Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN MINI PROJECT

GAMBARAN PENGETAHUAN BUMIL KEK TERHADAP STATUS GIZI


DI KELURAHAN SUMBER RW.01 – 05 WILAYAH KERJA
UPT PUSKESMAS SUMBER KABUPATEN CIREBON

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer


Program Internsip Dokter Indonesia

Disusun Oleh :

dr. Nadia Indri Wulandari Djamaloedin

Pendamping:

dr. Humiras Ely Darma S.

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


UPT PUSKESMAS SUMBER
CIREBON
2018
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) berperan
menyelenggarakan upaya kesehatan bagi masyarakat untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat agar memperoleh derajat
kesehatan yang optimal. Upaya yang diselenggarakan di puskesmas terdiri
dari Upaya Kesehatan Wajib dan Upaya Kesehatan Pengembangan. Upaya
Kesehatan Wajib merupakan upaya kesehatan yang dilaksanakan oleh seluruh
Puskesmas di Indonesia, upaya ini memberikan daya ungkit paling besar
terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan melalui peningkatan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), serta merupakan komitmen global dan
nasional.
Hipertensi merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi.
Darah tinggi sering diberi gelar The Silent Killer karena hipertensi
merupakan pembunuh tersembunyi yang penyebab awalnya tidak diketahui
atau tanpa gejala sama sekali, hipertensi bisa menyebabkan berbagai
komplikasi terhadap beberapa penyakit lain, bahkan penyebab timbulnya
penyakit jantung, stroke dan ginjal. Data WHO (2011) menunjukkan, di
seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4 % penghuni bumi mengidap
hipertensi. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2 % di tahun
2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan
639 sisanya berada di Negara berkembang, termasuk Indonesia
Berdasarkan data program PTM menunjukkan hipertensi menempati
urutan pertama 10 penyakit terbanyak di Posbindu bulan Desember 2017
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian terhadap penderita hipertensi dengan judul Gambaran
Tingkat Pengetahuan dan Upaya Peningkatan Pengetahuan Terhadap
Hipertensi di Desa Sidawangi – Sumber

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian di atas tentang kondisi yang terjadi di wilayah kerja
puskesmas Sumber, dapat disimpulkan permasalahan utama yang perlu digali
faktor-faktor apakah yang mempengaruhi masih banyaknya hipertensi

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan penderita hipertensi dalam
upaya mencapai tekanan darah terkontrol di Desa Sidawangi wilayah
kerja Puskesmas Sumber

1.3.2 Tujuan khusus


 Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan penderita hipertensi
di Desa Sidawangi wilayah kerja Puskesmas Sumber dalam upaya
mencapai tekanan darah terkontrol.
 Melaksanakan deteksi dini terjadinya hipertensi pada masyarakat
 Memberdayakan dan berkolaborasi dengan petugas puskesmas dan
masyarakat dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Penulis
 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman bagi
penulis dalam meneliti secara langsung di lapangan.
 Untuk memenuhi salah satu tugas peneliti dalam menjalani
program internsip dokter umum Indonesia.

1.4.2 Bagi Masyarakat


Hasil penelitian ini diharapkan agar masyarakat tahu dan mengerti
tentang cara mencapai tekanan darah terkontrol pada penyakit hipertensi
BAB II
Tinjauan Pustaka

2.1 Pengetahuan
2.1.1 Definisi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini
terjadi setelah orang tersebut melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan kognitif
adalah domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over
behavior). Dari hasil pengalaman serta penelitian terbukti bahwa perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Penelitian yang dilakukan oleh Rogers (1974)
mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadaptasi perilaku yang baru
didalam diri orang tersebut terjadi proses yang beruntun yaitu:
a. Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut
disini sikap subjek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya) hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang, karena dari pengalaman dan penelitian yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan.

2.1.2 Tingkatan Pengetahuan


Menurut Bloom (1987) dikutip oleh Notoatmodjo (2007), pengetahuan
yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu (Know) diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall), terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (Comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Aplication) diartikan kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
d. Analisis (Analysis) merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di
dalam satu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama
lain.
e. Sintesis (Syntesis) menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemajuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Pengalaman, dimana dapat diperoleh dari pengalaman diri sendiri atau orang
lain. Misalnya, jika seseorang pernah merawat seorang anggota keluarga yang
sakit hipertensi, umumnya menjadi lebih tahu tindakan yang harus dilakukan
jika terkena hipertensi.
b. Tingkat pendidikan, dimana pendidikan dapat membawa wawasan atau
pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang memiliki pengetahuan
yang tingi akan mempunyai pengalaman yang lebih luas dibandingkan dengan
seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.
c. Sumber informasi, keterpaparan seseorang terhadap informasi mempengaruhi
tingkat pengetahuaannya. Sumber informasi yang dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang, misalnya televise, radio, Koran, buku, majalah dan
internet.

2.1.4 Pengukuran Pengetahuan


Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur. Kedalaman pengetahuan
yang ingin kita ketahui dapat disesuaikan dengan tingkat domain diatas.

2.2 Hipertensi
2.2.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg). Menurut
Potter dan Perry (2006), hipertensi merupakan gangguan asimptomatik yang
ditandai dengan peningkatan tekanan darah persisten, dimana diagnosa
hipertensis pada orang dewasa ditetapkan paling sedikit dua kunjungan dimana
lebih tinggi atau pada 140/90 mmHg.

