Anda di halaman 1dari 35

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara agraris yang mempunyai potensi sumber

daya alam yang cukup besar, dimana sektor pertanian memegang peranan yang

sangat penting karena menyediakan lapangan kerja bagi sebagian besar penduduk,

serta memberikan sumbangan terhadap pendapatan Nasional.Sehingga sektor

pertanian layak dijadikan sebagai sektor andalan dalam pembangunan ekonomi

Nasional. Sektor pertanian mengembangkan kegiatan ekonomi pedesaan melalui

pengembangan usaha berbasis pertanian yaitu agribisnis. Pertumbuhan yang

meningkat secara konsisten, sektor pertanian berperan besar dalam menjaga laju

pertumbuhan ekonomi Nasional (Antara, 2009).

Prospek pengembangan usaha pertanian cukup besar karena memiliki

kondisi yang cukup menguntungkan.Indonesia berada di daerah tropis yang subur,

keadaan sarana dan prasarana cukup mendukung, serta adanya kemauan dukungan

pemerintah untuk menempatkan sektor pertanian sebagai prioritas dalam

pembangunan.Pilihan kebijakan yang utama di sektor pertanian pengembangan

teknologi di bidang agribisnis.Usulan berbagai pihak kepada pemerintah

Indonesia menjadikan agribisnis sebagai salah satu unggulan teknologi Nasional

sangat tepat. Keunggulan komparatif Indonesia (sumber daya alam yang

melimpah, jumlah tenaga kerja yang besar, dan pasar yang besar) sebaiknya

dijadikan basis untuk mengembangkan teknologi yang mampu dengan kondisi

sosial budaya Indonesia. Pengembangan teknologi di bidang agribisnis diharapkan


2

dapat berperan dalam : (1) meningkatkan produktivitas dan efisiensi; (2)

mengenalkan teknologi baru yang tepat guna dan tepat sasaran; (3) memberikan

nilai tambah (value added) produk akhir; (4) meningkatkan cadangan devisa

(Gumbira, 2001).

Salah satu sub sektor tanaman perkebunan yang dijadikan sumber

ekonomi yaitu cengkeh. Cengkeh merupakan tanaman tradisional yang sudah

lama ada di Indonesia.Cengkeh memiliki peranan yang cukup besar dalam

pembangunan di bidang ekonomi, terutama untuk mendukung pertumbuhan

industri.Peranan pembangunan dibidang ekonomi salah satunya tercermin dari

perkembangan perkebunan tanaman cengkeh, serta perkembangan industri-

industri pabrik rokok yang semakin meningkat.

Cengkeh merupakan salah satu komoditas unggulan yang meliputi sekitar

35% dari total luas tanaman perkebunan yang ada di Sulawesi Tenggara. Hal ini

didukung oleh kondisi agroklimat yang cocok untuk pertumbuhan dan

produksinya, antara lain berada pada daerah 20ᴼ LU - 20ᴼ LS, cahaya matahari

penuh, suhu optimum 21ᴼC - 35ᴼ C, curah hujan 2000 mm - 3500 mm pertahun,

ketinggian tempat antara 0,300 m dpl, tanah cukup subur dan gembur, pH tanah

optimum 5,5 – 6,5 serta dranaise yang baik.


3

Tabel 1.1
Luas dan Produktifitas Cengkeh
Kecamatan Tanggetada Tahun 2010-2015.
Tahun TBM (Ha) TM (Ha) Total (Ha) Produktifitas (Kg/Ha)
2010 93.00 12.50 105.50 253.00
2011 107.00 49.00 156.00 422.00
2012 93.00 71.00 164.00 580.00
2013 372.50 76.00 448.50 762.50
2014 427.50 724.25 1,151.75 789.55
2015 608.00 760.00 1,368.00 788.00
Sumber data : Kantor Dinas Pertanian Kabupaten Kolaka 2016.

Berdasarkan data pada Tabel 1.1 bahwa perbandingan luas lahan dan hasil

produksi cengkeh yang selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya di Kecamatan

Tanggetada, tetapi pada tahun 2015 produktifitas cengkeh mengalami penurunan

berjumlah1.55 kg/ha.

Tabel 1.2
Luas dan Produktifitas Cengkeh
di Desa Pewisoa Jaya Tahun 2010-2015.
Tahun TBM (Ha) TM (Ha) Total (Ha) Produktifitas (Kg/Ha)
2010 57.50 9.50 67.00 275.00
2011 49.00 27.00 76.00 420.00
2012 47.00 32.00 79.00 585.00
2013 177.00 32.00 209.00 725.00
2014 166.00 121.00 287.00 785.00
2015 215.00 144.00 359.00 745.00
Sumber data : Kantor Dinas Pertanian Kabupaten Kolaka 2016.

Pada Tabel 1.2 luas dan produktifitas cengkeh pada tahun 2010-2015

setiap tahunnya mengalami perubahan yaitu terjadinya penambahan perluasan

lahan karena adanya keinginan untuk meningkatkan pendapatan petani cengkeh,

seiring dengan peningkatan produktifitas.Sedangkan pada tahun 2015 mengalami

penurunan produktifitas 40 kg/ha akibat musim kemarau panjang.


4

Kabupaten Kolaka merupakan salah satu kabupaten penghasil cengkeh

(Syzigium aromaticum) di Sulawesi Tenggara.Dan Desa Pewisoa Jayamerupakan

desa yang baru berkembang di Kecamatan Tanggetadayang memiliki topografi

yang mendukung untuk membudidayakan cengkeh (Syzigium aromaticum ).Hal

ini berdasarkan data dari tahun 2010 – 2015 luas lahan yang menghasilkan 365.5

ha, produksi rata-rata/ha cengkeh dalam 1 ha memperoleh volume produksi 589

kg/ha, dengan harga jual cengkeh beraneka ragam.Penjualan hasil-hasil tersebut

mendorong terlaksananya kegiatan pemasaran. Pemasaran cengkeh merupakan

proses akhir dari usahataninya. Pada proses penjualan cengkeh petani

mengharapkan keuntungan yang besar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Tingkat kesejahteraan petani sering dikaitkan dengan keadaan usahatani

yang dicerminkan oleh tingkat pendapatan petani.Tingkat pendapatan petani ini

dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti faktor sosial, ekonomis dan

agronomis.Salah satu faktor tersebut yang tidak kalah pentingnya adalah

pengaruhfaktor harga jual, jumlah produksi dan lain-lainnya.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis merasa perlu untuk melakukan

penelitian padafaktor-faktor apa yang mempengaruhi pendapatan petani cengkeh

(Syzigium aromaticum) di Desa Pewisoa Jaya Kecamatan Tanggetada Kabupaten

Kolaka.

