TUGAS AKHIR
Oleh:
PIETER L. HUTAGALUNG
050404134
Rasa syukur yang tiada hingga kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu
Akhir ini..
Adapun judul dari Tugas Akhir ini adalah “Evaluasi Jarak Pandang
Pada Alinemen Vertikal dan Horizontal Pada Tikungan Pada Jalan Luar
Kota. Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini tidak terlepas
dari bimbingan, dukungan dan bantuan dari semua pihak. Penulis mengucapkan
terima kasih atas segala bantuan, motivasi dan doa yang diberikan hingga penulis
akhir ini.
’02 ’03 ’04, dan adik-adik angkatan ’06 ’07 ’08 ’09. Terima kasih
ini dapat selesai dengan baik dan tanpa menemui hambatan serta
Tiada gading yang tak retak, demikian juga dengan Tugas Akhir ini yang
masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, segala saran, masukan dan kritikan
yang sifatnya membangun akan penulis terima dengan tangan terbuka demi
perbaikan tugas akhir ini. Harapan penulis, semoga tugas akhir ini dapat
Hormat Saya,
Penulis
Pieter L. Hutagalung
ABSTRAK .................................................................................................... i
I.4.Pembatasan Masalah........................................................... 4
Minimum ............................................................... 16
Menyiap ……………………………………………. 24
Horizontal ........................................................................... 26
Vertikal................................................................... 43
METODOLOGI.......................................................................... 47
Bamban .......................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Gambar 2.2. Proses Gerakan Menyiap Pada Jalan dua lajur dua arah ... 21
Tabel 2.8. Perbedaan h1 dan h2 antara AASTHO dan Bina Marga ...... 39
PENDAHULUAN
I.1 Umum
Jalan dibangun dengan salah satu mayoritas fungsi yaitu membuat orang
dan barang dapat berpindah dari suatu tempat ke tempat lain. Fungsi tersebut
harus didukung dengan kondisi jalan yang terencana dengan baik dan tepat.
Dewasa ini peranan transportasi merupakan salah satu unsur yang sangat
daerah dengan daerah lainnya dirasakan menjadi lebih dekat. Selain itu arus
barang dari suatu tempat ke tempat lainnya menjadi lebih lancar dan dapat
Jalan adalah salah satu prasarana transportasi darat yang meliputi segala
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, diatas
permukaan tanah, dibawah permukaan tanah, dan/atau air, kecuali jalan kereta api,
Untuk mendapatkan jalan yang baik dan nyaman, sesuai dengan kelas
jalan yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu Direktorat Jenderal Bina Marga
dengan kondisi cuaca yang cerah, lalu lintas yang lengang dan pengaruh samping
yang baik, bebas, dan pandangan yang tidak terhalang baik oleh alinemen jalan
Jalan luar kota merupakan sistem dari jaringan jalan yang didesain dengan
kecepatan rencana yang tinggi dan memiliki perencanaan geometrik yang baik
sehingga pengguna jalan dapat dengan cepat dan nyaman sampai ke daerah
tujuan.
Kondisi jalan luar kota yang baik dapat memicu pertumbuhan suatu
Salah satu jalan lintas Sumatera yang memiliki kriteria seperti diatas
adalah ruas jalan Sei Rampah-Tebing Tinggi yang merupakan jalan dengan
aksesibilitas yang tinggi dengan kondisi rawan terjadi kecelakaan. Kondisi ini
didukung oleh data kecelakaan yang terjadi pada daerah tersebut dalam beberapa
tahun yang didapat dari Polres Serdang Bedagai. Karena tingkat kecelakaan cukup
pada jaringan jalan dimana frekwensi kecelakaan atau jumlah kecelakaan lalu
lintas dengan korban mati atau kriteria kecelakaan pertahunnya lebih besar dari
sangat dipengaruhi oleh ketersediaan jarak pandang baik jarak pandang untuk
geometrik yang baik meliputi jarak pandang aman bagi pengemudi agar dapat
lain adalah data kondisi daerah tikungan dan data-data lain yang mendukung.
pandang yang ada pada daerah tersebut apakah memenuhi kriteria yang telah
Dalam tugas akhir ini, permasalahan yang akan dibahas adalah mengenai
ketersediaan jarak pandang, baik jarak pandang henti maupun pada tikungan dan
Ruas jalan yang diambil adalah pada area “black spot” atau daerah rawan
kecelakaan. Pada studi kasus ini diambil pada Km 70-71 Kecamatan Sei Bamban,
dari data yang diperoleh pada tahun 2009 jumlah kecelakaan yang terjadi cukup
tinggi.