2.2.2 Klasifikasi Hipertensi


Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC
7) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal,
prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2 seperti yang terlihat pada tabel 1
dibawah.
Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7
Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah
Darah Sistolik (mmHg) Diatolik (mmHg)

Normal < 120 < 80

Prahipertensi 120 – 139 80 -89

Hipertensi Derajat 1 140 – 159 90 – 99

Hipertensi Derajat 2 ≥ 160 ≥ 100

2.2.3 Faktor Penyebab Hipertensi


Berhubung lebih dari 90% penderita hipertensi digolongkan atau
disebabkan oleh hipertensi primer, maka secara umum yang disebut hipertensi
primer. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,
data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan
hipertensi, yaitu :
a. Faktor Keturunan
Hipertensi merupakan suatu kondisi yang bersifat menurun dalam suatu
keluarga. Anak dengan orang tua hipertensi memiliki kemungkinan dua kali
lebih besar untuk menderita hipertensi daripada anak dengan orang tua yang
tekanan darahnya normal.
b. Ras
Statistik menunjukkan prevalensi hipertensi pada orang kulit hitam hampir
dua kali lebih banyak dibandingkan dengan orang kulit putih.
c. Usia
Wanita premenopause cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi
daripada pria pada usia yang sama, meskipun perbdaan diantara jenis kelami
kurang tampak setelah usia 50 tahun. Penyebabnya, sebelum menopause,
wanita cenderung terlindungi dari penyakit jantung oleh hormone esterogen.
d. Jenis Kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada
wanita. Hipertensi berdasarkan jenis kelamin ini dapat pula dipengaruhi faktor
psikologis. Pada pria seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok,
kelebihan berat badan), depresi dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan
pada wanita lebih berhubungan dengan pekerjaan yang mempengaruhi faktor
psikis kuat.
e. Stress psikis
Stress meningkatkan aktivitas saraf simpatis, peningkatan ini mempengaruhi
meningkatnya tekkana darah secara bertahap. Apabila stress berkepanjangan
dapat berakibat tekanan darah tetap tinggi.
f. Obesitas
Pada orang yang obesitas terjadi peningkatan kerja pada jantung untu
memompa darah agar dapat menggerakan beban berlebih dari tubuh tersebut.
Berat badan yang berlebihan menyebabkan bertambahnya volume darah dan
perluasan sistem sirkulasi. Bila bobot ekstra dihilangkan, TD dapat turun lebih
kurang 0,7/1,5 mmHg setiap kg penurunan berat badan.
g. Asupan garam Na
Ion natrium mengakibatkan retemsi air, sehingga volume darah bertambah dan
menyebabkan daya tahan pembuluh meningkat. Juga memperkuat efek
vasokonstriksi noradrenalin.
h. Rokok
Nikotin dalam tembakau adalah penyebab tekanan darah meningkat. Hal ini
karena nikotin terserap oleh pembuluh darah yang kecil dalam paru-paru dan
disebarkan keseluruh aliran darah. Hanya dibutuhkan waktu 10 detik bagi
nikotin untuk sampai ke otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan
memberikan sinyal kepada kelenjar adrenal untuk melepaskan efinefrin
(adrenalin). Hormon yang sangat kuat ini menyempitkan pembuluh darah,
sehingga memaksa jantung untuk memompa lebih keras dibawah tekanan
yang lebih tinggi.
i. Konsumsi Alkohol
Alkohol memiliki pengaruh terhadap tekanan darah, dan secara keseluruhan
semakin banyak alkohol yang diminum semakin tinggi tekanan darah.10
j. Olahraga
Olahraga yang bersifat kompetensi dan meningkatkan kekuatan dapat memacu
emosi sehingga dapat mempercepat peningkatan tekanan darah seperti tinju,
panjat tebing dan angkat besi. Bentuk latihan yang paling tepat untuk
penderita hipertensi adalah jalan kaki, bersepeda, senam, berenang dan aerobic.

2.2.4 Patofisiologi Hipertensi


Mekanisme patogenesis hipertensi yaitu peningkatan tekanan darah yang
dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer. Mekanisme hipertensi tidak
dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus, melainkan sebagai akibat interaksi
dinamis antara faktor genetik, lingkungan dan faktor lainnya. Tekanan darah
dirumuskan sebagai perkalian antara curah jantung dan atau tekanan perifer yang
akan meningkatkan tekanan darah. Retensi sodium, turunnya filtrasi ginjal,
meningkatnya rangsangan saraf simpatis, meningkatnya aktifitas renin angiotensin
alosteron, perubahan membransel, hiperinsulinemia, disfungsi endotel merupakan
beberapa faktor yang terlibat dalam mekanisme hipertensi.
Mekanisme patofisiologi hipertensi salah satunya dipengaruhi oleh sistemr
enin angiotensin aldosteron, dimana hampir semua golongan obat anti
hipertensi bekerja dengan mempengaruhi sistem tersebut. Renin angiotensin
aldosteron adalah sistem endogen komplek yang berkaitan dengan pengaturan
tekanan darah arteri. Aktivasi dan regulasi sistem renin angiotensin aldosteron
diatur terutama oleh ginjal. Sistem renin angiotensi aldosteron mengatur
keseimbangan cairan, natrium dan kalium. Sistem ini secara signifikan
berpengaruh pada aliran pembuluh darah dan aktivasi sistem saraf simpatik serta
homeostatik regulasi tekanan darah.