B. Permasalahan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di identifikasi

permasalahan penelitian yaitu “Apakah harga jual, jumlah produksi, dan jumlah
5

modal berpengaruh terhadap pendapatan petani cengkeh (Syzigium aromaticum)di

Desa Pewisoa Jaya Kecamatan Tanggetada Kabupaten Kolaka?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh harga jual, jumlah

produksi, dan jumlah modalterhadap pendapatan petani cengkeh (Syzigium

aromaticum)di Desa Pewisoa Jaya Kecamatan Tanggetada Kabupaten Kolaka.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bahan pertimbangan bagi masyarakat atau petani cengkeh untuk

membudidayakan tanaman cengkeh diDesa Pewisoa Jaya Kecamatan

Tanggetada Kabupaten Kolaka.

2. Bahan pertimbangan bagi Pemerintah Daerah untuk mengambil kebijakan

dalam membudidayakan cengkeh diDesa Pewisoa Jaya Kecamatan

Tanggetada Kabupaten Kolaka.

3. Sebagai bahan acuan reverensi bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan

dengan penelitian ini.


6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Penelitian Terdahulu

Nababan (2009), meneliti tentang “Analisis Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Pendapatan Petani Jagung di Kecamatan Tiga Binanga”, dengan

menggunakan model analisis regresi linear berganda, diperoleh hasil bahwa biaya

pupuk berpengaruh negatif terhadap pendapatan petani jagung.Hal ini ditunjukkan

oleh koefisien regresi biaya pupuk yaitu sebesar 0.058327.Artinya setiap kenaikan

biaya pupuk 1 persen maka pendapatan petani jagung berkurang sebesar 0.06

persen.Makna ekonominya, semakin banyak yang digunakan maka semakin besar

pula hasil produksinya, namun tetap ada batasan maksimal penggunaan pupuk,

jika tetap digunakan melewati batas tersebut akan menjadi mengurangi hasil

produksi. Tenaga kerja berpengaruh positif terhadap pendapatan petani

jagung.Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi tenaga kerja yaitu sebesar

0.314649.Artinya setiap kenaikan Tenaga kerja 1 persen maka pendapatan petani

jagung bertambah sebesar 0.3 persen.Luas lahan berpengaruh posistif terhadap

pendapatan petani jagung.Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi luas lahan

yaitu sebesar 0.598634.Artinya setiap kenaikan luas lahan 1 persen makan

pendapatan petani jagung bertambah sebesar 0.60 persen.

Zikrina, dkk.(2012), tentang “Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Pendapatan Petani Padi Organik di Desa Lubuk Bayas”.Dengan analisis model

regresi linear berganda dari variabel independen terhadap variabel dependen


7

pendapatan padi menunjukkan bahwa produktifitas padi organik, harga urin sapi

dan upah tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani Padi organik

di Desa Lubuk Bayas.Sedangkan harga bibit, harga pupuk kandang, harga

pestisida organik, dan biaya pemasaran berpengaruh tidak nyata terhadap

pendapatan petani padi organik di desa Lubuk Bayas.Tidak terjadi

multikolinearitas dan heterokedastisitas serta asumsi normalitas terpenuhi.

Pattiasina, dkk.(2012).Meneliti tentang “Analisis Pendapatan Usahatani

Kakao (Theobroma cacao L).di Desa Latu. Dengan menggunakan model analisis

regresi linear berganda menunjukkan bahwa; 1). Rata-rata tingkat pendapatan

usahatani kakao di Desa Latu per tahun sebesar Rp. 6.210.320 atau setara dengan

321,83 kg biji kakao kering/hektar/tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pendapatan usahatani kakao di daerah penelitian belum optimal, hal ini

disebabkan karena hasil produksi biji kakao kering belum mencapai produksi rata-

rata dalam satu siklus hidup (25 tahun) yaitu sejumlah 1.000 kg biji kakao

kering/hektar/tahun; 2). berdasarkan hasil analisis dengan Regresi Linear

Berganda, faktor umur, pendidikan, luas lahan, tenaga kerja, dan biaya produksi,

produksi dan harga jual secara serempak memberikan pengaruh nyata terhadap

tingkat pendapatan usahatani kakao sebesar 99,9 %; 3) Usahatani kakao di Desa

Latu layak untuk dikembangkan lebih lanjut, karena nilai BCR sebesar 3,89 (lebih

dari satu).

Phahkevi (2013), melakukan penelitian tentang “Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Sawah di Kota Padang Panjang”. Yang

menggunakan model Cobb-Douglas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara


8

bersama-sama variabel bebas (luas lahan, harga jual, dan biaya usahatani)

berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi, artinya tinggi rendahnya luas

lahan, harga jual dan biaya usaha tani berpengaruh terhadap tinggi rendahnya

jumlah produksi padi sawah.Variabel bebas (luas lahan, harga jual, biaya usaha

tani dan jumlah produksi) berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani di

kota Padang Panjang, artinya semakin besar luas lahan, semakin tinggi harga jual,

semakin besar biaya usaha tani dan semakin tinggi jumlah produksi maka semakin

tinggi pendapatan yang diperoleh oleh petani padi sawah di kota Padang Panjang.

Analisis jalur sub struktural III biaya usahatani tidak berpengaruh signifikan

terhadap pendapatan petani padi sawah yang mana semakin besar biaya yang

dikeluarkan, akan semakin sedikit pendapatan yang diperoleh petani padi sawah di

kota Padang Panjang.Variabel (luas lahan, harga jual, biaya usahatani dan jumlah

produksi) yang berpengaruh tidak signifikan terhadap pendapatan petani adalah

biaya usahatani, sementara variabel luas lahan, harga jual dan jumlah produksi

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan petani padi sawah di

Kota Padang Panjang.

Septiara (2014), melakukan penelitian tentang “Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Pendapatan Petani Karet di Kecamatan IV Nagari”. Dengan

menggunakan regresi linear berganda, hasil penelitian menunjukkan bahwa

pendapatan yang diperoleh oleh petani karet di Kecamatan IV Nagari Kabupaten

Sijunjung dipengaruhi secara signifikan oleh jumlah produksi karet, pengaruh

sebesar1,669, harga karet. Pengaruh sebesar 1,359, tingkat pendidikan petani

karet. Pengaruh sebesar 0,006, Variabel umur karet.Pengaruh sebesar 0,017,


9

variabel biaya usaha tani karet.Pengaruh sebesar -0,489, jenis bibit karet.Pengaruh

sebesar 0,024 dengan asumsi cateris paribus.Terdapat pengaruh yang signifikan

antara variabel bebas terhadap variabel terikat di Kecamatan IV Nagari Kabupaten

Sijunjung. Hal ini berarti semakin meningkat produksi, harga karet, umur karet,

tingkat pendidikan, dan jenis bibit karet maka pendapatan yang diperoleh juga

akan meningkat. Begitu juga dengan biaya usaha terhadap pendapatan, jika biaya

usaha meningkat maka pendapatan yang diperoleh cenderung akan berkurang.