• Alinemen Horizontal
Bamban.
• Alinemen Vertikal
Sei Bamban.
Rampah-Tebing Tinggi.
Metode pembahasan yang dilakukan pada penulisan tugas akhir ini adalah
sebagai berikut :
bentuk gambar.
• Data Primer, yaitu data survey geometrik dan lalu lintas dari
daerah kasus.
Penulisan Tugas Akhir ini disusun dalam beberapa bab, agar tiap-tiap bab
menjelaskan isi atau maksud tulisan tersebut secara lebih spesifik, sesuai sub judul
masing-masing.
sistematika pembahasan.
teori untuk perencanaan, baik itu pada alinemen vertikal maupun pada alinemen
horizontal agar didapat jarak pandang yang sesuai pada daerah Kecamatan Sei
Bab III, berisi data hasil survey yang telah dilakukan pada lokasi dan
Bab IV, berisi analisa data yang telah didapat di lokasi dan perhitungannya
serta gambar keadaan pada jalan luar kota di Kecamatan Sei Bamban Km 70-71,
Bab V, berisi kesimpulan akhir dari penulisan Tugas Akhir ini mengenai
jarak pandang pada alinemen horizontal dan vertikal pada jalan luar kota di
Kecamatan Sei Bamban Km 70-71, Desa Pon Km 65, dan Desa Firdaus Km 56.
STUDI
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
SELESAI
DASAR TEORI
Pada jalan luar kota dengan kecepatan yang rencana yang telah ditentukan
jalan maupun dari kendaraan lain. Jarak pandang minimum harus terpenuhi untuk
mendapatkan hasil geometrik yang baik dan dapat mengurangi tingkat kecelakaan
Jarak pandang pengemudi kendaraan yang bergerak pada lajur tepi sebelah
Jarak pandang henti adalah jarak yang ditempuh pengemudi untuk dapat
mata pengemudi 120 cm serta tinggi benda 10 cm dan setelah menyadari adanya
2. Jarak mengerem
menginjak rem, ditambah jarak untuk mengerem. Waktu yang dibutuhkan untuk
Emotion, Volition). Jadi waktu PIEV adalah waktu yang dibutuhkan untuk proses
kondisi dari pengemudi, kebiasaan, cuaca, penerangan juga kondisi dari mental
memerlukan waktu sampai ia menginjak rem. Waktu itu memerlukan sekitar 0,5
(2.1)
d1 = jarak dari saat melihat rintangan sampai menginjak pedal rem (meter)
V = Kecepatan (Km/Jam)
penyinaran dan ketinggian letak lampu besar dari kendaraan serta hal-hal lain
seperti sifat dari pemantulan dari benda-benda. Untuk penentuan jarak pandangan
pada malam hari adalah jarak pandangan henti, sedangkan jarak pandangan
menyiap, dimana bahaya yang timbul diakibatkan oleh kendaraan yang datang
akan terlihat lebih nyata. Untuk itu faktor yang menentukan untuk penglihatan
pada malam hari adalah faktor lampu besar. Kesilauan lampu besar dari kendaraan
pedal rem sampai kendaraan itu berhenti (Bina Marga, 2005). Banyak faktor yang
• Faktor ban
besar dari 4,5 m/s2 atau setara dengan 14,8 ft/s2 ketika melihat rintangan dengan
kendaraannya dengan perlambatan 3,4 m/s2 atau sekitar 11,2 ft/s2. Perlambatan ini
membuat pengendara untuk tetap di lajur dan dapat mengendalikan stiur selama
satunya penurunan putaran roda dan gesekan antara ban dengan permukaan jalan
memanjang jalan
Untuk menentukan koefisien gesekan antara permukaan aspal dengan ban didapat
Untuk perencanaan dengan metode AASHTO tahun 2001 maka jarak pengereman
dapat dirumuskan :
Metric
Untuk tinggi rintangan pada lajur jalan dan tinggi mata pengemudi diukur
dari tempat duduk pengemudi mobil penumpang. Berikut ini ketentuan yang telah
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrk Jalan Antar Kota , ( Bina Marga ,1997)
2001 dengan Bina Marga 1997 disebabkan karena, AASHTO 2001 menggunakan
perlambatan sebesar 0,34 m/s2 sedangkan pada Bina Marga 1997 menggunakan
kenyamanannya. Oleh sebab itulah medan jalan yang ada merupakan salah satu
menjadi salah satu faktor dalam penentuan Jarak Pandang Henti Minimum, karena
penentuan jarak mengerem. Pada jalan menurun, jarak mengerem akan bertambah
panjang karena kecenderungan kendaraan untuk turun yang disebabkan oleh gaya
tarik gravitasi. Sedangkan pada jalan mendaki, jarak mengerem akan bertambah
pendek akibat bantuan dari gaya gravitasi untuk memperlambat laju kendaraan.