Gambar 2.1. Pengaruh Renin Angiotensin Aldosteron Terhadap


Kenaikan Tekanan Darah
2.2.5 Manifestasi Klinis Hipertensi
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala,
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala
yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah
kemerahan dan kelelahan yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi
maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Hipertensi diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang
lebih serius dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Sering kali hipertensi
disebut sebagai silent killer karena dua hal yaitu:
a. Hipertensi sulit disadari seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala
khusus, gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan dan sakit kepala
biasanya jarang berhubungan langsung dengan hipertensi, hipertensi dapat
diketahui dengan mengukur secara teratur.
b. Hipertensi apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai risiko besar
untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti stroke, serangan
jantung, gagal jantung dan gagal ginjal.
Jika timbul hipertensinya berat atau menahun dan tidak terobati, bisa
timbul gejala berikut:
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Jantung berdebar-debar
4. Mual
5. Muntah
6. Sesak nafas
7. Gelisah
8. Pandangan menjadi kabur
9. Telinga berdenging
10. Sering buang air kecil terutama di malam hari.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan
bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati
hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.

2.2.6 Komplikasi dari Hipertensi


Salah satu alasan mengapa kita perlu mengobati tekanan darah tinggi
adalah untuk mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi yang dapat
timbul jika penyakit ini tidak disembuhkan. Beberapa komplikasi hipertensi yang
umum terjadi sebagai berikut :
1. Stroke
Hipertensi adalah faktor resiko yang penting dari stroke dan serangan
transient iskemik. Pada penderita hipertensi 80% stroke yang terjadi merupakan
stroke iskemik, yang disebabkan karena trombosis intra-arterial atau
embolisasidari jantung dan arteri besar. Sisanya 20% disebabkan oleh pendarahan
(haemorrhage), yang juga berhubungan dengan nilai tekanan darah yang sangat
tinggi. Studi populasi menunjukan bahwa penurunan tekanan darah sebesar 5
mmHg menurunkan resiko terjadinya stroke.

2. Penyakit jantung koroner dan gagal jantung


Nilai tekanan darah menunjukan hubungan yang positif dengan resiko
terjadinya penyakit jantung koroner (angina, infark miokard atau kematian
mendadak). Bukti dari suatu studi epidemiologik yang bersifat retrospektif
menyatakan bahwa penderita dengan riwayat hipertensi memiliki resiko enam kali
lebih besar untuk menderita gagal jantung daripada penderita tanpa riwayat
hipertensi.
3. Penyakit vaskular
Penyakit vaskular meliputi abdominal aortic aneurysm dan penyakit
vaskular perifer. Kedua penyakit ini menunjukan adanya atherosklerosis yang
diperbesar oleh hipertensi. Hipertensi juga meningkatkan terjadinya lesi
atherosklerosis pada arteri carotid, dimana lesi atherosklerosis yang berat
seringkali merupakan penyebab terjadinya stroke.
4. Retinopati
Hipertensi dapat menimbulkan perubahan vaskular pada mata, yang
disebut retinopati hipersensitif. Perubahan tersebut meliputi bilateral retinal
falmshaped haemorrhages, cotton woll spots, hard exudates dan papiloedema.
Pada tekanan yang sangat tinggi (diastolic >120 mmHg, kadang-kadang setinggi
180 mmHg atau bahkan lebih) cairan mulai bocor dari arteriol-arteriol kedalam
retina, sehingga menyebabkan padangan kabur.
5. Kerusakan ginjal
Ginjal merupakan organ penting yang sering rusak akibat hipertensi.
Dalam waktu beberapa tahun hipertensi parah dapat menyebabkan insufiensi
ginjal, kebanyakan sebagai akibat nekrosis febrinoid insufisiensi arteri-ginjal
kecil. Perkembangan kerusakan ginjal akibat hipertensi biasanya ditandai oleh
proteinuria. Proteinuria dapat dikurangi dengan menurunkan tekanan darah secara
efektif.

2.2.7 Penatalaksanaan pada Penderita Hipertensi


Penatalaksanaan pengobatan hipertensi harus secara holistik dengan tujuan
menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat hipertensi dengan menurunkan
tekanan darah seoptimal mungkin sambil mengontrol faktor-faktor resiko
kardiovaskular lainnya.
Menurut Joint National Commission (JNC) 7, rekomendasi target tekanan
darah yang harus dicapai adalah < 140/90 mmHg dan target tekanan darah untuk
pasien penyakit ginjal kronik dan diabetes adalah ≤ 130/80 mmHg. American
Heart Association (AHA) merekomendasikan target tekanan darah yang harus
dicapai, yaitu 140/90 mmHg, 130/80 mmHg untuk pasien dengan penyakit ginjal
kronik, penyakit arteri kronik atau ekuivalen penyakit arteri kronik, dan ≤ 120/80
mmHg untuk pasien dengan gagal jantung.
Algoritme penanganan hipertensi menurut JNC 7 (2003), dijelaskan pada skema
dibawah ini:

Gambar 2.2 Penatalaksanaan Hipertensi


Promosi kesehatan modifikasi gaya hidup direkomendasikan untuk
individu dengan pra-hipertensi dan sebagai tambahan terhadap terapi obat pada
individu hipertensi. Intervensi ini untuk risiko penyakit jantung secara
keseluruhan. Pada penderita hipertensi, bahkan jika intervensi tersebut tidak
menghasilkan penurunan tekanan darah yang cukup untuk menghindari terapi
obat, jumlah obat atau dosis yang dibutuhkan untuk mengontrol tekanan darah
dapat dikurangi. Modifikasi diet yang efektif menurunkan tekanan darah adalah
mengurangi berat badan, mengurangi asupan NaCl, meningkatkan asupan kalium,
mengurangi konsumsi alkohol, dan pola diet yang sehat secara keseluruhan.
Mencegah dan mengatasi obesitas sangat penting untuk menurunkan
tekanan darah dan risiko penyakit kardiovaskular. Berolah raga teratur selama 30
menit seperti berjalan, 6-7 perhari dalam seminggu, dapat menurunkan tekanan
darah. Ada variabilitas individu dalam hal sensitivitas tekanan darah terhadap
NaCl, dan variabilitas ini mungkin memiliki dasar genetik. Konsumsi alkohol
pada orang yang mengkonsumsi tiga atau lebih minuman per hari (minuman
standar berisi ~ 14 g etanol) berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Begitu
pula dengan DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) meliputi diet kaya
akan buah-buahan, sayuran, dan makanan rendah lemak efektif dalam
menurunkan tekanan darah.
Tabel 2.2. Modifikasi gaya hidup untuk mencegah dan mengatasi
hipertensi
Modifikasi Rekomendasi Penurunan potensial TD
sistolik
Diet natrium Membatasi diet natrium 2-8 mmHg
tidak lebih dari 2400
mg/hari atau 100 meq/hari
Penurunan Berat Badan Menjaga berat badan 5-20 mmHg per 10 kg
normal; BMI = 18,5-24,9 penururnan berat badan
kg/
Olahraga aerobik Olahraga aerobik secara 4-9 mmHg
teratur, bertujuan untuk
melakukan aerobik 30
menit
Latihan sehari-hari dalam
seminggu. Disarankan
pasien berjalan-jalan 1 mil
per hari di atas tingkat
aktivitas saat ini
Diet DASH Diet yang kaya akan buah- 4-14 mmHg
buahan, sayuran, dan
mengurangi jumlah lemak
jenuh dan total
Membatasi konsumsi Pria ≤2 minum per hari, 2-4 mmHg
alkohol wanita ≤1 minum per hari
Jadi, modifikasi gaya hidup merupakan upaya untuk mengurangi tekanan
darah, mencegah atau memperlambat insiden dari hipertensi, meningkatkan
efikasi obat antihipertensi, dan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang
dianjurkan oleh JNC 7 adalah:
a. Diuretika, terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosteron Antagonist
b. Beta Blocker (BB)
c. Calcium Chanel Blocker atau Calcium antagonist (CCB)
d. Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (ACEI)
e. Angiotensin II Receptor Blocker atau Areceptor antagonist/blocker (ARB)

Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap,


dan target tekanan darah tercapai secara progresif dalam beberapa minggu.
Dianjurkan untuk menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang
atau yang memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian sekali sehari. Pilihan
apakah memulai terapi dengan satu jenis obat antihipertensi atau dengan
kombinasi tergantung pada tekanan darah awal dan ada tidaknya komplikasi. Jika
terapi dimulai dengan satu jenis obat dan dalam dosis rendah, dan kemudian
tekanan darah belum mencapai target, maka langkah selanjutnya adalah
meningkatkan dosis obat tersebut, atau berpindah ke antihipertensif lain dengan
dosis rendah. Efek samping umumnya bisa dihindari dengan menggunakan dosis
rendah, baik tunggal maupun kombinasi. Sebagian besar pasien memerlukan
kombinasi obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah, tetapi terapi
kombinasi dapat meningkatkan biaya pengobatan dan menurunkan kepatuhan
pasien karena jumlah obat yang harus diminum bertambah.
Kombinasi obat yang telah terbukti efektif dan dapat ditolerensi pasien
adalah :
a. CCB dan BB
b. CCB dan ACEI atau ARB
c. CCB dan diuretika
d. AB dan BB
e. Kadang diperlukan tiga atau empat kombinasi obat

Tabel 2.3. Tatalaksana Hipertensi Menurut JNC 7


Klasifikasi TDS TDD Perbaikan Terapi Obat Awal
Tekanan (mmHg) (mmHg) Pola Hidup Tanpa Indikasi Dengan
Darah yang Memaksa Indikasi yang
Memaksa
Normal < 120 < 80 Dianjurkan
Prehipertensi 120 – Atau 80 Ya Tidak indikasi Obat-obatan
139 – 89 obat untuk indikasi
yang
memaksa
Hipertensi 140 – Atau 90 Ya Diuretika jenis Obat-obatan
Thiazide untuk untuk indikasi
Derajat 1 159 – 99
sebagian besar yang
kasus dapat memaksa obat
dipertimbangkan antihipertensi
ACEI, ARB, lain (diuretika,
BB, CCB, atau ACEI, ARB,
kombinasi BB, CCB)
sesuai
kebutuhan
Hipertensi ≥ 160 Atau ≥ Ya Kombinasi 2
100 obat untuk
Derajat 2
sebagian besar
kasus umumnya
diuretika jenis
Thiazide dan
ACEI atau ARB
atau BB atau
CCB
BAB III
Metode

3.1 Analisis Masalah

3.1.1 Identifikasi Masalah

Proses identifikasi masalah melalui kegiatan analisis laporan


penyakit terbanyak Posbindu tahun 2017 dan diskusi dengan pemegang
program PTM di Puskesmas Sumber, serta observasi langsung lapangan.
Hasil dari proses identifikasi, dipilih empat masalah. Permasalahan
ini tidak hanya dilihat dari kesenjangan antara target dan pencapaian,
tetapi juga dilihat dari urgensi, intervensi, ketersediaan biaya yang dapat
diupayakan, dan dampak yang dihasilkan terhadap peningkatan derajat
kesehatan masyarakat.
Uraian empat permasalahan kesehatan yang dipilih tersebut yaitu :
1. Penyakit Diabetes Melitus
2. Penyakit Hipertensi
3. Penyakit Osteoarthritis
4. Penyakit Kelainan Jantung