Harga jual, jumlah produksi dan jumlah modal berpengaruh nyata terhadap

pendapatan petani cengkeh. Hal ini berdasakan banyaknya jumlah pendapatan

yang diperoleh dengan tingginya harga jual, banyaknya produksi dan jumlah

modal yang digunakan dalam proses membudidayakan cengkeh.

2. Pendapatan

Pendapatan berasal dari kata dasar “dapat”. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia, pengertian pendapatan adalah hasil kerja (usaha dan sebagainya).

Pengertian pendapatan menurut Ilmu Ekonomi adalah nilai maksimum yang dapat

dikonsumsi seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang

sama pada akhir periode seperti keadaan semula. Pengertian pendapatan menurut

Ilmu Ekonomi menitiberatkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap

konsumsi selama satu periode. Dengan kata lain, pengertian pendapatan menurut

Ilmu Ekonomi adalah jumlah harta kekayaan awal periode ditambah keseluruhan

hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya yang dikonsumsi.

Pendapatan usahatani menurut Hastuti (2007) merupakan selisih antara

penerimaan dan semua biayanya, atau dengan kata lain pendapatan meliputi
10

pendapatan kotor atau penerimaan total dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor

atau penerimaan total adalah nilai produksi komoditas pertanian secara

keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi.

Menurut Hadisapoetra (1973), pendapatan petani dapat diperhitungkan

dengan mengurangi pendapatan kotor dengan biaya alat-alat luar dan dengan

modal dari luar. Sedangkan pendapatan bersih dapat diperhitungkan dengan

mengurangi pendapatan kotor dengan biaya mengusahakan.Biaya mengusahakan

adalah biaya alat-alat luar ditambah upah tenaga kerja keluarga sendiri yang

diperhitungkan berdasarkan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja luar.

Menurut Hadisapoetra (1973), pendapatan dari suatu jenis usahatani

merupakan salah satu penilaian keberhasilan kegiatan usahatani tersebut.

Sekurang-kurangnya suatu usahatani dapat dikatakan berhasil apabila memenuhi

syarat-syarat sebagai berikut :

1). Usahatani tersebut harus dapat menghasilkan cukup pendapatan yang

dipergunakan untuk membayar semua alat-alat yang dipergunakan.

2). Usahatani harus dapat menghasilkan pendapatan yang dipergunakan untuk

membayar bunga modal yang dipakai dalam usahatani tersebut, baik modal

sendiri maupun modal yang dipinjam dari pihak lain.

3). Usahatani harus dapat menghasilkan pendapatan untuk membayar upah tenaga

kerja petani dan keluarganya yang dipergunakan di dalam usahatani secara layak.

4). Usahatani harus dapat membayar tenaga petani sebagai manajer yang harus

mengambil keputusan mengenai apa yang harus dijalankan. Bilamana, dimana,

dan bagaimana.
11

Hadisapoetra (1973), menyatakan bahwa untuk memperhitungkan nilai

biaya dan usahatani pada umumnya dibedakan menjadi 3 yaitu :

1). Memperhitungkan keadaan keuangan usahatani dan petani pada suatu waktu.

2). Memperhitungkan besarnya biaya dan pendapatan usahatani selama satu tahun.

3). Memperhitungkan hubungan antara biaya dan pendapatan usahatani pada akhir

tahun.

Gambar 2.1
Dampak Kenaikan Pendapatan pada Kuantitas Pembelian Barang X dan Y

Kuantitas
Y per
tahun

Y1

U3
Y2
U2
Y3I1U1 I2 I3

0 X1X2 X3kuantitas X per tahun

Keterangan :

Berdasarkan Gambar 2.1 Jika pendapatan meningkat dari I1 ke I2 lalu ke I3,

pilihan optimal (utilitas maksimum) pada X dan Y ditunjukkan oleh semakin

tingginya titik-titik persinggungan (bergeser ke kanan). Kendala anggaran

akanbergeser secara pararel karena slopenya (yang ditentukan oleh rasio harga

barang-barang tersebut) tidak berubah.

Ketika pendapatan total seseorang meningkat, dengan asumsi harga-harga

tidak berubah, kita mungkin mengharapkan kuantitas yang dibeli untuk setiap
12

barang juga akan meningkat. Situasi ini diilustrasikan pada gambar diatas. Jika

pendapatan meningkat dari I1 ke I2 lalu ke 13, kuantitas X yang diminta meningkat

dari X1 ke X2 lalu ke X3, dan kuantitas Y yang diminta meningkat dari Y1 ke Y2

lalu Y3. Garis anggaran I1,I2, dan I3 secara keseluruhannya adalah sejajar karena

perubahan hanya terjadi pada pendapatan bukan pada harga relatif X dan Y.

Ingatlah, slope kendala anggaran ditentukan oleh rasio harga kedua barang

tersebut, dan harga-harga ini tidak berubah sepanjang analisis ini. Namun

demikian, kenaikan pendapatan, akan memungkinkan orang yang pendapatannya

naik tersebut untuk mengomsumsi lebih banyak. Kenaikan daya beli ini

dicerminkan oleh pergeseran kendala anggaran ke kekanan dan kenaikan

keseluruhan utilitas.

B. Landasan Teori
1. Usahatani
Usahatani pada dasarnya adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang

dapat diperlukan untuk produksi pertanian (A. T. Mosher:1984).Ditinjau dari

sudut pembangunan pertanian hal yang terpenting mengenai usahatani adalah

bahwa usahatani hendaknya senantiasa berubah, baik dalam ukuran maupun

susunannya.Untuk memanfaatkan metode usahatani yang cocok bagi pertanian

yang masih primitiv bukanlah corak yang paling produktif apabila sudah tersedia

metode-metode yang modern.Mulanya usahatani hanya ditunjukkan untuk

menghasilkan bahan makanan guna menutupi kebutuhan primer dari keluarga

petani.Pada tingkat itu usahatani benar-benar merupakan usahatani swasembada

murni.Usahatani swasembada murni belum banyak melakukan tindakan tukar

menukar bahan dengan pihak luar.Kehidupan perekonomian sifatnya masih


13

tertutup.Lambat laun kehidupan ekonomi kebendaan itu kemasukan

uang.Usahatani swasembada murni adalah suatu usahatani yang secara murni

diusahakan untuk memperoleh produk yang diperlukan untuk menutupi keperluan

primer dari keluarga petani.