Dengan demikian rumus dari jarak pandangan henti minimum pada jalan
berlandai :
dimana :
dimana :
a = perlambatan (m/s2)
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan besarnya jarak
mengerem, yaitu:
penumpang. Untuk kendaraan yang lebih tinggi seperti halnya truk memerlukan
beberapa ketentuan. Pada kenyataannya truk memiliki ukuran lebih besar, lebih
berbeda dengan mobil penumpang. Atas dasar inilah truk membutuhkan jarak
Tetapi secara umum jarak pandangan henti minimum untuk truk dapat
diambil sama dengan jarak pandangan henti minimum untuk mobil penumpang,
karena :
perkerasan.
1. Tinggi mata pengemudi truk yang lebih tinggi tidak berarti lagi.
Dalam kondisi seperti ini maka jarak pandangan henti minimum sebaiknya
diambil lebih panjang daripada keadaan normal. Hal ini bertujuan untuk
Pada umumnya jalan luar kota dengan kecepatan yang cukup tinggi hanya
memiliki satu jalur, dua lajur dua arah dengan tidak terbagi. Keadaan seperti ini
dapat melihat jarak yang cukup, bebas dari lalu lintas yang mendekat, sehingga
dapat mendahului dengan aman tanpa bertemu dengan kendaraan dari arah yang
lajur untuk arah yang berlawanan. Jarak yang dibutuhkan pengemudi sehingga
dapat melakukan gerakan menyiap (mendahului) dengan aman dan dapat melihat
kendaraan dari arah berlawanan dengan bebas dinamakan jarak pandang menyiap.
relatif sempit. Untuk itu, perencanaan jarak pandang menyiap yang baik untuk
yang diperlukan untuk dapat melakukan gerakan menyiap suatu kendaraan dengan
untuk banyak kendaraan yang melewati atau dilewati, tetapi disituasikan dengan
Jarak pandangan menyiap standar pada jalan dua lajur dua arah dihitung
berdasarkan beberapa asumsi terhadap sifat arus lalu lintas dan kondisi pengemudi
yaitu :
adalah 3,5 Ft atau sekitar 1,08 meter dan tinggi objek yaitu
kendaraan yang akan disiap adalah 4,25 Ft atau sekitar 1,25 meter
1,00 meter.
Gambar 2.2. Proses Gerakan Menyiap Pada Jalan dua lajur dua arah
sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota , (Bina Marga
1997)
d1 = Jarak yang ditempuh selama waktu reaksi oleh kendaraan yang hendak
d2 = Jarak yang ditempuh kendaraan yang menyiap selama berada pada lajur
sebelah kanan.
d3 = Jarak bebas yang harus ada antara kendraan yang akan menyiap dengan
d4 = Jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang berlawanan arah selama 2/3 dari
waktu yang diperlukan oleh kendaraan yang menyiap berada pada lajur
Jd = d1 + d2 + d3 + d4 (2.9)
dimana :
diambil 15 km/jam.