3.1.2 Prioritas Masalah


Berdasarkan empat masalah diatas, selanjutnya dilakukan
pemilihan prioritas masalah dengan menggunakan analisis USG dengan
mempertimbangkan kriteria sebagai berikut :
Tabel 3.1 Kriteria penentuan prioritas masalah dengan metode USG
U Urgency Tingkat kepentingan yang mendesak
S Seriousness Tingkat kesungguhan, bukan dengan waktu
penanganan masalah
G Growth Tingkat perkiraan dan bertambah buruknya keadaan
pada saat masalah mulai terlihat sesudahnya
Tabel 3.2 Penilaian kriteria metode USG
NILAI KRITERIA
URGENCY SERIOUSNESS GROWTH
5 Sangat urgen Sangat serius Sangat tumbuh
4 Cukup urgen Cukup serius Cukup
3 Urgen Serius Tumbuh
2 Kurang urgen Kurang serius Kurang tumbuh
1 Sangat kurang Sangat kurang serius Sangat kurang
urgen tumbuh
Dengan menjumlahkan (U + S + G), nilai tertinggi ditetapkan sebagai
prioritas masalah.
Tabel 3.3 Masalah pokok dalam menentukan prioritas utama
No Masalah U S G Total Rangking
1. Penyakit Diabetes 3 4 4 11 II
Melitus
2. Penyakit Hipertensi 4 4 4 12 I
3. Penyakit Osteoarthritis 2 4 4 11 III

4. Penyakit Kelainan 2 4 3 9 IV
Jantung

Pemberian Skor dalam metode USG ini dilakukan diskusi dengan


pemegang program, dokter pembimbing di Puskesmas dan dokter Kepala
Puskesmas sehingga dipilih masalah penyakit Hipertensi yang menjadi
prioritas masalah

3.1.3 Analisis Penyebab Masalah dan pemecahan masalah


Analisis Penyebab Masalah
Dari hasil analisis sebab akibat masalah tersebut, maka dapat
disimpulkan dalam diagram Ischikawa (diagram tulang ikan/fishbone)
sebagai berikut :

Gambar 3.1 Fishbone


Pemecahan Masalah
1. Man
Masalah :
 Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit hipertensi
 Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya memeriksakan
tekanan darah
 Tidak teraturnya minum obat hipertensi bagi penderitanya
 Kurangnya masyarakat dalam menerapkan pola hidup sehat
 Kurangnya kesadaran anggota keluarga pasien lansia yang tidak
dapat datang ke pelayanan kesehatan sendiri
Pemecahan Masalah :
 Memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk meningkatkan
pengetahuan tentang hipertensi, gejalanya, pengobatan, komplikasi
yang dapat terjadi, pentingnya memeriksakan tekanan darah teratur
serta bagaimana menerapkan pola hidup sehat
2. Material
Masalah :
 Sarana promosi penyakit hipertensi seperti brosur, poster, leaflet
Pemecahan Masalah :
 Membagikan leaflet tentang hipertensi
3. Metode
Masalah :
 Kurangnya penderita hipertensi yang terdata, karena penderita
tidak memeriksakan diri
Pemecahan Masalah :
 Sosialisasi jadwal POLINDES atau POSBINDU kepada
masyarakat agar masyarakat dapat memeriksakan diri ke tempat
pelayanan yang lebih dekat
4. Environment
Masalah :
 Masih banyak anggapan di masyarakat bahwa meminum obat
penurun tekanan darah terus-menerus akan berbahaya
Pemecahan Masalah :
 Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang obat-obatan
hipertensi meliputi cara penggunaan dan efek samping dari obat

3.2 Pemilihan Intervensi

Intervensi dilakukan dengan memberikan penyuluhan secara langsung


dan tanya-jawab (diskusi) antara penyaji materi (Dokter Internsip). Sebelum
memberikan penyuluhan, dilakukan pemeriksaan tekanan darah. Lalu
dilakukan pengumpulan data melalui kuisioner, kuisioner dibagikan sebelum
dan sesudah penyuluhan, berisi tentang pertanyaan-pertanyaan mengenai
pengetahuan tentang hipertensi. Sehingga dapat diketahui bagaimana tingkat
pengetahuan responden.
Setelah itu, dilakukan penyuluhan dengan materi penyuluhan yang
disajikan antara lain mengenai hipertensi, gejalanya, pengobatan, komplikasi
yang dapat terjadi, pentingnya memeriksakan tekanan darah teratur serta
bagaimana menerapkan pola hidup sehat. Selain itu disampaikan juga tentang
obat-obatan hipertensi meliputi cara penggunaan dan efek samping dari obat

3.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 2018, pukul 08.00 WIB
sampai dengan selesai, bertempat di Balai Desa Sidawangi wilayah kerja
Puskesmas Sumber

3.4 Sasaran
Sasaran kegiatan adalah masyarakat Desa Sidawangi, terutama
masyarakat dengan usia lanjut antara usia 40 tahun keatas yang sudah
memiliki faktor resiko terjadi hipertensi

3.5 Media
Media penyuluhan yang digunakan adalah menggunakan slide power
point yang disampaikan menggunakan laptop dan juga dilakukan diskusi
maupun sesi tanya jawab. Media kuisioner untuk pengumpulan data
pengetahuan responden, dan tensi meter, timbangan, meteran untuk
pemeriksaan