Usahatani adalah kegiatan mengalokasikan segala sumber daya yang ada

secaraefektif dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada

waktu tertentu. Dikatakan efektif, bila petani (produsen) mengalokasikan sumber

daya yang dimiliki sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumber

daya tersebut menghasilkan keluaran (out-put) yang melebihi masukan (input),

Soekartawi (2002).

Kaslan A. Tohir (1991), menggolongkan usahatani ada dua macam yaitu :

(a), Usahatani yang pada dasarnya ditunjukkan untuk memproduksi bahan-bahan

yang langsung diperlukan oleh keluarga petani, karenanya maka umumnya jenis-

jenis tanaman yang diusahakan adalah jenis tanaman pangan. (b), Usahatani niaga

atau usahatani komersial dimana dengan adanya pertumbuhan atau perkembangan

dalam kehidupan ekonomis usahatani swasembada, khususnya usahatani yang

luas tanah garapannya, lambat laun akan menjual hasil bumi yang berlebihan.

Setelah kebutuhan keluarga dipenuhi akhirnya menjadi usahatani yang komersial

dengan jalan mengusahakan jenis-jenis tanaman untuk keperluan pasar.

Beberapa defenisi yang dikemukakan tersebut, dapat diambil suatu

pengertian usahatani yang sederhana yaitu usahatani adalah kegiatan yang

dilakukan oleh petani dan keluarganya atau badan usaha lainnya dengan bercocok

tanam atau ternak/ikan melalui penentuan, pengorganisasian dan penggunaan


14

faktor-faktor produksi (lahan, tenaga kerja, modal dan pengelolaan/manajemen)

secara efektif dan efisien untuk memperoleh produksi tertentu serta keuntungan

yang maksimal pada waktu tertentu pula.

2. Pendapatan

Mengukur kondisi ekonomi seseorang atau rumah tangga, salah satu konsep

pokok yang paling sering digunakan yaitu melalui tingkat pendapatan.Pendapatan

menunjukkan seluruh uang atau hasil material lainnya yang tercapai dari

penggunaan kekayaan atau jasa yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga

selama jangka waktu tertentu pada suatu kegiatan ekonomi (Winardi, 1998).

Pendapatan dapat juga diuraikan sebagai keseluruhan penerimaan yang diterima

pekerja, buruh atau rumah tangga, baik berupa fisik maupun non fisik selama ia

melakukan pekerjaan pada suatu perusahaan instansi atau pendapatan selama ia

bekerja atau berusaha. Setiap orang yang bekerja akan berusaha untuk

memperoleh pendapatan dengan jumlah yang maksimum agar bisa memenuhi

kebutuhan hidupnya. Maksud utama para pekerja yang bersedia melakukan

berbagai pekerjaan adalah untuk mendapatkan pendapatan yang cukup baginya,

sehingga kebutuhan hidupnya ataupun rumah tangganya akan tercapai.Penduduk

perkotaan umumnya dan golongan keluarga berpenghasilan rendah khususnya

mempunyai berbagai sumber pendapatan.

Pendapatan yang dimaksud dalam hal ini adalah pendapatan uang yang

diterima dan diberikan kepada subjek ekonomi berdasarkan prestasi-prestasi yang

diserahkan, yaitu berupa pendapatan dari pekerja, pendapatan dari profesi yang

diterima sendiri, usaha perseorangan dan pendapatan dari kekayaan, serta dari
15

sektor subsisten, yaitu untuk bertahan hidup secara wajar dan didapatkannya suatu

jaminan kebutuhan primer. Pendapatan subsisten adalah pendapatan yang diterima

dari usaha-usaha tambahan yang tidak dipasarkan untuk memenuhi keperluan

hidupnya sekeluarga (Mubyarto, 1973).

Pendapatan masyarakat dapat berasal dari bermacam-macam sumbernya,

yaitu: ada yang disektor formal (gaji atau upah yang diterima secara bertahap),

sektor informal (sebagai penghasilan tambahan dagang, tukang, buruh dan lain-

lain) dan di sektor subsisten (hasil usaha sendiri berupa tanaman, ternak, dan

pemberian orang lain).Pelopor ilmu ekonomi klasik, Adam Smith dan David

Ricardo, distribusi pendapatan digolongkan dalam tiga kelas sosial yang utama:

pekerja, pemilik modal, dan tanah. Penghasilan yang diterima setiap faktor

dianggap sebagai pendapatan masing-masing keluarga terlatih terhadap nasional.

Teori mereka meramalkan bahwa begitu masyarakat makin maju, para tuan tanah

akan relatif lebih baik keadaannya dan para kapitalis (pemilik modal) menjadi

relatif lebih buruk keadaannya (Sumitro, 1991).

Pareto mengemukakan bahwa distribusi pendapatan berdasarkan besarnya

(size distribution of income), yaitu distribusi pendapatan diantara rumah tangga

yang berbeda, tanpa mengacu pada sumber-sumber pendapatan atau kelas

sosialnya dan ketidakmerataan distribusi pendapatan cukup besar di semua

negara.

Berdasarkan ilmu ekonomi untuk meningkatkan profit dari suatu aktivitas

ekonomi dilakukan dengan dua cara, yaitu: (1) Pendekatan memaksimumkan

keuntungan atau profit maximization. Yaitu suatu usaha yang dilakukan untuk
16

memaksimumkan profit berkonsentrasi kepada penjualan yang lebih banyak untuk

meningkatkan penjualan. Untuk meningkatkan volume penjualan dapat dilakukan

dengan cara marketing mix, yaitu kombinasi dari empat variabel atau kegiatan

yang merupakan inti dari sistem pemasaran pengusaha yaitu produk, struktur

harga, kegiatan promosi dan sistem distribusi (Kadariah,1994). (2) Pendapatan

meminimumkan biaya atau cost minimization. Yaitu usaha kegiatan pelaku

ekonomi yang mengkonsentrasikan kepada alokasi biaya yang telah dilakukan

dapat diminimalkan. Upaya-upaya peminimuman biaya ini yang akan

menciptakan alokasi biaya yang akan lebih efisien atau lebih dibandingkan

dengan alokasi biaya yang sebelumnya. Biaya alokasi turun dan mempunyai

pengaruh tetap profit atau laba, misalnya jumlah alokasi biaya pada suatu bidang

kerja tertentu yang selama ini dikerjakan oleh banyak orang dapat dikerjakan oleh

lebih sedikit orang. Ini berarti ada penggunaan biaya untuk gaji atau upah

karyawan. Total biaya berkurang dengan turunya total biaya ini cateris paribus,

profit secara otomatis meningkat. Kenaikan ini dapat diilustrasikan sebagai

berikut (Kadariah,1994).

