.33
P = beban FWD dalam lbs.
d. Indeks tebal perkerasan masa datang (ITPf)
Nilai indeks tebal perkerasan masa datang ini merupakan ITP yang
dibutuhkan untuk mengakomodasi lalu-lintas yang direncanakan.
Nilai ini didapat dengan menggunakan grafik pada nomogram pada Gambar
2.7 atau menggunakan rumus, tetapi menggunakan modulus resilien
perencanaan (MR desain).
Gambar 2.9 Koreksi nilai d0 untuk perkerasan lentur dengan lapis pondasi
granular dan yang distabilisasi dengan aspal.
II-22
Esa Karya Utama
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN JALAN LINGKUNGAN PERUMAHAN WILAYAH KOTA SERANG
Gambar 2.10 Koreksi nilai do untuk perkerasan lentur dengan lapis pondasi
yang distabilisasi dengan aspal atau pozzolan.
dengan:
ITPOL = ITP yang dibutuhkan untuk overlay
aOL = koefisien kekuatan relatif
HOL = tebal lapis tambah
ITPf = ITP indeks tebal perkerasan masa datang
ITPeff = ITP Effektif
II-23
Esa Karya Utama