3.6 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data


Data diperoleh dari pengisian kuesioner yang telah disiapkan oleh
peneliti dengan menggunakan teknik wawancara.
Panduan penilaian dan pemberian skoring dengan menggunakan
pendekatan skala Guttman. Adapun panduan penentuan penilaian dan
skoringnya adalah sebagai berikut, jumlah pertanyaan 14 pertanyaan dengan
jumlah pilihan jawaban 2 (benar/salah), skor pilihan jawaban yang tepat = 1,
skor pilihan jawaban yang salah = 0, skor tertinggi yaitu jumlah jawaban
yang tepat x jumlah pertanyaan yaitu 1 x 14 = 14 (100%) dan skor terendah
yaitu jumlah jawaban yang salah x jumlah pertanyaan yaitu 0 x 14 = 0) (0%).
Kategori pengetahuan dibagi menjadi dua, yaitu baik dan kurang.
Dengan rumus umum :
 Interval (I) = Range (R) / Kategori (K)
 Range (R) = skor tertinggi - skor terendah = 100 - 0 = 100%
 Kategori (K) = 2 adalah banyaknya kriteria yang disusun pada
kriteria objektif suatu variabel
 Kategori yaitu Baik dan Kurang
 Interval (I) = 100 / 2 = 50%
 Kriteria penilian = skor tertinggi - interval = 100 - 50 = 50%,
sehingga
 Baik = jika skor >= 50% (menjawab pertanyaan dengan tepat >=7
soal)
 Kurang = jika skor < 50% (menjawab pertanyaan dengan tepat <7
soal)

3.7 Rancangan Kegiatan


1. Persiapan
 Perkenalan dan izin
 Pendataan jumlah peserta
 Membuat jadwal
 Sosialisasi pada masyarakat oleh kadus dan kader bahwa akan
dilakukan kegiatan
 Mengkonfirmasi tempat dan waktu pelaksanaan kepada kepala dan
bidan desa
2. Pelaksanaan
 Konfirmasi ulang tempat
 Persiapan sarana dan prasarana
 Pelaksanaan kegiatan
3. Evaluasi
 Penilaian apakah waktu pelaksanaan terlaksana tepat waktu
 Penilaian apakah tempat pelaksanaan sudah cukup kondusif
 Penilaian apakah sasaran telah tercapai
BAB IV
Hasil

4.1 Profil Komunitas Umum


UPT Puskesmas Sumber terletak di Kelurahan Sumber Kecamatan
Sumber Kabupaten Cirebon, suhu rata-rata mencapai 24-32◦C. Luas wilayah
kerja UPTD Puskesmas Sumber adalah 153,511 ha, terdiri dari 3 Kelurahan
dan 2 Desa.
Batas wilayah meliputi :
a) Sebelah barat berbatasan dengan Kel. Tukmudal Wilayah kerja Puskesmas
Watubelah
b) Sebelah timur berbatasan dengan Kel. Kemantren wilayah kerja
Puskesmas Sendang
c) Sebelah utara berbatasan dengan Kel. Watubelah wilayah kerja Puskesmas
Watubelah
d) Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Mandirancan Kabupaten
Kuningan.

4.2 Data Geografis


Kondisi geografis wilayah kerja UPT Puskesmas Sumber kami sajikan
peta wilayah kerja Puskesmas Sumber pada gambar 4.1 pada halaman
berikutnya.
Gambar 4.1
Peta Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sumber Tahun 2017
Tabel. 4.1
Data Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sumber Tahun 2017
Rata-
Luas Jarak
Desa/ Jumlah rata Jumlah Jumlah
No Wilayah terjauh ke Keterjangkauan
Kelurahan RT/ RW waktu Rumah KK
(ha) Puskesmas
tempuh

1 Matangaji 24,8 21/6 7 Km 0,75 Roda 2, roda 4 1180 1.318

2 Sidawangi 46,4 20/10 6 Km 0,50 Roda 2, roda 4 1164 1.891

Roda 2, roda 4,
3 Babakan 13,8 15/5 1 Km 0,30 772 1.003
jalan kaki

Roda 2, roda 4,
4 Sumber 25,0 46/9 1 km 0,10 1770 2.812
jalan kaki

Roda 2, roda 4,
5 Perbutulan 5,3 13/5 2 Km 0,30 797 943
jalan kaki

Jumlah 115,3 115/35 5683 7.967

Sumber: Data wilayah dan kependudukan kecamatan sumber tahun 2016


Secara umum 2 desa dan 3 kelurahan di wilayah kerja Puskesmas sumber
dapat menjangkau pelayanan kesehatan di puskesmas, kecuali 1 blok di desa
Sidawangi (seureuh beureum) sulit manjangakau pelayanan Puskesmas
dikarenakan tidak adanya sarana transportasi umum seperti angkutan yang dapat
terjangkau dari segi biaya. Penduduk di Seureuh Beureum harus memakai jasa
ojek yang membutuhkan ongkos biaya cukup mahal dari pada biaya pengobatan
di puskesmas, sehingga Puskesmas mendekatkan pelayanan kesehatan didaerah
tersebut melalui Puskesmas keliling satu minggu satu kali.

4.3 Data Demografis


Tabel. 4.2
Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sumber
Tahun 2017
Jumlah Penduduk Neo Bayi Batita Balita
Kelurahan Bulin/
No Bumil 0-28 0-11 1-3 4-5
Desa Bufas
Laki-Laki Perempuan Jumlah Hr Bl Th Th

1 Matangaji 2.267 2.228 4.495 100 105 105 105 202 97

2 Sidawangi 3.209 3.637 6.846 158 151 158 115 73 57


3 Bababkan 1.959 1.799 3.758 95 69 71 75 199 69

4 Sumber 4.067 3.834 7.901 95 110 110 108 346 189

5 Perbutulan 2.043 1.809 3.852 89 81 81 85 203 86

JUMLAH 13.545 13.307 26.852 537 516 525 525 488 1.023

Sumber: Pendataan Penduduk Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sumber Tahun 2016

Tabel. 4.3
Keadaan Pendidikan di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sumber
Tahun 2017
Tidak Tamat SD SMP SMU P.T
No. Desa/Kel
SD Sederajat Sederajat Sederajat Sederajat