Ԉ = TR – TC . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.1)

Keterangan:

Ԉ = profit
TR = Total Revenue (TR + P x C)
TC = Total Cost (TC = FC + VC)
Untuk mengetahui besarnya pendapatan usahatani dapat juga

menggunakan rumus Soekartawi (2002) yaitu :

Pd = TR-TC . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.2)
17

Keterangan :

Pd = Pendapatan (Rupiah)
TR = Total Revenue atau Total Penerimaan (Rupiah)
TC = Total Cost atau Total Biaya (Rupiah)

3. Faktor-Faktor Pendapatan
a. Harga Jual

Harga jual adalah suatu nilai tukar yang bisa disamakan dengan uang atau

barang lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau jasa bagi

seseorang atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat tertentu. Istilah harga

digunakan untuk memberikan nilai finansial pada suatu produk barang atau

jasa.Biasanya penggunaan kata harga berubah digit nominal besaran angka

terhadap nilai tukar mata uang yang menunjukkan tinggi rendahnya nilai suatu

kualitas barang atau jasa.Dalam ilmu ekonomi harga dapat dikaitkan dengan nilai

jual atau beli suatu produk barang atau jasa sekaligus sebagai variabel yang

menentukan komparasi produk atau barang sejenis.

Harga merupakan satu-satunya elemen bauran pemasaran yang

menghasilakan pendapatan bagi perusahaan.Di samping itu, harga juga bersifat

fleksibel.Dalam menentukan harga, perusahaan yang memproduksi jasa harus

memperhatikan tingkat harga pasar dengan melihat kompetisi dan target market.

b. Jumlah Produksi

Jumlah produksi yaitu seluruh hasil yang diperoleh dari membudidayakan

cengkeh dalam satu kali musim panen (Kg).Adapaun cara peningkatan mutu dan

jumlah hasil produksi dapat dilakukan dengan cara Identifikasi, Ekstensifikasi,

Diversifikasi dan Rasionalisasi. (a), Identifikasi yaitu usaha meningkatkan hasil


18

poduksi dengan cara meningkatkan kemampuan atau memaksimalkan

produktifitas faktor-faktor produksi yang telah ada. Misalnya meningkatkan

kualitas kerja, memperbaiki cara berproduksi, peningkatan jam kerja, menerapkan

panca usahatani dalam bidang pertanian. (b), Ekstensifikasi adalah usaha

meningkatkan hasil produksi dengan cara menambah atau memperluas faktor-

faktor produksi yang digunakan, misalnya dengan menambah luas lahan

pertanian. (c), Diversifikasi adalah usaha untuk meningkatkan produksi dengan

cara menambah jenis atau keanekaragaman hasil produksi. Misalnya selain

membudidayakan cengkeh, pada lahan yang masih kosong ditanami juga palawija.

(d), Rasionalisasi adalah usaha meningkatkan mutu dan hasil produksi dengan

cara meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Misalnya untuk menghemat

tenaga kerja dan efektivitas produksi, maka digunakan tenaga kerja mesin dan

melaksanakan kegiatan produksi dengan menerapkan manajemen yang baik.

c. Modal

Menurut Dr. Mubyarto mengemukakan pengertian tentang modal,

yaitu:Modal adalah uang atau barang secara yang besar-besaran dengan faktor-

faktor produksi lainnya (tanah dan tenaga kerja) menghasilkan barang-barang baru

(Mubyarto, 1983).Meskipun modal selalu dinyatakan dalam bentuk uang, ada juga

penciptaan modal tanpa uang.Uang masih merupakan alat tukar dan pengukur

nilai-nilai dari modal tersebut.Modal termasuk juga peralatan seperti mesin-mesin,

alat-alat besar, gedung, instansi-instansi dan alat-alat pengangkutan.Modal juga

meliputi persediaan bahan mentah dan bahan setengah jadi yang digunakan dalam

sektor industri.
19

Menurut Purba (2012), modal adalah segala sesuatu yang diberikan dan

dialokasikan kedalam suatu usaha atau badan yang gunanya pondasi untuk

menjalankan apa yang di inginkan, yang dimana modal tersebut adalah dapat

berupah modal yang langsung dapat digunakan dan atau modal tidak langsung dan

juga modal itu dapat dari internt atau ekstern dari perusahaan.

Sugiarto S. E, mengatakan bahwa modal adalah segala nilai sesuatu aktiva

yang dimiliki oleh perusahaan dan yang digunakan untuk menghasilkan

pendapatan. (1), modal internal perusahaan adalah segala sesuatu yang

ditanamkan oleh perusahaan yang dimana untuk menghasilkan sesuatu

pendapatan, yang persenanya berdasarkan besarnya yang ditentukan oleh

perusahaan. (2). Modal eksternal peruusahaan adalah segala sesuatu modal yang

dimiliki perusahaan dan besarnya modal eksternal juga ditentukan oleh

perusahaan yang dimana modal eksternal biasanya didapat dari persetujuan atau

pasar modal.

Besarnya modal dapat dipengaruhi oleh biaya.Biaya menurut Prasetya

(1996), adalah nilai dari suatu masukan ekonomik yang diperlukan, yang dapat

diperkirakan dan dapat diukur untuk menghasilkan suatu produk. Menurut

sifatnya, biaya usahatani digolongkan menjadi :

a). Biaya tetap dan biaya variabel

Biaya tetap yaitu biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh besarnya

produksi seperti pajak, penyusutan alat produksi, sewa tanah dan lain-

lain.Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dipengaruhi oleh besarnya


20

produksi yang dikehendaki seperti bibit, pakan ternak, biaya pembelian sarana

produksi, dan sebagainya.

b). Biaya yang dibayarkan dan biaya yang tidak dibayarkan

Biaya yang dibayarkan adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh

petani untuk usahataninya seperti pupuk, pakan ternakupah tenaga luar keluarga,

dan lain-lain.Sedangkan biaya yang tidak dapat dibayarkan dapat berupa

penggunaan tenaga kerja keluarga, bunga modal sendiri, dan penyusutan modal.

c). Biaya langsung dan biaya tidak langsung

Biaya langsung adalah biaya yang secara langsung digunakan dalam

proses produksi seperti pembelian pupuk, obat-obatan, bibit, pajak, upah tenaga

kerja luar, makanan ternak, makanan tenaga kerja luar. Biaya tidak tidak langsung

adalah biaya yang secara tidak langsung digunakan dalam proses produksi seperti

penyusutan modal tetap dan biaya makan tenaga kerja keluarga.