d2 = 0,278. V. t2 (2.11)
dimana :
t2 = waktu dimana kendaraan yang menyiap berada pada lajur kanan yang
ini terbatasi oleh kekurangan biaya, sehingga jarak pandangan menyiap yang
Dimana :
Untuk mencari nilai dari t1 dan t2 dapat menggunakan grafik dari gambar 2.3
diperlukan untuk mendahului. Mendahului akan menjadi lebih mudah pada jalan
penyiapan.
kelandaian. Kompensasi dari keadaan ini berdampak pada truk yang biasanya
kehilangan kecepatan akibat beban yang berat. Untuk itu para pengendara,
Solusi untuk masalah ini adalah cara membuat jarak menyiap yang lebih dari hasil
jalan akan sangat mempengaruhi volume pelayanan dari jalan tersebut (level of
dari ketersediaan jarak pandang menyiap dan biaya pembangunan jalan yang
kendaraan yang ada. Apabila volume kendaraan tinggi, maka untuk terjadinya
penyiapan sangat rendah. Ini disebabkan dari pendeknya ketersediaan jarak untuk
2001 menyarankan 40% dari keseluruhan panjang jalan harus tersedia untuk
penyiapan.
jarak pandang yang baik sangat dibutuhkan apalagi sewaktu kendaraan menikung
lain sebagainya. Untuk menjaga keamanan pemakai jalan, panjang dari sepanjang
jarak henti minimum seperti yang sudah dibahas diatas harus terpenuhi sepanjang
1990)
(meter)
R = Jari-jari tikungan
R = Jari-jari tikungan
Gambar 2.5 Jarak penghalang (m), dari sumbu lajur sebelah dalam
sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota , (Bina Marga
1997)
sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota , (Bina Marga
1997)
sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota , (Bina Marga
,1997)
berbentuk cembung atau cekung. Lengkung vertikal harus dibuat dengan bentuk
yang tepat, nyaman untuk kendaraan dan pada umumnya digunakan untuk
< 40 km 1 20-30
persamaan:
S<L
Tabel 2.6 Nilai C untuk beberapa h1 dan h2 berdasarkan AASHTO & Bina
Marga
(S>L)
dimana :
g = Kelandaian (%)
S<L
3. Persyaratan drainase
4. Kenyamanan mengemudi
merupakan batas jarak pandangan yang dapat dilihat oleh pengemudi pada malam
hari. Pada perencanaan umumnya tinggi lampu depan diambil setinggi 600 mm
atau 2,0 ft dengan sudut penyebaran dimisalkan sebesar i°. Perhitungan batas
vertikal cekung.
Dimana :
Depan > L
Dimana :
Jarak pandangan bebas untuk pengemudi pada jalan raya sering kali
menurut Bina Marga dengan mengambil tinggi mata pengemudi truk yaitu 1,80 m
dan tinggi objek 0,50 m (lampu belakang kendaraan). Ruang bebas vertikal
Tabel 2.8 Perbedaan h1 dan h2 antara Bina Marga dan AASHTO untuk
jarak pandangan bebas dibawah bangunan
Bina Marga
AASHTO 2001
2005
Tinggi mata pengemudi truk, m 1,80 m 2,4 m
Tinggi objek (lampu belakang
0,50 m 0,6 m (2 ft)
kendaraan), m
Ruang bebas vertikal minimum (C),
Minimal 5,0 m Minimal 5,0 m
m
Jika jarak bebas dari bagian bawah bangunan atas ke jalan adalah C, maka:
maka diperoleh :
adalah :
ketinggian garis kelengkungan dari datum yang telah ditentukan. Fungsi dari
penentuan ini adalah membuat lengkung vertikal tersebut baik lengkung vertikal
lengkung vertikal harus ditentukan agar lengkung tersebut layak dan sesuai
dengan standar perencanaan. Panjang lengkung vertikal yang telah didapat harus
n = segmen ke n
ke lajur lawan.
langsung menabrak.
Suraji, Aji; Abdul Halim, Candra Aditya. 2008. Rekayasa Lalu Lintas, Diktat
Kuliah Teknik Sipil Universitas Widyagama. Malang: Universitas
Widyagama.