1 Matangaji 1.030 2.409 440 361 45

2 Sidawangi 2.390 2.422 620 495 64

3 Babakan 1.450 1.909 432 348 43

4 Sumber 2.443 4.863 934 740 94

5 Perbutulan 1.102 1.472 500 690 191

JUMLAH 8.415 13.075 2.926 2.634 437

Grafik 4.1
Sumber: Pendataan Penduduk Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sumber Tahun 2016

Tabel. 4.4
Distribusi Jenis Pekerjaan di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sumber
Tahun 2017
USAHA BURUH HARIAN
PNS TNI/POLRI PEG. SWASTA PETANI PEDAGANG
JASA LEPAS
384 54 1.193 1.110 2.541 2.328 9.410

Grafik.4.2

Sumber: Pendataan Penduduk Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sumber Tahun 2016

4.4 Sumber Daya Kesehatan yang Ada


Tabel 4.5
Data Ketenagaan UPT Puskesmas Sumber Tahun 2017
No Jenis Ketenagaan Yang Ada Sekarang Status Kepegawaian
1 Dokter 2 PNS
2 Dokter Gigi 1 PNS
3 Sarjana/D3

a. S.Kep.,Ners 1 PNS
b. SKM 1 PNS
c. S.Kep 6 PNS
d. D4 Gigi 1 PNS
e. Akper 2 PNS 1, PKD 1
f. Perawat Gigi 1 TKP
g. Akbid 11 PNS 8, 3 TKP
h. Akademi Gizi 1 TKP
i. Akademi Kes. Lingk 1 PNS
4 D1 Kebidanan 1 PNS
5 D3 Farm dn SMF 3 PNS 1, PTT 1,TKP 1
6 Tenaga Rekam Medik 1 TKP
7 Tenaga Laboratorium 2 PKD 1 , TKP 1
8 S1 Administrasi Negara 2 PNS 1, TKP 1
9 SMA 5 PNS 2 , TKP 3
10 S 1 Komputer 1 TKP
Sumber: Data Perencanaan UPT Puskesmas Sumber 2017

4.5 Sumber Pelayanan Kesehatan yang Ada


Tabel 4.6
Data Fasilitas Pelayanaan Kesehatan di Wilayah Kerja
UPT Puskesmas Sumber Tahun 2017 Praktek dokter umum
Rumah sakit umum

Puskesmas Praktek Dokter gigi


Bidan Desa/kel

Toko obat
Polindes

BP Desa

Apotek
BPM
Pembantu

NO Desa/ Kel
Keliling
Umum

1 Matangaji - 1 1 - - - 1 1 1 - - -
2 Sidawangi - - 1 - 1 1 1 2 1 - - -
3 Babakan - - 1 - - 1 1 1 - - - -
4 Sumber 1 - 1 - - - 1 1 1 - 2 4
5 Perbutulan - - 1 - - 1 1 - - - - -
Jumlah 1 1 5 - 1 3 5 5 3 - 2 4
Sumber data : Data Inventarisasi Fasiltas Pelayanan Kesehatan Puskesmas Sumber
Tahun 2017
4.6 Data Kesehatan Masyarakat (primer)
Berdasarkan data program PTM menunjukkan hipertensi menempati
urutan pertama 10 penyakit terbanyak di Posbindu bulan Desember
2017

Tabel 4.7 Daftar 10 Penyakit Terbanyak Kelompok Posbindu Bulan


Desember 2017

4.7 Hasil Penelitian


Berdasarkan hasil terhadap 97 orang, didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.8 Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Jumlah Persentase


Laki-Laki 36 orang 37%
Perempuan 61 orang 63%
Dari penelitian di dapatkan responden yang berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 36 orang (37%), dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 61
orang (63%).

Tabel 4.9 Pendidikan Terakhir Responden

Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase


Tidak Sekolah 1 1%
Tidak Tamat SD 8 8%
SD 45 46%
SMP 2 2%
SMA/Sederajat 2 2%
Perguruan Tinggi 0 0
Tidak ada keterangan 39 40%
Pendidikan terakhir responden bervariasi dari 1 orang tidak bersekolah, 8
orang tidak tamat SD, 45 orang memiliki pendidikan terakhir SD, 2 orang tamat
SMP, 2 orang tamat SMA, dan tidak ada yang sampai Perguruan Tinggi, serta 39
orang tidak ada keterangan

Tabel 4.10 Pekerjaan Responden

Pekerjaan Jumlah Persentase


Tidak Bekerja 7 7%
Ibu Rumah Tangga 32 33%
Petani 16 17%
Buruh 5 5%
Pedagang 4 4%
Pensiunan 1 1%
Lain – lain 32 33%
Pekerjaan responden bervariasi dari 7 orang tidak bekerja, 32 orang
sebagai ibu rumah tangga, 16 orag petani, 5 orang buruh, 4 pedagang, 1
pensiunan, dan lain-lain sebanyak 32 orang

Tabel 4.11 Indeks Massa Tubuh

IMT Jumlah Persentase


<18 kg/m2 4 4%
18-25 kg/m2 61 63%
25-27 kg/m2 5 5%
>27 kg/m2 27 28%
Data Indeks Massa tubuh responden bervariasi dari 4 orang <18 kg/m2, 61
orang 18-25 kg/m2, 5 orang 25-27 kg/m2, dan 27 orang >27 kg/m2

Tabel 4.12 Data Pemeriksaan Gula

Jumlah Persentase
Gula Darah >200 mg/dL 9 9%
Gula Darah <200 mg/dL 88 91%
Kegiatan juga dilakukan pemeriksaan gula pada peserta dengan hasil 9
orang yang gula darah >200mg/dL dan 88 orang yang gula darah <200mg/dL