Menurut Hadisapoetra (1973), biaya yang dipergunakan dalam usahatani

meliputi :

1). Biaya alat-alat luar adalah semua pengorbanan yang diberikan dalam usahatani

untuk memperoleh pendapatan kotor kecuali bunga seluruh aktiva yang

dipergunakan dan biaya untuk kegiatan si pengusaha dan upah tenaga kerja

keluarga sendiri.

2). Biaya mengusahakan adalah biaya alat-alat dari luar ditambah dengan tenaga

kerja keluarga sendiri, yang diperhitungkan berdasarkan upah yang dibayarkan

kepada tenaga kerja luar.


21

3). Biaya menghasilkan adalah biaya mengusahakan ditambah dengan bunga dari

aktiva yang dipergunakan di dalam usahatani.

Tenaga kerja yaitu sejumlah penduduk yang dapat digunakan dalam proses

produksi, tetapi termasuk juga kemahiran yang mereka miliki yang merupakan

suatu elemen pendidikan yang membantu masyarakat dengan jalan menyediakan

suatu kombinasi energi fisik dan intelegensia bagi suatu proses produksi. Tenaga

kerja adalah kapasitas buruh untuk bekerja bukannya dalam arti keahlian yang

produktif, melainkan reaksi terhadap kesempatan ekonomi dan kesediannya untuk

menjalani perubahan ekonomi. Faktor tenaga kerja ini akan berperan dalam

membantu membuka sumber yang cukup besar dalam kuantitas, tetapi rendah

dalam kualitas karena untuk menampung jumlah tenaga kerja yang besar

dibutuhkan lapangan pekerjaan yang luas pula.

Berdasarkan publikasi ILO (Internasional Labour Organization),

penduduk dapat dikelompokkan menjadi tenaga kerja dan bukan tenaga kerja.

Tenaga kerja dikatakan juga sebagai penduduk usia kerja, yaitu penduduk usia 15

tahun atau lebih, seiring dengan program wajib belajar 9 tahun. Selanjutnya,

tenaga kerja dibedakan menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja

(penduduk yang sebagian besar kegiatannya adalah bersekolah, mengurus rumah

tangga, atau kegiatan lainnya selain bekerja).Angkatan kerja dibedakan lagi

kedalam dua kelompok, yaitu penduduk yang bekerja (sering disebut pekerja) dan

penduduk yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan.

Penelitian yang akan dilakukan pada pengaruh pendapatan petani cengkeh.

ada beberapa faktor, yaitu :


22

1. Harga jual yaitu jumlah uang yang harus dibayar oleh pedagang untuk

memperoleh cengkeh dari petani yang membudidayakan cengkeh (Rp/kg).

2. Jumlah Produksi yaitu jumlah atau hasil petani cengkeh dalam satu kali musim

panen (Kg).

3. Jumlah Modal yaitu seluruh modal yang digunakan dalam membudidayakan

cengkeh baik modal tetap dan tidak tetap (Rp).

C. Kerangka Pikir

Petani cengkeh di Desa Pewisoa Jaya dalam memperoleh pendapatan yang

maksimal dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : harga jual yaitu jumlah

uang yang harus dibayar oleh pedagang untuk memperoleh cengkeh dari petani

yang membudidayakan cengkeh (Rp/kg), jumlah produksi yaitu jumlah atau hasil

petani cengkeh dalam satu kali musim panen (Kg), jumlah modal yaitu seluruh

modal yang digunakan dalam membudidayakan cengkeh baik modal tetap dan

tidak tetap (Rp).

Faktor pendapatan tersebut merupakan faktor dependen (X1harga jual, X2

jumlah produksi dan X3 jumlah modal). Yang akan mempengaruhi dari tingkat

pendapatan petani cengkeh sebagai faktor independen (P) tentunya dengan

menggunakan metode analisis regresi linear berganda akan diketahui pasti

berpengaruh nyata ataupun tidak berpengaruh sama sekaliterhadap pendapatan

petani cengkeh di Desa Pewisoa Jaya Kecamatan Tanggetada Kabupaten Kolaka.

Usahatani Cengkeh
23

Faktor Pendapatan
X1= Harga Jual
X2= Jumlah Produksi
X3= Jumlah Modal

(P) Pendapatan

Regresi linear berganda

Berpengaruh Tidak berpengaruh

Rekomendasi

D. Hipotesis

Hipotesis yang dapat dirumuskan sementara dalam penelitian ini adalah,

harga jual, jumlah produksi dan jumlah modal berpengaruh nyata terhadap

pendapatan petani cengkeh di Desa Pewisoa Jaya Kecamatan Tanggetada

Kabupaten Kolaka.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
24

Lokasi penelitian dilaksanakan di Desa Pewisoa Jaya Kecamatan

Tanggetada Kabupaten Kolaka yang ditentukan secara purposive (penunjukkan

langsung) berdasarkan pertimbangan bahwa Desa Pewisoa Jaya merupakan salah

satu daerah yang masyarakatnya membudidayakancengkeh.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan mulai dari bulan Januari 2016 sampai

dengan bulan Mei 2016.

B. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi Penelitian

Riduwan (2002), mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan dari

karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian.Yang

menjadi populasi dalam penelitian ini adalah sebagian petani yang berusahatani

cengkeh yang berada di Desa Pewisoa Jaya Kecamatan Tanggetada Kabupaten

Kolaka yang diambil secara acak yang berjumlah 125 orang.

2. Sampel Penelitian

Dalam menentukan sampel, penulis menggunakan metode pengambilan

sampel dengan formula slovin (Riduwan, 2005). Yaitu sebagai berikut :

n
N=
N (d)² + 1

Keterangan:
n = sampel
N= populasi
d = Nilai presisi95% atau sig = 0.05 dengan tingkat kesalahan 5%.
Populasi dalam penelitian berjumlah 125 orang maka untuk menentukan

sampel dengan rumus slovin diperoleh 95 orang.


25

C. Jenis dan Sumber Data


1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data deskriptif

analisis yaitu suatu data penelitian yang memfokuskan diri pada pemecahan

masalah yang ada pada masa sekarang.Data mula-mula dikumpulkan, disusun,

dianalisis dan kemudian dijelaskan sehingga memberikan jawaban tentang

fenomena-fenomena yang terjadi.Selanjutnya menerankan hubungan, menguji

hipotesis-hipotesis serta menarik kesimpulan dari analisis yang diperoleh

(Soeronto dan Arsyad, 1999).Tujuan dari penelitian dekriptif adalah untuk

membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki

(Nasir,2005).

2. Sumber Data
a.Data Primer
Data primeradalah data yang diperoleh langsung daripara petani cengkeh

di Desa Pewisoa Jaya Kecamatan Tanggetada Kabupaten Kolaka.Terdiri dari

identitas petani cengkeh, masa produksi pertahun, harga jual, jumlah produksi,dan

jumlah modal.

b. Data Sekunder

Data sekunder berupa Bahan Kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan

data berupa teori-teori yang diperoleh dari literatur-literatur yang berhubungan

dengan permasalahan yang ada dalam penulisan skripsi.


26

D. Teknik Pengumpulan Data


1. Observasi
Observasi yaitu dengan pengamatan lansung terhadap objek yang akan

diteliti.

2. Wawancara

wawancara yaitu dengan menggunakan kuesioner atau wawancara

langsung dengan para petani cengkeh di Desa Pewisoa Jaya Kecamatan

Tanggetada Kabupaten Kolaka. Terdiri dari identitas petani cengkeh, masa

produksi pertahun, harga jual, jumlah produksi, dan jumlah modal.

3. Pencatatan

Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder yaitu dengan

melakukan pencatatan terhadap data yang ada pada instansi-instansi yang

berhubungan dengan penelitian.

E. Konsep Operasional Penelitian

Pemahaman tentang berbagai istilah atau definisi di dalam penelitian ini

maka dapat dijelaskan beberapa hal sebagai berikut:

1. Usahatani adalah kegiatan yang dilakukanoleh petani dan keluarganya

ataubadan usaha lainnya dengan bercocok tanam atau memelihara ternak/ikan

pada sebidang lahan usahatani, melalui penentuan, pengorganisasian dan

penggunaan faktor-faktor produksi secara efektif dan efisien untuk

memperoleh produksi tertentu dan pendapatan maksimalpada waktu yang

tertentu pula.

2. Petani cengkeh adalah petani yang mengusahakan atau membudidayakan

cengkeh.
27

3. Cengkeh adalah salah satu komoditi perkebunan yang cukup memberi harapan

bagi penerimaan negara melalui cukai rokok dan nilai ekspornya.

4. Faktor pendapatan segala barang dan jasa yang mempengaruhi pendapatan

petani cengkeh.

5. Harga jual yaitu jumlah uang yang harus dibayar oleh pedagang untuk

memperoleh cengkeh dari petani yang membudidayakan cengkeh (Rp/kg).

6. Jumlah Produksi yaitu jumlah atau hasil petani cengkeh dalam satu kali musim

panen (Kg).

7. Jumlah Modal yaitu seluruh modal yang digunakan dalam membudidayakan

cengkeh baik modal tetap dan tidak tetap (Rp).

8. Biaya produksi adalah keseluruhan input produksi yang biayanya harus

dikeluarkan oleh petani dalam satu masa produksi yang meliputi: biaya tetap

dan biaya tidk tetap.

9. Biaya tetap (Fixed Cost) adalah jenis biaya-biaya yang relatife tetap jumlahnya

atau biaya-biaya yang tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya volume produksi

yang dihasilkan.

10. Biaya tidak tetap (Variabel Cost) adalah jenis biaya-biaya yang selalu

berubah-ubah dan perubahan itu dipengaruhi oleh besarnya volume produksi

yang dihasilkan.

11. Hasil produksi adalah hasil cengkeh yang bernilai ekonomis (biji), yang

dihasilkan dalam satu musim produksi dan dinyatakan dalam satuan fisik (kg)

atau hasil produksi merupakan produk yang dihasilkan selama satu masa

produksi yang dinyatakan dalam kilogram (kg).


28

12. Produksi diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang

mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran (output).

Produksi usahatani adalah jumlah atau besarnya hasil yang diperoleh dari

usahatani cengkeh dalam setahun (kg).

13. Pendapatan petani cengkeh adalah pendapatan kotor (dalam rupiah per

panen) yang diterima petani cengkeh (hasil panen cengkeh kg X harga jual

cengkeh Rp).

14. Regresi adalah teknik statistika yang bertujuan menganalisis apakah ada

hubungan antara luas lahan dan peningkatan pendapatan petani.

F. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui besarnya pendapatan usahatani dianalisis dengan

menggunakan rumus Soekartawi (2002) yaitu:

Pd = TR-TC. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (3.1)

Keterangan :

Pd = Pendapatan (Rupiah)
TR = Total Revenue atau Total Penerimaan (Rupiah)
TC = Total Cost atau Total Biaya (Rupiah)

Setelah data terkumpul, maka untuk menganalisis pengaruh harga jual,

jumlah produksi, dan jumlah modal dilakukan uji regresi linear berganda (Cobb-

Douglas) dan formula sebagai berikut :

P = b0Xb1 .X2b2 . X3b3 . . . . . Xnbn .eu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (3.2)

Untuk memudahkan terhadap persamaan tersebut, maka persamaanya di

ubah kedalam bentuk regresi linear berganda dengan cara melogaritmakan

persamaan tersebut sehingga model persamaan menjadi :


29

Log P = Log b0+b1 Log X1+b2 Log X2+b3 Log X3 + eu . . . . . . . . . (3.3)

Keterangan :

P = Pendapatan petani cengkeh (Rupiah)


b0 = Konstanta (Intercept)
b1b2b3 = Koefisien regresipada setiap variable bebas
X1 = Harga Jual (Rp/kg)
X2 = Jumlah Produksi(Kg)
X3 = Jumlah Modal (Rp)
u = Kesalahan Penggangu
e = Logaritma

Setelah diperoleh koefisien (bi) maka dilanjutkan dengan uji-F untuk

menguji pengaruh harga jual, jumlah produksi dan jumlah modal secara bersama-

sama (serempak) terhadap pendapatan petani cengkeh dengan kriteria :

- Jika Fhit≤ Ftabpada taraf kepercayaan 95% (α=0.05), berarti harga jual, jumlah

produksi dan jumlah modal pada faktor pendapatan petani cengkeh tersebut

berpengaruh tidak nyata.

- Jika Fhit ≥ Ftab pada taraf kepercayaan 95% (α=0.05),berati harga jual, jumlah

produksi dan jumlah modal pada faktor pendapatan petani cengkeh tersebut

berpengaruh nyata.

Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh secara parsial penggunaan harga,

jumlah produksi dan jumlah modal dilakukan uji-t dengan kriteria sebagai berikut

- Jika thit ≤ ttab pada taraf kepercayaan 95% (α=0.05), berarti bahwa penggunaan

harga jual, jumlah produksi dan jumlah modal tersebut secara parsial

berpengaruh tidak nyata.