Tabel 4.13 Gambaran Penderita Hipertensi

Jumlah Persentase
Penderita Hipertensi 65 67%
(TD > 140/90)
Tidak Hipertensi 32 33%
Tabel diatas memperlihatkan bahwa sebagian besar responden memiliki
tekanan darah diatas 140/90 sejumlah 65 orang (67 %), dan tekanan darah kurang
dari 140/90 sejumlah 32 orang (33%)
Dari 97 orang yang telah diperiksa, didapatkan 78 orang yang mengisi kuesioner,
dan hasilnya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.14 Pengetahuan Responden Mengenai Hipertensi

Status Pengetahuan Jumlah Persentase


Baik 57 73%
Kurang 21 27%
Tabel diatas memperlihatkan bahwa sebagian besar responden memiliki
pengetahuan baik sejumlah 57 orang (73%), dan sisanya berpengetahuan kurang
sejumlah 21 orang (27%).
Tabel 4.15 Perbandingan Tingkat Pengetahuan dan Penderita
Hipertensi
Penderita Hipertensi
Total
Pengetahuan Hipertensi Tidak Hipertensi
Baik 42 15 57
Kurang 13 8 21
Total 55 23 78
Tabel diatas memperlihatkan perbandingan antara tingkat pengetahuan
peserta dan tekanan darah peserta, dengan hasil peserta dengan hipertensi (tekanan
darah >140/90) dan berpengetahuan baik berjumlah 42 orang, peserta dengan
hipertensi dan berpengetahuan kurang berjumlah 13 orang, peserta yang tidak
hipertensi (tekanan darah <140/90) dan berpengetahuan baik berjumlah 15 orang,
peserta yang tidak hipertensi (tekanan darah <140/90) dan berpengetahuan kurang
berjumlah 8 orang
BAB V
Diskusi

Berdasarkan data yang sudah diperoleh setelah kegiatan menunjukan bahwa


sebagian besar responden sudah baik dalam hal pengetahuan, tetapi masih
hipertensi (tekanan darah masih diatas 140/90). Hal ini bisa disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain :
 Ada tidaknya kemauan dari responden untuk sembuh/mengontrol
kesehatannya,
 Kurangnya kesadaran dari responden akan pentingnya upaya mencapai
tekanan darah yang terkontrol
 Tidak teraturnya minum obat anti hipertensi
Selain itu, sebagian responden masih ada yang memiliki pengetahuan yang
kurang, kurangnya pengetahuan responden ini dapat disebabkan beberapa faktor
antara lain:
 Rendahnya tingkat pendidikan responden yang pada umumnya hanya
tamatan sekolah dasar
 Kurangnya keaktifan responden dalam mengikuti penyuluhan kesehatan
yang diadakan oleh petugas kesehatan setempat
 Ada beberapa responden yang sudah berusia lanjut (diatas 50 tahun)
dimana kemampuan dalam menerima informasi kesehatan agak kurang
Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007), pengetahuan dapat
diperoleh dari tingkat pendidikan seseorang, bila realitas cara berfikir dan ruang
lingkup seseorang luas, maka jangkauan berfikirnya semakin luas
BAB VI
Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas, hasilnya menunjukkan responden
dengan hipertensi (tekanan darah >140/90) dan berpengetahuan baik
berjumlah 42 orang, responden dengan hipertensi dan berpengetahuan
kurang berjumlah 13 orang, responden yang tidak hipertensi (tekanan
darah <140/90) dan berpengetahuan baik berjumlah 15 orang, responden
yang tidak hipertensi (tekanan darah <140/90) dan berpengetahuan kurang
berjumlah 8 orang
Dengan demikian sebagian besar responden sudah baik dalam hal
pengetahuan, tetapi masih hipertensi (tekanan darah masih diatas 140/90)

5.2 Saran
Sebagai petugas kesehatan kita tidak boleh berhenti sosialisasi
tentang penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi) ini dengan penyuluhan
kepada masyarakat dan juga menjelaskan pentingnya memeriksakan
tekanan darah secara teatur ke pelayanan kesehatan terdekat
Ditingkatkan kegiatan seperti posbindu atau pos lansia untuk
menjaring penderita hipertensi dan memberikan penyuluhan atau motivasi
untuk kontrol rutin tekanan darah ke puskesmas atau fasilitas kesehatan
terdekat
DAFTAR PUSTAKA

Beevers, D. G. Tekanan Darah. Jakarta : Dian Rakyat. 2002


Depkes RI. Pedoman Surveilans Epidemiologi Penyakit Jantung dan
Pembuluh Darah. Depkes, Jakarta. 2007
Gray, et al. Lecture Notes Kardiologi edisi 4. Jakarta: Erlangga Medical Series.
2005
Hariwijaya, M., & Sutanto. Pencegahan Dan Pengobatan Penyakit Kronis.
Jakarta : Edsa Mahkota. 2007
Joint National Comitte on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of
High Blood Pressure. Seventh Report of The Joint National Committe
on Prevention,Detection,Evaluation,and Treatment of High Blood
Pressure JNC Express(NIH Publication No.03-5233). Bethesda,
MD:U.S.Department of Helath and Human Services. 2003
Notoatmodjo, S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
2007
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : konsep,
proses, dan praktik edisi 4. Jakarta : EGC. 2005
Puskesmas Sumber. Laporan Tahunan Tahun 2017. Cirebon: Puskesmas
Sumber. 2017
Riskesda. Riset Kesehatan Dasar. Depkes RI. Jakarta. 2013
Smeltzer, C. Suzanne, Bare G. Brenda. Buku Ajar Keperawatan Medikal –
Bedah. Alih Bahasa: dr. H. Y. Kuncara. Jakarta: EGC. 2002

Anda mungkin juga menyukai