30

- Jika thit≥ ttab pada taraf kepercayaan 95% (α=0.05), berarti bahwa penggunaan

harga jual, jumlah produksi dan jumlah modal tersebut secara parsial

berpengaruh nyata.

DAFTAR PUSTAKA

Antara. 2009. Budidaya Kakao. Jakarta


31

Gumbira, E. dan A. Harizt Intan. 2001. Manajemen Agribisnis. Jakarta : Penerbit


Ghalia Indonesia.
Hadisapoetra. 1973. Biaya dan Pendapatan di Dalam Usahatani. UGM :
Yogyakarta
Hastuti. DRW. 2007. Ekonomi Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta
Kadariah. 1994. Teori Ekonomi Mikro. LPFE UI. Jakarta.
Mosher.A.T,.1984. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Cv. Jasa Guna.
Jakarta.
Mubyarto. 1973. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.
1983. Pengantar Ekonomi Pertanian. Edisi ketiga. LP3ES. Yogyakarta.
Nababan, Christofel D. 2009. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
pendapatan usaha tani jagung (Zea mays L.) Skripsi Universitas
Sumatera Utara. Medan. Dipublikasikan.Diakses tgl 28 November
2015.
Nasir, Muh. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta
Pareto. 2015. Mekanisme Pasar dan Distribusi Pendapatan. jakarta. pt. Raja
Grafindo Persada.
Pattiasina, dkk.(2012). Analisis Pendapatan Usahatani Kakao (Theobroma cacao
L).di Desa Latu.Skripsi Diakses tgl 28 November 2015.
Phahkevi. (2013).Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi
Sawah di Kota Padang Panjang.Skripsi Diakse tgl 28 November 215.
Prasetya.1996. Analisis Faktor yang Kemungkinan Terjadinya Financial Distress.
Purba. Marsi. P. 2012.Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan.
Riduwan. 2002.Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, Bandung,
Alfabeta.
. 2005.Skala Pengukuran Variabel Penelitian. Bandung, Alfabeta.
Septiara. (2014).Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Karet di
Kecamatan IV Nagari. Skripsi Diakses tgl 28 November 2015
Soekartawi. 2002. Prinsip Ekonomi Pertanian, PT. Raja Grafindo Parsada,
Jakarta.
Soeraonto dan Arsyad, L. 1999.Metodologi Penelitian. STEI YKPN. Yogyakarta.

Sugiarto, at.Al. 2005. Ekonomi Mikro Sebuah Kajian Komprehensif. Penerbit


Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sumber Data Kantor Dinas Pertanian Kabupaten Kolaka Tahun 2016.
Sumitro. 1991. Ilmu ekonomi, Jakarta. Rineka Cipta.
32

Tohir, K. A,.1991. Seuntai Pengetahuan Usahatani Indonesia. Rineka Cipta,


Jakarta.
Winardi.1998. Ilmu Ekonomi dan Aspek-Aspek Metodologisnya. Rineka Cipta.
Jakarta.
Zikrina, Mozart B Darus, dan Diana Chall. 2012. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Organik di Desa Lubuk
Bayas. Skripsi Diakses tgl 28 November 2015

Lampiran 1: Daftar quisioner Penelitian


33

DAFTAR PERTANYAAN

Judul Penelitian : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Pendapatan Petani Cengkeh(Syzigium
aromaticum)di Desa Pewisoa Jaya Kecamatan
TanggetadaKabupaten Kolaka.
Peneliti : Satriani

Isilah titik-titik dibawah ini (khusus pertanyaan mengisi) atau pilihlah salah satu
jawaban yang dianggap paling tepat (khusus pilihan ganda) sesuai keadaan
Bapak/Ibu alami dalam membudidayakan cengkeh.Jika tidak ada jawaban yang
harus Bapak/Ibu berikan atau harus diisi, maka beri saja tanda – (kosongkan saja).

Nama petani (Responden): . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (nama lengkap).

1. Umur : . . . . . . . . . . . . . . . . . tahun

2. Pendidikan : 1. Tidak Tamat SD

2.Tamat SD

3.Tamat SLTP/SMP

4.Tamat SLTA/SMA/SMK

5.Tamat Akademik

3. Berapa kali panen dalam setahun ? . . . . . . . . . .

4. Berapa harga cengkeh di desa Rp/kg ? . . . . . . . . .

5. Berapa jumlah produksi cengkeh dalam satu kali panen yang bapak/ibu peroleh:

. . . . . . . . . . .Kg

6. Berapa jumlah modal untuk biaya tenaga kerja yang diperlukan dalam :
34

a) Persiapan lahan = . . . . . . . orang laki-laki Rp/org . . . . . dan . . . . .

orang perempuan Rp/org . . . . . . . .

b) Menanam = . . . . . . . orang laki-laki Rp/org . . . . dan . . . . .

orang perempuan Rp/org . . . . . . . .

c) Memelihara = . . . . . . . orang laki-laki Rp/org . . . . dan . . . . .

orang perempuan Rp/org . . . . . . . .

d) Memanen = . . . . . . . orang laki-laki Rp/org . . . . dan . . . . .

orang perempuan Rp/org . . . . . . . .

e) Mengeringkan = . . . . . . . orang laki-laki Rp/org . . . . . dan . . . . . .

orang perempuan Rp/org . . . . . . . .

f) Mengangkut hasil panen = . . . . . . . orang laki-laki Rp/org . . . . dan . . . . .

orang perempuan Rp/org . . . . . . .

7. Berapa jumlah modal untuk biaya yang diperlukan untuk membeli pupuk dalam

satu tahun (satu kali musim panen):

a. Urea = . . . . . kg/sak (@ 50 Kg) = Rp . . . . . . . . . .

b. Ponska = . . . . . kg/sak (@ 20 Kg) = Rp . . . . . . . . . .

c. TSP = . . . . . kg/sak (@ 50 Kg) = Rp . . . . . . . . . .

d. ZA = . . . . . kg/sak (@ 50 Kg) = Rp . . . . . . . . . .

e. KCL = . . . . . kg/sak (@ 50 Kg) = Rp . . . . . . . . . .

f. SP36 = . . . . . kg/sak (@ 50 Kg) = Rp . . . . . . . . . .

g. Pupuk kandang = . . . . . kg/sak (@50 Kg) = Rp . . . . . . . . . .


35

h. Kapur = . . . . . kg/sak (@ 25 Kg) = Rp . . . . . . . . . .

Pewisoa Jaya, 2016

(Nama Responden)

Anda mungkin juga menyukai